39
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1
Fase I: Define (D) 4.1.1 Klarifikasi Suara Pelanggan (Voice of Customer) Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) adalah fokus utama dari proyek yang akan dijalankan. Sehingga sebelum memulai proyek ini, perlu mendengarakan suara pelanggan voice of customer (VOC). ¾
Terdapat beberapa penyimpangan ukuran, dimensi pada produk rear axle housing assy model IMV.
¾
Ukuran, dimensi pada produk harus masuk dalam toleransi, sesuai dengan tuntutan karakteristik desain proses yang ada dan ditetapkan voice of business (VOB).
¾ Sesuai dengan company objective PT. Inti Ganda Perdana, rejection produk yang diproduksi kurang dari 250 DPMO (defect per million opportunities kegagalan per satu juta kesempatan). ¾ Menjadi produsen rear axle dan propeller shaft yang mampu bersaing di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
40
¾ Memastikan hanya menerima, membuat dan meneruskan produk yang berkualitas. Voice of customer (VOC) tersebut di atas merupakan harapan pelanggan yang perlu diterjemahkan lebih spesifik, kualitas seperti apa yang dituntut oleh pelanggan. Dalam kasus ini ada beberapa tahap untuk menerjemahkan voice of customer (VOC) tersebut ke dalam critical to quality (CTQ), yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Voice of customer menjadi Critical to quality.
Voice of Service/ Quality Customers Issue Saya ingin produk Conformance: yang dihasilkan Kesesuain produk sesuai spesifikasi terhadap spesifikasi dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan
Spesific Needs Statement Pelanggan menerima produknya sesuai dengan spesifikasi, dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi
CTQ Characterristic Spesifikasi dari produk sesuai Dengan karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan
Setelah voice of customer diterjemahkan dan menjadi kebutuhan dan isu penting bagi pelanggan, critical to quality menjadi suatu variable yang terukur. Sehingga dapat dimonitor, apakah suatu proses, produk dan layanan bisa memenuhi kebutuhan tersebut atau tidak. Suatu produk yang kualitasnya berada di bawah critical to quality maka produk tersebut di kategorikan dalam produk cacat karena tidak dapat memuaskan pelanggan.
41
4.1.2
Latar Belakang Melakukan Proyek (Bussiness Case) Persaingan bisnis manufaktur di Indonesia semakin ketat, terlebih lagi
dalam industri otomotif PT. Inti Ganda Perdana adalah industri komponen otomotif yang berkomitmen untuk selalu melakukan perbaikan berkelanjutan (countinous improvement) untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Untuk menghadapi persaingan global, perusahaan ingin meningkatkan kualitas produknya dengan mengurangi produk–produk cacat atau not good (Defect) yang telah diproduksi. Karena itu perusahaan dituntut untuk memproduksi barang atau produk dengan effisien dan kualitas tinggi, sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran, baik dalam negri maupun kawasan regional seperti ASEAN. Kualitas produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan pada pengukuran dan karakteristik – karakteristik tertentu berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memproduksi barang sesuai dengan keinginan dan harapan dari pelanggan yang sesuai dengan spesifikasi produk. Apabila hal ini tidak dapat dicapai, maka bisa dipastikan pelanggan akan pindah ke produsen komponen otomotif lain yang memiliki inti bisnis yang sama dan secara langsung akan berdampak buruk terhadap kelangsungan jalannya perusahaan. Improvement ini juga berkaitan dengan company objective perusahaan pada tahun 2005 yang dikeluarkan oleh manajemen PT. Inti Ganda Perdana yaitu, mengurangi kegagalan atau produk rejection rate yang diproduksi hingga
42
mencapai target kurang dari dari 250 ppm (part per million) atau 250 DPMO (Defects per Million Opportunities). Apabila di konversi ke dalam bentuk sigma maka dari jumlah DPMO sebesar 250 ppm, maka nilai Sigma-nya adalah sebesar 4.99σ. 4.1.3
Pernyataan Masalah (Problem Statetment) PT Inti Ganda Perdana telah menetapkan aktivitas perusahannya
dengan mengeluarkan kebijakan mutu perusahaan selama satu tahun yang di definisikan dalam company objective perusahaan yaitu standar rejection rate yang diproduksi hingga mencapai target kurang dari dari 250 ppm (part per million) atau 250 DPMO (Defects per Million Opportunities). Mengacu pada standar tersebut berdasarkan data penyimpangan ukuran (out of spec dimension) untuk jenis produk housing assy rear axle model IMV selama empat bulan terakhir deffect rate produk belum dapat tercapai. 4.1.4
Target Perbaikan atau Pernyataan Tujuan (Goal Statement ) Perusahaan ingin meningkatkan kualitas produknya dengan mengurangi
produk–produk cacat atau not good (defect) dengan melakukan improvement. Improvement dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan out of spec dimension dari produk housing assy rear axle model IMV yang diproses produksi di PT. Inti Ganda Perdana, agar target perusahaan sebesar 250 ppm untuk produk–produk cacat atau not good (defect), yang berarti nilai sigma-nya adalah sebesar 4.99σ.
43
4.1.5
Ruang Lingkup Proyek (Project Scope) Improvement dilakukan untuk mengatasi masalah penyimpangan
ukuran (out of spec dimension) pada proses produksi housing assy rear axle yang tidak sesuai dengan spesifikasi geometri. Penyimpangan ukuran disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu machine, tools, process, dan method yang merupakan bagian terkait dalam proses produksi. Untuk mengatasi masalah penyimpangan ukuran tersebut, perlu dilakukan investigasi terhadap penyebab-penyebab yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan ukuran dan menganalisa masalah untuk ditindak lanjuti dengan melakukan improvement pada proses produksi housing assy machining line C. Batasan proyek improvement ini berdasarkan pada proses yang berkaitan terhadap penyimpangan ukuran housing assy. 4.1.6
Proses Map (SIPOC Diagram ) Dalam proses inti housing assy rear axle terbagi kedalam dua bagian
proses, yaitu proses housing welding dan proses housing machining. Proses housing welding yaitu merupakan bagian penyambungan dari single part menjadi kesatuan produk yang di assembling dengan proses welding machine robot, sedangkan dalam proses housing machining merupakan proses pemotongan (cutting) housing assy untuk mendapatkan ukuran dan dimensi yang telah ditetapkan. Berikut ini SIPOC diagram dari proses inti housing assy rear axle line C.
44
S
I
Supplier
Inputs
Vendor
P
Upper, Lower Cover, Ring plate Housing Tube Housing End Singel Part
O
C
Process
Output
Customer
Assembling manual Housing assy rear axle
Housing assy rear axle
Assembling Proses
Gambar 4.1 Proses Inti Housing Assy Rear Axle
Berdasarkan
SIPOC diagram diatas fokus utama perbaikan adalah
proses assembling manual dari housing assy rear axle pada line C di PT. Inti Ganda Perdana. 4.1.7
Proses Maping / Flow Process Proses assembling manual rear axle housing assy melalui beberapa
tahapan proses dalam satu line produksi. Untuk mengidentifikasi proses mana yang berpengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan dimensi produk, maka dipetakan secara detail sebagai berikut melalui mekanisme process mapping sebagai berikut.
45
Tabel 4.2 Flow Proses Assembling Manual Housing Assy Rear Axle
Station Name
Process
Normal L/ ABS
No.
42110-687N0
1
Washing
C1
2 3 4 5 6 7
Level Plug Welding Projection Welding of Oil Deflector Upper Lower Hand Welding Upper Lower Automatic Welding Drain Plug Automatic Welding Breather Plug Automatic Welding Housing, Cover, and Ring Plate Automatic Welding Cooling Pressing of Upper and Lower Housing Housing Tube & U/Lower Friction Welding Bead Cutting Three Direction Roughing Boring Housing Assy Automatic Welding Small Part Hand Welding Small Part Robot Welding Small Part Hand Welding (LABS Type) Small Part Robot Welding (LABS Type) Straightening Leaking Test Repair Three Direction Facing and Boring NC Three Direction Multy Spindle Drilling Multy Spindle Tapping Spot Facing, Drilling, Boring, and Tapping of ABS Holes Deburing
S4 S3 M4 M5 M2 M2
8 9 10 11 12 13 14 15 18 19 20 23 24 25 26 28 29 30 31
32 High Pressure Washing
M9 M10 M11 M13 M15-1 M16-1 M15-2 M16-2 M17 M18 M19 A17 A-19 B-21 B-22 A-21 C2
=Proses
=Finish
= Check
=Supply
46
Mendefinisikan proses yang ada dan berkaitan dengan proses machining housing assy line C dan aktifitas kerja yang ada saat ini di line proses produksi. Flow proses machining dari housing assy pada line C didefinisikan berdasarkan prosesnya. Dibawah ini adalah definisi dari masing-masing proses adalah pada housing assy line C.
M4 Upper Lower Hand Welding adalah penyambungan upper housing dengan lower housing melaui tack welding atau manual
pada area
sambungan. Jumlah tack welding pada tiap model biasanya 8 titik untuk yang menggunakan housing tube dan 12 titik untuk yang tidak menggunakan housing tube.
M.5 Upper Lower Automatic Welding
adalah proses finishing, yaitu
proses penyambungan/pengelasan upper housing dengan lower housing menggunakan Jig yang digunakan untuk mencekam material, metode yang digunakan adalah robot welding machine .
M.2 (lower) Drain Plug Automatic Welding adalah proses penyambungan drain plug dan housing assy dengan automatic welding machine.
M2
(upper)
Breather
Plug
Automatic
Welding
adalah
proses
penyambungan brether plug dan housing assy dengan automatic welding machine.
M.9 Housing, Cover and Ring Plate Automatic Welding adalah proses penyambungan atau pengelasan housing, cover dan ring plate dengan menggunakan automatic welding machine.
47
M.10 Cooling adalah proses pendinginan housing assy setelah proses welding agar tidak terjadi deformasi panas akibat welding.
Pressing of Upper and Lower Housing adalah proses penekanan tube dengan menggunakan mesin press 10 ton agar didapat kebulatan tube setelah proses welding.
Housing Tube & Upper Lower Friction Welding adalah proses penyambungan atau pengelasan housing assy dengan housing tube mengguankan metode friction welding machine.
Bead Cutting adalah proses bead welding cutting dengan menggunakan Nc lathe machine.
M.11 Three Direction Roughing Boring Machine, proses pemotongan inside diameter cover plate, inside diameter ring plate dan housing tube RH dan LH .
M.13 Housing Assy Automatic Welding adalah proses finishing, yaitu proses penyambungan atau pengelasan housing assy dengan housing end dengan menggunakan automatic welding machine.
M.15 Small Part Hand Welding proses pengelasan pada area sambungan bracket pada housing sub assy sacara manual welding dengan menggunakan special jig yang berfungsi untuk memegang bracket.
M.16 Small Part Robot Welding proses yang terjadi adalah finishing dari M15, yaitu proses pengelasan pada area sambungan bracket pada housing assy oleh robot welding machine.
48
M.17 Straightening yaitu proses untuk meluruskan benda kerja sebelum memasuki proses machining, yaitu dengan cara menekan housing assy untuk mendapatkan kelurusan dari housing assy dengan upper lower axis.
M.18 Leaking Test adalah test untuk mendeteksi adanya kebocoran pada semua sambungan welding housing assy dengan mencelupkannya kedalam air dan diberi takanan udara sebesar 0.5 bar selama kurang lebih 15 detik.
M.19 Repair adalah proses perbaikan housing assy ketika pada proses M.18 ditemukan adanya kebocoran pada sambungan welding, dengan cara mengerinda kebocoran sambungan welding dan kemudian mengelas ulang pada area bekas gerinda dan setelah itu dilanjutkan kembali untuk proses M.18
A.17 Three Direction Facing and Boring NC adalah proses facing dan boring pada area ring plate dan housing end pada housing assy dengan menggunakan three direction facing and boring machine.
A.19 Three Direction Multy Spindle Drilling adalah proses drilling area ring plate pada housing assy dengan menggunakan three direction drilling machine.
B.21 Multy Spindle Tapping adalah lanjutan dari proses drilling yaitu taping area ring plate pada housing assy dengan menggunakan three direction drilling machine.
49
A.21 Deburing adalah proses remove scrab, spatter dan burry dari ring plate, end housing dan cover housing dengan menggunakan manual grinding dan chamfer 0.5 semua sisi tajam dari lubang housing end pada housing assy. Setelah definisi setiap proses dijabarkan secara detail maka berdasarkan
analisa, proses yang memberikan kontribusi terhadap penyimpangan geometri dimensi pada housing assy rear axle berkaitan dengan analisa proses. 4.2
Fase II: Measure (M) 4.2.1 Mendefinisikan Standar Kinerja Tabel 4.3 Standar Kinerja Six Sigma
Kebutuhan Karakteristik
Ukuran Target Spesifikasi Batas Spesifikasi
Cacat
Definisi
Proses
Penjelasan mengenai suara pelanggan Kata atau frase yang mengambarkan aspek proses, produk, atau layanan kita
Kualitas produk sesuai dengan standar Kesesuaian produk terhadap spesifikasi, dan karateristik disain produk dan karateristik operasi Sesuai dengan dimensi pada desain proses
Definisi bagaimana karakteristik dikuantifikasikan Sesuatu yang ingin dicapai Batas toleransi yang masih diterima oleh pelanggan terhadap proses, produk dan layanan Output yang tidak diterima pelanggan atau sesuatu yang membuat pelanggan kecewa
Deffect rate, mencapai 250 ppm = 4.99 σ Sesuai dengan standar spesifikasi geometri Produk yang diterima oleh pelanggan tidak sesuai spesifikasi
50
Kebutuhan pelanggan telah didefinisikan berdasarkan standar kinerja proses yang telah ditetapkan, maka selanjutnya adalah melihat kondisi yang ada pada saat ini sebelum dilakukan perbaikan atau improvement. Dari hasil proses produksi housing assy rear axle pada line machining, penyimpangan ukuran untuk axle housing model IMV masih terdapat beberapa ukuran yang tidak sesuai dengan standar baik itu yang bersifat sementara maupun tetap. 4.2.2 Mengumpulkan Data Pengumpulan data out of spec dimension diambil berdasarkan hasil pengukuran housing axle, yang diambil selama empat bulan. Pengukuran produk dilakukan dengan menggunakan metode sampling. Dalam penelitian ini pengambilan sample dengan menggunakan cara sistematis dengan hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedang unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
POPULASI ATAU PROSES
Gambar 4.2 Systematic Sampling
SAMPEL n=1/100
51
Agar sample yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 1999) sebagai berikut : Jumlah sampel =
n / (1+n.e²) dimana :
n = Jumlah sampel N= Jumlah populasi e= Jumlah populasi Persentase kelonggaran ketidaktelitian (presesi) karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Dalam penelitian ini diketahui jumlah populasi (N) sebesar 12000 produk (4000 produk per bulan) yang merupakan jumlah produksi selama empat bulan. Dan e ditetapkan sebesar 10%. Jadi jumlah minimal sample yang diambil oleh peneliti adalah sebesar : = n / (1+n.e²) = 12000 / (1+ 12000. 0.1²) = 99 sample .
52
Tabel 4.4 Data out of spec dimension berdasarkan sample
Sample No
Inspection Item
Std
(100)
Maret
April
Mei
Juni
( Unit)
( Unit)
( Unit)
( Unit)
Unit / bln 1
Distance Brckt. Upper Arm
370.9 ± 1.5
25
2
Distance Brckt. Upper Arm
124.9 ± 1.0
25
3
Distance Brckt. Upper Arm
10.8 ± 1.0
25
4
Angle of Brckt. Upper Arm
17°6' ± 60'
25
7
Distance Brckt. Lower Arm
24.5 ± 1.0
25
8
Distance Brckt. Shock Absorber
601.6 ± 0.5
25
1 1 1 1
2
1
2
1 1 1
2 8
9
Distance Brckt. Shock Absorber
138.6 ± 1.0
25
10
Distance Brckt. Shock Absorber
104.1 ± 1.0
25
11
Angle of Brckt. Shock Absorber
2°30' ± 60'
25
12
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
400.7 ± 1.5
25
1
13
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
3.0 ± 1.0
25
2
14
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
110.6 ± 1.0
25
20
15
Angle of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
4° ± 60'
25
4.2.3
2
2
1 5 9 3
1 3 3 3 3
3 1
18
1 2
1
18
19
1
Menentukan Prioritas Masalah Setelah pengumpulan data maka tahap selanjutnya adalah menganalisa
data yang ada untuk menemukan fokus utama dari persoalan yang akan
53
diselesaikan. Berikut stratifikasi data yang ada diorganisasi untuk di analisis pareto, agar ditemukan penyebab masalah yang paling umum. Tabel 4.5 Stratifikasi data out of spec berdasarkan jumlah terbanyak
Sample No
Inspection Item
Std
(100)
Maret
April
Mei
Juni
Frek
( Unit)
( Unit)
( Unit)
( Unit)
( Unit)
Unit /bln 1
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
110.6 ± 1.0
25
20
18
18
19
75
2
Distance Brckt. Shock Absorber
138.6 ± 1.0
25
-
10
14
6
30
3
Distance Brckt. Shock Absorber
104.1 ± 1.0
25
2
-
3
6
11
4
Distance Brckt. Upper Arm
124.9 ± 1.0
25
-
-
2
2
6
5
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
3.0 ± 1.0
25
2
-
2
1
5
6
Distance Brckt. Upper Arm
10.8 ± 1.0
25
-
-
1
2
3
7
Angle of Brckt. Shock Absorber
2°30' ± 60'
25
-
-
3
-
3
8
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
400.7 ± 1.5
25
1
1
1
-
3
9
Distance Brckt. Upper Arm
370.9 ± 1.5
25
-
1
1
-
2
10
Angle of Brckt. Upper Arm
17°6' ± 60'
25
-
2
-
-
2
11
Distance Brckt. Shock Absorber
601.6 ± 0.5
25
-
-
1
1
2
12
Distance Brckt. Lower Arm
24.5 ± 1.0
25
-
-
-
1
1
13
Angle of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
4° ± 60'
25
-
-
1
-
1
54
Tabel 4.6 Data Out of spec dimension berdasarkan peringkat tertinggi
No
Inspection Item
Std
Qty Sample (Unit)
1
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
110.6 ± 1.0
2
Distance Brckt. Shock Absorber
3
Frek
%
∑%
100
75
59
59
138.6 ± 1.0
100
30
23
82
Distance Brckt. Shock Absorber
104.1 ± 1.0
100
11
9
91
4
Distance Brckt. Upper Arm
124.9 ± 1.0
100
6
5
96
5
Distance of Brckt. Sub Assy Lateral Rod
3.0 ± 1.0
100
5
4
100
127
100
100
Total
Diagram 4.1 Diagram pareto out of spec dimension
55
Dari diagram pareto (lihat diagram 4.1) dapat diidentifikasi beberapa inspection item yang banyak mengalami penyimpangan, dan dapat dianalisa masalah yang paling umum mengalami penyimpangan ukuran. Dari analisa pareto menunjukkan masalah yang menjadi prioritas atau menjadi fokus utama dalam melakukan perbaikan, yaitu bracket lateral rod pada housing assy. Distance bracket lateral rod dengan spesifikasi geometri sebesar 110.6 ±1.0, adalah jarak dari center housing assy terhadap center bracket lateral rod.
4.3
Fase III : Analyze ( A ) Pada fase ketiga aktifitas yang dilakukan adalah menganalisa penyebab
terjadinya penyimpangan distance bracket lateral rod.
110,6 ±1.0
Pandangan Samping
Gambar 4.3 Distance Bracket Lateral Rod 110.6 ±1.0
Dalam menganalisa masalah alat yang digunakan adalah diagram pohon (tree diagram) yang digunakan untuk memecah masalah atau ide positioning distance
56
bracket lateral rod NG secara lebih terinci, tujuannya adalah untuk pembagian masalah besar menjadi komponen yang lebih kecil, supaya ide lebih mudah dipahami atau masalah lebih mudah untuk diatasi. Seperti yang ditunjukan pada tree diagram (lihat diagram 4.2).
57
Metode
Distance Bracket Lateral Rod OK
Material / Unit housing assy
Parameter standar welding pada mesin M16.2
Straighness dari housing akibat proses welding
Dimensi singel part (bracket lateral rod)
Investigasi straighness akibat proses
Mengubah dimensi bracket lateral rod
Tool Kondisi Jig pada mesin
ANALYZE
Setting jig pada mesin M.11
IMPROVE
Diagram 4.2 Tree diagram for improve distance bracket lateral rod NG
58
4.3.1 Analisa Parameter Welding pada mesin M16.2 Berdasarkan diagram tree parameter standar welding diidentifikasi yang kemungkinan memberikan kontribusi terhadap penyimpangan ukuran bracket lateral rod, sehingga verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah karena parameter standar deformasi menyebabkan penyimpangan ukuran. Fokus analisa dilakukan pada mesin M16.2 (small part robot welding), karena bracket lateral rod di welding pada mesin ini. Dimana welding dilakukan pada area sambungan bracket lateral rod dan bracket shock absorber dengan housing assy oleh robot welding machine seperti yang ditunjukan pada assy manual berikut (lihat gambar 4.5). 03
01
02
02 26
1
1% 3 &6
LOCATOR DATUM
CENTERING JIG DATUM
LOCATOR DATUM
Gambar 4.5 Assy Manual housing pada mesin M16.2
Tabel 4.7 Data singel part name pada mesin proses M16.2
No 1
Name Part HOUSING ASSY, RR
Qty (Unit) 1
2
BRACKET SHOCK ABSORBER
2
3
BRACKET LATERAL ROD
1
59
Dari definisi proses di mesin M16.2 dilakukan analisa parameter welding untuk mengetahui penetrasi dari proses welding. Dan mengidentifikasi apakah deformasi yang diakibat proses welding, berada dalam batas spesifikasi geometri. Untuk mengetahui standar spesifikasi geometri dari hasil welding dapat dilihat berdasarkan data initial control, yang berfungsi untuk mengetahui hasil welding apakah berada dalam keadaan standar atau tidak. Berikut data parameter welding pada proses machining housing assy line C (lihat table 4.7), terutama pada mesin M16.2. Tabel 4.8 Parameter welding machining line C PARAMETER WELDING MACHINE
SIDE
VOLTAGE CURRENT ( ±1 V ) (±10 A)
S- 4 FRONT M-5 REAR
M-2
M-9 M - 13 M - 16-1
M - 16-2
SPEED
GAS FLOW
TORCH DISTANCE
TORCH ANGLE
20 V
150 A
50 cm/min
20 ~ 25 lt/min
20 ± 1
40° ~ 45°
RH
30 V
270 A
70 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
90° ±5°
LH
30 V
270 A
70 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
90° ±5°
RH
30 V
270 A
70 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
90° ±5°
LH
30 V
270 A
70 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
90° ±5°
DRAIN PLUG
30 V
250 A
20 cm/min
15 ~ 20 lt/min
16 ± 1
35° ~ 40°
WIRE AIMING
BREATHER PLUG
30 V
240 A
30 cm/min
25 lt/min
16 ± 1
34° ~ 40°
RING PLATE
23 V
240 A
81.2 cm/min
20 lt/min
19 ± 1
45° ~ 50°
30°
COVER
20 V
200 A
81.5 cm/min
20 lt/min
18 ± 1
50° ~ 55°
30°
END, RR AXLE
30 V
310 A
50 cm/min
15 ~ 20 lt/min
15 ~ 20
23°
20 ± 1
UPPER ARM
29 V
320 A
100 cm/min
15 ~ 20 lt/min
LOWER ARM
29 V
320 A
80 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
SHOCK ABSORB.
29 V
320 A
90 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
LATERAL ROD
27 V
320 A
80 cm/min
15 ~ 20 lt/min
20 ± 1
±5°
Dari standart parameter, maka didapat data hasil welding atau initial control result. Dari beberapa inspection item yang ada pada initial control maka, diambil data yang berkaitan dengan bracket lateral rod. Yaitu item
60
inspection no 39, 40, dan 41. Seperti yang ditunjukan pada gambar (lihat gambar 4.6). 30
41
12
21
46
45
43
38 8
2 27 4
6 17
10 48
24
15
40
47 18
39
22
44 16
20 34
Gambar4.6 Overview of inspection items welding result Tabel 4.9 Housing assy welding initial control result No.39
NO 1
INSPECTION ITEM LATERAL ROD PORTION ( REAR ) No 39
STANDARD PARAMETER a. Min 4.0 b. Min 0.8 x t
Note : t = 3.4
DRAW
I = 310 A
RESULT JUDGE a. 4.0
V = 26 Volt Sp = 80cm/min H=1
c. Min 0.7 x t
OK
b. 2.0 x t
OK
c. 0.9 x t
OK
Tabel 4.10 Housing assy welding initial control result No.40
NO 1
INSPECTION ITEM LATERAL ROD PORTION ( REAR ) No 40
STANDARD a. Min 4.0 b. Min 0.8 x t
Note : t = 3.4 c. Min 0.7 x t
PARAMETER I = 310 A V = 26 Volt Sp = 80cm/min H=1
DRAW
RESULT a. 4.0
JUDGE OK
b. 1.0 x t
OK
c. 0.9 x t
OK
61
Tabel 4.11 Housing assy welding initial control result No.41
INSPECTION NO ITEM LATERAL 1 ROD PORTION ( REAR ) No 41
STANDARD a. Min 4.0 b. Min 0.8 x t
Note : t = 3.4
PARAMETER
DRAW
I = 310 A
RESULT a. 4.0
V = 26 Volt Sp = 80cm/min H=1
c. Min 0.7 x t
JUDGE OK
b. 2.0 x t
OK
c. 1.0 x t
OK
Dari data hasil initial control result dapat disimpulkan bahwa hasil welding sesuai dengan standar yang ada, dan welding parameter yang digunakan
pada
mesin
M16.2
menghasilkan
deformasi
yang
tidak
menyebabkan penyimpangan ukuran dari bracket lateral rod. 4.3.2 Analisa Straightness dari housing assy akibat proses M13, M15.3, M16. Berdasarkan hasil analisa di identifikasi bahwa straightness dari housing assy menjadi salah satu sumber penyebab penyimpangan ukuran bracket lateral rod, karena pengaruh defleksi atau penyimpangan sudut yang diakibatkan oleh proses yang dilalui oleh housing assy. Terutama defleksi yang diakibatkan oleh panas yang ditimbulkan oleh proses welding. Untuk mengetahui defleksi yang diakibatkan oleh proses apakah berada dalam keadaan seimbang antara bagian kanan (RH) dan bagian kiri (LH), dilakukan investigasi straightness dengan mengukur run out (run out yaitu merupakan
62
batas daerah toleransi yang paling dekat dengan garis nol) dari unit housing assy pada masing-masing proses yang dilalui unit housing assy terutama proses welding yaitu proses pada mesin M13 (automatic welding), M15.3 (hand welding) dan M16 (automatic welding). 4.3.2.1 Proses M 13 (Housing Assy Automatic Welding)
0.21
0.16
0.01
0.095
0.18
0.11
0.12
0.08
0.09
0.03
0.0
-0.06
0.10
-0.16 M.13 Gambar 3.5-0.14 Run out housing assy after proses
0.035
0.13
0.16
0.13
0.06
Gambar 4.10 Run out housing assy after proses M.13
0.18
0.19
0.11
Gambar 4.6 Run out housing assy after process M.13
0
63
4.3.2.2 Proses M15.3 (small part tack welding) 0.61
LH 0.02
0.19
0.47
-0.58
-0.53
0.64
0.41
0.88 -0.08
0.22
-0.01
0.04
0.72
-0.89
-0.80
-0.04
0.87
0.64
0
Gambar 4.7 Run out housing assy after proces M15.3
4.3.2.3 Proses M16.2 (small part robot welding) 0.80
LH 0.01
0.05
0.29
RH
0.96
-0.97
0.64
-0.39
0.61
-0.03
-0.19
0.23
0.38
0.46
-0.46
-0.19
0.04
1.69
0.92
0
Gambar 4.8 Run out housing assy after proses M16.2
64
Berdasarkan hasil investigasi straighness proses dengan mengukur run out housing assy dari setiap proses yang dilalui, maka dapat disimpulkan bahwa run out bagian LH adalah sebesar 0,61 mm sedangkan pada bagian RH adalah sebesar 0,23 mm. Dari perbedaan kedua run out tersebut antara bagian LH dan RH, defleksi karena proses yang diakibatkan oleh panas welding antara LH dan RH hasilnya adalah 0,38 mm.
LH
0.61
0.23 RH
Gambar 4.9 Defleksi proses M.13, M15.3, M16
Mengacu pada proses cutting selanjutnya yaitu proses pada mesin A.17 (three direction boring), standar pemotongan maksimal thickeness ring plate adalah sebesar 1 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa defleksi akibat proses adalah seimbang, karena perbedaaan LH dan RH 0,38 mm. Karena perbedaan LH dan RH masih berada dalam batas cutting sebelum A.17 defleksi akibat proses atau straightness dari housing assy tidak mempengaruhi penyimpangan distance bracket lateral rod.
65
4.3.3
Analisa dimensi singel part (Bracket lateral rod). Berdasarkan analisis tree diagram dimensi singel part yaitu bracket
lateral rod diindikasi menjadi salah satu faktor
penyebab penyimpangan
ukuran distance bracket lateral rod. Karena berdasarkan data check sheet receiving dimensi untuk distance bracket lateral rod terhadap center housing assy, berkisar pada range bawah (lihat diagram 4.3).
Toleransi Bracket sub assy Lateral Rod 110.1±1.0 10 8
Toleransi 110.1±1.0
6 4 2 0 -2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-4 -6 -8 -10 Sampel
Grafik 4.1 Control chart toleransi dimensi bracket lateral rod
Gambar 4.10 Bracket lateral rod sub assy
13
66
Dari visualisasi control chart diatas menunjukan bahwa dimensi bracket lateral rod selalu berkisar di lower control limit, sehingga peluang menyimpangnya ukuran akan lebih besar. 4.3.4
Analisa jig pada mesin M.11 (Theree direction roughing boring)
untuk perubahan Bracket Lateral Rod. Pada proses M11 (Theree direction roughing boring), jig berfungsi sebagai dudukan dan pencekam benda kerja untuk proses pemotongan cover plate, ring plate dan housing tube. Untuk melihat bagian-bagian dari jig yang digunakan dan alat bantunya seperti pada gambar dan tabel dibawah ini:
J3
J2
J1
J3
DATUM
DATUM
DATUM POSITIONING
J4
CLAMP
Gambar 4.11 Jig M11 Tabel 4.11 Data Jig & Fixrure pada M.11
No
No Jig
1 2 4 3
J1 J2 J3 J4
Jig & Fixture Locator Center Center Housing Plate V-Block Clamping
67
Pada proses pemotongan M.11 v-block mencekam tube length dari housing assy yang berfungsi untuk menahan gaya yang ditimbulkan pada saat proses cutting. Berdasarkan analisa housing assy dapat memberikan kontribusi untuk menambah distance lateral rod terhadap center housing assy perbaikan terhadap penyimpangan dimensi bracket lateral rod, dengan menambahkan offset center dari housing assy. Berdasarkan data dimension process spesifikasi geometri proses di M.11 dari diameter tube cutting adalah sebesar 68
+0.05 -0.11
, berikut standar
geometri untuk proses cutting housing tube (lihat gambar 4.13).
25a
193±0,5
B
OL RH
OL LH L
1
Gambar 4.13 Detail view B
(Ø75)
N o Burrs
Ø68
6.3a
a
°
0,15
25
15
18.5±0.2 .8
+0.05 -0.11
R0
min 2.5
Gambar 4.12 Standar geometri housing tube setelah proses M.11
68
Dari data spesifikasi geometri (lihat gambar 4.14) standar minimal thickness tube adalah sebesar 2,5 mm dengan roundness sebesar 0,15 mm.
4.4
Fase IV : Improvement (I) Tabel 4.13 Hasil analisa masalah dan rencana perbaikan
No
Analisa
Ket
1
Parameter welding di mesin M16.2
Melihat penetrasi welding yang bisa menimbulkan deformasi dimensi akibat panas
2
Kondisi jig pada mesin
Menambah offset center
3
Straighness dari Housing akibat proses welding
Untuk mengetahui defleksi akibat proses yang berpengaruh terhadap penyimpangan ukuran bracket
4
Dimensi singel part (bracket lateral rod)
Memaksimalkan toleransi dimensi bracket lateral rod
Hasil Deformasi akibat welding ,tidak menyebabkan penyimpangan ukuran.
Setting mesin M.11 dengan menambahkan Shim pada vblock, dan mengubah thickness tube mengacu pada standar minimum dimensi Defleksi akibat proses seimbang
Lokasi M16.2
M.11
M.13, M15.2
M.16 Mengubah part Dimensi baru dengan menambahkan pivot pin 1 mm
-
69
4.4.1
Setting jig pada mesin M.11 (Theree Direction Roughing Boring)
untuk perubahan Bracket Lateral Rod. Berdasarkan hasil analisa standar minimum thickness tube maka dilakukan improve dengan mengubah offset center dari housing assy, dengan mengacu
pada
standar
yang
ada.
Improvement
dilakukan
dengan
menambahkan shim pada v-blok mesin M.11 sebesar 0,2 mm menuju kearah center (lihat gambar 4.14).
0,2 0,2
Gambar 4.14 Setting V-block mesin M.11 Penambahan shim sebesar 0,2 mm pada v-block merubah offset center sebesar 0,5 mm kearah rear, dari hasil improve dengan menambahkan shim pada v-block memberikan kontribusi penambahan dimensi distance bracket lateral rod sehingga dapat mencapai spesifikasi geometri yang telah ditentukan. Berikut ini ilustrasi housing tube untuk perbedaan thicknss after cutting M.11
70
UPPER
FRONT 3.5
REAR
3.5
3,5
3,5
REAR
FRONT
3,5
3.5
3.5
UPPER
3,5
0,5 4.0
3,5
3.0
3,5
LOWER Sebelum
4.0
4,0
3.0
3,0
LOWER Sesudah
Gambar 4.15 Perbedaan Thickness tube sebelum dan sesudah setting
4.4.2
Merubah dimensi Bracket Lateral Rod Hasil analisa bahwa dimensi bracket lateral rod berpengaruh terhadap
penyimpangan ukuran atau positioning bracket lateral rod not good (NG), karena toleransi dimensi selalu berkisar di limit bawah dari toleransi geometri single part. Sehingga dilakukan improve dengan meminta kepada supplier untuk menaikkan menaikan batas range toleransi sebesar 1 mm. Standar spesifikasi dimensi sebesar 110.1 toleransi sebesar 1 mm, agar dimensi single part untuk dapat mencapai range maksimal. Standar spesifikasi geometri +2.0 0 sebesar 110.1±1.0 dan setelah dilakukan improve maka berubah menjadi
110.1
71
Pivot pin
Gambar 4.16 Improve Bracket lateral rod dengan menaikan pivot pin
4.5
Fase V: Control (C) 4.5.1 Visualisasi Hasil Sebelum dan sesudah Improvement 4.5.1.1
Control chart out of spec dimension bulan Maret sampai
dengan bulan Juni sebelum perbaikan Evaluasi jumlah penyimpangan ukuran sebelum dilakukan improvement. Distance Bracket Lateral Rod selalu menyimpang yaitu dalam keadaan diluar toleransi dimensi geometri dari bracket Latreal Rod, kondisinya selalu minus atau tidak mencapai lower control limit dari toleransi ukuran. Seperti ditunjukan pada control chart out of spec dimension yang diambil pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni.
72
Grafik 4.2 Control chart cut cf spec dimension Bulan Maret
Grafik 4.3 Control chart cut cf spec dimension Bulan April
Grafik 4.4 Control chart cut cf spec dimension Bulan Mei
73
Grafik 4.5 Control chart cut cf spec dimension Bulan Juni
4.5.1.2
Perhitungan Nilai DPMO dan Sigma Level Sebelum
Improvement. Opportunities (OP) = 100 Defect (D) = 75 Defect (%)= 75% Yield (%)= 25% Jumlah Produksi selama 4 bulan sebesar 12000 , Berdasarkan jumlah sample 100 produk didapat 75 produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi atau reject Defect Per Milion Oppurtunities (DPMO) DPMO = 750000 Berdasarkan table konversi Sigma, dari jumlah DPMO sebesar, maka Sigma-nya adalah 0.83 σ.
74
4.5.1.3
Control chart out of spec dimension bulan Juli sesudah
perbaikan Setelah dilakukan improvement distance bracket sudah mengalami perbaikan, walaupun masih ada beberapa penyimpangan pada distance bracket lateral rod. Tetapi kondisi tersebut sudah membuktikan ada perbaikan yang signifikan setelah dilakukan improvement, berikut ini data out of spec dimension pada awal bulan Juli yang diambil setelah dilakukan improvement atau perbaikan.
Grafik 4.6Control Chart Out Of Spec Dimension Bulan Juli
4.5.1.4
Perhitungan Nilai DPMO dan Sigma Level setelah
Improvement. Opportunities (OP) = 25 Defect (D) =1
75
Jumlah Produksi selama 1 bulan sebesar 3000 Berdasarkan
jumlah
sample 25 produk didapat 1 produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi atau reject. Defect Per Milion Oppurtunities (DPMO) DPMO = 40000 Berdasarkan table konversi Sigma, dari jumlah DPMO sebesar , maka Sigma-nya adalah 3.25σ. 4.5.2 Pengendalian proses dan standarisasi Setelah peta perjalan panjang six sigma dan tahapan perbaikan atau improvement untuk mengatasi masalah positioning bracket lateral rod not Go (NG) di implementasikan dan semua dianggap selesai. Tahap selanjutnya adalah tahap akhir, yaitu memuat rencana pengendalian proses (process control plan) dan standarisasi (standardization) yang bertujuan untuk mengendalikan atau memonitor hasil improvement untuk mencegah masalah potensial yang dapat menimbulkan penyimpangan ukuran distance bracket lateral rod. Berikut adalah pengendalian dan standarisasi secara ringkas (table 4.13) Tabel 4.14 Pengendalian proses dan standarisasi hasil improvement PROSES M.17 Starightening
PENGENDALIAN Membuat master housing assy dan menjadikan thickness ring plate sebagai acuan / item check point di station A.17
TUJUAN Sebagai alat bantu pembanding dan juga untuk verifikasi keasuan v-block
KET Master housing dibuat sebagai acuan pada mesin A.17, agar hasil cutting ring plate housing menghasilkan thickness 4,74mm - 5,25m
76
Pengendalian proses dan standarisasi dibuat pada proses di mesin M.17 (straightening), yaitu proses untuk meluruskan housing assy pada satu sumbu sebelum memasuki proses machining, dengan cara menekan axis housing dengan posisi vertikal maupun horizontal untuk mendapatkan kelurusan dari housing assy
Max 0.5 mm
Max 0.5 mm
43.6
+0.5 +0
(lihat gambar 4.14).
DATUM
DATUM
Gambar 4. 17 Ilustrasi proses straightening housing assy Pengendalian dibuat dengan membuat master housing assy pada proses straightening di mesin M.17, yang bertujuan untuk verikasi keasuan v-block pada mesin M.17. Dan menjadikan thickness ring plate menjadi item check point di mesin M.17. Berdasarkan standar geometri cutting ring plate pada mesin A.17 yaitu proses machining setelah M.17 maksimal sebesar 1 mm, jadi thickness ring plate after cuttimg A.17 adalah 4,75 mm -5,25 mm. Untuk menghasilkan thickness 4,75 mm – 5,25 mm pada proses A.17 maka proses straigtening dibuat standar, yaitu maksimal penekanan pada ring plate sebesar 0,2 s/d 0,3 mm. Pengendalian proses ini dibuat untuk meminimalisasi penyimpangan ukuran yang diakibatkan keausan v-block pada mesin.