BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1
Conceptual Framework
Pada Gambar 2.1 di bawah ini adalah conceptual framework yang dapat menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi pemasaran untuk layanan Listrik Pra Bayar PLN. Faktor-faktor tersebut didapatkan ditentukan berdasarkan wawancara dengan serta melakukan studi literatur mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi pemasaran.
Marketing Objective
Media
Message
Marketing Communication Strategy
Marketing Communication Mix
Evaluation
Gambar 2.1 Conceptual Framework
Faktor pembentuk Strategi Komunikasi Pemasaran adalah Strategi Media dan Pesan,
selanjutnya
implementasi
dari
Strategi
Komunikasi
Pemasaran 19
digunakan Bauran Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication Mix), dan akan
dilakukan
evaluasi
terhadap
implementasi
strategi
komunikasi
pemasaran tersebut. Sebagai langkah awal kerangka pemikiran dalam pembentukan Strategi Komunikasi Pemasaran Listrik Pra Bayar PLN, dilakukan analisa lingkungan bisnis, tujuan pemasaran listrik pra bayar dan analisa Marketing Mix yaitu analisa STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan analisa 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, dan Physical Evidence). Faktor-faktor tersebut ditentukan berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan serta melakukan studi literatur mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi pemasaran.
2.2
Business Environment
Gambar 2.2 Porter 5 Forces
Jika dilihat dari karakteristik PT PLN (Persero) yang memonopoli pasokan listrik bagi masyarakat Indonesia, bagan Porter 5 Forces di atas tidak akan sesuai dengan bentuk usaha dari PT PLN (Persero) Distribusi Jabar dan Banten (DJBB). Menyesuaikan dengan sifat monopoli PT PLN (Persero) DJBB untuk analisa lingkungannya hanya akan terdiri dari Suppliers, Buyers, dan Other Stakeholders (yang paling berpengaruh adalah pemerintah). 20
2.3
Marketing Mix
Marketing Mix merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan strategi komunikasi pemasaran Listrik Pra Bayar. Marketing Mix ini terdiri atas STP (Segmentation, Targeting dan Positioning) dan Analisa 7P (Product, Price, Place, Promotion, Process, People, Physical Evidence).
2.3.1 STP Analysis (Segmentation, Targeting, and Positioning) Langkah awal dalam proses STP ini adalah mengelompokkan customer ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan variabel tertentu. Segmentasi merupakan aktivias pembagian pasar menjadi berbagai kategori pelanggan dengan cara tertentu sehingga menghasilkan daya saing suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Langkah kedua adalah untuk memilih segmen yang paling menarik bagi usaha marketing perusahaan. Target market adalah sekelompok pembeli dengan karakteristik
tertentu
dimana
perusahaan
telah
memutuskan
untuk
memberikan pelayanan kepada mereka. Langkah selanjutnya adalah untuk membangun posisi yang menempatkan marketing perusahaan secara khusus dalam benak customer. Perusahaan akan mengimplementasikan strategi marketing di sekitar posisi tersebut yang telah dibangun. Positioning pada dasarnya berarti membangun tema yang akan menghasilkan “perbedaan yang berarti bagi customer ” (Day, 1990 dalam Blythe dan Zimmerman, 2005: 96). Berikut adalah segmentation, targeting dan positioning dari Listrik Pra Bayar: a. Segmentation Segmentasi pengguna Listrik Pra Bayar sebagai berikut:
Psikografi
Behavioral : Kebutuhan, tingkat penggunaan, keuntungan yang dicari,
: kelas sosial, gaya hidup, kepentingan
status pengguna dan rata-rata konsumsi, loyalitas, dan perilaku
21
b. Targeting
Tipe pelanggan rumah tangga PLN golongan tarif R1 – R3 termasuk Kos, Villa, dan Rumah Kontrakan.
Pelanggan moderen yang low-contact, membutuhkan kepraktisan dan privasi
Pelanggan yang memiliki mobilitas tinggi
Pelanggan yang memiliki kepentingan untuk mengontrol pemakaian listrik di rumahnya
c. Positioning Listrik Pra Bayar sebagai suatu solusi kemudahan berlangganan listrik dan kontrol pemakaian listrik.
2.3.2 7P Analysis (Product, Price, Place, Promotion, People, Process, Physical Evidence) a.
Product
PT PLN (Persero) sebagai penyedia tunggal listrik di Indonesia pada tanggal 17 Januari 2008 meluncurkan sistem layanan “Listrik Pra Bayar” (LPB). Sistem layanan LPB ini merupakan sebuah terobosan dari PLN dalam upayanya mencapai
target
visi
elektrifikasi
dengan
memberikan
suatu
pilihan
kemudahan bagi masyarakat memperoleh listrik sekaligus memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk dapat mengendalikan pemakaian listrik sesuai dengan kebutuhannya, upaya ini juga merupakan salah satu program untuk mendukung kampanye hemat energi yang sedang digalakkan oleh PLN. Sistem LPB juga merupakan salah satu solusi dari permasalahan yang sering timbul dalam sistem pembayaran listrik paska bayar. Unit Distribusi PT PLN (Persero) Jabar dan Banten menjadi Pilot Project penerapan sistem layanan baru ini. Sistem yang diinspirasi dari kesuksesan layanan listrik pra bayar di Afrika
22
Selatan ini menghadirkan solusi kemudahan bagi pelanggan dalam pemakaian listrik. Secara teknis operasional dalam Listrik Pra Bayar dikenal ada dua sistem yaitu sistem satu arah (one way) dan sistem dua arah (two ways). Perbedaan yang mendasar untuk listrik pra bayar satu arah adalah komunikasi antara meter prabayar dengan vending system melalui media token berupa 20 digit angka yang dimasukkan pada keypad kWh meter prabayar. Sedangkan pada sistem dua arah komunikasi antara vending sistem dengan meter prabayar melalui media smart card yang diisi ulang melalui card charger atau card reader kemudian dimasukkan pada kWh meter prabayar. Sampai saat ini sistem yang digunakan dalam Listrik Pra Bayar PLN masih menggunakan sistem satu arah.1 Sistem Listrik Pra Bayar memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak, baik dari sisi pelanggan maupun PLN.
Keuntungan di sisi pelanggan: 1. Mengendalikan anggaran dan konsumsi pemakaian listrik sesuai kemampuan. 2. Pelanggan tidak perlu menyediakan UJL (Uang Jaminan Langganan). 3. Lebih transparan jumlah rupiah yang dibayar dengan jumlah kWh yang dibayarkan dengan jumlah kWh yang diterima. 4. Dapat membeli token/ voucher isi ulang kapan saja. 5. Siklus tagihan yang lebih sederhana. 6. Pelanggan bebas mengantri membayar. 7. Memperkecil titik konflik pencatatan meteran listrik seperti kesalahan catat meter, penumpukan kWh meter, dsb yang sering terjadi pada sistem pembayaran listrik paska bayar. 8. Privasi pelanggan lebih terjaga, dengan tidak ada lagi petugas catat meter yang mendatangi rumahnya.
1
Purwanto, Eko., 2007, Majalah Sinergi 5/X/September – Oktober 2007, 16-17.
23
Keuntungan di sisi PLN: 1. Mempercepat arus kas dengan penerimaan pendapatan di muka. 2. Tidak ada tunggakan. 3. Tidak ada pembacaan meter, pemutusan sementara, dan penyambungan kembali sehingga menciptakan proses bisnis yang lebih pendek. 4. Peningkatan pelayanan, mengurangi komplain pelanggan seperti kesalahan catat meter yang merupakan komplain utama selain mati lampu. 5. Siklus tagihan yang lebih sederhana.
Berikut adalah perbedaan proses bisnis layanan paska bayar dan pra bayar: Petugas membaca meter Konsumen menikmati listrik
Data diserahkan ke Pengolahan Data
Listrik dialirkan PLN
Data diproses Pengolah Data Ada kejanggalan Baca ulang
Petugas ke lokasi pelanggan
Listrik Paska Bayar Sambung kembali
Data baca ke Pengolah Data
Pelanggan bayar Pemutusan sementara Tunggakan
Data diproses untuk rekening Bank transfer ke PLN
Pelanggan ke Loket bayar
Gambar 2.3 Proses Bisnis Paska Bayar
24
Data serahkan ke Pengolahan Data
Konsumen menikmati listrik Listrik dialirkan PLN
Data diproses Pengolah Data
Low Credit (Energi Habis)
Pembelian Token / Isi Ulang
Bank transfer ke PLN
Gambar 2.4 Proses Bisnis Pra Bayar Alat Meter Alat meter sampai saat ini masih didatangkan dari pabrikannya di Afrika Selatan. Supplier alat ini di Indonesia ada 3 (tiga) vendor yaitu Actaris, Conlog, dan Landis & Gyr.
Conlog
Landys+Gyr
Actaris
Gambar 2.5 Alat Meter Listrik Pra Bayar
25
b.
Price
Harga dalam Listrik Pra Bayar terdiri dari dua komponen biaya yaitu biaya pasang baru dan token isi ulang sebagai berikut: 1)
Pemasangan Baru
PLN DJBB menentukan kebijakan untuk subsidi alat meter digital LPB hingga target pemasangan 1000 alat, sedangkan untuk pemasangan selanjutnya sampai target 10.000 alat pada akhir tahun 2008, PLN belum menentukan kebijakan lebih lanjut apakah masih subsidi atau dikenakan biaya. Harga meteran Listrik Pra Bayar sekitar Rp. 900.000,- (belum termasuk Ppn) dan pelanggan dikenakan biaya pemasangan baru sebesar Rp. 20.000,- dan biaya administrasi sebesar Rp. 5.000,-. Saat ini sedang dikembangkan rencana pembayaran biaya pemasangan baru yang tidak langsung dibayarkan pada saat pemasangan namun dengan sistem mengurangi dari nilai pembelian token perdana, sama halnya seperti penerapan pembelian kartu perdana seluler pra bayar. 2)
Token Isi Ulang
Pilihan Token Isi Ulang LPB beragam dibagi terdiri dari transaksi tertentu yaitu pecahan Rp. 20.000,-, Rp. 50.000,-, Rp. 100.000,-, dan Rp. 500.000,-, serta transaksi bebas yaitu dengan minimal pembelian Rp. 20.000,- sampai dengan maksimal Rp. 1.000.000,-. Komposisi biaya dalam setiap pecahan token terdiri dari unsur jumlah kWh yang dibeli, PPJ, biaya administrasi payment point sebesar Rp. 1.600,-, materai (untuk transaksi di atas Rp. 250.000,-), dan Ppn (untuk tarif pelanggan R3). 3)
Harga Satuan kWh
Harga satuan kWh Listrik Pra Bayar mengacu pada Tarif Dasar Listrik tahun 2003, namun pada LPB harga satuan kWh dibuat secara Flat Rate setiap golongan tarif. Pada sistem pembayaran paska bayar harga satuan kWh terbagi atas blok-blok tarif berbeda di setiap golongan tarif yaitu kenaikan pemakaian rentang tertentu pada suatu daya akan diikuti dengan kenaikan progresif harga satuan per kWh meter nya, pada listrik pra bayar ini harga yang dibayarkan 26
merupakan rata-rata kenaikan blok-blok tarif dari setiap daya yang dimiliki pelanggan.
Tabel 2.1. Daftar Harga Listrik Pra Bayar PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN
DAFTAR HARGA LISTRIK PRA BAYAR NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
TARIF S.2 / 450 VA S.2 / 900 VA S.2 / 1.300 VA S.2 / 2.200 VA S.2 / 2.201 s/d 53000 VA R.1 s/d. 450 VA R.1/ 900 VA R.1 / 1.300 VA R.1 / 2.200 VA R.2 / 2.201 s/d 6.600 VA R.3 / > 6.601 VA B.1 s/d. 450 VA B.1 900 VA B.1 / 1.300 VA B.1 / 2.200 VA B.2 / 2.201 s/d 53000 VA I.1 s/d. 450 VA I.1 900 VA I.1 / 1.300 VA I.1 / 2.200 VA I.1 / 2.201 VA s.d. 14000 VA I.2 / > 14 kVA s.d. 53 kVA P.1 / 450 VA P.1 / 900 VA P.1 / 1.300 VA P.1 / 2.200 VA P.1 / 2.201 VA s.d. 53000 VA Multiguna
Rp/kWh 286 426 541 585 659 392 590 677 691 800 944 488 615 669 714 772 452 548 655 674 832 677 660 790 740 753 801 1,380
(Sumber: Bidang Niaga, PT PLN (Persero) DJBB)
c.
Place
Untuk pendaftara pemasangan baru Listrik Pra Bayar masih dilakukan sebatas di Kantor Area Pelayanan Jaringan dan Unit Pelayanan Jaringan. PLN DJBB telah menjalin kerjasama dengan Bank Bukopin di mana pembelian token kWh isi ulang dapat melalui ATM Bukopin di seluruh Indonesia, dan juga jaringan Payment Point Online Banking (PPOB) yang menjadi downline Bank Bukopin. Jaringan LPB pada bulan April lalu berkembang yaitu di Kantor Pos, ATM Pos dan juga melalui SMS Banking Pos 6181.
27
1)
Kantor Area Pelayanan Jaringan (APJ)
PLN DJBB membawahi sebanyak kantor Area Pelayanan Jaringan (APJ) di wilayah Jawa Barat dan Banten sebanyak 15 APJ. Setiap kantor APJ membawahi Unit
Pelayanan Jaringan (UPJ). Kantor APJ dan UPJ PLN
melayani setiap kegiatan pelayanan listrik seperti pemasangan baru, pemutusan, dll, dan juga sebagai tempat informasi layanan PLN salah satu satunya adalah layanan Listrik Pra Bayar di mana di APJ dan UPJ untuk mengetahui informasi lengkap mengenai sistem listrik pra bayar termasuk informasi pemasangan dan penggunaan sistem LPB pelanggan dapat datang ke kantor-kantor APJ dan UPJ untuk mendapatkan informasi langsung dari petugas pelayanan pelanggan, brosur, serta manual pemakaian meter. Pendaftaran pelanggan baru Listrik Pra Bayar hanya bisa dilakukan pada kantor APJ dan UPJ. Tabel 2.2 Jaringan Kantor Area Pelayanan PLN DJBB Area Pelayanan Jaringan
Alamat
Jumlah Unit Pelayanan Jaringan (UPJ)
APJ Bandung
Jl. Soekarno Hatta no. 436 Bandung 40255
8 Unit
APJ Banten
Jl. Dipenogoro No.2 Kab. Serang 42112
8 Unit
APJ Bekasi
Jl. Cut Meutia No. 44 Bekasi
6 Unit
APJ Bogor
Jl. Raya Pajajaran No.233 Bogor
8 Unit
APJ Cianjur
Jl. Siti Jenab No. 2 Cianjur 43211
4 Unit
APJ Cimahi
Jl. Raya Barat No. 675 Cimahi Kab. Bandung 40526
6 Unit
APJ Cirebon
Jl. Tuparev No. 100 Cirebon Kodya Cirebon 45153
7 Unit
APJ Depok
Jl. Sentosa Raya No.4 Depok II Tengah 16411
4 Unit
APJ Garut
Jl. Pramuka No. 2 Garut 44117
3 Unit
APJ Karawang
Jl. Surotokunto No. 36 Kab. Karawang 41313
5 Unit
APJ Majalaya
Jl. Jaksa Naranata No. I Baleendah Kab. Bandung 40258
6 Unit
APJ Purwakarta
Jl. K.K. Singawinata No. 50 Kab. Purwakarta 41114
4 Unit
APJ Sukabumi
Jl. R. E. Martadinata No. 39 Sukabumi 43113
5 Unit
APJ Sumedang
Jl. Palasari No. 75 Sumedang Kab. Sumedang 45322
4 Unit
APJ Tasikmalaya
Jl Mayor Utarya No. 28 Kab. Tasikmalaya 46132
7 Unit
(Sumber: Website PT PLN (Persero) DJBB http://www.pln-jabar.co.id)
28
2)
Payment Point
Selain loket pembayaran PLN di setiap kantor APJ dan UPJ, Payment Point merupakan hasil kerjasama dengan mitra PLN untuk pelayanan pembayaran listrik seperti Bank, Kantor Pos Indonesia, ATM Pos, Mobil Pos, dan PPOB (Payment Point Online Banking). Untuk pembelian token isi ulang Listrik Pra Bayar untuk saat ini dapat dilakukan di ATM Bank Bukopin dan semua jaringan PPOB yang menjadi downline Bank Bukopin, serta sejak tanggal 14 Mei 2008 yang lalu pembelian token dapat dilakukan melalui Kantor Pos Indonesia, ATM Pos, Mobil Pos, dan juga melalui SMS Banking Pos 6181. Untuk SMS Banking Pos, pelanggan dapat membeli token dengan mengirimkan sms mengenai jumlah token yang dibutuhkan dengan sebelumnya pelanggan menyimpan deposit di Kantor Pos Indonesia untuk di auto debit rekening.
d.
Promotion
Setelah peluncuran pada tanggal 17 Januari 2008 yang lalu, sosialisasi yang dilakukan oleh PLN DJBB belum cukup banyak. Liputan media massa yang cukup luas telah membantu mempromosikan sistem layanan baru ini. Awareness terhadap Listrik Pra Bayar PLN sejauh ini,walaupun belum signifikan, kebanyakan mengetahui dari liputan di TV dan media cetak ditunjukkan oleh tabel. Bentuk promosi lainnya adalah dengan brosur Listrik Pra Bayar, yang wilayah penyebarannya masih terbatas di kantor area pelayanan dan unit-unit pelayanan. Promosi langsung oleh petugas pelayanan di kantor APJ dan UPJ masih dilakukan kepada pelanggan yang datang ke kantor PLN (walk-in customer).
e.
Process
Penyampaian suatu produk atau layanan kepada konsumen merupakan salah satu bagian yang terpenting. Proses pendaftaran pelanggan Listrik Pra Bayar lebih mudah yaitu pelanggan mendaftarkan diri pada Kantor APJ dan UPJ PLN 29
dan pelanggan kemudian mendapatkan nomor pelanggan Listrik Pra Bayar. Setelah pemasangan alat meter listrik dilakukan pelanggan dapat mulai menggunakan listrik dengan token perdana.
ATM EDC
Bank
Internet Banking Phone Banking
Bank Bank Data Centre PLN
VS Vending System Prabayar
TransactionBack End Switch Switching Gateway
Front End Switch
Host GAPURA
SMS Banking
Bank’ Bank’s Delivery Channel
KUD Provider PPOB
Pelg EDC
Prabayar
Teller PT.POS PT. POS Mobile POS
Gambar 2.6. Arsitektur Sistem Listrik Pra Bayar (Sumber: Materi Presentasi General Manager PLN DJBB pada peluncuran Listrik Pra Bayar, 17 Januari 2008) Selanjutnya dalam proses pengguna kWh meter berfungsi sebagai dispenser listrik dilengkapi informasi display untuk pengontrolan pemakaian, sisa kredit, dan peringatan jika listrik akan habis. Pada setiap pemasangan baru alat meter, pelanggan akan dilengkapi dengan petunjuk penggunaan seperti contoh di bawah ini:
30
4
Apa arti ikon pada layar ?
PT.PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWABARAT DAN BANTEN
Petunjuk Penggunaan
BerapakWh yang sayapakaii ? Kedip pelan- pakai sedikit
Untuk meter merk
Energi kWh rendah
Jikanomor oke, meter akan otomatis menyalurkan energi
Beli voucher kWh / token
Jikasalahinput ulangi seperti no 3
Kedipcepat - pakai banyak Apa yang harus sayaperbuat? Operasi normal
Berapa kWh yang terpakai ? Pemakaian penuh
Salahinput nomor Nomor kadaluarsa Nomor tidak komplit
Pemakaian rendah
Meter penuh. Terlalu banyak memasukkan token.
Pemakaian nol, listrik terputus
Meter penuh Perluperbaikan Perluperbaikan
Pelayanan gangguan dan informasi hubungi telp 123 atau melalui sms 081122331123 atau website: www.pln-jabar.co.id
Kelebihan beban, tunggu 30 menit utk sambung kembali
Inputkan20 digit nomor token dengan benar
Gambar 2.7 Petunjuk Penggunaan Alat Meter Listrik Pra Bayar (Sumber: Materi Presentasi General Manager PLN DJBB pada peluncuran Listrik Pra Bayar 17 Januari 2008) f.
People
Sampai saat ini belum dibentuk tim khusus penjualan Listrik Pra Bayar. Penjualan langsung masih dilakukan oleh para petugas pelayanan APJ dan UPJ PLN. Pengembangan kompetensi pelayanan dan penjualan para petugas layanan APJ dan UPJ dilakukan dengan pelatihan-pelatihan berkala product knowledge dan soft skill.
g.
Physical Evidence
1.
Logo a.
Logo Perusahaan
Gambar 2.8 Logo PLN
b.
Logo Listrik Pra Bayar
Gambar 2.9 Logo Listrik Pra Bayar PLN 31
2.
Gedung Perkantoran Kantor PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sebagai kantor wilayah pusat untuk Kantor Area Pelayanan Jaringan (APJ) Bandung dan Unit Pelayanan Jaringan (UPJ).
2.4
Cakupan Penelitian
Batasan obyek penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Obyek yang diteliti adalah: 1. Profil pelanggan PLN golongan tarif R1-R3 2. Perilaku Pelanggan dalam pemakaian dan pembayaran listrik 3. Persepsi dan preferensi konsumen terhadap layanan PLN, serta pembentuk kepercayaan terhadap layanan Listrik Pra Bayar 4. Mengetahui preferensi pelanggan terhadap iklan dan media 5. Mengetahui preferensi pelanggan terhadap konten pesan dan pemilihan media yang tepat untuk Listrik Para Bayar b. Responden yang menjadi obyek penelitian adalah pelanggan PLN Golongan Tarif Rumah Tangga (R1-R3) yang juga merupakan target awal penerapan sistem layanan pra bayar
2.5
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui perilaku pelanggan dalam pemakaian dan pembayaran listrik b. Untuk mengetahui persepsi pelanggan terhadap PLN dan layanan PLN, serta pembentuk kepercayaan konsumen terhadap layanan PLN khususnya Pra Bayar tersebut c. Untuk mengetahui tingkat awareness masyarakat terhadap layanan PLN PLN Pra Bayar 32
d. Mengetahui tingkat keinginan masyarakat terhadap layanan PLN Pra Bayar e. Untuk dapat menyusun strategi komunikasi pemasaran Listrik Pra Bayar yang sesuai dengan tujuan komunikasi pemasaran
2.6
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses atau kegiatan pengadaan data-data untuk kepentingan proyek dengan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Beberapa cara pengumpulan data menurut Singarimbun, (1989: 212) : a. Wawancara Untuk peneliatian ini In-Depth Interview dilakukan kepada pihak-pihak terkait di perusahaan PLN DJBB, yaitu manajemen PLN DJBB untuk mendapat gambaran secara umum mengenai perusahaan dan produk Listrik Pra Bayar PLN, Pelanggan, dan pihak-pihak seperti media untuk mendapatkan masukan PLN dan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PLN terhadap produk dan layanannya. b. Studi Dokumen Penelitian dokumen yang berupa data yang berasal dari perusahaan, yaitu PLN Persero Distribusi Jawa Barat dan Banten. c. Survey Lapangan Pada survey lapangan ini dilakukan pengumpulan data primer secara langsung terhadap obyek yaitu Pelanggan PLN golongan Rumah Tangga (R1-R3)
2.7
Populasi dan Sampel
Populasi adalah generalisasi atau keseluruhan wilayah yang merupakan unit analisa yang mempunyai jumlah dan karakteristik tertentu. Penentuan teknik pengumpulan data setelah diketahui target responden, di sini target responden untuk tujuan penelitian adalah pelanggan PLN golongan tarif Rumah Tangga 33
yaitu R1 sampai dengan R3 dan bertempat tinggal di wilayah Area Pelayanan Jaringan (APJ) Bandung yang merupakan area pertama penerapan Listrik Pra Bayar. Jumlah populasi target responden tersebut diketahui berdasarkan data pelanggan Bulan Februari 2008 yaitu sebanyak total 517.280 pelanggan, terdiri dari pelanggan golongan tarif R-1 (≤ 450 VA sampai dengan 2.200 VA) sebanyak 497.994 pelanggan, golongan tarif R-2 (2.201 VA sampai dengan 6.601 VA) pelanggan sebanyak 17.160 pelanggan, dan golongan tarif R-3 (daya listrik lebih dari 6.601 VA) sebanyak 2.126 pelanggan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dipilih menggunakan metode tertentu. Teknik pengumpulan sampel adalah Purposive Sampling yaitu area pengambilan sampel dilakukan di 5 (lima) wilayah Bandung yaitu Bandung Barat, Bandung Timur, Bandung Utara, Bandung Tengah, dan Bandung Selatan, dengan kriteria responden adalah pelanggan rumah tangga dengan usia 22 – 60 tahun. Untuk menentukan jumlah kuesioner yang akan disebarkan, pada penelitian ini digunakan metode Slovin (Umar, 2005 : 146) sebagai berikut: n = N / (1+N(e)²) Dimana n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = tingkat error Jumlah total pelanggan PLN Area Bandung untuk golongan Rumah Tangga (R1 sampai dengan R3) adalah 517.280, dengan tingkat error adalah 8%, sehingga perhitungan jumlah sampel adalah : n = 517.280/ (1+517.280 (8)²) n = 156.285 ≈ 157 responden Sehingga untuk penelitian ini menurut metode Slovin dibutuhkan 157 responden untuk terwakilinya suara pelanggan. Kuesioner didistribusikan kepada 185 orang pelanggan rumah tangga dan jumlah tersebut telah memenuhi kriteria kecukupan data untuk tingkat kepercayaan 92%. 34
2.8
Akar Masalah
Akar masalah disimpulkan berdasarkan hasil in-depth interview dengan pihak manajemen PT PLN (Distribusi) Jawa Barat dan Banten, Pihak Media, serta pelanggan PLN. Hasil wawancara dikonfirmasikan kembali di dalam survey responden dan hasil survey menjadi dasar implementasi pelaksanaan komunikasi pemasaran Listrik Pra Bayar yang dilakukan oleh PT PLN DJBB. Kesimpulan akar masalah ditinjau dari sisi produk, konsumen, dan perusahaan:
a.
Produk
Awareness produk pra bayar masih rendah dikarenakan produk yang relatif baru
Dibutuhkan edukasi terhadap masyarakat terhadap layanan ini
Listrik pra bayar merupakan produk substitusi dari layanan listrik paska bayar
Untuk penerapannya yang pertama kali ini, ditargetkan pelanggan yang menggunakan layanan pra bayar sampai akhir tahun 2008 adalah sebanyak 10.000 pelanggan.
b.
Customer
Image perusahaan dan layanan PLN yang masih rendah
Titik konflik yang selama ini terjadi kebanyakan dari salah persepsinya
konsumen
terhadap
layanan-layanan
baru
yang
diluncurkan oleh PLN. c.
Company
Dari sisi perusahaan terdapat kelemahan dalam komunikasi pemasarannya
Meningkatkan image PLN dan layanannya.
Tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran yang tepat pada produkatau layanan yang diluncurkan.
Pemilihan media yang tidak beragam. 35
Bahasa komunikasi yang tidak tepat.
Internalisasi strategi komunikasi pemasaran yang masih dianggap lemah.
SDM yang memiliki pengetahuan yang lemah mengenai komunikasi pemasaran.
Customer Customer Pelanggan Pelanggan PLN PLN
Korporat
Penilain Image PLN rendah Kesalahan persepsi informasi
Pelayanan
Strategi Komunikasi Pemasaran yang tepat dan efektif Listrik Pra Bayar
Titik konflik thd layanan PLN
Internalisasi strategi ke APJ dan UPJ
Target 10.000 terpasang akhir tahun 2008 Substitusi dari sistem pembayaran lama Awareness yang rendah
SDM
Kelemahan komunikasi pemasaran Bahasa komunikasi
Produk relatif baru
Pemilihan media
Product Product
Tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran
Company Company PLN PLN
Gambar 2.10 Diagram Ishikawa
2.9
Kesimpulan Mengenai Akar Masalah
Guna memecahkan masalah tersebut, selain perbaikan kondisi internal yang telah dilakukan PLN, cara yang paling efektif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan komunikasi pemasaran (marketing communication) yang bertujuan untuk membangun awareness, menciptakan image yang positif, serta edukasi masyarakat tentang layanan Listrik Pra Bayar. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan merancang usulan strategi komunikasi pemasaran agar dapat perusahaan menyampaikan informasi dan layanan Listrik Pra Bayar kepada masyarakat secara tepat dan untuk mendapatkan awareness yang lebih besar dan sekaligus target edukasi pelanggan.
36
2.10
Hasil Kuesioner
2.10.1
Demografis
Segmentasi responden secara demografis terbagi atas: a. Jenis Kelamin & Usia Responden
Jenis Kelamin
41%
59%
L a ki- la ki
Pe r e m p u a n
Gambar 2.11 Jenis Kelamin Responden
Usia
16% 39% 16%
29%
22 - 30 th
31 - 40 th
41-50 th
51-60 th
Gambar 2.12 Usia Responden Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu banyak 59%, dan responden perempuan sebanyak 41%. Berdasarkan usia responden, 39% berusia 22-30 tahun, 29% berusia 31-
37
40 tahun, dan masing-masing sebanyak 16% adalah responden dengan kelompok usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun.
b. Wilayah Tempat Tinggal
Tempat Tinggal
16%
28% Bandung Selatan Bandung Barat Bandung Utara Bandung Tengah Bandung Timur
15%
16% 25%
Gambar. 2.13 Wilayah Tempat Tinggal Responden
Penyebaran kuesioner dengan cakupan wilayah Kodya Bandung menghasilkan sebanyak 28% responden bertempat tinggal di wilayah Bandung Selatan, 25% di wilayah Bandung Utara, 16% di wilayah Bandung Barat, 16% di wilayah Bandung Timur, dan 15% di wilayah Bandung Tengah.
c. Pekerjaan Pe ke rja a n 2% 2% 4%
8%
18% 4%
29% 34% Mahasiswa Pegawai Swasta Pensiunan BUMN
Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Lainnya
Pegawai Negeri Dosen/Pengajar
Gambar 2.14 Pekerjaan Responden 38
Profil pekerjaan responden sebanyak 34% adalah pegawai swasta, 29% wiraswasta, 18% Ibu rumah tangga, 8% Mahasiswa, masing-masing sebanyak 4% pekerjaan responden sebagai Dosen/Pengajar dan Pegawai Negeri. Sedangkan selebihnya 2% dari responden merupakan Pensiunan BUMN dan pekerjaan lainnya yang juga sebanyak 2% tidak terlalu signifikan jumlahnya.
d. Tempat usaha Di dalam kuesioner juga ditanyakan mengenai responden rumah tangga yang juga memiliki tempat usaha sendiri (termasuk didalamnya responden dengan pekerjaan
wiraswasta)
untuk
nantinya
dilihat
ketertarikan
mereka
menggunakan sistem Listrik Pra Bayar di tempat usaha mereka.
Responden Rumah Tangga yang juga memiliki Tempat Usaha
37%
63%
Responden RT Yang Memiliki Tempat Usaha Sendiri Responden Rumah Tangga Saja
Gambar. 2.15 Responden RT yang juga memiliki Tempat Usaha
Dari gambar 2.15 di atas menunjukkan sebanyak 37% dari responden rumah tangga juga memiliki tempat usaha sendiri, dan sebanyak 63% tidak memiliki usaha sendiri orang.
39
e. Pengeluaran per Bulan
SEC Profile 9.7%
23.2%
13.5%
14.6%
20.0%
SEC E
Pengeluaran / bulan < 500.000
D
Rp. 500.000 – Rp. 700.000
C2
Rp. 700.001 – RP. 1.000.000
C1
Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000
B
Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000
A2
Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000
A1
> Rp. 3.000.000
18.9%
D
C2
C1
B
A2
A1
Gambar 2.16 Besar Pengeluaran Responden per Bulan
Pengeluaran per bulan responden yang dimaksud di sini adalah pengeluaran rata-rata perbulan responden untuk keperluan sehari-hari (tidak termasuk pengeluaran tidak rutin, seperti rekreasi, pakaian, sepatu, kredit barang, misal mobil, rumah, dll). Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 23.2% responden memiliki total pengeluaran per bulan di atas Rp.3.000.000,-, 20% responden memilki total pengeluaran per bulan dalam rentang Rp.1.000.001,sampai Rp. 1.500.000,-, 18.9% responden memilki total pengeluaran per bulan dalam rentang Rp. 1.500.001,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-, 14.6% responden memilki total pengeluaran per bulan dalam rentang Rp. 2.000.001 – Rp.3.000.000,-, 13.5% responden memilki total pengeluaran per bulan dalam rentang Rp. 700.001,- sampai dengan Rp.1.000.000,- ,serta 9.7% responden memilki total pengeluaran per bulan dalam rentang Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 700.000,-. Jika dikaitkan pengeluaran rata-rata responden per bulan dengan tingkatan status kelas sosial, maka mayoritas responden yaitu 23.2% berada pada status kelas sosial A1 dan 20% berada pada status kelas sosial C1.
40
f. Daya Listrik di Rumah
Daya Listrik Rumah
9.7%
4.9%
24.3%
37.3%
23.8%
R1 ≤ 450 R1 1300 VA R2 2201 - 6601 VA
R1 900 VA R1 2200 VA
Gambar 2.17 Daya Listrik Rumah Responden
Pada gambar di atas menunjukkan responden memiliki daya listrik di rumahnya yaitu 37.3% responden memiliki daya 900 VA (Volt Ampere), 24.3% responden memiliki daya 2.200 VA, 23.8% responden memiliki daya 1.300 VA, 9.7% responden memiliki daya 2.201 – 6.601 VA, dan sebanyak 4.9% responden memiliki daya listrik ≤ 450 VA. Responden yang memiliki daya listrik di rumahnya dengan rentang ≤ 450 VA sampai dengan 2.200 VA dikategorikan sebagai pelanggan rumah tangga R1, sedangkan responden dengan besar daya listrik rentang 2.201 VA sampai dengan 6.601 VA dikategorikan sebagai pelanggan rumah tangga R2
41
2.10.2 Perilaku Konsumen a.
Perilaku Penggunaan Listrik Rata-rata Pemakaian Lis trik di Rumah dalam 1 Hari
2%
4%
13%
15% 66%
3 - 5 jam
5 - 7 jam
8 - 10 jam
11 - 13 jam
> 13 jam
Gambar 2.18 Pemakaian Listrik Responden di Rumah per Hari
Gambar di atas menunjukkan rata-rata pemakaian listrik per hari di dalam rumah tangga responden. Sebanyak 66% penggunaan listrik per hari di rumah responden adalah di atas 13 jam, 16% menggunakan listrik per hari antara 11 sampai dengan 13 jam, 13% responden menggunakan listrik per hari antara 810 jam, 4% menggunakan listrik per hari antara 5 - 7 jam, dan 2% menggunakan listrik per hari selama 3 – 5 jam.
b.
Besar Pengeluaran untuk Pembayaran Listrik Per Bulan Rat a-rat a Bi aya Li st ri k Rum ah per Bul an 1% 5% 2% 1% 3% 2% 5%
Kode A B C D E F G H I J K L M
22%
7%
9% 23% 9% 11%
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Pengeluaran Rata-rata < 100.000 Rp. 100.000 – Rp. 150.000 Rp. 150.001 – Rp. 200.000 Rp. 200.001 – Rp. 250.000 Rp. 250.001 – Rp. 300.000 Rp. 300.001 - Rp. 350.000 Rp. 350.001 - Rp. 400.000 Rp. 400.001 - Rp. 450.000 Rp. 450.001 - Rp. 500.000 Rp. 500.001 - Rp. 550.000 Rp. 550.001 - Rp. 600.000 Rp. 600.001 - Rp. 650.000 > Rp. 650.000
M
Gambar 2.19 Biaya Listrik Rumah Responden per Bulan 42
Pada gambar di atas menunjukan sebagian besar biaya listrik responden di rumah adalah antara rentang < Rp. 100.000,-sampai dengan Rp. 300.000,-,. Jika berdasarkan rentang biaya per kategori, 23% responden mempunyai beban pengeluaran biaya listrik per bulan kategori B yaitu dengan rentang antara Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- per bulan, 22% responden termasuk ke dalam kategori A dengan pengeluaran biaya listrik rata-rata per bulan < Rp.100.000,-, 11% responden termasuk ke dalam kategori C dengan pengeluaran biaya listrik rata-rata per bulan adalah Rp. 150.001 sampai dengan Rp.250.000,-, serta responden pada kategori D yaitu rentang pengeluaran biaya listrik rata-rata per bulan Rp. 200.001,- sampai dengan Rp. 250.000,- dan kategori E yaitu rentang pengeluaran biaya listrik rata-rata per bulan Rp. 250.001 – Rp. 300.000,-, sebanyak masing-masing 9% responden. Kategori lainnya pengeluaran biaya listrik di atas kategori E jumlahnya tidak terlalu signifikan.
c.
Tempat Pembayaran Listrik
Tem pa t P em ba yar an Ta gi han Li st r i k
1% 3% 9% 7%
37%
28%
Loket PLN ATM Bank Kantor Pos PPOB Kolektif RT Lainnya
15%
Gambar 2.20 Tempat Pembayaran Tagihan Listrik Responden
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa sebanyak 37% responden melakukan pembayaran tagihan listrik setiap bulannya di loket pembayaran listrik kantor 43
PLN, 28% melakukan pembayaran melalui loket Bank, 15% responden melakukan pembayaran melalui ATM, 9% responden melakukan pembayaran melalui PPOB (Payment Point Online Banking), 7% responden melakukan pembayaran melalui kantor pos, 3% responden pembayaran dilakukan secara kolektif oleh rukun RT di lingkungannya, 1% pembayaran melalui tempat lainnya seperti internet banking.
d.
Setoran pembayaran listrik
Yang Mel akukan P em bayar an Li st r i k
7% 1%
6% Diri Sendiri Keluarga
11%
Pembantu/Pegawai
48%
Teman Kolektif Auto Debit Rekening Bank
27%
Gambar 2.21 Yang Melakukan Pembayaran Listrik
Pada gambar di atas terlihat bahwa hampir separuh dari responden yaitu 48% responden
melakukan
setoran
pembayaran
tagihan
listriknya
sendiri,
sedangkan 27% pembayaran tagihan listrik masih dilakukan oleh Keluarga (Ayah/Ibu/Suami/Istri/Kakak/Adik),
11%
pembayaran
dilakukan
oleh
pembantu rumah tangga atau pegawai di kantornya, 7% responden menyetor pembayaran kepada kolektor untuk dilakukan pembayaran secara kolektif ke payment point, 6% responden pembayarannya telah secara auto-debit dari rekening bank, serta hanya 1% responden yang setoran pembayaran listriknya dilakukan oleh teman. \ 44
2.10.3 Tentang Listrik Pra Bayar a.
Brand Awareness Awarenes s Lis trik Pra Bayar PLN Tahu 30%
Tidak Tahu 70%
Gambar 2.22 Awareness Responden terhadap Listrik Pra Bayar
Sumber Awarenes s Lis trik Pra Bay ar PLN
2%
9%
34%
43% 4% Keluarga Radio
9% Teman/Rekan Media Cetak
TV Lainnya
Gambar 2.23 Sumber Awareness Responden
Sejak peluncurannya pada bulan Januari 2008 lalu, brand awareness Listrik Pra Bayar belum terlalu signifikan. Hal ini terlihat dari gambar di atas yang menunjukkan hanya 30% responden yang mengetahui tentang Listrik Pra Bayar, sisanya 70% belum mengetahui. Dari responden yang mengetahui mengenai layanan Listrik Pra Bayar, sebagian besar yaitu sebanyak 43% responden mengetahui dari ulasan media cetak seperti koran dan majalah, dan 45
34% responden mengetahui dari teman atau rekan. Sedangkan selebihnya responden mengetahui dari TV, keluarga, responden mengetahui dari radio, dan lainnya.
b.
Concept Test Listrik Pra Bayar
Ketertarikan menggunakan Listrik Pra Bayar
Tertarik, 29.7%
Tidak Tertarik, 70.3%
Gambar 2.24 Ketertarikan Responden terhadap Listrik Pra Bayar
Tabel 2.3 Alasan Tertarik Responden terhadap Listrik Pra Bayar Alasan Tertarik Dapat mengontrol pemakaian listrik Praktis Lebih hemat Sistem yang ditawarkan menarik Kemudahan pembayaran listrik Kontrol pengeluaran biaya listrik Kepastian jumlah pemakaian listrik Efisiensi Ingin mencoba dulu Biaya listrik lebih transparan
46
33% 22% 19% 7% 5% 5% 3% 2% 2% 2%
Tabel 2.4 Alasan Tidak Tertarik Responden terhadap Listrik Pra Bayar Alasan Tidak Tertarik Tidak praktis Repot untuk beli Token Isi Ulang Belum familiar/belum disosialisasikan Sistematika rumit Terbiasa dengan sistem yang lama Tarif lebih mahal Pemakaian listrik di rumah tidak menentu Takut tiba-tiba listrik mati belum beli voucher Tidak dapat memprediksi kondisi keuangan Lebih boros Pembayaran tidak dapat ditunda
26% 14% 13% 11% 11% 5% 5% 5% 5% 2% 2%
Responden diberikan gambaran singkat mengenai Listrik Pra Bayar dan sistematikanya. Hasil yang didapatkan pada gambar di atas terlihat bahwa 70.3% responden menyatakan tidak tertarik untuk menggunakan Listrik Pra Bayar untuk rumah mereka dan 29.7% responden menyatakan tertarik untuk menggunakan. Responden kemudian diberikan pertanyaan terbuka sehingga responden dapat memberikan jawaban lebih dari 1, yaitu mengenai alasan ketertarikan atau ketidaktertarikan mereka terhadap layanan Listrik Pra Bayar ini. Responden yang menyatakan tidak tertarik sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 26% responden beralasan sistem layanan ini tidak praktis, 14% responden beralasan merasa repot jika harus beli token ulang setiap kali habis, 13% responden beralasan tidak tertarik karena belum familiar terhadap layanan ini karena belum disosialisasikan. Sedangkan responden yang menyatakan tertarik terhadap layanan Listrik Pra Bayar, dari jawaban yang paling mayoritas adalah 39% responden beralasan dengan sistem layanan ini responden dapat mengontrol pemakaian listrik, 22% responden beralasan sistem layanan ini lebih praktis, dan 19% responden lainnya beralasan sistem layanan ini lebih hemat.
47
K et e rt a ri kan m e nc er i t aka n Li st r i k P r a Baya r ke Or ang La i n ( WOM)
Tidak Tertarik, 38%
Tertarik, 62%
Gambar 2.25 Peluang Word-of-Mouth Listrik Pra Bayar
Pada gambar diatas ditunjukkan ketika ditanyakan mengenai ketertarikan responden untuk menceritakan mengenai layanan ini ke orang lain, 62% menyatakan tertarik dan 38% lainnya menyatakan tidak tertarik. Preferensi responden mengenai segmen pelanggan yang cocok menggunakan Listrik Pra Bayar sebagai ditunjukkan dalam gambar berikut;
P el angga n yang coc ok pa ka i Li st r i k P r a Baya r 3% 1% 3%
26%
Rumah Tempat Tinggal Biasa Villa Kos
26%
Kantor UKM Rumah Kontrakan
14%
Lainnya
27%
Tabel 2.26 Pelanggan yang cocok menggunakan Listrik Pra Bayar
48
Tabel 2.5 Atribut Pembentuk Kepercayaan Masyarakat terhadap Listrik Pra Bayar Urutan Kepentingan
Atribut Layanan Listrik Pra Bayar PLN
Average
Konversi Sesuai Skala
Tingkat Kepentingan
1
Jaringan luas pembelian Token
4.0703
4
Penting
2
Lebih Hemat
4.0541
4
Penting
3
Kemudahan pemantauan pemakaian listrik
3.9892
4
Penting
4
Disiplin penggunaan listrik
3.8757
4
Penting
5
Kemudahan Penggunaan
3.8595
4
Penting
6
Banyak Pilihan Token
3.8054
4
Penting
7
Menunjang Praktis
3.7027
4
Penting
8
Terhindar dari tunggakan
3.6324
4
Penting
9
Privasi terjaga
3.1784
3
Netral
10
Gaya hidup moderen
2.7892
3
Netral
Fi gur P ubl i k E ndorser Li st r i k P ra Bayar
2% 1%
5%
2% 46%
43%
Pejabat Pemerintah Artis/Musisi Daerah Tokoh nasional lainnya
Artis/Musisi Nasional Olahragawan Pelanggan Biasa Saja
Gambar 2.27 Preferensi Responden Mengenai Endorser
49
2.10.4 Media Habit & Behavior a.
Aktifitas di Waktu Luang
K egi at an di Wakt u Lua ng 8%
2% 2%
3%
35%
27% 9%
14% Menonton TV Membaca Browsing internet
Olahraga ke Restaurant Lainnya
Mendengarkan Musik ke Mall
Gambar 2.28 Kegiatan di Waktu Luang
b.
Preferensi Media Massa
K ora n yang Pa l i ng se ri ng di baca
7%
7% 2%
2%
2% 1%
1%
31%
42% 5%
Bisnis Indonesia Galamedia Jakarta Post Kompas Media Indonesia Pikiran Rakyat Republika Sindo Tribun Jabar Lainnya
Gambar 2.29 Koran yang Paling Sering Dibaca
50
Maj al a h yang P al i ng D i suka i 2% 3% 3% 3%
31%
5%
10%
22% Tempo
SWA
Marketing
Gatra
Trust
Kontan
Kartini
Ayah Bunda
Gambar 2.30 Majalah yang Paling Disukai
Tabl oi d P a l i ng Di suka i 1% 2% 2% 4%
28%
10%
21% 23%
Bola Nova Otomotif Wanita Indonesia Genie Pulsa Aura Bintang
Gambar 2.31 Tabloid yang Paling Sering Dibaca
51
c.
Preferensi Media Elektronik St asi un TV P al i ng D i sukai
5% 4%
28%
9%
15% 18%
17%
Trans TV
RCTI
Metro TV
Trans 7
Indosiar
SCTV
Global TV
Gambar 2.32 Stasiun TV yang Paling Disukai
Stas iun R ad io Paling Dis ukai
16%
5% 5% 6%
12% 7% 8%
11%
Gambar 2.33 Stasiun Radio yang Paling Disukai
52
Ardan OZ FM Hard Rock 99ers Klite KLCBS Rase FM MQFM
d.
Preferensi Iklan
Ikl an Layanan Ma sya rakat P al i ng D i i ngat
Hemat Listrik Konversi Gas Elpiji
5%
6%
6%
22%
Hemat BBM/Energi Waspada Uang Palsu
7%
Flu Burung 8%
16% 8%
9%
Pilkada/ Pemilu Kesehatan Masyarakat Bayar Pajak
13%
Dana BOS Kebangkitan Nasional
Gambar 2.34 Iklan Layanan Masyarakat Paling Diingat
Ikl an Layanan Masyar akat P al i ng Menari k
4% 4%
4%
29%
6% 6%
6% 7% 14%
20%
Hemat Listrik Waspada Uang Palsu 3D Konversi Gas Elpiji Flu Burung Keluarga Berencana Kesehatan Masyarakat Subsidi BBM Dana BOS Demam Berdarah Pemilu
Gambar 2.35 Iklan Layanan Masyarakat Paling Menarik
53
Tabel 2.6 Alasan Iklan Layanan Masyarakat yang Paling Menarik
Alasan Iklan Layanan Masyarakat Yang Paling Menarik Edukatif Isi Pesan Mudah dipahami Ada unsur komedi Endorser yang tepat & menarik Bertema Sosial Isu yang sedang hangat Makna yang dalam Tagline menarik Tepat sasaran Efektif/ Tidak basa basi Kreatif Bersifat himbauan Informatif
24% 21% 10% 7% 5% 4% 4% 4% 4% 3% 3% 2% 2%
Tabel 2.7 Kriteria Iklan Layanan Masyarakat yang Baik Iklan Layanan Masyarakat yang Baik Isi pesan mudah dipahami Edukatif Unsur Komedi Endorser tepat & menarik Informatif Realistis Efektif/ Tidak Bertele-tele Memberikan Solusi Persuasif Bertema Sosial Memiliki Makna yang Dalam Tepat Sasaran Bahasa penyampaian yang tepat
54
21% 17% 13% 10% 7% 5% 5% 3% 3% 3% 3% 3% 2%
Me nget ahui Ikl an PLN
Tidak Tahu, 42%
Tahu, 58%
Gambar 2.36 Awareness terhadap Iklan PLN
I klan PLN Paling Diing at
1% Hemat listrik
2%
Hemat pemakaian listrik Pukul 17.00 - 22.00 Hemat Energi Hemat Biaya
3% 6% 14%
Bahaya pencurian listrik Lampu hemat energi 50% 22%
PLN Pra Bayar Bahaya pakai listrik sembarangan
Gambar 2.37 Iklan PLN Paling Diingat
55
Program/Kegiatan PLN di luar Iklan
Tidak Tahu 6%
Tahu 94%
Gambar 2.38 Awareness terhadap Program PLN di Luar Iklan
Sumber Mengetahui Iklan PLN
2% 2% 2% 2%
6% 1%
13%
72%
TV Koran Majalah Tabloid Radio Poster/Brosur/Flyers Billboard Spanduk
Gambar 2.39 Sumber Mengetahui Iklan PLN
56
Tabel 2.8 Alasan Iklan PLN Menarik Iklan Layanan Masyarakat yang Baik Isi pesan mudah dipahami Edukatif Unsur Komedi Endorser tepat & menarik Informatif Realistis Efektif/ Tidak Bertele-tele Memberikan Solusi Persuasif Bertema Sosial Memiliki Makna yang Dalam Tepat Sasaran Bahasa penyampaian yang tepat
2.10.5
21% 17% 13% 10% 7% 5% 5% 3% 3% 3% 3% 3% 2%
Asosiasi terhadap PLN
Tabel 2.9 Asosiasi terhadap PLN Asosiasi PLN Listrik Penyedia dan Pengelola listrik BUMN Mati Lampu Pembayaran Tagihan Listrik Monopoli Lampu Perusahaan Listrik Negara Penerangan Tarif Mahal Pelayanan Buruk Logo Petir Pusat Listrik Negara Perusahaan Rugi Pegawai Negeri Tarif Tidak Menentu Defisit Energi
38.9% 8.8% 7.4% 6.3% 4.6% 4.2% 3.5% 2.8% 2.5% 2.5% 2.5% 1.8% 1.4% 1.1% 1.1% 1.1% 1.1%
57
2.10.6 Asosiasi terhadap Listrik Pra Bayar A sosiasi terhadap Listrik Pra Bayar
Pembayaran listrik di muka Voucher isi ulang 3%
3% 2% 2%
8%
31%
Pembayaran listrik menggunakan voucher isi ulang Seperti pulsa pra bayar ponsel Pelayanan alternatif untuk menghemat listrik
12%
Tidak praktis 17%
Hemat pembayaran Inovasi pelayanan PLN kpd Masyarakat
Gambar 2.40 Asosiasi terhadap Listrik Pra Bayar
Tabel 2.10 Preferensi Media Promosi Listrik Pra Bayar Media Utk PLN Promosi Produk/Layanan TV 79% Koran 8% Radio 4% Majalah 2% Tabloid 2% Poster/Flyers/Brosur 1% Billboard 1% Spanduk 1%
58