BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1 .1 Pembelajar Aktif (Aktif Learning). Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Zaini, dkk (2008:14) bahwa “Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan katif, berarti mereka yang mendominasikan aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi yang diajarkan, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata”. Menurut Bonwell dalam Zaini,dkk (2008:18), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: • Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, • Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi sekolah, • Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi sekolah, • Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi, • Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit pembelajaran, Siswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar pelajaran yang
diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jika kuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan caracara pembelajaran aktif hal tersebut dapat dihindari. Inidikator aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah: a. Visual Activities, Yang termasuk didalamnya misalnya, membaca memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral Activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi, saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin. e. Drawing Activities, miwalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor Actibities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstribusi, model merepasi, bermain, berkebun, beternak. g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h.
Emotional Activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. (Musfiqon, 2012:148) Semua kegiatan tersebut merupakan aktivitas siswa. Siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari informasi guna memecahkan suatu permasalahan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, dimana para peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Selain itu agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingganya diperlukan adanya proses pembiasaan. Untuk memacu agar siswa aktif maka perlu diperhatikan percakapan dasar sebagai penunjang dalam belajar. Beberapa kemampuan dasar menurut Suparno. SJ dalam Zaini, dkk (2008:159) antara lain; (1) kemampuan bertanya; (2) kemampuan pemecahan masalah (Problem Solving); (3) kemampuan berkomunikasi.
Untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan serta sikap secara aktif dalam belajar Zaini dkk (2008:187) juga mengungkapkan bahwa; Dalam proses belajar yang baik hendaklah menciptakan iklim belajar sebagai berikut: a. Belajar dengan kelas penuh. Guru memimpin pelajaran yang merangsang seluruh ini kelas. b. Diskusi kelas. Hal ini dilakukan dengan dialog dan debat tentang kunci masalah. c. Kecepatan bertanya. Murid memerlukan penjelasan. d. Belajar bersama. Tugas-tugas yang dilakukan bersama dalam kelompok kecil pelajar. e. Teman sebagai pengajar. Memimpin pengajaran oleh murid. f. Belajar bebas. Belajar aktif dilakukan secara pribadi. g. Belajar efektif. Kegitan yang membantu murid untuk mengeuji perasaan mereka, nilainilai dan sikap. h. Pengembangan keterampilan. Pembelajaran dan mempraktekkan keterampilan, baik teknik maupun non teknik. Dalam proses pembelajaran aktif, selain keakifan peserta didik dibutuhkan pula tenaga pengajar atau guru yang kreatif, selain itu penyediaan lingkungan pengajaran yang baik sangatlah perlu melihat potensi seorang guru yang kreatif. Keaktifan dapat dilakukan seorang guru dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: a)
Self esteem approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih mencurahkan
perhatiannya pada pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri), guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi ilmiah saja, tetapi pengembangan sikap harus mendapat perhatian secara proposional. b)
Value clarification and moral development approach. Dalam pendekatan in
pengembangan pribadi menjadi sasaran utama, pendekatan holistic dan humanistik menjadi ciri utama dalam mengembangkan potensi manusia menuju self actualization. Dalam situasi yang demikian pengembangan intelektual akan mengiringi pengembangan pribadi peserta didik. c)
Multiple talent approach. Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh
potensi peserta didik, karena manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
d)
Inquiry approach. Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya. e)
Pictorial riddle approach. Pendekatan ini merupakan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. f)
Synetics approach. Pada hakekatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada
kompetensi
peserta
didik
untuk
membuka
intelegensinya
dan
mengembangkan
kreatifitasnya. Kegiatan dimulay dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional, kemudia berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional. (E.Mulyasa, 2008 : 75) Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang didominasi oleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa dituntut untuk mampu menggunakan pola piker mereka dalam menemukan ide pokok dari materi yang diajarkan, memecahkan persoalan, dan mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari. Selain aktifitas siswa, kreatifitas dari seorang guru pun sangatlah perlu dan faktor utama dalam mendukung proses belajar aktif, dan guru juga dituntut untuk menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan apa yang sedang diajarkan. 2.1.2 Tipe The Power Of Two Menurut (Mafatih, 2007).”Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar”. Menurut (Muqowin, 2007) “The Power Of Two menurut istilah Power ( pauwe/kekuatan) dan Two (dua), dua kekuatan. Kekuatan metode belajar kekuatan berdua adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu”. Strategi belajar kekuatan berdua (The Power Of Two) adalah kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu. Model pembelajaran aktif tipe The Power of Two dalam sebuah pembelajaran dapat pula dipadukan bersamaan dengan metode-metode lain dan metode yang paling sering digunakan untuk memadukan strategi ini adalah metode ceramah, dan metode presentasi, baik presentasi menggunakan power poin maupun presentasi menggunakan slide. Strategi ini harus dipadukan dengan metode lain agar siswa tidak dalam keadaan blank mind. Dan metode yang akan dipadukan merupakan dasar agar siswa mendapat pengetahuan awal tentang materi yang akan diajarkan. Penerapan Tipe The Power Of Two, didasari pandangan bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan atau pemahaman tentang topic atau masalah yang terkait dengan topik pembelajaran yang akan dipelajari. Untuk mengajak siswa berpikir lebih serius tentang topik/masalah yang akan didiskusikan, guru dapat mengajukan pertanyaan menggali untuk memperoleh jawaban yang lebih dalam. Kemudian sebelum mendiskusikan secara panel, guru dapat memnita siswa membentuk kelompok kecil, untuk berbagi jawaban atau pemecahan masalah tentang pertanyaan atau masalah yang akan didiskusikan secara lebih luas. Menurut Zaini, dkk, (2008:201), “strategi belajar kekuatan berdua (The Power Of Two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu”. Prosedur strategi ini sebagai berikut: 1.
Ajukan satu atau dua pertanyaan/masalah (terkait topik pembelajaran) yang
membutuhkan perenungan (Reflektion) dan pemikiran. 2.
Mintalah siswa menjawab tertulis secara perorangan.
3.
Kelompokkan siswa secara berpasangan (dua-dua).
4.
Mintalah mereka saling menjelaskan dan mendiskusikan jawaban baru.
5.
Siswa membandingkan jawaban hasil diskusi kecil antara kelompok.
6.
Simpulkan agar seluruh siswa memperoleh kejelasan.
Menurut Zaini, dkk (2008:215) mengemukakan Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran aktif tipe The Power Of two. a) Keunggulan Strategi Pembelajaran The Power of Two Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran the power of two mempunyai beberapa keunggulan diantaranya: 1)
Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain.
2)
Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain.
3)
Membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
4)
Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tuganya.
5)
Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
6)
Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. b) Kelemahan Strategi Pembelajaran The Power of Two Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran the power of two juga memiliki kelemahan diantaranya:
1) 2) 3)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan fasilitas alat dan biaya. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Tujuan penerapan tipe The Power Of Two adalah membangun mental siswa dalam belajar, sehingga siswa benar-benar merasa sangat butuh dengan pembelajaran Geografi. sebagaimana dijelaskan oleh Zaini dkk, dalam metode ini ialah upaya agar siswa-siswa terbeut berperan aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mendiskusikan jawabannya dengan siswa lain. Akan tetapi dalam metode ini siswa tidak boleh mendiskusikan jawabannya kepada teman-temannya secara keseluruhan yang ada didalam kelas tersebut, akan tetapi siswa tersebut mendiskusikan jawabannya secara berpasangan (dua orang).
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari daya serap siswa dan persentase keberhasilan siswa. Dengan akan tercapainya tujuan pembelajaran, maka akan dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi item soal-soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari upaya daya serap siswa dan presentase keberhasilan siswa. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa The Power Of Two adalah salah satu teknik intruksional dari belajar aktif (Active Learning), yang mana dapat member kesempatan pada siswa untuk berpikir secara luas dan mengesplorasikan pendapatnya, sehingganya siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Serta mental mereka untuk dapat menerima pendapat-pendapat dari temannya yang lain. 2.1.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman atas apa yang dipelajarinya. Hasil belajar juga sering digunakan sebagai tolak ukur pemahaman siswa dari apa yang telah diajarkan. Oleh karena itu, proses belajar mengajar dikatakan berhasil bilamana hasil belajar memenuhi instruksional khusus dari bahan ajar tersebut. Menurut Purwanto (2009:49) “hasil belajar adalah perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dan dapat berupa hasil utama pengajaran (Intructional Effect) maupun hasil sampingan pengiring (Nurtturant Effect)”. Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang dirancangkan untuk mewujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Hasil belajar sendiri merupakan obyek dari sebuah evaluasi belajar. Karena tanpa belajar seorang siswa tidak pernah akan tau seberapa jauh kemampuan, dan pemahaman yang dimilikinya. Blom dalam Sukiman (2011 : 55) menyatakan bahwa:
Hasil belajar terbagi atas tiga ranah utama yaiut: 1.
Ranah Kognitif, ranah ini memiliki enam elemen/tingkatan dan elemen-elemen
tersebut adalah tingkatan kemampuan ingatan, tingkatan kemampuan pemahaman, tingkatan kemampuan analisis, tingkatan kemampuan sintesis, dan tingkatan kemampuan evaluasi. 2.
Ranah Efektif, ranah ini berkenaan dengan minat, sikap dan nial-nilai. Ranah ini
memiliki lima tingkatan yaitu Receiving or Attending yang mengukur kepekaan terhadap rangsangan dari luar, dalam bentuk masalah atau situasi gejala-gejala lain. Responding yang mengukur pastisipasi. Valuing yang mengukur kegiatan sesorang. Organization yang mengukur pola interaksi dan Internalization yang mengukur semua aspek system penilaian yang dipadukan. 3.
Ranah psikomotor, ranah psikomotor ditujukan pada gerakan-gerakan jasmani. Ranah ini terbagi atas tujuh tingkat yaitu; persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan pola penyusunan, kreatifitas.
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil, asumsi dasar, proses pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal, Diana adanya korelasi antara proses pembelajaran dengan hasil yang tercapai. Adapun kriteria keberhasilan pembelajaran itu menurut Sudjana dalam Sukiman (2011 : 35) adalah: 1.
Kriteria ditinjau dari proses, kriteria dari proses menekankan kepada pengajaran
sebagai suatu proses haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subyek yang belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif. 2.
Kriteria dari surat hasil yang dicapai
3.
Kriteria dari segi hasil menekankan pada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa , baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari hasil uraian diatas, dalam proses pembelajaran, ketiga ranah yang dinyatakan diatas sangatlah sering digunakan seorang pengajar kepada siswanya untuk menilai hasil belajar. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak diaplikasikan dalam menguasai bahan pengajaran. Dari
beberapa uraian diatas jelaslah bahwa, hasil belajar merupakan parameter tolah ukur dari segi pengetahuan kognitif aktif dan psikomotor siswa. 2.1.4 Tinjauan Materi Lingkungan Hidup
I.
Hakikat, Pengertian, dan Pembagian Jenis Lingkungan
a.
Hakikat dan Pengertian Lingkungan
Berbicara tentang lingkungan, maka hal ini tidak terlepas atau dilatarbelakangi hubungan antara manusia dan lingkungannya. Manusia sebagai komponen dari suatu lingkungan akan selalu berinteraksi dengan komponen lingkungan yang lainnya sehingga diperlukan suatu keselarasan ekologi, yaitu suatu keadaan di mana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar makhluk dan lingkungan. Berangkat dari pemahaman di atas, maka kita akan mendapatkan pengertian atau definisi dari lingkungan itu sendiri. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Dari dua pengertian di atas, maka sesungguhnya ilmu lingkungan mempelajari hubungan antara makhluk hidup atau biotik, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan beserta segala sesuatu dengan yang berada di sekitarnya, baik unsur fisik, seperti batu-batuan, air, udara, angin, dan sebagainya, yang membentuk suatu kesatuan atau sistem (ekosistem) serta hubungannya yang bersifat imbal balik. Manusia akan mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Semakin tinggi budaya manusia, maka beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Hal ini disebabkan manusia secara aktif mengelola dan mengubah
ekosistem sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Sehingga peranan manusia dalam lingkungan berpengaruh besar terhadap unsur atau komponen lingkungan yang berada di dalamnya, yakni dengan kemampuannya manusia diharapkan dapat melestarikan lingkungan atau lingkungan ini akan rusak binasa akibat ulah tangan manusia. Sudah banyak bencana lingkungan yang sering terjadi sampai saat ini, seperti kebakaran hutan, banjir, dan longsor, dan masih banyak lagi bencana lingkungan yang tidak terhitung jumlahnya akibat tangan manusia. b.
Pembagian Jenis Lingkungan
Pada hakikatnya, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu lingkungan biotik dan lingkungan nonbiotik (fisik). 1) Lingkungan Biotik Lingkungan biotik ialah semua benda hidup yang ada di sekitar individu, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiap unsur ini berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh, kambing akan memakan tumbuhan berupa rerumputan untuk mempertahankan hidupnya, selanjutnya kambing akan dimakan oleh manusia sebagai konsumsi protein hewani. Lalu manusia akan mengeluarkan sisa pencernaan berupa kotoran yang akan menyuburkan rerumputan tersebut. Lingkungan ini selalu mengalami perubahan, baik secara tiba-tiba maupun perlahanlahan. Perubahan ini berhubungan erat dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu. Sebagai contoh hutan di daerah tropis yang mengandung begitu banyak ragam tumbuhtumbuhan dan hewan di dalamnya, walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat mempertahankan stabilitas kehidupan. Sebaliknya, sawah atau ladang yang hanya terdiri dari beberapa stabilitas yang kecil, artinya tanpa perawatan stabilitasnya akan terganggu.
2) Lingkungan Nonbiotik (fisik) Lingkungan ini adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada di sekitar kita, misalnya sinar matahari, suhu dan kelembapan, batu-batuan, tanah mineral, air, udara dan lainlain. Komponen atau kelompok lingkungan nonbiotik saling berinteraksi satu sama lainnya sebagai contoh apabila di suatu wilayah kekurangan suplai sinar matahari, maka di daerah tersebut akan mendapatkan kelembapan yang tinggi. Akibatnya, suhu di wilayah tersebut menjadi rendah.
Komponen lingkungan fisik juga akan berinteraksi dengan lingkungan biotik, misalnya manusia dalam bercocok tanam akan selalu memupuk tanahnya agar tanaman tersebut hidup subur, apabila curah hujan kurang akan memberikan pengaruh terhadap persediaan air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.
Berdasarkan campur tangan Manusia, Lingkungan Hidup dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Lingkungan Hidup Alami Lingkungan hidup alami adalah lingkungan hidup yang belum terkena campur tangan manusia atau mengalami modifikasi oleh manusia. Dalam lingkungan seperti ini, manusialah yang melakukan adaptasi sepenuhnya, disesuaikan dengan keadaan alam. Lingkungan yang belum dimodifikasi oleh manusia itu memiliki kecenderungan mantap dan seimbang. 2) Lingkungan Hidup Binaan Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup yang dikelola, dimodifikasi, dibentuk dan ditentukan keadaannya oleh manusia dengan menggunakan daya nalar, akar, budi, ilmu dan teknologi serta sistem sosial, budaya, dan ekonomi. Tujuan dibentuknya lingkungan hidup binaan adalah efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
oleh manusia. Karakteristik dari lingkungan ini adalah menonjolnya dampak teknologi dan budaya, keadaan lingkungan cenderung tidak mantap (perlu adanya subsidi energi) akibat adanya aktivitas manusia, komponen biotik dan nonbiotik cenderung tidak seimbang atau labil. Contoh lingkungan hidup binaan adalah daerah pertanian, dan peternakan.
3) Lingkungan Hidup Sosial
Lingkungan hidup sosial merupakan kesatuan ruang dengan sejumlah manusia yang hidup berkelompok sesuai dengansuatu keteraturan sosial dan kebudayaan bersama.
II.
Pembangunan berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas.
Ø
Lingkup dan Definisi Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas
daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005 menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan. Scheme of sustainable development: at the confluence of three preoccupations. Skema pembangunan berkelanjutan:pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian "pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas. Beberapa riset memulai dari definisi ini untuk berargumen bahwa lingkungan merupakan kombinasi dari alam dan budaya. Network of Excellence "Sustainable Development in a Diverse World" SUS.DIV, sponsored by the European Union, bekerja pada jalur ini. Mereka mengintegrasikan
kapasitas multidisiplin dan menerjemahkan keragaman budaya sebagai kunci pokok strategi baru bagi pembangunan berkelanjutan. Beberapa peneliti lain melihat tantangan sosial dan lingkungan sebagai kesempatan bagi kegiatan pembangunan. Hal ini nyata di dalam konsep keberlanjutan usaha yang mengkerangkai kebutuhan global ini sebagai kesempatan bagi perusahaan privat untuk menyediakan solusi inovatif dan kewirausahaan. Pandangan ini sekarang diajarkan pada beberapa sekolah bisnis yang salah satunya dilakukan di Center for Sustainable Global Enterprise at Cornell University. Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang ambigu, dimana pandangan yang luas berada di bawah naungannya. konsep ini memasukkan pemahaman keberlanjutan lemah, keberlanjutan kuat, dan ekolog mendalam. konsep yang berbeda juga menunjukkan tarik ulur yang kuat antara eko(lingkungan)sentrisme dan antropo(manusia)sentrisme. Oleh karena itu konsep ini lemah didefinisikan dan mengundang debat panjang mengenai definisinya. Selama sepuluh tahun terakhir, lembaga-lembaga yang berbeda telah berusaha mengukur dan memantau perkiraan atas apa yang mereka pahami sebagai keberlanjutan dengan mengimplementasikan apa yang disebut dengan matrik dan indikator keberlanjutan.
2.2 Indikator Kerja Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1.
Nilai minimal yang harus dicapai dalam keaktifan siswa dengan aspek kriteria
minimal B (Baik) dari setiap proses belajar mengajar, dari seluruh pertemuan dicapai nilay minimum untuk pengamatan aktifitas siswa adalah 75% 2.
Nilay yang harus dicapai untuk pengamatan aktifitas guru dari setiap proses belajar
mengajar dengan aspek Kriteria minimal B (Baik) saat menerapkan model Active Learning Tipe The Power Of Two, dengan pencapaian dari seluruh pertemuan proses belajar mengajar minimal 75% 3.
Untuk hasil belajar siswa minimal 75 % dari seluruh siswa yang dikenai tindakan
dalam penerapan model Active Learning Tipe The Power Of Two, memperoleh nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 75 keatas pada materi yang disajikan. 2.3 Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah; jika dalam pembelajaran guru menggunakan pembelajaran aktif tipe The Power Of Two maka hasil belajar siswa akan meningkat. 2.4 Penelitian Yang Relevan Penelitian relevan yang pernah dilakukan adalah penelitian oleh Desi Lestari dengan judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model Active Learning Tipe The Power Of Two Terhadap Prestasi Belajar Kimia kelas XI SMA Negeri 1 Cisaat Tahun Ajaran 2010/2011”. Pada jurnal penelitian yang dilakukan Desi Lestari tersebut menunjukkan bahwa Model Active learning The Power Of Two sangat berpengaruh terhadap preatasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cisaat, hal ini ditunjukan dari peningkatan hasil prestasi siswa. Berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh Desi Lestari, peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan model dan tipe pembelajaran yang sama yakni model pembelajaran aktif tipe The Power Of Two. Namun yang membedakan dari penelitian ini adalah jenis penelitiannya dimana penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian eksperimen yang lebih memfokuskan terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti akan melakukan penelitian dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lebih memfokuskan pada penerapan model pembelajaran aktif tipe The Power Of Two terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini juga yang membedakan adalah mata pelajaran dan materi yang akan dijadikan bahan penelitian