BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Pengertian Umum tentang Geografi Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi sebagai pengetahuan diajarkan di perguruan tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi dirasa sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebih cocok untuk geologi (dari kata Yunani geos dan logos), yaitu suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya, dari kulit luar sampai intinya, tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang menghuninya. Pengertian geografi yang sebenarnya adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti tulisan (Sumarmi, 2012: 6). Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa geografi merupakan suatu ilmu mempelajari seluk-beluk permukaan bumi serta hubungan timbal balik antar manusia dan lingkungannnya. Geografi tidak hanya memiliki kepentingan yang terletak pada sumbangannya yang mendasar bagi lahirnya ilmu-ilmu baru, akan tetapi pada isinya yakni yang menelaah relasi antara manusia dan lingkungan alamnya. Dengan demikian sudah selayaknya bahwa geografi disebut pula ilmu tentang sebaran gejala-gejala alami dan
8
manusiawi di permukaan bumi, atau juga ilmu tentang integrasi wilayah yakni bagaimna wilayah tersusun oleh gejala-gejala fisis dan sosial. Geografi jika diperiksa sampai bagian-bagiannya akan menimbulkan kesan yang bermacam-macam, sehingga muncul aneka gagasan tentang aspek-aspek dalam pembahasanya. Lebih lanjut Sumarmi (2012:13) membagi aspek-aspek kajian georafi dalam empat aspek, yaitu: 1. Aspek fisik, yaitu seperti tanah yang meliputi jenis tanah, asal tanah, kesuburan tanah dan topografinya; perairan yang meliputi perairan darat dan peerairan laut; serta iklim dan lain sebagainya. 2. Aspek manusia atau aspek sosial, seperti jumlah penduduk, pertambahan penduduk, penyebaran peenduduk, pendapatan penduduk, tenaga kerja, perindustrian, dan lain sebagainya. 3. Aspek biotis, jenis dan persebaran hewan, jeenis dan persebaran tanaman, baik tanaman alami maupun tanaman budidaya. 4. Aspek abstrak, seperti letak, luas batas, bentuk yang menyangkut studi lokasi suatu tempat.
2.2 Hakikat Pengajaran Geografi Secara sederhana, pengajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Oleh karena itu, penjabaran konsepkonsep, pokok bahasan dan sub pokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan
dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang-jenjang pendidikan yang bersangkutan. Dalam hal ini geografi dan studi geografi berkenaan dengan permukaan bumi (geosfera), alam lingkungan (atmosfera, lithosfera, hidrosfera, biosfera), Umat manusia dengan kehidupannya (antroposfera), penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaam dan perbedaan, serta analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Dengan kata lain, pengajaran geografi merupakan pengajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing.
2.3 Ruang Lingkup Pengajaran Geografi Studi geografi maupun pengajaran geografi, hakikatnya berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. Menurut Wardiyatmoko (2006: 3) ruang lingkup study geografi sangat luas karena mencangkup segala sesuatu yang ada di bumi, di permukaan bumi, dan di ruamg angkasa.
Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri dan karakteristik terhadap pengajaran geografi. Apa pun yang akan diproses pada pengajaran geografi, materinya selalu digali dari permukaan bumi pada suatu lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang memberikan ciri khas pada wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografis pada lokasi yang bersangkutan. Secara bertahap dan mendalam, materi-materi geografi itu dalam proses kegiatan belajars mengajar tidak keluar dari ruang lingkup pengajaran geografi yang menjadi ciri khasnya.
2.4 Tinjauan Tentang Hasil Belajar 2.4.1
Pengertian Belajar Belajar dapat terjadi dalam diri seseorang, melalui suatu proses, yang disebut
dengan proses belajar mengajar. Proses belajar dapat terjadi dimana saja, sehingga dikenal ada dua jenis pendidikan yang mengacu pada pengorganisasian proses pendidikan yaitu Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, dan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah pendidikan di sekolah yang dikelola secara hirarkis. Banyak para ahli yang telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Seringkali pula rumusan itu berbeda satu sama lain. Namun, diakui bahwa pengertian belajar bersifat kompleks karena merupakan suatu proses yang
dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri manusia. Sehubungan dengan pengertian belajar ini, Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkalaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkunaganya”.
Sedangkan
Budiningsih (2008:21) menyatakan bahwa “belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal- hal yang dapat ditangkap oleh alat indera, sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan”.
2.4.2
Pengertian Hasil Belajar Pada dasarnya semua orang dapat melakukan perbuatan belajar. Namun tidak
semua orang berhasil dengan baik, ini merupakan gambaran prestasi belajar yang tinggi dari seseorang. Pada umumnya semua orang menginginkan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, sudah barang tentu ini memerlukan usaha yang ulet dan sungguh-sungguh. Hasil belajar adalah hasil perbuatan tingkah laku seorang siswa setelah memperoleh pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau huruf. Dalam Sudjana (2006:23), mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar
hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Penilaian dilaksanakan setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan. Selanjutnya Purwanto (2005:147), telah menjelaskan bahwa hasil belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar mengajar tidaklah tunggal. Setiap proses belajar sangat mempengaruhi perubahan perilaku domain tertentu dalam diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan terjadi sesuai dengan tujuan pendidikan. Gagne (dalam Ibrahim, 2005:140), menyebutkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) itu sendiri. Hasil belajar dapat dilakukan dengan membandingkan penampilan kinerja sebelum masuk kedalam kondisi belajar dengan penampilan sesudah melakukan belajar. Dengan kata lain belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh individu (siswa). berarti belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, ini yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Reigeluth (dalam Ibrahim, 2005:140), mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga indikator, yaitu (1) keefektivitas
pembelajaran yang biasa diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut; (2) efisiensi pembelajaran yang biasa diukur dari waktu bekerja dan/atau biaya pembelajaran, dan (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin belajar secara kontiniu. Secara spesifik, hasil belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu kemampuan yang telah diperoleh. Hasil belajar tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan (khusus) perilaku. Hasil belajar menunjukkan perubahan perilaku secara keseluruhan, baik dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil belajar yang efektif menunjukkan perubahan bukan hanya pada salah satu ranah saja, melainkan ketiga ranah yang berlangsung secara kompleks dan bersamaan. Seperti yang disampaikan oleh Bloom (dalam Supriyono, 2011:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara umum, aspek kognitif merupakan aspek pengetahuan, afektif adalah sikap dan psikomotor adalah keterampilan. Hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006:22). Dengan demikian hasil belajar diukur atau diketahui berdasarkan perbedaan perilaku sebelum belajar dan setelah belajar. Seseorang dapat dikatakan telah belajar apabila ia memiliki perilaku yang berbeda antara sebelum dan setelah melalui suatu pengalaman. Lebih
lanjut
lagi,
Benjamin
Bloom
(dalam
Sudjana,
2006:29-30)
mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor. Adapun penjelasan ketiga ranah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ranah kognitif. Ranah ini berkenaan dengan intelektual yang meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). 2. Ranah afektif. Ranah ini berkenaan dengan sikap. Adapun aspek ranah afektif meliputi penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks serta gerakan ekspresif dan interpretatif. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom ini digunakan dalam sistem pendidikan Nasional. Meskipun demikian, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah-sekolah. Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Kajian ini memberi penjelasan bahwa hasil belajar siswa adalah ferformance dan kompetensi pada mata pelajaran meliputi: (a) kognitif seperti informasi dan pengetahuan atau knowledge, konsep dan prinsip atau manipulasi lingkup, pemecahan masalah dan kreatifitas, (b) psikomotorik seperti manipulasi dan lingkup kemampuan gerak dan (c) afektif seperti perasaan, sikap, nilai dan integritas pribadi.
Untuk lebih memperdalam kajian hasil belajar pada penelitian ini lebih difokuskan pada kemampuan kognitif. Hal ini dilakukan karena pada kawasan ini diperlukan kemampuan dan keterampilan intelektual yang memadai khususnya pada mata pelajaran geografi. Dengan demikian, pula disimpulkan bahwa hasil belajar Geografi adalah segala bentuk perubahan yang dialami oleh siswa, baik perubahan pengetahuan, perubahan sikap maupun perubahan keterampilan setelah mengalami proses pembelajaran geografi.
2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Outdoor Activity 2.5.1
Pengertian Outdoor Activity Kegiatan Alam Terbuka (outdoor activity) merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan di lokasi yang masih alami baik berupa hutan, perbukitan, pantai, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan karena aktivitas yang dilakukan di alam akan meningkatkan daya ingat dan konsentrasi tinggi. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Marc Berman yaitu, “Jika Anda terbiasa dengan kegiatan di alam bebas untuk berlibur dan melakukan aktivitas seperti berjalan, pilihan tersebut sangat baik terutama untuk otak Anda”. Para peneliti menunjukkan interaksi dengan alam, bahkan di tengah udara dingin dapat meningkatkan daya ingat dan konsentrasi yang tinggi. Beda halnya dengan aktivitas yang dilakukan di tempat ramai seperti pertokoan, super market, mol-mol, pusat perbelanjaan, dan lain-lain yang dihasilkan dari aktivitas itu hanya rasa jenuh. Kegiatan di alam terbuka saat ini banyak
dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif wisata, kegiatan pendidikan dan penelitian. Seperti apa yang dituliskan oleh Sumarmi (2012:89) bahwa pendidikan di luar kelas dapat diartikan sebagai pengalaman pembelajaran yang terstruktur dan berada di luar lingkungan kelas selama jam sekolah, setelah jam sekolah atau bahkan saat liburan. Selain itu, outdoor activity juga merupakan bentuk perjalanan di alam terbuka dengan tujuan merasakan kepuasan di alam terbuka, dengan demikian, alam akan memberikan pengalaman yang secara nyata dapat dirasakannya secara langsung. Segala bentuk kejadian yang dialami di alam terbuka akan membekas dan menjadi pengalaman yang mungkin tidak bisa dilupakan. Sebagai penggiat di alam terbuka, melihat aktivitas yang dilakukan di alam terbuka sebagai media pendidikan (outdoor activity for education) terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, diantaranya unsur petualangan, unsur tantangan, dan unsur pendidikan. Ketiga unsur tersebut jika disadari oleh pelakunya mampu memberi nilai atau makna bagi dirinya. Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus
lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan. Pendekatan outdoor activity menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan sosial anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran georafi yang berhubungan dengan lingkungan akan lebih berhasil diajarkan apabila didukung dengan lingkungan yang cukup memadai. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan menarik dan disukai oleh para siswa jika guru dapat mengemas materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara untuk menjadikan pembelajaran itu menarik adalah dengan melakukan pembelajaran di luar ruang kelas (outdoor).
Dua lokasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran outdoor, yaitu lingkungan di dalam sekolah dan lingkungan di luar sekolah. Penjelasan kedua lokasi ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Lingkungan di dalam sekolah Lingkungan di dalam sekolah merupakan tempat yang kaya akan sumber belajar, menawarkan peluang belajar secara formal dan informal. Selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari di sekolah merupakan sumber belajar yang baik. 2. Lingkungan di luar sekolah Lingkungan di sekitar sekolah menawarkan peluang untuk dijadikansumber belajar. Lingkungan sekitar memperkaya kurikulum. Berbagai lingkungan yang dapat digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang, museum, kerja proyek, dan sebagainya. Jadi, pembelajaran outdoor bukan hanya dapat dilakukan di luar lingkungan sekolah tetapi bisa juga dilakukan di dalam lingkungan sekolah asalkan lokasi yang digunakan dapat mendukung kegiatan belajar. Menurut Suyadi pembelajaran di luar kelas memiliki kekuatan antara lain: a. Dengan pembelajaran yang variatif siswa akan segar berpikir karena suasana yang berganti. b. Inkuiri lebih berproduksi. c. Akslerasi lebih terpadu dan spontan. d. Kemampuan eksplorasi lebih runtut.
e. Menumbuhkan penguatan konsep. Lebih lanjut, Suyadi menyebutkan bahwa manfaat pembelajaran di luar kelas antara lain: pikiran lebih jernih, pembelajaran akan terasa menyenangkan, pembelajaran lebih variatif, belajar lebih rekreatif, belajar lebih riil, anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas, tertanam image bahwa dunia sebagai kelas, wahana belajar akan lebih luas dan kerja otak lebih rileks. Kemudian, Sumaatmadja mengemukakan metode outdoor study pada pengajaran geografi menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan meningkatkan minat pada geografi. Berikut adalah pendapat Purwanto mengenai outdoor activity: a. Outdoor digunakan untuk mendekatkan pembelajar dengan objek pembelajaran. b. Outdoor dapat mengatasi kejenuhan siswa berkreasi. c. Outdoor meningkatkan kreatifitas siswa. d. Outdoor dapat meningkatkan kebersamaan dan kesetiakawanan siswa. e. Outdoor memberikan inspirasi kepada pembelajar untuk menemukan gambaran nyata tentang objek yang akan dituangkan sekaligus memotivasi pembelajar untuk lebih produktif membuat.
2.5.2
Kelebihan dan Kekurangan Outdoor Activity
a. Kelebihan outdoor activity. Keunggulan model pembelajaran outdoor activity di sekolah memiliki pengaruh yang positif terhadap perbaikan dan peningkatan kemampuan keterampilan dasar siswa: 1. Model pembelajaran outdoor actvity dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa baik pengetahuan, tindakan, penampilan, kebisaan maupun perilaku. 2. Model pembelajaran outdoor actvity berorientasi kepada lingkungan sebagai sumber belajar di samping sebagai kegiatan pembelajaran yang rekreatif. 3. Model pembelajaran outdoor actvity dapat menggunakan fasilitas belajar yang sederhana dan dimodifikasi disesuaikan dengan lingkungan. 4. Model pembelajaran outdoor actvity menggunakan kegiatan pembelajaran yang berangkai dan berisikan berbagai permainan yang menyenangkan. 5. Model pembelajaran outdoor activity dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran. 6. Keberhasilan
model
pembelajaran
outdoor
actvity
ditentukan
oleh
kemampuan guru dalam menciptakan iklim belajar yang menantang kemampuan dan potensi yang dimiliki anak didik. b. Kelemahan outdoor activity. kelemahan model pembelajaran outdoor activity diantaranya: 1. Model pembelajaran outdoor activity memerlukan pengelolaan yang prima mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluai, sehingga guru harus berkoordinasi dengan berbagai pihak antara lain masyarakat sekitar.
2. Model pembelajaran outdoor activity tidak hanya dipimpin oleh salah satu orang guru akan tetapi melibatkan guru lain sebagai pembimbing. 3. Model pembelajaran outdoor activity memerlukan pengawasan yang ketat dari unsur guru, kepala sekolah dan orang tua siswa. 4. Model pembelajaran outdoor activity cenderung hanya berorientasi pada kegiatan rekreatif tidak menekankan pada aspek keterampilan motorik belaka.
2.6 Penerapan Outdoor Activity Menurut Sumarmi (2012:91) tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam studi lapangan atau outdoor activity adalah: a. Class Preparation (persiapan Kelas). Untuk mempersiapkan siswa supaya pembelajaran dalam outdoor activity ini berjalan dengan lancar, maka siswa harus: 1. Mempelajari materi yang berkaitan dengan fokus studi dengan berbagai cara. Misalnya, membaca buku, artikel, dan lain sebgainya. 2. Memahami dan mampu mengisi instrumen-instrumen yang akan digunakan. 3. Mampu menggunakan peralatan yang akan digunakan dalam proses kegiatan. 4. Menentukan parameter pembuatan laporan. b. Selecting Area (penentuan lokasi). Pada tahap ini, dalam pembelajaran georafi harus ditentukan kemana harus melakukan kegiatan pembelajaran dan fokus apa yang akan diamati.
c. Group dynamics (Dinamika kelompok). Jumlah anggota pada setiap kelompok juga harus diperhatikan, guna untuk menentukan waktu yang maksimal dan agar efektif dalam pembelajaranya. Dengan melihat dinamika kelompok tersebut, guru diharapkan mampu mengkordinir secara maksimal aktifitas yang terjadi disetiap kelompok dalam kurung waktu yang ditentukan. d. Managing equipment in the field (mengelola peralatan). Dalam hal ini, kita harus menentukan tujuan dari pembelajaran outdoor Activity tersebut berdasarkan topik yang telah ditentukan. Dengan demikian peratan yang akan kita gunakan juga dapat kita tentukan dengan mudah. e. Working in the outdoors (kegiatan di lapangan). Dalam hal ini sebelum berangkat, semua kebutuhan yang akan kita gunakan sudah mesti disiapkan semua karena dilapangan nantinya akan langsung melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah diatur. f. Back in the classroom and final student report (kembali ke kelas dan membuat laporan). Di samping tahapan di atas ada alasan mengapa metode pendekatan Outdoor Activity dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu: a. Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana b. Metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman. c. Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan.
Ada berbagai bentuk implementasi outdoor activity yang dapat digunakan oleh guru di sekolah yaitu: a. Jelajah Alam Sekitar (JAS), merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik, sosial, teknologi maupun budaya sebagai objek belajar biologi yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Model-model pembelajaran yang bisa dikembangkan dalam pendekatan JAS adalah model yang lebih bersifat student centered, lebih memaknakan sosial, lebih memanfaatkan multiresources dan assessment yang berbasis mastery learning. b. Investigasi sosial. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam menggali sumber tersebut adalah pendekatan inquiry melalui investigasi sosial. Dalam pendekatan yang dilakukan secara emansipatoris ini, siswa dipandang sebagai peserta belajar dan pengembang pengetahuan (knowledge) dan memiliki status yang equal atau mitra dengan guru. Model yang disebut Naturalistik Inquiry dari Lincold dan Guba ini dikembangkan dalam proses pembelajaran IPS melalui alat pengumpul data seperti pertanyaan/wawancara terhadap sumber belajar, observasi terhadap kenyataan sosial dan lain-lain. Guru IPS dapat mengembangkan model ini untuk memfasilitasi siswa sebagai subjek belajar dan bukan sebagai objek yang menerima pengetahuan dari guru dalam pembelajaran IPS. c. Karyawisata. Apabila ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit dari sekedar apa yang telah diberikan di kelas dan memang tidak
memungkinkan terjadi di kelas, maka dapat diperoleh pengalaman-pengalaman langsung dan yang riil dengan jalan kunjungan-kunjungan khusus ke tempattempat tertentu. Tempat-tempat tersebut misalnya lingkungan (fasilitas) sekolah maupun lingkungan yang jauh sebagai metode karyawisata. Dalam pengertian pendidikan, karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. d. Praktikum Lapang. Proses pembelajaran berbasis student centered learning (SCL) menitikberatkan kegiatan pembelajaran pada aktivitas yang langsung melibatkan siswa. Proses pembelajaran dalam bentuk praktikum diarahkan agar siswa memiliki kemampuan hardskill dari materi yang diberikan. Sehubungan dengan itu, proses pembelajaran praktikum dapat dilakukan di luar kelas (praktikum lapang). Pembelajaran
praktikum
lapangan
adalah suatu proses
untuk
meningkatkan keterampilan peserta dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan dan peralatan yang digunakan. Pembelajaran praktikum lapangan merupakan suatu proses pendidikan yang berfungsi membimbing peserta didik secara sistematis dan terarah untuk dapat melakukan suatu keterampilan. e. Praktek Kerja Lapangan. Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu. Dunia
kerja/dunia usaha merupakan sebuah laboratorium yang berada di luar lingkungan sekolah, tempat siswa akan menerima petunjuk dan bimbingan yang sangat berarti dalam bentuk kegiatan pelatihan, praktik langusng serta pengenalan terhadap berbagai hal misalnya sistem operasional, etika perusahaan, organisasi dan hirarki dalam perusahaan, perilaku dan sebagainya. f. Kemah. Perkemahan dapat dilakukan untuk menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, untuk untuk bidang ilmu pengetahuan alam seperti ekologi, biologi, fisika, dan kimia. Siswa dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama. Selain keenam contoh yang diuarikan di atas sebenarnya masih banyak lagi bentuk implementasi yang dapat digunakan oleh guru misalnya outdoor geography, outdoor mathematic dan lain sebagainya. Intinya adalah model pembelajaran ini memberikan alternatif cara belajar dan pembelajaran yang humanis, asyik dan menyenangkan. Secara umum pembelajaran outdoor terdiri atas beberapa langkah penting, diantaranya menemukan, observasi, diskusi, laporan dan display. Adapun langkahlangkah pembelajaran Outdoor sebagai berikut: 1. Guru mengajak siswa ke luar kelas. 2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 3. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok
4. Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok 5. Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan. 6. Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan. 7. Selesai pengamatan siswa disuruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya. 8. Guru memandu diskusi dan siswa di beri kesempatan memberi tanggapan. 2.7 Pentingnya Pembelajaran di Luar Kelas Dalam pembelajaran siklus, menurut Sari (2010) bahwa langkah-langkah pembelajaran luar kelas pada materi Lingkungan Hidup di SMA, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut. 1) Tindakan siklus diawali dengan kegiatan kelompok dalam menyelesaikan LKS untuk mengetahui kemampuan siswa pada pembelajaran Lingkungan Hidup. 2) Kemudian dilakukan diskusi kelompok yang diarahkan oleh guru. Dari diskusi tersebut dikembangkan materi tentang kondisi lingkungan sehat dan tidak sehat. 3) Penyajian ke-2 dimulai dengan melakukan tes untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap pembelajaran. 4) Para pertemuan berikut, siswa diminta keluar kelas untuk mengidentifikasi macam sumber pencemaran lingkungan serta contoh lingkungan yang tidak sehat. Mereka diminta untuk mencatatkan hasil pengamatan ke dalam tabel. Hal ini dapat memberikan masukan pada guru untuk mencermati konsep apa yang belum dikuasai siswa sebagai bahan untuk membahas materi tersebut.
Mengenai pentingnya sarana dan prasarana dalam belajar dalam suatu lingkungan, Sukadi (2010) melukiskan bahwa pengalaman belajar dapat berbentuk: 1. Pengalaman langsung, yakni dengan melakukan aktifitas sendiri; 2. Pengalaman tiruan, yakni melalui wujud benda tiruan; 3. Pengalaman melalui drama, yakni melalui simulasi atau sosiodrama; 4. Pengalaman melalui demonstrasi, dengan menggunakan peragaan; 5. Pengalaman Wisata, yakni berupa Kunjungan ke suatu obyek; 6. Pengalaman melalui pameran, dengan menunjukkan hasil karya; 7. Pengalaman melalui televisi atau media yang sejenis; 8. Pengalaman melalui gambar hidup dan film; 9. Pengalaman melalui radio, tape recorder dan berbagai gambar; 10. Pengalaman melalui lambang-lambang visual; 11. Pengalaman melalui lambang-lambang verbal. Lebih lanjut, Santyasa (2012) menjelaskan bahwa pembelajaran outdoor dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan rancangan program yang dibuat oleh guru. Pembelajaran outdoor dapat dilakukan waktu pembelajaran normal, sebelum kegiatan pembelajaran disekolah atau sesudahnya, dan saat-saat liburan sekolah. Berbagai lokasi dapat digunakan untuk pembelajaran outdoor antara lain: 1. Lingkungan didalam sekolah
Lingkungan didalam sekolah merupakan tempat yang kaya akan sumber belajar, menawarkan peluang belajar secara formal dan informal. selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari di sekolah merupakan sumber belajar yang baik. 2. Lingkungan di luar sekolah Lingkungan di sekitar sekolah menawarkan peluang untuk dijadikan sumber belajar. Lingkungan sekitar memperkaya kurikulum. Berbagai lingkungan yang dapat digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang, museum, kerja proyek, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan penerapan pembelajaran di luar kelas, Mulya menyarankan bahwa ketika pembelajaran dilakukan di luar kelas, materi yang akan disampaikan bukanlah materi yang membutuhkan konsentrasi penuh. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar di luar kelas tidaklah sulit. Menurutnya, pembelajaran di luar kelas, guru harus: -
Pilih materi yang ringan, yang bisa diselingi dengan permainan dan candaan.
-
Pilih waktu dan suasana yang mendukung. Misalnya pada jam terakhir dan langit sedang tidak mendung.
-
Bagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil supaya lebih terkondisikan.
-
Mulai proses pembelajaran dengan berbagi ide dengan siswa.
2.8 Materi Lingkungan Hidup 2.8.1
Pengertian Lingkungan hidup
Menurut Meurah, dkk (2006: 115) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup dibagi menjadi dua jenis yaitu lingkungan hidup alami dan lingkungan hidup binaan. 1. Lingkungan hidup alami. Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis maupun berbagai proses alamiah yang menentukan kemampuan dan fungsi ekosistem dalam mendukung kehidupan. Lingkungan alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi. Segala proses yang terjadi di dalam lingkungan alami terjadi dengan sendirinya dan dalam keadaan tetap seimbang. Contoh lingkungan hidup alami adalah hutan primer yang belum terkena campur tangan manusia. 2. Lingkungan hidup binaan. Lingkungan hidup binaan mencakup lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan bantuan teknologi, baik teknologi sederhana maupun teknologi modern. Lingkungan hidup binaan bersifat kurang beraneka ragam karena keberadaannya selalu disesuaikan dengan kebutuhan manusia.
Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri, tetapi bergantung pada organisme lain dan sumber daya yang ada di sekitarnya sebagai sumber pangan, perlindungan dan perkembangbiakan sehingga membentuk suatu ekosistem. ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem terdiri atas empat komponen, yaitu komponen abiotik, produsen, konsumen dan dekomposer. 1. Komponen abiotik Komponen abiotik terdiri atas komponen fisik dan kimia yang terdiri atas air, tanah, udara, sinar matahari da mineral. Komponen abiotik merupakan media untuk berlangsungnya proses kehidupan. 2. Produsen. Organisme produsen merupakan organisme autotrof, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri yang berupa bahanbahan organik dan bahan-bahan non-organik dengan bantuan sinar matahari. Pada umumnya organisme autotrof adalah tumbuhan berklorofil. 3. Konsumen Organisme konsumen merupakan organisme heterotrof, yaitu organisme yang mampu memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya. Termasuk dalam organisme konsumen antara lain hewan dan manusia. 4. Dekomposer
Pengurai atau dekomposer merupakan organisme heterotrof yang menguraikan bahan-bahan
organik
yang
telah
mati.
Organisme
pengurai
berupa
mikroorganisme yang terdiri atas bakteri dan jamur.
2.8.2
Pelestarian Lingkungan Hidup Interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya merupakan hal yang wajar,
tetapi yang perlu diperhatikan adalah cara-cara dalam interaksi tersebut sehingga keduanya dapat tumbuh dan berkembang dengan seimbang. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan hidup menjadi sangat penting demi terjaganya keseimbangan alam. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha secara sadar untuk memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Undang- Undang No. 32 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan daya dukung di sini adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung kelangsungan hidup organisme, sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap organisme yang berada di dalam lingkungan itu sendiri. Menurut Lihawa (2011: 23) konservasi tanah berarti menempatkan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut
dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat- syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga produktivitas tanah tetap terjaga. Konservasi sering dipahami sebagai pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Konservasi sumber daya alam sendiri terbagi atas dua, yaitu konservasi sumber daya alam hayati dan konservasi sumber daya alam non hayati. Kegiatan konservasi terhadap sumber daya alam hayati terbagi atas dua, kegiatan yang dilaksanakan di dalam kawasan (konservasi insitu) dan di luar kawasan (konservasi exsitu). Konservasi sumber daya alam non hayati terbagi menjadi tiga, yaitu konservasi tanah dan air dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai, konservasi energi dan sumber daya mineral, serta konservasi sumber daya buatan dan cagar budaya.
2.8.3
Hubungan antara Pemanfaatan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat tersedianya Sumber daya alam.
Pemanfaatan SDA yang ada harus dilakukan dengan bijaksana, artinya harus memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya eksploitasi yang berlebihan. Pemanfaatan SDA dengan bijaksana sangat penting, mengingat bahwa adanya keterbatasan dari SDA, persebaran SDA yang tidak merata dan sifat dari SDA yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Dengan adanya faktor-faktor di atas, maka cara pemanfaatan SDA yang tersedia harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selektif, artinya pemanfaatan SDA harus benar-benar diseleksi dan diusahakan apabila benar-benar diperlukan. 2. Tidak boros, artinya memperhitungkan efisiensi dalam hal penggunaan agar tetap terjaga kelestariannya. 3. Mengusahakan agar tidak terjadi pencemaran. 4. Dilakukan kegiatan pembaharuan dalam rangka pengawetan untuk mencegah terjadinya kelangkaan sumber daya alam jenis tertentu. Pembangunan
tidak
saja
mendatangkan
manfaat
tetapi
juga
dapat
menimbulkan resiko terjadinya kerusakan lingkungan. Lingkungan sebagai sumber daya mempunyai daya dukung yan terbatas, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kegiatan eksploitasi sumber daya alam tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulkan akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan adanya pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan hidup menurut UU No.32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan,
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup bersifat spesifik, terpadu, holistik dan berdimensi ruang. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidupnya. 2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup. 3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. 4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup. 5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana. 6. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terlindungi dari dampak usaha atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.
2.8.4
Dampak Pembangunan bagi Lingkungan Hidup Pembangunan memiliki dampak bagi lingkungan hidup, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif
Adanya usaha reklamasi seperti pengeringan rawa, perbaikan lahan bekas tambang dan pengeringan laut yang kemudian dimanfaatkan untuk pertanian, pemukiman, transportasi dan rekreasi.
Peningkatan lahan garapan dan hasil panen.
Peningkatan fasilitas transportasi dan komunikasi.
Dampak negatif
Degradasi atau penurunan kualitas lingkungan seperti penggundulan hutan, penggersangan lahan, pencemaran, pemanasan global dan penipisan lapisan ozon.
Persediaan sejumlah sumber daya alam semakin menipis.
2.9 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretisnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini berbunyi: “jika guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe outdoor activity pada materi Lingkungan hidup, maka hasil belajar akan meningkat”.
2.10
Indikator Keberhasilan Indikator kinerja yang ditetapkan oleh pelaksana tindakan (peneliti) mengacu
pada kurikulum yang berlaku di SMA (KTSP). Dengan demikian, maka indikator kinerja yang ditetapkan adalah sebagai berikut: -
Indikator keberhasilan kegiatan guru paling kurang mencapai 75% dalam menerapkan model pembelajaran outdoor activity memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik dan baik
-
Indikator keberhasilan kegiatan siswa paling kurang mencapai 75% dalam proses pembelajaran dengan kriteria sangat baik dan baik
-
Indikator ketuntasan minimal 75% dari keseluruhan siswa yang memperoleh tindakan mencapai daya serap paling kurang 65.