BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Sikap Kejujuran Secara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, akan tetapi realitanya dalam dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekan-rekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Devinisi Jujur berarti berkata yang benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realita dan hakikat sebenarnya. Kebalikan jujur itulah yang disebut dusta. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa betapa mahalnya harga kejujuran itu. Pada dasarnya kejujuran adalah merupakan nilai yang sangat bermakna bagi kelangsungan hidup di dunia dan akhirat. 2.1.2 Nilai Kejujuran di Keluarga Kejujuran merupakan salah satu bagian yang teramat penting bagi kelangsungan hidup manusia di dalam keluarga. Kejujuran di dalam Kehidupan keluarga sangatlah penting apabila diterapkan oleh masing-masing orang atau sodara yang ada di keluarga tersebut. Dengan demikian kejujuran akan tercipta kehidupan yang harmonis di dalm ruang lingkup keluarga. Penyebab anak berbohong :
a) Takut dimarahin atau dihukum karena berbuat salah b) Melihat kebohongan yang ada disekitarnya (Orangtua,guru,keluarga) c) Ancaman hukuman bagi kesalahan sang anak. Berbagai faktor diatas merupakan pemicu utama kebohongan seorang anak. Marilah kita orang tua bersepakat menghapuskan populasi kejahatan didunia ini dengan bersikap yang benar dan jujur. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghentikan kebohongan pada anak sejak dini : a) Menanamkan kesadaran untuk selalu hidup jujur dan menyadari akibat buruk kebohongan. Orang tua yang memahami arti kejujuran dan akibat buruk kebohongan yang tertulis diatas sekalipun dulunya biasa berbohong dan selalu hidup dalam ketidakjujuran akan mempunyai tekad untuk hidup jujur dan membenci adanya kebohongan. Orang tua yang demikian tdak akan pernah kompromi dengan kebohongan yang ada disekitarnya termasuk anaknya sendiri. Sikap
tidak
kompromi
dengan
kebohongan
tersebut
akan
membantu
mengubahkan kebohongan pada anak. b) Membiasakan sikap jujur sebagai budaya didalam kehidupan keluarga. Anak kecil pintar sekali meniru apa yang dilihat, dan kebohongan dari tingkah laku dan perkataan yang dilakukan orang tua juga akan menanamkan kebohongan dalam mental anak kecil tersebut. Apapun itu bentuk kebohongannya sekalipun dalam hal kecil,itu semua terekam dalam memori sang anak. Janji yang yang tidak ditepati juga menjadi penyebab yang gampang direkam. Jangan pernah menjanjikan sesuatu yang pastinya tidask ditepati. Jika janji tersebut tidak jadi
karena faktor lain,katakan maaf dan kasih pengertian kepada si kecil. Jangan juga menceritakan sesuatu yang mengandung kebohongan karena ketika nantinya sang anak melihat kenyataannya dia akan merekamnya. Jangan gengsi meminta maaf jika ada kesalahan kita dimata anak kita. Sikap gentle kita ini akan direkam menjadi suatu kebaikan nantinya bagi dia. c) Kesadaran jujur tidak akan dihukum. Memberi pengertian dan gambaran kepada si kecil tentang kejujuran dan keburukan dari kebohongan. Ajarkan juga si kecil untuk tidak takut mengaku kalau berbuat salah. Kasih pengertian jika dia berbuat salah dan mengaku tidak akan dihukum. Jangan selalu memberikan ancaman untuk suatu kesalahan karena itu menjadi suatu momok yang menakutkan bagi sang anak ketika dia berbuat suatu kesalahan. d) Komunikasi Yang Baik Dengan Sang Anak Orang tua harus sering berkomunikasi dengan baik dan terbuka kepada sang anak. Keterbukaan dimulai dariorang tua bisa menceritakan apa yang dia lakukan ketika dia pergi/ kerja meninggalkan sang anak. Hal ini akan membuat sang anak juga akan menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama dia tidak bersama dengan kita. Tunjukkan sikap yang menyimak dengan baik apa yang diceritakannya, jangan anggap remeh setiap ceritanya. Dan juga berikan apresiasi atas cerita dan kejujuran sang anak tersebut. Jangan lupa memberikan apresiasi yang baik dari orang tua atas kejujuran sang anak dibanding hukuman atas kesalahan yang dibuat. Contoh Kasus Seorang ayah yang selalu berusaha jujur dalam hidupnya, terutama kepada anak-anaknya yang masih kecil. Suatu ketika sang ayah yang menjanjikan kepada sang anak yang meminta baju baru akan tetapi sang ayah
hanya menjawab “ia nak besok kalau kenaikan kelas ya nak” tetapi sang ayah sampai kenaikan kelas tiba dan berakhir tidak kunjung di berikan juga. Sang anak menjadi kurang percaya terhadap ayahnya sehingga sering melakukan hal – hal yang tidak jujur. “Jangan pernah sekali pun berjanji kepada anak namun tidak menepatinya. Seringkali sebagai orang tua, kita mengumbar janji agar anak tidak merengek. Ini kebiasaan yang tidak baik. Anak-anak tidak akan selalu ingat apa yang kita katakan namun mereka hampir tidak pernah gagal meniru kita,” Contoh gambar kejujuran dalam keluarga. http://solomoncell.wordpress.com/2012/04/14/pentingnya-nilai-kejujuran/ 2.1.3 Nilai Kejujuran di Keluarga dalam Kehidupan di Sekolah Etika adalah prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku seseorang serta mengarahkannya dalam mengambil keputusan. Etika menjadikan seseorang mampu membedakan antara mana yang benar dan mana yang salah. Dengan etika, seseorang akan menjadi insan yang memiliki keluhuran budi pekerti. Di dalam etika ini terkandung unsur kejujuran, kehormatan, tanggung jawab, keadilan, kepedulian dan citizenship (berperan aktif dalam mengembangkan komunitas sekitar). Pribadi Jujur Menjadi pribadi yang tidak jujur tentu berisiko namun terkadang menjadi pribadi yang jujur justru mengandung risiko yang jauh lebih besar. Mulai dari dianggap sok idealis, tidak disukai, ditolak dalam lingkungan pergaulan dan lingkungan pekerjaan hingga disingkirkan, baik secara halus atau secara kasar. Namun dalam jangka panjang bersikap jujur tentu lebih baik daripada tidak jujur. Menjadi pribadi yang jujur tidak hanya berarti berani
berbicara apa adanya (terus terang), tanpa kebohongan atau bersikap manipulatif. Karakteristik pribadi jujur, meliputi : 1. Menepati janji yang telah dibuat. 2. Melaksanakan komitmen hingga tuntas. 3. Setia dalam hal-hal kecil yang dipercayakan kepada kita. Contoh Kasus Ketika siswa dalam mengikuti dan mengerjakan ujian nasional siswa menyontek dalam pengisian jawabannya. Mungkin siswa melakukan hal tersebut karena merasa tidak yakin dengan jawabannya/tidak percaya diri tehadap potensi yang dimiliki. Selain itu mungkin karena siswa pada malam sebelum dilaksanakan ujian nasional siswa cenderung malas dan enggan untuk belajar. Sehingga timbul dari dalam diri siswa untuk melakukan perbuatan mencontek tersebut. Namun pada ujian yang berikutnya ketika siswa tersebut mencontek kebetulan ia ketahuan oleh pengawas sehingga siswa tersebut mendapat sebuah sanksi yang membuat dia jera yang pada akhirnya membuat siswa tersebut menyadari bahwa mencontek tersebut merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji dan merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. http://solomoncell.wordpress.com/2012/04/14/pentingnya-nilai-kejujuran/ 2.1.4 Nilai Kejujuran di Keluarga dalam Kehidupan Bermasyarakat Yang perlu masyarakat ketahui terkait dengan kejujuran a) Ketika kita jujur, kita menjadi orang yang bisa dipercaya. Inilah yang akan membentuk nama baik atau reputasi. Nama baik akan menjadi modal yang sangat berharga bagi perjalanan dan keberhasilan hidup. b) Ketika kita jujur, kita bisa menjadi teladan
bagi orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga kita. Ini merupakan sebuah warisan yang jauh lebih berharga daripada uang atau materi. c) Ketika kita jujur, kita menjadi sahabat terbaik bagi diri kita sendiri. Sebab seringkali ketidakjujuran membuat kita sulit berdamai dengan diri kita sendiri. Adapun ciri-ciri orang yang jujur : 1.Tidak bersikap pura-pura 2. Berkata apa adanya 3. Tidak berkata bohong 4. Tidak menipu diri sendiri maupun orang lain 5. Mau mengakui kelebihan dan kekurangan orang lain 6. Dapat mengemban kepercayaan atau amanah dari orang lain 7. Dapat mengemban kepercayaan dari orang tua dan keluarga 8. Tidak membohongi diri sendiri dan orang lain 9. Tidak mengambil hak milik orang lain 10. Tidak merugikan orang lain Ciri-Ciri orang yang tidak jujur : 1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta. 2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya. 3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya. G. Kesimpulan : Kejujuran menjadi barang yang teramat langka di negeri ini. Lihat saja perilaku korup dan manipulatif yang ada di mana-mana. Secara teori semua orang mengajarkan untuk hidup jujur, akan tetapi realitanya dalam dunia justru cenderung menolak kejujuran. Ada seorang teman yang justru tersingkir dari jabatannya justru karena ia memilih untuk tetap jujur. Ia tidak mau ikut-ikutan melakukan penggelembungan dana bersama pimpinan dan rekanrekannya, dan akibatnya ia pun disingkirkan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa betapa mahalnya harga kejujuran itu. Pada dasarnya kejujuran adalah merupakan nilai yang sangat bermakna bagi kelangsungan hidup di dunia dan akhirat. Kejujuran merupakan dasar dari perilaku manusia yang harus selalu
di implementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya perbuatan yang jujur apa adanya terkait dengan perilaku ataupun perbuatan yang di lakukan maka akan ada dampak positif dan negatifnya sendiri. Akan tetapi yang perlu di garis bawahi bahwa nilai kejujuran itu sangat berpengaruh baik terhadap psikis seseorang yang melakukan kejujuran secara tepat. Mungkin di dunia ini kita bisa mengalami kerugian atau bahkan malah mendapat masalah karena memutuskan untuk berlaku jujur, seringkali dunia memang memperlakukan kita dengan tidak adil, tetapi itu bukanlah masalah karena kelak dalam kehidupan selanjutnya yang abadi semua itu akan diperhitungkan sebagai kebenaran yang berkenan di hadapan Allah. Pada saat ini mungkin kita rugi akibat memutuskan untuk jujur, tetapi kelak pada saatnya kita akan bermegah dan bersyukur karena telah mengambil keputusan yang benar.
:
http://solomoncell.wordpress.com/2012/04/14/pentingnya-nilai-kejujuran. 2.2 Pengertian Metode Talking Stick 2.2.1 Pengertian Metode Talking Stick Agar lebih rinci, maka disini perlu pula diketahui pengertian dua kata kunci, yaitu metode dan talking stick, yaitu: a. Metode Dalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan.Winarno, (2007: 96). Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun kepada murid (metode belajar).
Karena metode merupakan cara yang dalam pendidikan bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran, maka semakin baik metode mengajar yang dipakai guru dan metode belajar yang diterapkan kepada siswa, maka semakin efektif suatu usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan. b. Talking Stick Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono, (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru agar siswa bekerja sama. Selanjutnya menurut Isjoni, (2010:18) kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Siswa betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 4)
Penghargaan
lebih
berorientasi
kelompok
ketimbang
individu.
Http.//anwarholil/ Blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick.
Adapun metode ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill yang mana pendekatan tersebut ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. Jadi, Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi siswa dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri. 2.2.2. Tujuan Metode Talking Stick Dalam setiap kegiatan belajar, tidak terlepas dari suatu tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya, pencapaian tujuan pendidikan ditentukan oleh kemampuan guru, karena faktor pendidik sangat besar peranannya. Sekiranya pendidik itu baik, maka hasil pendidikannya akan lebih baik pula. Dan sebaliknya, pendidik yang belum siap mengajar tidak akan berhasil di dalam pelaksanaan pengajaran dan pendidikan.Mansyur, (2008:48) Dengan demikian, seorang guru pada saat melakukan proses mengajar harus memperhatikan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai oleh murid. Sebab pencapaian pembelajaran khusus erat sekali kaitannya dengan tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, dan tujuan pendidikan nasional. Belakangan perkembangan metode pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan murid dalam mengekspresikan seluruh potensi dan pemahamannya pada materi pelajaran. Diproyeksikan pada metode ini, dominasi guru di dalam
kelas tidak ada lagi. Karenanya, metode ceramah sebagaimana dilaksanakan sejak dulu ditinggalkan. Pada metode ini, partisipasi murid di nomor satukan. Tujuannya adalah untuk memandirikan murid dalam berpikir dan memperoleh pengetahuan, serta mengolahnya hingga murid benar-benar paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan. Perkembangan tujuan pendidikan ini berupa peningkatan pada teknik dan metode yang lebih variatif dan inovatif, dan partisipatif, yang berguna bagi perkembangan hasil belajar siswa. Dan tujuan dari inovasi pendidikan menurut Fuad Ihsan adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektifitas. Ini sesuai dengan arah inovasi pendidikan Indonesia yaitu: mengejar ketinggalan-ketinggalan
yang
dihasilkan
oleh
kemajuan-kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi dan mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah yang maju bagi warga negara. Ihsan, (2011:192193). Maka kemudian dikenallah yang namanya pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Konsep inti dari Cooperative Learning adalah menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil dari aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif. Menurut Isjoni, (2010: 21) mengatakan bahwa Cooperative Learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolongmenolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar Cooperative Learning adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat
dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok. Menurut Suprijono, (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif didefenisikan sebagai falsafah sebagai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama dimana siswa disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang dihadapkan pada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan para siswa agar lebih aktif dan berkolaboratif. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Trianto, (2007:42). Dengan sudut pandang di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah metode penguasaan haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, yaitu partisipasi murid untuk membangun kemandirian dalam memahami materi pelajaran. Begitu pula dengan metode Talking Stick, bagaimanapun juga harus sesuai dengan tujuan pendidikan di atas. Adapun tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang di dalamnya memperhatikan partisipasi siswa dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya, karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode
dalam Cooperative Learnig, maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). 2.2.3. Langkah-langkah Metode Talking Stick Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode talking stick ini adalah sebagai berikut: a. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang. b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan. f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. g. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. h. Guru memberikan kesimpulan. i. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu. j.Gurumenutuppembelajaran.http:tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talkingstick.
2.2.4. Keuntungan dan Kelemahan Metode Talking Stick a. Keuntungan metode Talking Stick yaitu: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia 9. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 10. Meningkatkan
kegemaran
berteman
tanpa
memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama. 11. Menguji kesiapan siswa 12. Melatih membaca dan memahami dengan cepat 13. Agar siswa lebih giat lagi belajar.
b. Kelemahan metode Talking Stick 1. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok. 2. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. 3. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukuppanjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. 4. Membuat senam jantung. Sugiyanto, (2010:43). 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoritis sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Dengan penerapan metode struktural analitik sintetik maka kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana pada siswa Kelas II SDN 25 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo akan meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja Pada siswa kelas II SDN 25 Mustika Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo, dari 18 siswa hanya terdapat 7 siswa atau 38,88% yang mampu membaca kalimat dengan baik, sedangkan 11 siswa atau 61,11% belum mampu membaca kalimat dengan baik. Oleh karenanya yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika siswa yang mampu membaca kalimat dengan baik berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa di Kelas II SDN 25 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo, maka proses pembelajaran dianggap tuntas