Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
i
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
peRkembangan Ekonomi Keuangan dan kerja sama internasional Triwulan III - 2014
Perkembangan Ekonomi Global Perkembangan Ekonomi Individu Negara Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional Artikel
Departemen Internasional
i
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Tulisan dalam buku Perkembangan Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama Internasional ini bersumber dari berbagai publikasi dan pendapat pribadi para penulis dan bukan merupakan pendapat dan kebijakan Bank Indonesia. Pengutipan diizinkan dengan menyebut sumbernya.
Redaksi sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritik demi perbaikan terbitan ini. Redaksi juga mengundang sumbangan artikel, karangan, laporan untuk dapat dimuat dalam terbitan ini.
Alamat Redaksi: Grup Studi Internasional Departemen Internasional Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110 Telepon : (021) 2981-4507, 2981-8631, Faksimili : (021) 2311529 http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi+Keuangan+dan+Kerjasama+Internasional
ii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Kata Pengantar
Perekonomian global pada triwulan ketiga 2014 seolah kembali kehilangan momentum dengan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelemahan ekonomi terjadi baik di negara maju maupun berkembang, termasuk di beberapa negara yang sebelumnya mengalami perbaikan seperti AS dan Inggris. Sementara, Kawasan Euro tumbuh stagnan dan Jepang kembali memasuki zona resesi dengan pertumbuhan yang terkontraksi semakin dalam. Awan mendung juga masih melanda sebagian besar negara emerging yang tumbuh melemah sebagaimana dialami oleh Tiongkok, Korea, Indonesia, dan Malaysia. Merespon perekonomian yang cenderung melemah, kebijakan moneter yang akomodatif masih ditempuh oleh berbagai bank sentral. Beberapa otoritas moneter bahkan lebih agresif dalam menerapkan kebijakan moneter akomodatif, seperti yang dilakukan European Central Bank, Bank of Japan maupun People’s Bank of China. Di sisi lain, the Fed telah memutuskan untuk mengakhiri pembelian asetnya. Sementara itu, bank sentral negara emerging secara umum tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level yang rendah untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi. Ekonomi yang kian lemah menjadi pertimbangan bagi IMF untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Pada Oktober 2014, IMF merevisi ke bawah ekspektasi pertumbuhan global menjadi 3,3% yoy, dari estimasi sebelumnya sebesar 3,4%. Penurunan estimasi tersebut mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi global tumbuh di level yang sama dengan tahun 2013. Namun, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan kembali meningkat menjadi 3,8% di 2015. Salah satu pendorong akselerasi tersebut adalah perbaikan ekonomi AS -diperkirakan akan tumbuh sebesar 3% di 2015- yang diperkuat oleh penghentian stimulus pembelian aset serta rencana normalisasi kebijakan yang di prediksi akan ditempuh pada 2015. Berbagai tantangan juga masih membayangi proses pemulihan ekonomi global ke depan, baik yang berasal dari domestik maupun dari eksternal. Permintaan domestik yang kian lemah, investasi yang diterpa berbagai hambatan, tingginya pengangguran, serta lambannya implementasi reformasi struktural merupakan tantangan pemulihan ekonomi. Di sisi eksternal, normalisasi kebijakan moneter negara maju masih menyisakan ketidakpastian sehingga berpotensi menyebabkan pembalikan arus modal di negara berkembang. Krisis geopolitik di Eropa Timur maupun Timur Tengah yang tak kunjung usai dan kian memanas juga dapat berdampak pada kinerja perdagangan internasional dan harga komoditas dunia.
iii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Serangkaian upaya intensif dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi global juga terus dilakukan di berbagai tataran fora internasional. Di level regional, sistem surveillance ditingkatkan sebagai upaya penguatan resiliensi kawasan, antara lain dengan peningkatan status ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menjadi organisasi internasional. Upaya integrasi ASEAN secara konsisten terus dilancarkan termasuk integrasi pasar modal melalui penguatan regional credit rating, pengembangan infrastruktur, dan harmonisasi regulasi. Dalam konteks kerja sama multilateral, berbagai saran kebijakan untuk mencapai pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan dan stabilitas keuangan masih menjadi isu sentral. Forum G20 terus menekankan pentingnya isu strategi pertumbuhan, dengan tetap disertai tekad untuk mencapai pertambahan pertumbuhan ekonomi anggota G20 secara kolektif sebesar 2% dalam lima tahun ke depan, serta penilaian berkala oleh lembaga internasional atau negara mitra. IMF juga terus mendukung upaya untuk mendorong pertumbuhan melalui Global Policy Agenda dan perbaikan kegiatan surveillance yang ditinjau setiap tiga tahun. Dinamika ekonomi global serta respon kebijakan yang ditempuh untuk meresponnya, merupakan substansi utama yang diketengahkan dalam buletin PEKKI TW3-14 dengan tema ‘Momentum Pemulihan Ekonomi yang (Kembali) Hilang’. Kiranya informasi yang terkandung di dalamnya dapat melengkapi pemahaman pembaca mengenai perkembangan yang terjadi di tataran global.
Jakarta, November 2014 Departemen Internasional
iv
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Daftar Isi Halaman Kata Pengantar...................................................................................................... Daftar Isi . ................................................................................................................ Daftar Singkatan.................................................................................................. RINGKASAN EKSEKUTIF..............................................................................................
iii v vii 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL.............................................................. 5 BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI INDIVIDU NEGARA .......................................... A. Negara Maju............................................................................................................ A.1. Amerika Serikat................................................................................................. Boks 1. Elemen Kunci Normalisasi Kebijakan The Fed................................................ Boks 2. Dissenting Opinion Dalam FOMC Meeting September dan Oktober 2014..... A.2. Eropa................................................................................................................. A.2.1. Kawasan Euro......................................................................................... A.2.2. Inggris.................................................................................................... A.3. Jepang.............................................................................................................. B. Negara Berkembang................................................................................................. B.1 Tiongkok........................................................................................................... B.2 India.................................................................................................................. Boks 3. Make in India................................................................................................ B.3 Korea................................................................................................................ B.4 Malaysia............................................................................................................ B.5 Filipina............................................................................................................... B.6 Singapura.......................................................................................................... B.7 Thailand............................................................................................................ B.8 Vietnam............................................................................................................ B.9 Brazil ................................................................................................................
15 15 15 29 30 31 31 39 45 56 56 65 71 73 79 84 89 95 99 104
BAB III PASAR KEUANGAN DAN PASAR KOMODITAS ............................................ A. Pasar Keuangan........................................................................................................ A.1. Pasar Saham...................................................................................................... A.2. Pasar Obligasi Pemerintah.................................................................................. B. Pasar Valuta Asing.................................................................................................... C. Pasar Komoditas.......................................................................................................
111 111 112 113 114 115
v
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
BAB IV PERKEMBANGAN KERJA SAMA DAN LEMBAGA INTERNASIONAL............. A. Kerja Sama Regional.................................................................................................. A.1 Penguatan Resiliensi Kawasan dengan Regional Financial Arrangement (RFA).... A.2 Perkembangan Financial Regulatory Reforms di Regional................................... A.3 Pengembangan dan Integrasi Pasar Modal ....................................................... A.4 Liberalisasi Jasa Keuangan................................................................................. B. Kerja Sama Multilateral............................................................................................. B.1 Respon Fora Terhadap Perekonomian Global Terkini.......................................... B.2 Strategi Pertumbuhan........................................................................................ B.3 Peningkatan Investasi........................................................................................ B.4 Reformasi Regulasi Keuangan............................................................................ B.5 2014 Triennial Surveillance Review (TSR) IMF..................................................... B.6 Pembahasan Mengenai International Monetary System (IMS).............................
117 118 118 119 119 120 120 120 123 124 125 126 127
BAB V ARTIKEL ........................................................................................................... 129 Sejauh Manakah Kerentanan Utang Korporasi di Kawasan Asia? . ............................ 129
LAMPIRAN .................................................................................................................. Tabel 1 Produk Domestik Bruto..................................................................................... Tabel 2 Angka Pengangguran....................................................................................... Tabel 3 Inflasi IHK......................................................................................................... Tabel 4 Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral.................................................................. Tabel 5 Pertumbuhan Uang Beredar.............................................................................. Tabel 6 Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah................................................................ Tabel 7 Neraca Berjalan................................................................................................. Tabel 8 Cadangan Devisa.............................................................................................. Tabel 9 Nilai Tukar Dunia terhadap USD........................................................................ Tabel 10 Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia................................................. Tabel 11 Indeks Saham.................................................................................................. Tabel 12 Government Debt............................................................................................ Tabel 13 Harga Komoditi Dunia.....................................................................................
vi
139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Daftar Singkatan
AMRO ASEAN ASEAN+3 ASEAN5 ASEAN6 BANXICO BBM BCB BIS BNM BoE BoK BOJ BOT BSP CDS CF CGIF CMIM CoE CPI CRA CRR DIFX DJIM ECB EFSF EMDCs EMEAP ESM FDI
ASEAN+3 Macroeconomic Research Office Association of South East Asian Nations Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam Bank Sentral Mexico Bahan Bakar Minyak Banco Central do Brazil Bank for International Settlements Bank Negara Malaysia Bank of England Bank of Korea Bank of Japan Bank of Thailand Bangko Sentral ng Pilipinas Credit Default Swap Consensus Forecast Credit Guarantee and Investment Facility Chiang Mai Initiative Multilateralization Certificate of Entitlement Consumer Price Index Credit Rating Agencies Cash Reserve Ratio Dubai International Financial Exchange Dow Jones Islamic Market European Central Bank European Financial Stability Facility Emerging Market and Developing Countries Executives’ Meeting of East Asia-Pacific Central Banks European Stability Mechanism Foreign Direct Investment
vii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Fedres FOMC FSB FSSB Growth FTA G20
GDP GWM IILM IFA IFC IFI IHK IMF ISM JII KPR KRW LCBMs LTROs MAS MPI NPL OECD OMTs OPR PBoC PDB PIIGS PMI PPI
viii
Federal Reserve Federal Open Market Committee Financial Stability Board Framework for Strong, Sustainable, and Balanced Growth Free Trade Area Group-20 yang terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea, Turki, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Gross Domestic Product Giro Wajib Minimum International Islamic Liquidity Management International Financial Architecture International Finance Corporation International Financial Institutions Indeks Harga Konsumen International Monetary Fund Institute for Supply Management Jakarta Islamic Index Kredit Perumahan Rakyat Korean Won Local Currency Bond Markets Longer-term Refinancing Operations Monetary Authority of Singapore Manufacturing Production Index Non Performing Loan Organisation for Economic Co-operation and Development Outright Monetary Transactions Overnight Policy Rate People’s Bank of China Produk Domestik Bruto Portugal, Irlandia, Italy, Yunani (Greece) dan Spanyol Purchasing Manager Index Producer Price Index
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
QE QEP QOQ RBI RFA SBV SEACEN SELIC SSBG SSE S&P TW TWI ULN UMP USD WEO WPI WTI YOY
Quantitative Easing Quantitative Easing Policy Quarter on Quarter Reserve Bank of India Regional Financial Arrangement State Bank of Vietnam South East Asian Central Banks The Central Depository of Securities yang dikeluarkan oleh The National Treasury and The Banco Central do Brasil Strong, Sustainable and Balanced Growth Shanghai Stock Exchange Standard & Poor’s Triwulan Trade Weighted Index Utang Luar Negeri Unconventional Monetary Policies US Dollar World Economic Outlook Wholesale Price Index Western Texas Intermediate Year on Year
ix
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Halaman ini sengaja dikosongkan
x
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif “Momentum Pemulihan Ekonomi yang (Kembali) Hilang” Pertumbuhan ekonomi global pada Triwulan III 2014 (TW3-14) ternyata belum berhasil mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi. Pelemahan pertumbuhan ekonomi terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan beberapa negara yang sempat mencatatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di triwulan sebelumnya, kini tumbuh melambat. Pelemahan kinerja ekonomi tersebut semakin menegaskan hilangnya momentum pemulihan ekonomi global yang telah dimulai pada tahun 2013. Kinerja ekonomi negara maju secara umum tumbuh melambat dibandingkan triwulan lalu. AS yang sempat tumbuh impresif di triwulan sebelumnya, ternyata mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 2,3% yoy akibat tertahannya aktivitas investasi dan konsumsi. Ekonomi Inggris juga tumbuh melambat (3,0%), bahkan Jepang kembali memasuki zona resesi dengan pertumbuhan PDB yang terkontraksi semakin dalam (-1,2%). Pelemahan aktivitas ekonomi domestik pasca kenaikan pajak penjualan di negeri matahari terbit tersebut, di luar dugaan berdampak lebih buruk dari perkiraan. Kawasan Euro juga tumbuh di bawah ekspektasi, yaitu hanya 0,8%, tidak mengalami perubahan dari TW2-14. Sinyal perbaikan dari Kawasan Euro mulai nampak di Perancis dan Spanyol yang tumbuh meningkat. Meski secara umum ekonomi negara maju melambat, namun perekonomian AS ke depan diperkirakan akan semakin membaik. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang secara umum juga melambat. Ekonomi Tiongkok terus mengalami moderasi pertumbuhan menjadi hanya 7,3%, menjauh dari target pemerintah sebesar 7,5%. Upaya pemerintah untuk menghindari perlambatan pertumbuhan dengan melakukan targeted stimulus belum membuahkan hasil yang maksimal. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Korea, Indonesia dan Malaysia juga cenderung melambat. Ekonomi India diperkirakan juga terkoreksi, di tengah berbagai upaya yang dilakukan PM Narendra Modi untuk mendorong pertumbuhan. Di ASEAN sisi lain, kinerja positif ditunjukkan oleh Thailand dan Vietnam yang berhasil membukukan pertumbuhan PDB yang lebih tinggi. Setelah didera gejolak politik yang berkepanjangan, ekonomi Thailand perlahan mulai bangkit didorong oleh pengeluaran pemerintah. Sementara Vietnam melanjutkan tren akselerasinya yang dimotori oleh investasi di sektor manufaktur.
1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Pelemahan ekonomi yang terjadi di berbagai negara di dunia menjadi penyebab rendahnya inflasi di banyak negara. Inflasi Kawasan Euro masih sangat rendah (0,4% di Oktober) sehingga menimbulkan kekhawatiran terjebak dalam jerat deflasi. Terlebih, Spanyol dan Italia telah mengalami deflasi. Tekanan harga di Inggris, Jepang, dan beberapa negara berkembang juga menurun yang dipengaruhi antara lain oleh pelemahan harga makanan dan minyak dunia. Penurunan harga minyak dunia yang cukup drastis hingga di bawah USD80 per barrel memberikan kontribusi yang cukup signifikan kepada pelemahan inflasi. Namun di sisi lain, Filipina, Malaysia, dan Brazil menghadapi mengalami problem peningkatan inflasi. tinggi yang Pelemahan ekonomi global dan rendahnya inflasi menjadi pertimbangan otoritas moneter global untuk menerapkan kebijakan moneter akomodatif. AS, Inggris dan Jepang masih mempertahankan suku bunga di level rendah. Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi yang semakin positif, AS mengakhiri program pembelian aset pada FOMC Meeting Oktober 2014. Kebijakan yang lebih agresif ditempuh oleh ECB dengan menurunkan kembali suku bunga acuan dan melakukan pembelian surat berharga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencapai sasaran inflasi. Kebijakan moneter akomodatif dalam bentuk penggelontoran stimulus fiskal yang terukur (targeted) dilakukan oleh Tiongkok. Kebijakan tersebut ditempuh untuk menghindari ekonomi mengalami hard landing akibat proses rebalancing yang dilakukannya. Namun di sisi lain, sejumlah bank sentral negara berkembang melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga kebijakan untuk mengendalikan inflasi. Peningkatan suku bunga antara lain dilakukan oleh Bank Sentral Brazil, Filipina dan Malaysia. Dengan perkembangan ekonomi global yang cenderung suram, IMF dalam WEO Oktober 2014 kembali menurunkan outlook ekonomi global. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2014 akan tumbuh 3,3% - dari estimasi Juli 2014 (3,4%) – tidak berubah dibanding 2013. Kinerja ekonomi baru akan terakselerasi pada 2015 dengan tumbuh mencapai 3,8%. Ekonomi global terutama akan bertumpu pada AS yang diperkirakan semakin membaik. Kendati demikian, terdapat beberapa downside risk yang berpotensi menahan perbaikan ekonomi, antara lain ketidakstabilan pasar keuangan global akibat exit unconventional monetary policy yang lebih cepat dari ekspektasi, krisis geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah yang belum terselesaikan, serta pelemahan ekonomi Tiongkok, Kawasan Eropa, dan Jepang. Meski kondisi fundamental ekonomi cenderung suram, pasar keuangan global selama TW3-14 terpantau begerak positif, didorong oleh likuiditas yang masih berlimpah. Likuiditas yang mengalir dari negara maju telah mendorong kenaikan harga saham domestik dan negara berkembang. Namun ekspektasi exit UMP di negara maju (AS dan Inggris) memberikan tekanan sehingga mengoreksi harga saham dengan cukup signifikan. Di negara maju terjadi perkembangan yang cukup variatif, yaitu melemah di Inggris dan Kawasan Euro, namun serta cenderung menguat
2
Ringkasan Eksekutif
di AS dan Jepang. Harga saham di negara berkembang juga cenderung meningkat terutama di bursa Shanghai, Korea dan ASEAN, kecuali Malaysia. Sementara itu, harga komoditas global cenderung menurun terutama pada komoditas energi (minyak dan batubara), makanan dan metal. Anjloknya harga minyak disebabkan oleh peningkatan pasokan di tengah terjadinya pelemahan permintaan, serta perang dagang terutama antara AS dan Arab Saudi. Booming shale oil/gas di AS telah memicu penurunan permintaan minyak AS ke Arab Saudi, dan mendorong pemberian harga diskon penjualan minyak dari Arab Saudi. Di tengah dinamika perekonomian global yang tumbuh lebih rendah dari harapan, berbagai fora kerja sama internasional memberikan perhatian pada upaya mempercepat pemulihan ekonomi global dan memitigasi risikonya. Di tataran regional, skema kerja sama CMIM telah diperkuat melalui peningkatan size of pooling fund yang dilengkapi dengan fasilitas pencegahan krisis (precautionary line) dan berlaku efektif sejak 17 Juli 2014. Selain itu, upaya untuk mengembangkan dan mengintegrasikan pasar modal oleh seluruh negara anggota ASEAN juga terus dilakukan. Selanjutnya berbagai fora di tataran multilateral memfokuskan pembahasan pada isu perkembangan ekonomi global, serta sasaran kebijakan untuk pemulihan ekonomi yang lebih sustainable dan keuangan yang stabil. Forum G20 telah menempatkan isu penguatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja (strengthening growth and creating jobs) sebagai isu utama sepanjang tahun 2014, dengan tetap disertai tekad untuk mencapai pertambahan pertumbuhan ekonomi anggota G20 secara kolektif sebesar 2% dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, IMF mengeluarkan Global Policy Agenda yang berisi pandangan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan, membangun ketahanan, dan mencapai koherensi kebijakan yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi pemulihan dan stabilitas baik di tataran domestik maupun global. Kemudian, untuk menciptakan stabilitas moneter dan keuangan, Bank for International Settlements menilai bahwa peran International Monetary System masih memiliki kelemahan. Salah satu aspek yang disorot adalah dominasi USD sebagai mata uang internasional yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Untuk itu dipandang perlu untuk melakukan pergeseran penggunaan mata uang ke arah yang multipolar.
3
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
4
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
BAB
1 Perkembangan Ekonomi Global Setelah tumbuh melambat pada triwulan lalu, ekonomi global belum berhasil bangkit dan tumbuh meningkat. Pada TW3-14 ini pertumbuhan ekonomi global kembali melambat, bahkan perlambatan kali ini dialami oleh AS, Tiongkok dan UK yang pada triwulan sebelumnya tumbuh meningkat. Selain itu, Jepang dan Kawasan Euro juga semakin melemah. Melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara utama tersebut menegaskan hilangnya momentum pemulihan ekonomi yang dimulai pada tahun 2013 yang lalu. Indikasi melemahnya perekonomian global juga ditunjukkan oleh tren penurunan harga komoditas dan tekanan inflasi pada triwulan ini. Turunnya harga komoditas pada triwulan laporan, terutama harga minyak yang turun sangat signifikan, disebabkan oleh lemahnya permintaan di tengah meningkatnya pasokan. Turunnya harga minyak dan produk makanan - karena panen yang baik - serta tren penguatan mata uang di berbagai negara membantu menurunkan tekanan inflasi, sehingga inflasi relatif terkendali. Kinerja ekonomi yang masih lemah dan menurunnya tekanan inflasi mendorong bank sentral di berbagai negara mempertahankan stance kebijakan moneter longgar. Bahkan bank sentral Korea dan Turki semakin melonggarkan kebijakan moneternya. Di pasar keuangan, harga aset keuangan - saham dan obligasi pemerintah - secara umum meningkat didorong oleh likuiditas global yang berlimpah. Namun, dinamika pergerakan harga aset keuangan dalam jangka pendek lebih dipengaruhi oleh indikator risiko di pasar keuangan. Indikator risiko dimaksud bergerak stabil di awal triwulan sehingga harga aset keuangan cenderung meningkat. Namun, menjelang akhir triwulan risiko memburuk dan harga aset keuangan ikut terkoreksi.
5
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Dengan berbagai perkembangan tersebut, perekonomian global pada tahun ini diperkirakan stagnan dan akan membaik pada tahun 2015. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2014 akan tumbuh 3,3% (sama dengan 2013), dan terakselerasi ke level 3,8% pada 2015. Ekonomi AS yang terus menunjukkan perbaikan – meski sedikit melemah di triwulan ini - diperkirakan menjadi faktor utama pendorong pemulihan global. Ke depan, tekanan inflasi diprediksi tetap terkendali (tidak meningkat secara signifikan) meski akan merangkak naik.
Pada 2013 ekonomi global menunjukkan
Pada kenyataannya, ekonomi global
perkembangan kinerja yang terus membaik
di TW2-14 tidak membaik sebagaimana
dan relatif merata di negara-negara maju yang
diharapkan. Proses pemulihan ekonomi yang
terkena krisis 2008. AS secara gradual terus
sebelumnya terjadi secara merata, kini mulai
membaik dan bahkan memunculkan untuk
terpecah (uneven global economic recovery). Di
pertamakalinya wacana dilakukannya tapering
satu sisi, AS kembali membaik dan Inggris terus
stimulus moneter oleh the Fed. Kawasan Euro
menguat. Namun di sisi lain, Kawasan Euro
juga terus membaik dan berhasil keluar dari
dan Jepang justru melemah. Krisis geopolitik
resesi ekonomi di akhir 2013. Jepang juga
di Rusia-Ukraina melemahkan perekonomian
menunjukkan pemulihan yang didorong oleh
Kawasan Euro yang sebenarnya mulai
stimulus ‘Abenomics’. Selain itu, Jepang juga
bangkit dari krisis. Di Jepang, melemahnya
mulai berhasil keluar dari jeratan deflasi.
perekonomian disebabkan oleh penerapan
Sementara itu, Inggris terus membaik dengan
pajak penjualan yang menekan daya beli
laju pertumbuhan yang terus meningkat.
masyarakat. Pertumbuhan PDB TW2-14
Perkembangan tersebut menimbulkan
bahkan mengalami kontraksi akibat lemahnya
ekspektasi bahwa ekonomi global telah
daya beli dan aktivitas produksi. Sementara
menemukan momentum pemulihan yang
itu, negara berkembang secara umum sedikit
semakin solid.
membaik kinerjanya didorong oleh Tiongkok
Namun, musim dingin ekstrim yang
dan India yang tumbuh meningkat.
melanda AS dan Eropa sejak akhir 2013 hingga
Meskipun kinerjanya kurang
TW1-14 menahan proses pemulihan ekonomi
memuaskan, berbagai pihak masih optimis
global. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi
pemulihan ekonomi akan kembali pada
di banyak negara tertahan, para ekonom, pihak
jalurnya (on track). Namun, berbagai indikator
otoritas dan lembaga multinasional, sepakat
makro di sepanjang TW3-14 justru masih
bahwa pelemahan ini bersifat temporer dan
menunjukkan pelemahan yang berkelanjutan.
pemulihan akan berlanjut setelah cuaca
Kondisi yang kurang menggembirakan ini
kembali normal.
menunjukkan perekonomian global kembali kehilangan momentum pemulihan yang telah terbangun di 2013.
6
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
KINERJA EKONOMI GLOBAL
Inggris, Tiongkok dan Jepang tumbuh di
Kinerja ekonomi global cenderung melemah di TW3-14 baik di kelompok negara maju maupun negara berkembang. Meski secara umum melemah, pertumbuhan ekonomi secara individual negara bergerak mixed dan uneven economic recovery tetap terjadi. Namun berbeda dengan triwulan sebelumnya, negara-negara yang pada TW2-14 tumbuh meningkat, justru tumbuh melambat pada triwulan ini (yaitu AS, Inggris, Tiongkok dan India). Sementara itu, negara yang sebelumnya tumbuh melambat, pada triwulan ini tumbuh stagnan (Kawasan Euro) atau bahkan semakin terpuruk (Jepang).
bawah ekspektasi. Tiongkok yang sebelumnya berhasil bangkit dan tumbuh meningkat di TW2-14 (sebesar 7,5% yoy), tumbuh sedikit melambat di TW3-14, yaitu sebesar 7,3%. Laju pertumbuhan ini juga di bawah ekspektasi banyak pihak (ekonom dan pelaku pasar) yang memperkirakan PDB Tiongkok masih mampu tumbuh sebesar 7,4%. Inggris juga mengalami penurunan pertumbuhan PDB, dari 3,2% (TW2-14) menjadi 3,0%, dimana laju pertumbuhan tersebut juga lebih rendah dibanding ekspektasi, sebesar 3,1%. Jepang yang diharapkan tumbuh meningkat (0,7%), pada triwulan ini justru secara mengejutkan terkontraksi semakin dalam (-1,2%). Kembali
Sebagaimana diulas sebelumnya,
terkontraksinya PDB Jepang menjadikan negara
beberapa negara yang di TW3-14 tumbuh
ini masuk ke dalam kondisi resesi. Sementara
melambat antara lain adalah AS, Inggris,
itu, AS – yang berhasil bangkit di TW2-14 dan
Tiongkok dan Jepang (lihat Tabel 1.1). Bahkan
tumbuh 2,6% (dari 1,9% di TW1-14) – tumbuh
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi % yoy NEGARA
2010 2011 2012 2013 2014 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
NEGARA MAJU Amerika 1,6 Kawasan Euro 1,0 Jerman 2,5 Perancis 1,0 Italia 0,9 Spanyol -1,4 Inggris 0,5 Jepang 4,9 NEGARA BERKEMBANG Tiongkok 11,9 India 11,4 Korea 7,2 Indonesia 6,0 Malaysia 10,3 Filipina 8,4 Singapura 16,5 Thailand 12,0 Vietnam 5,9 Brazil 9,3 Russia 4,1 Turki 12,6 Afrika Selatan 2,3
Rata-rata 2010-2013
2,7 2,2 4,3 1,6 1,8 -0,1 2,0 4,4
3,0 2,2 4,6 2,1 1,8 0,2 2,4 6,0
2,8 2,3 4,3 1,9 2,2 0,5 1,8 3,3
2,0 2,7 5,7 2,8 1,4 0,6 1,7 0,0
1,9 1,8 3,5 2,1 1,1 0,3 0,8 -1,5
1,5 1,4 3,2 1,8 0,4 0,0 1,0 -0,5
2,0 0,7 2,3 1,5 -0,6 -0,6 1,1 0,1
3,3 -0,2 1,0 0,4 -1,7 -1,2 0,6 3,2
2,8 -0,5 0,8 0,1 -2,4 -1,6 0,0 3,2
3,1 -0,7 0,5 0,0 -2,6 -1,7 0,2 -0,2
2,0 -1,0 0,0 -0,3 -2,8 -2,1 0,2 -0,3
1,7 -1,1 -0,5 -0,2 -2,4 -1,9 0,8 0,1
1,8 -0,6 0,0 0,7 -2,2 -1,6 1,7 1,2
2,3 -0,3 0,3 0,3 -1,8 -1,1 1,7 2,3
3,1 0,4 1,1 0,8 -1,2 -0,2 2,7 2,5
1,9 1,0 2,4 0,8 -0,3 0,5 2,9 2,9
2,6 0,8 1,4 0,0 -0,3 1,3 3,2 -0,2
2,3 0,8 1,2 0,4 -0,4 1,6 3,0 -1,2
2,4 0,7 1,9 1,0 -0,5 -0,7 1,2 1,8
10,3 9,1 7,4 6,3 9,4 8,9 19,8 9,2 6,1 8,8 5,0 10,4 3,4
9,6 8,2 5,4 5,8 5,5 7,3 10,6 6,6 6,6 6,9 3,8 5,3 3,4
9,8 8,7 6,0 6,8 5,0 6,1 12,5 3,8 6,8 5,3 5,1 9,3 3,4
9,7 9,6 4,9 6,5 5,2 4,6 9,9 3,2 5,4 4,2 3,3 12,4 3,8
9,5 7,6 3,6 6,5 4,3 3,2 1,8 2,7 5,6 3,3 3,3 9,3 3,6
9,1 7,0 3,3 6,5 5,7 3,0 5,7 3,7 5,8 2,1 5,0 8,7 3,3
8,9 6,5 3,1 6,5 5,3 3,8 3,6 -8,9 5,9 1,4 5,2 5,3 3,7
7,9 5,8 2,6 6,3 5,1 6,5 2,8 0,4 4,0 0,8 4,9 3,1 2,7
7,6 4,5 2,4 6,4 5,6 6,3 3,2 4,4 4,4 0,6 4,3 2,7 2,9
7,4 4,6 2,1 6,2 5,3 7,3 1,1 3,1 4,7 0,9 3,0 1,5 2,2
7,9 4,4 2,1 6,1 6,5 7,1 2,9 19,1 5,0 1,8 2,0 1,3 2,1
7,7 4,4 2,1 6,0 4,2 7,7 1,5 5,4 4,8 1,9 0,8 3,1 1,6
7,5 4,7 2,7 5,8 4,5 7,9 4,0 2,9 4,9 3,5 1,0 4,6 2,3
7,8 5,2 3,4 5,6 5,0 7,0 5,0 2,7 5,1 2,4 1,3 4,2 1,7
7,7 4,6 3,7 5,7 5,1 6,3 4,9 0,6 5,4 2,2 2,0 4,5 2,0
7,4 4,6 3,9 5,2 6,2 5,6 4,8 -0,5 5,1 1,9 0,9 4,7 1,6
7,5 5,7 3,5 5,1 6,5 6,4 2,4 0,4 5,2 -0,9 0,8 2,1 1,0
7,3 3,2 5,0 5,6 2,4 0,6 5,6 0,7 -
8,8 6,6 3,9 6,2 5,8 6,3 6,6 4,4 5,4 3,5 3,4 6,1 2,8
Sumber: Bloomberg
PDB naik/tetap dari periode sebelumnya dan di atas/sama dengan rata-rata 2010-13 PDB turun/tetap dari periode sebelumnya dan masih di bawah rata-rata 2010-13
7
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
melambat di TW3-14, yaitu sebesar 2,3%.
berdampak pada melambatnya pertumbuhan
Meski melambat, laju pertumbuhan tersebut
ekonomi global di TW3-14.
sedikit di atas perkiraan (2,2%).
Sejalan
dengan
pelemahan
Meskipun AS dan Inggris tumbuh
perekonomian global, tekanan inflasi pada
melambat, pemulihan ekonomi kedua negara
TW3-14 cenderung terus menurun di hampir
terus berlanjut dan semakin solid. Kedua
seluruh negara di dunia (lihat Tabel 1.2). Faktor
negara ini dinilai memiliki perekonomian
penyebab turunnya tekanan inflasi tersebut
yang kinerjanya cukup kuat. Oleh karena itu,
adalah masih lemahnya permintaan global
tidak mengherankan apabila banyak pihak
sejalan dengan relatif lambatnya pemulihan
berkeyakinan bahwa AS dan Inggris akan
ekonomi global. Hal ini berdampak pada
menjadi negara pertama yang melakukan
menurunnya harga komoditas global, termasuk
normalisasi dan pengetatan kebijakan moneter
harga minyak, dan lebih jauh lagi menurunkan
(exit UMP).
imported inflation dan headline inflation secara
Selain AS, Inggris, Tiongkok dan Jepang,
keseluruhan.
banyak negara lainnya mengalami stagnasi
Perkembangan ekonomi di kawasan
dan pelemahan pertumbuhan ekonomi,
Asia dan Pasifik sedikit melambat, namun
termasuk Kawasan Euro, India, Indonesia,
tetap solid di level pertumbuhan yang relatif
Korea, Malaysia dan Singapura. Pertumbuhan
tinggi. Selain di Tiongkok, perlambatan laju
ekonomi Kawasan Euro stagnan di level 0,8%
pertumbuhan juga dialami oleh India, Korea
pada TW3-14, namun pelemahan justru dialami
dan beberapa negara ASEAN. Sebagian
oleh beberapa negara core. Singapura juga
perlambatan pertumbuhan tersebut disumbang
mengalami pertumbuhan yang stagnan di level
oleh melambatnya Tiongkok – dan lambatnya
2,4%. Sementara negara lainnya mengalami
pemulihan ekonomi negara maju – yang
pelemahan pertumbuhan ekonomi.
berimbas ke negara-negara tersebut.
Di sisi lain, hanya sedikit negara yang
Seperti kawasan Asia dan Pasifik,
berhasil mendorong peningkatan aktivitas
negara-negara di kawasan Amerika Latin
ekonominya sehingga PDB tumbuh meningkat.
juga mengalami perlambatan pertumbuhan,
Perekonomian Thailand, Vietnam dan Taiwan
bahkan dengan penurunan yang lebih tajam.
(Province of China) tumbuh meningkat pada
Pelemahan terutama terjadi di Brazil, Argentina
triwulan ini. Beberapa negara lain yang
dan Chile. Permasalahan domestik Brazil
diperkirakan juga tumbuh meningkat adalah
berdampak pada lemahnya pertumbuhan
Meksiko, Turki dan Afrika Selatan. Lebih
ekonomi, bahkan penyelenggaraan piala dunia
sedikitnya negara yang mengalami akselerasi
di Brazil pada pertengahan tahun tidak mampu
pertumbuhan dibanding yang melemah
mengangkat laju pertumbuhan ekonomi.
8
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
Tabel 1.2 Inflasi % yoy NEGARA
Jan
NEGARA MAJU Amerika 1,6 Kawasan Euro 2,0 Jerman 1,7 Perancis 1,2 Italia 2,2 Spanyol 2,7 Inggris 2,7 Jepang -0,3 NEGARA BERKEMBANG Tiongkok 2,0 India* 7,3 Korea 1,6 Indonesia 3,8 Malaysia 1,3 Filipina 3,1 Singapura 3,6 Thailand 3,4 Vietnam 7,1 Brazil 6,2 Russia 7,1 Turki 7,3 Afrika Selatan 5,4
Feb
Mar Apr
Mei
2013 Jun Jul Agust Sep
Okt Nop
Des
Jan
Feb
Mar Apr
2014 Mei Jun
2,0 1,8 1,5 1,0 1,9 2,8 2,8 -0,7
1,5 1,7 1,4 1,0 1,6 2,4 2,8 -0,9
1,1 1,2 1,2 0,7 1,1 1,4 2,4 -0,7
1,4 1,4 1,5 0,8 1,1 1,7 2,7 -0,3
1,8 1,6 1,8 0,9 1,2 2,1 2,9 0,2
2,0 1,6 1,9 1,1 1,2 1,8 2,8 0,7
1,5 1,3 1,5 0,9 1,2 1,5 2,7 0,9
1,2 1,1 1,4 0,9 0,9 0,3 2,7 1,1
1,0 0,7 1,2 0,6 0,8 -0,1 2,2 1,1
1,2 0,9 1,3 0,7 0,7 0,2 2,1 1,5
1,5 0,8 1,4 0,7 0,7 0,3 2,0 1,6
1,6 0,8 1,3 0,7 0,7 0,2 1,9 1,4
1,1 0,7 1,2 0,9 0,5 0,0 1,7 1,5
1,5 0,5 1,0 0,6 0,4 -0,1 1,6 1,6
2,0 0,7 1,3 0,7 0,6 0,4 1,8 3,4
2,1 0,5 0,9 0,7 0,5 0,2 1,5 3,7
2,1 0,5 1,0 0,5 0,3 0,1 1,9 3,6
2,0 0,4 0,8 0,5 0,1 -0,3 1,6 3,4
1,7 0,4 0,8 0,4 -0,1 -0,5 1,5 3,3
1,7 0,3 0,8 0,3 -0,2 -0,2 1,2 3,2
2,2 2,2 1,9 1,6 2,3 2,4 3,3 0,0
3,2 7,3 1,6 4,6 1,5 3,4 4,9 3,2 7,0 6,3 7,3 7,0 5,9
2,1 5,7 1,5 5,0 1,6 3,2 3,5 2,7 6,6 6,6 7,0 7,3 5,9
2,4 4,8 1,3 4,9 1,7 2,6 1,5 2,4 6,6 6,5 7,2 6,1 5,9
2,1 4,6 1,1 4,9 1,8 2,6 1,6 2,3 6,4 6,5 7,4 6,5 5,6
2,7 5,2 1,2 5,4 1,8 2,7 1,8 2,3 6,7 6,7 6,9 8,3 5,5
2,7 5,9 1,6 8,0 2,0 2,5 1,9 2,0 7,3 6,3 6,5 8,9 6,3
2,6 7,0 1,5 8,2 1,9 2,1 2,0 1,6 7,5 6,1 6,5 8,2 6,4
3,1 7,1 1,0 7,9 2,6 2,7 1,6 1,4 6,3 5,9 6,1 7,9 6,0
3,2 7,2 0,9 7,9 2,8 2,9 2,0 1,5 5,9 5,8 6,3 7,7 5,5
3,0 7,5 1,2 8,1 2,9 3,3 2,6 1,9 5,8 5,8 6,5 7,3 5,3
2,5 6,4 1,1 8,1 3,2 4,1 1,5 1,7 6,0 5,9 6,5 7,4 5,4
2,5 5,2 1,1 8,2 3,4 4,2 1,4 1,9 5,5 5,6 6,1 7,8 5,8
2,0 4,7 1,0 7,8 3,5 4,1 0,4 2,0 4,7 5,7 6,2 7,9 5,9
2,4 6,0 1,3 7,3 3,5 3,9 1,2 2,1 4,4 6,2 6,9 8,4 6,0
1,8 5,6 1,5 7,3 3,4 4,1 2,5 2,5 4,5 6,3 7,3 9,4 6,1
2,5 6,2 1,7 7,3 3,2 4,5 2,7 2,6 4,7 6,4 7,6 9,7 6,6
2,3 5,7 1,7 6,7 3,3 4,4 1,8 2,4 5,0 6,5 7,8 9,2 6,6
2,3 5,4 1,6 4,5 3,2 4,9 1,2 2,2 4,9 6,5 7,5 9,3 6,3
2,0 3,9 1,4 4,0 3,3 4,9 0,9 2,1 4,3 6,5 7,6 9,5 6,4
1,6 2,4 1,1 4,5 2,6 4,4 0,6 1,8 3,6 6,8 8,0 8,9 5,9
3,6 7,8 2,5 5,2 2,3 3,6 4,1 3,0 11,5 6,1 6,8 7,6 5,5
Jul Agust Sep
Rata-rata 2011-2013
Sumber: Bl oomberg *) Indi a mengguna ka n da ta WPI Infla s i na i k/teta p da ri peri ode s ebel umnya a ta u di a ta s /s a ma denga n ra ta-rata 2011-13
Inflasi turun/tetap dari periode sebelumnya atau di atas/sama dengan rata-rata 2011-13
Argentina menghadapi permasalahan politik
Kawasan Euro stagnan di level yang rendah
dan utang luar negeri pemerintah sehingga
(Grafik 1.1). Perlambatan pertumbuhan
diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi.
di negara maju terutama disebabkan oleh
Perkembangan ekonomi yang kurang berimbang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Perekonomian negara-negara pengekspor minyak yang berpendapatan tinggi tumbuh relatif stabil, kecuali Iraq, Libya dan Suriah yang masih dilanda konflik dalam negeri. Sementara itu, negara-negara pengimpor minyak di kawasan ini tumbuh melambat.
cenderung melemahnya konsumsi. Selain itu, memburuknya kinerja ekspor – terutama di Kawasan Euro – juga berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan pelemahan ekonomi, tekanan inflasi di negara maju juga cenderung menurun menjauhi target bank sentral masing-masing negara (Grafik 1.2). Pertumbuhan PDB AS kembali melambat di TW3-14 dengan tumbuh sebesar 2,3% yoy. Pada TW2-14 ekonomi AS tumbuh sangat
EKONOMI NEGARA MAJU
impresif, sebesar 2,6%, karena aktivitas
Kinerja ekonomi negara maju pada
ekonomi yang tertahan di TW1-14 (akibat
TW3-14 cenderung memburuk dimana AS,
musim dingin yang ekstrim) serta siklus
Jepang dan Inggris tumbuh melambat dan
libur musim panas yang pada umumnya
9
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
����� �
����� �������
������������
�������
������
�
��� ���
�
���
� �
���
�
���
� �
����
��
�������
������������
�������
������
����
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 1.1 PDB Negara Maju
�
�
� ����
�
��
�
� ����
�
��
�
� ����
�
�����������������
Grafik 1.2 Inflasi Negara Maju
mendorong terjadinya pengeluaran konsumsi
Kawasan Euro tumbuh 0,8% di
dan investasi dalam jumlah yang lebih besar.
TW3-14, stagnan atau tidak berubah dibanding
Dengan berakhirnya kedua efek tersebut,
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Meski
pertumbuhan PDB AS kembali melambat. Di
tidak melambat, perkembangan perekonomian
sektor tenaga kerja, perbaikan terus terjadi
Kawasan Euro cukup mengkhawatirkan
meskipun dengan pace yang relatif lambat.
mengingat pelemahan terjadi dalam
Meski perekonomian tumbuh melambat dan
perekonomian Jerman dan Italia yang
tekanan inflasi menurun, pemulihan ekonomi
merupakan negara core kawasan ini. Selain
AS dinilai terus berlanjut sehingga the Fed
itu, indikasi masih berlangsungnya pelemahan
melanjutkan proses tapering stimulus moneter
ekonomi ditunjukkan oleh tingkat inflasi
pada Fed’s FOMC meeting bulan Juli dan
yang terus menurun. Dengan perkembangan
September 2014. Selanjutnya kinerja ekonomi
tersebut, ECB melanjutkan pelonggaran
AS yang diperkirakan semakin membaik
kebijakan moneter.
menjadi pertimbangan bagi the Fed untuk mengakhiri stimulus pembelian aset pada FOMC Oktober 2014.
Perekonomian Jepang mengalami resesi setelah pada TW3-14 kembali terkontraksi. PDB Jepang terkontraksi 1,2% – jauh di bawah
Di Inggris, melambatnya pertumbuhan
ekspektasi 0,7% – setelah pada TW2-14
PDB TW3-14 juga disumbang oleh konsumsi
terkontraksi 0,2%. Melemahnya perekonomian
yang melemah, disamping kondisi sektor
disebabkan oleh turunnya investasi ditengah
properti yang masih menurun. Di sektor tenaga
konsumsi yang masih mengalami kontraksi. Hal
kerja, angka pengangguran yang membaik
ini menunjukkan besarnya dampak negatif dari
belum diikuti oleh perbaikan tingkat upah
peningkatan pajak penjualan yang dilakukan
yang memadai sehingga belum memperbaiki
pemerintah Jepang pada 1 April 2014.
daya beli.
10
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
KINERJA EKONOMI NEGARA
Dilema ini memaksa beberapa negara untuk
BERKEMBANG
lebih memprioritaskan pengendalian inflasi di
Kinerja ekonomi negara berkembang juga cenderung melambat sepanjang TW3-14. Beberapa negara yang mengalami perlambatan pertumbuhan cukup signifikan adalah Tiongkok, India, Brazil, Argentina dan Korea (Grafik 1.3). Pelemahan terutama disebabkan oleh konsumsi yang cenderung melemah sehingga aktivitas produksi dan investasi ikut menurun.
atas pertumbuhan, sehingga bank sentralnya menaikkan suku bunga kebijakan. Beberapa negara dimaksud adalah Rusia dan Afrika Selatan. Bank sentral Filipina dan Malaysia juga melakukan pengetatan moneter, namun kondisi dan kinerja perekonomian Filipina dan Malaysia relatif lebih kuat dibandingkan Rusia dan Afrika Selatan.
Selain itu, pemulihan ekonomi global yang
Perekonomian Tiongkok menunjukkan
lambat juga berdampak pada memburuknya
perkembangan yang melemah pada
kinerja ekspor sehingga sumbangannya pada
TW3-14. Pertumbuhan PDB melambat menjadi
pertumbuhan menurun.
7,3% yoy, setelah pada triwulan sebelumnya
Pelemahan ekonomi juga tercermin pada tingkat inflasi yang menurun cukup signifikan di sebagian besar negara berkembang, termasuk Korea dan Turki (Grafik 1.4). Kedua negara tersebut merespon pelemahan ekonomi dengan menurunkan suku bunga kebijakan moneter. Di sisi lain, beberapa negara berkembang mengalami peningkatan tekanan inflasi ditengah kinerja ekonomi yang melemah.
tumbuh 7,5%. Pelemahan pertumbuhan disumbang oleh konsumsi dan investasi yang tumbuh melambat. Upaya pemerintah untuk mengompensasi pelemahan konsumsi dan investasi melalui stimulus fiskal cukup berhasil menahan laju penurunan pertumbuhan PDB, sehingga pertumbuhan tidak turun drastis. Kondisi ekonomi yang melemah juga ditunjukkan oleh tingkat keyakinan konsumen
����� ��
����� �����
�����
���������
�����
������
��������
��
����
����� �����
����� ������
��������� ��������
����
�� ���
� �
���
�
���
� ���
� ��
��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 1.3 PDB Negara Berkembang
�
�
� ����
�
��
�
� ����
�
��
�
� ����
�����������������
Grafik 1.4 Inflasi Negara Berkembang
11
�
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
dan laju inflasi yang semakin rendah, serta
Di tengah kondisi yang gloomy,
indikator sektor properti yang masih menurun.
beberapa negara berkembang masih mampu
Namun demikian, Pemerintah Tiongkok menilai
tumbuh meningkat, seperti Thailand dan
perkembangan tersebut adalah implikasi
Vietnam. Perekonomian Thailand mulai
dari re-balancing yang sedang dilakukan
bangkit setelah dilanda gejolak politik yang
dimana pemerintah berupaya menekan
berkepanjangan. Namun, membaiknya
investasi – terutama di sektor manufaktur
perekonomian lebih banyak didorong oleh
– dan konsumsi. Upaya tersebut tercermin
pengeluaran pemerintah, sementara aktivitas
pada kebijakan moneter bank sentral yang
ekonomi sektor swasta masih lemah. Berbeda
cenderung ketat sambil terus menekan praktik
dengan Thailand, perekonomian Vietnam
shadow banking.
sedang dalam tren akselerasi pertumbuhan
Seperti Tiongkok, perekonomian India juga (diperkirakan) melemah pada triwulan ini. Pelemahan India disebabkan oleh menurunnya
yang dimotori oleh investasi yang besar di sektor manufaktur. Investasi yang meningkat mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
kontribusi investasi dan net ekspor terhadap pertumbuhan. Di sisi lain, kontribusi konsumsi masih cukup kuat, namun tidak cukup
KEBIJAKAN BANK SENTRAL
untuk mengompensasi penurunan investasi
Perpaduan antara kinerja ekonomi global
dan net ekspor. Sementara itu, India sukses
yang masih lemah dan harga komoditas global
menekan laju inflasi setelah secara konsisten
yang cenderung menurun menjadikan tekanan
mempertahankan suku bunga kebijakan di
inflasi juga cenderung menurun di banyak
level yang tinggi (ketat).
negara. Sejalan dengan inflasi yang menurun,
Setelah secara mengejutkan terkontraksi di TW2-14, perekonomian Brazil belum menunjukkan perbaikan yang signifikan di triwulan ini. Aktivitas konsumsi hanya tumbuh terbatas, sementara investasi masih memburuk dengan menurunnya aktivitas produksi. Di sisi lain, tekanan inflasi cenderung masih meningkat sehingga semakin menggerus daya beli masyarakat. Lemahnya permintaan domestik juga menekan impor, namun kinerja ekspor juga belum membaik akibat lemahnya permintaan global dan turunnya harga komoditas.
12
bank sentral di berbagai negara tersebut cenderung mempertahankan kebijakan moneter tetap longgar sepanjang TW3-14. Bahkan ECB dan Bank Sentral Korea semakin melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga kebijakan. Sementara itu, the Fed melanjutkan tapering stimulus moneter (pengetatan) meskipun tekanan inflasi masih terkendali. Kinerja ekonomi AS yang diprediksi akan mengalami perbaikan pada masa mendatang menjadi pertimbangan bagi the Fed untuk menghentikan stimulus pembelian aset pada Oktober 2014. Kebijakan
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
the Fed tersebut ditujukan untuk melanjutkan
ini dan menunjukkan masih adanya kelemahan
proses menuju normalisasi kebijakan moneter
dalam perekonomian masing-masing negara
di saat perekonomian mulai pulih..
tersebut. Hal ini berdampak pada terbatasnya
Tekanan inflasi yang tinggi hanya terjadi di beberapa negara berkembang, yaitu Filipina, Brazil, Turki, Rusia dan Afrika Selatan. Untuk meredam peningkatan tekanan inflasi, bank sentral Malaysia dan Afrika Selatan menaikkan suku bunga kebijakan sebesar
positive spillover yang seharusnya dapat mendorong aktivitas ekonomi global. Selain itu, perekonomian utama dunia lainnya yang juga berpengaruh signifikan pada perekonomian global (Tiongkok, Kawasan Euro dan Jepang) juga masih melemah.
25 bps. Bank sentral Filipina dan Rusia
Dengan perkembangan seperti ini,
melakukan pengetatan secara lebih agresif,
pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini
yaitu dengan menaikkan suku bunga sebesar
diperkirakan tidak akan meningkat. IMF (WEO
50 bps. Sementara itu, bank sentral Brazil
Oktober 2014) memperkirakan pertumbuhan
mempertahankan suku bunga yang telah
ekonomi global akan mencapai 3,3% di 2014,
berada di level yang tinggi (11%).
tidak berubah dibanding tahun 2013 yang
Namun demikian, bank sentral Turki justru mengambil kebijakan moneter yang berlawanan, yaitu menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps. Apabila melihat periode sebelumnya, bank sentral Turki memang sedang dalam siklus pelonggaran kebijakan moneter dimana suku bunga telah beberapa kali diturunkan (50 bps pada Mei 2014 dan 75 bps pada Juni 2014). Hal ini dilakukan Turki untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melemah cukup tajam di TW2-14.
juga tumbuh 3,3%. Akselerasi pertumbuhan diperkirakan baru akan terjadi pada tahun 2015, yaitu tumbuh sebesar 3,8% (Tabel 1.3). Salah satu pendorong akselerasi tersebut adalah perekonomian AS yang segera bangkit dan tumbuh rata-rata 3% di paruh kedua 2014 hingga 2015. Meskipun pertumbuhan meningkat di 2015 harga komoditas masih cenderung menurun – oil (-3,3%) dan nonoil (-4,1%) –, dan tekanan inflasi hanya mengalami sedikit peningkatan – meningkat 0,2% di negara maju dan 0,1% di negara berkembang. Outlook ekonomi global pada 2014
OUTLOOK DAN FAKTOR RISIKO
sebagaimana perkiraan IMF – tumbuh 3,3% –
Kembali memudarnya momentum
diperkirakan masih on track. Namun demikian,
pemulihan ekonomi menjadikan outlook
perkiraan pertumbuhan ekonomi global
ekonomi global ke depan menjadi semakin
2015 sebesar 3,8% terlihat sangat optimis,
suram. Beberapa negara yang dinilai paling
terutama pertumbuhan ekonomi AS sebesar
solid dalam pemulihan ekonomi – seperti AS
3,1%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
dan Inggris – justru melambat pada triwulan
melambat di TW3-14 dan diperkirakan
13
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
berlanjut di TW4-14, pertumbuhan ekonomi
lebih tinggi dibanding asumsi IMF (Fed Fund
AS di 2015 diperkirakan akan tetap dalam pace
rate meningkat secara smooth); (2) gejolak
yang moderat (di bawah 3%). Terlebih apabila
pasar keuangan yang lebih besar karena
the Fed menaikkan suku bunga di TW2/TW3
tingginya penempatan investor global pada
2015. Selain itu, peningkatan Fed Fund rate
aset keuangan negara berkembang (risk taking
diperkirakan akan diikuti oleh peningkatan
behavior); (3) memburuknya krisis geopolitik
suku bunga di negara berkembang untuk
(antara lain konflik di Rusia-Ukraina dan di
menjaga stabilitas pasar keuangannya.
Timur Tengah); (4) potensi deflasi di Kawasan
Akibatnya, pertumbuhan di negara-negara
Euro dan Jepang (apabila efek kenaikan pajak
tersebut juga akan tertahan. Pertumbuhan AS
pada inflasi dihilangkan); (5) hard landing di
yang lebih moderat dan pertumbuhan negara
Tiongkok atau pertumbuhan yang lebih rendah
berkembang yang tertahan diperkirakan akan
dari perkiraan.
menjadikan pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari 3,8% sebagaimana proyeksi IMF.
Terlepas dari berbagai downside risks sebagaimana diulas di atas, pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada 2015 akan
Selain itu juga terdapat beberapa
berdampak pada peningkatan permintaan
downside risks yang dapat menekan
global. Hal ini akan berdampak pada kenaikan
pertumbuhan ekonomi global, baik di
harga komoditas global, apalagi harga
TW4-14 maupun di 2015. Faktor risiko tersebut
komoditas telah menurun cukup tajam di
adalah (1) ketidakstabilan pasar keuangan
2014. Lebih jauh lagi, tekanan inflasi akan
global akibat exit UMP AS yang tidak sesuai
meningkat lebih tinggi didorong oleh kenaikan
ekspektasi, misalnya pace kenaikan suku bunga
harga komoditas.
Tabel 1.3 Outlook Ekonomi Global 2014/2015 ��������
��������� ����
����� ������������������������
������������������� ������ ������
������
������������ ������ ������
������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
���
���
���
���
���
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�����������������
����
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�������������������� �������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
��������������
���
���
���
���
���
�
�
���
���
��������������������������
14
���
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
BAB
2 Perkembangan Ekonomi Individu Negara A. NEGARA MAJU A.1. Amerika Serikat Pertumbuhan PDB AS di TW3-14 terkoreksi menjadi 2,3% yoy, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh impresif mencapai 2,6%. Perlambatan aktivitas ekonomi pada TW3-14 disebabkan oleh penurunan investasi dan konsumsi. Di sisi lain, net ekspor yang semula terkontraksi di TW2-14, mampu berkontribusi positif terhadap PDB TW3-14. Perkembangan sektor perumahan juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan seiring peningkatan new home sales dan existing home sales yang dipengaruhi oleh turunnya harga median rumah. Walaupun pemulihan ekonomi AS tertahan karena daya beli yang terindikasi masih lemah, penurunan harga minyak dunia diperkirakan dapat menyediakan ruang bagi masyarakat untuk kembali meningkatkan konsumsinya. Terlebih lagi musim liburan natal dan tahun baru yang akan segera datang diharapkan mampu menjadi penggerak aktivitas ekonomi AS di penghujung 2014. Kondisi ketenagakerjaan AS kembali melanjutkan pemulihan dengan tingkat pengangguran yang semakin menurun. Namun, perbaikan pada sektor tenaga kerja masih perlu dicermati seiring long-term unemployment yang masih cukup tinggi disertai dengan rendahnya tingkat partisipasi tenaga kerja dan tingkat pendapatan yang relatif stagnan. Menyikapi perkembangan ini, the Fed kembali mengurangi stimulus moneter masing-masing USD10 miliar dalam FOMC Juli dan September 2014, serta mengakhiri program pembelian asset pada FOMC Oktober 2014. The Fed juga kembali melanjutkan kebijakan akomodatif dengan mempertahankan suku bunga rendah (0-0,25%) sampai beberapa waktu ke depan, untuk mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
15
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Dengan memperhatikan kinerja perekonomian di TW3-14, pertumbuhan PDB AS pada 2014 diproyeksikan tumbuh lebih rendah dari prediksi sebelumnya. The Fed memperkirakan ekonomi akan tumbuh di kisaran 2,0% - 2,2% di 2014, dan kemudian meningkat menjadi 2,6%3,0% pada 2015. Sedangkan IMF memprediksi PDB AS pada 2014 dan 2015 masing-masing akan tumbuh sebesar 2,2% dan 3,1%.
Memasuki paruh kedua 2014, kinerja
Perlambatan ekonomi AS pada TW3-14
ekonomi AS mengalami perlambatan setelah
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja
tumbuh impresif pada triwulan sebelumnya.
investasi dan konsumsi swasta. Investasi
PDB AS TW3-14 tumbuh 2,3% yoy1, lebih
tumbuh 3,8% yoy, jauh lebih rendah dari TW2-
rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
14 yang tumbuh mencapai 7,7%. Sedangkan
mencapai 2,6%. Perlambatan tersebut
konsumsi swasta tumbuh sebesar 2,3%,
merupakan dampak dari penurunan aktivitas
sedikit menurun dari triwulan sebelumnya
ekonomi domestik seiring berakhirnya liburan
(2,4%). Perbaikan investasi yang tertahan di
musim panas. Selain itu, perbaikan di sektor
triwulan laporan merupakan dampak dari
tenaga kerja juga terindikasi belum mampu
penurunan private inventory investment,
mendorong konsumsi tumbuh lebih tinggi
serta pertumbuhan non-residential fixed
karena peningkatan pendapatan masyarakat
investment dan residential fixed investment
yang terbatas. Meski tumbuh lebih rendah
yang teridentifikasi mengalami perlambatan.
dibandingkan triwulan sebelumnya, PDB AS
Sementara penurunan aktivitas konsumsi
TW3-14 mampu tumbuh lebih tinggi dari
domestik tidak terlepas dari sikap hati-hati
proyeksi Consensus Forecast2 (2,2%). Kondisi
masyarakat dalam melakukan konsumsi.
ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang tertahan di TW3-14 tidak seburuk perkiraan sejumlah pihak. Aktivitas ekonomi domestik diharapkan kembali meningkat pada triwulan akhir 2014, terutama menjelang liburan natal dan tahun baru. Tren penurunan harga minyak dunia yang masih terus berlanjut juga diharapkan mampu mengompensasi kenaikan pendapatan yang terbatas, dan menyediakan ruang bagi masyarakat untuk kembali meningkatkan konsumsinya.
Berbeda dengan konsumsi dan investasi, kinerja sektor eksternal di TW3-14 mengalami perbaikan seiring peningkatan ekspor yang terjadi bersamaan dengan penurunan impor. Net ekspor tumbuh sebesar 3,5% di TW3-14, dari kontraksi 3,2% pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh peningkatan permintaan dari negara mitra dagang utama seperti Canada, Meksiko dan Jepang. Sejalan dengan perbaikan sektor eksternal, pengeluaran pemerintah yang telah terkontraksi sejak TW3-10 terpantau membaik
1 2
First estimate oleh Bureau Economic Analysis (BEA) yang dirilis 30 Oktober 2014. Oktober 2014.
16
dan tumbuh sebesar 0,4%, dari kontraksi 0,7% di TW2-14.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
� �
��� ��� ���
�
����� ��
��
��
�
��
�
�
��
����� ��������������
���
������������������������
��� ��
� � ��
��������� ������������������������� ��������������������� ���������������������������������� ������������������ �����������������
�� �� �� ��
���
���
���
���
���
���
�� �� �� �� �� �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�������������������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�����������������
Grafik 2.1 Pertumbuhan PDB
Grafik 2.3 Produksi Industri
Kinerja investasi yang terkoreksi telah menyebabkan kontribusi investasi terhadap
ekspansi bisnis yang lebih moderat di TW3-14 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
PDB TW3-14 merosot tajam menjadi 0,6%, dari TW2-14 yang mencapai 1,24%. Pelemahan investasi terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan business inventories yang semula mencapai USD84,8 miliar di TW2-14, menjadi USD62,8 miliar pada TW3-14. Selain itu, keraguan terhadap prospek pemulihan ekonomi ke depan dan daya beli masyarakat yang belum cukup stabil menyebabkan �����
rendah terhadap PDB TW3-14, indikator produksi industri tumbuh mencapai 4,37% yoy, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya (4,18%). Namun demikian, peningkatan produksi industri cenderung terbatas dan tidak disertai dengan peningkatan kapasitas produksi, tercermin dari penurunan kapasitas
�����
���
��������
��� ���
����� ����
��
����
��
����
��
��� ���
���
����
����
����� ��������������� �������������� �������������
����
Meski investasi berkontribusi lebih
������������� ����������� ����������
���� �������������������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
������ �� ��
��
��
�� ��
� ���
��
���
�������������������
�����
���
������������������������������������������
�����
���
������������������������
�����
���
�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.2 PDB Kontribusi
��
Grafik 2.4 Indikator Aktivitas Bisnis
17
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
utilisasi menjadi 79,03% di TW3-14, dari
dari 55,83 pada TW2-14. Searah dengan
79,07% pada triwulan sebelumnya. Kondisi
pergerakan indeks ISM, leading indicator
ini mencerminkan langkah pebisnis yang
sektor manufaktur lainnya yaitu Richmond
berupaya untuk menyesuaikan kapasitas
Fed Manufacturing Index, dan Philadelphia Fed
produksi dan output yang dihasilkan dengan
Index3 juga mengalami peningkatan. Meski di
jumlah permintaan yang diterima. Langkah
TW3-14 leading indicator sektor manufaktur
tersebut di tempuh untuk mengatasi tingginya
maupun non-manufaktur bergerak membaik,
level inventory sebagaimana terjadi di
perkembangan terkini mengindikasikan
TW2-14. Di sisi lain, order pabrik dan order
terjadinya moderasi aktivitas bisnis dan
produk mesin yang menunjukkan tren menurun
investasi, tercermin dari penurunan indeks
selama TW3-14 seolah mengonfirmasi masih
di September dan Oktober 2014. Kondisi
lemahnya daya beli yang akan menjadi
ini dipengaruhi oleh perhatian kalangan
pertimbangan tersendiri bagi kalangan bisnis
bisnis terhadap permasalahan geopolotik,
dalam melakukan ekspansi.
pelemahan yang terjadi pada emerging
Pergerakan sejumlah leading indicator investasi juga menunjukkan peningkatan. Indeks ISM manufaktur pada TW3-14 naik ke level 57,57 dari 55,2 pada triwulan sebelumnya. indeks ISM non-manufaktur pada periode yang sama juga naik menjadi 58,97,
market, dan rencana normalisasi the Fed. Hal ini mengindikasikan bahwa di tengah aktivitas bisnis yang masih ekspansif, permintaan dari domestik maupun eksternal yang belum cukup stabil telah memicu kekhawatiran dunia usaha.
������
������
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�
��
���
��
�����������������
��
�����������������������������
��
���������������������
��
��������������������������
��� ���
������������������
���
���������������������� ��������������������������������
���
�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.5 Leading Indikator Investasi 3
��������������������������
Indeks Fedres regional (mencakup kawasan Pennsylvania, New Jersey dan Delaware) yang menggambarkan aktivitas bisnis kawasan, terutama sektor manufaktur.
18
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Berbeda dengan investasi yang
makanan dan minuman, building material dan
kontribusinya mengalami penurunan, konsumsi
produk furnitur. Penurunan pertumbuhan
swasta mampu berkontribusi sebesar 1,6% di
penjualan ritel ditengarai dipengaruhi oleh
TW3-14, meningkat dari TW2-14 (1,5%).
sikap hati-hati masyarakat yang menetapkan
Namun, pertumbuhan konsumsi kelompok
skala prioritas dalam berbelanja karena
non-durable goods seperti makanan, pakaian
tingkat pendapatan hanya meningkat secara
dan bahan bakar kendaraan (gasoline) yang
moderat.
menurun di TW3-14 telah menyebabkan konsumsi swasta tumbuh lebih rendah di bandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi kelompok durable goods tercatat mengalami peningkatan, dan konsumsi kelompok jasa relatif stabil.
Sejalan dengan penjualan ritel, indikator penjualan kendaraan juga tumbuh melambat menjadi 6,87% yoy pada TW3-14, dari 6,93% di triwulan sebelumnya, seiring berakhirnya liburan musim panas. Namun demikian, angka penjualan kendaraan pada
Aktivitas konsumsi swasta yang melambat
Agustus 2014 sempat mencapai 17,45 juta
di TW3-14 juga dikonfirmasi oleh pergerakan
unit, tertinggi sejak Januari 2006. Pencapaian
sejumlah indikator penuntun konsumsi yang
tersebut dipengaruhi oleh tradisi dealer yang
mengalami penurunan. Penjualan ritel pada
berupaya menghabiskan stok/persediaan
TW3-14 tumbuh sebesar 4,47% yoy, lebih
kendaraan di penghujung musim panas,
rendah dari triwulan sebelumnya (4,57%).
dengan memberikan potongan harga dan
Perlambatan terutama disebabkan oleh
meningkatkan insentif penjualan sebelum
penurunan penjualan bahan bakar kendaraan,
meluncurkan produk terbarunya.
�����
�����
��
����� ��
�� �
�� �
�
��� ��
���
������
�
���
�
��
�
��
�
��
�
��
�
��
�
��
��
��� ��������������������
���
������������������������
���
� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
���
���
��
��
�������������������������
��
��
������������������������
��
��
� � � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.6 Indikator Konsumsi
19
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Potensi peningkatan konsumsi
Meksiko 5 yang masing-masing tumbuh
pada triwulan akhir 2014 tercermin dari
mencapai 7,3% dan 7,9% di TW3-14, setelah
indikator kepercayaan konsumen yang
triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,4%
berada dalam tren meningkat. Indikator
dan 6,8%. Kinerja yang impresif terjadi pada
kepercayaan konsumen pada TW3-14 secara
ekspor ke Jepang6 yang tumbuh mencapai
rata-rata naik menjadi 82,97 dari 82,83 pada
5,1%, setelah terkontraksi 0,3% di TW2-14.
TW2-14. Perkembangan terkini menunjukkan
Ekspor ke Jepang perlahan kembali membaik
peningkatan indeks mencapai 94,48 pada
seiring pemulihan aktivitas ekonomi domestik
Oktober 2014, tertinggi sejak Oktober 2007.
pasca kenaikan pajak penjualan di TW2-14. Di
Kondisi tersebut memperkuat keyakinan
sisi lain, pertumbuhan ekspor AS ke Tiongkok
terhadap potensi peningkatan konsumsi
relatif stabil di level 2,4%7 sebagai dampak
masyarakat, yang ditopang oleh sentimen
dari pelemahan ekonomi Tiongkok di TW3-
positif sektor ketenagakerjaan AS dan kondisi
14. Namun demikian, pertumbuhan ekspor
bisnis yang masih ekspansif. Hal ini dikonfirmasi
ke Tiongkok dan Jepang di September 2014
oleh meningkatnya persentase masyarakat yang
yang terkontraksi masing-masing sebesar
berpandangan bahwa kinerja bisnis semakin
2,8% dan 2%, mengindikasikan permintaan
baik sehingga membuka peluang tambahan
eksternal yang belum cukup stabil masih akan
lapangan pekerjaan dalam enam bulan ke
membayangi kinerja ekspor AS ke depan.
4
depan. Di sisi lain, persentase masyarakat yang berekspektasi memperoleh pendapatan lebih tinggi justru menurun akibat kenaikan pendapatan masyarakat yang terbatas dalam beberapa waktu terakhir.
Pertumbuhan impor pada TW3-14 turun menjadi 3,4%, dari 4,3% pada triwulan sebelumnya. Perlambatan impor merupakan implikasi dari turunnya impor minyak mentah karena melimpahnya produksi minyak dan
Kinerja sektor eksternal di TW3-14
gas domestik. Namun demikian, penurunan
menunjukkan pertumbuhan ekspor yang
impor yang juga terjadi pada kelompok capital
sedikit lebih baik dari triwulan sebelumnya.
goods, industrial supplies, dan consumer goods
Ekspor AS di TW3-14 tumbuh rata-rata
mencerminkan permintaan domestik yang
3,77% yoy, sedikit meningkat dari 3,73%
relatif lemah. Kinerja ekspor yang mampu
pada TW2-14. Peningkatan ekspor pada
tumbuh lebih tinggi dari impor di TW3-14
TW3-14 didorong oleh kelompok capital
menyebabkan defisit neraca perdagangan
goods, industrial supplies, consumer goods
AS menyempit. Defisit neraca perdagangan
dan produk otomotif. Kinerja ekspor yang membaik pada TW2-14 terutama disumbang
5
oleh peningkatan ekspor ke Canada dan 6 7 4
The Conference Board Consumer Confidence Index.
20
Canada dan Meksiko adalah negara tujuan ekspor peringkat 1 dan 2 pada 2013, yang masing-masing memiliki pangsa mencapai 13,3% dan 10,2% terhadap total ekspor AS. Jepang merupakan negara tujuan ekspor AS peringkat 4 pada 2013. Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor AS peringkat kedua pada 2013, dengan pangsa mencapai 5%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
����������
�����
�����
�����
��
�����
��
�����
�����
����
���� ����
����
��
����� �����
��
�����
�
�����
���
����� ����������������������
�����
���������� ���������
����� �����
���� ����
����
����
��� �����
���
��� ��� ���
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
����� �����
����������� ����������
������������� �����������
�����
�����
����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.7 Neraca Perdagangan
Grafik 2.8 Ekspor – Mitra Dagang Utama
menurun menjadi USD123,3 dari USD130,3
hinggga mencapai USD209,7 ribu pada
miliar pada TW2-14.
September 2014, dari USD222 ribu di Juni
Kinerja sektor perumahan memberi angin segar di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi AS di TW3-14. Pertumbuhan penjualan rumah (new home sales dan existing home sales) kembali melanjutkan perbaikan pada triwulan laporan. Penjualan rumah untuk kategori new home sales mampu tumbuh impresif mencapai 16,7% yoy, setelah tertahan di zona kontraksi pada dua triwulan sebelumnya8. Sejalan dengan kondisi tersebut, kontraksi existing home sales 9 mengecil menjadi 3,8% di TW3-14, setelah triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 4,5%. Peningkatan angka penjualan rumah dipengaruhi oleh harga rumah yang mulai bergerak turun. Tren harga median rumah (existing home sales) selama TW3-14 menurun 8 9
New home sales terkontraksi sebesar 4,4% di TW2-14 dan terkontraksi 3,7% di TW1-14. Existing home sales berkontribusi sebesar 90% terhadap total penjualan rumah di AS.
2014. Sedangkan harga median rumah ‘new home sales’ menurun hingga mencapai USD259 ribu pada periode yang sama, dari USD287 ribu di Juni 2014. Penurunan harga median rumah baru merupakan implikasi dari melimpahnya persediaan akibat dari permintaan yang melemah. Ke depan, pemulihan sektor perumahan masih akan menghadapi tantangan dari ketatnya persyaratan kredit, suku bunga KPR yang masih berada di level yang tinggi dibandingkan dengan tahun 2013, dan daya beli masyarakat yang belum stabil. Perkembangan sektor tenaga kerja AS menunjukkan perbaikan yang terus berlanjut. Pada September 2014, angka pengangguran telah mencapai 5,9%, membaik dari 6,1% di Juni 2014. Angka pengangguran yang berada dalam tren menurun dan berada di level terendah sejak Juli 2008 memberikan sinyal penyerapan tenaga kerja yang semakin baik. Pencapaian ini dikonfirmasi oleh penurunan
21
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
���������
��������
���
��������� ���
������������������������������
���
��������������������������������������
���
���
����������������������������������� ��������������������������������������
�
��� ���
���
��� ���
���
���
� �
���
�
���
���
��� ���
��������
�
��� ��� ��� ���� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ��� ����
� �
��� ��� ��� ���� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
��� ����
���
�����������������
�����������������
�
�
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���� ����
���� �������������������������� ����
����������
��������������������
������ ��� ��������� ��� ��������� ��� ��������� ��� ��������� ��� ��������� ��� ��������� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
����
����������������������������������������������
Grafik 2.9 Indikator Perumahan
rata-rata initial jobless claims menjadi 297,7
Di sisi lain, meski indikator pertumbuhan
ribu orang per minggu pada TW3-14, dari
tenaga kerja (non-farm payrolls) telah bertahan
315,9 ribu orang di TW2-14. Sejalan dengan
mencapai lebih dari 200 ribu orang selama
perbaikan tersebut, jumlah continuous claims
delapan bulan berturut-turut, penambahan
selama TW3-14 juga bergerak menurun.
NFP di TW3-14 tercatat lebih rendah dari
Perkembangan terkini menunjukkan tingkat
TW2-14. Total penambahan NFP yang hanya
pengangguran di Oktober 2014 kembali turun
mencapai 702 ribu orang pada triwulan laporan
menjadi 5,8%, di level yang sama dengan
lebih didominasi oleh sektor jasa, terutama
Juli 2008. Perbaikan angka pengangguran
aktivitas perdagangan ritel, dibandingkan
tersebut terutama disebabkan oleh penyerapan
dengan produksi barang10. Kondisi ini seolah
tenaga kerja oleh sektor bisnis yang berupaya
mencerminkan sikap hati-hati kalangan
meningkatkan produksi guna mengantisipasi kenaikan permintaan di akhir tahun.
22
10 Total penambahan NFP di TW2-14 mencapai 800 ribu orang.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�
�
�� ��
���������� ��
���������������������
���� ����������������������
���
�����������������������������
��
��
���
�
��
��� �
�� ��
�
�� �
�� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
���� ����
����������������������������
���
��
����������
���
����
���������������������
���
����
���
����
���
����
���
����
���
����
���
����
���
���� ��� ��� ��� ��� ��� ������������ ��� ��������� ��� ��� ��� ��� ��� ������������������ ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
���������� ���� ����
��������� �������������
������������ �����������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���������������
Grafik 2.10 Indikator Sektor Tenaga Kerja
bisnis yang masih ingin memastikan apakah
mengalami peningkatan dan masih berada di
perekonomian AS mampu tumbuh lebih baik,
level terendah sejak 1978. Selain itu, rata-rata
sebelum melakukan ekspansi produksi lebih
pendapatan hanya meningkat secara moderat
jauh.
menjadi USD24,51 per jam pada TW3-14, dari Beberapa hal yang perlu dicermati
pada sektor tenaga kerja AS adalah tingkat partisipasi kerja yang belum mengalami perbaikan dan masih tertahan di level 62,8. Hal ini mengindikasikan perbaikan sektor tenaga kerja AS masih belum cukup stabil
USD24,39 per jam pada triwulan sebelumnya (tumbuh sebesar 2,05% yoy di TW3-14, dari 1,99% di TW2-14). Rilis data tenaga kerja terkini bahkan menunjukkan pertumbuhan pendapatan sedikit melambat menjadi 1,99% pada Oktober 2014.
karena tingkat partisipasi kerja tak kunjung
23
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Meski tren tingkat pengangguran
oleh the Fed di 2013, 63% dari total kekayaan
menurun, perlu diwasapadai long-term
masyarakat AS dimiliki oleh 5% masyarakat
unemployment
di akhir TW3-14 yang
yang berpenghasilan tertinggi, 36% dari total
masih tergolong tinggi (3 juta orang)
kekayaan masyarakat AS disumbang oleh
dan menyumbang 31,9% terhadap total
45% masyarakat berpenghasilan menengah,
pengangguran. Kekhawatiran akan kondisi
sedangkan 1% dari total kekayaan masyarakat
ini juga diperkuat oleh peningkatan rata-
AS dikontribusi oleh 50% masyarakat
rata durasi menganggur pada Oktober 2014
berpenghasilan rendah. Kondisi tersebut
menjadi 32,7 minggu, dari 31,5 minggu pada
memperkuat keyakinan bahwa masih terdapat
September 2014. Kondisi ini menggambarkan
slack yang cukup besar pada sektor tenaga
perbaikan sektor tenaga kerja AS yang belum
kerja AS, sehingga diperlukan kebijakan
cukup solid. Penurunan angka pengangguran
moneter akomodatif untuk mendorong
tanpa disertai oleh kenaikan pendapatan yang
pertumbuhan ekonomi.
11
memadai dikhawatirkan dapat menghambat pemulihan ekonomi AS ke depan karena berpotensi mengancam daya beli, menahan permintaan domestik dan menyebabkan kesenjangan ekonomi semakin melebar.
Sejalan dengan indikasi pelemahan daya beli, tekanan inflasi pada TW3-14 tercatat mengalami penurunan. Inflasi pada TW3-14 turun menjadi 1,80% yoy, dari 2,07% pada triwulan sebelumnya, dan menjauh dari
Terkait hal ini, the Fed Chair Woman
target the Fed (2%). Penurunan inflasi pada
Janet Yellen menyampaikan perhatiannya
triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh
terhadap kesenjangan ekonomi yang kian
inflasi kelompok energi dan transportasi.
melebar dan berpotensi menghambat proses
Harga energi dan transportasi yang terus
pemulihan ekonomi AS. Dalam pidatonya pada
menurun sejak Mei 2014 disebabkan oleh
Conference on Economic Opportunity and
penurunan harga minyak dunia yang telah
Inequality di Federal Reserve Bank of Boston12,
mencapai USD91,16 per barrel pada 30
Yellen menilai kesenjangan pendapatan yang
September 2014, yang terjadi bersamaan
semakin melebar terjadi karena pendapatan
dengan melimpahnya produksi minyak dan
masyarakat yang berpenghasilan tinggi (top
gas domestik. Perkembangan terkini bahkan
earner) kian meningkat, sementara tingkat
menunjukkan harga minyak dunia terus
pendapatan masyarakat yang berpenghasilan
menurun hingga mencapai USD77,19 per
rendah justru semakin menurun. Berdasarkan
barrel pada 4 November 2014. Sebaliknya,
survey of consumer finances yang dilakukan
harga kelompok makanan dan perumahan di TW3-14 kembali melanjutkan peningkatan.
11 Orang yang belum memiliki pekerjaan dan telah mencari kerja selama lebih dari 27 minggu. 12 Conference on Economic Opportunity and Inequality di Federal Reserve Bank of Boston diselenggarakan pada 17 dan 18 Oktober 2014.
24
Harga kelompok makanan masih berada dalam tren yang meningkat akibat kekeringan di wilayah barat Amerika yang belum juga
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
�� � �
����� ���
����
�
����
���
�
����� � � � �
����
�
�
�
��� ���������������
��
�����������������
��
���������������� ����������������
��
�����������������
���
�
���� ��
� �����
����
�����
��
�����
� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
���������
��������������
������
�������
� �� ��
����
��
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.11 Inflasi
Grafik 2.12 Inflasi – Komponen
mereda dan menyebabkan terganggunya
kerja), the Fed memutuskan untuk kembali
pasokan bahan makanan. Sejalan dengan
mengurangi stimulus pembelian aset masing-
penurunan aktivitas ekonomi di TW3-14,
masing sebesar USD10 miliar pada FOMC
inflasi inti juga mengalami penurunan menjadi
meeting 29-30 Juli 2014 dan 16-17 September
1,7% di September 2014, dari 1,9% pada
2014 13. Dengan kebijakan tersebut, sejak
Juni 2014.
Oktober 2014 pembelian Mortgage Back
Dengan memperhatikan bahwa ekonomi AS belum cukup solid untuk menggerakkan ekonomi domestik, the Fed kembali mempertahankan stance kebijakan moneter akomodatif dan mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 0-0,25%. Perihal timing peningkatan suku bunga kebijakan, the Fed kembali menegaskan bahwa suku bunga kebijakan masih akan dipertahankan di level yang sama dalam beberapa waktu ke depan pascastimulus pembelian aset berakhir, terutama bila realisasi inflasi terus berada di bawah target jangka panjang (2%), dan ekspektasi inflasi jangka
Securities (MBS) dan US T-notes jangka panjang masing-masing menjadi USD5 miliar dan USD10 miliar perbulan. Sejalan dengan langkah tersebut, pada FOMC September 2014 the Fed juga kembali melakukan pembahasan mengenai proses normalisasi kebijakan dan mulai menginformasikan rencana untuk merealisasikannya (lihat boks: Elemen Kunci Normalisasi Kebijakan The Fed). Selanjutnya, sesuai rencana yang telah disampaikan pada meeting sebelumnya, the Fed akhirnya memutuskan untuk mengakhiri stimulus pembelian aset pada FOMC meeting 28-29 Oktober 2014.
panjang tetap stabil. Merespon sejumlah indikator yang bergerak membaik (terutama sektor tenaga
13 Pada FOMC Juli 2014 stimulus pembelian aset dikurangi menjadi USD25 miliar per bulan.
25
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Pada FOMC September 2014, sebagian
Government, yang memperkirakan defisit
besar peserta setuju untuk mempertahankan
fiskal AS akan mencapai USD583 miliar pada
kebijakan moneter akomodatif dan belum
tahun fiskal 2014, atau setara dengan 3,4%
merasa perlu untuk mengubah forward
dari total PDB. Prestasi Pemerintah AS tersebut
guidance. Keputusan tersebut diambil setelah
merupakan dampak dari meningkatnya
melalui perdebatan diantara para peserta
pendapatan pemerintah yang tumbuh sebesar
FOMC meeting. Sejumlah peserta khawatir
9% pada tahun fiskal 2014, sementara
penggunaan term “considerable time” akan
pengeluaran hanya tumbuh moderat sebesar
menyebabkan masyarakat dan investor
1% pada periode yang sama. Peningkatan
menganggap forward guidance bukanlah
pendapatan merupakan kontribusi dari
sebagai dasar acuan yang memperhatikan
penerimaan pajak yang meningkat seiring
perkembangan indikator terkini dalam
pemberlakuan kenaikan pajak pendapatan
keputusan peningkatan suku bunga,
oleh Pemerintah AS pada 2013.
melainkan lebih sebagai suatu komitmen untuk meningkatkan suku bunga kebijakan semata. Namun demikian, peserta lain menilai apabila the Fed melakukan perubahan forward guidance pada FOMC September, hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sinyal perubahan stance kebijakan, yang berisiko memicu pengetatan di pasar keuangan. (lihat boks: Dissenting Opinion Dalam FOMC Meeting September dan Oktober 2014).
Mengacu kepada pertumbuhan potential GDP yang dipandang lebih lambat dan pengeluaran konsumen yang lebih rendah dari perkiraan, the Fed memutuskan untuk kembali menurunkan proyeksi ekonominya. Dalam FOMC meeting September 2014, the Fed memperkirakan ekonomi AS pada 2014 tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu sebesar 2,0% - 2,2%, untuk kemudian meningkat ke kisaran 2,6% - 3,0%15
Dari sisi pemerintah, proses konsolidasi
di tahun 2015. Namun pada 2016 PDB AS
fiskal masih terus berlanjut. Secara year to date
diperkirakan kembali menurun ke kisaran
(tahun fiskal 2014 ), defisit fiskal AS berhasil
2,6%-2,9%. Berbeda dengan the Fed, IMF
turun menjadi USD483,4 miliar atau setara
dalam WEO Oktober 2014 memprediksi PDB
2,8% terhadap PDB, dan terendah sejak tahun
AS pada 2014 dan 2015 masing-masing akan
fiskal 2008 (USD454,8 miliar). Pencapaian ini
tumbuh sebesar 2,2% dan 3,1%, lebih tinggi
bahkan di bawah proyeksi pemerintah AS
dari proyeksi sebelumnya di Juli 2014 sebesar
dalam mid session review budget of the US
1,7% dan 3,0%.
14 Tahun Fiskal AS 2014 Oktober 2013 - September 2014.
15 Proyeksi the Fed menggunakan pendekatan yang mengeluarkan outliers (tiga hasil proyeksi teratas dan tiga hasil proyeksi terbawah) pada setiap variabel.
14
26
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Tabel 2.1 Proyeksi PDB AS ���
�������
���������������������������
�������� �������
������
������
������
������
������
������
����
���
���
���
���������
���������
��������
����
���
���
���
���������
���������
���������
����
���
���
���
���������
���������
���������
������
������
������
���������
���������
���������
����������������������������������������������������������
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
2014 jumlah peserta FOMC meeting yang
AS yang diproyeksi akan termoderasi, the
memproyeksikan initial increase Fed Fund Rate
Fed memproyeksikan inflasi 2014 masih akan
akan dilakukan di 2015 bertambah menjadi 14
berada di kisaran 1,5% - 1,7% yoy, dan
orang, dari 12 orang pada proyeksi sebelumnya.
meningkat ke kisaran 1,6% - 1,9% yoy pada
Hal ini mencerminkan semakin banyak peserta
tahun 2015. Guna menjangkar ekspektasi
yang meyakini bahwa peningkatan suku bunga
inflasi, the Fed masih menetapkan target
kebijakan akan dimulai pada 201516. Seiring
inflasi jangka panjang di kisaran 2% yoy. Hal
pemulihan sektor tenaga kerja yang terus
ini ditujukan untuk menjaga kestabilan harga,
berlanjut, the Fed memperkirakan tingkat
menjaga suku bunga jangka panjang dalam
pengangguran tahun 2014 turun ke kisaran
level yang moderat, dan mendukung sektor
5,9%-6,0%, dan kembali menurun di 2015
tenaga kerja (maximum employment).
menjadi berada di kisaran 5,4%-5,6%.
Terkait dengan tingkat suku bunga kebijakan, pada proyeksi the Fed di September
16 Berdasarkan proyeksi Bloomberg November 2014, kenaikan suku bunga the Fed diperkirakan akan dimulai pada TW3-15.
Tabel 2.2 Proyeksi Inflasi AS (The Fed) ������� �������
�������
���������������������������
������
������
������
����
���������
���������
���������
����
���������
���������
���������
������
������
������
���
���
���
���������������
27
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Perkembangan terkini baik dari sisi
c.
domestik maupun eksternal mengindikasikan ekonomi AS masih akan menghadapi sejumlah
menghambat pencapaian target inflasi; d.
tantangan yang berpotensi menghambat
Perbaikan
di
sektor
beli yang masih lemah; tenaga
kerja
e.
geopolitik di kawasan Timur Tengah
unemployment masih cukup tinggi,
dan Ukraina berpotensi mempengaruhi
tingkat partisipasi tenaga kerja rendah
kinerja
dan tingkat pendapatan yang hanya meningkat secara moderat (cenderung stagnan) berisiko menahan aktivitas ekonomi domestik; Kesenjangan
ekonomi
yang
kian
melebar berpotensi menghambat proses pemulihan ekonomi AS;
28
Pemulihan ekonomi Kawasan Euro yang belum stabil dan peningkatan tensi
AS belum stabil karena long-term
b.
Inflasi yang bergerak menjauh dari target the Fed memberikan sinyal daya
proses pemulihan, seperti: a.
Dampak penguatan USD dikhawatirkan
ekonomi
AS
melalui
jalur
perdagangan dan keuangan; f.
Pelemahan ekonomi negara emerging juga
berpotensi
ekonomi AS.
menahan
kinerja
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Boks 1 Elemen Kunci Normalisasi Kebijakan The Fed Pada FOMC 16-17 September
•
The Fed juga akan menggunakan
2014, selain mempertahankan stance
fasilitas overnight reverse repurchase
kebijakan moneter akomodatif dan
agreement
kembali melakukan pengurangan stimulus
mengendalikan
pembelian aset, the Fed juga melakukan
kebijakan jika diperlukan;
pembahasan mengenai proses normalisasi
•
untuk
Kepemilikan
membantu
suku
surat
bunga
berharga
the
kebijakan. Pada kesempatan tersebut
Fed akan dikurangi secara gradual
the Fed mulai menginformasikan kepada
beberapa
masyarakat perihal rencana dan prinsip
bunga kebijakan dinaikkan, dengan
yang akan digunakan dalam proses
memperhatikan
normalisasi kebijakan. Beberapa hal
ekonomi
penting yang disepakati dan akan menjadi kunci dalam pelaksanaan normalisasi kebijakan moneter adalah: •
Para
anggota
waktu
setelah
suku
perkembangan
dan
kondisi
finansial
terkini; •
The
Fed
akan
melakukan
penyesuaian terhadap pendekatan
komite
akan
yang
digunakan
dalam
proses
menentukan waktu dan kecepatan
normalisasi
normalisasi
dengan
mempertimbangkan perkembangan
mandat
ekonomi dan keuangan ke depan.
kebijakan
mempertimbangkan
kebijakan
dengan
untuk mencapai sasaran maximum employment dan stabilitas harga; •
Pada proses normalisasi kebijakan, the Fed akan menaikkan suku bunga kebijakan dan membawa ke dalam rentang
target
yang
ditentukan
oleh komite, dengan melakukan penyesuaian terhadap suku bunga yang dibayarkan ke bank komersial atas
kelebihan
cadangan
yang
ditempatkan di bank sentral;
29
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Boks 2 Dissenting Opinion Dalam FOMC Meeting September dan Oktober 2014 Dalam voting untuk memutuskan
pada saat the Fed melakukan normalisasi
stance kebijakan moneter pada FOMC
kebijakan lebih cepat dari yang diantisipasi
meeting 16-17 September 2014, terdapat
oleh para pelaku pasar.
dua orang committee member yang tidak sependapat dengan keputusan tersebut. Richard W. Fisher, Presiden the Fed wilayah Dallas, menganggap penurunan akomodasi moneter oleh the Fed yang lebih cepat dari forward guidance sangat diperlukan. Argumen tersebut dilatarbelakangi oleh perkembangan ekonomi saat ini yang semakin membaik, outlook sektor tenaga kerja yang kian kondusif, serta tingkat harga yang relatif stabil.
Sementara itu, pada FOMC meeting 28-29 Oktober 2014, sebagian besar peserta setuju untuk mengakhiri program pembelian aset dan mempertahankan suku bunga kebijakan di level yang rendah dalam beberapa waktu ke depan. Namun, Presiden the Fed wilayah Minneapolis, Narayana Kocherlakota, tidak sependapat dengan keputusan tersebut karena memandang tren penurunan inflasi yang bergerak menjauh dari target the Fed
Pada kesempatan yang sama,
(2%) telah menimbulkan kekhawatiran.
Charles I. Plosser, Presiden the Fed wilayah
Kocherlakota berpendapat sebaiknya the
Philadelphia, juga berpendapat kebijakan
Fed melanjutkan program pembelian aset
the Fed yang lebih mengarah kepada waktu
dan mempertahankan federal fund rate di
tertentu dalam hal menaikkan suku bunga
level yang rendah paling tidak hingga satu
(penggunaan “considerable time”) tidak
atau dua tahun ke depan hingga inflasi
merefleksikan perkembangan ekonomi
stabil dan kembali mencapai target.
terkini terhadap pencapaian target komite. Plosser menilai akan lebih baik apabila the Fed menggunakan bahasa yang lebih menggambarkan bagaimana kebijakan moneter merespon perkembangan data terkini. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari volatilitas di pasar keuangan
30
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
A.2. Eropa A.2.1. Kawasan Euro
Di dalam upaya mencapai target pertumbuhan, Kawasan Euro harus dapat mengatasi sejumlah tantangan seperti
Ekonomi Kawasan Euro pada
inflasi rendah, angka pengangguran yang
TW3-14 tumbuh stagnan di level 0,8% yoy, tidak
bergeming di level tinggi, dan masih rendahnya
berubah dibandingkan triwulan sebelumnya.
pertumbuhan kredit kepada sektor swasta.
Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas investasi,
Sementara risiko dari eksternal yang harus
konsumsi dan perdagangan yang masih lemah.
diwaspadai antara lain krisis geopolitik, serta
Pertumbuhan PDB Jerman dan Italia di triwulan
pelemahan ekonomi Tiongkok dan sejumlah
laporan terpantau melemah, namun masih
negara emerging.
dapat diimbangi peningkatan pertumbuhan di Perancis, Spanyol dan Yunani.
Ekonomi Kawasan Euro pada TW3-14 tumbuh stagnan di level 0,8%
Kawasan Euro terus berjuang untuk
yoy, tidak berubah dibandingkan triwulan
menghindari jerat deflasi. Penurunan harga
sebelumnya, namun lebih rendah dari estimasi
energi dan makanan, ekspektasi harga yang
CF sebesar 0,9%. Kinerja ekonomi Kawasan
terus menurun, serta jumlah pengangguran
Euro yang cenderung stagnan dipengaruhi
yang masih tinggi, telah menahan konsumsi
oleh investasi dan konsumsi yang masih lemah,
masyarakat dan semakin menggerus inflasi.
serta kinerja perdagangan yang tertekan akibat
Upaya ECB dengan kebijakan moneter yang
menurunnya permintaan global dan dampak
lebih akomodatif belum membuahkan hasil
krisis Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan.
maksimal. Hal ini terkonfirmasi oleh tingkat
Pelemahan ekonomi semakin diperparah oleh
inflasi yang masih sangat rendah yaitu 0,3%
perlambatan ekonomi Tiongkok dan sejumlah
yoy di September 2014.
negara emerging.
Pada periode laporan, ECB kembali
Jerman yang menjadi motor penggerak
melonggarkan kebijakan moneter dengan
ekonomi Kawasan Euro tumbuh melambat
menurunkan suku bunga, serta melakukan
sebesar 1,2% yoy (advance estimate), dari
pembelian surat berharga dan portfolio of
1,4% di TW2-14. Perlambatan juga terjadi di
euro-denominated covered bonds untuk
Italia yang terkontraksi semakin dalam (-0,4%).
menggerakkan perekonomian. Namun
Sedangkan Perancis, Spanyol dan Yunani
kebijakan tersebut diperkirakan belum efektif
mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi.
mendorong pertumbuhan ekonomi di 2014.
Perbaikan ekonomi Spanyol ditopang oleh
Untuk itu European Central Bank (ECB) merevisi
konsumsi domestik serta kegiatan investasi
ke bawah estimasi pertumbuhan PDB 2014
yang mulai meningkat.
menjadi 0,9%. Inflasi 2014 diperkirakan juga masih berada di kisaran rendah yaitu 0,6% di 2014.
Secara triwulanan, pertumbuhan PDB Kawasan Euro TW3-14 tercatat sebesar 0,2%
31
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����������������������
�����������������������
������
������
������
������
������������
���
���
������������
���
���
������
���
���
������
����
���
��������
�
���
��������
����
���
������
����
����
������
����
����
�������
���
���
�������
���
���
������
���
���
������
���
���
����������������
����������������
qoq, naik dari 0,1% di triwulan sebelumnya
PDB Yunani TW3-14 tumbuh cukup tinggi
– dan lebih tinggi dari prediksi (0,1%). Sinyal
mencapai 0,7% qoq, dari 0,3% di TW2-
dan Yunani
14, terutama dipicu oleh sektor turisme
yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan. PDB
dan konsumsi swasta. Jerman juga berhasil
Perancis tumbuh 0,3% qoq, naik dari kontraksi
menghindari technical recession dengan
0,1% di TW2-14 dan lebih tinggi dari estimasi
tumbuh 0,1% qoq, dari terkontraksi 0,1%
(0,2%). Peningkatan PDB Perancis terutama
di TW2-14. Namun sebaliknya, Italia belum
dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah
berhasil keluar dari zona kontraksi dengan PDB
dan rumah tangga, sedangkan net ekspor dan
TW3-14 yang terkontraksi 0,1%, dari melemah
investasi mengalami penurunan. Sementara
0,2% di triwulan sebelumnya.
positif muncul dari Perancis
�����
17
�����
�
��������
����� ��
���
������������ ������ �������
��� ��
���
������ �������
�������� ������
���
� � ��
�������� �������������� ��������������� ���������������������������������� ������������ ������������
���
���� �
����
��
�����
����
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.13 Kontribusi Pertumbuhan PDB
17 Meski tumbuh membaik, Standard & Poors merevisi outlook Perancis dari stable menjadi negative dan mempertahankan rating di level AA. S&P menilai Perancis memiliki risiko dalam menjalankan konsolidasi fiskal dan reformasi struktural.
32
��� ����
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.14 Pertumbuhan PDB Negara Inti Eropa
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Indikator penuntun konsumsi Kawasan
Aktivitas konsumsi ke depan diperkirakan
Euro selama TW3-14 mengalami pelemahan
belum membaik sebagaimana ditunjukkan oleh
yang mencerminkan kelesuan ekonomi
indeks keyakinan konsumen dan keyakinan
domestik. Setelah meningkat di triwulan
penjualan ritel yang melemah semakin dalam18.
sebelumnya, rerata penjualan ritel Kawasan
Tingkat pengangguran yang bertahan di level
Euro TW3-14 tumbuh melambat ke 1,1%,
tinggi sebesar 11,5% pada September 2014
dari 1,4% di TW2-14. Penurunan tingkat
juga berpotensi menghambat pertumbuhan
harga di Kawasan Euro ternyata belum
konsumsi lebih lanjut.
mampu mendorong minat konsumen untuk berbelanja. Penjualan ritel terendah selama triwulan laporan terjadi pada September 2014 yang hanya sebesar 0,6%. Pelemahan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan penjualan produk non makanan seperti pakaian dan sepatu musim dingin, akibat cuaca hangat yang di luar kelaziman.
Setali tiga uang dengan konsumsi, kegiatan investasi juga mengalami perlambatan akibat sentimen krisis geopolitik yang tidak kunjung usai. Rata-rata produksi industri pada TW3-14 tumbuh 0,6%, menurun dari 1% di periode sebelumnya. Penurunan terendah terjadi pada Agustus 2014 yang terkontraksi 0,5% akibat penurunan produksi barang modal,
Pelemahan penjualan juga terjadi pada
energi, durable goods dan intermediate goods.
produk otomotif. Selama TW3-14, penjualan
Penurunan produksi industri terbesar terjadi di
kendaraan terkoreksi menjadi hanya 2,0 juta
Jerman yang terkontraksi 3,0% dari tumbuh
unit, dari triwulan sebelumnya 2,5 juta unit.
2,4% di Juli 2014. Indeks kepercayaan bisnis
�����
�����
�
�������������������� ������������������������ ���������������������������� ��������������������������������
� �
����� �� �� � �
�
��
���
��
���
���
��������������������������
�
�������������������������������
�
��
�
����������������������
��
�
��
�����
��
��� � ����
���
��
��� ��
���
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.15 Indikator Konsumsi
���
���� ��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.16 Indikator Investasi
18 Indeks kepercayaan konsumen dan kepercayaan penjualan ritel TW3-14 masing-masing terkontraksi 9,9% dan 4,7%, lebih dalam dari kontraksi di TW2-14 sebesar 7,7% dan 2,3%.
33
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Kawasan Euro juga terkontraksi semakin dalam mendekati 5%, anjlok dari kontraksi 3,6% di TW2-14. Indikator sentimen ekonomi untuk
������ �� ����������������� ��
������������
19
Kawasan Euro juga melemah, mencerminkan
��
persepsi yang gloomy terhadap prospek
��
ekonomi. Indeks tersebut melemah ke level
��
100,9 dari triwulan sebelumnya sebesar
��
102,2. Pelemahan cukup signifikan terjadi di
��
September yang mencapai 99,9. Aktivitas investasi yang melambat juga
�������������
��
���
��� ����
���
���
���
���
���
���
��� ����
����
���
�����������������
dikonfirmasi oleh indeks PMI Manufaktur
Grafik 2.18 Indikator PMI
yang menurun ke 50,9 di TW3-14, lebih rendah dari 52,5 di triwulan sebelumnya.
mengalami perbaikan meski dengan skala yang
Penurunan PMI manufaktur dipengaruhi
moderat. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata
berkurangnya permintaan domestik dan
indeks PMI services di TW3-14 yang naik dari
ekspor, peningkatan harga input dan ketatnya
53,0 menjadi 53,2.
persaingan dengan negara lain20. Sebagaimana triwulan sebelumnya, investasi di sektor jasa
Pelemahan investasi terjadi pada hampir seluruh negara Kawasan Euro termasuk Jerman. Indeks PMI Manufaktur Jerman
� ��
������ ���������������������
�������������������������
��
���
49,9 pada September 2014, akibat koreksi ���
�� ���
�� �
bahkan memasuki zona kontraksi ke level ekspor pasca pengenaan sanksi terhadap Rusia oleh AS dan Eropa. Ekonomi Jerman
��� �����
��� ���
���
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
������
����
��
����
��
����
��
����
��
����
�
����
�
���
Grafik 2.17 Kepercayaan Bisnis Jerman
�����
19 The Economic Sentiment Indicator (ESI) merupakan indikator komposit yang terdiri dari lima sektor yaitu industrial confidence indicator, services confidence indicator, consumer confidence indicator, construction confidence indicator dan retail trade confidence indicator. 20 Kenaikan harga input di tengah ketatnya persaingan menyebabkan terjadinya penurunan harga jual.
34
��
���
���
����
�����
������������������
������������
������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.19 Kinerja Eksternal
��� ���
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
diperkirakan masih akan melemah dalam
semakin memperburuk inflasi. Rata-rata inflasi
jangka pendek, terindikasi dari rata-rata indeks
pada TW3-14 kembali melemah ke 0,4%, dari
ZEW expectation yang terkoreksi ke 14,2, turun
0,6% di periode sebelumnya. Inflasi September
drastis dari 35,4 di TW2-14.
bahkan terpuruk ke level 0,3% - terendah
Kinerja eksternal Kawasan Euro mengalami perbaikan seiring peningkatan pertumbuhan ekspor dan penurunan impor. Rerata pertumbuhan ekspor pada TW3-14 meningkat menjadi 2,7% dari bulan sebelumnya sebesar 0,7%. Kinerja ekspor yang impresif terjadi pada September 2014 yang tumbuh mencapai 8,5%, meningkat drastis dibandingkan Agustus 2014 yang terkontraksi 3,2%. Pelemahan nilai tukar euro menjadi faktor pendorong akselerasi kinerja ekspor,
sejak Oktober 2009 - dan menjadikannya berada di bawah 1% (danger zone) selama 12 bulan berturut-turut. Inflasi Kawasan Euro sulit beranjak dari level rendah saat ini mengingat harga energi yang terus menurun dan keengganan masyarakat untuk melakukan konsumsi karena menunggu penurunan harga lebih lanjut. Rendahnya inflasi Euro juga dipengaruhi oleh deflasi yang telah terjadi di beberapa negara seperti Belgia, Italia, Spanyol, Yunani21.
terutama di tengah terpuruknya kinerja ekspor
Jerman, sebagai negara utama
ke Rusia. Pasalnya, sejak Agustus 2014, Rusia
di kawasan, juga masih berjuang untuk
menetapkan embargo penuh terhadap impor
mendorong inflasi. Selama triwulan laporan,
daging sapi, buah-buahan, sayuran, makanan
inflasi Jerman tercatat tumbuh stagnan di
ternak, ikan, keju, produk susu dari EU, AS,
level 0,8%. Tertahannya inflasi terutama
Australia, Kanada dan Norwegia.
dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak
Sementara itu, rata-rata impor TW3-14
dunia yang masih terus terjadi.
relatif tidak mengalami pertumbuhan (0,0%
Dengan kinerja ekonomi yang kurang
yoy), dibandingkan TW2-14 yang tumbuh
menggembirakan, ECB terus berupaya
0,2%. Kondisi tersebut menjadi cerminan
melonggarkan kebijakan moneternya
dari masih rendahnya permintaan domestik
melalui paket kebijakan guna mendorong
di kawasan. Impor yang tertekan di tengah
pertumbuhan ekonomi dan mencapai sasaran
perbaikan kinerja ekspor menjadi pendorong
inflasi mendekati 2% yoy. Pada MPC Meeting
peningkatan surplus neraca perdagangan
4 September 2014, ECB kembali menurunkan
TW3-14 menjadi USD48,5 miliar, dari USD46,6
tiga suku bunga acuan masing-masing sebesar
miliar di triwulan sebelumnya.
10 bps yaitu main refinancing operations
Konsumsi domestik yang masih lemah,
menjadi 0,05%, marginal lending facility rate
ditambah dengan ekspektasi penurunan harga jual ke depan seiring tindakan pelaku usaha yang melakukan pemotongah harga,
21 Data September 2014 telah terjadi deflasi antara lain di Belgia (-0,12%), Italia (-0,2%), Spanyol (-0,2%) dan Yunani (-0,8%).
35
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
�
�����
�
��
���
��
�
��
���
�
� ���
�
�
�
���
�
�
�
����
��
��
�������
����
��� ��� ����
������������ ���
��� ����
���� ���
���
�������� ��� ����
���
������ ���
��� ����
�� ���
���� �� ����
����
�� ���� �� ����������������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�����������������
Grafik 2.20 Inflasi
Grafik 2.21 Angka Pengangguran
(0,3%), dan deposit facility rate (-0,20%).
Kedua program tersebut mulai berlaku efektif
Kebijakan penurunan suku bunga tersebut
pada Oktober 2014. Sejauh ini tidak terdapat
merupakan yang kedua kalinya sepanjang
informasi yang jelas mengenai jumlah ABS
2014 22 . Suku bunga tersebut kemudian
dan covered bonds yang akan dilakukan ECB.
dipertahankan pada MPC November 2014.
Namun Vice President ECB, Vitor Constancio
Selain itu, untuk menggerakkan perekonomian ECB juga memutuskan untuk memulai program pembelian aset “Asset Backed Securities Purchase Programme (ABS)” dengan underlying kredit kepada sektor non keuangan, termasuk pinjaman untuk pembelian rumah (mortgage). Program ini merefleksikan peranan ABS market dalam
sempat menyatakan bahwa jumlah asset backed securities and covered bonds dapat mencapai EUR1 triliun (USD1,26 triliun). Hal ini untuk mendukung pernyataan Presiden ECB yang ingin mengarahkan nilai neraca keuangan ECB kepada era di awal 201224, yang mengindikasikan perlu dilakukan ekspansi sebesar EUR1 triliun.
memfasilitasi pemberian kredit baru. ECB
Pasca penurunan suku bunga pertama
juga juga melakukan pembelian portfolio
kali di Juni 2014, kredit perbankan kepada
of euro-denominated covered bonds yang
korporasi dan rumah tangga telah menunjukkan
di Kawasan Euro.
kenaikan meski masih terbatas. Namun
diterbitkan oleh MFIs
23
demikian, di luar perkiraan perbankan Eropa 22 Penurunan suku bunga pertama kali terjadi pada Juni 2014. 23 Monetary financial institutions” (MFIs) are central banks, resident credit institutions as defined in Community law, and other resident financial institutions whose business is to receive deposits and/or close substitutes for deposits from entities other than MFIs and, for their own account (at least in economic terms), to grant credits and/or make investments in securities. Money market funds are also classified as MFIs.
36
menunjukkan minat yang rendah terhadap implementasi targeted longer-term refinancing 24 Pada Maret 2012, jumlah balance sheet ECB adalah EUR3 triliun, sementara posisi awal November 2014 tercatat sebesar EUR2,03 triliun.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
�
� �
���
�
�
�
���
�
�
�
���
�
�
��
����
������������������������
������������������������������
�
�����������������������
������������������������ ��������������������������������
� � �� �� �� �� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.22 Pertumbuhan Kredit Perbankan Euro
Grafik 2.23 Suku Bunga ECB
operations (TLTRO)25 tahap pertama pada 18
berada dalam kesulitan likuiditas menjelang
September 2014. ECB menerima permintaan
dikeluarkannya hasil stress test dan Asset
kredit dari 255 bank di Kawasan Euro dengan
Quality Review oleh ECB.
nilai pinjaman sekitar EUR82,6 miliar . Angka 26
tersebut jauh di bawah prediksi analis yang memperkirakan akan mencapai EUR100 miliar. Beberapa bank disinyalir menahan diri untuk berpartisipasi dalam skim TLTRO bagian pertama untuk menghindari dipersepsikan
Hasil stress test ECB yang dirilis pada 26 Oktober 2014 menunjukkan bahwa dari 130 bank yang dievaluasi, terdapat 25 bank gagal dan sembilan diantaranya berasal dari Italia. Hasil evaluasi tersebut ternyata lebih baik dari
�������������������������������������� �������
��������
���������
���������
��������
��������� ���������
����������
�������� ���������
�����
��
�������
�����������
Chart Hasil Stress Test Perbankan - Asal Negara Bank Gagal 25 TLTRO adalah skim pembiayaan ECB untuk perbankan yang menyalurkan kredit kepada perusahaan non keuangan di Kawasan Euro. Pembiayaan untuk pembelian rumah dan kepada sektor publik dikecualikan dari skim ini (lihat PEKKI edisi TW2-2014). 26 Mayoritas pembiayaan TLTRO dilakukan oleh perbankan Italia (EUR23 miliar), Spanyol (EUR16 miliar), and Yunani (EUR5 miliar).
37
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
prediksi, sebab 12 bank yang termasuk bank
pertumbuhan PDB Kawasan Euro 2014
gagal telah menutup kekurangan modal.
menjadi 0,8% (dari 1,1% di WEO Juli 2014)
Alhasil, hanya tersisa 13 bank yang diminta
dan pada 2015 menjadi 1,3% (dari 1,5%).
untuk mengajukan proposal penambahan
Ekonomi Kawasan Euro pada 2015 diprediksi
modal.
dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2014
Pelemahan ekonomi Kawasan Euro yang masih terus berlanjut menjadi pertimbangan bagi ECB untuk merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan PDB 2014, 2015 dan 2016 masing-masing menjadi 0,9%, 1,6% dan 1,9% yoy27. Kendati telah diturunkan, estimasi
seiring perbaikan permintaan eksternal dan domestik. Terkait tekanan harga, baik ECB maupun EU meyakini bahwa inflasi Kawasan Euro masih tertahan di kisaran rendah akibat penurunan harga komoditas dan slack pada perekonomian yang masih besar.
tersebut masih lebih optimis dari perkiraan the
Perbaikan ekonomi Kawasan Euro masih
European Commission (EU) yaitu 0,8% di 2014
dibayangi oleh sejumlah risiko seperti tingkat
dan 1,1% di 2015. IMF dalam WEO Oktober
pengangguran yang tinggi, investasi yang
2014 juga kembali menurunkan proyeksi
melemah, pertumbuhan kredit kepada sektor
Tabel 2.3 Prediksi PDB dan Inflasi Kawasan Euro ���������������� ������������ ������������������� ������������� �������������������
�������������
������������������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��� � ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
��� ��� ��� ���
����������� ����������������������������������� ��������������������������������� �����������������������������������
Tabel 2.4 Prediksi PDB Individu Kawasan Euro �����������
������
����
������������ ���������� ��������� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ���
����
����
��� ���
��� ���
��� ���
��� ���
��� ���
��� ���
��� ���
��� ���
������������
����
������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
��������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������
����
����
���
����
���
����
����
����
���
���
���
���
���
�������
����
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
����������� ������������������������������������������������������������������������������
27 Monthly Bulletin, European Central Bank, September 2014.
38
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
swasta yang masih negatif, serta ancaman
Pelemahan ekonomi Inggris baik di
deflasi. Selanjutnya, dengan memperhatikan
sektor konsumsi maupun investasi mendorong
hubungan perdagangan dan keuangan yang
Bank of England (BoE) mempertahankan
erat dengan Rusia, penyelesaian konflik di
kebijakan akomodatif. Kebijakan tersebut
Eropa Timur harus menjadi prioritas untuk
diperkirakan masih akan dipertahankan hingga
diselesaikan agar ekonomi Kawasan Euro
2015 untuk mendorong pertumbuhan dan
tidak semakin terpuruk. Eropa juga harus
mencapai target inflasi. Dalam mencapai
secara konsisten melaksanakan reformasi
target tersebut, Inggris harus dapat mengatasi
struktural untuk meningkatkan pertumbuhan
sejumlah tantangan antara lain inflasi rendah,
ekonominya.
tingkat upah yang tumbuh melambat, serta pelemahan konsumsi dan investasi. Selain itu, Inggris juga rentan terhadap meningkatnya
A.2.2. Inggris Ekonomi Inggris pada TW3-14 mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 3% yoy, dari 3,2% di triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh termoderasinya ekspansi di sektor konstruksi, pertanian dan manufaktur.
risiko geopolitik di Eropa Timur dan pelemahan ekonomi Eropa yang merupakan mitra dagang utama. Ke depan, IMF memperkirakan PDB Inggris akan tumbuh 3,2% di 2014, dan 2,7% di 2015. Sementara BoE lebih optimis dengan estimasi pertumbuhan PDB 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 3,5% dan 3%.
Kinerja sektor konstruksi cenderung tertahan
Pelemahan ekonomi Kawasan Euro
dalam beberapa bulan terakhir, sejalan dengan
telah mempengaruhi kinerja ekonomi Inggris
perilaku wait and see masyarakat terhadap
yang sebelumnya tumbuh cukup kuat. PDB
kemungkinan kenaikan suku bunga oleh
Inggris pada TW3-14 tumbuh melambat
BoE.
menjadi 3% yoy dari triwulan sebelumnya yang Meski kinerja investasi kurang
menggembirakan, sektor ketenagakerjaan Inggris masih melanjutkan tren perbaikan. Namun demikian, pertumbuhan upah yang lebih lambat dibandingkan inflasi berpotensi menghambat konsumsi domestik. Selain itu, upah yang rendah juga dapat menghambat pencapaian target inflasi yang tengah menurun selama tiga bulan terakhir. Inflasi September
mencapai 3,2% yoy. Perlambatan ekonomi Inggris tersebut di luar dugaan para ekonom dan lebih rendah dibandingkan prediksi CF28 yaitu 3,1%. Laju pertumbuhan yang tertahan terutama dipengaruhi oleh termoderasinya ekspansi di sektor konstruksi, pertanian dan manufaktur. Pertumbuhan sektor konstruksi Inggris mulai melambat selama dua triwulan terakhir. Investasi diperkirakan masih tumbuh
2014 hanya tumbuh 1,2%, menurun cukup signifikan dibandingkan Maret 2014 sebesar 1,9%.
28 Consensus Forecast Oktober 2014.
39
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
�����
�� ��
�����
�
��
�
��
�
�
�
�
�
��
�� ��
���
��
��� ���
���
���������
����������
������������������������
�������
�������
��� �������� �������������������������� �������������
��
���������������� �����������������
��
��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
��� ���
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.24 Pertumbuhan PDB
Grafik 2.25 Pertumbuhan PDB Sektoral
cukup tinggi, diikuti oleh konsumsi rumah
sehingga tergerus oleh inflasi. Indeks keyakinan
tangga .
konsumen yang kembali terkontraksi sebesar
29
Perlambatan ekonomi Inggris sejalan dengan menurunnya indikator penuntun konsumsi yang mengindikasikan terjadinya
1% pada TW3-14, sama dengan sebelumnya, mengindikasikan bahwa aktivitas konsumsi belum akan membaik dalam waktu dekat.
pelemahan permintaan domestik. Hal ini
Aktivitas konsumsi yang menurun,
tercermin dari rata-rata pertumbuhan penjualan
berimbas pada tertahannya aktivitas investasi.
ritel di TW3-14 yang melambat ke 2,9%, dari
Pada TW3-14, rilis produksi industri dan
4,2% di triwulan sebelumnya. Pelemahan
produksi manufaktur masing-masing diprediksi
penjualan ritel di September 2014 dipengaruhi
tumbuh sebesar 2,1% dan 3,4%, melemah
oleh faktor cuaca yang masih cenderung hangat sehingga menahan minat belanja
�����
������ ��
pakaian musim gugur dan musim dingin.
�
Angka penjualan kendaraan juga sedikit
�
melemah ke 7,2% dari triwulan sebelumnya
�
��
sebesar 7,4% seiring berkurangnya permintaan
�
��
�
�
��
���
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
domestik. Selain disebabkan oleh faktor musiman, aktivitas konsumsi juga terkendala oleh relatif lambatnya pertumbuhan upah,
29 Sebagai ilustrasi, pada TW2-14 investasi berhasil tumbuh 9,1% yoy, sementara konsumsi rumah tangga tumbuh moderat 2,1% yoy. Konsumsi rumah tangga memiliki pangsa 60% dari GDP, konsumsi pemerintah 20%, dan investasi 17%.
40
������������������������� ���������������������������������� ���������������������������������
�����������������
Grafik 2.26 Indikator Konsumsi
��
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
dibandingkan triwulan sebelumnya30. Aktivitas
sebagai langkah antisipasi terhadap rencana
manufaktur ke depan juga diperkirakan masih
kenaikan suku bunga dan upaya pengetatan
tertahan sebagaimana terlihat dari indeks PMI
pembelian rumah oleh pemerintah.
manufaktur TW3-14 yang menurun ke 52,8 dari TW2-14 sebesar 56,7. Berbeda dengan sektor manufaktur, aktivitas di sektor jasa dan konstruksi diperkirakan berprospek cukup cerah dengan PMI konstruksi dan PMI jasa yang meningkat masing-masing 63,5 dan 59,4, dibandingkan TW2-14 sebesar 61,1 dan 58,3.
Angka pengangguran Inggris semakin membaik namun tidak diikuti kenaikan upah. Tingkat pengangguran melanjutkan tren penurunannya hingga pada Agustus 2014 mencapai 6% yoy, membaik dari 6,3% pada Maret 2014 dan merupakan angka pengangguran terendah sejak lima tahun terakhir. Namun demikian, perbaikan tingkat
Perbaikan PMI konstruksi menunjukkan
pengangguran belum diikuti kenaikan upah
prospek yang cerah khususnya pada sektor
yang memadai. Rata-rata upah mingguan di
perumahan, walaupun sempat terjadi
TW3-14 hanya tumbuh 0,65% yoy, jauh lebih
penurunan penjualan akibat penurunan
rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan
persetujuan kredit pemilikan rumah dan
inflasi yang mencapai 1,43%31. Laju kenaikan
pelemahan harga rumah. Selama TW3-14,
upah yang lebih rendah dari inflasi berpotensi
harga rumah juga tumbuh melambat menjadi
menghambat konsumsi domestik yang pada
10,3% yoy dari tumbuh 11,3% di TW2-14.
akhirnya juga akan menghalangi pencapaian
Pelemahan tersebut terutama dipengaruhi
target inflasi.
tertahannya pembelian rumah oleh masyarakat �����
������
������
�
�� �������������������������� ����������������������������� ���������������������� ����������������� ���������������������
� �
�� ���������������������������
��� �� ��
�����
���
��
����������������������������
���
��
���
�
���
� �� �
�
���
�
��� ��
�� ��
��
��
�� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�
��� ���
�
���
�� ��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.27 Indikator Aktivitas Bisnis
Grafik 2.28 Harga Rumah
30 Pada TW2-14, Produksi industri dan produksi manufaktur masingmasing tumbuh 2,4% dan 3,6% yoy.
31 Rata-rata pertumbuhan upah dan inflasi pada TW2-14 masingmasing sebesar 0,37% dan 1,73% yoy.
41
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Inflasi Inggris selama TW3-14 cenderung mengalami pelemahan menjadi 1,4% yoy, dari 1,7% di TW2-14. Inflasi September 2014 di luar dugaan kembali menurun ke level 1,2%
� � ��� � ���
dari 1,5% di Agustus 201432. Inflasi Inggris
�
telah berada di bawah target BoE sebesar 2%
���
selama sembilan bulan terakhir. Pelemahan
�
inflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
biaya transportasi - terutama angkutan laut dan udara akibat terus menurunnya
���
�����������������
harga energi -, laju kenaikan upah yang
Grafik 2.30 Tingkat Pengangguran
lambat serta apresiasi poundsterling yang menurunkan biaya impor. Penurunan inflasi dan pelemahan beberapa indikator ekonomi
Kinerja eksternal Inggris juga tidak luput
Inggris meningkatkan ekspektasi bahwa BoE
dari dampak pelemahan ekonomi Kawasan
masih akan mempertahankan suku bunga
Euro. Rata-rata pertumbuhan ekspor selama
di level rendah (0,5%). Sebelumnya, BoE
TW3-14 terkontraksi sebesar 4,2%, sedikit
sempat diprediksi akan menaikkan suku
membaik dibandingkan triwulan lalu yang
bunga terutama ketika inflasi Juni 2014 telah
kontraksi sebesar 7,8%. Produk ekspor Inggris
mendekati target yaitu mencapai 1,9% yoy
yang terkontraksi antara lain adalah minyak
dan PDB TW2-14 tumbuh cukup signifikan
dan produk manufaktur. Sementara itu, impor
mencapai 3,2%.
terkontraksi semakin dalam mencapai 6,6%
�����
�����
����� �
�
��� �
� ���
�
�
������������
�������������������������������
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���� ���� ���� ���� ����
� ����
����
�����
���
�����
�
����
�
�����������������
Grafik 2.29 Inflasi dan Upah 32 Inflasi September 2014 sebesar 1,2% merupakan yang terendah sejak 2009.
42
���
�����
���� � �
����
���
�
�
������������
�����
���
�
������������
���
�
�
�������� ������������������
����
���
�
����
����� �����
�����
�����
�����
����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.31 Neraca Perdagangan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
dari kontraksi 6,3% di TW2-14. Pelemahan
�����
impor mencerminkan tertahannya permintaan
��
domestik. Kinerja ekspor yang lebih baik
�
dari impor menyebabkan defisit neraca
�
perdagangan Inggris melebar menjadi GBP7,5
�
miliar, dari triwulan sebelumnya sebesar
�
GBP6,5 miliar.
����� ��
��
��
��
��
�
�
��
Pelemahan ekonomi yang disertai dengan penurunan aktivitas konsumsi dan investasi menjadi pertimbangan bagi BoE untuk kembali mempertahankan kebijakan akomodatif. Pada Monetary Policy Committee
�
�� ��� ��� ����
���
��� ��� ����
��� ��������� ���������
��� ��� ����
���
��� ��� ����
�������� �������
���
��� ��� ����
���� ��������������
�����������������
Grafik 2.32 Inflasi
meeting 8 Oktober 2014, BoE mempertahankan suku bunga di level rendah sebesar 0,5%
���
33
untuk menggerakkan perekonomian. BoE juga
GBP100 juta per tahun. Selain itu, BoE juga
mempertahankan stimulus moneter sebesar
mengatur bahwa lender yang tidak lulus stress
GBP375 miliar 34. Pertumbuhan upah yang
test simulasi kenaikan suku bunga sebesar
rendah, inflasi yang menurun dan outlook
3% diminta untuk menurunkan jumlah kredit
ekonomi global yang suram, nampaknya
perumahan.
akan menjadi pertimbangan bagi BoE untuk mempertahankan kebijakan akomodatif lebih lama hingga 2015.
Selama triwulan laporan, pasar keuangan Inggris sempat dipengaruhi oleh isu referendum kemerdekaan Skotlandia
Selanjutnya memasuki awal Oktober
dari Inggris. Faktor ekonomi menjadi salah
2014, Pemerintah Inggris mulai memberlakukan
satu motif yang melatarbelakangi rencana
ketentuan pembatasan kredit pembelian
referendum tersebut. Kelompok pro-
rumah. BoE mengatur bahwa pemberian
kemerdekaan meyakini Skotlandia memiliki
kredit perumahan kepada debitur dengan loan
cadangan minyak di Laut Utara sebesar 30
to income ratio sebesar 4,5 kali atau lebih,
miliar barrel - meskipun analis perminyakan
pangsanya tidak boleh melebihi 15% dari
memperkirakan cadangan hanya mencapai 15-
total pemberian kredit perumahan. Ketentuan
16,5 miliar barrel35. Dengan cadangan minyak
tersebut diberlakukan kepada semua lender
yang besar, Skotlandia optimis dapat mandiri
yang memberikan kredit perumahan di atas
secara ekonomi dan politik jika merdeka dari Inggris. Isu referendum tersebut sempat
33 Telah dipertahankan sejak Maret 2009. 34 Target total pembelian aset sebesar GBP375 miliar telah tercapai sejak November 2012, dan sampai saat ini masih terus dipertahankan (belum akan menambah pembelian aset).
menimbulkan volatilitas di pasar keuangan 35 Sebagai gambaran Indonesia hanya memiliki cadangan minyak 3,66 miliar barrel pada tahun 2012 (Ditjen Migas, Pusdatin).
43
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
dengan terjadinya pelarian arus modal dari
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2% pada
Inggris mencapai USD27 miliar pada Agustus
2014 dan 2,7% pada 2015. Aktivitas bisnis
2014, terbesar sejak krisis Lehman Brother
diperkirakan kembali pulih, didorong oleh
di 2008. Investor merasa cemas terhadap
perbaikan kredit dan kondisi pasar keuangan
stabilitas ekonomi dan keuangan Inggris jika
yang kondusif, serta neraca keuangan korporasi
Skotlandia memilih merdeka dari Inggris.
yang sehat. Estimasi IMF tersebut lebih pesimis
Fluktuasi di pasar keuangan tidak berlangsung lama. Situasi kembali normal setelah mayoritas penduduk Skotlandia lebih memilih untuk tetap bergabung dengan Inggris. Referendum yang diselenggarakan pada 18 September 2014 menghasilkan suara
dibandingkan BoE yang memperkirakan ekonomi Inggris akan mencapai 3,5% di tahun 2014 dan 3% di 2015. Sementara itu, CF36 memprediksi pertumbuhan PDB Inggris hanya akan tumbuh sebesar 3,1% di 2014 dan 2,6% di 2015.
terbanyak bagi tetap bergabungnya Skotlandia
Perjalanan ekonomi Inggris ke depan
dengan selisih suara sekitar 10 persen (55%
masih akan menghadapi jalan berliku. Inggris
menjawab NO, dan 45% menjawab YES
masih harus membenahi sejumlah permasalahan
atas referendum). Pasar bereaksi positif
domestik seperti inflasi rendah, laju kenaikan
terhadap hasil referendum tersebut, tercermin
upah yang lambat, serta pelemahan konsumsi
dari membaiknya indeks harga saham dan
dan investasi. Selain itu, Inggris juga harus
pelemahan yield obligasi pasca referendum.
menghadapi eskalasi risiko geopolitik di Eropa
Dengan berbagai dinamika eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja ekonomi
Timur dan pelemahan ekonomi Eropa yang merupakan mitra dagang utama.
Inggris, IMF dalam WEO Oktober 2014 masih tetap optimis dan mempertahankan ekspektasi �������
36 CF Oktober 2014.
������
� ����
���� ���
����
����
���
���
�������������������
���
������������
�
���
��� ����
���
��
� ��
����
����
���
��
� ����
����
����������������
������������� ����
��� �� �� �� �� ��� ��� ��� ��� ���� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�����������������
Grafik 2.33 Nilai Tukar dan Saham
44
���
��
��� �
�� �� �� �� ��� ��� ��� ��� ���� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�� ���
�� �� ��� ��� ����
�����������������
Grafik 2.34 Yield Obligasi dan CDS
�
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
A.3. Jepang Perekonomian Jepang pada TW3-14 kembali memasuki zona resesi setelah kembali terkontraksi sebesar 1,2% yoy, dari kontraksi 0,16% di TW2-14. Pelemahan aktivitas ekonomi domestik pasca kenaikan pajak, diluar dugaan berdampak lebih buruk dari perkiraan awal. Masyarakat cenderung membatasi konsumsi
Forecast memprediksi pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2014 masing-masing tumbuh lebih rendah menjadi 0,9% dan 1,1%. Penurunan proyeksi tersebut dilatarbelakangi oleh perlambatan ekonomi Jepang pasca kenaikan pajak yang berpotensi membawa ekonomi Jepang di 2014 tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya (1,5%).
karena tingkat pendapatan tidak mampu
Perekonomian Jepang di luar dugaan
mengimbangi kenaikan harga. Merespon
kembali memasuki zona resesi setelah dua
kondisi tersebut, pebisnis cenderung menahan
triwulan berturut-turut terkontraksi. PDB
ekspansinya untuk menghindari penumpukan
TW3-14 kembali melemah dan terkontraksi
inventori. Hal ini berdampak pada penurunan
sebesar 1,2% yoy 37 , setelah triwulan
sentimen bisnis dan menyebabkan peningkatan
sebelumnya terkontraksi 0,16%. Pencapaian
jumlah pengangguran.
tersebut bahkan jauh di bawah proyeksi
Kinerja sektor eksternal belum cukup solid untuk menopang pertumbuhan ekonomi Jepang, seiring aktivitas konsumsi dan investasi yang melambat. Sejalan dengan pelemahan daya beli masyarakat, inflasi kembali menurun. Pasca implementasi kenaikan pajak, tekanan inflasi pada TW3-14 turun menjadi 3,30% yoy, dari 3,57% di triwulan sebelumnya.
Consensus Forecast yang memperkirakan PDB Jepang TW3-14 akan tumbuh sebesar 0,7%38. Kinerja ekonomi yang terus melemah di TW3-14 mencerminkan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat Jepang dalam mengatasi dampak kenaikan pajak penjualan pada April 2014, karena tingkat pendapatan tidak mampu mengimbangi kenaikan harga. Perekonomian Jepang yang kian terpuruk
Merespon perekonomian yang
di TW3-14 memperkuat pendapat sejumlah
tumbuh melambat pasca kenaikan pajak, BOJ
pihak39 yang menyarankan PM Abe untuk
melanjutkan kebijakan moneter akomodatif
menunda kenaikan pajak tahap ke dua yang
dengan kembali mempertahankan suku bunga
semula akan diimplementasikan pada Oktober
kebijakan di level 0,1%. Pada Monetary Policy
2015.
Committee Meeting 31 Oktober 2014 BOJ mengumumkan untuk melakukan ekspansi kebijakan Quantitative and Qualitative Easing. Pada saat yang sama, BOJ juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB tahun fiskal 2014 menjadi 0,5% yoy, dari 1% pada proyeksi Juli 2014. Sejalan dengan BOJ, IMF dan Consensus
Pelemahan yang terjadi di TW3-14 terutama disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang menurun dan konsumsi 37 First preliminary report oleh Japan Cabinet Office yang dirilis 17 November 2014. 38 Perkiraan Consensus Forecast Oktober 2014. 39 Salah satunya penasihat PM Abe yaitu Etsuro Honda.
45
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
���������� ����
���������� �������� �������� �������������������� ������������������������ �������������� ����������� ����������
����
���
���
����� ����
�� ��
����
�� ��
����
����
����� ����������������� ���������������������� �������������������� ���������������������
���
����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.35 Pertumbuhan PDB
�� ��
�
��
�
� ���
���
���
��� �����
��
��
�� ����
���
���
��� � � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.36 Indikator Konsumsi
yang masih tertahan di zona kontraksi.
Daya beli masyarakat yang masih
Pertumbuhan investasi tercatat hanya tumbuh
lemah telah menyebabkan pemulihan aktivitas
0,6% yoy, menurun dari triwulan sebelumnya
konsumsi pasca kenaikan pajak penjualan
(7,8%). Penurunan kinerja investasi terutama
berjalan lambat. Konsumsi swasta40 terkontraksi
disebabkan oleh masih lesunya aktivitas
semakin dalam sebesar 2,7% yoy dan
konsumsi domestik yang berimbas pada
berkontribusi negatif sebesar 1,62% terhadap
penumpukan inventory. Kondisi tersebut
pertumbuhan PDB TW3-14 41. Sementara
dikonfirmasi oleh performa konsumsi yang
investasi yang tumbuh sebesar 0,6%, hanya
terkontraksi kian dalam menjadi 2% pada
berkontribusi sebesar 0,12%, jauh menurun
TW3-14, dari kontraksi 1,9% di TW2-14. Di
dari kontribusi di TW2-14 (1,43%). Net
sisi lain, kinerja sektor eksternal cenderung
ekspor yang tumbuh sebesar 31,2%, mampu
membaik seiring peningkatan ekspor yang
menyumbang 0,46% terhadap total PDB
terjadi bersamaan dengan penurunan impor.
TW3-14. Sementara pengeluaran pemerintah
Pada TW3-14, ekspor tumbuh sebesar 7,6%,
yang tumbuh 0,3%, berkontribusi sebesar
meningkat dari 5,5% di TW2-14. Sedangkan
0,05% terhadap pertumbuhan PDB TW3-14.
impor tumbuh 5,0%, menurun dari 6,0% di triwulan sebelumnya. Peningkatan ekspor antara lain dipengaruhi oleh tren pelemahan nilai tukar yen terhadap USD yang masih terus berlanjut, sementara penurunan impor menggambarkan permintaan domestik yang
Perbaikan aktivitas konsumsi yang berjalan lambat tercermin dari sejumlah indikator penuntun konsumsi yang belum mampu meninggalkan zona kontraksi. Pengeluaran rumah tangga bahkan terkontraksi
belum stabil. 40 Konsumsi swasta memiliki pangsa 59% terhadap PDB. 41 Statistical discrepancy berkontribusi negatif sebesar 0,2%.
46
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
�����
��
��
��
�� �
��
� �
��� ��� ��
������ ������������������������� ������������������������
���
�����������������
���
�� ��
��
�� ��
�� ���
���
��� �����������������������
��� ���
���
���
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
��
�
��� ���������������
���
��
��
��� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ����
�
�����������������
Grafik 2.37 Produksi Industri dan Inventory
Grafik 2.38 Kapasitas Utilisasi
semakin dalam menjadi 5,4% yoy di TW3-14,
Sejalan dengan perbaikan konsumsi
dari kontraksi 5,2% pada triwulan sebelumnya.
yang belum cukup solid, aktivitas bisnis di
Sementara itu, penjualan department store
TW3-14 kembali menurun. Masih lemahnya
dan penjualan kendaraan juga tercatat masih
permintaan telah menyebabkan produsen dan
terkontraksi masing-masing sebesar 1,17%
kalangan bisnis menahan ekspansinya. Produksi
dan 2,4% di TW3-14, meski kontraksinya
industri di TW3-14 kembali menurun dan
mulai membaik dari triwulan sebelumnya yaitu
terkontraksi sebesar 1,07% yoy, setelah pada
6,93% dan 5,9%. Perkembangan ini tidak
triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,63%.
terlepas dari pendapatan riil rumah tangga
42
Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi
di TW3-14 yang secara rata-rata turun menjadi
oleh peningkatan inventori pasca kenaikan
420,809 yen (terkontraksi sebesar 5,9% yoy),
pajak, yang mengonfirmasi belum stabilnya
dari 531.819 yen di TW2-14 (juga terkontraksi
permintaan. Produsen juga menurunkan
6,1%). Tergerusnya daya beli menyebabkan
kapasitas produksinya menjadi 98,1 di TW3-
golongan rumah tangga membatasi konsumsi.
14, dari 101,4 di TW2-14, dan cenderung wait
Di sisi lain, penjualan ritel mulai membaik di
and see untuk mencegah berlanjutnya tren
TW3-14 dan mampu tumbuh 1,37% yoy, dari
peningkatan persediaan barang dagangan.
kontraksi 1,77% di triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan aktivitas konsumsi berpotensi kembali meningkat seiring stance akomodatif dan stimulus tambahan dari otoritas.
42 Kelompok workers households.
Sejalan dengan tantangan yang saat ini di hadapi oleh produsen, hasil survei Tankan 1 Oktober 201443 menggambarkan instabilitas prospek bisnis ke depan. Meski
43 Periode survei tanggal 27 Agustus s.d. 30 September 2014.
47
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
������
�������
������ ��
��
��
����������� �� �� ��
�� ��
��
�
��
�� �� ��
� �� �� ���
��� ���
���
��������������������������� �������������������
���
������������������������������� �������������������
���������������������������� �����������
���
�������������������������������� �����������
���
��� ��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
�� �� ����
�����������������
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
�� �� ����
�����������������
Grafik 2.39 Survei Tankan Current Condition
Grafik 2.40 Survei Tankan Expectation
indeks manufaktur (current condition) periode
lebih lama dan masih akan membayangi
TW3-14 sedikit meningkat menjadi 13,
pemulihan ekonomi Jepang ke depan. Kondisi
dari periode sebelumnya (12), indeks non-
tersebut diperkuat oleh hasil survei laba
manufaktur pada periode yang sama jauh
perusahaan yang belum meninggalkan zona
menurun menjadi 13, dari 19 pada rilis Tankan
kontraksi, baik pada perusahaan besar,
periode TW2-14. Penurunan indeks non-
menengah, maupun kecil. Perusahaan berskala
manufaktur menggambarkan masih lesunya
kecil berpotensi mengalami penurunan laba
aktivitas ekonomi domestik karena dampak
secara signifikan, seiring keterbatasan sumber
kenaikan pajak yang lebih besar dari perkiraan
daya yang dimiliki.
sejumlah pihak. Di sisi lain, peningkatan indeks manufaktur mencerminkan harapan dunia usaha terhadap permintaan eskternal, seiring terjadinya perbaikan kinerja ekspor di September 2014.
Di tengah konsumsi domestik yang belum cukup stabil, masyarakat masih menyimpan harapan bahwa kondisi ekonomi Jepang akan kembali membaik seiring sinyal penundaan kenaikan pajak tahap kedua.
Survei terhadap ekspektasi sentimen
Ekspektasi masyarakat tersebut juga tercermin
bisnis ke depan juga mengindikasikan
dari indeks kepercayaan konsumen rumah
terjadinya pelemahan. Indeks ekspektasi
tangga pada TW3-14 yang secara rata-rata naik
manufaktur dan non-manufaktur periode
tipis menjadi 40,9, dari 39,1 di TW2-14. Namun
TW3-14 menurun masing-masing menjadi
demikian, perkembangan terkini menunjukkan
13 dan 14, dari sebelumnya 15 dan 19 pada
indeks tersebut kembali turun ke level 38,9
TW2-14. Deselerasi sentimen bisnis tersebut
pada Oktober 2014, setelah bulan sebelumnya
merupakan sinyal pelemahan daya beli
juga turun ke level 39,9. Indeks kepercayaan
masyarakat yang diperkirakan berlangsung
konsumen rumah tangga untuk kategori overall
48
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
livelihood dan income growth masing-masing
meningkat di TW2-14. Hal ini diperkirakan
dilaporkan mengalami penurunan menjadi
dipicu oleh kondisi bisnis yang kurang kondusif,
36,4 dan 38 di Oktober 2014, dari 37,1 dan
merespon lemahnya aktivitas konsumsi. Labor
38,2 pada bulan sebelumnya. Perkembangan
participation rate terpantau meningkat pada
ini mencerminkan masyarakat yang belum
September 2014 menjadi 59,9, dari 59,5 di
sepenuhnya yakin mengenai prospek ekonomi
Agustus 2014. Namun, peningkatan pekerja
ke depan, terutama terkait dengan prospek
yang belum mampu terserap sepenuhnya
peningkatan pendapatan.
oleh sektor bisnis menyebabkan angka
Keraguan masyarakat Jepang akan perbaikan ekonomi ke depan diperkuat oleh perkembangan sektor tenaga kerja. Tingkat
pengangguran meningkat menjadi 3,6% di September 2014, dari 3,5% pada bulan sebelumnya.
pengangguran pada TW3-14 meningkat
Sinyal pelemahan juga terlihat dari
tipis menjadi 3,63% yoy dari 3,60% pada
ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan
triwulan sebelumnya. Pada saat yang sama,
laporan. Job to availability ratio menurun
labor force participation rate mengalami
menjadi 1,09 di September 2014, dari 1,1 pada
penurunan di TW3-14 menjadi 59,7, dari 59,8
Juni 2014. Hal ini mengindikasikan terdapat
di TW2-14. Tertahannya ekspansi bisnis telah
109 lowongan kerja untuk setiap 100 orang
menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran
pencari kerja. Perkembangan ini sesuai dengan
dan membuat masyarakat menjadi pesimis
kinerja investasi yang melambat di TW3-14.
terhadap perkembangan sektor tenaga
Bisnis yang cenderung wait and see di TW3-14
kerja. Dalam hal ini, penurunan participation
menyebabkan lapangan kerja menjadi terbatas
rate tidak hanya terjadi pada pekerja pria,
dan penyerapan tenaga kerja menurun. Kondisi
tapi juga pekerja wanita yang sebelumnya
tersebut berdampak pada penurunan rata-rata
������
������
����� ��
�� ���� ����
��
����� �
��� ���
��
�
������������������������������� �������������������������� �����������������������
�
�
���
�� �� ��
����������������������������������� ���������������������� ����������������� �������������� ������������������������������������
��
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.41 Indeks Kepercayaan Konsumen
�
��� ��
��� ��
��
���
��
��� ��
���
�� � �
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.42 Tingkat Pengangguran
49
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
pendapatan bulanan masyarakat pada akhir
Perkembangan sektor eksternal di
TW3-14 yang tumbuh sebesar 0,8% yoy, dari
TW3-14 sangat erat kaitannya dengan tren
1% pada akhir triwulan sebelumnya.
pelemahan nilai tukar. Nilai tukar Yen terhadap
Meski mengalami sedikit perbaikan, kinerja sektor eksternal masih belum cukup solid untuk menopang pertumbuhan ekonomi Jepang, seiring aktivitas konsumsi dan investasi yang melambat di TW3-14. Pertumbuhan ekspor yang meningkat menjadi 3,7% yoy, dari 0,57% di TW2-14 terutama didorong oleh kinerja ekspor di September 2014 yang tumbuh
USD di akhir TW3-14 mencapai JPY109,65 per USD, terdepresiasi sebesar 8,21% dari posisi akhir TW2-14 (JPY101,33 per USD). Namun demikian, impor yang secara nominal naik lebih besar dari ekspor mengakibatkan defisit neraca perdagangan44 Jepang pada TW3-14 melebar menjadi JPY2,99 triliun, dari JPY2,79 triliun pada TW2-14.
mencapai 4,99%. Perbaikan pertumbuhan
Berbeda dengan kinerja neraca
ekspor disebabkan oleh peningkatan
perdagangan, surplus neraca berjalan (current
permintaan dari AS dan sejumlah negara di
account) di TW3-14 melebar menjadi JPY1,66
kawasan Asia (Tiongkok, Korea, Hong Kong),
triliun, dari surplus JPY357 miliar pada triwulan
terutama untuk produk elektronik dan alat
sebelumnya. Pencapaian ini disumbang
transportasi. Sementara itu, pertumbuhan
oleh peningkatan surplus neraca berjalan
impor kembali menurun menjadi 2,61%,
yang mencapai JPY963 miliar di September
dari 3,58% di TW2-14, seiring masih lesunya
2014, tertinggi sejak Maret 2013. Surplus
aktivitas ekonomi domestik.
neraca berjalan terutama disebabkan oleh
����� ��
�������������� �����������������������
����������������
���������������
��
����� ����
��
����
��
���
��
�
���������� ����������������������� ������������������
��������������� ���������������
��
���� ���� ���
��
�
�
� ���� ���
����� �����
���
���
�����
���
�����������������
Grafik 2.43 Neraca Perdagangan
�����
���
���
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
����
���
����� ����� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.44 Ekspor – Mitra Dagang Utama
44 Seasonally adjusted.
50
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�������
���������� ����
����� �����
����
����� �����
����
�����
�
����� �����
���� ����
�����
����
�����
���� ����
������������������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ����
�����
������������������������
������
������������������
���������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.45 Nilai Tukar
Grafik 2.46 Neraca Berjalan
meningkatnya pendapatan dari investasi di
implementasi kenaikan pajak di TW2-14,
luar negeri (termasuk investasi saham dan
tekanan inflasi pada TW3-14 mulai mereda dan
obligasi asing), yang mampu mengompensasi
bergerak turun menjadi 3,3% yoy, dari 3,57%
defisit neraca perdagangan. Dalam hal ini,
di triwulan sebelumnya. Inflasi September 2014
tren pelemahan nilai tukar Yen terhadap
bahkan telah menurun menjadi 3,2%, setelah
USD sangat berperan terhadap kinerja neraca
pada Mei 2014 inflasi mencapai level tertinggi
berjalan di triwulan laporan. Pelemahan
dalam 24 tahun terakhir (3,7%). Penurunan
nilai tukar Yen terhadap USD yang bahkan
inflasi di TW3-14 terutama didorong oleh inflasi
telah mencapai JPY115,21 per USD pada 6
kelompok energi, makanan dan transportasi
November 2014, juga diharapkan mampu
yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap
mendongkrak daya saing produk ekspor.
penurunan inflasi di TW3-14. Inflasi kelompok
Namun, hal yang harus diwaspadai adalah
energi pada TW3-14 turun menjadi 6,3%, dari
pemenuhan kebutuhan energi domestik yang
7,96% di triwulan sebelumnya. Sementara
masih sangat bergantung pada impor energi
inflasi kelompok makanan dan transportasi
berisiko menahan kinerja sektor eksternal
masing-masing turun menjadi 4,85% dan
ke depan. Merespon kondisi tersebut, PM
3,02% pada TW3-14, dari 5,17% dan 3,44%
Abe telah mempertimbangkan kemungkinan
di periode sebelumnya. Penurunan inflasi
membuka kembali sejumlah pembangkit
kelompok energi dipengaruhi oleh penurunan
listrik tenaga nuklir pada tahun 2015 untuk
harga minyak dunia dan tertahannya ekspansi
mengurangi ketergantungan impor energi.
bisnis.
Sejalan dengan pelemahan aktivitas
Di luar inflasi kelompok makanan dan
konsumsi domestik, tingkat harga di
energi, secara rata-rata inflasi inti tercatat
TW3-14 berada dalam tren menurun. Pasca
stabil di level 2,3%. Namun, inflasi inti selama
51
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
����� ���
���
����������
����� ��
������������������������ �������������������
��������� ��������������
��
��������������������
���
���
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
���
�
��
��
��
�� ����
�
��� ���
�
����
���
��
�����
��
���
��
���
��
��������������
�����
�� �� � �� �� �� �� �� �� �� � �� �� �� � �� � �� � �� � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.47 Inflasi
Grafik 2.48 Harga Minyak Dunia
TW3-14 menunjukkan tren menurun dan
rangka mencapai target inflasi (2%) dan
telah mencapai 3,1% di akhir TW3-14, dari
mengatasi risiko inflasi yang kembali bergerak
3,3% di akhir TW2-14. Kondisi tersebut
menurun, pada MPC meeting 31 Oktober
mencerminkan dampak kenaikan pajak
2014, BOJ secara mengejutkan melakukan
penjualan terhadap biaya hidup yang semakin
ekspansi kebijakan QQE. Pada kesempatan
tinggi, telah memberikan tekanan yang cukup
tersebut, BOJ mengumumkan akan menambah
kuat terhadap daya beli masyarakat dan
sasaran monetary base yang ingin dicapai
menyebabkan masyarakat membatasi aktivitas
menjadi 80 triliun Yen per tahun, dari 60-70
konsumsinya.
triliun Yen per tahun, untuk mencapai target
BOJ kembali melanjutkan kebijakan moneter akomodatif dan melakukan ekspansi stimulus pembelian aset. Pada Monetary Policy Committee (MPC) Meeting 7 Oktober 2014, BOJ kembali mempertahankan suku bunga kebijakan di level 0,1% dan melanjutkan kebijakan Quantitative and Qualitative Easing (QQE). Langkah tersebut ditempuh seiring kondisi perekonomian Jepang yang masih lemah dan berjuang mengatasi dampak kenaikan pajak penjualan. Selanjutnya, dalam
52
sebesar JPY275 triliun di akhir 2014. Jumlah monetary base outstanding sampai dengan 31 Oktober 2014 telah mencapai JPY259,55 triliun, dan masih on-track menuju target akhir tahun 2014. Selain itu, BOJ juga berencana menyasar JGBs dengan average remaining maturity yang lebih panjang (diperkirakan mencapai rata-rata 7-10 tahun) dari pembelian JGBs sebelumnya yang average remaining maturity-nya mencapai tujuh tahun.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Tabel 2.5 Monetary Base Target and The Bank’s Balance Sheet Projection ��������������
�������� ������������ �������� ��������
�������������
�������� ��������� �������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�������� ���� �������
����������� ������ ��������
�������� ��� �������
������������������������������������� ���� ��
��������������� ���
���
���
���
���
���
���� ��� �� ��� ���
���� ��� �� ��� ���
���� ��� �� ��� ���
���������������������������� ����������������������������������� ��������� ������������������������������� ��������� ���������������� ��������������������������������������������������
�������� ��� ������� �������� ���������� ��� ������� �������� ���������� ��� ������� ������� ��� ������� �������� ���� ������� ��� �� ��� ���
�����������
Pada MPC meeting 31 Oktober 2014,
(MPC 23 Juni 2014) yaitu JPY6-8 triliun
BOJ juga mengumumkan merevisi mekanisme
per bulan. Selain itu, BOJ juga menambah
pembelian JGBs dalam program QQE yang
pembelian JGBs yang memiliki remaining
akan berlaku efektif sejak 4 November 2014.
maturity antara 1-5 tahun dan pembelian
BOJ memutuskan untuk menambah jumlah
JGBs yang memiliki remaining maturity lebih
pembelian JGBs menjadi JPY8-12 triliun per
dari 10 tahun.
bulan, dari total pembelian JGBs sebelumnya Tabel 2.6 Komposisi Pembelian JGBs ��������������
���������������������������������� �������� ������������� �������������������������������� ���������������������������������� ������������������ ������������������� �����������������������
������������ ��������� ����������������� ����������������� ����������������� ��� ��
����������� ��������������� ����������� ������������� ����������������� ����������������� ��������������� ��� ��
������������ ��������������� ������������ ������������� ����������������� ����������������� ��������������� ��� ��
����������� ��������������� ����������� ������������� ����������������� ����������������� ��������������� ��� ��
�����������
53
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Keputusan BOJ mempertahankan kebijakan akomodatif dilatarbelakangi oleh perkembangan sejumlah indikator ekonomi yang mengindikasikan pemulihan ekonomi Jepang berjalan lambat. Perekonomian Jepang diperkirakan masih akan menghadapi tantangan dari tertahannya ekspansi bisnis yang disebabkan oleh pelemahan ekonomi
����� ���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
� � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
domestik akibat kenaikan pajak. Dengan perkembangan tersebut, BOJ menurunkan
�������������������������� ��������������������������
���
�����������������
proyeksi pertumbuhan PDB tahun fiskal 2014
45
Grafik 2.49 Suku Bunga Kebijakan
pada MPC Meeting 31 Oktober 2014. PDB tahun fiskal 2014 diperkirakan tumbuh sebesar 0,5% yoy, jauh lebih rendah dari proyeksi
Seiring rilis PDB TW3-14 yang
Juli 2014 (1%). Sementara PDB tahun fiskal
mengindikasikan pelemahan ekonomi pasca
2015 diproyeksi tumbuh sebesar 1,5% yoy,
kenaikan pajak penjualan, PM Abe pada
sama dengan proyeksi Juli 2014. Di sisi lain,
18 November 2014 mengumumkan untuk
proyeksi inflasi tahun fiskal 2014 dan 2015 -
menunda kenaikan pajak tahap kedua hingga
dengan memperhitungkan dampak kenaikan
April 2017. Langkah tersebut dinilai cukup
pajak - relatif sedikit menurun menjadi 3,2%
bijaksana mengingat dampak kenaikan
di 2014 dan turun menjadi 2,4% di 2015.
pajak yang lebih buruk dari perkiraan telah
Namun, jika pengaruh pajak dikeluarkan, BOJ
menyebabkan Jepang kembali memasuki
memperkirakan inflasi hanya akan mencapai
zona resesi. Di sisi lain, pemerintah diharapkan
1,2% yoy pada 2014.
dapat menentukan langkah yang tepat untuk
Tabel 2.7 Proyeksi PDB dan Inflasi BOJ ���������������������������������� ������ ���������� ��������������� ��������������� ����������������������������������� ������������ ���������������������������������������������������������������
45 Periode tahun fiskal 2014 adalah April 2014-Maret 2015.
54
������
������
������� ���
������� ���
������� ���
������� ���
�����������
�����������
�����������
�����������
���
���
���
���
�����������
�����������
�����������
�����������
���
���
���
���
�����������
�����������
�����������
�����������
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
mengompensasi penundaan rencana kenaikan
Jepang ke depan. Kenaikan harga akibat
pajak terhadap reformasi fiskal yang saat ini
akselerasi pajak penjualan telah menekan daya
sedang di tempuh. Hal ini bertujuan untuk
beli dan menyebabkan masyarakat melakukan
menghindari persepsi negatif pasar dan pihak
konsumsi secara terbatas, sebagaimana
eksternal lainnya terhadap kelanjutan proses
tercermin dari realisasi konsumsi di TW3-14.
konsolidasi fiskal ke depan.
Kondisi tersebut pada akhirnya menyurutkan
Kinerja ekonomi Jepang pada tahun 2014 tidak hanya dipengaruhi oleh peningkatan permintaan domestik pada triwulan awal 2014 yang disebabkan oleh front-loaded demand, melainkan juga dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas ekonomi domestik pasca implementasi kenaikan pajak. Sejalan dengan BOJ yang menurunkan proyeksi pertumbuhannya, IMF
minat kalangan bisnis untuk melakukan ekspansi karena tingkat inventor yang masih cukup tinggi. Hal ini akan bermuara kepada penurunan inflasi yang berpotensi kembali menuju ke zona deflasi. Untuk mengatasinya, upah perlu meningkat secara proporsional dengan kenaikan harga, untuk mendorong masyarakat kembali melakukan konsumsi.
dalam World Economic Outlook Oktober
Tantangan lain yang masih dihadapi
2014 dan Consensus Forecast masing-masing
perekonomian Jepang adalah permasalahan
memproyeksikan ekonomi Jepang tahun 2014
aging population dan jumlah penduduk yang
akan tumbuh sebesar 0,9% yoy dan 1,1% .
semakin terbatas. Hal tersebut berdampak
Proyeksi tersebut dilandasi oleh penurunan
pada terbatasnya jumlah tenaga kerja yang
pertumbuhan PDB TW2-14 yang disertai oleh
berpotensi menghambat ekspansi bisnis lebih
pelemahan sejumlah indikator ekonomi, yang
lanjut. Selain itu, kinerja sektor eksternal Jepang
berpotensi membawa ekonomi Jepang di 2014
juga belum cukup solid, diakibatkan oleh
tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya
permintaan eksternal yang belum stabil seiring
(1,5%).
dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi
46
Perekonomian Jepang ke depan diperkirakan masih akan menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi dan tercapainya sasaran inflasi (2%). Kenaikan pajak tanpa disertai kenaikan upah yang memadai dikhawatirkan
global. Terkait dengan tingginya rasio utang pemerintah yang telah mencapai lebih dari 200% terhadap PDB, Jepang juga menghadapi risiko penurunan kepercayaan pasar dan pihak eksternal terhadap sustainabilitas fiskal dalam jangka menengah.
semakin membebani kinerja perekonomian
46 Dalam WEO Juli 2014, estimasi pertumbuhan PDB Jepang 2014 naik menjadi 1,6% yoy, dibandingkan dengan estimasi WEO April 2014 yang sebesar 1,4%. Sedangkan pada CF September 2014, Jepang diperkirakan tumbuh mencapai 1,2% di 2014.
55
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
B. NEGARA BERKEMBANG B.1. Tiongkok
lebih rendah dari TW2-14 maupun TW1-14 masing-masing sebesar 7,5% dan 7,4% yoy, dan terendah sejak awal 2009. Kontribusi
Moderasi ekonomi Tiongkok semakin
pertumbuhan sektor sekunder (manufaktur)
terlihat pada TW3-14 dengan hanya tumbuh
sedikit menurun ke 3,3% dari sebelumnya
7,3% yoy, terendah sejak 2009. Meskipun
3,4%. Sementara, kontribusi pertumbuhan
produksi sedikit membaik, laju konsumsi
sektor primer sedikit meningkat ke 0,4%
tertahan akibat sejumlah masalah struktural
dari sebelumnya 0,3% yoy, dan kontribusi
dan keuangan. Pelemahan ekonomi juga
pertumbuhan sektor tersier (jasa) stagnan
terlihat dari dinamika harga yang cenderung
pada 3,7%. Pemerintah meyakini perlambatan
rendah. Bahkan indeks harga produsen sudah
ekonomi merupakan bagian dari reformasi
mengalami deflasi, yang mencerminkan tekanan
struktural menuju pertumbuhan yang lebih
harga jual akibat oversupply dan penurunan
berimbang dan berkesinambungan. Untuk
harga komoditas global. Meskipun ekonomi
menghindari penurunan ekonomi yang terlalu
melambat, pemerintah tidak berencana
dalam (hard landing), reformasi juga diiringi
memberikan stimulus secara gencar, demi
oleh stimulus yang terarah (targeted stimulus)
keberlanjutan proses reformasi ekonomi ke arah
melalui kebijakan fiskal dan moneter.
yang lebih berimbang dan berkesinambungan. Pemerintah hanya memberikan stimulus secara terbatas (targeted) untuk menghindari risiko hard landing ekonomi.
Beijing tidak ingin kehilangan momentum penyesuaian ekonomi yang tengah berlangsung. Upaya mengubah model pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang dominan
Dengan pertumbuhan yang lebih
pada sisi produksi membutuhkan waktu
rendah, sulit kiranya bagi Tiongkok mencapai
yang lama, bertahap, dan mengorbankan
target pertumbuhan 7,5% di 2014. Terlebih, pemberian stimulus dilakukan
������
secara terbatas. Selain itu, pelemahan harga
��
yang berkelanjutan menjadi faktor risiko
��
domestik yang menghambat laju konsumsi dan
��
ekspansi usaha ke depan. Dari sisi eksternal,
��
pemulihan ekonomi global yang kurang
�
merata dan rencana normalisasi kebijakan
�
negara maju berisiko membebani kinerja
�
ekspor dan menimbulkan destabilisasi di pasar
�
keuangan.
��� �������� ������
��������� �������� ������
������ �������
���
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �� ������� �����������������
Ekonomi Tiongkok terus mengalami moderasi. PDB TW3-14 tumbuh sebesar 7,3%,
56
Grafik 2.50 Pertumbuhan PDB
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
������
����� ����
������
��������
�������
���
���� ���
���
���
��� ���
���
��� ��� ��� ���
��
���������������������� ������������������� ����������������������� ��������������
����
�� �� ��
���� ��� ��� ��� ���
�� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
�� � � �
����
� �
���� � �
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �������������������������
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.51 Kontribusi Pertumbuhan PDB
Grafik 2.52 PMI (National Bureau of Statistics of China-NBS)
pertumbuhan ekonomi jangka pendek47. Sejauh
(49,4) menjadi ekspansi (50,7) dan sektor
ini, pemerintah bergeming terhadap tuntutan
jasa yang naik dari 51,7 ke 52,5. Perbaikan
pelaku pasar untuk memberikan stimulus
PMI komposit tersebut terutama ditopang
secara lebih agresif agar ekonomi jangka
oleh ekspansi PMI manufaktur ke level 51,3
pendek dapat tumbuh lebih baik. Pemimpin
di TW3-14 dari 50,7 di triwulan sebelumnya.
Tiongkok secara konsisten menyampaikan
Sebaliknya, ekspansi PMI non-manufaktur
bahwa stimulus yang diberikan sudah selaras
(jasa) mengalami penurunan ke 54,2 dari
dengan upaya reformasi. Senada dengan hal
triwulan sebelumnya sebesar 55,1. Perbaikan
tersebut, Gubernur Bank Sentral Tiongkok,
ekonomi AS dan mulai bekerjanya targeted
Zhou Xiaochuan, dalam beberapa kesempatan
stimulus diperkirakan memberikan sedikit
mengatakan bahwa kebijakan moneter tetap
dorongan perbaikan sektor produksi.
akan dilakukan secara terarah dan berhati������
hati.
����
Di tengah proses penyesuaian ekonomi,
����
indikator produksi bergerak mixed. Secara
����
umum rerata pertumbuhan produksi industri
����
TW3-14 turun menjadi 8% dari sebelumnya
���
8,9% yoy. Sementara, PMI komposit versi
���
HSBC-Markit membaik tipis, terdorong
����
perbaikan sektor manufaktur dari kontraksi
�����
47 Baca PEKKI Edisi TW2-14 Artikel: Obat Tradisional Untuk Yin dan Yang Ekonomi Tiongkok: Rebalancing Ekonomi Menuju Sustainable Growth.
������ �������������������� ������������������������
����
�������������������������������� �������������������������������
���� ���� ���� ���� ���� ��� ����� ����� ����� �����
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.53 Indikator Konsumsi
57
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi mengalami tren menurun. Laju penjualan ritel
������
����������
����
����
����������������������� ����������� ����������
����
���� ����
TW3-14 melambat menjadi rata-rata 11,9% dari
����
sebelumnya 12,3% yoy. Perlambatan terutama
����
����
terjadi pada penjualan produk makanan dan
����
����
perhotelan dan restoran yang masing-masing
���
���
tumbuh rata-rata sebesar 9,9% dari 12,7% yoy, dan 8,8% dari 10,5% yoy. Kenaikan penjualan kendaraan terkoreksi signifikan menjadi rata-rata 4,4% dari sebelumnya 7,5%.
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����� �
�
� ����
�
�� �
�
� ����
�
�� �
�
� ����
�
�����������������
Konsumsi listrik rumah tangga juga turun tajam menjadi hingga terkontraksi 5,1% dari tumbuh
Grafik 2.55 Neraca Perdagangan
7,3% yoy. Sejumlah masalah struktural dan keuangan seperti stagnasi upah nominal
Kejatuhan penjualan dan harga properti
akibat penurunan laba perusahaan, tingginya
yang berkelanjuatan diperkirakan memberikan
preferensi menabung, lemahnya inflasi, dan
efek negatif yang cukup dalam terhadap
koreksi harga aset terutama properti diduga
kekayaan netto (nett-assets) konsumen
masih menjadi kendala peningkatan konsumsi.
sehingga pada gilirannya dapat memperlemah
Pelemahan tren konsumsi di tengah perbaikan
preferensi konsumsi. Penjualan properti terus
produksi mengindikasikan sulitnya mengubah
melemah sejak awal 2014 hingga terkontraksi
orientasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok
sebesar 8,2% yoy pada TW3-14. Lemahnya
dari semula berbasis pada produksi menjadi
permintaan properti tercermin pada penurunan
konsumsi.
harga yang semakin dalam. Pada September 2014, harga properti telah berada di zona
������
������ ��
���� ��������������
��
�����������������
����
����������������� ������������������
����
���
���
lainnya). Memperhatikan tekanan di pasar
��
properti yang semakin besar, pemerintah
��
melakukan relaksasi ketentuan uang muka
��
dan bunga kredit perumahan. Uang muka dan
�
bunga kredit rumah kedua ditetapkan sebesar
��� � �
� � ����
��� �
� � ����
��� �
� � ����
��� �
� � ����
�����������������
properti sebesar -0,9% yoy (tier 1, 2, dan tier
��
��� ����
negatif dengan rata-rata semua kategori
30% (dari 60%) dan 6%, atau sama dengan kredit rumah pertama. Sebelumnya uang muka yang dikenakan sebesar 60%, dengan suku bunga yang lebih tinggi. Untuk rumah ketiga
Grafik 2.54 Penjualan & Harga Properti
58
dan seterusnya, ketentuan batas uang muka
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
(loan to value ratio atau LTV) tidak mengalami
pada TW3-14 seharusnya berkurang menjadi
perubahan yaitu 60% dengan suku bunga
USD114,6 miliar.
bunga sebesar 10%.
Modus penggelembungan nilai ekspor
Di tengah pelemahan sisi domestik,
pernah dilakukan sebelumnya untuk menyiasati
perkembangan sektor eksternal terlihat lebih
aturan memasukkan dana RMB ke mainland
positif. Perdagangan internasional terus
Tiongkok yang ketat. Sebab, arus dana masuk
membukukan surplus sejak TW1-14. Pada
harus memiliki dasar transaksi yang jelas,
TW3-14, Tiongkok mencatatkan surplus
umumnya terkait perdagangan atau investasi
transaksi perdagangan sebesar USD128,1
(FDI). Beberapa pelaku pasar menduga upaya
miliar, meningkat pesat dibandingkan
penggelembungan nilai ekspor tersebut terkait
sebelumnya yang hanya USD86,4 miliar.
dengan kuota transaksi saham dalam skema
Peningkatan tersebut terjadi akibat lonjakan
Shanghai-Hong Kong (Shanghai-Hong Kong
ekspor di triwulan laporan yang mencapai
Stock Connect). Melalui skema ini investor
13%, dari 5% yoy di triwulan sebelumnya.
domestik dapat bertransaksi saham Hong
Perbaikan permintaan eksternal terutama
Kong (‘H’) melalui bursa saham Shanghai.
disebabkan oleh meningkatnya permintaan
Sebaliknya, investor global dapat bertransaksi
dari AS, sehingga ekspor ke negara adidaya
saham Shanghai (‘A’) melalui bursa Hong
tersebut rata-rata tumbuh sebesar 11,5% pada
Kong. Untuk langkah awal, setiap investor
TW3-14, dari sebelumnya 8,6% yoy. Namun
dikenakan kuota dengan nilai transaksi
di sisi lain, akibat lesunya aktivitas investasi
tertentu yang berbeda-beda satu dengan yang
dan konsumsi domestik, pertumbuhan impor
lain. Kuota inilah yang juga diduga menjadi
TW3-14 melambat menjadi 1%, dari triwulan
salah satu penyebab penggelembungan
sebelumnya sebesar 1,5% yoy.
data ekspor bulan September. Beberapa
Lonjakan ekspor yang terjadi pada September 2014 diduga merupakan pencatatan ekspor fiktif terkait upaya memasukkan dana ke mainland Tiongkok dari wilayah Hong Kong. Ekspor fiktif terutama terjadi pada pencatatan ekspor ke Hong Kong yang tiba-
investor global khawatir akan terhambat kuota transaksi untuk membeli saham (‘A’). Karena itu, sebagai antisipasi, investor global berusaha memasukkan dana terlebih dahulu ke Mainland Tiongkok sebelum skema tersebut diluncurkan pada 17 November 2014.
tiba melonjak di akhir TW3-14 menjadi 34%,
Penurunan tingkat harga umum yang
dari sebelumnya terkontraksi 2,1% yoy.
terus berlanjut mencerminkan permintaan
Otoritas Tiongkok mencatat ekspor ke Hong
domestik yang semakin tertekan. Rata-rata
Kong mencapai USD37,6 miliar, mengalami
inflasi indeks harga konsumen (IHK) TW3-
selisih sebesar USD13,5 miliar dari pencatatan
14 menurun menjadi 2% dari triwulan
impor oleh otoritas Hong Kong. Dengan kasus
sebelumnya 2,2% dan semakin menjauhi
ini, surplus neraca perdagangan Tiongkok
target bank sentral di 2014 sebesar 3,5%.
59
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
������
������ ��
��
���
���
���
��
�
�������
��
�
��
�
��
�
��
�
�
��
�
��
��
��
��� � �
� � �� ����
�
� � ��� � � � �� ���� ����
�
� � �� ����
� � ����
�
�� �� �� � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.56 Inflasi IHK dan IHP
Grafik 2.58 Laba Industri
Pelemahan inflasi terutama terjadi pada
Deflasi IHP yang berkelanjutan berpotensi
komponen perumahan serta transportasi dan
menggerus laba perusahaan dan berisiko
komunikasi. Bahkan, indeks harga produsen
menghambat ekspansi usaha. Pertumbuhan
(IHP) sudah tumbuh negatif (-0,3%) sejak
laba TW3-14 jatuh cukup dalam menjadi
Maret 2012, dan terdeflasi semakin dalam
hanya 4,4% dari sebelumnya yang cukup
hingga 1,8% pada September 2014. Deflasi
tinggi mencapai 12,1%. Penurunan laba dalam
IHP menggambarkan kondisi oversupply dan
jangka menengah juga dapat mengakibatkan
lemahnya aktivitas industri Tiongkok. Deflasi
stagnasi upah nominal sehingga dapat
yang berlanjut juga terkait erat dengan
menghambat pertumbuhan konsumsi ke
penurunan harga komoditas internasional dan
depan.
harga ekspor barang Tiongkok.
����������
������ ��
�� ��
���������������
��
�����������
��
����������������������������
��
��������������� �����
��
�������������
�
���� �������� �����������
��
��
�
��
�
�
� �
���
��
���
��
��� � �
� � �� ����
�
� � ��� � � � �� ���� ����
�
� � �� ����
� � ����
�
�
�
� � �� �� � ����
�
� � �� � ����
�
� � �� �� � � � ���� ����
�����������������
Grafik 2.57 Komponen Inflasi IHK
60
Grafik 2.59 Laba Industri Jenis Perusahaan
�
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Moderasi ekonomi Tiongkok juga
Kong Stock Connect48 yang memungkinkan
tampak dari pelemahan penyaluran pembiayaan
investor domestik dan asing membeli saham
secara keseluruhan (aggregat financing). Rata-
perusahaan Tiongkok dan perusahaan global
rata total pembiayaan menurun signifikan
melalui bursa Shanghai dan Hong Kong.
menjadi RMB761 miliar di TW3-14 dari RMB1,6
Dengan perkembangan tersebut, jumlah uang
triliun pada triwulan sebelumnya (turun
beredar M2 (dalam arti luas) pada TW3-14
53,3%). Penurunan tajam terjadi kredit yang
tumbuh rata-rata sebesar 13,1% yoy, melemah
dikeluarkan institusi shadow banking (trust
dibandingkan TW2-14 yang tumbuh 13,8%
loan dan undiscounted bankers’ accepance)
yoy, namun masih di sekitar target pemerintah
sejalan dengan ketatnya regulasi pemerintah.
untuk 2014 sebesar 13%.
Kredit bank menurun signifikan pada TW3-14 menjadi rata-rata RMB648 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar RMB908 miliar. Sementara itu, pembiayaan melalui saham meningkat dengan nilai yang relatif kecil menjadi rata-rata RMB39 miliar dari RMB30 miliar. Untuk meningkatkan pembiayaan pasar saham, pemerintah mendirikan skema perdagangan saham melalui Shanghai-Hong
������ ��
dan transaksi modal masuk mendorong apresiasi RMB terhadap USD sepanjang TW3-14. Selama triwulan laporan, surplus 48 Kuota perdagangan saham Hong Kong di bursa Shanghai ditetapkan senilai RMB10,5 miliar per hari dan kuota kumulatif transaksi perbulan senilai RMB250 miliar. Sementara itu, kuota perdagangan saham Shanghai di bursa Hong Kong ditetapkan senilai RMB13 miliar per hari dan RMB300 miliar untuk kuota kumulatif transaksi per bulan.
������������
������������ �
������������������������ ������� �������
��
Aliran dana dari surplus perdagangan
���
� ��� �
� �� ��� �� �
��� � ��� �
�
��� �
� �
�
�
� ����
�
��
�
�
�
� ����
�
��
�
�
� � ����
�����������������
�
���� �� �
�
�
� ����
�
��
�
�
�
� ����
�
��
�
���������������
���������������
�������������������������������
�����������
���������������
��������������������������
�
� � ����
�����������������
Grafik 2.60 Pembiayaan Agregat
Grafik 2.61 Jenis Pembiayaan Agregat
61
�
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�������
�����������
����
����� ��������
����
��������������������
������������ �����
����
�����������������������
�����
����
�����
���� �����
����
�����
���� ����
���
����
����� � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ���� ���� ����
�����������������
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.62 Nilai Tukar Nominal (Spot dan Forward)
Grafik 2.63 Transaksi Berjalan dan Modal
transaksi berjalan meningkat cukup tajam
mengandalkan kebijakan moneter untuk
menjadi USD80 miliar (2% PDB) dari
menopang ekonomi. Stimulus moneter People
sebelumnya yang hanya USD7 miliar (1,7%
Bank of China (PBC) tetap diarahkan secara
PDB). Sementara surplus transaksi modal
berhati-hati dan terbatas. Gubernur PBC
tercatat sebesar USD77,6 miliar, menurun
mengemukakan bahwa stimulus moneter
dari TW2-14 sebesar USD94 miliar. Dengan
lebih diarahkan pada pelonggaran kualitatif -
kinerja tersebut, total arus masuk kepada
dengan menekan suku bunga jangka pendek
perekonomian Tiongkok terakselerasi menjadi
di pasar uang - sembari tetap menyalurkan
USD158 miliar dari triwulan sebelumnya
kredit langsung ke beberapa bank besar untuk
yaitu USD101 miliar, sehingga berhasil
sektor-sektor tertentu.
mengakumulasi cadangan devisa menjadi USD3,8 triliun pada akhir September 2014. Performa positif ini menjadikan rata-rata nilai tukar RMB terapresiasi secara moderat menjadi RMB6,15 pada TW3-14, dari triwulan sebelumnya sebesar RMB6,24 per USD (ratarata terapresiasi sebesar 1,35% qoq).
PBC berupaya menurunkan suku bunga jangka pendek di pasar uang antar bank melalui operasi penjualan transaksi repurchase (repo). Pelonggaran likuiditas perbankan melalui repo tercermin dari penurunan suku bunga repo untuk tenor tujuh hari di September 2014 menjadi 2,9% (dari 3,85% di Juni 2014), dan
Meskipun sejumlah indikator
tenor 14 hari menjadi 3,4% (dari 3,5%). Suku
makroekonomi terus tertekan dan
bunga interbank juga menurun ke 4,54% dari
mengindikasikan pelemahan, Tiongkok
sebelumnya 4,67%. Hal ini mengindikasikan
menghindari penggunaan kebijakan moneter
kehati-hatian PBC untuk tidak mendorong
secara masif untuk memperbaiki performa
kredit secara berlebihan dan menyeluruh
ekonominya. Perdana Menteri Li Keqiang
(broad-based).
secara tegas menyatakan bahwa tidak akan
62
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Kehati-hatian pemberian stimulus juga
diperkirakan mengetat seiring penurunan
terlihat dari penggunaan instrumen moneter
penerimaan akibat moderasi ekonomi.
langsung yang dibatasi hanya kepada beberapa
Pertumbuhan penerimaan fiskal melambat
bank dan sektor tertentu. Sepanjang periode
menjadi 6,5% yoy pada TW3-14, di bawah
Juli-September 2014, PBC telah tiga kali
target pemerintah 2014 sebesar 7,9% yoy. Di
melakukan injeksi dana untuk mendukung
tengah perlambatan penerimaan, pengeluaran
kredit di beberapa bank besar. Pada bulan Juli
tercatat lebih besar mencapai 13,2% yoy
2014, kuota fasilitas re-lending kepada bank
sehingga menghasilkan defisit fiskal sebesar
sentral ditingkatkan menjadi RMB20 miliar
2,4% PDB, naik dari 2,1% PDB di 2013.
khususnya kepada bank yang menyalurkan kredit kepada sektor pertanian dan pedesaan. Stimulus sebesar RMB500 miliar juga kembali digelontorkan pada pertengahan September 2014 kepada lima bank besar di Tiongkok untuk membiayai UMKM dan perumahan. Stimulus tersebut diberikan dengan alokasi jumlah yang sama bagi setiap bank untuk jangka waktu tiga bulan. Selain itu, PBC juga berencana menambah likuiditas kepada 20 bank campuran sebesar RMB200 miliar untuk mengantisipasi keketatan likuiditas pada akhir 2014.
Koreksi penerimaan pemerintah dipengaruhi oleh penurunan siklus ekonomi yang berakibat pada pelemahan perolehan pajak konsumsi, value added tax, pajak penghasilan, pajak perorangan dan pajak UMKM 49 pada TW3-14. Selain itu, penurunan harga properti di daerah, juga memberikan tekanan negatif pada penerimaan Pemerintah Daerah (Pemda) dari non-pajak. Selama ini, Pemda memanfaatkan sumber pembiayaan dari penyewaan properti untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Untuk mengompensasi penurunan penerimaan
Secara umum, kebijakan fiskal masih
pemerintah, Pemerintah Pusat Tiongkok
cenderung akomodatif namun ke depan
mengijinkan Pemda menerbitkan surat utang negara (SUN) untuk membiayai kegiatan
��������� �
operasionalnya. Pada tahap awal, sepuluh ���������
���������
Pemda telah dijadikan pilot project penerbitan
������������
�
SUN tersebut. Pada periode yang sama, pos
�
belanja kebijakan (discretionary spending)
�
terpantau relatif tetap yaitu sekitar 10%
�
dari total APBN. Belanja tersebut terutama
�
dialokasikan untuk membangun infrastruktur
�
seperti transportasi, perumahan, dan fasilitas
� �
�
� � � �� � ����
�
� � � �� � ����
�
� � � �� � ����
�
� � ����
�
umum lainnya.
�����������������
Grafik 2.64 Tingkat Bunga
49 Pemerintah meluncurkan program pemotongan pajak penghasilan pada perusahaan UMKM hingga tahun 2016.
63
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
���
������������
���
����������������
���
���
���
���
���
���
��
��
��
��
��
��
��
��
�� ��
��
����
��
��
��
�� ����
��
������������������
Grafik 2.65 Penerimaan Pajak dan Non-Pajak
Dengan pertumbuhan PDB yang melambat ke 7,3% pada TW3-14, agaknya sulit bagi Tiongkok untuk mencapai target awal pertumbuhan 2014 sebesar 7,5%. Pemerintah sejauh ini tetap konsisten pada rencana reformasi ekonomi yang berimbang dan berkelanjutan, tanpa memberikan stimulus yang terlalu besar kepada perekonomian. Stimulus pemerintah tetap diberikan secara terbatas pada sektor pedesaan, pertanian dan perumahaan untuk menjaga momentum reformasi dan menghindari hard landing ekonomi. Sejauh ini, Pemerintah Tiongkok belum merevisi target pertumbuhan PDB sebesar 7,5% pada 2014, meski Bank Dunia menyarankan agar target diturunkan menjadi 7,4%. Sementara itu, IMF memprediksi
64
������
����������������
�����
�� ��
��
����
��
��
��
�� ����
��
������������������
Grafik 2.66 Pengeluaran Pemerintah
Tiongkok akan tumbuh 7,3% pada 2014 dan 7,1% pada 2015. Pemerintah Tiongkok juga harus mengatasi sejumlah risiko yang berpotensi menghadang pencapaian target pertumbuhan. Dari dalam negeri, risiko yang perlu diatasi antara lain adalah inflasi yang bergerak rendah dan berisiko memberikan tekanan terhadap konsumsi dan ekspansi usaha. Sementara risiko yang perlu diwaspadai dari eksternal adalah pemulihan ekonomi global yang tidak merata sehingga menahan kinerja ekspor Tiongkok. Selain itu, normalisasi kebijakan di negara maju juga berisiko memunculkan destabilisasi sistem keuangan di regional emerging yang dapat berdampak negatif bagi pasar keuangan Tiongkok.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Tabel 2.8 Stimulus Ekonomi Tiongkok Periode April-Oktober 2014 ���������������
����
������
���������
����������
���������
���������������������������������������������������� ������������������������������������������������ ������������������������������������������������
��������
��
��������
������������������� ������������
���������
��������
��
���������
����������
���������
����������������������������������������������� ����������������������������������������������� ��������������������������������������������������� ���� ����������������������������������������������������� ������������������������������������������������������ ��������������������������������������������������
��������
��
��������
���������� ��������������� ������������������� ������������
���������
��������
��������
��������
���������
��������������
���������
��������
��
�����������������
���������
��������
��
����������
���������
��������
��
��������������
���������
��������
��
������������������� ������������
���������
��������
���������
��������
���������
��������� �������� �������� ��������� ���������
���������������������������������������������������� ���������������������������������������� ��������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������� ������������������������������������������������������ ��������������������������������������������������������� ����������������� ���������������������������������������������������� ������������������������������������������������� �������������������������� �������������������������������������������������������� �������������������������������������������������� ������������������������������ ����������������������������������������������������� ���������������������������������������������������� ����������������������������������������������� �������������������� ������������������������������������������������������� ����������������������������������������������������
B.2. India Ekonomi India pada TW3-14 diprediksi tumbuh melambat menjadi 5,3% yoy dari 5,7% di TW2-14. Pelemahan terutama diakibatkan oleh pelemahan investasi dan sektor eksternal, sementara konsumsi diperkirakan membaik. Di sisi sektoral, jasa diproyeksikan konsisten menjadi penopang pertumbuhan. Pada periode laporan, India berhasil menurunkan level inflasi menjadi 6,5%, sebagai keberhasilan pengetatan moneter dan peran pemerintah dalam mengatur pasokan.
�������
������� �������
�������
Meskipun tekanan inflasi mulai menurun, Reserve Bank of India (RBI) masih mempertahankan suku bunga acuan di level 8%, dan sangat berhati-hati untuk menurunkannya. Di sisi fiskal, PM Modi mengeluarkan sejumlah kebijakan yang bertujuan mendorong pertumbuhan India, seperti ‘Make in India’, keuangan inklusif, proyek pembangunan infrastruktur, serta reformasi perbankan dan energi. RBI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi India pada 2014 dan 2015 masing-
65
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
masing sebesar 5,5% yoy dan 6,3%. Senada dengan RBI, WEO memproyeksikan PDB India akan tumbuh sebesar 5,6% (2014) dan 6,4% (2015). Guna mencapai target pertumbuhannya, Pemerintah India harus dapat mengatasi persoalan penurunan kinerja investasi dan ekspor, serta mewaspadai pergerakan inflasi. Selain itu, normalisasi suku bunga the Fed dan pelemahan ekonomi Tiongkok yang berpotensi menimbulkan instabilitas di pasar keuangan dan menurunkan ekspor juga perlu terus dimonitor.
����� ���� ���� ���� ���� ���
��� ��� ���� �����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
�� �� ����
��� ���������������������������������
������������ ������������������������������������������
�������������������� �������������
��������������������������������� �������������������������������������
��������������������������������� �����������������
Pertumbuhan ekonomi India di TW314 diproyeksikan melambat dari TW2-14
Grafik 2.68 Pertumbuhan PDB Sektoral
yang tumbuh sebesar 5,7% yoy. Consensus Forecast 50 memperkirakan PDB India akan
menunjukkan pergerakan yang menurun, meski
tumbuh sebesar 5,3%. Proyeksi CF tersebut
konsumsi terakselerasi. Di sektor ekonomi,
sejalan dengan survei ECFC Bloomberg yang
sektor jasa diproyeksikan konsisten berperan
mengestimasi pertumbuhan PDB di triwulan
sebagai penopang pertumbuhan, khususnya
laporan hanya sebesar 5,3%. Perlambatan
jasa komunitas, sosial, dan perorangan.
pertumbuhan ekonomi diperkirakan terjadi karena kinerja investasi dan sektor eksternal
Konsumsi domestik pada TW3-14 terpantau membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, dikontribusi oleh penjualan
����� ����
�������� ��� ������������������� ���������������������� ��� ������� �������
���� ���� ���� ���� ����
���
���
kendaraan bermotor. Rata-rata penjualan kendaraan bermotor pada triwulan laporan tumbuh sebesar 16,7% yoy, meningkat dari 10,8% di triwulan sebelumnya. Peningkatan penjualan terjadi pada seluruh jenis kendaraan,
���
yaitu roda dua (tumbuh 18,9% dari 13,7%),
����
roda tiga (23% dari 11,2%), dan roda
����� ����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.67 Pertumbuhan PDB
empat (7,4% dari 1,5%). Performa konsumsi yang membaik sejalan dengan kepercayaan konsumen pada periode ini yang berada pada level yang tinggi (124,5) meski tidak mengalami perubahan dari triwulan lalu.
50 CF Oktober 2014.
66
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
������
��
����� ���
������
��
�� ����������������������
��
���
��
��������������������������
��
�������������������
��
��
��
��
��� �
�
��
���
��
�
��� ���
��� ���
��� �
�
� ����
�
��
�
����
�
������������������������
����������������������
������������������� ������������������������
�����������������
�� ��
�� ��
��� � �
�
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.69 Penjualan Kendaraan dan Kepercayaan Konsumen
Grafik 2.70 Indikator Investasi
Namun demikian, peningkatan konsumsi
masih lemah. Rata-rata ekspor turun menjadi
tidak diikuti oleh aktivitas produksi. Secara
4,1% yoy dari 9,3% di triwulan sebelumnya.
keseluruhan aktivitas produksi menunjukkan
Cuaca buruk menjadi salah satu penyebab
pelemahan seperti tercermin pada indikator
penurunan ekspor produk pertanian. Selain
penuntunnya. Rerata pertumbuhan produksi
itu, harga energi52, sebagai input yang penting
industri di TW3-14 menurun cukup signifikan
bagi sektor manufaktur sempat meningkat
menjadi 1,3% yoy dari 4,5% di TW2-14. Lesunya kegiatan produksi dikonfirmasi oleh rata-rata pertumbuhan produksi delapan industri utama51 (a.l. semen, batubara, baja dan listrik) yang menurun ke 3,5% dari 4,6%
����� �� �� �� �� ��
di triwulan lalu. Sinyal positif hanya diberikan
�
oleh sektor manufaktur yang diperkirakan
��
meningkat, sebagaimana ditunjukkan oleh pergerakan PMI manufaktur yang naik ke 52,1 dari 51,4 di triwulan sebelumnya. Performa ekspor India pada triwulan laporan mengalami perlambatan akibat
� ��� ��� ��� ���
���������������������
����
�����
������
�����������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.71 Eight Core Industries
cuaca buruk dan permintaan global yang 51 Delapan infrastruktur utama terdiri dari batu bara, minyak mentah, gas alam, bahan bakar olahan, pupuk, baja, semen, dan listrik.
52 Harga minyak menyentuh harga tertinggi sepanjang tahun 2014 di USD108 per barrel pada pertengahan Juni 2014. Pada September 2014, harga minyak jatuh hingga mencapai USD85 per barel.
67
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
pada pertengahan tahun sehingga menekan
(23 Oktober), dan relaksasi impor emas yang
produksi manufaktur yang berorientasi ekspor.
berlaku sejak Mei 201454.
Namun, penurunan harga minyak bumi sejak September 2014 diperkirakan dapat menggenjot produksi ke depan. Permintaan global yang menurun juga turut berkontribusi terhadap pelemahan ekspor di TW3-14.
Impor minyak sayur juga tumbuh pesat mencapai 21% pada September 2014. Selain permintaan domestik yang terus meningkat, impor minyak sayur juga dipengaruhi oleh harga CPO (Crude Palm Oil) Malaysia yang
Di sisi lain impor tumbuh pesat
menjadi lebih murah karena penghapusan
didorong oleh kenaikan impor emas. Impor di
pajak ekspor CPO sejak 1 September 2014.
TW3-14 melonjak menjadi 10,8% yoy, setelah
Pesatnya pertumbuhan impor di tengah
terkontraksi cukup dalam sebesar 6% di
penurunan kinerja ekspor menyebabkan defisit
TW2-14. Salah satu faktor pendorong pesatnya
neraca perdagangan semakin melebar menjadi
impor adalah impor emas yang tumbuh tinggi
USD37,3 miliar dari USD33,2 miliar.
mencapai 205,9%, dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 27,3%. Impor emas di September 2014 bahkan melonjak hingga USD3,75 miliar 53, dipicu oleh kebutuhan emas menjelang hari raya keagamaan Dewali
�����
Tekanan inflasi baik Consumer Price Index (CPI) maupun Wholesale Price Index (WPI) menurun. Pada TW3-14, rata-rata inflasi CPI menurun menjadi 7,4% yoy (dari 8,1%),
������
����� �
���
���
���������� ���������������������
��
����������������������������
���
��
�
����� ���
�� ������
�� ��
������
�
��� ���
�
�
� ������
��� ������������������
������������
�
����
������������ ������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�
���� � �
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
�����������������
Grafik 2.72 Neraca Perdagangan
53 Impor emas pada Agustus mencapai USD2 miliar.
68
54 Kebijakan relaksasi tersebut mencakup (a) menambah jumlah perusahaan importir emas yang mendapat izin impor dengan skema 20:80 (20% untuk diekspor kembali, sedangkan 80% untuk penggunaan domestik), (b) pemberian izin bagi bank tertentu untuk menyalurkan kredit emas kepada pengusaha perhiasan domestik.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
��
������������������������� �������
��� ������������������ ��������
�� ��
��
��� �����������������������
�������������������� �������������������������
��
��
��
�� ��
� �
�
� � ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ����
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.73 Consumer Price Index
Grafik 2.74 Wholesale Price Index
� � � � � � � � ������������������� �
�����������������
���������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.75 Suku Bunga Kebijakan
sedangkan inflasi WPI menurun menjadi 3,8%
Menyikapi perkembangan ekonomi
(dari 5,8%). Penurunan inflasi dikontribusi
terkini, RBI masih mempertahankan suku bunga
oleh penurunan harga BBM dan makanan55,
kebijakan pada MPC meeting 4 November
khususnya sayuran. Bahkan, inflasi CPI di
2014. Suku bunga kebijakan dipertahankan
September 2014 turun mencapai 6,5%, yang
sejak awal 2014 masing-masing pada level 8%
merupakan level terendah sejak Januari 2012.
(repo rate); 7% (reverse repo rate); 9% (bank
Laju inflasi yang relatif terkendali, merupakan
rate); dan 9% (marginal standing facility rate).
dampak positif dari kebijakan pemerintah
Meskipun tekanan inflasi CPI dan WPI menurun
dalam mengatur pasokan makanan dan menerapkan kebijakan moneter ketat.
55 Komponen makanan memiliki bobot 49,71% terhadap pembentukan CPI, sedangkan bobot komponen energi adalah sebesar 9,49%.
69
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
sepanjang TW3-14, RBI belum memberikan
itu, IMF dalam World Economic Outlook 57
sinyal akan menurunkan suku bunga kebijakan.
memproyeksikan perekonomian India dapat
Analis memperkirakan bahwa penurunan suku
tumbuh sebesar 5,6% di 2014 dan 6,4%
bunga akan dilakukan paling cepat pada awal
di 2015. Terkait outlook inflasi, pemerintah
tahun 2015.
menetapkan target inflasi sebesar 8% di 2015
Di sisi fiskal, pemerintahan baru
dan 6% di 2016.
yang dipimpin oleh PM Modi menunjukkan
Meskipun outlook perekonomian India
keseriusannya untuk mendorong pertumbuhan
cukup optimis, sejumlah kendala tetap
ekonomi India melalui sejumlah kebijakan.
membayangi. Di sisi domestik, terdapat
Kebijakan yang baru diluncurkan pada
beberapa risiko yang bersumber dari produksi
September 2014 adalah “Make in India”56 (lihat
yang berpotensi tertahan, kinerja eksternal yang
box Uraian Singkat Kebijakan Make in India).
diperkirakan melemah, dan inflasi yang masih
Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan
tinggi. Di sisi eksternal, pemulihan ekonomi
kebijakan yang terkait dengan keuangan
global yang belum merata dan perlambatan
inklusif, pembangunan infrastruktur, serta
ekonomi Tiongkok juga memberi tekanan pada
reformasi perbankan dan energi.
kinerja ekspor. Selain itu, sebagaimana negara
Euforia terhadap PM Modi turut menumbuhkan optimisme terhadap outlook ekonomi ke depan. RBI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi India mencapai 5,5% yoy di 2014 dan 6,3% di 2015. Sementara
56 Program nasional baru yang didesain untuk memajukan India dengan memfasilitasi investasi, memajukan inovasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melindungi hak intelektual, dan membangun infrastruktur manufaktur terbaik. 57 WEO Oktober 2014.
70
berkembang lainnya, prospek normalisasi suku bunga AS berpotensi menyebabkan capital outflow dari India sehingga perlu terus dimonitor perkembangannya.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Boks 3 ‘Make in India' “Come, make in India, manufacture in India” “Make in India” merupakan program
pihak ketiga sesuai UU yang
nasional yang diluncurkan PM Modi pada
berlaku terhadap produk yang
25 September 2014 untuk mengundang
di kelola.
investor global agar berinvestasi di India.
•
Mengintegrasikan
pelayanan
Program ini didesain untuk menjadikan
pemerintah
India sebagai ‘global manufacturing hub’.
kementerian dengan
Program tersebut terdiri dari inisiatif yang
satu pintu dan menggunakan
dirancang untuk memfasilitasi investasi,
sistem
meningkatkan inovasi, melindungi hak
yang sama terhitung sejak 31
cipta dan membangun infrastruktur yang
Desember 2014.
terbaik dalam industri manufaktur. Secara
•
umum, program Make in India meliputi tiga hal pokok yaitu: 1.
Proses
pusat
informasi
kelayakan
dan prinsip tekonogi
lingkungan
dilakukan secara online. 2.
Infrastruktur
baru.
Infrastruktur
Proses lebih cepat. Proses bisnis
manufaktur
dan
dan investasi di India menjadi lebih
ditujukan
untuk
mudah,
transparan
pertumbuhan tinggi a.l. melalui
dengan melakukan deregulasi dan
pembangunan kota cerdas baru
mengurangi kerumitan. Beberapa
dan klaster industri (yang terhubung
langkah yang dilakukan antara lain:
dengan
•
program kepemudaan baru yang
cepat,
dan
Permohonan
izin
dilakukan
secara online setiap hari dalam
lebih fokus.
24 jam melalui portal eBiz. Izin
•
baru
mencapai
industri),
Mengembangkan
serta
koridor
berlaku tiga tahun, kecuali untuk
industri dan kota cerdas. India
produk pertahanan. Persyaratan
membentuk
pengajuan
‘National
pada
izin
website
diumumkan kementerian/
departemen. •
koridor
inovasi
Daerah
sertifikasi sendiri atau sertifikasi
Industrial
Development yang
memperkenalkan
otoritas
untuk
baru Corridor
Authority’
bertanggungjawab mengoordinir,
mengintegrasikan,
memonitor
71
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
•
dan mengawasi perkembangan
atas hak cipta dengan cara: (i)
seluruh koridor industri.
menciptakan 1033 hak cipta
Untuk
dibentuk
baru; (ii) meng-upgrade fasilitas
lima kota cerdas dibawah Delhi-
IT; (iii) memenuhi standar global;
Mumbai
dan (iv) proses pengajuan secara
tahap
awal
Industrial
Corridor
(DMIC), yaitu Dholera, ShendraBidkin, Greater Noida, Ujjain dan
online. 3.
Sektor baru. Sektor pertahanan,
Gurgaon. Selanjutnya Chennai-
konstruksi dan perkeretaapian telah
Bengaluru
dibuka bagi investor global, dengan
Industrial
Corridor
sedang memproses pelaksanaan
penjelasan sbb:
tiga
•
proyek
Nodes’
di
baru daerah
Krishnapatnam,
dan
‘Industrial
•
pertahanan
batas FDI dinaikkan dari 26% Investasi bidang
portofolio pertahanan
di
diizinkan
hingga 24%, dan 100% FDI
baik.
diperbolehkan bagi teknologi
Memberikan persetujuan kepada
modern pertahanan secara case
proyek
industri
basis.
dengan •
100%
FDI
diijinkan
persetujuan
‘zero liquid discharging’; dan
untuk konstruksi, pelaksanaan
(ii)
dan
pengelolaan
tanaman
tertulis
tanpa
air daur ulang dengan sistem
pemeliharaan
khusus proyek
menggunakan air limbah.
infrastruktur al.: proyek koridor
Memberikan persetujuan kepada
antar kota melalui skim PPP,
17 zona investasi nasional dan
proyek KA kecepatan tinggi,
manufaktur.
MRT, dll.
Mengembangkan
inovasi
dengan memberi persetujuan
72
dan
menjadi 49%; •
operasi
penekanan pada (i) penggunaan
•
diliberalisasi
industri manufaktur yang lebih
21
•
sektor
Tumkur
industri baru yang diarahkan memajukan
dalam
Ponneri,
(Karnataka). Membentuk klaster untuk
Kebijakan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
B.3. Korea Setelah tumbuh melambat di triwulan sebelumnya, harapan akan pemulihan ekonomi Korea pada TW3-14 kembali pupus. Stimulus pemerintah yang diluncurkan pada Juli 2014 belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PDB Korea TW3-14 tumbuh melambat menjadi 3,2% yoy dari triwulan sebelumnya sebesar 3,5%. Pelemahan kinerja eksternal akibat rendahnya permintaan global menjadi faktor utama dibalik rendahnya pertumbuhan PDB. Di sisi lain, aktivitas investasi dan konsumsi hanya mengalami perbaikan yang terbatas. Sektor manufaktur yang
Asa akan terjadinya pemulihan kondisi perekonomian Korea Selatan pada TW3-14 pascatragedi Sewol kembali pupus. Perekonomian negeri ginseng tersebut justru tumbuh melambat ke level 3,2% 58 yoy di TW3-14, dari 3,5% pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDB tersebut bahkan merupakan level terendah selama enam triwulan terakhir. Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh kinerja sektor eksternal yang tertahan sepanjang triwulan laporan, sebagai imbas dari pelemahan permintaan global. Sementara itu, kinerja konsumsi dan investasi mengalami perbaikan yang terbatas.
selama ini menjadi andalan juga mengalami
Secara sektoral, pertumbuhan PDB
pelemahan sehingga peranannya digantikan
Korea pada TW3-14 mengalami perubahan
oleh sektor jasa.
dari triwulan sebelumnya. Aktivitas sektor jasa
Pelemahan konsumsi semakin mendorong inflasi menjauh dari target dengan rata-rata inflasi TW3-14 sebesar 1,4%. Sejalan dengan itu, Bank of Korea melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga acuan menjadi 2%. BoK yang pesimis dengan perkembangan ekonomi Korea, merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan PDB menjadi 3,5% di 2014. Sementara IMF lebih optimis dengan memperkirakan pertumbuhan PDB Korea akan mencapai 3,7%, Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko yang harus diatasi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, antara lain pelemahan permintaan domestik dan investasi, peningkatan utang rumah tangga, perlambatan ekonomi global, serta kebijakan beberapa negara maju yang dapat berdampak negatif pada ekonomi Korea.
perlahan mengambil alih peran penting sektor manufaktur. Sektor jasa mulai pulih dengan tumbuh sebesar 3,4% yoy, ditopang oleh kegiatan pariwisata di masa liburan sepanjang TW3-1459. Di sisi lain, sektor manufaktur yang beberapa periode terakhir menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, hanya tumbuh 3,1%, jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan lalu sebesar 5,3%. Rendahnya permintaan global terhadap beberapa komoditas utama ekspor -khususnya LCD dan smartphonemenjadi penyebab utama penurunan produksi manufaktur. 58 Realisasi pertumbuhan PDB Korea pada TW3-14 tersebut masih lebih rendah dari estimasi Consensus Forecast Oktober 2014, yaitu 3,4% yoy. 59 Pertumbuhan sektor jasa sempat melambat pada TW2-14, yaitu sebesar 2,7% yoy. Hal tersebut merupakan dampak lanjutan dari kecelakaan kapal Ferry Sewol yang menewaskan 304 jiwa. Pertumbuhan sektor jasa pada TW3-14 mulai pulih terutama ditopang oleh penjualan wholesale, ritel dan akomodasi, serta transportasi.
73
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014 ����������
���������
�
�
�
� �
�
��������������������������������
�������������
����������������������������������
������������
��������
����������������������
�
�
�
�
� �
�� ��
�� ��
�� �� ����
��
�������������������
��
�� �� ����
��
��
�� ����
��
������������������������������
�����������������������
��������������������������������������� ��������������������������� �����������
���������������������
����������������������
����������������������
��
��
��
�� ����
��
��
�� �� ����
��
��
�� ����
��
���������������������
���������������������
Grafik 2.76 PDB Pengeluaran
Grafik 2.77 PDB Sektoral
Aktivitas konsumsi TW3-14 mengalami
dan kredit rumah tangga. Namun demikian,
perbaikan dengan tumbuh 2% yoy dari 1,5%
rerata indeks kepercayaan konsumen di
di TW2-14. Perbaikan konsumsi merupakan
TW3-14 menurun tipis menjadi 106,3 dari
60
implikasi dari paket stimulus fiskal pemerintah
sebelumnya 106,7, yang mencerminkan
yang diluncurkan pada Juli 2014. Stimulus
optimisme masyarakat terhadap perekonomian
tersebut mampu mendongkrak pengeluaran
Korea masih terbatas.
pemerintah hingga tumbuh 3,4%, naik dua kali lipat dari triwulan sebelumnya (1,7%). Di
�����
sisi lain, konsumsi swasta hanya naik secara
��
moderat menjadi 1,6% dari 1,5% pada
��
TW2-14 seiring dengan perbaikan upah dan
��
berlangsungnya masa liburan. Perbaikan
��
konsumsi ditunjukkan oleh kinerja positif penjualan department store, discount store,
� ��� ��������������������
��� ���
60 Pada 25 Juli 2014, Pemerintah Korea meluncurkan paket kebijakan ‘Choinomics’ yang mencakup ekspansi fiskal, bantuan pembiayaan UMKM, insentif pajak bagi perusahaan yang meningkatkan upah, membiayai proyek investasi infrastruktur, dan relaksasi aturan loan to value dan rasio debt to income ratio. Kebijakan tersebut bernilai KRW41 triliun, setara dengan 3% dari PDB Korea. Dari jumlah tersebut, sebesr KRW34,7 triliun digelontorkan pada semester kedua 2014.
74
������������������������ �
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
� � ����
�����������������
Grafik 2.78 Indikator Penuntun Konsumsi
�
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
������
Sementara itu, investasi swasta yang
���
��������������������� ����������������
���
tercermin pada facilities investment justru melambat dengan tumbuh sebesar 3,9%,
��� ���������
���
jauh lebih rendah dari pertumbuhan di TW214 yang mencapai 7,7%. Pelemahan investasi
�� ��
swasta juga dikonfirmasi oleh produksi industri
��
dan indeks PMI manufaktur. Meskipun kedua indikator tersebut menunjukkan perbaikan
��
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
dari triwulan lalu, rerata peningkatannya relatif terbatas, bahkan PMI manufaktur masih
�����������������
berada di zona kontraksi. Grafik 2.79 Kepercayaan Konsumen dan BSI
Kinerja sektor eksternal selama TW3-14 melemah dibandingkan triwulan sebelumnya,
Di sisi penawaran, investasi menunjukkan
tercermin pada kontribusi sektor tersebut
perbaikan yang belum cukup kuat. Investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi Korea
tumbuh sebesar 3,7% yoy, sedikit meningkat
yang menurun. Ekspor - yang selama ini
dari 3,4% di TW2-14. Sebagaimana konsumsi,
menjadi mesin pertumbuhan - tumbuh
perbaikan tersebut ditopang oleh investasi
melambat ke level 2,1% yoy, dari 3,7% di
pemerintah sebagai dampak dari stimulus
TW2-14. Level pertumbuhan tersebut juga
yang digelontorkan di penghujung Juli 2014.
merupakan yang terendah sejak akhir 2009.
Perbaikan signifikan terjadi pada sektor
Perlambatan pertumbuhan ekspor diakibatkan
konstruksi.
oleh kontraksi permintaan mitra dagang
�����
�����
�
����������������������������������� ������������������������������������
�
����� ��
��
�
������������ ��������������������� ������������������������������ �����������������������������
�� ��
��
� �
��
�
� � ��
�
� �
��
�
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.80 Kredit Rumah Tangga
�
��� ���
��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
�����������������
Grafik 2.81 Pertumbuhan Investasi
75
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
utama, khususnya Tiongkok, Eropa, dan Jepang. Namun di sisi lain, ekspor ke AS yang meningkat dapat mengompensasi pelemahan ekspor ke negara lainnya sehinga terhindar dari kontraksi pertumbuhan ekspor. Apresiasi nilai
����� ��
������������
�
������������
�
��
�
��
� �
��
� ��
tukar won yang masih terus terjadi sepanjang
�
periode laporan juga turut menggerus daya
���
saing produk Korea. Penurunan ekspor
���
terutama terjadi pada produk semikonduktor, elektronik, kapal, dan komponen otomotif.
����������� �������������������
� � �� �� �
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
��
�����������������
Sejalan dengan ekspor, impor turut
Grafik 2.83 Neraca Perdagangan
mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 2,5% yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di TW2-14 (2,7%). Penurunan
Sejalan dengan diluncurkannya
terutama terjadi pada impor bahan baku dan
stimulus pemerintah untuk membangkitkan
barang modal akibat masih lesunya aktivitas
perekonomian
produksi. Sementara itu, perbaikan konsumsi
ketenagakerjaan mengalami sedikit perbaikan
selama periode laporan mampu mendorong
pada TW3-14. Hal tersebut ditunjukkan oleh
impor barang konsumsi. Pelemahan ekspor
rerata angka pengangguran yang menurun ke
yang lebih dalam dari penurunan impor
3,5% dari 3,7% di triwulan sebelumnya. Labor
menyebabkan surplus neraca perdagangan
force participation rate juga turut meningkat,
di TW3-14 menyempit ke USD9,1 miliar dari
seiring perbaikan aktivitas bisnis di sektor jasa
domestik,
sektor
periode sebelumnya sebesar USD14,8 miliar. �����
�����
������
��
����
��
����
���
�����������������
����������
� ���
����
��
���� � ���� �
����
� ��� � ��� �
��
���������������������� ����������������������
���
�
� � ����
��
�
� � ����
����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
����
�����������������
Grafik 2.82 Produksi Industri dan Indeks PMI Manufaktur
76
��� �
�
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� � ����
�����������������
Grafik 2.84 Pengangguran
��
�
� ����
�
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
��
��
��������� ������������������ ������������� ��������������� ������������������ ���������������������
�� �� � � � �
memangkas suku bunga kebijakan (7-day
�
repurchase repo rate) sebanyak dua kali, yaitu
�
sebesar 25 bps pada Agustus (menjadi 2,25%)
�
dan 25 bps pada Oktober (menjadi 2%)61.
�
Kebijakan yang semakin akomodatif tersebut
��
�� ��
��
�
�
�
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���� ���� ���� ���� ����
�
Sepanjang Juli-Oktober 2014, BoK telah
��
�����������������
Grafik 2.85 Inflasi dan Suku Bunga Kebijakan
selama periode liburan – khususnya wholesale and retail trade, akomodasi, dan transportasi.
diharapkan dapat membantu meningkatkan sisi permintaan yang masih lesu. Kondisi perekonomian Korea yang belum membaik menyebabkan BoK merevisi outlook indikator makroekonomi untuk kedua kalinya selama 2014. Menyusul revisi pada Juli 2014, BoK kembali merevisi ke bawah proyeksi beberapa variabel makroekonominya pada Oktober 2014 Proyeksi pertumbuhan
Pemulihan ekonomi yang masih tertahan
PDB Korea 2014 diturunkan menjadi 3,5%
juga dibayangi oleh perkembangan inflasi yang
yoy dari revisi Juli 2014 sebesar 3,8%, serta
terus tertekan. Rerata inflasi pada TW3-14
inflasi menjadi 1,4% dari 1,9%. Proyeksi PDB
tercatat sebesar 1,4% yoy, lebih rendah dari
tersebut sejalan dengan Consensus Forecast
TW2-14 yang tumbuh 1,6%. Inflasi September
yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi
2014 bahkan tercatat hanya 1,1%, dipicu
Korea sebesar 3,5% (2014) dan 3,7% (2015).
oleh stabilnya harga makanan dan biaya
Sedangkan IMF dalam World Economic
kesehatan. Level inflasi headline semakin
Outlook (Oktober 2014) masih optimis bahwa
menjauhi target inflasi BoK yaitu 2,5%-3,5%.
PDB Korea mampu tumbuh 3,7% pada 2014
Pelemahan tekanan inflasi selama triwulan
dan 4,0% pada 2015.
laporan dipengaruhi oleh penurunan harga makanan dan transportasi - yang dipicu oleh pelemahan harga minyak dunia - serta permintaan domestik yang belum sepenuhnya pulih. Sementara rerata inflasi inti TW3-14 tidak berubah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,2%. Dengan masih terjadinya pelemahan
Sejumlah risiko, baik domestik maupun eksternal, juga masih membayangi prospek pemulihan perekonomian Korea ke depan. Di sisi domestik, konsumsi yang belum sepenuhnya pulih dapat menahan pertumbuhan ekonomi Korea dan berpotensi semakin memperlemah inflasi. Jika hal terebut berlangsung terus menerus, tidak tertutup
ekonomi domestik, BoK terus berupaya untuk membangkitkan kinerja perekonomian melalui kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
61 Level suku bunga sebesar 2% yoy merupakan suku bunga kebijakan terendah sejak 2010.
77
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
kemungkinan Korea mengalami stagnansi
pemulihan perekonomian global, kebijakan
perekonomian. Permasalahan utang rumah
Qualitative and Quantitative Easing Jepang, dan
tangga yang berpotensi meningkat karena
rebalancing Tiongkok yang dapat menghambat
pelonggaran kebijakan makroprudensial 62
kinerja ekspor Korea. Selain itu, keputusan
juga masih mengancam perekonomian Korea.
the Fed untuk menaikkan suku bunga juga
Sementara dari sisi eksternal, tantangan yang
berpotensi menyebabkan terjadinya capital
harus dihadapi antara lain adalah perlambatan
outflow dari Korea.
Tabel 2.9 Revisi Proyeksi 2014 BoK ���� ���������� ��� ������������������� ��������������������� ���������������������������������������� ����������������������� ������������� ������������� ��� �������� ����������������� ��������������������� ��������������������� ��������������������������������������������������������������
62 Kebijakan makroprudensial yang dimaksud adalah pelonggaran rasio LTV menjadi 70% dan rasio debt to income ratio menjadi 60%. Kebijakan tersebut merupakan bagian dari paket kebijakan yang diluncurkan pada 25 Juli 2014. Pasca implementasi kebijakan tersebut, angka outstanding mortgage pada September 2014 melonjak hingga 20,9% yoy.
78
����������
����
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
��� ���
���
���
�
����
����
���� ����
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
B.4. Malaysia Sesuai ekspektasi, PDB Malaysia di TW3-14 mencatatkan pertumbuhan yang melambat menjadi 5,6% yoy dari 6,5% di TW2-14. Kondisi perekonomian global yang masih rentan dan penuh dengan ketidakpastian menyebabkan ekspor dan investasi melemah. Sementara itu, konsumsi tumbuh secara moderat dan pengeluaran pemerintah kembali bergerak positif. Di sisi sektoral, konstruksi dan jasa masih berperan sebagai penopang
masih membayangi perekonomian Malaysia. Situasi perekonomian global yang masih penuh dengan ketidakpastian serta dibayangi oleh normalisasi kebijakan moneter AS, ketergantungan terhadap ekspor ke Tiongkok, dan penurunan harga komoditas berpotensi menghambat sustainabilitas pertumbuhan ekonomi ke depan. Di dalam negeri, risiko yang harus diwaspadai berasal dari pelemahan daya beli karena implementasi GST dan peningkatan utang rumah tangga.
pertumbuhan, sedangkan sektor manufaktur,
Laju pertumbuhan ekonomi Malaysia
pertanian, dan pertambangan mengalami
di TW3-14 mengalami perlambatan menjadi
tekanan. Perlambatan ekonomi juga diikuti oleh
5,6% yoy dari pertumbuhan yang impresif di
laju inflasi yang menurun akibat menurunnya
TW2-14 sebesar 6,5%. Kendati melambat,
harga faktor penawaran.
realisasi pertumbuhan ekonomi negeri jiran
Menyikapi kondisi perekonomian terkini, BNM tetap mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 3,25% dan akan terus memantau kondisi perekonomian, menyusul rasionalisasi BBM yang kembali dilakukan. Di sisi fiskal, reformasi perpajakan melalui skema Goods and Services Tax siap dilaksanakan pasca disetujuinya rencana anggaran pemerintah oleh parlemen.
tersebut masih berada pada level yang tinggi dan melebihi estimasi Consensus Forecast63 (5,3%). Perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh pemulihan kondisi perekonomian global yang belum merata sehingga berdampak pada kinerja sektor eksternal dan aktivitas investasi dalam negeri. Ekspor dan investasi terkoreksi cukup dalam, masing-masing menjadi 2,8% (dari 8,8% di TW2-14) dan 1,1% (dari 7,2% di TW2-14). Berbeda dengan sektor eksternal
Meski perekonomian melambat, BNM
dan investasi, konsumsi swasta tumbuh sebesar
optimis bahwa Malaysia dapat mencapai target
6,7%, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan
pertumbuhan 5,5%-6% di 2014. Proyeksi
triwulan lalu (6,5%). Pergerakan positif juga
yang lebih optimis dikemukakan oleh IMF
terjadi pada pengeluaran pemerintah yang
dalam WEO Oktober 2014 dengan angka
tumbuh sebesar 5,2% setelah terkontraksi
proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 5,9%
0,5% di TW2-14. Kinerja konsumsi swasta dan
(2014) dan 5,2% (2015). Sementara Consensus
pengeluaran pemerintah yang cukup resilien
Forecast Oktober 2014 memproyeksikan
mampu mengompensasi penurunan pada
perekonomian Malaysia akan tumbuh 5,7%
sektor eksternal dan investasi.
di 2014 dan 5,2% di 2015. Beberapa risiko 63 Consensus Forecast edisi Oktober 2014.
79
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
�����
����
��������
����
����� ���� ����
���
��� ���
��� ���
�����
��
��������
��
�� ���
���� ����
��
���
�
�� ��
��� ���
��� ���� ������� ���������������������� ������
���� ����
��������������� ��������� �����
����
��
�
����� ����� �����
���������������������������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
� ��
� ��
��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��������� �������������������������� ������������������� �������������������
����������������� �������������� ������������������
�����������������
Grafik 2.86 PDB Pengeluaran
Grafik 2.87 PDB Sektoral
Secara sektoral, konstruksi dan jasa
merepresentasikan konsumsi domestik
konsisten menjadi penopang pertumbuhan
menurun ke level 10,8% yoy di TW3-14 dari
PDB, sedangkan sektor manufaktur, pertanian,
11,1% di TW2-14. Tertahannya laju konsumsi
dan pertambangan melambat. Aktivitas
merupakan akibat dari rasionalisasi subsidisi
sektor konstruksi dan jasa pada triwulan
BBM yang dilakukan pada awal tahun sehingga
laporan masing-masing tumbuh 9,6% dan
turut berimbas pada kenaikan tingkat harga
6,1%, sedikit menurun dari triwulan lalu
lainnya. Perbaikan konsumsi yang belum
sebesar 9,9% dan 6,2%. Sementara itu,
cukup solid juga dikonfirmasi oleh rerata
kinerja sektor manufaktur, pertanian, dan
penjualan kendaraan pada triwulan laporan
pertambangan tumbuh melambat masing-
yang terkontraksi 8,3%, setelah tumbuh
masing menjadi 5,3%; 4,0%; dan 1,4%64.
11,3% di triwulan lalu. Akan tetapi, penurunan
Perlambatan pertumbuhan ketiga sektor
pada indikator tersebut lebih dipengaruhi
tersebut merupakan imbas dari permintaan
oleh efek musiman, bukan oleh masalah
eksternal terhadap beberapa produk utama
struktural. Penjualan kendaran menurun
yang menurun.
di sepanjang triwulan karena konsumen
Meski mengalami pertumbuhan yang moderat, kinerja konsumsi terindikasi
mengambil langkah wait-and-see terhadap pengumuman implementasi GST 65 pada
tertahan sebagaimana tercermin pada beberapa indikatornya. Penjualan ritel yang 64 Sektor manufaktur dan sektor pertanian tumbuh dengan impresif di TW2-14 masing-masing sebesar 7,3% yoy dan 7,1%, sementara sektor pertambangan tumbuh sebesar 2,1%.
80
65 Goods and Services Tax (GST) merupakan skema baru perpajakan Malaysia sebagai wujud konsolidasi fiskal yang tengah diupayakan. Di bawah skema pajak yang akan berlaku pada 1 April 2015 tersebut, pajak barang dan jasa yang semula berkisar 5%-10% akan diganti dengan besaran pajak tunggal 6% bagi semua jenis barang dan jasa.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
����
��
����
��
����
��
���
�
���
�
����
��
�� ����������������� ���������������������
���������� ���������������
������������ �����
���
�������������
�����
��� ��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
��
��
�� �� ����
�����������������
�
� ����
�
��
�
� ����
�
��
�
� ����
�
�����������������
Grafik 2.88 Indikator Penuntun Konsumsi
Grafik 2.89 Indikator Penuntun Investasi
Oktober 2014 yang berpotensi menekan harga
sebelumnya (14,4%), akibat penurunan
kendaraan. Selain itu, peluncuran berbagai
ekspor ke mitra dagang utama66. Penurunan
model otomotif baru, yang akan dilakukan
terutama terjadi pada produk elektronik,
menjelang akhir tahun turut berkontribusi
minyak sawit, minyak mentah, karet, dan
terhadap perilaku konsumen yang menahan
LNG (Liquid Natural Gas), yang searah dengan
diri untuk membeli kendaraan.
perlambatan di sektor manufaktur dan sektor
Pelemahan investasi sepanjang triwulan laporan terlihat pada indikator penuntunnya. Produksi industri di TW3-14 turun menjadi 4,2% yoy, dari 5,3% di TW2-14. Deakselerasi terutama terjadi di sektor manufaktur dan sektor pertambangan. Produksi manufaktur menurun menjadi 5,1% dari 6,5% di TW2-14. Sedangkan sektor pertambangan tumbuh melambat menjadi 1% dari 2,2% di TW2-14. Penurunan aktivitas produksi di kedua sektor tersebut tidak terlepas dari lesunya permintaan ekspor dan konsumsi domestik yang cenderung tertahan.
pertanian. Turunnya harga komoditas dunia juga berkontribusi terhadap pergerakan ekspor Malaysia yang mayoritas ditopang oleh ekspor hasil tambang dan produk pertanian. Sejalan dengan pelemahan ekspor, kinerja impor juga terpantau melemah cukup signifikan menjadi 2,7% dari 8,6% di TW2-14. Penurunan impor terjadi pada barang modal dan bahan baku – sejalan dengan rendahnya aktivitas produksi – serta barang konsumsi. Oleh karena ekspor terkoreksi lebih dalam dibandingkan dengan impor, surplus neraca perdagangan Malaysia menyempit menjadi RM16,8 miliar dari RM18,5 miliar di triwulan sebelumnya.
Lemahnya permintaan global juga turut menekan kinerja sektor eksternal Malaysia. Rerata ekspor melambat cukup drastis menjadi 1,5% yoy dari level yang tinggi di triwulan
66 Tiongkok, Jepang, AS, ASEAN, dan EU merupakan lima tujuan utama ekspor Malaysia per Agustus 2014. Pada TW3-14, ekspor ke negara tujuan tersebut mengalami penurunan. Ekspor ke Jepang dan Tiongkok bahkan terkontraksi masing-masing 4,4% dari 12,5% dan 15% dari 3,3% di TW2-14.
81
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Di tengah moderasi pertumbuhan ekonomi, laju inflasi relatif menurun karena
�����
�����
�
��������� �������������� �������������������
melemahnya tekanan faktor penawaran. Tekanan inflasi sepanjang TW3-14 tercatat
���
������������������ �������������������������
��� ���
�
��� ���
melemah menjadi 3,0% yoy dari TW2-14 sebesar 3,3%. Pelemahan inflasi terutama
���
�
���
terjadi pada komponen transportasi yang disebabkan oleh penurunan harga minyak dunia di pasar internasional dan base effect kenaikan harga BBM pada September 201367.
��� �
���� �
� � ����
digunakan sebagai pakan utama. Namun demikian, rerata laju inflasi di triwulan laporan masih berada pada rentang target BNM di 2014, yaitu 3%-4% dan diperkirakan akan meningkat di TW3-14 pasca rasionalisasi subsidi BBM kedua kalinya pada 2 Oktober 2014.
� � ����
��
�
� � ����
��
�
� ����
�
Grafik 2.91 Inflasi
komponen harga makanan akibat rendahnya dengan penurunan harga jagung dunia yang
�
�����������������
Penurunan laju inflasi juga terjadi pada biaya produksi industri peternakan, seiring
��
Inflasi yang masih terkendali menjadi pertimbangan bagi BNM untuk mempertahankan suku bunga kebijakan “Overnight Policy Rate”. Suku bunga kebijakan dipertahankan pada level 3,25% pada MPC Meeting 18 September 2014. Keputusan tersebut ditempuh di tengah kondisi perekonomian terkini yang dinilai masih berada pada jalur yang diharapkan,
���������
meski melambat dari triwulan lalu. Namun
����� ����
demikian, BNM mengungkapkan akan terus
����
memantau perkembangan ekonomi menyusul
����
rasionalisasi subsidi BBM jenis RON 95 sebesar
����
9,5% pada 2 Oktober 2014, dan mewaspadai
����
risiko ketidakseimbangan finansial yang
���
mungkin menghambat pertumbuhan ekonomi
�
�����
Malaysia68.
�
�����
��
�������������������
�������������
�������������
�� �� �� � � �
�
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.90 Neraca Perdagangan 67 Base effect dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM sebanyak dua kali yaitu September 2013 dan Januari 2014. Pada September 2013, dilakukan kenaikan harga BBM jenis RON 95 sebesar 10% dan pada Januari 2014, BBM jenis RON 97 naik sebesar 2%.
82
68 Utang rumah tangga Malaysia terus meningkat, bahkan rasio utang rumah tangga terhadap PDB pada 2013 mencapai 86,8% dan merupakan salah satu yang tertinggi di Asia. Utang rumah tangga terutama berasal dari kredit konsumsi untuk pembelian properti dan kendaraan. Keputusan BNM untuk meningkatkan suku bunga kebijakan pada Juli 2014 sebesar 25 bps menjadi 3,25% bertujuan untuk meredam kredit konsumsi.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�������� ���
��
��
Meskipun tumbuh melambat di
��������������������
�������������������
����������������������
��������������������
������������
������
���
TW3-14, BNM cukup optimis terhadap outlook perekonomian Malaysia. Perekonomian Malaysia diproyeksikan tumbuh pada rentang
���
5,5%-6% yoy di 2014. Permintaan domestik
��
diprediksi akan tetap kuat dan investasi akan terus tumbuh, didorong oleh proyek PPP
��
(Public and Private Partnership) sebagai bagian
� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����������������������������
Grafik 2.92 Rasio Utang Rumah Tangga terhadap PDB
Di sisi fiskal, Pemerintah Malaysia terus berupaya untuk mencapai kondisi fiskal yang seimbang dan meningkatkan status Malaysia menjadi high-middle income pada 2020. Rencana anggaran belanja pemerintah untuk tahun fiskal 2015 telah disahkan oleh Parlemen Malaysia pada 10 Oktober 2014. Reformasi perpajakan melalui skema Goods and Services Tax (GST) yang menjadi poin sentral dalam rencana anggaran tersebut akan diimplementasikan per 1 April 2015. Selain itu, sebagai bentuk kesungguhan Pemerintah Malaysia untuk melakukan konsolidasi fiskal, pada 2 Oktober 2014 rasionalisasi subsidi BBM kembali dilakukan. Pemerintah Malaysia juga
dari Economic Transformation Programme69. Sementara itu, IMF dalam World Economic Outlook (Oktober 2014) lebih optimis terhadap pertumbuhan PDB Malaysia yang diproyeksikan tumbuh sebesar 5,9% di 2014 dan 5,2% di 2015. Hampir sama dengan IMF, CF memperkirakan ekonomi Malaysia akan tumbuh sebesar 5,7% (2014) dan 5,2% (2015). Namun demikian, perekonomian Malaysia masih harus menghadapi beberapa faktor risiko eksternal dan domestik yang berpotensi menghambat pertumbuhan. Proses pemulihan ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian, ketergantungan terhadap ekspor ke Tiongkok, disertai krisis geopolitik dan penurunan harga komoditas yang berkelanjutan, berpotensi mengancam sustainabilitas pertumbuhan ekonomi. Selain itu, normalisasi kebijakan moneter AS juga
akan memberikan kompensasi kenaikan harga BBM kepada kelas menengah bawah Malaysia dalam bentuk bantuan tunai (Bantuan Rakyat 1 Malaysia) senilai RM7,5 miliar di 2015. Bantuan akan diberikan bagi rumah tangga dengan pendapatan kurang dari RM4000 per bulan atau individu dengan pendapatan kurang dari RM2000 per bulan.
69 Economic Transformation Programme (ETP) merupakan bagian dari Program Transformasi Nasional Malaysia yang bertujuan untuk meningkatkan status Malaysia menjadi negara maju dengan pendapatan nasional per kapita sebesar USD15 ribu pada 2020. Program yang dilaksanakan sejak 2010 ini dilakukan melalui implementasi 12 area utama yang menjadi kunci pencapaian tujuan tersebut. Ke-12 area tersebut adalah (1) minyak, gas, dan energi; (2) kelapa sawit dan karet; (3) jasa keuangan; (4) pariwisata; (5) jasa bisnis; (6) E&E; (7) ritel dan wholesale; (8) pendidikan; (9) jasa kesehatan; (10) komunikasi dan infrastuktur; (11) pertanian; (12) kawasan metropolitan Greater Kuala Lumpur/ Klang Valley.
83
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
dapat mengakibatkan volatilitas di pasar
Kinerja ekonomi Filipina pada TW3-14
keuangan Malaysia. Dari dalam negeri,
diperkirakan melanjutkan fase pemulihan
Malaysia perlu mewaspadai risiko yang muncul
yang telah terjadi pada periode sebelumnya71.
dari daya beli masyarakat yang tergerus akibat
Pertumbuhan PDB Filipina pada TW2-14
implementasi GST dan peningkatan utang
berhasil tumbuh 6,4% yoy, meningkat dari
rumah tangga.
TW1-14 yang hanya sebesar 5,6%. Consensus Forecast (CF) memprediksi pertumbuhan PDB TW3-14 akan mencapai 6,6% yoy.
B.5. Filipina
Perbaikan ekonomi Filipina diperkirakan
Perekonomian Filipina diperkirakan
akan ditopang oleh kinerja konsumsi72 dan
melanjutkan fase pemulihan yang mulai
perdagangan. Dengan pertumbuhan di atas
berlangsung di triwulan sebelumnya. Consensus
6%, Filipina menjadi salah satu negara dengan
forecast (CF)70 memprediksi pertumbuhan PDB
pertumbuhan tertinggi di ASEAN - bersama
TW3-14 akan mencapai 6,6% yoy, didorong
dengan Malaysia73.
oleh aktivitas konsumsi dan ekspor. Namun
Perbaikan konsumsi Filipina tercermin
demikian, tekanan inflasi mulai merangkak
dari peningkatan rata-rata penjualan kendaraan
naik akibat peningkatan harga pangan menjadi
bermotor TW3-14 yang tumbuh sebesar
tantangan yang harus diatasi. Merespon
37,8% yoy dari 27,1% di triwulan sebelumnya.
kenaikan inflasi, Bangko Sentral Ng Pilipinas
Peningkatan terutama terjadi pada penjualan
(BSP) menaikkan suku bunga kebijakan sebanyak dua kali masing-masing sebesar 25 bps menjadi 4%.
����� ��
��������
��
Sejalan dengan perkembangan yang positif, pemerintah optimis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6,5%-7,5% yoy. Prakiraan tersebut lebih optimis dari proyeksi IMF yang memperkirakan sebesar 62%. Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, pemerintah harus menghadapi sejumlah downside risk
�� �� �� �� � ��� ��� ���
��� ������������������� ������
��������������������� ���������
��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
antara lain potensi peningkatan inflasi, kendala realisasi belanja pemerintah, potensi capital
Grafik 2.93 PDB Filipina
reversal akibat normalisasi suku bunga AS, serta perlambatan ekonomi Tiongkok yang dapat menghambat kinerja perdagangan. 70 CF Oktober 2014.
84
71 Ekonomi Filipina TW1-14 sempat terpuruk akibat badai Yolanda sehingga tumbuh menurun ke 5,6% yoy. 72 Konsumsi rumah tangga memiliki pangsa sekitar 72,6% dari PDB 2013. 73 Pertumbuhan PDB Malaysia pada TW2-14 mencapai 6,4% yoy.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
��
��������
��� ���������������������������������
��
���� ����
���������� ��������
����
��
��� � ��� �
���
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
��������������������
���������������
��� � �
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
� � � ����
�����������������
Grafik 2.94 GDP Sektoral
Grafik 2.96 Remitansi
kendaraan komersil dan penumpang yang
diakibatkan oleh inflasi yang merangkak
masing-masing tumbuh 25,2% dan 61,9%
naik, ketidakpastian kesempatan kerja,
di triwulan berjalan. Konsumsi Filipina yang
prospek pendapatan dan ketidakpastian
relatif tinggi antara lain dipengaruhi oleh
iklim investasi. Pada TW3-14, kepercayaan
peningkatan penerimaan remitansi dan kredit
konsumen menurun semakin dalam hingga
rumah tangga . Meski konsumsi rumah tangga
terkontraksi 26,3%, dari triwulan sebelumnya
mengalami perbaikan, indeks kepercayaan
yang terkontraksi 17,3%75.
74
konsumen cenderung melemah terutama
�����
�����
������
��� ���
�
����
��
����
�� ���
��
������
���������������������������������������������������������������� ����������������������������������������������������������������
����
������ ������ ������
����
��
���
����
������
��
���
����
������
� ������������������ ����������������������� ������������������������ ������������������������
��� ��� ���
���
����
������
��� ��� ���
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�����
���
�
��� � �
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.95 Konsumsi Filipina
Grafik 2.97 Kredit Rumah Tangga
74 Konsumsi rumah tangga Filipina mendapat julukan sticky consumption karena sulit turun dari posisinya yang sudah tinggi.
75 Berdasarkan tiga indikator yaitu kondisi ekonomi, situasi keuangan keluarga, dan pendapatan keluarga.
85
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
������ ����
�� �� ��
manufaktur sepanjang TW3-14 tumbuh
����
sebesar 5,7% yoy, menurun dari 10,7% di
��
triwulan sebelumnya. Kapasitas utilisasi juga
����
� ��� ���
����
����
��
������������������������
������������������������
bisnis dan produksi. Rerata indeks produksi
cenderung stagnan di level 83,5%. Penurunan
����
produksi manufaktur antara lain diakibatkan
����
oleh pelemahan permintaan global, sementara
��
���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
konsumsi dalam negeri tidak cukup kuat untuk mengompensasi pelemahan permintaan global tersebut.
�����������������
Di tengah pelemahan aktivitas bisnis,
Grafik 2.98 Indikator Penuntun Investasi
tingkat pengangguran Filipina justru semakin membaik. Pengangguran turun ke level
Penerimaan remitansi mengalami
6,7% di Juli 2014 dari 7% (April 2014)77.
peningkatan, terutama dari AS dan Afrika.
Tenaga kerja Filipina mayoritas terserap pada
Rata-rata remitansi selama TW3-14 tumbuh
sektor jasa dengan pangsa mencapai 54%
sebesar 6,0% yoy, lebih tinggi dibandingkan
dari total tenaga kerja, diikuti oleh sektor
periode sebelumnya sebesar 5,7% yoy .
pertanian (30,1%) dan industri (15,9%).
Peningkatan tersebut terutama dikontribusi
Tingkat partisipasi kerja juga semakin membaik
dari tenaga kerja Filipina di AS dan Afrika,
ke level 64,4% di Juli 2014 dari 63,9% di
sementara remitansi dari Timur Tengah dan
2013.
76
Oceania mengalami penurunan.
Kontribusi pengeluaran pemerintah
Kredit rumah tangga pada TW3-14
terhadap pertumbuhan PDB TW3-14 mengalami
terakselerasi sebesar 16,9%, lebih tinggi
penurunan. Pengeluaran pemerintah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
mengalami kontraksi sebesar 4,8% yoy,
12,7%. Disatu sisi, kenaikan utang rumah
menurun signifikan dari periode sebelumnya
tangga dapat berkontribusi positif bagi
yang tumbuh 11,3%. Kontraksi tersebut
perbaikan konsumsi domestik. Namun di sisi
diakibatkan kendala dalam pengucuran dana
lain, pergerakannya perlu terus dimonitor untuk
pembangunan infrastruktur. Sebenarnya
menghindari beban utang yang berlebihan.
pemerintah telah mengalokasikan pengeluaran
Sayangnya, peningkatan konsumsi Filipina belum diikuti oleh perbaikan aktivitas
76 Kontribusi remitansi terhadap PDB sekitar 10% (estimasi World Bank), suatu kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan PDB.
86
sebesar PHP399,4 miliar (e.q. 3% dari PDB) di tahun 201478 untuk pembangunan jalan raya,
77 Angka pengangguran Filipina dirilis setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. 78 Nilai alokasi akan ditingkatkan menjadi PHP826 miliar di tahun 2015.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
�����
���
�����������������
�
��������
��
����
��
����
��
����
�� ���
���
�� �
�
�
���
����
��� ���
�����
��� ���
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
����� ������������������
�����������
����������
����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.99 Tingkat Pengangguran
Grafik 2.101 Neraca Perdagangan
air bersih, pelabuhan dan bandar udara 79.
Penerimaan tersebut terutama bersumber dari
Namun kendala birokrasi yang panjang telah
peningkatan penerimaan pajak. Hal ini sejalan
menghambat realisasi komitmen pengeluaran
dengan upaya pemerintah untuk mencegah
pemerintah tersebut. Ironisnya, penurunan
terjadinya penghindaran pajak (tax evasion).
pengeluaran pemerintah terjadi di saat
Dengan perkembangan tersebut, anggaran
penerimaan pemerintah meningkat sebesar
pemerintah pada TW3-14 tetap mengalami
12,4% di TW3-14, dari sebelumnya 11,9%.
surplus sebesar USD28,1 miliar, meski sedikit menurun dari USD30,1 miliar di triwulan
����������
sebelumnya. Surplus anggaran terjadi di luar
����� ����
���
���� ��
�
����
akan mengalami defisit sebesar PHP42,9 miliar
����
(e.q. USD955,8 juta).
���� ����
���
����
���� � �
������������
����������������
Kinerja perdagangan Filipina mengalami
���
perbaikan seiring terjadinya peningkatan
�����
ekspor. Ekspor pada TW3-14 tumbuh sebesar
����� �������������������
ekspektasi pemerintah yang memperkirakan
�����
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.100 Konsumsi Pemerintah
79 Penentuan proyek yang akan dialokasikan sesuai dengan masukan dari perusahaan asing untuk meningkatkan infrastruktur Filipina yang dinilai masih buruk dan menjadi kendala dalam berinvestasi.
11,4% yoy dari periode sebelumnya 9,8%. Peningkatan ekspor terutama didorong oleh produk industri manufaktur (elektronik dan mesin) serta pertanian. Peningkatan ekspor barang manufaktur merupakan implikasi dari perbaikan ekonomi AS sebagai mitra dagang utama Filipina. Ekspor barang manufaktur tumbuh mencapai 30,6%, dari
87
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
������
������
���
���
����
��� ���
����
��� ���
��
����
��� �
����
��� ���
���
����
� �������
���� � �
� � ����
������ ��
�
����� � � ����
��
�������� �
� � ����
��������� ��
� � � ����
�����������������
����
� �
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���� ���� ���� ���� ����
����������������
����������������������
��������������������
���������������������
�����������������������
������������������
�
�����������������
Grafik 2.102 Negara Tujuan Ekspor
Grafik 2.103 Ekspor berdasarkan komoditas
11,7% di TW2-14. Namun demikian, ekspor
di TW3-14, dari 6,8% di periode sebelumnya.
Filipina mendapat tantangan dari penurunan
Namun di sisi lain, inflasi non food mengalami
permintaan dari Tiongkok yang menurun dari
pelemahan – terutama biaya transportasi
31,2% di TW2-14 menjadi 30,1%, akibat
dan komunikasi - seiring penurunan harga
terkoraksinya pertumbuhan ekonomi negara
minyak dunia. Inflasi minuman beralkohol
tersebut.
dan tembakau juga mengalami penurunan
Inflasi Filipina pada periode laporan terpantau tumbuh meningkat. Rata-rata inflasi CPI pada TW3-14 tercatat tumbuh sebesar 4,7% yoy, naik dari periode sebelumnya
sebagai dampak dari base effect tingginya inflasi produk tersebut di TW3-13 akibat kenaikan pajak ‘sin tax80’ yang diberlakukan sejak Januari 201381.
sebesar 4,3% yoy, meski masih dalam rentang
Tekanan inflasi yang mulai meningkat
target bank sentral sebesar 4,0% + 1%. Inflasi
direspon oleh BSP dengan melakukan
inti Filipina pada TW3-13 juga terpantau
pengetatan kebijakan moneter. Selama
meningkat ke 3,3%, dari 2,9% di triwulan
TW3-14, BSP telah menaikkan suku bunga
sebelumnya.
kebijakan overnight borrowing rate sebanyak
Peningkatan inflasi Filipina terutama dikontribusi oleh kenaikan harga pangan dan sandang. Peningkatan harga pangan diakibatkan oleh terganggunya pasokan karena cuaca buruk sehingga meningkat ke level 8%
88
80 Sin tax adalah pajak yang dikenakan terhadap barang dan jasa yang membahayakan seperti alkohol, tembakau, kembang gula, obat terlarang, fast food, kopi dan perjudian. 81 Inflasi minuman beralkohol dan tembakau pada TW3-14 tercatat sebesar 3,5% yoy, sementara pada TW3-13 inflasi produk tersebut mencapai 31,1%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
����� ��
� ��� �������
�
�������� ���������������
���� ���������
���� ����
�
����
�
����
�
����
�
����
��
���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
���������������
���������
��������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�����������������
Grafik 2.104 Tingkat Inflasi
Grafik 2.105 Suku Bunga
dua kali yaitu pada MPC Agustus dan
tantangan. Dari sisi internal, Filipina harus
September 2014 masing-masing sebesar 25
mengatasi risiko rendahnya aktivitas
bps menjadi 4%. Respon kebijakan tersebut
investasi, meningkatnya tekanan inflasi, dan
terpantau cukup efektif dalam meredam
terhambatnya realisasi belanja pemerintah
inflasi, tercermin dari level inflasi yang mulai
untuk pembangunan infrastruktur. Sementara,
menurun di Oktober 2014 menjadi 4,3%82.
risiko eksternal yang menghadang adalah risiko
Inflasi inti juga termoderasi ke level 3,2%
capital reversal dari normalisasi kebijakan suku
pada Oktober 2014, dari 3,4% di September.
bunga the Fed dan perlambatan ekonomi
Inflasi yang telah terkendali mendorong BSP
Tiongkok. Meski menghadapi sejumlah
mempertahankan suku bunga kebijakan di
permasalahan, perekonomian Filipina
level 4% pada MPC Oktober 2014.
diperkirakan tetap menjadi salah satu negara
Pemerintah optimis dapat mencapai
dengan pertumbuhan tertinggi di Asia.
target pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sesuai proyeksi sebesar 6,5%-7,5%, relatif lebih tinggi dari proyeksi IMF sebesar 6,2%83.
B.6. Singapura
Selanjutnya IMF memprediksi pertumbuhan
Kinerja ekonomi Singapura pada
PDB Filipina di 2015 sedikit meningkat ke
TW3-14 bergerak stagnan. Pertumbuhan
6,3%.
tertahan di 2,4% yoy sejak dua triwulan Namun demikian, ekonomi Filipina
ke depan masih akan menghadapi sejumlah 82 Penurunan inflasi tersebut dipengaruhi oleh pelemahan harga makanan dan minuman non alkohol, serta pakaian. 83 Sesuai World Economic Outlook Oktober 2014.
terakhir. Laju ekonomi domestik terhambat pelemahan sektor properti dan keketatan pasar tenaga kerja. Kinerja ekspor juga melemah akibat moderasi ekonomi mitra dagang, terutama Tiongkok dan ASEAN, serta
89
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
kejatuhan harga komoditas global. Sejalan
Kawasan ASEAN. Impor juga terkontraksi pada
dengan pelemahan sektor riil, dukungan sektor
beberapa bulan terakhir, mengindikasikan
keuangan pun berkurang, meski secara umum
pelemahan industri domestik. Dari sisi sektoral,
kondisi sektor keuangan masih relatif stabil.
stagnasi pertumbuhan PDB dikontribusi oleh
Kebijakan moneter tetap mengakomodasi
pelemahan sektor manufaktur dan konstruksi
apresiasi nilai tukar secara moderat untuk
yang tumbuh melambat, sementara sektor jasa
menjaga inflasi barang impor.
meningkat tipis84.
Pemerintah Singapura memprediksi
Perkembangan konsumsi triwulan ini
perekonomian akan tumbuh moderat pada
masih relatif rapuh. Perbaikan terbatas hanya
2014 dalam rentang 2,5% -3,5%. Lebih
terjadi pada pembelian kendaraan bermotor.
spesifik, IMF memproyeksikan pertumbuhan
Konsumsi di luar kendaraan bermotor pada
akan mencapai 3% untuk 2014 dan 2015. Ke
umumnya masih berada pada fase kontraksi.
depan, penurunan harga properti diperkirakan
Rata-rata pertumbuhan penjualan eceran
masih muncul sebagai risiko domestik yang
dan kendaraan bermotor pada TW3-14
menghambat konsumsi. Laju produksi juga
masing-masing sebesar 5,5% dan 40,2%
terganjal kebijakan pembatasan tenaga kerja
yoy, naik signifikan dari periode sebelumnya
asing hingga 2016. Dari luar negeri, pemulihan
yang terkontraksi sebesar 4,8% dan 16,8%.
ekonomi global yang belum merata, serta
Apabila komponen kendaraan bermotor
moderasi ekonomi Tiongkok dan beberapa negara ASEAN berisiko menghambat kinerja ekspor. Sementara, normalisasi kebijakan di negara maju berpotensi menimbulkan risiko instabilitas sistem keuangan. Kinerja ekonomi Singapura pada periode
�����
�����
��
�� ��������������
��
���������������
��
��������
���������������
��
��������
��
������������������
�� �� �� ��
��
��
��
�
��
�
(advance estimate) PDB negara tersebut
�
�
���
�
tumbuh 2,4% yoy, tidak mengalami perubahan
���
laporan tumbuh stagnan. Kementerian Perdagangan dan Industri memprediksi
dari triwulan sebelumnya. Ekonomi domestik tertahan oleh laju konsumsi yang terhambat penurunan harga properti dan tekanan produksi karena kebijakan pembatasan tenaga
� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � ���� ���� ���� ���� ���� � �����
�����������������
Grafik 2.106 PDB Sektoral
kerja asing. Kinerja ekspor pun stagnan dan cenderung melemah karena penurunan permintaan global, terutama dari mitra dagang sesama emerging, seperti Tiongkok dan
90
84 Pertumbuhan sektor manufaktur di TW3-14 melambat ke 1,4%, dari sebelumnya 1,5% yoy. Pertumbuhan sektor konstruksi menurun tajam menjadi 1,4% dari sebelumnya 4,1%. Sementara, pertumbuhan sektor jasa tumbuh 2,9%, naik tipis dari sebelumnya 2,8% yoy.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
������
������
��
����� ��
���������������������
��
�������������������������������������
��
�����������������������
�� ��
��
��
�
��
��
��������
��������������������������
��
�����������
��
��
����������
�� ��
��
� �
�
���
��
���
��� ���
��� �
�
�� �� �
����
�
�� ��
����
� � � � � ����
�
��
�� ���
��
��� ���
�
�
�
� ����
�
��
�
�
�
� ����
�
��
�
�
� � ����
�
��
�����������������
�����������������
Grafik 2.107 Penjualan Eceran
Grafik 2.109 Ekspor Impor
dikeluarkan dari perhitungan, maka penjualan
COE kendaraan di Singapura meningkat drastis
eceran masih terkontraksi sebesar 0,5%, dari
karena penerapan kebijakan prudential yang
sebelumnya terkontraksi 1% yoy.
dilakukan Otoritas Moneter Singapura (MAS)
Penurunan biaya izin kepemilikan kendaraan bermotor (certificate of entitlement
pada Maret 2013 dalam bentuk peningkatan uang muka kredit kepemilikan kendaraan.
atau COE) berdampak positif pada penjualan
Selain itu, industri manufaktur masih
mobil segmen kelas menengah ke bawah. Rata-
belum menunjukkan perkembangan yang solid
rata biaya COE untuk mobil di bawah 1600 cc
dan stabil. Meskipun produksi manufaktur
dan taksi menurun ke kisaran SGD63 ribu, dari
sedikit berekspansi (purchasing manager
SGD66 ribu pada TW2-14. Sebelumnya, biaya
index/PMI manufaktur berada tipis di atas 50), pergerakan PMI manufaktur masih kurang stabil dengan volatilitas yang cukup tinggi.
������ �� �� �� �� ��
����
Rata-rata PMI manufaktur TW3-14 berada
����
pada level 50,6, lebih rendah di bandingkan
���
triwulan sebelumnya sebesar 50,8. Sementara,
���
rata-rata PMI elektronika meningkat pesat
�� ����
�� ����������������� ������������������
�� �� ���������������������� �������������������
�� �� �
�
�
� ����
�
�� �
����� �����
������������������� �������������� �
�
� ����
�
�� �
�
����� � ����
����������������� ���������������������������������������������������
Grafik 2.108 PMI Manufaktur
� �
ke level 51,7 dari sebelumnya 50,5. Sejalan dengan itu, pertumbuhan output industri pada TW3-14 turun menjadi 1,5% dari 1,9% pada TW2-14 – padahal di TW1-14 masih relatif tinggi (9,9%). Perlambatan produksi ini juga tercermin pada transaksi perdagangan internasional yang dilakukan Singapura.
91
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�
������ ����
������������ �����������
����
������
���
������������ ��������������
���
�������������������� �������������������
���
��� ���
���� ���
����
��� ���
���
��� �����
����
���
����
�����
����
���
����� �����
����
��� �
� �
� ����
�
�� �
� �
� ����
�
�� �
� �
� ����
� � ��
�����������������
����� �
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�����������������
Grafik 2.110 Ekspor
Melambatnya industri domestik dan moderasi pertumbuhan ekonomi negara partner dagang Singapura menyebabkan kinerja perdagangan internasional mengalami kontraksi. Rata-rata pertumbuhan ekspor TW3-14 terkontraksi 1,5% dari sebelumnya tumbuh 2,8% yoy. Impor terkontraksi 5,8% dari tumbuh 2,9% yoy. Kejatuhan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor menyebabkan perdagangan tetap membukukan surplus dengan akumulasi sebesar SGD245 miliar (sekitar USD196 miliar) selama TW3-14 .
Grafik 2.111 Pengangguran dan Biaya Tenaga Kerja
output industri akan sulit untuk diserap 100% oleh konsumsi domestik. Kebijakan pembatasan tenaga kerja asing hingga 2016 menyebabkan terjadinya keketatan di pasar tenaga kerja. Kondisi ini terindikasi dari penurunan angka pengangguran TW3-14 menjadi 1,9% dari periode sebelumnya sebesar 2%. Supply tenaga kerja yang terbatas membawa konsekuensi kenaikan upah yang terjadi sejak TW3-13. Sektor ekonomi yang telah terkena dampak negatif dari keketatan pasar tenaga kerja ini terutama adalah sektor manufaktur dan UMKM, yang memiliki
Perlambatan ekonomi regional
ketergantungan cukup tinggi terhadap tenaga
menyebabkan pertumbuhan ekspor produk
asing berketerampilan rendah (low skilled
elektronika Singapura pada TW3-14
labor). Keketatan pasar tenaga kerja masih
terkontraksi sebesar 6,3% yoy. Hal tersebut
menjadi tantangan jangka pendek untuk
diperburuk oleh pelemahan harga minyak dunia
mendorong pertumbuhan ekonomi Singapura.
sehingga ekspor minyak terkontraksi 3,1% yoy.
Meskipun demikian, pemerintah optimis
Pelemahan ekspor menjadi tantangan bagi
dalam jangka panjang permasalahan ini dapat
Singapura untuk mewujudkan sektor industri
diatasi dengan meningkatkan teknologi dan
yang berkesinambungan, mengingat produksi
produktivitas tenaga kerja lokal.
92
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Inflasi Singapura pada TW3-14 juga
Di tengah aktivitas ekonomi domestik
terpantau melemah. Inflasi headline pada
yang cenderung lemah, dukungan sektor
TW3-14 terkoreksi tajam menjadi rata-rata
keuangan juga semakin menurun. Rata-rata
0,9% dari sebelumnya 2,3% yoy. Pelemahan
pertumbuhan kredit bank melambat menjadi
laju inflasi headline terutama disumbang oleh
11% pada TW3-14, terendah sejak TW3-10.
inflasi perumahan dan transportasi. Indeks
Meskipun demikian, sebagai pusat keuangan
harga perumahan terdeflasi seiring dengan
regional, kredit berdenominasi non-SGD
implementasi kebijakan makroprudensial di
(asian currency units/ACU) masih relatif tinggi.
sektor properti berupa peningkatan aturan
Pertumbuhan kredit ACU rata-rata masih
uang muka kredit perumahaan. Indeks
tumbuh 19,3% yoy pada TW3-14, hanya sedikit
harga transportasi juga terkontraksi akibat
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar
penurunan biaya kepemilikan kendaraan
21,3%. Dengan perkembangan tersebut,
(COE) sejak awal 2014. Selain itu, subsidi
uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh
kesehatan untuk penduduk senior pada
stagnan sebesar 0,6% yoy, relatif stabil dengan
September 2014 juga ikut menurunkan inflasi
pertumbuhan triwulan sebelumnya.
jasa kesehatan (healthcare). Pelemahan indeks harga kemudian diperparah oleh deflasi harga produsen (IHP) sebagai imbas dari penurunan harga komoditas internasional dan aktivitas perdagangan Singapura. Terbatasnya permintaan domestik juga terlihat dari rata-rata inflasi inti MAS (MAS core) yang melemah tipis ke level 2,1% yoy, dari sebelumnya 2,2%.
������ ����
simpanan dengan tenor tiga bulan stagnan sebesar 0,375% sejak akhir 2013. Yield surat utang pemerintah di TW3-14 secara rata-rata mencapai 2,4%, dan indeks saham berada pada kisaran 3.274.
������
������ �
��������
���
�������� ����
Secara umum, indikator likuiditas pasar keuangan Singapura relatif stabil. Suku bunga
�������������
������
����
������� ������������ ���������� ��������
����
� ���
���
� ���
���
��������� ���������� ���������
���� ��� ���
�
����
��� �
����� ��
� � �� � ����
� � �� � ����
� � �� � ����
� � �� � ����� ���� ����
�����������������
Grafik 2.112 Inflasi IHK, IHP, dan Inti
���� ����� ��
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
� ����� ����
�����������������
Grafik 2.113 Komponen IHK
93
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�
������ ��
����������� ��
��
�
������������� ��
���� ����
���
��
���� �
�� ��
���� ����
���
��
�
�����������������
�
�
� �� ����
�
� �� ��� ����
� �� ��� ����
� �� �� ����
� ���� ����
�����������������
Grafik 2.114 Kredit dan Uang Beredar
���� ����
���
� ��
�������������������������
�����������������
��� �
� �
� �� � ����
� ����� ����
� ����� ����
� ���� ����
� ���� ����
�����������������
Grafik 2.115 Perkembangan Pasar Keuangan
Kebijakan moneter Singapura tetap
supply perumahan ke depan dan berpeluang
diarahkan pada pengelolaan tekanan inflasi
menekan inflasi perumahan lebih rendah lagi86.
yang bersumber dari kenaikan harga barang
MAS memperkirakan inflasi akan berada di
impor. Sejauh ini, stance kebijakan moneter
bawah 0,5% pada TW4-14, sehingga secara
MAS tidak mengalami perubahan sejak April
keseluruhan inflasi 2014 diprediksi anjlok
2012. MAS justru memanfaatkan apresiasi
ke kisaran 1%-1,5% dan berlanjut turun ke
NEER85 yang terjadi secara moderat untuk
0,5%-1,5% pada 2015.
menahan inflasi impor. Pada TW3-14, NEER dan REER masing-masing terapresiasi 0,4% dan 0,2% qtq. Apresiasi nilai tukar tersebut juga ditopang dengan akumulasi surplus transaksi berjalan yang cukup persisten sebesar 18,9% PDB di TW2-14. MAS menilai bahwa perkembangan harga ke depan masih akan melemah hingga 2015. Komponen biaya transportasi (dengan bobot inflasi 15,5%) diprediksi masih berpeluang untuk semakin menurun.
������ �����
���������������
���������
���������
����
���������
����
�����
����
�����
���� ����� ���� �����
����
����� �
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�
�
� � ����
�����������������
Di sisi lain, pembangunan pemukiman baru yang tengah berlangsung dapat menambah
85 NEER merupakan sasaran operasional MAS.
94
Grafik 2.116 Nilai Tukar
86 Perumahan memiliki bobot sekitar 25,5% dari total inflasi.
����
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Meskipun pertumbuhan PDB stagnan pada level 2,4% yoy dalam dua triwulan terakhir, Pemerintah Singapura memprediksi pertumbuhan tahunan 2014 akan berada pada rentang 2,5%-3,5%. Peningkatan kinerja ekonomi diharapkan terjadi pada akhir tahun, dengan bertumpu pada sektor jasa domestik seperti jasa keuangan, asuransi, jasa bisnis, serta informasi dan komunikasi. Berdasarkan prediksi consensus forecast, pertumbuhan PDB di TW4-14 akan meningkat menjadi 3% yoy.
B.7. Thailand Perekonomian Thailand pada TW3-14 diperkirakan melanjutkan fase pemulihan yang telah terjadi pada periode sebelumnya. Perbaikan kinerja ekonomi negeri gajah putih tersebut terutama akan ditopang oleh konsumsi pemerintah, sementara kinerja konsumsi swasta, investasi dan ekspor masih tertahan. Pelemahan konsumsi berkontribusi terhadap penurunan rata-rata inflasi ke level 2% yoy di TW3-14, dari sebelumnya 2,4%.
IMF memprediksi pertumbuhan PDB
Selain itu, inflasi rendah juga disebabkan
Singapura pada 2014 dan 2015 akan mencapai
oleh penurunan harga energy global dan
3%. Sementara, consensus forecast lebih
pembatasan harga jual diesel dan LPG.
optimis dengan memprediksi pertumbuhan PDB 2014 sebesar 3,2% dan meningkat ke 3,7% di 2015.
Merespon perkembangan tersebut, otoritas moneter melanjutkan kebijakan moneter akomodatif dengan mempertahankan
Sejumlah risiko masih membayangi
suku bunga sebesar 2%. Selanjutnya untuk
perekonomian Singapura. Kinerja sektor
mengatasi pelemahan ekspor dan permintaan
manufaktur dan UMKM diperkirakan masih
domestik, Pemerintah Thailand menyetujui
tertahan akibat pembatasan tenaga kerja
stimulus fiskal, serta mempercepat persetujuan
asing hingga 2016. Sementara, stabilitas sektor
proyek dan pengeluaran investasi di tahun
eksternal dan keuangan berisiko mengalami
fiskal 2014 dan 2015.
tekanan akibat rencana normalisasi kebijakan negara maju. Moderasi pertumbuhan global, khususnya negara emerging (Tiongkok dan beberapa negara ASEAN) juga menjadi faktor penghambat ekspor dan kinerja industri. Lesunya harga komoditas internasional terutama minyak bumi, juga berpotensi memperburuk kinerja ekspor negeri singa tersebut.
Dengan kondisi ekonomi yang masih lemah, pemerintah memperkirakan pertumbuhan Thailand 2014 akan berada di kisaran 1,6%-1,9% yoy, menurun dari 2,9% di 2013. Selanjutnya pertumbuhan PDB 2015 diperkirakan naik menjadi 4%. Prakiraan 2015 tersebut lebih rendah dari prediksi Bank of Thailand (BoT) yaitu sebesar 5,5%. Sementara IMF cenderung lebih pesimis dan memperkirakan ekonomi Thailand hanya akan tumbuh sebesar 1% di 2014 dan 4,6% di 2015. Sejumlah tantangan yang harus
95
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
dihadapi Thailand di dalam mencapai target
sebesar 6,48%, sedikit lebih baik dari
pertumbuhannya antara lain adalah pelemahan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi 7,7%.
konsumsi, produksi, dan ekspor. Selain itu,
Penjualan kendaraan juga membaik meski
Thailand juga rentan terhadap risiko capital
masih terkontraksi menjadi 29,3% dari
outflow dari normalisasi suku bunga AS
periode sebelumnya yang terkontraksi 33,8%.
dan penurunan kinerja perdagangan akibat
Situasi politik yang semakin kondusif telah
pelemahan ekonomi China.
menimbulkan minat belanja dan menumbuhkan
Stabilitas politik yang semakin terjaga menunjang iklim ekonomi yang lebih baik. Setelah tumbuh membaik di TW2-14 dengan pertumbuhan PDB sebesar 0,4% yoy dari TW1-14 yang terkontraksi 0,5%, ekonomi Thailand pada TW3-14 diperkirakan akan melanjutkan fase pemulihannya. Pemerintah optimis lintasan pemulihan ekonomi Thailand (recovery path), yang akan dimotori oleh konsumsi pemerintah, diperkirakan akan mengikuti pola ‘V’ shape. Namun demikian, konsumsi swasta, investasi dan ekspor masih
optimisme perbaikan ekonomi ke depan. Hal ini dikonfirmasi oleh rerata indeks keyakinan konsumen TW3-14 yang membaik ke level 79,1 dari periode sebelumnya sebesar 71,2. Perbaikan konsumsi masyarakat Thailand juga dipengaruhi oleh pembayaran subsidi beras dari National Council for Peace and Order kepada para petani, optimisme pemerintah akan perbaikan ekonomi Thailand ke depan, serta berkurangnya penjagaan militer di beberapa kota yang memungkinkan aktivitas bisnis berjalan normal.
tertahan.
Sejalan dengan konsumsi, aktivitas bisnis
Konsumsi masyarakat masih terkontraksi meski mengalami sedikit perbaikan. Indikator penjualan ritel pada TW3-14 terkontraksi
juga masih terkontraksi kendati mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari indikator kapasitas utilisasi yang membaik dari 59,5
����� ��
����� ��� ������������������� ������
��
��������������������� ��������� �����
��������
������ ��
�� ��
��
�� ��
��
��
��
��
��
��
�
� ��� ���
��
��� ��� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ����
������������������������
�� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�����������������
Grafik 2.117 PDB
96
�����������������
Grafik 2.118 Indikator Konsumsi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
�����
������
�����
���
��
���
��
��
��
��
��
��
��
��
��
��
�
��
���
�� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
���
�� ��
������ ������������������
�����������
����������
���� ���� ���� ���� ����
�� � ��� ��� ���
����
����������������������
������������������������
�����������������
� ����� ����� ����� ����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.119 Indikator Penuntun Investasi
Grafik 2.120 Neraca Perdagangan
menjadi 60 di TW3-14 namun masih jauh
4,3%, menurun cukup signifikan dari TW2-14
dari rata-rata periode 2010-2013 sebesar
yang tumbuh 11,2% yoy.
64,2%. Sementara itu, produksi industri mengalami perbaikan di TW3-14 menjadi terkontraksi 3,9% yoy dari kontraksi 4,8% yoy di TW2-14, sentimen bisnis TW3-14 bergerak positif menjadi 49 dari sebelumnya 46,9, dan sentimen industri membaik ke level 88 dari triwulan sebelumnya 85. Pelemahan beberapa indikator investasi tersebut menunjukkan masih rendahnya permintaan global dan domestik.
Kinerja impor juga masih terkontraksi sebesar 0,5% yoy, kendati jauh lebih baik dibandingkan kontraksi 11,8% di triwulan sebelumnya. Pelemahan impor mencerminkan masih rendahnya permintaan domestik dan kebutuhan bahan baku impor untuk produk yang akan di ekspor kembali. Pelemahan impor terutama terjadi pada produk mesin yang terkontraksi 0,1% dari tumbuh 3,1%
Kinerja eksternal Thailand juga masih
di TW2-14. Selanjutnya, dengan terjadinya
tertahan. Pertumbuhan ekspor TW3-14
pelemahan ekspor di tengah perbaikan impor
terkontraksi sebesar 1,6%, memburuk dari
-meski masih di level kontraksi-, surplus trade
triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,6%.
balance Thailand terkoreksi menjadi USD4,8
Penurunan ekspor disebabkan permintaan
miliar, dari periode sebelumnya sebesar USD6,1
global yang masih belum pulih dan kapasitas
miliar.
produksi yang terbatas. Penurunan ekspor terutama terjadi pada produk barang manufaktur dan mesin. Ekspor barang manufaktur TW3-14 terkoreksi menjadi 4,2% dari triwulan sebelumnya sebesar 9,7% yoy. Sementara ekspor mesin terkontraksi sebesar
Konsumsi Thailand yang masih lemah berkontribusi pada rendahnya level inflasi. Inflasi CPI TW3-14 menurun ke level 2% dari 2,4% yoy di periode sebelumnya, dan masih dalam target BoT sebesar 0,5% - 3%. Tren
97
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�
����� �� ��� ������������������������������� ���������������������� ������������������������� ��������������������������� ��������
�� � � �
� ����������� ��� � ���
�
�
����
� ���
�� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.121 Tingkat Inflasi
Grafik 2.122 Suku Bunga Kebijakan
inflasi terus menurun sejak Juni 2014, dan
untuk mengatasi pelemahan ekspor dan
pada Oktober 2014 inflasi kembali menurun ke
permintaan domestik, Pemerintah Thailand
level 1,48%87. Penyumbang penurunan inflasi
pada 1 Oktober 2014 telah menyetujui paket
adalah bahan makanan dan minuman non
stimulus sebesar baht364,5 miliar (e.q. USD11
alkohol88, sandang dan sepatu89, perumahan
miliar). Paket stimulus tersebut diutamakan
dan alat-alat perumahan, transportasi dan
untuk memperbaiki sekolah, rumah sakit dan
komunikasi serta kesehatan. Pelemahan inflasi
sistem irigasi, membuka lapangan pekerjaan
Thailand, selain disebabkan oleh rendahnya
dan membantu petani. Pemerintah juga
permintaan domestik, juga dipengaruhi oleh
akan mempercepat persetujuan 380 proyek
penurunan harga energi di pasar global serta
senilai baht429,2 miliar dan mempercepat
pembatasan harga diesel dan LPG oleh the
pengeluaran investasi pada tahun fiskal 2014
National Council for Peace and Order.
dan 2015.
Merespon kondisi ekonomi yang masih
Pertumbuhan ekonomi Thailand 2014
lemah, otoritas moneter mempertahankan
diperkirakan masih lesu, dan akan lebih
kebijakan moneter akomodatif. Dalam MPC
prospektif di 2015. Pemerintah memprakirakan
September 2014, BoT kembali mempertahankan
pertumbuhan ekonomi Thailand hanya tumbuh
suku bunga kebijakan sebesar 2%, yang telah
sebesar 1,6% - 1,9% yoy di 2014, sedikit lebih
diberlakukan sejak Maret 201490. Selanjutnya
optimis dibandingkan prakiraan IMF sebesar 1% ataupun BoT yaitu 1,5%. Selanjutnya
87 Inflasi Thailand pada September 2014 sebesar 1,75% yoy. 88 Rata-rata inflasi bahan makanan dan minuman non alkohol turun menjadi 3,9% di TW3-14 dari 4,3% di TW2-14. 89 Rata-rata inflasi sandang dan sepatu menurun menjadi 0,71% di TW3-14 dari 0,75% di TW2-14. 90 BoT mencatat suku bunga tertinggi sejak tahun 2000 sebesar 5% pada tahun 2006 dan terendah 1,25% pada Juni 2010.
98
pada 2015, pemerintah optimis perekonomian Thailand akan tumbuh 4%. Namun estimasi tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraan BoT (5,5%) dan IMF (4,6%).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Ke depan, ekonomi Thailand dihadapkan
atas deposit rate. Otoritas moneter bersama
pada beberapa risiko yang dapat menghambat
dengan Pemerintah Vietnam juga tengah
proses pemulihan. Di sisi domestik, Thailand
berupaya mengatasi masalah tingginya kredit
harus mengatasi pelemahan indikator konsumsi,
macet yang berujung pada terhambatnya
produksi, dan ekspor, serta kenaikan utang
penyaluran kredit. Ke depan, perekonomian
rumah tangga yang telah mencapai 83% dari
Vietnam diperkirakan tumbuh moderat
PDB. Sementara tantangan eksternal berasal
pada level 5,8% di 2014 dan 6,2% di 2015.
dari dampak negatif kebijakan normalisasi
Walau demikian, ketergantungan yang tinggi
suku bunga AS yang berpotensi menyebabkan
terhadap Tiongkok, ketatnya penyaluran
capital outflows dan perlambatan ekonomi
kredit, dan tingginya utang publik berisiko
Tiongkok yang dapat menekan kinerja ekspor.
menahan laju perekonomian Vietnam.
Seiring meningkatnya risiko instabilitas sektor keuangan, BoT mengusulkan financial literacy and discipline sebagai agenda nasional dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Perekonomian Vietnam pada TW3-14 tumbuh impresif mencapai 6,2% yoy, jauh di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,4%)91. Pertumbuhan tersebut merupakan level tertinggi dalam 15 triwulan terakhir, namun
B.8. Vietnam
masih di bawah pertumbuhan potensialnya sebesar 7%. Akselerasi pertumbuhan PDB
Pada TW3-14, PDB Vietnam mengalami
terutama dikontribusi oleh investasi, khususnya
pertumbuhan yang impresif mencapai 6,2%
foreign direct investment di sektor manufaktur
yoy, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan
yang bertujuan ekspor. Sementara tren
di triwulan sebelumnya (5,4%). Investasi,
konsumsi Vietnam secara umum masih
khususnya FDI di sektor manufaktur menjadi
tertahan. Dari sisi sektoral, pertumbuhan PDB
penopang utama pertumbuhan. Sedangkan,
dikontribusi oleh sektor industri dan konstruksi
konsumsi domestik terindikasi masih tertahan.
yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,4%
Kinerja eksternal Vietnam juga mengalami
selama Januari-September 2014, disusul oleh
perbaikan yang sejalan dengan pergerakan
sektor jasa yang tumbuh 5,9%, serta pertanian,
positif aktivitas produksi.
kehutanan, dan perikanan sebesar 3,0%92.
Kendati memberikan sinyal penguatan,
Kendati kinerja perekonomian membaik
perekonomian Vietnam masih dibayangi
dari triwulan sebelumnya, permintaan domestik
oleh tren pelemahan inflasi. Kondisi
relatif masih tertahan. Rerata penjualan ritel
perekonomian yang belum sesuai dengan ekspektasi mendorong State Bank of Vietnam (SBV) mempertahankan kebijakan moneter akomodatif dengan suku bunga di level 9%, dan melakukan pemotongan batas
91 Realisasi pertumbuhan TW3-14 tersebut juga jauh di atas estimasi Consensus Forecast Oktober 2014, yaitu sebesar 5,5%. 92 Sektor industri dan konstruksi membentuk 38% PDB TW3-14, sementara sektor jasa, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 44,6% dan 17,4%.
99
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�����
����������
���
��� ���
���
���
���
���
���
��
��
��
���
��
���
�
���
���
���
���
���
���
�����������������
��
��
���
�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ���� ���� ���� ���� ����
����������
��
�� �� � ��� ��� ������������������������� �
���
�������������������������
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � ���� ���� ���� ���� ����
��� �
�����������������
Grafik 2.123 PDB
Grafik 2.124 Indikator Konsumsi
yang merepresentasikan aktivitas konsumsi
triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas
swasta sepanjang Januari-September 2014
produksi didominasi oleh sektor manufaktur
hanya tumbuh 11,2% yoy, hampir sama
yang sepanjang periode Januari-September
dengan periode Januari-Juni 2014 yang tumbuh
2014 tercatat tumbuh 8,3%, seiring dengan
11,3%. Permasalahan utang masih menjadi
meredanya tensi geopolitik dengan Tiongkok94.
kendala bagi rumah tangga Vietnam sehingga
Tingginya produksi sektor manufaktur terutama
masyarakat menahan konsumsinya. Namun di
terjadi pada produksi elektronik, komputer
sisi lain, tren indikator penjualan kendaraan
dan peralatan optik, kendaraan bermotor,
terus meningkat, yang menunjukkan perbaikan
serta garmen. Kegiatan produksi komoditas
permintaan domestik terjadi secara parsial
tersebut banyak ditopang oleh investasi asing
dan belum cukup solid. Rata-rata penjualan
yang berorientasi ekspor. Hingga penghujung
kendaraan periode Januari-September 2014
triwulan laporan, realisasi investasi langsung
tumbuh cukup drastis mencapai 46,9% dari
mencapai USD8,9 miliar atau meningkat
periode yang sama di 2013 . Hal tersebut
3,2% dari periode yang sama pada tahun
dipicu oleh peningkatan minat kelas menengah
sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan
atas di kota-kota besar Vietnam terhadap mobil
bahwa Vietnam memiliki magnet bagi investor
mewah.
asing. Kondisi makroekonomi Vietnam yang
93
Bertolak belakang dengan konsumsi, kinerja investasi di TW3-14 terpantau membaik. Produksi industri meningkat dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 7,6% yoy dari 6% di 93 Rerata penjualan kendaraan di Januari-Juni 2014 tumbuh sebesar 26% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
100
cukup stabil mendorong peningkatan aliran investasi asing. 94 Pada TW2-14, produksi industri, khususnya manufaktur sempat tertahan akibat memanasnya situasi geopolitik antara Vietnam dengan Tiongkok terkait pengeboran lepas pantai senilai USD1 miliar milik Tiongkok di zona teritorial Vietnam. Ketegangan tersebut bahkan mengakibatkan demonstrasi anti-Tiongkok yang kemudian berujung pada penyerangan sejumlah pabrik di kawasan industri Vietnam.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
����� ��
������ ���������������������������
�������� ��
�����������������
��
��
����
����� ����
������������������ ����������� ����������
����
����
����
�� ��
�� �
��
�
��
����
��� �
����
����
���
�����
�� ��
���
�
��� �
� ����
�
��
�
� ����
�
��
�
� ����
�
�����������������
Grafik 1.125 Produksi Industri
�����
����� ����� �
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����
�����������������
Grafik 2.126 Neraca Perdagangan
Dengan kinerja ekonomi Vietnam yang
11,1% di Januari-September 2014 dengan
positif, lembaga rating Fitch meningkatkan
kontribusi paling besar diberikan oleh bahan
sovereign rating Vietnam sebesar satu notch
baku produksi. Pergerakan ekspor yang
menjadi BB- (sebelumnya BB+) pada November
meningkat lebih tinggi dibandingkan impor
2014. Peningkatan rating tersebut menyusul
menyebabkan surplus neraca perdagangan
langkah Moody’s yang meningkatkan senior
melebar menjadi USD443 juta dari USD390
unsecured bond rating Vietnam sebesar satu
juta pada TW2-14.
notch menjadi B1 (sebelumnya B2) di Juli 2014.
Konsumsi yang cenderung tertahan menyebabkan terjadinya pelemahan inflasi.
Perbaikan aktivitas investasi berdampak
Rata-rata inflasi TW3-14 menurun ke level
positif pada kinerja sektor eksternal di TW3-14.
4,3% yoy dari 4,7% di TW2-14. Selain faktor
Sepanjang Januari-September 2014, ekspor
permintaan, pelemahan tersebut juga dipicu
tumbuh 14,1% dari periode yang sama di
oleh tekanan pada sisi penawaran akibat
tahun sebelumnya. Kinerja ekspor yang positif
harga makanan dan transportasi yang terus
tidak terlepas dari permintaan mitra dagang
menurun. Harga bahan makanan mengalami
utama, seperti AS, Eropa, dan Tiongkok yang
penurunan karena melimpahnya pasokan di
meningkat di tengah kondisi permintaan global
pasar. Sementara harga transportasi semakin
yang relatif lesu. Peningkatan ekspor terutama
menurun seiring pelemahan harga minyak
terjadi pada komoditas kelompok industri berat
dunia sehingga memicu penyesuaian harga
dan mineral (telepon dan komponennya, serta
bahan bakar pada triwulan laporan95.
minyak mentah), industri ringan (alas kaki dan pakaian), dan pertanian (hasil perikanan dan kayu lapis). Sementara itu, impor tumbuh
95 Harga makanan pada TW3-14 melemah ke 4,5% yoy dari 4,8% di triwulan sebelumnya. Pelemahan yang signifikan juga tercatat pada komponen transportasi yang semakin menurun ke 2,0% dari 3,7% di TW2-14.
101
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
�
����� �� ��
�������
��
������������������ �������������������
��� ���������������� ������������������� �������� �����
�� ��
������������ ������������������ ������������
��
��������������������� ��������������
����� ����� ����� ����� �����
��
�����
��
�����
��
��
����� �����
��
�
�����
�
�����
� �
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
� � ����
�
�
�
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
�����
�����������������
�����������������
Grafik 2.127 Inflasi
Grafik 2.128 Suku Bunga Kebijakan
SBV telah melakukan serangkaian
VND maupun USD. Batas atas bagi simpanan
kebijakan untuk mendorong pertumbuhan
dalam denominasi VND diturunkan menjadi
ekonomi. Selama TW3-14, SBV mempertahankan
5,5% dari 6%. Sementara itu, bagi simpanan
stance kebijakan moneter yang akomodatif
dalam denominasi USD, batas atas diturunkan
dengan base rate tetap di level 9%. Discount
menjadi 0,75% dari 1%. Sektor pertanian dan
rate dan refinancing rate juga dipertahankan
industri pendukung ekspor akan menjadi dua
masing-masing di level 4,5% dan 6,5% untuk
sektor yang diutamakan untuk memperoleh
menggenjot penyaluran kredit perbankan dan
kredit perbankan.
mendorong peningkatan konsumsi. Namun demikian, penyaluran kredit perbankan dan peningkatan konsumsi belum sesuai harapan karena tertahan oleh masalah tingginya kredit macet96.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, SBV juga telah menyetujui tambahan kredit lunak97 senilai VND2 triliun (USD90,42 juta) di Oktober 2014 untuk pembangunan sektor pertanian. Program kredit lunak ini bertujuan
Selanjutnya untuk meningkatkan kredit
untuk membangun keterkaitan finansial bagi
perbankan, SBV kembali mengeluarkan
pengusaha dan petani karena terdapat gap
kebijakan moneter akomodatif di penghujung
teknologi antara sektor pertanian dan sektor
Oktober 2014 berupa pemangkasan batas atas
manufaktur yang mendominasi perekonomian
deposit rate bagi simpanan jangka pendek (periode 1 s.d. 6 bulan), baik dalam denominasi
96 Kredit perbankan hanya tumbuh sebesar 7,26% per September 2014, padahal target pemerintah di 2014 adalah sebesar 12%14%. Sementara itu, rasio kredit macet mencapai 3,88% hingga September 2014.
102
97 Program pendanaan ini merupakan lanjutan dari dua paket kucuran kredit senilai VND2,7 triliun sebelumnya. Pemberian kredit bagi pengembangan pertanian ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Vietnam yang tertuang dalam Government’s Resolution 14/NQ-CP yang diluncurkan pada Maret 2014. Sembilan belas pilot project yang menerima kredit tersebut akan dilaksanakan di 16 kota di Vietnam Selatan, yang merupakan daerah sentral pertanian.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Vietnam. Kucuran pinjaman tersebut
sehingga masih tersisa VND103 triliun untuk
diberikan bagi 19 proyek usulan (pilot project)
mencapai target pembelian di 2015.
pengembangan pertanian Vietnam yang turut diprakarsai oleh Kementerian Pertanian dan Pembangunan Desa serta Kementerian Sains dan Teknologi.
Pemerintah Vietnam terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhir Oktober 2014, Perdana Menteri Nguyễn Tấn Dũng mengumumkan pembentukan
Selanjutnya SBV juga menetapkan
Kelompok Kerja untuk mempercepat privatisasi
suku bunga kredit jangka pendek sebesar 7%
BUMN99 yang selama ini tersendat. Kelompok
yang diperuntukkan bagi pembelian pupuk,
kerja terdiri dari perwakilan Kementerian
bibit, dan peralatan pertanian. Sementara
Keuangan, Komisi Sekuritas Negara, dan dua
itu, SBV menetapkan suku bunga kredit
bursa saham yang berada di Hanoi dan Ho
jangka menengah dan panjang masing-
Chi Minh. Mereka akan bertugas memantau
masing sebesar 10% dan 10,5% yang
persiapan BUMN untuk melakukan Initial
dikhususkan bagi pengembangan model
Public Offering agar target privatisasi 400
pertanian berteknologi tinggi. Penetapan
BUMN di 2015 dapat tercapai. Pemerintah juga
suku bunga oleh SBV tersebut menunjukkan
berencana menurunkan corporate income tax
kuatnya komitmen otoritas moneter bagi
menjadi 20% dari 25% per 1 Januari 2016
sektor pertanian. Sebelum penetapan suku
untuk mendorong investasi.
bunga tersebut, rata-rata suku bunga kredit selama 2014 berkisar antara 8%-12%.
Otoritas Vietnam menetapkan target pertumbuhan PDB pada level moderat, yaitu
Upaya Otoritas Vietnam untuk
sebesar 5,8% yoy di 2014 dan 6,2% di 2015.
mengatasi masalah kredit macet juga terus
Estimasi tersebut lebih optimis dibandingkan
dilakukan melalui pembelian aset bermasalah
Consensus Forecast100 yang memproyeksikan
oleh Vietnam Asset Management Company
pertumbuhan ekonomi negeri penghasil kopi
(VAMC) . Pembelian aset dilakukan dengan
tersebut hanya mencapai 5,6% di 2014 dan
menerbitkan special bond yang kemudian
5,8% di 2015. Sementara itu, IMF dalam
dapat digunakan sebagai jaminan oleh
World Economic Outlook Oktober 2014
perbankan. Hingga akhir TW3-14, VAMC telah
memproyeksikan ekonomi Vietnam akan
membeli aset bermasalah senilai VND97 triliun,
tumbuh sebesar 5,5% di 2014 dan 5,6% di
98
2015. 98 Pada masa booming ekonomi di 2004-2007, perbankan Vietnam memberikan kredit dalam jumlah yang besar. Kredit tersebut kemudian digunakan oleh pihak swasta dan BUMN untuk berinvestasi di bidang real estate. Namun krisis finansial 2008 telah mendorong suku bunga pinjaman naik 25% sehingga menimbulkan real estate bubble dan kesulitan pembayaran yang berujung pada tingginya kredit macet. Untuk mengatasinya, SBV mendirikan VAMC yang mulai beroperasi sejak Juli 2013.
99 Privatisasi sejumlah BUMN merupakan salah satu program Perdana Menteri Nguyen Tan Dung untuk mendorong perekonomian yang tumbuh di bawah 7% dalam tujuh tahun terakhir. Program privatisasi di 2014 berlangsung lesu, dengan total 71 BUMN yang menjual sahamnya per September, dari target 200 perusahaan hingga akhir tahun. 100 Oktober 2014.
103
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Ke depan, perekonomian Vietnam masih
masih lemah, sementara konsumsi tertahan.
dibayangi oleh sejumlah downside risk, baik
Upaya pemerintah memberikan keringanan
yang berasal dari internal maupun eksternal.
pajak pembelian produk tertentu untuk
Ketergantungan yang tinggi terhadap sektor
mendongkrak konsumsi belum membuahkan
eksternal, khususnya Tiongkok berpotensi
hasil maksimal. Daya beli masyarakat tergerus
menekan pertumbuhan ekonomi. Tiongkok
oleh inflasi tinggi hingga di atas target bank
merupakan negara tujuan ekspor kedua bagi
sentral. Untuk merespon peningkatan harga
produk manufaktur Vietnam. Proses rebalancing
dan menggiring ekspektasi inflasi, Banco
negeri tirai bambu yang tengah berlangsung
Central do Brasil (BCB) terpaksa menaikkan suku
dapat menyebabkan turunnya aktivitas
bunga sebesar 25 bps menjadi 11,25%. Hal ini
perdagangan dengan Vietnam. Oleh karena itu,
sesuai dengan komitmen otoritas moneter
Vietnam harus mampu melakukan diversifikasi
Brazil yang lebih mengutamakan kestabilan
pasar ekspor. Tantangan bagi perekonomian
dibandingkan pertumbuhan ekonomi (stability
juga datang dari dalam negeri berupa tingginya
over growth).
kredit macet yang menghambat penyaluran kredit perbankan. Ketatnya kredit berpotensi menyebabkan aktivitas konsumsi dan investasi tertahan sehingga sulit untuk mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan. Masalah utang publik101 yang terus meningkat juga perlu diwaspadai meski menurut otoritas Vietnam rasio utang publik terhadap PDB masih berada dalam batas toleransi.
Pasar keuangan Brazil sempat mengalami fluktuasi menjelang pemilihan presiden di Oktober 2014. Bahkan, pasca terpilihnya Presiden Dilma Roussef, indicator pasar keuangan terpantau kembali melemah karena Dilma dianggap tidak pro pasar. Isu normalisasi suku bunga the Fed juga berpotensi kembali menurunkan nilai tukar real Brazil. Selain risiko di pasar keuangan, Brazil juga dihadapkan pada tantangan investasi yang rendah, inflasi
B.9. Brazil Memasuki paruh kedua 2014, perekonomian Brazil belum mengalami perbaikan yang solid. Pertumbuhan ekonomi TW3-14 diperkirakan tumbuh di level yang rendah setelah terkontraksi 0,9% yoy di triwulan sebelumnya. Aktivitas investasi
tinggi, infrastruktur yang buruk dan daya saing produk yang lemah. Mempertimbangkan risiko tersebut, IMF merevisi ke bawah pertumbuhan PDB Brazil di 2014 dan 2015 masing-masing menjadi 0,3% dan 1,4% yoy. Sedangkan BCB cenderung lebih optimis dengan memprediksi pertumbuhan ekonomi Brazil di 2014 sebesar 0,7%, untuk kemudian meningkat di 2015 menjadi 1,2%.
101 Permasalahan utang publik Vietnam merupakan imbas dari kecerobohan dan inefisiensi BUMN dalam melakukan investasi, terutama pada masa booming ekonomi 2004-2007. Rasio utang publik di 2014 diperkirakan mencapai 60,3% dari PDB dan masih berada di bawah batas aman (65%).
104
Terkait inflasi, IMF dan BCB memiliki pandangan yang sama bahwa inflasi 2014 masih berada di kisaran tinggi yaitu 6,3%. Dengan berbagai
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
permasalahan tersebut, pemerintahan baru
Brazil telah terkontraksi selama dua triwulan
diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan
berturut-turut masing-masing minus 0,2%
yang mampu meningkatkan pertumbuhan
qoq di TW1-14 dan minus 0,6% qoq di
ekonomi Brazil dan mengatasi masalah yang
TW2-14. Dengan kontraksi selama dua
belum terselesaikan.
triwulan tersebut, perekonomian Brazil dapat
Pasca euphoria penyelenggaraan Piala
dikatakan mengalami technical recession.
Dunia102, ekonomi Brazil diperkirakan masih
Aktivitas investasi masih terpuruk
akan mengalami pelemahan. Prediksi semula
dengan produksi industri dan PMI Manufaktur
bahwa menjadi tuan rumah Piala Dunia
yang menurun. Tren kedua indikator tersebut
akan mendatangkan manfaat ekonomi,
juga menurun selama dua bulan terakhir.
ternyata jauh dari kenyataan. Investasi semakin
Rerata produksi industri TW2-14 terkontraksi
terpuruk, sementara konsumsi swasta dan
sebesar 3,8% yoy, dari periode sebelumnya
pemerintah tidak dapat mengompensasi
yang terkontraksi 5,2%. Sedangkan PMI
pelemahan investasi tersebut. Akibatnya
Manufaktur masih tercatat di teritori negatif
pertumbuhan ekonomi negeri Samba pada
sebesar 49,5, meski telah mengalami sedikit
TW3-14 diperkirakan tumbuh rendah setelah
perbaikan dari triwulan sebelumnya (48,9).
terkontraksi di triwulan sebelumnya.
Penurunan output dan new order menjadi
Pada TW2-14, pertumbuhan PDB Brazil secara mengejutkan terkontraksi 0,9% yoy, menurun drastis dari 1,9% di TW1-14. Bahkan secara kuartalan, pertumbuhan PDB
����� ��
� �
Brazil. Secara umum, aktivitas investasi Brazil masih sulit bangkit dari keterpurukan karena masih adanya sejumlah permasalahan seperti
����� �������� ������������������� �������������������� ����������������������������� ������������ ������������
�
faktor utama terkoreksinya PMI Manufaktur
����� �� �� ��
������
��
��
���������������������� �������������������
��
��
�����������������
��
��
��
�� �
�
��
�
�
�� �
��
���
��
��
���
���
���������������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
�� �� �� � �
� � �� � � � �� � � � �� � � � �� � � � ���� ���� ���� ���� ����
������������������������������
Grafik 2.129 PDB Brazil
Grafik 2.130 Indikator Investasi
102 Piala dunia berlangsung tanggal 12 Juni – 13 Juli 2014.
105
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
pajak tinggi, ketentuan ketenagakerjaan yang
yang tergerus inflasi tinggi, pertumbuhan
ketat, lemahnya daya saing, serta infrastruktur
ekonomi yang melambat, tingginya utang
yang kurang memadai.
rumah tangga. Masyarakat juga cenderung
Sejalan dengan pelemahan investasi, konsumsi Brazil juga mengalami penurunan. Indikator retail sales TW3-14 terkontraksi
menahan konsumsi seiring ketidakpastian hasil pemilu yang akan diselenggarakan pada 5 Oktober 2014.
sebesar 1% dari tumbuh 4,1% di triwulan
Sektor eksternal Brazil belum
sebelumnya. Kontraksi terdalam terjadi pada
menunjukkan perbaikan signifikan, seiring
Agustus 2014 yang mencapai 1,1%. Upaya
dengan ekspor yang cenderung stagnan
pemerintah dengan memberikan insentif pajak,
dan impor yang terkontraksi. Ekspor Brazil
tidak berdampak signifikan pada peningkatan
TW3-14 tidak mengalami perubahan yaitu
penjualan. Pada September 2014, pemerintah
hanya tumbuh 0,1% yoy, dari kontraksi 4,2%
memberikan kelonggaran pajak berupa tax
di triwulan sebelumnya. Penurunan ekspor
breaks untuk pembelian minuman beralkohol
terutama terjadi pada produk komoditas
dan soft drinks pada September 2014.
seperti bijih besi dan aluminium, khususnya
Sebelumnya pada Juli 2014, pemerintah telah
ekspor ke China yang sedang mengalami
menghapuskan pajak pembelian peralatan
perlambatan ekonomi. Ekspor Brazil semakin
rumah tangga dan memperpanjang periode
terpuruk akibat penurunan harga komoditas
penurunan pajak pembelian kendaraan
di pasar global karena lesunya permintaan.
hingga akhir tahun 2014. Namun demikian,
Pada periode laporan, impor juga mengalami
upaya tersebut belum berdampak signifikan
kontraksi sebesar 0,3%, meski sedikit membaik
dalam mendongkrak penjualan. Penjualan
dari periode sebelumnya yang menurun
ritel masih terus menurun karena daya beli
6,6% di TW2-14. Impor yang terkontraksi
�����
������
�����
��
���
����
��
���
����
���
��
���
�
���
�
���
�
���
� � �����������������
�� � �
� � ����
��
������������������������ �
� � ����
��
�
� � ����
��
�
�����������������
Grafik 2.131 Penjualan Ritel
106
� ����
�
������ ����� ������������������
����
������������
����� ���� ����
����
������������
����
���� ����
����
����
����
����
���
����
���
�����
�����
���
�����
�����
���
�����
����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
�����������������
Grafik 2.132 Neraca Perdagangan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
mencerminkan rendahnya konsumsi dan
Inflasi Brazil kembali tumbuh meningkat
investasi domestik. Untuk mengatasinya,
dengan rata-rata TW3-14 sebesar 6,6%
Pemerintah Brazil menurunkan tarif impor
yoy, naik dari 6,4% di triwulan sebelumnya.
sejumlah komoditas antara lain mesin dan
Inflasi September yang telah mencapai
perlengkapan industri yang tidak diproduksi
6,8%, telah melampaui target BCB yaitu
di Brazil dari sekitar 14%-16% menjadi hanya
4,5%+2%, dan merupakan level tertinggi sejak
2% hingga akhir 2014 . Penurunan pajak ini
Oktober 2012. Peningkatan inflasi terutama
diharapkan dapat mendorong industri semen,
dipengaruhi oleh kenaikan harga makanan
smartphone, oil and gas, serta pengolahan bijih
khususnya harga daging. Selain itu, kenaikan
besi. Surplus neraca perdagangan TW3-14 juga
inflasi juga disebabkan oleh peningkatan
semakin menurun menjadi USD1,8 miliar, dari
harga perumahan, transportasi dan pakaian.
USD3,6 miliar di triwulan sebelumnya.
Infrastruktur yang buruk menjadi penyebab
103
Pelemahan kinerja perdangangan Brazil menyebabkan current account deficit semakin melebar. Defisit neraca berjalan pada TW3-14 tercatat mencapai USD19,4 miliar, dari periode sebelumnya USD18,2 miliar. Dengan perkembangan tersebut, rasio current account deficit terhadap PDB akan berada di kisaran 3,7% PDB, relatif tidak berubah dibandingkan periode sebelunnya.
tingginya biaya transprotasi dan bahan pangan di Brazil. Secara umum, Brazil masih kesulitan keluar dari jebakan inflasi tinggi mengingat tingkat pendapatan yang membaik belum sepadan dengan perbaikan di sisi produksi sehingga terjadi kelebihan permintaan. Inflasi tinggi tersebut dikhawatirkan semakin menekan investasi yang sudah dalam tren menurun, menggerus daya beli konsumen dan memperlemah pertumbuhan ekonomi.
�����
��������
�
����� �
��
�����
��
�����
��
�����
��
����
�����
��
��
�����
�
����
�����
�
�����
�
�����
�
���� ��
�� ���������������������������� �����������������������������
���� �� ��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
��
�� ����
�� �� ����
�����������������
Grafik 2.133 Current Account
�����
�
������
��
��� ��������
���� �����������������
������� ���������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.134 Inflasi
103 Penurunan pajak berlaku sejak Juni 2014.
107
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tekanan inflasi yang sempat bertahan
terpilihnya Dilma Rousef sebagai Presiden Brazil
di dalam rentang target hingga Agustus 2014,
untuk kedua kalinya, indikator pasar keuangan
menjadi pertimbangan bagi bank sentral
belum mengalami perbaikan. Kemenangan
untuk mempertahankan suku bunga Selic
tersebut direspon negatif oleh pasar karena
rate di level 11% selama TW3-14 . Namun
Dilma dianggap sebagai presiden yang kurang
demikian, tingkat inflasi September 2014
pro pasar dibandingkan rivalnya yaitu Aecio
yang mencapai 6,8% - lebih tinggi dari target
Neves.
104
– mendorong BCB untuk kembali menaikkan suku bunga pada MPC Oktober 2014 sebesar 25 bps menjadi 11,25%. Keputusan tersebut sejalan dengan komitmen otoritas moneter yang lebih mengutamakan kestabilan ekonomi dibandingkan pertumbuhan.
Perekonomian Brazil ke depan diperkirakan tumbuh lebih rendah dari tahun 2013 yaitu 2,5% yoy. IMF merevisi ke bawah pertumbuhan PDB Brazil di 2014 menjadi 0,3% (dari 0,4%), dan 1,4% (dari 2%) di 2015. Sedangkan BCB cenderung lebih optimis
Pasar keuangan Brazil selama periode
dengan memprediksi pertumbuhan ekonomi
laporan sempat mengalami fluktuasi terutama
Brazil 2014 sebesar 0,7%, dan meningkat
menjelang pelaksanaan pemilihan presiden.
menjadi 1,2% pada 2015.
Persaingan yang cukup ketat antara presiden petahana Dilma Rousef dengan lawan politiknya menimbulkan ketidakpastian. Nilai tukar Real Brazil mengalami pelemahan, diikuti oleh penurunan indeks saham. Bahkan, pasca
Terkait dengan tekanan harga, BCB dan IMF memiliki estimasi yang hampir sama mengenai inflasi Brazil. BCB memperkirakan inflasi Brazil pada 2014 akan tumbuh 6,3%, dan perlahan menurun ke 5,8% di 2015. �������
��
���������������
���
��������������
��
�������������
���
��
���
� �
� �
���
�������������������������
���
� �
��� � �
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
�
� � �� ����
� � ����
�����������������
Grafik 2.135 Suku Bunga dan Inflasi
104 Suku bunga dipertahankan sejak April 2014 .
108
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ���� �����������������
Grafik 2.136 Nilai Tukar
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Sementara IMF memprakirakan tekanan inflasi
signifikan mengingat track record pada periode
di 2014 sebesar 6,3% dan 5,9% di 2015.
sebelumnya yang kurang menggembirakan.
Sejumlah tantangan berat mesti dihadapi oleh Brazil untuk mencapai target pertumbuhan ekonominya. Tantangan domestik yang mesti dihadapi Brazil adalah terhambatnya kinerja investasi oleh kebijakan moneter ketat yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi inflasi. Terpilihnya kembali Presiden Dilma diperkirakan
Sedangkan tantangan eksternal yang harus diwaspadai adalah normalisasi kebijakan suku bunga the Fed yang dapat memicu terjadinya capital outflow. Rakyat menaruh harapan besar kepada pemerintahan baru untuk mengatasi permasalahan yang masih membebani agar dapat tumbuh lebih tinggi.
belum akan mendongkrak ekonomi Brazil secara
109
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
110
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas
BAB
3 Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Perkembangan pemulihan ekonomi yang berjalan secara lambat dan tidak berimbang – antara negara maju dan negara berkembang – berpengaruh kuat pada perkembangan pasar keuangan di masing-masing negara. Pasar saham dan obligasi di negara maju diwarnai oleh peningkatan harga aset keuangan (cenderung bullish), sementara di negara berkembang terjadi perkembangan yang lebih bervariasi. Meskipun demikian, pola pergerakan harga aset cenderung searah, yaitu cenderung meningkat di awal TW3-14 namun terkoreksi di akhir triwulan akibat mulai meningkatnya faktor risiko (pemulihan ekonomi dan exit UMP di AS dan UK). Sementara itu, perkembangan di pasar komoditas cenderung lebih gloomy. Pemulihan ekonomi yang berjalan lambat dan melemahnya perekonomian Tiongkok berdampak signifikan pada lemahnya permintaan global. Hal ini selanjutnya berdampak pada menurunnya harga berbagai komoditas, termasuk harga minyak. Selain itu, menurunnya harga minyak juga didorong oleh faktor persaingan dagang dan eskalasi politik global.
A. PASAR KEUANGAN Perkembangan pasar keuangan masih
Kondisi likuiditas global yang
bervariasi sepanjang TW3-14, baik antar pasar
masih berlimpah dan mengalir ke negara
keuangan maupun antar negara. Faktor-faktor
berkembang cenderung menjadi faktor
yang berpengaruh tetap didominasi oleh
pendorong meningkatnya harga aset finansial
faktor risiko dan aliran modal – terutama ke
(saham dan obligasi), baik di negara maju
negara berkembang –serta faktor fundamental
maupun di negara berkembang. Proses
ekonomi, termasuk progres pemulihan
pemulihan ekonomi yang masih berlanjut
ekonomi.
juga memberikan sentimen positif di pasar
111
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
keuangan, meskipun pelemahan ekonomi di beberapa negara berdampak negatif di pasar keuangan negara tersebut.
������
������ �
�� ��� �����������
��
���
��
Namun demikian, faktor risiko cenderung meningkat di akhir triwulan akibat ekspektasi exit Unconventional Monetary Policy
��� �� ��� ��
(UMP) di AS dan Inggris. Hal ini menimbulkan
�
sentimen negatif sehingga harga saham dan
�
obligasi terkoreksi cukup tajam. Koreksi harga ini menjadikan hasil akhir pergerakan harga
��� ��������
�
�����������������
aset keuangan sepanjang TW3-14 sangat
Grafik 3.1 Indikator Risiko
bervariasi.
A.1. Pasar Saham
�����������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ����
ditutup melemah pada akhir TW3 – di level 6622 dari 6744 di akhir TW2 – meski secara
Pasar saham global cenderung membaik
rata-rata relatif tetap. Di Kawasan Euro, indeks
sepanjang TW3-14, didorong oleh likuiditas
harga saham bergerak melemah di awal
global yang masih melimpah. Likuiditas yang
TW3-14 dan kembali meningkat menjelang
terus digelontorkan oleh negara maju selain
akhir triwulan sehingga secara point to point
mendorong kenaikan harga saham domestik
relatif tetap. Namun, secara rata-rata harga
juga mengalir ke negara berkembang sehingga
saham Kawasan Euro cenderung menurun. Di
mendorong naik harga saham di negara-negara
AS, harga saham meningkat di berbagai bursa
tersebut. Akan tetapi, sejak akhir Agustus 2014
saham, baik di bursa utama maupun di bursa
muncul tekanan yang mengoreksi harga saham
paralel (Nasdaq). Indeks harga saham di Jepang
dengan cukup signifikan. Tekanan tersebut
juga meningkat cukup tinggi yang didorong
bersumber dari kembali meningkatnya faktor
oleh kembali masuknya investasi carry trade
risiko sejalan dengan ekspektasi exit UMP
meskipun kondisi perekonomian cenderung
di negara maju (AS dan Inggris). Namun
melemah.
demikian, pergerakan harga saham secara keseluruhan di TW3-14 tetap meningkat.
Harga saham di negara berkembang juga cenderung meningkat, bahkan dengan
Di negara maju terjadi perkembangan
peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan
yang bervariasi, dimana harga saham di Inggris
harga saham yang cukup tajam terjadi di bursa
dan Kawasan Euro cenderung melemah,
Shanghai (Tiongkok) dimana harga saham
sementara di AS dan Jepang cenderung
sepanjang TW3-14 meningkat sebesar 15,4%
meningkat. Indeks harga saham di Inggris
secara point to point (akhir TW3 dibanding akhir
112
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas
��� ����� ���� ��� ��� �������� ����� ��������� ������ ���� �������� ������ ������� ����
��������
��������� ��������������
���������
���������
��������������
�������� �������� ��������� ����� �������� ������ ������� �������� ������ �������
�����
����
����
�����
�����
����� �
�����������������
�����
�����
�����
����
����
���� ���
�����������������
Grafik 3.2 Perkembangan Harga Saham TW3-14
Grafik 3.3 Perkembangan Yield Obligasi Pemerintah TW3-14
TW2) atau 7,6% secara rata-rata triwulanan
cukup signifikan sepanjang TW3-14 dialami
(rata-rata TW3 dibanding rata-rata TW2).
oleh obligasi pemerintah negara-negara
Korea yang perekonomiannya cenderung
Eropa, seperti Perancis (turun lebih dari 40
melemah juga mengalami peningkatan harga
bps), Jerman (30 bps) dan Inggris (14 bps).
saham. Sementara itu, harga saham di bursa
Yield obligasi pemerintah AS dan Jepang juga
saham ASEAN juga meningkat, kecuali di
menurun, namun dengan penurunan yang
Malaysia. Indeks harga saham Malaysia secara
lebih moderat. Secara rata-rata, yield AS turun
rata-rata tergerus 1,9%, namun secara point to
sebesar 12 bps dan secara point to point turun
point relatif tetap. Selain Malaysia, penurunan
tipis 4 bps. Penurunan yield AS yang moderat
harga saham juga terjadi di bursa saham Hong
disebabkan oleh mulai meningkatnya suku
Kong (Tiongkok) dimana harga saham secara
bunga jangka panjang AS.
point to point menurun 1,1%, namun secara rata-rata masih menunjukkan peningkatan sekitar 6,7%.
Yield obligasi pemerintah di negara berkembang bergerak lebih bervariasi. Yield di Tiongkok, Korea dan Malaysia mengalami penurunan baik secara point to point maupun
A.2. Pasar Obligasi Pemerintah
rata-rata. Dalam hal besaran penurunan, penurunan yield di Korea (lebih dari 30 bps)
Berbeda dengan harga saham, harga
relatif lebih besar dibanding penurunan yield
obligasi pemerintah negara maju cenderung
di Malaysia (12 bps) dan Tiongkok (kurang
meningkat namun cukup bervariasi di negara
dari 4 bps). Tingginya penurunan yield obligasi
berkembang. Peningkatan harga obligasi di
pemerintah Korea sejalan dengan penurunan
negara maju ditunjukkan oleh penurunan
suku bunga kebijakan oleh Bank of Korea.
yield obligasi. Penurunan yield obligasi yang
Penurunan yield secara point to point juga
113
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
terjadi pada obligasi Pemerintah Thailand (26 bps) meskipun secara rata-rata meningkat sebesar 5 bps. Di sisi lain, yield obligasi Pemerintah Indonesia justru mengalami peningkatan sepanjang TW3-14. Secara point to point yield meningkat 31 bps dan secara rata-rata meningkat 16 bps. Peningkatan yield terjadi menjelang akhir TW3-14 dimana faktor risiko cenderung meningkat dan investor asing melepas obligasi pemerintah yang dimilikinya. Selain Indonesia, peningkatan yield juga
���������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
���������
��������� ��������������
������
�����
����
����
����� �
�����������������
Grafik 3.4 Perkembangan Nilai Tukar Beberapa Mata Uang TW3-14
dialami oleh obligasi Pemerintah Singapura dan Filipina dimana masing-masing meningkat 15 bps dan 18 bps.
dolar AS, meskipun secara rata-rata sedikit terdepresiasi. Namun demikian, renminbi Tiongkok mengalami depresiasi terhadap dolar
B. PASAR VALUTA ASING Perkembangan nilai tukar berbagai mata uang sangat bervariasi namun pergerakannya sangat dipengaruhi oleh aliran modal. Sejalan dengan aliran modal yang masih mengalir deras ke negara berkembang, nilai tukar mata uang negara berkembang cenderung menguat terhadap dolar AS. Sebaliknya, nilai tukar mata uang negara maju cenderung melemah, kecuali Jepang.
AS yang disebabkan oleh kinerja ekspor dan ekonomi secara keseluruhan yang cenderung melemah. Berbeda dengan mata uang negara berkembang, nilai tukar euro dan poundsterling Inggris bergerak melemah sepanjang TW3-14. Secara rata-rata euro dan poundsterling terdepresiasi 3,4% dan 0,8% terhadap dolar AS. Namun, secara point to point kedua mata uang tersebut terdepresiasi lebih tajam, yaitu masing-masing sebesar 7,8%
Nilai tukar rupiah (Indonesia) dan rupee
dan 5,2%. Sementara itu, yen Jepang justru
(India) menguat terhadap dolar AS, baik secara
menguat terhadap dolar AS, yaitu sebesar
point to point (masing-masing terapresiasi
8,2% (point to point) dan 1,8% (rata-rata).
2,6%) maupun secara rata-rata (masing-
Apresiasi yen didorong oleh kembali masuknya
masing terapresiasi 1,3%). Won Korea, peso
investasi Jepang di luar negeri (carry trade)
Filipina, dolar Singapura dan baht Thailand
akibat meningkatnya faktor risiko menjelang
secara point to point juga terapresiasi terhadap
akhir TW3-14.
114
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas
C. PASAR KOMODITAS
Penurunan harga minyak diikuti oleh turunnya
Perkembangan ekonomi di berbagai
harga gas dan batubara.
negara yang cenderung stagnan sepanjang
Anjloknya harga minyak disebabkan
TW3-14 menunjukkan masih lemahnya
oleh pasokan minyak yang terus meningkat,
permintaan global. Hal ini juga tercermin
namun permintaannya justru melemah sejalan
pada harga sebagian besar komoditas yang
dengan lambatnya pemulihan ekonomi global.
cenderung menurun. Penurunan harga terjadi
Pasokan minyak yang meningkat juga diwarnai
pada kelompok komoditas energi (minyak,
oleh faktor ‘perang dagang’ dan ‘perang
gas dan batubara) dan komoditas pertanian
ekonomi’ antara beberapa negara. Booming
(makanan), serta beberapa komoditas metal.
shale oil/gas di AS telah memacu produksi
Penurunan harga komoditas energi disebabkan oleh jatuhnya harga minyak. Setelah sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang tahun 2014 (s/d September 2014) di level US$108 per barel di pertengahan Juni 2014, harga minyak menurun cukup drastis mencapai US$93,2 per barrel (varian Brent)
energi domestik sehingga permintaan minyak AS – terutama ke Arab Saudi – menurun drastis. Arab Saudi, yang berupaya mempertahankan market share-nya terus membanjiri pasokan di pasar minyak dunia. Selain itu, Arab Saudi juga memberikan diskon harga pada customer-nya di Asia Pasifik dan juga di AS.
di akhir September 2014 – dari US$111,3 di
Akibat pasokan yang meningkat 1
awal TW3-14. Selanjutnya, harga minyak masih
sementara permintaan masih melemah,
menurun mencapai US$85,9 per barel di akhir
harga tertekan dan menurun drastis mencapai
Oktober 2014. Secara rata-rata, harga minyak
US$83,1 per barrel di pertengahan Oktober
(Brent) turun 6,9% dari US$109,8 per barel
2014. Level harga minyak tersebut bahkan
pada TW2 menjadi US$102,2 pada triwulan ini.
telah berada di bawah harga ‘break event point’ pada anggaran pemerintah di banyak
����� ������ �������� ���� ������� ����� ���� ��� ���� ������ ���� ������ ��������� ���� ��������������� ����������������� �����
negara, termasuk Saudi Arabia (sekitar US$100 ���������
per barrel). Meskipun demikian, Arab Saudi
��������������
tidak mengurangi produksi minyaknya untuk menahan penurunan harga minyak yang dapat merugikan anggaran pemerintah. Hal ini ditengarai merupakan upaya Arab Saudi untuk menggusur shale oil/gas dari pasar �����
�����
���
����
���� �
karena dengan level harga minyak yang rendah
�����������������
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas TW3-14
1
Pada saat yang sama, pasokan minyak dari Irak dan Libya yang sebelumnya terkendala oleh pemberontakan di dalam negeri juga mulai kembali masuk ke pasar.
115
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
tersebut investasi dan produksi shale oil/gas
beberapa komoditas mengalami kenaikan
menjadi tidak menguntungkan lagi2.
harga, termasuk kopi dan cocoa. Harga kopi
Di sisi lain, AS juga tidak berupaya untuk menstabilkan atau menaikkan kembali harga minyak dengan mengurangi produksi minyaknya. Hal ini ditengarai merupakan intensi AS untuk ‘menghukum’ Russia terkait dengan krisis Ukraina. Harga minyak yang
meningkat sekitar 8,2% (point to point), sementara harga cocoa meningkat sekitar 5%. Melonjaknya harga kopi disebabkan oleh menurunnya pasokan kopi dari Brazil akibat bencana banjir yang merusak perkebunan kopi.
rendah diperkirakan akan melumpuhkan Russia
Harga komoditas metal juga cenderung
yang perekonomiannya ditopang oleh ekspor
mengalami penurunan. Penurunan yang
minyak dan gas. Sepanjang triwulan ini dimana
tajam terjadi pada harga nikel (secara point to
harga minyak menurun drastis, perekonomian
point turun 14,3%), timah (10%) dan emas
Russia melambat menjadi 0,7% (dari 0,8%
(9%). Tembaga dan timbal juga mengalami
di TW2).
penurunan, masing-masing sebesar 5% dan
Perkembangan harga komoditas pertanian pada umumnya mengalami penurunan. Harga komoditas jagung, gandum, dan kedelai mengalami penurunan cukup signifikan sepanjang TW3-14, yaitu di atas 10% (qoq). Harga jagung menurun tajam sekitar 24%, baik secara rata-rata maupun secara point to point. Harga gandum menurun sekitar 20%. Harga kedelai menurun sekitar 21% secara point to point dan sekitar 15% secara rata-rata. Komoditas lain yang juga mengalami penurunan harga adalah komoditas beras (rata-rata sekitar 9%) dan CPO (13%). Penurunan harga terutama disebabkan oleh hasil panen yang cukup baik. Namun demikian,
2
Level harga minyak di sekitar US$70 – 80 per barrel diperkirakan akan menjadikan produksi dan investasi shale oil/gas tidak menguntungkan lagi.
116
3,4% (point to point). Penurunan harga komoditas metal lebih banyak dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian Tiongkok yang merupakan pengimpor produk metal terbesar di dunia. Tiongkok mengkonsumsi lebih dari 50% produksi metal di dunia. Khusus emas, penurunan harga emas disebabkan oleh kondisi pasar keuangan yang lebih kondusif dan investor yang lebih berani mengambil risiko. Hal ini mendorong investor melepaskan sebagian investasinya pada komoditas emas yang merupakan safe haven investments. Namun demikian, beberapa produk metal masih mengalami kenaikan harga, yaitu zinc dan alumunium.
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
BAB
4 Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional Di tengah dinamika perekonomian global yang diliputi proses pemulihan yang belum merata dan pertumbuhan ekonomi tidak sepesat yang diharapkan, berbagai fora kerja sama terus memberikan perhatian terhadap upaya mempercepat pemulihan ekonomi global dan memitigasi downside risks yang mungkin terjadi, termasuk di sektor keuangan. Pembahasan dalam forum kerja sama regional tertuju pada langkah antisipatif dalam mengatasi risiko yang dihadapi dan upaya penguatan resiliensi kawasan. Upaya mengatasi risiko melalui penguatan resiliensi kawasan, salah satunya dilakukan melalui peningkatan status ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) dari perseroan terbatas berbadan hukum Singapura menjadi sebuah Organisasi Internasional. Peningkatan status AMRO diharapkan dapat lebih mengefektifkan perannya sebagai surveillance unit dalam konteks Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM). Upaya integrasi keuangan juga terus dilakukan di kawasan ASEAN. Kajian pengembangan dan integrasi pasar modal telah menghasilkan rekomendasi utama. Liberalisasi jasa keuangan baik intra-ASEAN melalui penandatanganan Protokol VI ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), maupun ASEAN dengan mitra dialog melalui skema Comprehensive Economic Partnership (CEPA/FTA) masih terus diupayakan. Sementara itu forum kerja sama EMEAP pada TW3-14 mengadakan diskusi melalui teleconference untuk membahas perkembangan terkini kondisi ekonomi dan keuangan di kawasan. Forum ini juga memberikan perhatian besar pada reformasi regulasi keuangan global yang berpotensi mempengaruhi stabilitas pasar keuangan dan efektivitas kebijakan moneter kawasan. Dalam konteks kerja sama multilateral, berbagai fora di tataran ini memfokuskan pembahasan pada isu perkembangan ekonomi global, serta saran kebijakan untuk pemulihan ekonomi yang lebih sustainable dan keuangan yang stabil. Untuk itu fora multilateral masih menitikberatkan pada pembahasan strategi pertumbuhan, peningkatan investasi, dan reformasi
117
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
regulasi sektor keuangan. Forum G-20 menekankan pentingnya strategi pertumbuhan yang diterapkan secara konsisten untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang ditargetkan bersama, dimana strategi tersebut secara berkala dinilai pencapaiannya oleh peer dan lembaga internasional yang kompeten. Sementara itu, IMF mengeluarkan Global Policy Agenda yang berisi pandangan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan oleh negara-negara di dunia dalam upaya mendorong pertumbuhan, membangun ketahanan, dan mencapai koherensi kebijakan yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi pemulihan dan stabilitas baik di tataran negara maupun global. Disamping itu IMF, sejalan dengan upaya mendorong penguatan ekonomi dan keuangan global serta untuk mencegah berulangnya krisis, terus berupaya memperbaiki kegiatan surveillance dengan review yang dilakukan setiap tiga tahun (Triennial Surveillance Review 2014), yang menghasilkan beberapa langkah prioritas untuk lima tahun ke depan. Lebih lanjut, dalam rangka menciptakan stabilitas moneter dan keuangan, Bank for International Settlements (BIS) menilai bahwa peran International Monetary System (IMS) masih memiliki kelemahan. Salah satu aspek yang disorot adalah dominasi USD sebagai mata uang internasional yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Untuk itu dipandang perlu untuk melakukan pergeseran penggunaan mata uang ke arah multipolar.
A. KERJA SAMA REGIONAL Kondisi perekonomian di beberapa kawasan yang masih lemah ditengah rencana normalisasi kebijakan moneter oleh Amerika Serikat dan downside risks yang masih
hasil diskusi, disimpulkan bahwa ketahanan fundamental ekonomi negara-negara anggota EMEAP tergolong resilient, namun tetap harus mewaspadai potensi risiko yang kemungkinan menghadang.
mengancam, menjadi topik pembahasan teleconference Deputi Gubernur negara EMEAP pada TW3-14. Downside risks dimaksud diantaranya adalah risiko normalisasi kebijakan
A.1. Penguatan Resiliensi Kawasan dengan Regional Financial Arrangement (RFA)
yang tidak harmonis (unsynchronized exit)
Upaya penguatan resiliensi kawasan
dari kebijakan moneter nonkonvensional
dalam menghadapi risiko ketidakpastian global
saat ini, ketidakseragaman respon kebijakan
dalam bentuk skema kerja sama keuangan
dari emerging market economies, serta
baik bilateral maupun multilateral masih
kecenderungan menghindari risiko dengan
terus dijajaki Indonesia dan negara ASEAN+3
cepat (run risk) dari pelaku pasar keuangan. Dari
lainnya. Chiang Mai Initiative Multilateralization
118
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
(CMIM)1, sebagai salah satu skema kerja sama,
berpotensi mempengaruhi pasar obligasi dan
telah diperkuat melalui peningkatan size of
efektivitas kebijakan moneter menjadi salah
pooling fund dan dilengkapi dengan fasilitas
satu perhatian forum kerja sama EMEAP.
pencegahan krisis (precautionary line) yang
Dalam hal ini, negara anggota berkoordinasi
telah berlaku efektif sejak 17 Juli 2014.
untuk menyampaikan pandangan mengenai
Berbagai upaya untuk menjamin kelancaran implementasi CMIM terus dilakukan, termasuk peningkatan status ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) dari semula berbentuk perseroan terbatas berbadan hukum Singapura menjadi sebuah Organisasi Internasional. AMRO diharapkan dapat lebih efektif menjalankan peran sebagai independent regional surveillance unit di
rencana reformasi regulasi yang dilakukan otoritas Amerika untuk membatasi penempatan dana oleh bank-bank Amerika. Berdasarkan hasil penelitian anggota EMEAP, rencana pengaturan tersebut dapat berdampak negatif terhadap pengembangan pasar keuangan di kawasan, terutama sovereign debt market dimana bank-bank Amerika saat ini merupakan pemain utama.
kawasan, setelah memiliki status setara dengan lembaga keuangan internasional lain seperti International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB). Peningkatan status AMRO secara resmi diperoleh melalui penandatanganan AMRO Agreement oleh seluruh negara anggota ASEAN+3 pada 10 Oktober 2014 di Washington, D.C, back-to-back dengan pelaksanaan IMF-WB Annual Meeting. Selanjutnya, AMRO Agreement tersebut akan melalui proses ratifikasi di masing-masing negara anggota ASEAN+3.
A.3. Pengembangan dan Integrasi Pasar Modal Kajian pengembangan dan integrasi pasar modal oleh seluruh ASEAN Member States (AMS) dan ASEAN Secretariat telah selesai dilakukan dengan menghasilkan tiga rekomendasi utama, yaitu: i) proses pengembangan dan integrasi pasar modal; ii) strategi untuk mencapai proses tersebut; dan iii) keterlibatan sektor swasta di dalamnya. Pertemuan ASEAN Working Committee on Capital Market Development (WC-CMD) dan ASEAN Capital Market Forum (ACMF) pada
A.2. Perkembangan Financial Regulatory Reforms di Regional Reformasi regulasi di bidang keuangan yang tengah berjalan, terutama yang dipandang 1
Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) merupakan inisiatif kerja sama keuangan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral antar negara ASEAN+3.
September 2014 membahas hasil rekomendasi tersebut. Terkait proses pengembangan dan integrasi pasar modal, hasil kajian merekomendasikan perlunya badan independen yang dapat mengawal berjalannya proses pengembangan dan integrasi pasar modal
119
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
ASEAN. Di samping itu, diharapkan terdapat
ditandatangani, sedangkan perundingan
monitoring sejauh mana Implementation Plan
jasa keuangan ASEAN dengan mitra dialog
dari inisiatif yang telah disepakati di ASEAN
(dalam kerangka Comprehensive Economic
Capital Market Forum (ACMF). Dalam kaitan
Partnership) masih terus bergulir. Upaya
ini, proses pengembangan dan integrasi
penguatan kerangka perdagangan jasa dalam
pasar modal ASEAN dapat dilakukan melalui
kerangka AFAS (AFAS Enhancement) dilakukan
pemanfaatan organ yang telah ada, sementara
dengan penyusunan konsep naskah hukum
monitoring dilakukan oleh ASEAN Integration
terkait perdagangan jasa di ASEAN untuk
Monitoring Office (AIMO).
melengkapi dasar hukum yang telah ada pada
Ter k a i t s t r a t e g i p e n g e m b a n g a n dan integrasi pasar modal, hasil kajian merekomendasikan penguatan regional credit rating, penyediaan infrastruktur dan harmonisasi regulasi. Upaya melalui Asian Bond Markets Initiative di forum ASEAN+3 serta ASEAN Capital Market Infrastructure Blueprint telah dilakukan dan masih perlu dilanjutkan dengan implementasi. Sementara itu, harmonisasi regulasi untuk pengembangan pasar modal perlu mendapatkan dukungan
sektor perdagangan barang (ASEAN Trade in Goods Agreement/ATIGA) dan investasi (ASEAN Comprehensive Investment Agreement/ACIA). Naskah tersebut diproyeksikan akan menjadi ASEAN Trade in Services Agreement (ATISA). Pembahasan liberalisasi jasa keuangan ASEAN secara intensif dilakukan dalam forum teknis Working Committee on Financial Services Liberalisation (WC-FSL), sementara untuk seluruh sektor jasa dilakukan dalam forum Coordinating Committee on Services.
kuat dari seluruh AMS. Kesadaran dan keterlibatan sektor swasta dalam integrasi dan pengembangan pasar modal perlu ditingkatkan, melalui kerja sama sektor pemerintah dengan sektor swasta. Berbagai inisiatif yang dilakukan sektor swasta dalam ASEAN Exchange dan mempromosikan ASEAN asset class perlu didukung regulasi di tingkat domestik masing-masing AMS.
A.4. Liberalisasi Jasa Keuangan Perundingan liberalisasi jasa keuangan intra-ASEAN melalui Protokol ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) Paket VI sudah selesai dilakukan namun belum
120
B. KERJA SAMA MULTILATERAL Melanjutkan bahasan perkembangan kerja sama multilateral di paruh pertama 2014, berbagai isu seperti global ekonomi, strategi pertumbuhan, investasi, dan reformasi regulasi sektor keuangan masih mewarnai diskusi dan fokus upaya dalam fora kerja sama multilateral (G20, IMF dan BIS) di TW3-14.
B.1. Respon Fora Terhadap Perekonomian Global Terkini Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang disampaikan pada Pertemuan
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
Tahunan IMF-World Bank awal Oktober
cenderung rendah dan bahkan dibayangi oleh
2014, IMF kembali merevisi ke bawah outlook
ancaman deflasi di Kawasan Euro. Secara
pertumbuhan ekonomi global tahun 2014
agregat, inflasi negara maju diperkirakan
menjadi 3,3% yoy dari perkiraan sebelumnya
mencapai 1,6% di 2014 dan 1,8% di 2015
sebesar 3,4% (WEO Juli 2014). Penurunan proyeksi tersebut terutama bersumber dari melemahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang yang secara agregat direvisi dari 4,6% menjadi 4,5%, terutama terkait dengan proses penyesuaian ekonomi domestik dan dampak meningkatnya tensi geopolitik di beberapa negara. Di sisi lain, perkiraan pertumbuhan ekonomi negara maju secara agregat tidak mengalami perubahan
WEO juga menguraikan bahwa outlook perekonomian global masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko. Risiko tersebut terkait dengan meningkatnya tensi geopolitik, pembalikan risiko dan volatilitas pasar keuangan global pasca normalisasi kebijakan negara maju, ancaman deflasi di Kawasan Euro, dan kekhawatiran pelemahan ekonomi yang berkepanjangan di negara berkembang.
(1,8%), ditengah belum teratasinya sejumlah
Revisi ke bawah outlook pertumbuhan
permasalahan struktural yang merupakan
ekonomi global mengindikasikan masih
legasi dari krisis finansial global, meski pada
diperlukannya dukungan kebijakan moneter
beberapa negara dilakukan penyesuaian
akomodatif (terutama bagi negara maju)
proyeksi.
dan implementasi reformasi struktural untuk
Sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang masih menghadapi sejumlah tantangan, IMF juga menurunkan outlook pertumbuhan volume perdagangan dunia (world trade volume-WTV). Seiring dengan itu, tekanan inflasi khususnya di negara-negara berkembang diperkirakan mereda seiring dengan penurunan harga komoditas. Namun demikian, untuk tahun 2014 inflasi di negara
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat ke depan. Bagi negara berkembang khususnya, respon kebijakan yang tepat sangat diperlukan untuk mengelola risiko pembalikan modal sebagai dampak normalisasi kebijakan moneter AS. Namun demikian, IMF memproyeksikan ke depan ekonomi global akan lebih baik dan tumbuh mencapai 3,9% di 2015.
berkembang masih cenderung meningkat
Bersamaan dengan WEO, IMF juga
karena gangguan ketersediaan pasokan yang
menerbitkan Global Financial Stability Report
dipengaruhi oleh faktor cuaca dan kebijakan
(GFSR). Dalam laporan tersebut ditekankan
pemerintah. Secara keseluruhan, inflasi di
bahwa kebijakan moneter yang akomodatif
negara berkembang diperkirakan mencapai
memiliki trade-off antara manfaat mendorong
5,5% pada 2014 dan 2015. Di sisi lain,
ekonomi dan risiko stabilitas keuangan. Cara
aktivitas ekonomi yang belum sepenuhnya
terbaik untuk menjaga stabilitas keuangan,
pulih di negara maju menyebabkan laju inflasi
serta menjaga keseimbangan antara risk
121
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
taking ekonomi dan keuangan adalah
merumuskan Global Policy Agenda (GPA) yang
dengan menerapkan kebijakan yang dapat
menekankan pada tiga tema besar, yaitu:
meningkatkan transmisi kebijakan moneter kepada ekonomi riil - sehingga mendorong economic risk taking -, dan mengatasi financial
i.
Lifting growth
Upaya peningkatan pertumbuhan perlu melibatkan reformasi struktural yang
risk taking yang berlebih melalui kebijakan
tegas untuk mendorong confidence
makroprudensial yang baik.
dan mengangkat potential growth saat
Pengamatan oleh IMF menunjukkan
ini dan ke depan. Kebijakan moneter
bahwa economic risk taking telah
akomodatif perlu dilanjutkan untuk
menunjukkan peningkatan namun belum
mendorong demand dan memberikan
merata, Hal ini mencerminkan proses
breathing
perbaikan neraca korporasi dan perbankan
dilaksanakannya
yang telah berlangsung dan kebijakan moneter
Namun pelaksanaannya tetap diiringi oleh
akomodatif telah memberikan dampak positif
reformasi yang dapat menghilangkan
di sektor riil, namun masih terhambat oleh
distorsi berkepanjangan di pasar produk
tingkat keyakinan bisnis dan konsumen yang
dan
masih rentan.
arus kredit ke sektor produktif dan
tenaga
memperkuat
Di sisi lain, risiko stabilitas keuangan
space
seiring
dengan
reformasi
tersebut.
kerja,
meningkatkan
kerangka
fiskal
yang
growth-friendly, serta menghilangkan
global juga meningkat. Kondisi tersebut antara
gap di bidang infrastruktur.
lain disebabkan oleh kebijakan akomodatif yang pada gilirannya memfasilitasi financial risk taking
ii.
Building resilience
yang lebih besar, sehingga mengakibatkan
Dengan latar belakang masih tingginya
apresiasi harga aset, menurunnya spread, dan
risiko stabilitas keuangan, regulasi yang
rendahnya volatiltas sampai pada level yang
tepat dan pengawasan sektor keuangan
mengindikasikan pergeseran dari fundamental.
yang berhati-hati, serta pengembangan
Risiko stabilitas keuangan juga terkait dengan
dan penerapan tools makroprudensial
makin besarnya peran pasar modal dan shadow
dapat membantu membatasi financial
banking system sebagai penyedia kredit sejak
risk taking yang berlebihan. Di sisi
krisis keuangan global. Sementara itu emerging
lain, menjelang normalisasi kebijakan
markets juga makin rentan terhadap shock dari
moneter di beberapa negara maju,
negara maju karena menyerap sebagian besar
negara emerging perlu bersiap dengan
dari outward portfolio investment dari negara-
memperkuat
negara maju tersebut.
institusi dan fundamental ekonomi yang
Dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi dan keuangan global tersebut di atas, IMF
122
kerangka
kebijakan,
dapat memitigasi spillover negatif.
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
B.2. Strategi Pertumbuhan
iii. Achieving coherence
Kerja
sama
dialog
dan
internasional koordinasi
berupa kebijakan
diperlukan untuk memperlancar upaya menyeimbangkan permintaan global, meminimalisir adverse spillovers dan spillbacks dari tidak sinkronnya penarikan kebijakan moneter yang akomodatif, menjamin
regulasi
keuangan
yang
konsisten, dan menjaga jaring pengaman keuangan global yang yang memadai.
Forum G20 di bawah keketuaan Australia telah menempatkan isu penguatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja (strengthening growth and creating jobs) sebagai isu utama sepanjang tahun 2014, dengan tetap disertai tekad untuk mencapai pertambahan pertumbuhan ekonomi anggota G20 secara kolektif sebesar 2% dalam lima tahun ke depan. Sejalan dengan itu, G20 terus mengupayakan comprehensive growth
Dalam rumusan GPA ini, IMF juga
strategies (CGS), serta melakukan asesmen
menegaskan tekad untuk terus membantu
atas CGS negara-negara anggota G20 dan
negara-negara anggota dengan mengerahkan
pencapaiannya. Brisbane Action Plan yang
resources untuk pemberian bantuan keuangan
dapat menunjukkan strategi konkrit dan
dan capacity building, memperkuat macro-
komprehensif untuk pertumbuhan telah
financial surveillance, memberikan analisa
disepakati dalam G20 Summit November
dan saran kebijakan, serta melanjutkan upaya
2014.
merealisasikan reformasi kuota dan governance IMF 2010 yang masih tertunda.
Dalam pertemuan G-20 Framework Working Group (FWG) di Pilanesberg, South
Forum G20 memiliki pandangan
Africa bulan September 2014, negara-negara
yang senada dengan IMF dalam melihat
G20 membahas outlook ekonomi global, opsi
perkembangan ekonomi dan keuangan
kebijakan dan asesmen IOs terhadap pencapaian
global serta berbagai upaya yang perlu
negara-negara G20 dalam menerapkan CGS.
ditempuh. Negara-negara G20 bertekad untuk
Secara umum, peserta pertemuan menilai
melanjutkan upaya-upaya yang terukur guna
bahwa telah terdapat penambahan measures
mencapai pertumbuhan yang kuat, seimbang
terutama dalam bidang ketenagakerjaan
dan berkesinambungan. Ke depan, dengan
dengan fokus ke pertumbuhan yang lebih kuat.
semangat upaya kolektif, negara-negara
Di sisi lain, measures yang dapat dikuantifikasi
G20 perlu meyakini bahwa perekonomian
masih terbatas, komitmen prioritas belum
global akan tumbuh lebih baik. Optimisme
didefinisikan secara jelas dan masih terdapat
G20 ini diperlukan agar ekonomi global juga
overlap dengan beberapa OECD Going
memiliki optimisme positif sehingga dapat
for growth priorities, sementara tingkat
ikut mendorong pemulihan dan pertumbuhan
ambisiusnya dinilai masih sedang (medium).
ekonomi yang lebih baik.
World Bank menilai pencapaian di berbagai
123
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
bidang seperti investasi dan infrastruktur,
memungkinkan untuk dilakukan sepanjang
ketenagakerjaan, iklim kompetisi/bisnis,
bertujuan untuk memastikan kebijakan yang
dan perdagangan masih bervariasi antara
diambil berdampak positif dan feasible.
penguatan dan pelemahan di berbagai aspek. Sementara itu IMF memandang bahwa revised CGS telah menghasilkan efek ke PDB yang
B.3. Peningkatan Investasi
lebih besar dibandingkan dengan asesmen
Dalam rangka melanjutkan komitmen
pada bulan Juni, yg disumbang oleh labor
G20 terhadap pentingnya pembiayaan
market reform, R&D, tax reform dan EU-wide
untuk investasi - khususnya infrastruktur -
policies.
sebagaimana tercantum dalam Deklarasi St.
Disamping pembahasan di atas,
Petersburg Summit 2013, G20 membentuk
pertemuan FWG juga membahas mekasnime
Investment and Infrastructure Working Group
accountability assessment untuk menjaga
(IIWG) pada masa keketuaan Australia 2014.
kontinuitas proses dan memastikan G20
IIWG diharapkan dapat merumuskan upaya-
tetap berada dalam koridor untuk mencapai
upaya G20 dalam mendorong pembiayaan
tujuan GS. Asesmen implementasi CGS suatu
jangka panjang untuk investasi di sektor
anggota dilakukan oleh anggota lainnya dan
infrastruktur dan UMKM (SMEs).
International Organisations (IOs). Pembahasan
Dalam pertemuan IIWG pada 28-29
ini dimaksudkan untuk memberi masukan
Agustus 2014 di Jakarta, IIWG membahas
panduan CGS di 2015.
usulan pembentukan Global Infrastructure
Dalam G20 Ministers and Governors
Initiative (GII). GII merupakan wadah dalam
Meeting (MGM) pada September dan awal
penerapan dan pengembangan paket investasi
Oktober di Cairns - Australia dan Washington
untuk infrastruktur yang selama ini dibahas
DC - Amerika Serikat, growth strategy menjadi
dalam IIWG sehingga isu tersebut terus
salah satu topik pembahasan utama. Dari
bergulir dan memiliki agenda rutin setiap
pembahasan terlihat bahwa negara anggota
tahun dalam rangka mencapai peningkatan
G20 memiliki komitmen untuk berkontribusi
kualitas investasi infrastruktur ke depan. Dalam
pada pencapaian target pertumbuhan
proposalnya, Australia mengusulkan GII terdiri
G20 dan mengimplementasi komitmen
dari tiga elemen, yaitu:
dimaksud secara kolektif untuk memastikan
a.
Global Infrastructure Center (GIC), yang
keberhasilan GS yang telah disusun.
akan berfungsi sebagai koordinator
Disamping itu, G20 menyepakati prinsip
program kerja GII secara menyeluruh.
mutual assessment dan country led process
GIC akan membangun model dan
dalam kerangka accountability assessment,
dokumentasi
yang pelaksanaannya tetap melibatkan IOs
identifikasi
untuk mendukung asesmen G20. Penyesuaian
procurement
124
standar proyek,
mengenai
persiapan
system
serta
berdasarkan
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
Leading
Practices
yang
dihasilkan
of Long Term Investment Financing for
oleh G20. GIC juga akan menjadi
Institutional Investors.
penyelenggara konferensi, seminar dan diskusi lain sebagai forum knowledge sharing dan capacity building bagi aparat pemerintah yang terkait dengan investasi dan infrastruktur, baik dari negara maju dan berkembang. b.
Project
Facilitation
diusulkan
Node
berkedudukan
(PFN),
di
kantor
development bank dan berada di Asia. Meski berdomisili di Asia, fungsi PFN akan bersifat global dan mendukung penugasan dari development banks di luar Asia. PFN akan membantu negara anggota dalam meningkatkan pengaturan institusionalnya, prioritisasi proyek dan melibatkan mitra dari sektor
c.
Terkait dengan usulan Australia dalam membentuk GII, secara umum negara anggota memberikan respon positif dan mendukung usulan tersebut. Namun demikian masih terdapat perbedaan pendapat terhadap pemberian dukungan kepada pembentukan GIC karena masih banyak hal yang perlu didiskusikan, antara lain terkait tata kelola dan fungsinya diantara berbagai International Organization yang mengani isu pembiyaan investasi seperti World bank, ADB dan lain lain. Untuk itu, anggota G20 sepakat untuk menunda sampai tercapai kesepakatan mengenai rumusan tujuan dan modalitas GIC.
swasta. Leading Practices yang disusun
Dalam G20 MGM di Washington DC,
oleh G20 akan menjadi alat utama
Australia telah menyampaikan draft charter
yang akan digunakan oleh PFN dalam
pendirian Gobal Infrastructure Center yang
memenuhi mandatnya.
berisi General Provision, Struktur, dan Komposisi
Financing Node, akan difokuskan pada
Organisasi. Selanjutnya, untuk membahas
Financing
proposal tersebut secara komprehensif,
Node dapat menjadi pemimpin dan
anggota G20 sepakat membetuk tim kecil
koordinator dalam menyusun indikator
yang terdiri dari troika - US, Jerman, dan
kuantitatif dari pembiayaan investasi
Afrika Selatan - untuk mengembangkan draft
jangka panjang. Selain itu, juga dapat
charter GIC dan memberi masukan di Brisbane
menjadi
Summit.
pembiayaan
infrastruktur.
wahana
bagi
organisasi
internasional seperti OECD, IMF, WBG, EBRD, dan lain-lain untuk membangun data dan informasi mengenai kinerja
B.4. Reformasi Regulasi Keuangan
proyek infrastruktur dan meningkatkan
Negara G20 telah menyepakati fokus
jumlah investor potensial. Financing
tahun 2014 yaitu menyelesaikan key aspects
Node juga diharapkan dapat mengatasi
dari empat reformasi utama yaitu building
kendala pembiayaan yang disampaikan
resilient financial institutions, ending too-big-
dalam G20/OECD High Level Principles
to-fail, addressing shadow banking risks, dan
125
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
making OTC derivative markets safer. Fokus
consolidated annual report terkait implementasi
tersebut dilandasi komitmen para pemimpin
reformasi sektor keuangan serta dampaknya.
negara G20 pada 2008 untuk melakukan
Selanjutnya, terkait review representasi di
reformasi dalam mengatasi vulnerabilitas akibat
FSB, negara anggota G20 menekankan
krisis keuangan global, dan mendukung tujuan
pentingnya memastikan representasi yang
G20 untuk mencapai strong, sustainable, and
mencerminkan peningkatan peran negara
balanced growth. Penyelesaian core reforms
emerging dalam perekonomian dan keuangan
yang dilakukan dengan dukungan Financial
global. Diharapkan review ini dapat diselesaikan
Stability Board (FSB) tersebut dipandang dapat
untuk disampaikan pada Brisbane Summit.
memfasilitasi transisi dari penyusunan reformasi di area sektor keuangan ke implementasi, monitoring, dan pengawasan. Dalam G20 MGM di Cairns, para
B.5. 2014 Triennial Surveillance Review (TSR) IMF
Menteri dan Gubernur membahas tiga besaran
Sebagai bagian dari upaya untuk terus
isu, yaitu: (i) isu yang masih memerlukan
menyempurnakan surveillance sebagai salah
tambahan upaya untuk memastikan tercapainya
satu dari aktivitas utamanya, IMF melakukan
deliverables di Brisbane Summit, (ii) usulan
review tiga tahunan atas surveillance. TSR 2014
untuk menyelaraskan proses pelaporan
telah disusun dan mendapat tanggapan dari
perkembangan reformasi sektor keuangan dan
Executive Board IMF. TSR 2014 mendapatkan
(iii) representasi di FSB. Secara umum anggota
input dari berbagai sumber termasuk stakeholder
G20 menyampaikan fokus untuk memperkuat
surveys, review atas produk-produk surveillance,
aturan permodalan bagi global systemically
studi oleh staf IMF, dan input dari berbagai
important banks (GSIB) serta mendukung
pihak eksternal serta independent review dari
progress yang telah dicapai dalam penyusunan
External Advisory Group. TSR 2014 mengambil
terms and conditions dalam proposal untuk
tema bagaimana merancang surveillance
mengatasi isu too-big-to-fail melalui tambahan
IMF untuk mendukung pertumbuhan yang
loss absorbing capacity.
berkesinambungan di tengah dunia yang makin
G20 menyambut rencana FSB untuk
terkoneksi pascakrisis.
menyampaikan proposal sebelum Brisbane
Dalam Executive Board Meeting,
Summit. Proposal tersebut masih akan melalui
Executive Directors (EDs) IMF mencatat
konsultasi publik, asesmen dampak kuantatif
kemajuan signifikan yang telah dilakukan
dan penyempurnaan lainnya sebelum disepakati
IMF untuk memperkuat surveillance sejak
oleh anggota. Selain itu, pada Brisbane
TSR 2011. EDs secara umum mendukung
Summit, FSB akan menyampaikan update
kesimpulan dan rekomendasi TSR 2014. EDs
atas roadmap terkait shadow banking. G20
juga mendukung lima prioritas operasional
menyambut rencana FSB untuk menyiapkan
untuk periode 2014–2019, yaitu:
126
Bab 4 - Perkembangan Kerja Sama Dan Lembaga Internasional
i.
Risks and Spillovers: mengintegrasikan
juga perlu di-address. Untuk itu, ide untuk
bilateral dan multilateral surveillance,
melakukan assessment atas evenhandedness
scenarios
dari input maupun output surveillance disambut
dalam Article IV consultations, dan
baik. Dalam konteks ini, juga ditekankan
menghidupkan kembali national balance
bahwa IMF memainkan peran penting dalam
sheet analyses;
mendorong kerja sama global pascakrisis untuk
termasuk
ii.
alternative
risk
Macro-Financial Surveillance: membuat
mendukung upaya stabilisasi ekonomi dan
macro-financial
keuangan global.
analysis
sebagai
bagian integral dari Article IVs, dan meningkatkan saran atas kebijakan makroprudential untuk mengatasi risiko
B.6. Pembahasan Mengenai International
keuangan, khususnya dalam ekonomi
Monetary System (IMS)
yang terintegrasi.
Sebagai upaya menciptakan stabilitas
iii. Structural Policy Advice: mencatat macro-
moneter dan keuangan serta pertumbuhan
critical structural issues dan implikasi
berkelanjutan, forum kerja sama BIS
makroekonominya, serta
mengikuti
mengangkat topik mengenai “International
prinsip untuk pemberian saran, yaitu
Currencies and the International Monetary
macro-criticality dan Fund expertise atau
System (IMS)”. Dalam hal ini, peran IMS saat
interest dalam membership IMF.
ini dinilai masih memiliki kelemahan. Hal yang
iv. Cohesive and expert policy advice:
sebagai mata uang internasional yang dapat
staff reports, membangun saran atas
memicu konflik antara kepentingan negara
dasar cross-country policy experiences,
dengan IMS sebagai sebuah sistem. Dalam
memperkuat
dalam
hal ini, dipandang perlu adanya pergeseran
meningkatkan
penggunaan mata uang tunggal ke arah
surveillance,
thematic
integrasi dan
Article
TA
kolaborasi dengan IOs lainnya dalam area-area tertentu. v.
banyak mendapat sorotan adalah dominasi USD
IV
mengupayakan
Client-focused
approach:
memonitor
engagement dan memperluas cakupan follow-up atas policy advice sebelumnya dalam laporan Article IV.
multipolar (multipolar global configuration). Penggunaan mata uang yang lebih bervariasi akan meningkatkan pasokan reserve asset yang pada akhirnya dapat mengurangi fluktuasi nilai tukar dan harga aset. Sejalan dengan meningkatnya tren penggunaan
Lebih jauh EDs juga menekankan
Renminbi sebagai mata uang alternatif,
pentingnya komunikasi yang baik mengenai
penggunaan mata uang selain USD dipandang
strategi dan hasil-hasil surveillance. Disamping
dapat juga mendorong penggunaan mata
itu, masih adanya kekhawatiran mengenai
uang lokal.
kurangnya evenhandedness dari surveillance
127
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
128
Bab 5 - A r t i k e l
BAB
5 ARTIKEL Artikel 1
Sejauh Manakah Kerentanan Utang Korporasi di Kawasan Asia?1 Oleh: Tri Yanuarti dan Shanty Nathalia
Kondisi utang korporasi saat ini tengah
masih relatif baik, meski di beberapa negara
menjadi perhatian seiring dengan level utang
menunjukkan perlunya perhatian khusus. Hasil
yang relatif tinggi di beberapa perusahaan di
stress test menunjukkan dampak dari berbagai
tengah prospek pertumbuhan ekonomi dunia
shocks, seperti kenaikan suku bunga global,
dan kawasan yang melemah. Di luar itu, proses
penurunan pertumbuhan ekonomi, depresiasi
normalisasi kebijakan moneter di negara maju
nilai tukar, dan melebarnya corporate bond
juga berpotensi memberikan tekanan kepada
spread, akan meningkatkan kerentanan utang
korporasi terkait kemungkinan kenaikan suku
korporasi yang tercermin dari meningkatnya
bunga global. Artikel ini mencoba untuk
utang bermasalah. Hal tersebut berimplikasi
mengulas kondisi utang korporasi dan prospek
pada perlunya perhatian dan monitoring
serta risiko ke depan yang akan dihadapi.
perkembangan utang korporasi agar
Berdasarkan berbagai kajian terdahulu, potret
meminimalkan dampak negatifnya terhadap
utang korporasi di Kawasan Asia secara umum
perekonomian secara luas.
1
Disarikan dari Global Financial Stability Report. Moving from Liquidity-to Growth-Driven Markets. International Monetary Fund. April 2014 dan Regional Economic Outlook. Asia and Pacific. Sustaining the Momentum: Vigilance and Reform. International Monetary Fund. April 2014.
129
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Pendahuluan
berlangsung lamban dan belum merata. Selain
Salah satu aspek penting yang menjadi sorotan dunia saat ini adalah perkembangan utang korporasi terutama di negara berkembang. Hal ini didasarkan atas perkembangan level utang korporasi di negara berkembang, khususnya Asia yang meningkat pesat pascakrisis finansial global. Global Financial Stability Report April 2014 mencatat rasio utang korporasi, baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik, terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Tiongkok dan Malaysia telah mencapai lebih dari 100%. Sementara untuk negara lainnya seperti Thailand, India, Indonesia, dan Filipina berada di kisaran 30 – 80% PDB (Grafik 1).
itu, proses normalisasi kebijakan moneter yang tengah terjadi di negara maju, meski mengindikasikan perbaikan kinerja ekonomi negara maju, juga memberikan potensi risiko akan terjadinya keketatan di pasar keuangan global, kenaikan suku bunga global, dan peningkatan ketidakpastian. Kenaikan suku bunga akan menambah risiko korporasi melalui kenaikan biaya bunga utang di tengah potensi penurunan penerimaan akibat melemahnya kinerja ekonomi domestik dan kawasan. Sementara keketatan likuiditas global akan berpengaruh pada terbatasnya sumber pembiayaan eksternal bagi korporasi. Dengan kondisi demikian, pertanyaan penting yang muncul adalah sejauh mana kerentanan
Tingginya level utang korporasi
korporasi di Asia dalam menghadapi berbagai
tersebut memicu kekhawatiran akan
risiko ke depan? Dengan latar belakang
meningkatnya kerentanan korporasi seiring
tersebut, artikel ini mengulas kondisi utang
dengan menurunnya kinerja ekonomi negara
korporasi di kawasan Asia dan potensi risikonya
berkembang di Asia, di tengah proses
ke depan yang dirangkum dari berbagai kajian
pemulihan ekonomi negara maju yang
terdahulu, khususnya Global Financial Stability Report dan Regional Economic Outlook April
���
2014.
�����
��������
�������
��������
��������
������
������������
���
������
��������
�����
������
����
���������
������
�����������
���������
������������� ������������������������������������ ���������������������������
������������������������
��
Perkembangan Utang Korporasi di
��
Asia
��
Utang korporasi di Asia telah meningkat
��
pesat dalam beberapa tahun terakhir baik
�
yang ditopang oleh kredit perbankan maupun sumber dana nonperbankan. Dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada korporasi terindikasi semakin besar. Hal ini
Grafik 1. Rasio Utang Korporasi (% PDB, 2013)
130
terlihat dari lonjakan signifikan pada rasio
Bab 5 - A r t i k e l
���
�� �
�����������������
�������
��
���
����
����
��������������
���������������
�� ���
��
��
��
��
�
����
�
��
�
��
�
�������
��������
�����
��������������� ��������
���������
�����������
�����������
�����
��������
�����
���������
�����
�������������
�����
�������������
�����
���������
��������
�����
��������������� ��������
��������
�����
��������
���������
���������
�����������
�����������
����������������������
���������
�
�
����������������������
Grafik 2. Rasio Kredit Korporasi Non-finansial terhadap PDB (% terhadap PDB)
Grafik 3. Penerbitan Surat Utang Korporasi dan Syndicated Loan (% PDB 2007, 2012, 2013)
kredit korporasi nonfinansial terhadap PDB di
tercermin pada penurunan drastis rasio
Hong Kong SAR, Tiongkok, Singapura, dan
leverage (debt-to-equity) secara agregat untuk
Vietnam (Grafik 2).
korporasi di Asia pascakrisis Asia 1997-1998.
Sejalan dengan itu, volume penerbitan surat utang swasta juga meningkat di beberapa negara, seperti di Korea dan Singapura. Penerbitan surat utang swasta oleh korporasi Asia bahkan sudah melampaui level sebelum krisis finansial global (Grafik 3). Kondisi tersebut setidaknya menandakan adanya dorongan untuk memperoleh pembiayaan dari pasar keuangan global, sebagaimana dicerminkan pada penerbitan surat utang swasta oleh korporasi besar di pasar internasional dan perilaku search for yields yang dipicu oleh rendahnya suku bunga global dan penurunan risk premium korporasi Asia.
Bahkan, rasio tersebut kini berada pada level yang lebih rendah dari Amerika Latin (Grafik 4). Namun demikian, pengukuran rasio utang (total debt to common equity) yang dilakukan dengan menggunakan data korporasi dan mendekomposisi rasio tersebut menjadi beberapa kelompok menunjukkan adanya indikasi sebagian besar utang Asia dimiliki oleh perusahaan yang beban total utangnya lebih besar dibandingkan dengan ekuitasnya (weaker firms) (Grafik 5). India, Vietnam, Jepang, Tiongkok, dan Korea tercatat memiliki porsi perusahaan yang tinggi utangnya (rasio debt to equity lebih besar dari tiga) relatif lebih besar dibandingkan negara lainnya.
Perkembangan utang korporasi di Asia
Sementara Indonesia terlihat relatif moderat
juga terlihat relatif lebih baik dibandingkan
dengan jumlah perusahaan yang memiliki rasio
dengan negara berkembang lainnya di
leverage kurang dari satu dan lebih dari satu
kawasan Amerika Latin dan Eropa. Hal ini
yang cukup berimbang.
131
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
��
��� ������������� ���������������
��
������������� �������������
�� ��
��
��
��
��
��
��
��
�� ��
��
��
��
��
��
��
�����
�����
���������
�������������
�����������
��������
���������
��������
���������
��������������� ��������
�����
����������������������
�����������
�����
�����
�����
�������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�
��
����������������������
Grafik 4. Debt-to-Equity-Ratio (%, median)
Grafik 5. Utang Korporasi Berdasarkan Leverage Ratio 2012 (% terhadap total utang korporasi)
Analisis lebih mendalam terhadap data
Karakteristik ini ditemukan pada korporasi di
korporasi sebagaimana dipublikasikan oleh
Korea, Jepang, India, dan Indonesia (Grafik
IMF dalam Regional Economic Outlook April
7). Dari sisi likuiditas, pangsa korporasi yang
2014 mengindikasikan bahwa korporasi Asia
kurang likuid memiliki porsi utang yang
dengan rasio leverage yang tinggi memiliki
cukup signifikan. Lebih dari separuh utang
karakteristik profitabilitas rendah, interest
�� �� �� ��
coverage ratio terlihat dari pangsa utang yang besar pada perusahaan yang memiliki rasio profit terhadap biaya bunga yang rendah (interest coverage ratio-ICR kurang dari satu).
132
��
�����
������
�����
�����
���������
��������������� ��������
(Grafik 6). Sementara rendahnya interest
���������
oleh perusahaan dengan profit negatif
�����
�
di mana 20% dari utang korporasi dimiliki
��������
ditemukan pada korporasi Korea dan Jepang,
��
��������
Asset) yang rendah. Hal tersebut terutama
��
�����
dikonfirmasi oleh angka ROA (Return-on-
��
�������������
yang rendah, bahkan negatif, sebagaimana
��
�������
yang cukup tinggi namun memiliki profit
��
���������
besarnya pangsa korporasi dengan leverage
���
�����������
Rendahnya profitabilitas tercermin pada
�����������
coverage ratio rendah, dan kurang likuid.
���
�����������������������
Grafik 6. Corporate Debt by Return on Assets (% dari total utang korporasi, 2012)
��
�����
������
���
��
�����������������������
�������
�����
�����
�����
���������
�����
�����������
�������
��������
���������
�������������
��������
�������
��������������� ��������
���������
�����
���������
��������������� ��������
� ���������
��
� �����
��
�� �����
��
��
�����
��
��
�������
��
��
��������
��
��
�����������
��
��
��������
��
��
���������
��
��
�����������
���
��
�������������
���
�����������
Bab 5 - A r t i k e l
��
�����������������������
Grafik 7. Debt by Interest Coverage Ratio (% dari total utang korporasi, 2012)
Grafik 8. Debt by Current Ratio (% dari total utang korporasi, 2012)
korporasi di India dan Tiongkok dimiliki oleh
penurunan. Sementara di beberapa negara
perusahaan dengan current ratio di bawah
Asia lain, seperti India, Korea, dan Vietnam
satu (Grafik 8). Karakteristik korporasi yang
cenderung mengalami moderasi (Grafik 9).
2
demikian mengindikasikan bahwa meski kondisi utang korporasi secara agregat masih aman, secara individual memiliki kerentanan terhadap kenaikan suku bunga dan penurunan profitabilitas.
Dari sisi suku bunga, selama beberapa tahun terakhir, tingkat bunga utang di kawasan Asia memiliki tren menurun – selaras dengan penurunan tingkat bunga global – dan bahkan berada pada level terendahnya,
Namun demikian, dalam jangka
kecuali Tiongkok dan Vietnam (Grafik 10).
panjang, solvabilitas korporasi Asia terindikasi
Akan tetapi, tingkat bunga global diperkirakan
masih cukup baik. Hal ini tercermin dari
akan meningkat seiring dengan mengeringnya
rerata tingkat maturity-nya yang masih stabil.
likuiditas di pasar internasional dan proses
Utang jangka pendek (short term debt) di
normalisasi kebijakan moneter di negara maju,
beberapa negara Asia, khususnya Tiongkok,
sehingga berpotensi menekan balance sheet
Malaysia, dan Thailand cenderung mengalami
korporasi akibat kenaikan biaya bunga.
2
Total current assets dibagi total current liabilities.
133
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
��
�� ����
����
����
����
��
��
��
��
�
�
� �
�
�
�����������������������
Meskipun kondisi utang korporasi di kawasan Asia relatif aman, namun ke depan korporasi masih akan menghadapi sejumlah risiko, khususnya terkait dengan prospek pertumbuhan ekonomi kawasan yang kian menurun. Asesmen IMF terkini dalam World Economic Outlook October 2014 memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara
�������
��������
���������
��������������� ��������
�����������
��������
�����������
�����
�����
�����
���������
����������������������
Grafik 9. Short-Term-to-Long-Term Debt Ratio Comparison
Prospek dan Risiko ke Depan
�����
���������
�������
��������
���������
��������������� ��������
�����������
��������
�����������
�����
�����
�����
���������
�����
�������������
�� ���������
�
�
�������������
�
�
Grafik 10. Real Average Interest Rate Comparison (median 25th and 75th percentile, 2007 dan 2012)
masih mengalami peningkatan di 2013 apabila dibandingkan dengan posisi di 2008, kecuali Malaysia dan Filipina (Grafik 11). Dengan semakin menurunnya prospek penerimaan korporasi seiring dengan pelemahan pertumbuhan ekonomi domestik maupun kawasan, maka ke depan terdapat potensi penurunan kapasitas membayar utang korporasi.
berkembang di kawasan Asia sebesar 6,5% di
Di sisi lain, tekanan pada korporasi
2014, atau di bawah rata-rata pertumbuhan
ke depan juga bersumber dari potensi
sebelum krisis finansial global yang mencapai
kenaikan biaya bunga. Hingga tahun 2012,
8,28% (2000-2007). Penurunan pertumbuhan
pertumbuhan biaya bunga di beberapa
ekonomi akan memengaruhi profitabilitas
negara telah melampaui rerata pertumbuhan
korporasi dan kemampuan untuk membayar
lima tahunannya (Grafik 12). Situasi tersebut
utang (capacity to repay). Apabila utang
kemudian dapat memperburuk kapasitas
korporasi meningkat lebih besar daripada
pembayaran utang dan meningkatkan utang
penerimaannya, maka rasio net debt to
bermasalah (utang korporasi yang dimiliki oleh
EBITDA3 juga akan meningkat. Gambaran historis menunjukkan bahwa net debt to EBITDA korporasi di Asia sebagian besar
134
3
Rasio yang menunjukkan berapa tahun utang dapat terbayar dengan EBITDA (Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization) saat ini.
Bab 5 - A r t i k e l
����
����
���
��
�����������������
�� ��
���
�����
����� ��� ���
������� ������
��� ���
�������� ������������ ������ ��������� ������ �������� ������ ������� ������ ����������� ��������� ����
�����
�� ��
��������
�� � ��� ��� ���
����������������������
�����
������
������
������������
�����
�����
������
���
������
���
�����������
���
��������
����
���������
���
��������
���
������
���
��������
���
���������
������������
����������������������
Grafik 11. Rasio Net Debt-to-EBITDA 2008 dan 2012
Grafik 12. Pertumbuhan Suku Bunga Tahunan (% yoy)
perusahaan yang lemah) apabila ke depan
cenderung rentan terhadap guncangan
biaya bunga terus meningkat seiring dengan
makroekonomi (macroeconomic shock) dan
kenaikan suku bunga global.
dapat menyebar sehingga memperlambat siklus
Guna mengetahui kerentanan korporasi terhadap perubahan kondisi ekonomi, IMF melakukan stress test dan simulasi pada beberapa neraca perusahaan individual. Hasil stress test sebagaimana dipublikasikan
ekonomi. Hasil simulasi lainnya menunjukkan bahwa peningkatan borrowing cost dan penurunan pendapatan, masing-masing sebesar 25%, akan menyebabkan kenaikan utang bermasalah pada negara emerging
dalam REO (2014) menunjukkan bahwa
��
diberikan oleh perusahaan dengan rasio ICR
��
kurang dari satu (Grafik 13). Selain itu, kondisi
��
corporate leverage yang mengkhawatirkan
��
– dengan rasio ICR kurang dari satu –
�
negara lainnya relatif kecil, dengan proporsi kurang dari 10%. Hasil simulasi tersebut mengindikasikan bahwa sektor korporasi
�����
���������
�����
�����
�����
���������
��������
�������
��������������� ��������
tajam. Sementara itu, utang bermasalah di
��������
utang-utang bermasalah meningkat dengan
� �����������
ditemukan di Indonesia dan Vietnam, dimana
����
��
���������
menyebabkan peningkatan porsi utang yang
����
��
������������
atau penurunan profit sebesar 20% akan
��
�����������
peningkatan borrowing cost hingga 200 bps
�����������������������
Grafik 13. Hasil Stress Test: Utang Korporasi dengan Rasio ICR Kurang dari Satu
135
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
���������������������������� ��
��
���������������������������������������
�������������������������
��
�������������������������������������������
�������
�����������
��
������������������������������������
��
��������������������������
�� ��
��
��
�������
��
��
�� ��
��
�������
������������������
�������
������
��������
������
���������
���������
����
������
������
�����
������������
������
��������
�����������
�����
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�
��������
�
��
�����������������������
Grafik 14. Stress Test pada Utang-utang Bermasalah (debt-at risk)
Grafik 15. Proporsi Utang Luar Negeri Korporasi 2013 (% terhadap PDB)
(Grafik 14). Dengan demikian, kerentanan
separuh dari kewajiban dalam denominasi valas
sektor korporasi juga akan meningkat.
telah terlindung nilainya (currency hedging),
Risiko lain yang dihadapi korporasi bersumber dari nilai tukar. Dengan pangsa kepemilikan asing atas surat utang swasta
maka kerugian akan berkurang 10%-15% dari pendapatan korporasi di Asia, lebih rendah dari kawasan lainnya (Grafik 16).
di kawasan yang melampaui 25% dari total utang korporasi (Grafik 15), maka
�����
���������������� ��������������������������
depresiasi nilai tukar yang berpotensi terjadi di
�������������������������������
���
tengah ketidakpastian ekonomi global dapat menyebabkan kerentanan bagi korporasi
���
di kawasan. Depresiasi nilai tukar akan mendorong peningkatan pembayaran pokok
���
dan bunga yang berdenominasi valuta asing, ���������
�����
������
�����������
������
������
�������
����
�����
��������
������������
jika depresiasi nilai tukar hingga 30% dan
������������
������
������
��������
�����
Hasil analisis sensitivitas IMF mengindikasikan
� ��������
sehingga profitabilitas5 perusahaan menurun.
����������������������
4
5
Global Financial Stability Outlook Introductory Session, International Monetary and Financial Committee. April 2014. Unpublished. Profitabilitas perusahaan sendiri amat bergantung pada kapasitas buffer, yang terdiri dari natural hedges dan financial hedges. Natural hedges berfungsi sebagai buffer terhadap penerimaan dari luar negeri. Sedangkan financial hedges berfungsi sebagai buffer bagi risiko nilai tukar.
136
Grafik 16. Spread Surat Utang Swasta dan Sensitivitasnya terhadap Shocks
Bab 5 - A r t i k e l
Penutup Secara umum, hasil asesmen mengindikasikan utang korporasi di Kawasan Asia meningkat secara moderat, meski
merupakan negara di Kawasan Asia yang beberapa indikator utang korporasinya mulai memburuk dan perlu mendapat perhatian khusus.
peningkatan di beberapa negara mulai
Terkait dengan utang korporasi di
menjadi perhatian terutama pada korporasi
Indonesia, secara umum perkembangannya
yang memiliki level utang yang tinggi. Ke
masih baik. Namun demikian, yang perlu
depan, beberapa faktor berpotensi menjadi
mendapat perhatian adalah perkembangan
risiko pada utang korporasi, seperti kenaikan
indikator solvabilitas (interest coverage ratio),
suku bunga global sebagai dampak dari
likuiditas (corporate debt by current ratio),
normalisasi kebijakan moneter di negara maju,
dan capacity to repay (rasio net debt to
prospek pelemahan ekonomi domestik, dan
EBITDA) korporasi. Sementara, hasil stress
risiko nilai tukar.
test mengindikasikan macroeconomic shocks
Hasil stress test pada neraca perusahaan Asia mengindikasikan bahwa peningkatan borrowing cost atau penurunan profit akan meningkatkan kerentanan korporasi Asia yang diindikasikan oleh meningkatnya utang
(kenaikan suku bunga global dan penurunan pertumbuhan ekonomi), shocks nilai tukar, dan semakin melebarnya corporate bond spread merupakan faktor-faktor yang berpotensi memperburuk utang korporasi Indonesia.
bermasalah. China, Korea, India dan Vietnam
137
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
138
Lampiran
Lampiran
139
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (%, yoy)
Negara
2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat
1,1 -2,4 1,6 2,7 3,1 2,7 1,9 1,7 1,2 1,7 2,6 2,3 2,7 1,6 1,7 1,8 2,3 3,1 1,9 2,6 2,3
Argentina
7,0 0,9 5,1 12,1 10,5 8,7 10,7 8,1 8,5 7,3 4,6 -1,5 0,2 0,9 1,5 5,5 3,4 1,3 0,3 0,0
Brazil
5,1 -0,2 9,3 8,8 6,9 5,3 4,2 3,3 2,1 1,4 0,8 0,6 0,9 1,8 1,9 3,5 2,4 2,2 1,9 -0,9 -0,3
Chili
3,2 -1,5 2,5 6,5 7,4 6,5 9,21 5,5 3,21 5,3 4,9 5,8 5,9 5,2 5,5 3,7 4,9 2,6 1,9 2,1 1,2
Meksiko
1,3 -6,5 3,7 6,7 5,4 4,6 4,5 3,2 4,2 4,3 4,9 4,5 3,2 3,4 0,6 1,6 1,4 0,7 1,9 1,6 2,9
-
Asia Pasifik Australia
2,3 1,3 2,1 2,1 2,2 2,5 1,7 2,5 3,2 3,0 4,5 3,8 3,3 2,9 2,1 2,3 2,2 2,6 3,4 3,1 3,0
Tiongkok
9,0 8,7 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 7,9 7,6 7,4 7,9 7,7 7,5 7,8 7,7 7,4 7,5 7,3
India
7,3 5,7 11,4 9,1 8,2 8,7 9,6 7,6 7,0 6,5 5,8 4,5 4,6 4,4 4,4 4,7 5,2 4,6 4,6 5,7 5,2
Jepang
-0,7 -5,2 4,9 4,4 6,0 3,3 0,0 -1,5 -0,5 0,1 3,2 3,2 -0,2 -0,3 0,1 1,2 2,3 2,5 2,9 -0,2 -1,2
Korea Selatan
2,2 0,2 7,2 7,4 5,4 6,0 4,9 3,6 3,3 3,1 2,6 2,4 2,1 2,1 2,1 2,7 3,4 3,7 3,9 3,5 3,2
ASEAN-6 Indonesia
6,1 4,5 6,0 6,3 5,8 6,8 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,0 5,8 5,6 5,7 5,2 5,1 5,0
Malaysia
4,6 -1,7 10,3 9,4 5,5 5,0 5,2 4,3 5,8 5,4 5,1 5,7 5,2 6,5 4,2 4,5 5,0 5,1 6,2 6,5 5,6
Filipina
4,6 0,9 8,4 8,9 7,3 6,1 4,6 3,2 3,1 3,8 6,4 6,3 7,3 7,2 7,7 7,9 7,0 6,3 5,6 6,4 6,4
Singapura
1,1 -2,0 17,6 18,8 10,7 14,3 9,9 1,8 5,7 3,6 2,8 3,2 1,1 2,9 1,5 4,0 5,0 4,9 4,8 2,4 2,4
Thailand
2,6 -2,3 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,7 -8,9 0,4 4,4 3,1 19,1 5,4 2,9 2,7 0,6 -0,5 0,4 0,6
Vietnam
6,2 5,3 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 4,0 4,4 4,7 5,0 4,8 4,9 5,1 5,4 5,1 5,2 5,6
Eropa Kawasan Euro
0,6 -4,1 1,0 2,2 2,2 2,3 2,6 1,8 1,5 0,7 -0,2 -0,5 -0,7 -1,0 -1,1 -0,6 -0,3 0,5 1,0 0,8 0,8
Inggris
0,7 -4,9 0,5 2,0 2,4 1,8 1,7 0,8 1,0 1,1 0,6 0,1 0,3 0,2 0,8 1,7 1,7 2,7 2,9 3,2 3,0
Russia
5,6 -7,9 4,1 5,0 3,8 5,1 3,3 3,3 5,0 5,2 4,9 4,3 3,0 2,0 0,8 1,0 1,3 2,0 0,9 0,8 0,7
Turki
0,7 -4,8 12,6 10,4 5,3 9,3 12,4 9,3 8,7 5,3 3,1 2,7 1,5 1,3 3,1 4,6 4,2 4,5 4,7 2,1 2,8
Afrika Afrika Selatan
3,8 -1,8 2,3 3,4 3,4 3,4 3,8 3,6 3,3 3,7 2,7 2,9 2,2 2,1 1,6 2,3 1,7 2,0 1,6 1,0 1,6
Sumber: Bloomberg, Consensus Forecast Oktober 2014 Keterangan: Cetak miring adalah angka proyeksi dari Bloomberg dan Consensus Forecast Oktober 2014 Tanda (-): data belum keluar
140
Lampiran
Tabel 2. Angka Pengangguran Akhir Periode (%)
Negara
2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat
7,2 10,0 9,9 9,4 9,5 9,4 9,0 9,1 9,0 8,5 8,2 8,2 7,8 7,9 7,5 7,5 7,2 6,7 6,7 6,1 5,9
Argentina
7,3 8,4 8,3 7,9 7,5 7,3 7,4 7,3 7,2 6,7 7,1 7,2 7,6 6,9 7,9 7,2 6,8 6,4 7,1 7,5
Brazil
6,8 6,8 7,6 7,0 6,2 5,3 6,5 6,2 6,0 4,7 6,2 5,9 5,4 4,6 5,7 6,0 5,4 4,3 5,0 4,8 4,9
Chili
7,5 10,0 9,0 8,5 8,0 7,1 7,3 7,2 7,4 6,6 6,6 6,6 6,5 6,1 6,2 6,2 5,7 5,7 6,5 6,5 6,6
Meksiko
4,7 5,4 5,2 5,4 5,3 5,5 5,1 5,7 5,3 5,0 5,1 4,9 4,7 5,0 5,0 5,0 4,8 4,6 4,8 4,8 4,8
-
Asia Pasifik Australia
4,5 5,5 5,4 5,2 5,1 4,9 4,9 4,9 5,3 5,2 5,1 5,2 5,5 5,4 5,6 5,7 5,7 5,9 5,8 6,0 6,1
Tiongkok
4,2 4,3 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,0 4,1 4,1 4,1 4,1
India
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a
Jepang
4,3 5,2 5,1 5,2 5,1 4,9 4,7 4,7 4,2 4,5 4,5 4,3 4,3 4,3 4,1 3,9 4,0 3,7 3,6 3,7 3,5
Korea Selatan
3,3 3,6 3,7 3,5 3,7 3,6 3,9 3,3 3,3 3,1 3,4 3,2 3,2 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,5 3,6 3,5
ASEAN-6 Indonesia
8,4 7,9 7,4 n.a 7,1 n.a 6,8 n.a 6,6 n.a 6,3 n.a 6,1 n.a 5,9 n.a 6,3 n.a 5,7 n.a 5,9
Malaysia
3,1 3,5 3,6 3,2 3,1 3,2 3,1 3,0 3,1 3,0 3,0 3,0 3,0 3,1 3,1 3,0 3,1 3,0 3,1 3,0 3,1
Filipina
6,8 7,1 7,3 8,0 7,0 7,1 7,4 7,2 7,1 6,4 7,2 6,9 7,0 6,8 7,1 7,5 7,3 6,5 7,5 7,0 6,7
Singapura
2,5 2,3 3,3 3,1 3,1 3,1 2,8 2,9 2,9 2,9 3,0 2,8 2,8 2,7 2,8 2,9 2,7 2,7 2,9 2,8 2,8
Thailand
1,4 0,9 1,0 1,2 0,9 0,7 0,7 0,4 0,8 0,4 0,7 0,7 0,6 0,5 0,7 0,6 0,7 0,6 0,9 1,2 0,8
Vietnam
4,7 4,6
-
-
- 4,3
-
-
- 3,6
-
-
- 3,2
-
-
-
-
-
-
-
Eropa Kawasan Euro
8,2 9,9 10,1 10,1 10,1 10,0 9,9 9,9 10,3 10,6 11,0 11,3 11,5 11,8 12,0 12,0 12,0 11,8 11,7 11,5 11,5
Inggris
6,3 7,8 8,0 7,9 7,7 7,8 7,8 7,9 8,3 8,4 8,2 8,0 7,8 7,8 7,8 7,8 7,6 7,2 6,8 6,3 6,1
Russia
7,8 8,2 8,6 6,8 6,6 7,2 7,1 6,1 6,0 6,1 6,3 5,2 5,0 5,1 5,7 5,4 5,3 5,6 5,4 4,9 4,9
Turki
14,0 13,5 13,7 10,5 11,3 11,4 10,8 9,2 8,8 9,8 9,9 8,0 9,1 10,1 9,4 8,1 9,2 9,6 9,7 9,1 9,8
Afrika Afrika Selatan
n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a
Sumber: Bloomberg, CEIC Keterangan: Tanda ( - ) : Data belum keluar n.a : Data tidak tersedia
141
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 3. Inflasi IHK Akhir Periode (%, yoy)
Negara
2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat
0,1 2,7 2,3 1,1 1,1 1,5 2,7 3,6 3,9 3,0 2,7 1,7 2,0 1,7 1,5 1,8 1,2 1,5 1,5 2,1 1,7
Argentina
7,2 7,7 9,7 11,0 11,1 10,9 9,7 9,7 9,9 9,5 9,8 9,9 10,0 10,8 10,6 10,5 10,5 11,0
Brazil
5,9 4,3 5,2 4,8 4,7 5,9 6,3 6,7 7,3 6,5 5,2 4,9 5,3 5,8 6,6 6,7 5,9 5,9 6,2 6,5 6,8
Chili
8,7 -1,8 0,3 1,2 1,9 3,0 3,3 3,3 3,2 4,2 3,6 2,6 2,8 1,5 1,5 1,9 1,9 2,9 3,9 4,3 4,9
Meksiko
6,5 3,6 5,0 3,7 3,7 4,4 3,0 3,3 3,1 3,8 3,7 4,3 4,8 3,6 4,3 4,1 3,4 4,0 3,8 3,8 4,2
-
-
-
Asia Pasifik Australia
3,7 2,1 2,9 3,1 2,9 2,8 3,3 3,5 3,4 3,0 1,6 1,2 2,0 2,2 2,5 2,4 2,2 2,7 2,9 3,0 2,3
Tiongkok
1,2 1,9 2,4 2,9 3,6 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,7 3,1 2,5 2,4 2,3 1,6
India*
6,7 7,2 10,4 10,3 9,0 9,5 9,7 9,5 10,0 7,7 7,7 7,6 8,1 7,3 5,7 5,2 7,1 6,4 6,0 5,7 2,4
Jepang
0,4 -1,7 -1,1 -0,7 -0,6 0,0 -0,5 -0,4 0,0 -0,2 0,5 -0,2 -0,3 -0,1 -0,9 0,2 1,1 1,6 1,6 3,6 3,3
Korea Selatan
4,1 2,8 2,5 2,7 3,4 3,0 4,1 4,2 3,8 4,2 2,7 2,2 2,1 1,4 1,5 1,2 1,0 1,1 1,3 1,7 1,1
ASEAN-6 Indonesia
11,1 2,8 3,4 5,1 5,8 7,0 6,6 5,5 4,6 3,8 3,9 4,3 3,8 3,7 5,0 5,4 7,9 8,1 7,3 6,7 4,5
Malaysia
4,4 1,1 1,4 1,6 1,8 2,1 3,0 3,5 3,4 3,0 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 3,5 3,3 2,6
Filipina
8,0 4,4 3,9 3,6 3,8 3,6 4,9 5,2 4,7 4,2 2,6 2,9 3,7 3,0 3,2 2,7 2,7 4,1 3,9 4,4 4,4
Singapura
4,3 0,0 1,6 2,7 3,7 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,8 1,6 1,5 1,2 1,8 0,6
Thailand
0,4 3,5 3,5 3,3 3,0 3,1 3,1 4,1 4,0 3,5 3,5 2,6 3,4 3,6 2,7 2,3 1,4 1,7 2,1 2,4 1,8
Vietnam
19,9 6,5 9,5 8,7 8,9 11,8 13,9 20,8 22,4 18,1 14,2 6,9 6,5 6,8 6,6 6,7 6,3 6,0 4,4 5,0 3,6
Eropa Kawasan Euro
1,6 0,9 1,6 1,5 1,9 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7 2,7 2,4 2,6 2,2 1,7 1,6 1,1 0,8 0,5 0,5 0,3
Inggris
3,1 2,9 3,4 3,2 3,1 3,7 4,0 4,2 5,2 4,2 3,5 2,4 2,2 2,7 2,8 2,9 2,7 2,0 1,6 1,9 1,2
Rusia
13,3 8,8 6,5 5,8 7,0 8,8 9,5 9,4 7,2 6,1 3,7 4,3 6,6 6,6 7,0 6,9 6,1 6,5 6,9 7,8 8,0
Turki
10,1 6,5 9,6 8,4 9,2 6,4 4,0 6,2 6,2 10,5 10,4 8,9 9,2 6,2 7,3 8,3 7,9 7,4 8,4 9,2 8,9
Afrika Afrika Selatan
9,5 6,3 5,2 4,1 3,1 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1 6,0 5,5 5,4 5,7 5,9 5,5 6,0 5,4 6,0 6,6 5,9
Sumber: Bloomberg Keterangan: * Inflasi Wholesale Price Index
142
Lampiran
Tabel 4. Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral Posisi akhir periode (%, yoy)
Negara
2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat (Fed fund rate) Brazil (Selic rate)
0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 13,75 8,75 8,75 10,25 10,75 10,75 11,75 12,25 12,00 11,00 9,75 8,50 7,50 7,25 7,25 8,00 9,00 10,00 10,75 11,00 11,00
Chili (Overnite rate)
8,25 0,50 0,50 1,00 2,50 3,25 4,00 5,25 5,25 5,25 5,00 5,00 5,00 5,00 6,00 5,00 5,00 4,50 4,00 4,00 3,25
Meksiko (Overnite rate)
8,25 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,00 3,00
Asia Pasifik Australia (Cash target rate)
4,25 3,75 4,00 4,50 4,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25 4,25 3,50 3,50 3,00 3,00 2,75 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50
Tiongkok (Lending rate)
5,31 5,31 5,31 5,31 5,31 5,81 6,06 6,31 6,56 6,56 6,56 6,31 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00
India (Reverse repo rate)
6,50 4,75 5,00 5,25 6,00 6,25 6,75 7,50 8,25 8,50 8,50 8,00 8,00 8,00 7,50 7,25 7,50 7,75 8,00 8,00 8,00
Jepang (O/N Call target)
0,50 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Korea Selatan (Call rate)
3,00 2,00 2,00 2,00 2,25 2,50 3,00 3,25 3,25 3,25 3,25 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,25
ASEAN-5 Indonesia (BI rate)
9,25 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50 7,50
Malaysia (O/N rate)
3,25 2,00 2,25 2,50 2,75 2,75 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,25
Filipina (O/N rate)
5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,25 4,50 4,50 4,50 4,00 4,00 3,75 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 4,00
Thailand (Repo rate)
2,75 1,25 1,25 1,25 1,75 2,00 2,50 3,00 3,50 3,25 3,00 3,00 3,00 2,75 2,75 2,50 2,50 2,25 2,00 2,00 2,00
Eropa Kawasan EURO (Refinancing rate)
2,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,25 1,50 1,00 1,00 1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 0,50 0,25 0,25 0,15 0,05
Inggris (Bank rate)
2,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Rusia (Refinancing rate) Turki (1 Week Repo)
13,00 8,75 8,25 7,75 7,75 7,75 8,00 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 -
-
- 7,00 7,00 6,50 6,25 6,25 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,50 5,50 4,50 4,50 4,50 10,00 8,75 8,25
Afrika Afrika Selatan (Refinancing rate)
11,50 7,00 6,50 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,50 5,50 5,75
Sumber: Bloomberg Keterangan: -
143
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 5. Pertumbuhan Uang Beredar Akhir Periode (%, yoy)
Negara
2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat (M2)
9,6
3,7
1,6
1,9 3,0
3,5
5,0
6,0
9,9 9,8 10,1 9,6
6,7
8,0 7,4
6,9 6,3
5,4
6,1
6,5
6,3
Argentina (M3)
14,6 13,0 16,6 25,7 34,8 45,2 42,1 42,5 40,2 38,5 31,9 34,2 35,6 44,6 34,2 30,8 29,8 25,3 23,2 22,0 19,1
Brazil (M3)
17,5 16,4 15,5 13,6 14,8 15,5 18,4 19,7 18,6 18,9 20,6 20,5 18,8 16,1 13,3 12,2 9,8
8,7
7,3
Meksiko (M3)
14,5
9,4
8,8 12,6 10,8
6,7
7,4 10,6 13,1 12,8 12,7 13,3 13,7 16,0 17,5 18,0 16,7 14,5 15,0
9,9 10,1
8,4 11,5
Asia Pasifik Australia (M3)
5,4
5,8
5,9
4,5 6,4 10,4 10,2
9,0
9,8 8,1
7,5 9,2
7,5
7,1 6,8
6,4 6,1
6,7
6,7
6,8
8,1
Tiongkok (M2)
17,8 27,6 22,5 18,5 19,0 19,7 16,6 15,9 13,0 13,6 13,4 13,6 14,8 13,8 15,7 14,0 14,2 13,6 12,1 14,7 12,9
India (M3)
19,6 17,2 17,1 15,2 15,2 17,0 16,1 17,27 16,6
Jepang (M3) Korea Selatan (M3)
16 13,0 13,7 13,6 11,2 14,0 12,7 12,5 14,9 14,0 12,2 12,7
0,7
2,2
2,0
2,2 2,1
1,8
2,0
2,3
2,3 2,6
2,6 2,0
2,1
2,2 2,5
3,1 3,1
3,4
2,9
2,5
2,5
10,4
8,1
8,8
9,3 7,7
6,9
4,7
4,1
5,7 6,2
8,7 8,5
7,6
7,3 6,8
6,6 6,7
6,6
6,4
6,7
7,3
ASEAN-5 Indonesia (M2)
14,7 13,0 10,2 12,8 12,7 15,4 16,1 13,1 16,2 16,4 18,9 21,0 18,3 15,0 14,0 11,8 14,6 12,7 10,1 13,2 11,7
Malaysia (M3)
11,9
9,1
Filipina (M3)
15,6
8,3 10,3 10,3 10,5 10,6 10,3 11,4
Singapura (M3)
11,6 10,6
Thailand (M2)
9,2
6,7
8,7
8,5 8,2
6,8 8,3
8,0 12,4 12,5 14,3 15,0 12,9 12,7 7,4 6,3
5,6 7,1
8,6 10,6 11,2 10,1 10,0 6,9
9,0 8,7
8,1 6,9
7,4
5,9
5,6
7,5 10,9 13,4 20,6 31,7 33,1 35,5 23,7 6,5
7,6 8,8
5,2 -
8,2
6,9 7,8
9,2 7,5
4,3
2,0
0,7
2,0
6,1
7,0 9,9 10,9 13,2 16,3 16,2 15,2 13,1 11,1 12,6 10,3 9,5 10,2 7,1
7,3
6,4
4,4
4,0
Eropa Kawasan Euro (M3) Inggris (M4) Rusia (M2) Turki (M3)
7,5 -0,3 -0,2 16,3
6,7
3,4
0,1 0,8
3,5 2,5
2,4 2,0
1,0
3,1 1,2 -1,6 -1,3 -0,5 -1,7 -2,7 -5,0 -5,6 -3,8 -1,0 0,3
1,1
1,8
1,3
1,7 1,6
2,8 3,0
2,8
1,5 2,5
0,2 -0,2 -0,6 -2,5
1,7 16,3 35,0 33,6 35,0 31,1 26,5 22,6 21,4 22,3 21,2 19,1 14,8 11,9 14,6 15,5 16,1 14,6 23,9 13,2 12,7 16,1 16,2 18,8 20,7 21,4 20,0 13,7
8,3 7,0
1,0 8,5
1,6 6,7
2,5 7,0
8,3 13,1 16,9 19,0 23,6 26,6 23,3 18,6 16,5
Afrika Afrika Selatan (M3) Sumber: Bloomberg Keterangan: -
144
14,8
1,8
1,6
2,5 5,1
6,9
6,5
6,0
6,8 8,3
6,7 7,0
7,5
5,2 8,1
9,2 7,0
5,9
7,9
7,3
7,9
Lampiran
Tabel 6. Surplus/Defisit Keuangan Pemerintah (% PDB)
Negara
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Amerika Amerika Serikat Argentina
-2,6
-2,1
-4,8
-12,1
-10,7
-10,1
-8,5
-4,1
1,9
1,1
1,2
-1,5
0,2
-1,7
-2,5
-2,6
Brazil
2,1
2,2
2,8
1,2
2,1
2,3
1,8
1,9
Chile
7,7
8,8
4,8
-4,5
0,0
1,9
1,0
-0,7
Meksiko
0,1
0,0
-0,1
-2,3
-2,8
-2,4
-2,6
-2,3
Asia Pasifik Australia
1,6
1,6
1,7
-2,2
-4,2
-3,4
-2,9
-1,2
Tiongkok
-0,8
0,6
-0,4
-2,8
-2,5
-1,1
-1,5
-2,1
India
-3,5
-3,1
-7,8
-6,9
-5,1
-5,8
-4,9
-4,5
Jepang
-3,2
-2,5
-3,0
-8,3
-8,7
-9,0
-9,2
-7,6
0,4
3,5
1,2
-4,1
-1,1
-2,0
-1,3
-1,5
Korea Selatan
ASEAN-6 Indonesia
-0,9
-1,3
-0,1
-1,6
-0,7
-1,1
-1,9
-2,3
Malaysia
-3,3
-3,2
-4,6
-6,7
-5,4
-4,8
-4,5
-3,9
Filipina
-1,4
-1,1
-0,1
-0,9
-3,7
-3,5
-2,0
-2,3
Singapura
6,6
12,1
8,1
-0,5
0,3
2,0
1,3
1,1
Thailand
1,9
-0,9
-1,3
-4,8
-2,7
-1,3
-4,1
-2,5
Vietnam
1,3
-4,6
-3,1
-9,3
-7,3
-5,0
-6,9
-7,1
Eropa Kawasan Euro
-1,4
-0,6
-2,1
-6,4
-6,2
-4,1
-3,7
-3,0
Inggris
-2,7
-2,7
-5,1
-11,4
-10,0
-7,6
-6,1
-5,8
Rusia
8,0
5,5
4,1
-7,9
-3,9
0,8
0,0
-0,5
Turki
0,8
-1,0
-2,2
-5,5
-3,6
-1,8
-2,8
-1,2
Afrika Afrika Selatan
0,6
1,0
-1,0
-6,6
-4,8
-4,9
-5,2
-4,7
Sumber: www.tradingeconomics.com
145
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 7. Neraca Berjalan (% PDB)
Negara
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Amerika Amerika Serikat Argentina
-6,0
-5,1
-4,7
-2,7
-3,2
-3,1
-2,7
-2,3
3,2
2,3
1,3
3,7
0,3
-0,6
0,0
-0,9
Brazil
1,2
0,1
-1,7
-1,5
-2,3
-2,1
-2,4
-3,7
Chili
4,6
4,1
-3,2
2,0
1,7
-1,2
-3,4
-3,4
-0,5
-1,4
-0,6
-0,9
-0,3
-0,8
-1,2
-1,8
Meksiko
Asia Pasifik Australia
-5,8
-6,7
-4,9
-4,6
-3,5
-2,8
-4,1
Tiongkok
8,5
10,1
9,3
4,9
4,0
1,9
2,6
2,0
-1,0
-1,3
-2,3
-2,8
-2,7
-4,2
-4,7
-1,7
India
-2,9
Jepang
3,9
4,8
3,2
2,8
3,6
2,0
1,1
0,7
Korea Selatan
1,5
2,1
0,3
3,9
2,9
2,4
4,3
5,8
ASEAN-6 Indonesia
2,9
2,4
0,0
2,0
0,7
0,2
-2,8
Malaysia
16,4
15,9
17,1
15,5
11,1
11,0
7,6
4,7
4,5
4,9
2,2
5,8
4,5
3,1
2,8
3,5
Filipina Singapura
-2,1
24,8
27,3
14,6
19,0
24,4
24,6
17,0
18,0
Thailand
1,1
6,3
0,8
8,3
3,8
1,2
-0,4
-0,7
Vietnam
-0,3
-10,0
-11,9
-6,2
-3,7
0,2
5,8
6,5
Eropa Kawasan Euro
-0,1
0,1
-1,5
-0,1
0,1
0,1
1,4
2,4
Inggris
-3,4
-2,4
-0,8
-1,2
-3,0
-1,3
-3,8
-4,4
Rusia
9,5
5,9
6,2
4,1
4,7
5,5
3,6
1,6
Turki
-6,1
-5,9
-5,6
-2,3
-6,6
-9,7
-6,0
-7,9
Afrika Afrika Selatan
-5,3
-7,0
-7,2
-4,0
-2,8
Sumber: Bank Indonesia, www.tradingeconomics.com
146
-3,4
-5,2
-5,8
Lampiran
Tabel 8. Cadangan Devisa Negara
2008 2009
2010
2011
Akhir periode (Miliar USD)
2012
2013
2014
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat
66,6 119,7
44,4 43,3
46,7 47,5
47,7
48,2
48,1 52,2
46,5
46,0 50,4
50,5
45,6
44,4
43,8
42,7
43,0 46,8
45,3
Argentina
44,9
42,4 44,3
46,0 46,6
45,6
45,8
42,2 40,1
40,8
40,0 38,3
36,8
34,2
31,5
28,9
25,0
21,3 23,4
22,4
Brazil
192,8 237,4 244,0 253,1 275,2 288,6 317,1 335,8 349,7 352,0 365,2 373,9 378,7 378,6 376,9 371,1 376,0 375,8 377,2 380,5 375,7
Chili
23,2
26,0
25,6 25,2
Meksiko
88,5
90,4
94,5 100,4 108,0 113,6 121,9 129,6 138,0 142,5 150,3 157,3 161,9 163,6 167,0 166,5 172,0 176,6 182,7 190,3 190,7
47,7
26,4 27,9
31,5
34,9
37,8 42,0
39,6
40,3 40,1
41,6
39,8
41,0
42,3
41,1
41,0 41,1
40,1
Asia Pasifik Australia Tiongkok
30,7
39
29,1 28,5
32,2 32,8
27,0
33,7
32,9 36,0
40,8
37,2 35,5
37,8
39,9
38,2
39,0
42,5
47,1 49,1
43,7
1.946,0 2.399,2 2.447,1 2.454,0 2.648,0 2.847,3 3.044,7 3.197,5 3.201,7 3.181,2 3.305,0 3.240,0 3.285,1 3.311,6 3.442,7 3.496,7 3.662,7 3.821,3 3.948,1 3.993,2 3.887,7
India
245,9 265,2 252,8 251,4 264,5 267,8 273,7 277,1 275,7 262,9 260,1 257,0 260,0 262,0 259,7 255,3 247,9 268,6 276,4 288,8 287,4
Jepang
982,8 1.033,9 990,5 995,7 1.051,5 1.035,8 1.041,4 1.061,5 1.122,9 1.220,8 1.210,5 1.195,6 1.198,1 1.193,1 1.181,8 1.175,9 1.206,3 1.202,4 1.212,9 1.216,0 1.201,1
Korea Selatan
201,2 273,7 272,3 274,2 289,8 291,6 298,6 304,5 303,4 306,4 316,0 312,4 322,0 327,0 327,4 326,4 336,9 346,5 354,3 366,6 364,4
ASEAN-6 Indonesia
49,6
60,4
66,1 70,4
80,3 89,8
99,1 112,9 107,5 103,4 103,1
99,4 102,6 105,3
97,5
91,6
88,9
92,9
95,8 101,4 104,7
Malaysia
32,7
40,0
45,6 48,7
53,8 62,4
66,0
76,1 82,0
84,0
81,3
83,5
83,2
79,6 80,7
Filipina
91,0
95,6
91,5 90,9
96,6 102,3 109,4 129,8 126,3 129,0 130,9 129,6 132,5 134,9 135,0 131,9 132,0 130,5 125,8 127,4 123,0
Singapura
174,2 189,6 197,1 200,0 214,7 225,8 234,2 242,3 233,6 237,7 243,6 243,4 252,1 259,3 258,2 259,8 268,1 273,1 272,9 278,0 266,1
Thailand
108,7 135,5 139,3 141,6 157,1 165,7 174,4 176,6 170,0 165,2 168,8 164,6 172,7 171,1 167,7 162,5 163,5 159,0 158,8 159,3 153,3
Vietnam
23,8
16,4
13,4 13,7
13,7 12,1
12,2
69,0
15,2
75,2 75,3
15,3 13,5
76,1
17,8
20,1 21,7
83,8
25,6
28,4
24,9
24,4
25,9
79,6
33,8 35,8
-
Eropa Kawasan Euro
232,2 283,6 197,2 194,8 206,5 207,1 216,5 211,7 204,3 208,1 208,0 217,8 218,4 220,0 217,2 215,5 221,9 220,8 228,8 229,4 223,4
Inggris
44,6
Russia
426 424,8 423,3 433,0 458,3 443,6 465,5 484,0 472,5 454,0 465,7 468,0 476,4 486,6 477,3 475,2 479,5 469,6 442,8 432,0 409,2
Turki
-2,2
55,7 -0,1
40,2 43,6 68,3 70,6
48,1 49,3 75,8 80,7
53,5 86,2
57,6 92,7
56,6 56,2 87,5 78,3
58,7 80,1
60,8 63,9
64,9
65,3
67,2
70,3
69,6
74,7 76,7
72,9
83,1 94,8 100,7 105,7 105,6 108,9 112,0 105,9 111,9 112,8
Afrika Afrika Selatan
30,2
35,1
34,8 34,6
36,0 35,4
40,7
41,1
40,4 39,8
41,2
40,1 41,0
41,2
40,8
39,0
41,8
41,9
41,4 40,5
41,4
Sumber: Bloomberg, SEKI-Bank Indonesia (untuk Indonesia) Keterangan: Tidak termasuk emas Tanda (-): Data belum keluar
147
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 9. Nilai Tukar Mata Uang Dunia terhadap USD Rata-rata Periode
Negara
2008 2009 2010 2011
2012 TW1 TW2 TW3 TW4
2012
2013 TW1 TW2 TW3 TW4
2013
2014 TW1 TW2 TW3
Amerika Argentina (Peso)
3,07
3,73
3,91
4,13
4,34
4,45
4,61
4,80
4,55
5,01
5,24
5,60
6,05
5,48
7,60
8,06
8,30
Brazil (Real)
1,96
2,00
1,76
1,68
1,77
1,97
2,03
2,06
1,96
2,00
2,07
2,29
2,28
2,16
2,36
2,23
2,27
Chili (Peso) Meksiko (Peso)
510,43 559,06 510,12 483,69 489,03 496,30 482,32 477,84 486,37 472,44 484,77 507,00 516,63 495,21 551,97 554,76 577,55 10,72 13,51 12,63 12,44
12,97 13,54 13,17 12,95
13,16 12,64 12,48 12,90 13,02 12,76
13,23 12,99 13,12
Asia Pasifik Australia (Dollar)
0,85
0,79
0,92
1,03
1,06
1,01
1,04
1,04
1,04
1,04
0,99
0,92
0,93
0,97
0,90
0,93
0,93
New Zealand (Dollar)
0,71
0,64
0,72
0,79
0,82
0,79
0,81
0,82
0,81
0,83
0,82
0,80
0,83
0,82
0,84
0,86
0,84
Hong Kong (Dollar)
7,79
7,75
7,77
7,78
7,76
7,76
7,76
7,75
7,76
7,76
7,76
7,76
7,75
7,76
7,76
7,75
7,75
Tiongkok (Yuan)
6,95
6,83
6,77
6,46
6,31
6,33
6,35
6,24
6,31
6,22
6,16
6,13
6,09
6,15
6,10
6,23
6,17
India (Rupee)
43,49 48,38 45,74 46,70
50,30 54,51 55,19 54,15
53,54 54,17 55,96 62,07 61,98 58,54
Jepang (Yen)
103,31 93,62 87,77 79,72
79,37 80,09 78,62 81,25
79,83 92,25 98,76 98,89 100,48 97,59 102,83 102,14 104,02
Korea Selatan (Won)
61,79 59,78 60,58
1.101 1.277 1.156 1.108 1.131 1.152 1.133 1.090 1.127 1.085 1.122 1.109 1.062 1.095 1.069 1.029 1.027
ASEAN-6 Indonesia (Rupiah) Malaysia (Ringgit) Filipina (Peso) Singapura (Dollar) Thailand (Bath) Vietnam (Dong)
9.697 10.404 9.085 8.773 9.082 9.312 9.507 9.646 9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835 11.631 11.769 3,33
3,52
3,22
3,06
44,42 47,63 45,09 43,30 1,42
1,45
1,36
1,26
33,00 34,33 31,71 30,48
3,06
3,11
3,12
3,06
43,03 42,77 41,90 41,18 1,26
1,26
1,25
1,22
30,98 31,28 31,35 30,67
3,09
3,08
3,07
3,24
3,21
3,15
42,22 40,71 41,78 43,68 43,63 42,45 1,25
1,24
1,25
1,27
1,25
1,25
31,07 29,80 29,87 31,45 31,74 30,71
3,30
3,23
3,19
44,87 44,11 43,80 1,27
1,25
1,25
32,65 32,45 32,11
16.449 17.813 19.138 20.662 20.898 20.877 20.865 20.853 20.873 20.881 20.968 21.158 21.108 21.029 21.094 21.158 21.218
Eropa
Kawasan Euro (USD/Euro)
1,47
1,39
1,33
1,39
1,31
1,28
1,25
1,30
1,29
1,32
1,31
1,33
1,36
1,33
1,37
1,37
1,33
Inggris (Poundsterling)
1,85
1,57
1,55
1,60
1,57
1,58
1,58
1,61
1,59
1,55
1,54
1,55
1,62
1,56
1,65
1,68
1,67
Rusia (Ruble) Turki (Lira)
24,90 31,76 30,36 29,40 1,31
1,55
1,51
1,68
30,16 31,07 31,95 31,08 1,80
1,81
1,80
1,79
31,06 30,42 31,65 32,79 32,55 31,85 1,80
1,79
1,84
1,97
2,03
1,90
35,03 34,97 36,29 2,21
2,11
2,16
Afrika Afrika Selatan (Rand) Sumber: Bloomberg, diolah Keterangan: -
148
8,27
8,42
7,32
7,26
7,75
8,13
8,26
8,69
8,21
8,95
9,48
9,99 10,16
9,64
10,86 10,54 10,77
Lampiran
Tabel 10. Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Dunia Rata-rata Periode
Negara
2008 2009 2010 2011
2012 TW1 TW2 TW3 TW4
2012
2013 TW1 TW2 TW3 TW4
2013
2014 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat (Dollar) 9.697 10.404 9.085 8.773 9.082 9.312
9.507 9.646
9.387 9.707 9.799 10.652 11.604 10.440 11.835 11.631 11.769
Argentina (Peso)
3.165
2.798 2.323 2.126 2.092 2.092
2.063 2.010
2.064 1.936 1.870
1.903 1.917 1.907
1.557 1.444
1.418
Brazil (Real)
5.104
5.221 5.166 5.244 5.135 4.737
4.688 4.685
4.811 4.860 4.737
4.657 5.099 4.838
5.006 5.219
5.174
Chili (Peso) Meksiko (Peso)
19,0 903,6
18,6
17,8
18,1
18,6
18,8
769,3 719,4 706,9 700,1 687,7
19,7
20,2
722,1 745,0
19,3
20,5
20,2
713,7 768,2 785,5
21,0
22,5
21,1
825,5 891,0 817,6
21,0
20,4
894,4 895,1
21,4
896,9
Asia Pasifik Australia (Dollar)
10.996 13.430 9.900 8.503 8.604 9.221
New Zealand (Dollar)
13.928 16.749 12.601 11.105 11.100 11.784 11.754 11.720 11.590 11.625 11.929 13.347 14.018 12.730 14.149 13.503 13.967
9.149 9.289
9.066 9.341 9.881 11.627 12.513 10.841 13.198 12.465 12.723
Hong Kong (Dollar)
1.246
1.342 1.169 1.127 1.170 1.200
1.226 1.244
1.210 1.252 1.262
1.373 1.497 1.346
1.525 1.500
1.518
Tiongkok (Renminbi)
1.397
1.523 1.342 1.358 1.440 1.471
1.497 1.545
1.488 1.560 1.592
1.739 1.905 1.699
1.940 1.866
1.909
India (Rupee)
223,1
214,8 198,7 188,3 180,6 170,8
172,3 178,1
175,4 179,2 175,1
171,6 187,2 178,3
191,6 194,6
194,3
Jepang (Yen)
94,4
111,1 103,7 110,1 114,4 116,3
120,9 118,7
117,6 105,2
107,7 115,5 106,9
115,1 113,9
113,1
Korea Selatan (Won)
8,9
8,1
7,9
7,9
8,0
8,1
8,4
8,8
8,3
8,9
99,2 8,7
9,6
10,9
9,6
11,1
11,3
11,5
ASEAN-5 Malaysia (Ringgit)
2.907
2.948 2.823 2.868 2.967 2.990
3.045 3.156
3.039 3.150 3.194
3.289 3.617 3.312
3.588 3.595
3.687
Filipina (Peso)
218.3
218.4 201.5 202.6 211.1 217.7
226.9 234.2
222.5 238.5 234.5
243.9 266.0 245.7
263.8 263.7
268.7
Singapura (Dollar)
6.843
7.142 6.670 6.978 7.186 7.366
7.623 7.888
7.516 7.845 7.846
8.403 9.282 8.344
9.327 9.285
9.402
Thailand (Baht)
293.7
302.7 286.7 287.8 293.1 297.7
303.2 314.4
302.1 325.7 328.1
338.7 365.6 339.5
362.5 358.5
366.5
Vietnam (Dong)
0,6
0,6
0,5
0,4
0,4
0,4
0,5
0,5
0,4
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,6
0,5
0,6
Eropa Kawasan Euro (Euro)
14.205 14.452 12.050 12.210 11.915 11.950 11.894 12.516 12.069 12.813 12.800 14.119 15.799 13.883 16.219 15.954 15.597
Inggris (Pound)
17.850 16.220 14.036 14.070 14.276 14.739 15.021 15.490 14.882 15.068 15.051 16.523 18.793 16.359 19.586 19.579 19.653
Rusia (Rubbel)
389,1
327,2 299,3 298,7 301,2 299,7
297,6 310,4
302,2 319,0 309,7
324,9 356,5 327,5
337,9 332,6
324,3
Turki (Lira)
7.427
6.698 6.026 5.220 5.056 5.154
5.272 5.375
5.214 5.437 5.328
5.411 5.730 5.482
5.345 5.508
5.439
Afrika Afrika Selatan (Rand)
1.178
1.240 1.243 1.212 1.172 1.146
1.151 1.110
1.145 1.085 1.034
1.066 1.142 1.082
1.090 1.103
1.093
Sumber: Bloomberg, diolah Keterangan: -
149
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 11. Indeks Saham Rata-rata Periode
Negara
2008 2009 2010 2011
2012 TW1 TW2 TW3 TW4
2012
2013 TW1 TW2 TW3 TW4
2013
2014 TW1 TW2 TW3
Amerika Amerika Serikat (DJIA)
11.257 8.870 10.666 11.959 12.848 12.761 13.113 13.140 12.966 13.994 14.959 15.286 15.736 14.994 16.177 16.604 16.954
Amerika Serikat (S&P 500)
1.222
946 1.140 1.268 1.349 1.350 1.401 1.418 1.379
1.514 1.609 1.675 1.769 1.642
1.835 1.900 1.976
Argentina (MERV)
1.769 1.628 2.539 3.106 2.756 2.300 2.431 2.466 2.488
3.264 3.481 3.844 5.324 3.978
5.810 7.193 9.503
Brazil (BVSP)
53.980 52.766 67.277 61.271 64.263 58.095 57.569 58.453 59.595 58.813 53.355 50.234 52.697 53.775 47.907 52.741 57.265
Chili (IGPA)
13.087 14.265 19.824 21.223 21.092 21.212 20.502 20.703 20.877 21.974 20.658 18.681 18.630 19.985 17.945 19.038 19.269
Meksiko (BOLSA)
26.774 25.302 33.303 35.916 37.792 38.545 40.445 42.114 39.724 44.384 41.414 40.926 41.199 41.981 40.321 41.675 44.779
Asia Pasifik Australia (All Ord.)
5.043 4.063 4.673 4.561 4.318 4.258 4.300 4.517 4.348
4.951 4.960 5.075 5.286 5.068
5.336 5.438 5.521
Tiongkok (Shanghai)
3.057 2.751 2.833 2.669 2.343 2.343 2.119 2.088 2.223
2.324 2.205 2.085 2.170 2.196
2.052 2.049 2.203
India (BSE)
14.406 13.637 18.182 17.769 17.183 16.791 17.625 18.916 17.629 19.519 19.336 19.344 20.703 19.726 21.107 23.911 26.239
Jepang (Nikkei 225)
12.148 9.331 10.011 9.430 9.295 9.026 8.886 9.209 9.104 11.458 13.629 14.128 14.951 13.541 14.959 14.655 15.553
Korea Selatan (KOSPI)
1.534 1.425 1.763 1.985 1.974 1.910 1.900 1.938 1.931
1.986 1.934 1.913 2.010 1.961
1.946 1.993 2.041
ASEAN-6 Indonesia (JSX)
2.095 1.979 3.056 3.729 3.971 4.019 4.113 4.311 4.104
4.598 4.938 4.457 4.364 4.589
4.530 4.895 5.124
Malaysia (KLSE)
1.148 1.080 1.373 1.506 1.553 1.580 1.634 1.647 1.604
1.647 1.743 1.769 1.811 1.742
1.821 1.868 1.867
Filipina (PCOM)
2.626 2.475 3.525 4.188 4.824 5.090 5.249 5.541 5.176
6.419 6.850 6.393 6.248 6.478
6.197 6.742 7.049
Singapura (STI)
2.680 2.273 2.937 2.972 2.922 2.877 3.027 3.064 2.973
3.262 3.299 3.171 3.161 3.223
3.093 3.259 3.313
1.501 1.535 1.413 1.400 1.462
1.313 1.423 1.549
Thailand (SET)
687
583
848 1.026 1.120 1.169 1.228 1.315 1.208
Vietnam (Ho Chi Min)
500
426
487
436
407
448
409
389
413
471
497
489
502
490
566
564
607
Eropa Kawasan Euro (DJ Stoxx 50)
3.323 2.466 2.780 2.614 2.474 2.226 2.401 2.543 2.411
2.677 2.696 2.782 3.018 2.793
3.091 3.214 3.173
Inggris (FTSE 100)
5.370 4.562 5.466 5.686 5.822 5.551 5.744 5.844 5.740
6.300 6.438 6.530 6.612 6.470
6.680 6.764 6.756
Rusia (RTS. $ terms)
1.694
1.557 1.363 1.349 1.445 1.428
1.278 1.265 1.246
Turki (XU100)
997 1.521 1.755 1.608 1.428 1.424 1.463 1.481
37.807 37.532 59.374 60.725 58.228 58.809 65.080 72.675 63.698 81.200 83.784 73.021 74.075 78.020 64.761 76.047 79.336
Afrika Afrika Selatan (JSE AS) Sumber: Bloomberg Keterangan: -
150
26.868 23.275 28.536 31.589 33.778 33.743 35.113 37.558 35.048 40.336 39.861 42.078 44.704 41.745 46.569 49.486 51.321
Lampiran
Tabel 12. Government Debt (% PDB)
Negara
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Amerika Amerika Serikat
63,9
64,8
76,0
87,1
95,2
99,4
100,1
Argentina
64,0
56,0
49,0
49,0
45,0
42,0
44,9
45,6
Brazil
56,4
58,0
57,4
60,9
53,4
54,2
58,8
56,8
Chili Meksiko
101,5
5,0
3,9
4,9
5,8
8,6
11,2
11,9
12,8
18,2
17,1
21,1
29,7
30,1
31,1
33,1
36,9
Asia Pasifik Australia
10,0
9,7
11,8
16,9
20,4
22,9
27,2
20,5
Tiongkok
16,2
19,6
17,0
17,7
33,5
28,7
26,0
22,4
India Jepang Korea Selatan
78,5
75,4
74,7
72,5
67,5
66,7
66,6
67,7
172,1
167,0
174,1
194,1
200,0
211,7
218,8
227,2
30,1
29,7
29,0
32,6
33,4
34,0
34,8
33,8
ASEAN-6 Indonesia
39,0
35,1
33,2
28,6
26,1
24,4
24,0
26,1
Malaysia
41,5
41,2
41,2
52,8
53,5
54,3
53,3
54,8
Filipina
55,4
51,4
54,7
54,8
52,4
51,0
51,5
49,2
Singapura
89,0
87,1
94,9
105,4
101,0
103,4
108,4
105,5
Thailand
41,3
38,7
38,1
45,8
43,8
40,8
43,5
45,3
Vietnam
34,8
36,0
31,9
38,4
38,3
37,9
50,0
55,0
Eropa Kawasan Euro
68,4
66,2
70,2
80,0
85,5
87,4
90,7
92,6
Inggris
43,4
44,5
52,3
67,1
78,4
84,3
89,1
90,6
Rusia
9,0
8,5
7,9
11,0
11,0
11,7
12,7
13,4
Turki
46,5
39,9
40,0
46,1
42,3
39,1
36,2
34,4
Afrika Afrika Selatan
32,5
26,9
24,6
27,1
34,5
38,6
40,1
43,1
Sumber: www.tradingeconomics.com
151
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan III 2014
Tabel 13. Harga Komoditi Dunia 2010 Total
Akhir Periode 2011
2012
Rata-rata
2013
2014
TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
2010
2011
2012
2013
2014
TW3 TW4 TW3 TW4 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
223,7 218,2 184,3 215,1 206,8 184,1 177,5 187,0 185,2 162,8 180,1 223,9 203,2 212,5 207,7 187,0 179,4 181,4 188,1 171,7
Indeks Energi Indeks
123,6 109,6 112,3 101,8 102,4 110,1 108,6 111,4 113,0 100,6 99,4 112,6 111,7 99,2 101,9 111,3 107,2 112,4 111,7 104,1
Harga spot Minyak WTI (USD/barrel)
91,4 79,2
98,8 94,5 88,2 106,2 97,9 100,6 105,2
93,2 87,3 89,5 94,0 92,2
88,1 105,8
97,4 98,7 103,1
97,5
Batubara (USD/ton)
71,2 80,2
75,3 63,7 68,2
55,7 65,0 80,0 78,9 61,2
66,8 64,0
63,6 62,4 60,7
57,2
Gas Alam (USD/Mn Btu)
4,2
3,7
3,0
2,9
3,3
60,8 63,2 60,7 3,6
4,2
4,5
60,7 4,6
3,9
4,4
4,1
3,3
2,9
3,4
3,6
3,8
5,2
4,6
3,9
Logam Indeks
248,3 241,4 216,2 226,8 229,7 201,7 196,0 200,4 203,8 198,3 206,9 251,0 223,1 214,3 225,8 196,9 198,7 198,3 204,2 204,0
Harga spot Emas (USD/ounce) Timah (USD/mt) Tembaga (USD/mt) Alumunium (USD/mt) Nikel (USD/mt)
1.421 1.624 1.564 1.746 1.683 1.351 1.222 1.335 1.283 1.238 1.227 1.706 1.683 1.657 1.717 1.331 1.271 1.294 1.290 1.282 26.900 20.350 19.200 20.734 22.881 22.738 22.764 23.001 22.772 21.122 20.441 24.682 20.912 19.324 21.591 21.327 22.909 22.611 23.108 21.951 9.600 7.019 7.600 8.095 7.990 7.186 7.207 6.632 6.791 6.840 7.558 8.993 7.530 7.732 7.925 7.104 7.168 6.999 6.763 6.975 2.413 2.157 2.020 2.077 2.098 1.808 1.785 1.749 1.873 2.022 2.200 2.430 2.115 1.954 2.022 1.828 1.813 1.753 1.838 2.010 24.750 17.600 18.710 17.336 17.513 13.873 13.984 15.712 18.703 18.114 21.869 22.037 18.396 16.424 17.043 14.025 13.972 14.704 18.516 18.662
Pangan Indeks
273,2 260,2 195,6 273,1 246,7 211,0 200,4 219,8 209,9 164,6 198,2 257,0 232,5 278,6 252,9 222,4 203,5 205,8 217,7 180,0
Harga spot Jagung (USD/bushel) Gandum (USD/bushel) Gula (Cents/pound) Kedelai (USD/bushel)
5,9
5,7
7,1
6,1
6,3
7,7
7,2
6,6
8,4
8,2
4,8
4,1
4,6
6,9
6,5
4,3
3,1
5,4
7,0
6,1
7,9
5,3
6,3
7,1
6,2
8,3
7,3
5,8
8,4
6,9
4,1
4,3
4,6
6,9
6,6
3,5
7,2
6,8
7,1
5,7
36,2 26,3
23,3 20,0 19,3
17,4 16,6 17,9
18,2
16,0 19,6 28,7 24,7 21,2
19,7 17,1
17,6 16,7 18,1
17,2
13,5 11,5
11,8 16,9 14,5
14,0 13,2 14,2
14,4
10,3 10,3 13,5 11,6 16,9
14,7 14,4
12,9 13,5 14,7
11,8
Beras (USD/mt)
536,8 615,6 580,9 590,5 565,5 503,8 447,5 434,1 414,7 436,5 521,0 579,7 597,4 583,9 580,3 521,0 449,9 441,1 409,4 435,0
CPO (USD/mt)
1.164 916,6 997,0 865,2 679,5 724,4 792,4 868,5 760,1 649,4 856,0 1.024 956,0 910,0 715,1 723,6 783,3 814,5 795,9 693,7
Sumber: Bloomberg , IMF, diolah Keterangan: Indeks Harga Komoditi, harga rata-rata 2005 = 100
152
Tim Penyusun PEKKI Triwulan III - 2014
Editor M. Noor Nugroho
Tim Produksi M. Noor Nugroho, Diah Indira, Tora Erita Siallagan, Arief Adrianto Rasyid, Betty Purbowati Cahyadewi, dan Shanty Nathalia.
Kontributor Tulisan, Tabel, dan Grafik Perkembangan Ekonomi Global, Kawasan, dan Individu Negara M. Noor Nugroho (Perkembangan Ekonomi Global); Diah Indira (Kawasan Euro, Inggris, Brazil); Tora Erita Siallagan (India, Filipina, dan Thailand); Arief Adrianto Rasyid (Tiongkok dan Singapura); Betty Purbowati Cahyadewi (Amerika Serikat dan Jepang); dan Shanty Nathalia (Korea, Malaysia dan Vietnam) Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas M. Noor Nugroho (Pasar Keuangan, Pasar Valuta Asing, dan Pasar Komoditas). Perkembangan Kerja Sama dan Lembaga Internasional Alia Fariza (Kerja Sama Regional); Sari Hadiyati Binhadi (Kerja Sama Multilateral). Artikel Tri Yanuarti dan Shanty Natalia (Sejauh Manakah Kerentanan Utang Korporasi di Kawasan Asia?). Lampiran, Tabel, dan Grafik Azmi Utama Nawawi