BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Sejak ditetapkannya Undang-Undang No 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah yang menjadi acuan berlangsungnya sistem pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah telah banyak perubahan yang timbul pada penyelenggaraan pemerintahan di daerah. UndangUndang ini memperjelas dan mempertegas hubungan hierarkis antara kabupaten/kota dengan provinsi, antara provinsi dengan pemerintah pusat, berdasarkan atas asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah. Berdasarkan asas kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah pemerintah pusat berhak melakukan kordinasi, supervisi, dan evaluasi terhadap pemerintahan dibawahnya. Undang-Undang ini pada dasarnya mengatur mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan desentralisasi. Hakekat otonomi daerah adalah adanya hak penuh untuk mengurus dan melaksanakan sendiri apa yang menjadi bagian atau kewenangannya, oleh sebab itu otonomi daerah yang ideal adalah membutuhkan keleluasaan dalam segala hal. Dengan begitu maka daerah berkewajiban untuk mengelola potensi daerah dalam rangka pencapaian tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah, tujuan itu antara lain: peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan
1
keadilan,
demokrasi
dan
penghormatan
terhadap
budaya
lokal,
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Secara spesifik misi utama dari penerapan otonomi daerah adalah keinginan untuk menciptakan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum
dan
menciptakan
kesejahteraan ruang
bagi
daerah,
serta
masyarakat
untuk
memberdayakan berpartisipasi
dan dalam
pembangunan. Adanya otonomi daerah maka pengelolaan keuangan daerah diserahkan sepenuhnya kepada daerah, untuk dapat menjalankan kegiatan pemerintahan maka pemerintah daerah memerlukan sumbersumber keuangan yang cukup memadai. Konsekuensi yang besar ditanggung
pemerintah
daerah
dalam
menjalankan
fungsi
pemerintahannya, fungsi pemerintahan itu antara lain fungsi pelayanan masyarakat (public service function), fungsi pelaksanaan pembangunan (development function), dan fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function). Untuk melaksanakan ketiga fungsi pemerintahan tersebut tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam situasi ini daerah pasti berusaha menggali dan memajukan potensi yang ada utamanya potensi sektor pariwisata guna memakmurkan daerah dan masyarakat setempat mengingat saat ini sudah menjadi otoritas daerah itu untuk mengatur dan membangun daerahnya. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan 2
pemerintahan
kabupaten/kota
mempertegas
pemerintahan yang terdiri dari urusan
pelaksanaan
urusan
pemerintah yang sepenuhnya
menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren . Dengan demikian dalam setiap bidang urusan pemerintahan yang bersifat konkuren senantiasa terdapat bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota. Untuk mewujudkan pembagian urusan pemerintahan yang bersifat konkuren secara proporsional maka ditetapkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang meliputi,yaitu: 1. Kriteria eksternalitas didasarkan atas pemikiran bahwa tingkat pemerintahan yang berwenang atas suatu urusan pemerintahan ditentukan oleh jangkauan dampak yang diakibatkan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. 2. Kriteria akuntabilitas untuk mencegah terjadinya tumpang tindih pengakuan atau klaim atas dampak penyelenggaraan urusan pemerintahan yakni yang paling
dekat dengan dampak yang
timbul adalah yang paling berwenang melaksanakan urusan pemerintahan tersebut. 3. Kriteria
efisiensi
didasarkan
pada
pemikiran
bahwa
penyelenggara urusan pemerintahan sedapat mungkin mencapai skala ekonomis. 3
Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang terkait dengan pelayanan dasar bagi masyarakat seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup,
perhubungan,
kependudukan
dan
sebagainya.
Urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintah daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan (core competence) yang menjadi kekhasan daerah. Sektor pariwisata ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena pariwisata memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Sejalan dengan hal tersebut maka pembangunan sektor pariwisata harus terus ditingkatkan dengan mengembangkan pendayagunaan seluruh sumber dan potensi kepariwisataan yang ada serta menggali sumbersumber baru, disamping itu berbagai komponen sektor yang terkait dengan sektor kepariwisataan dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan negara melalui devisa, memperluas dan pemeratakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan dapat mendorong pembangunan daerah dalam menghadapi era globalisasi. Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan pariwisata, seperti perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata akan tetapi banyak kegiatan ekonomi lainnya yang ikut terdorong oleh adanya 4
kepariwisataan seperti transportasi, telekomunikasi, bisnis eceran dan kegiatan ekonomi lain yang menumbuhkan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya. Pariwisata Indonesia telah dianggap sebagai sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi pengahasil devisa nomor satu bagi negara. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan industri pelayanan dan jasa yang menjadi andalan Indonesia dalam rangka meningkatkan devisa negara disektor non migas. Adanya krisis
ekonomi,
sektor
pariwisata
diharapkan
menjadi
sumber
pertumbuhan yang paling cepat, dikarenakan infrastruktur kepariwisataan tidaklah mengalami kerusakan, hanya saja faktor keamanan yang menyebabkan wisatawan mancanegara mengurungkan kepergiannya ke Indonesia. Hal ini dapat memberikan harapan bahwa pariwisata dapat langsung aktif bilamana wisatawan terutama wisatawan nusantara dapat diaktifkan lagi. Walaupun penghasilan seringkali lebih dikaitkan dengan jumlah wisatawan mancanegara, karena menghasilkan devisa, namun wisatawan nusantara sangat mempengaruhi kegiatan kepariwisataan, termasuk hotel, restoran maupun industri cinderamata. Sadar akan pentingnya pengembangan sektor pariwisata ini, diseluruh Indonesia berlomba untuk mengembangkan diri dengan menggali potensi-potensi pariwisata yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Upaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan disamping 5
sektor-sektor lainnya. Hal ini dapat terlihat dengan semakin tumbuh atau berkembangnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata seperti kegiatan transportasi, hotel dan restoran, jasa perbankan, industri kecil dan kerajinan rakyat berupa makanan, minuman dan cinderamata, industri, alat-alat rumah tangga dan keperluan hotel dan sebagainya. Kegiatan pariwisata dapat merangsang masuknya investasii berbagai jenis usaha dan menghasilkan barang dan jasa kebutuhan wisatawan serta investasi sarana dan prasarana sosial ekonomi ke Daerah Tujuan Wisata (DTW). Rangsangan masuknya investasi tersebut merupakan indikasi laju perkembangan ekonomi dari hasil pengembangan industri pariwisata. Potensi objek dan daya tarik wisata alam yang dimiliki Indonesia antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentangan alam, gejala alam, serta peninggalan sejarah/budaya. Pariwisata mempunyai potensi untuk dijadikan instrumen guna
meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat,
khususnya
bagi
masyarakat setempat. Kesejahteraan itu bukan saja kesejahteraaan materiil dan spiritual, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kultural dan intelektual dan tidak kalah pentingnya, pariwisata juga berpotensi untuk dijadikan instrumen guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup, baik lingkungan fisik, alam maupun kebudayaan. Lahirnya
Undang-Undang
No.31
Tahun
2001
tentang
Pembentukan Kota Baubau, secara substansial merupakan babak baru 6
dalam pemerintahan di wilayah Kota Baubau. Undang-Undang ini menandai dimulainya era pemerintahan yang otonom pada wilayah Kota Baubau terlepas dari daerah induknya Kabupaten Buton. Kota Baubau adalah salah satu kota dari dua belas daerah otonom di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dahulu merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Buton yang terkenal dengan sebutan kota dengan benteng terluas di dunia dengan luas bentengnya yang mencapai 22,4 Ha yang telah resmi tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI). Kota Baubau sebagai kota maritim dengan pelabuhan yang merupakan gerbang Indonesia bagian timur punya potensi yang cukup besar untuk memajukan daerah dalam prospek pelaksanaan otonomi daerahnya. Sebagai kota budaya, Kota Baubau dikenal sebagai wilayah bersejarah, melalui kebudayaan Kesultanan Buton. Hal ini ditandai dengan peninggalan situs, benda-benda dan bangunan bersejarah. Kota Baubau juga
memiliki potensi sumber daya alam yang begitu banyak
punya potensi yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor kepariwisataan dimana terdapat potensi objek wisata yang beragam dan panorama alam yang sangat memukau dan menakjubkan. Kota Baubau memiliki potensi wisata dan daya tarik wisata budaya dan wisata alam yang cukup representatif untuk dikembangkan. Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Baubau juga sekaligus sebagai pusat budaya Kesultanan Buton sehingga menjadikan Kota Baubau memiliki
7
obyek wisata dari peninggalan sejarah dan kebudayaan yang sangat menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kota Baubau adalah kota yang memiliki arti penting dalam strategi pengembangan industri pariwisata. Selain kaya dengan obyek wisata budaya dan sejarah, serta keindahan alam, salah satu kota tua dikawasan timur Indonesia ini juga bisa berfungsi sebagai pintu masuk bagi para wisatawan yang akan mengunjungi barbagai objek dan tujuan wisata yang tersebar di kepulauan Buton. Sebagai kota pelabuhan untuk Kesultanan Buton yang telah dikenal sejak pertengahan abad ke-15, Kota Baubau dikenal memiliki obyek wisata yang menarik. Khusus untuk obyek wisata alam, budaya dan sejarah, tentu saja berpusat di Keraton Buton dan sekitarnya. Pada daerah kompleks keraton banyak peninggalan budaya masa lalu sebagai obyek wisata budaya salah satu diantaranya adalah Mesjid Agung Keraton Buton. Objek wisata alam yang ada di Kota Baubau antara lain pantai Nirwana yang memiliki hamparan pasir putih sejauh satu kilo meter serta menyuguhkan panorama keindahan sinar matahari disore hari (sunset) yang indah, pantai Lakeba yang sangat baik untuk berjemur pada waktu siang, berenang, menyelam serta menikmati indahnya matahari terbenam, pantai Kokalukuna yang bisa digunakan untuk menyelam dan berlibur bersama keluarga,. Selain itu ada Permandian Alam Bungi yang
8
merupakan air terjun bertingkat yang sejuk dibawah kerindangan pohon, air terjun Tirta Rimba yang berada dalam kawasan hutan lindung merupakan daya tarik natural tersendiri, air terjun Samparona dengan ketinggian hampir seratus meter dengan debit airnya yang selalu besar mampu menghilangkan rasa letih setelah berjalan jauh, serta air terjun lawaguna yang menyuguhkan keindahan alam dan sejuk hutan pinus dan kicauan berbagai jenis burung. Ada gua Lakasa yang mempunyai kedalaman 120 meter ini menyuguhkan keindahan batu stalakmit dan stalaktik juga terdapat sumber air di dalamnya, kawasan Palagimata yang dapat menyuguhkan keindahan Kota Baubau dari atas tepat di depan kantor walikota sebagai sentrum perkantoran yang mampu memikat, bukit Kolema dan Wantiro yang menyuguhkan keindahan bibir pantai Kota Baubau dengan suasana eksotik pada sore hari ketika matahari terbenam. Masyarakat Kota Baubau juga memiliki tradisi yang bisa dikemas sebagai konsumsi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tradisi ini sampai sekarang masih terus dipertahankan masyarakat antara lain haroa, upacara selamatan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulid), selamatan menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ada juga pesta rakyat yang disebut pekande-kandea yang selalu dilaksanakan tiap tahunnya. Pariwisata budaya juga masih sering ditampilkan dalam tradisi masyarakat seperti acara Posuo yaitu pingitan sebagai prosesi pelepasan
9
status remaja menjadi gadis dewasa bagi kaum wanita Buton yang telah siap untuk memasuki jenjang rumah tangga dalam kehidupannya. Berdasarkan rencana induk pengembangan pariwisata daerah Kota Baubau, kawasan pariwisata dikelompokan menjadi 6 bagian yaitu : 1. Kota Lama, sebagai pusat pelayanan wisata untuk Kota Baubau dan sekitarnya serta wisata budaya berbasis pada bangunan tradisional dan pantai sebagai penunjang, dengan obyek wisata meliputi pantai Kamali, Malige, Batu Puaro, dan Kota Lama. 2. Benteng bagai kawasan wisata budaya dengan obyek wisata meliputi Benteng Wolio dan Benteng Sorawolio. 3. Pantai sebagai kawasan wisata budaya alam berbasis pantai, dengan obyek wisata meliputi Pantai Nirwana, Pantai Lakeba, Gua Lakasa, dan Gua Moko. 4. Bungi sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan dan pantai dengan obyek wisata meliputi Air Terjun Bungi, Pantai Kokalukuna, Air Terjun Tirta Rimba, dan Hutan Wakonti. 5. Samparona sebagai kawasan wisata alam berbasis air terjun dan ekologi hutan dengan obyek wisata meliputi Air Terjun Samparona dan Air Terjun Kantongara. 6. Pulau Makassar sebagai kawasan wisata budaya berbasis pemukiman dan tata cara hidup nelayan serta pantai sebagai penunjang, dengan obyek wisata meliputi pulau Makassar.
10
Pengembangan
kepariwisataan
Kota
Baubau
diarahkan
pada
peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta penerimaan daerah. Akan tetapi keunggulan obyek wisata dan keunikan adat istiadat yang dimiliki oleh Kota Baubau serta ditambah dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk memajukan pariwisata guna peningkatan pendapatan dalam pelaksanaan otonomi daerah belum membuahkan hasil seperti yang di harapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang menyebabkan
banyaknya
masalah
dan
hambatan
yang
belum
tersolusikan. Olehnya itu, hal inilah yang kemudian melandasi penulis guna mengetahui lebih lanjut dan bermaksud melakukan penelitian tentang “Analisis Potensi Pariwisata dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Baubau”. 1.2.
Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis mengajukan rumusan masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengelolaan potensi pariwisata di Kota Baubau? 2. Seberapa besarkah dampak kontribusi sektor pariwisata terhadap pelaksanaan otonomi daerah di Kota Baubau?
11
1.3.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengelolaan potensi pariwisata di Kota Baubau. 2. Untuk mengetahui seberapa besar dampak pengelolaan pariwisata terhadap pelaksanaan otonomi daerah di Kota Baubau. 1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pengelolaan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kota Baubau
dan
dampak
pengelolaan
pariwisata
terhadap
pelaksanaan otonomi daerah di Kota Baubau. 2. Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi kalangan akademisi dalam melakukan kajian lebih lanjut mengenai upaya pengembangan sektor kepariwisataan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa, maupun bagi Pemerintah Kota Baubau dalam upaya pengembangan sektor kepariwisataan.
1.5.
Kerangka Konseptual Pembangunan nasional yang sementara ini digalakkan dalam
sektor kehidupan harus mendapat dukungan penuh dari semua pihak yang dapat menentukan laju pertumbuhan itu sendiri. Tujuan dan sasaran pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air diarahkan
12
dengan memberikan daerah hak otonom untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pembangunan daerah yang dititik beratkan pada otonomi daerah yang juga dapat dipandang sebagai suatu
cara
untuk
menggali
semua
potensi
dan
sumber-sumber
pendapatan yang ada di daerah yang sudah menjadi wewenang daerah menurut peraturan yang berlaku. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk kreatif dalam mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan asli daerah guna menopang jalannya pelaksanaan otonomi daerah yang salah satu potensi tersebut ada pada bidang pariwisata. Pengelolaan pariwisata merupakan kegiatan usaha yang harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah daerah dengan melakukan pengembangan obyek pariwisata serta memberikan alokasi dana yang memadai untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata. Selain itu penyampaian
informasi,
sosialisasi
dan
promosi
wisata
kepada
masyarakat sangatlah penting karena masyarakat akan tahu seberapa besar potensi pariwisata yang dimiliki disertai kelebihan-kelebihan lainnya yang dapat memacu keinginan yang lebih besar kepada setiap orang yang mengetahuinya untuk ikut menikmati potensi pariwisata yang dimiliki tersebut. Pengelolaan pariwisata juga sangat bergantung pada kebijakankebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah.
13
Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan di bidang pariwisata melandaskan pembangunan daerah tujuan wisata atas dasar pokok-pokok pikiran: 1. Tersedianya sarana dan prasarana fasilitas-fasiltas lainnya serta besarnya potensi kepariwisataan di daerah yang bersangkutan 2. Asas
pemerataan
pembangunan,
sehingga
pengembangan
pariwisata dapat dilaksanakan serempak tanpa mengabaikan sumber-sumber yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah. Upaya pengelolaan pariwisata harus tetap dipertahankan dalam bentuk yang bertumpu pada jati diri bangsa tanpa terpengaruh oleh dampak negatif yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya dan adat istiadat serta nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan yang terarah berdasarkan kebijakan yang terpadu antara pemerintah dan semua pihak yang terkait dimana pemerintah dituntut untuk mengadakan persiapan yang mantap sehingga apa yang direncanakan dapat tercapai. Pengelolaan pariwisata merupakan kegiatan usaha yang mencakup segala aspek kehidupan dalam masyarakat, dimana dalam pengelolaan dan pengembangannnya diperlukan adanya perencanaan dan kordinasi yang matang, terarah dan terpadu baik dari pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat serta dapat diintegrasikan dalam berbagai program pembangunan.
14
Dalam usaha pembangunan pariwisata, sangat diperlukan adanya penataan sedemikain rupa obyek-obyek pariwisata yang dimiliki oleh tiap daerah yang potensial sehingga memberikan rasa nyaman bagi para wisatawan
yang
sedang
berkunjung
ke
obyek
wisata
tersebut.
Pengembangan obyek wisata di daerah perlu terus digalakkan karena merupaka aset yang memilki nilai komersil. Hal ini akan maksimal selama pariwisata
terus
digalakkan
dam
dikembangkan
sebagai
sumber
pendapatan asli daerah dan juga sebagai sumber devisa bagi penerimaan negara menyaingi komoditi ekspor lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari kepariwisataan adalah juga bersumber dari pajak daerah. Jadi pengelolaan obyek wisata dikenakan pajak sebagai pengganti jasa yang disediakan pemerintah. Sektor yang dapat mendukung peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata adalah dengan memaksimalkan potensi dan daya tarik wisata serta memberikan perhatian yang besar terhadap tersedianya sarana dan prasarana bagi para pengunjung. Dengan demikian prospek pengembangan pariwisata di Kota Baubau sangat bergantung pada para pengelolaanya dalam hal ini pemerintahan daerah, dinas kebudayaan dan pariwisata dan pihak swasta. Mereka sedapat mungkin memaksimalkan dan memperhatikan potensi yang ada di daerahnya termasuk pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam bidang pariwisata.
15
Tabel 1.1 Kerangka Konseptual
Potensi Pariwisata
Objek Wisata
Wisata Seni dan Budaya
Wisata Alam
Pengelolaan dan Kontribusi pariwisata
Otonomi daerah
16
1.6.
Metode Penelitian 1.6.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Baubau Sulawesi Tenggara,
terutama pada dinas-dinas pemerintahan yang bersentuhan dengan sektor kepariwisataan, sebagai lembaga yang paling berkompeten dalam bidang pengembangan potensi pariwisata di daerah. 1.6.2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan tehnik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualitatif memiliki karateristik dengan mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya, tetapi laporannya bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah. 1.6.3. Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data meliputi : 1. Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau catatan-catatan resmi yang dibuat oleh sumber-sumber yang berwenang yang berkaitan lansung dengan objek yang diteliti. Data ini diperoleh dengan
17
mengumpulkan dan mencatat laporan-laporan, dokumendokumen, catatan-catatan, surat kabar harian lokal dan nasional, dan data online mengenai upaya pengembangan potensi kepariwisatan di Kota Baubau. 2. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik orang-orang yang telah ditetapkan menjadi informan maupun kondisi riil yang didapat langsung di lokasi penelitian
dengan
cara
melakukan
observasi
dan
wawancara. Dalam rangka pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data antara lain sebagai berikut : a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. b. Wawancara Wawacara adalah suatu tehnik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya
jawab.
kualitatif
Wawancara
sifatnya
18
dalam
mendalam
penelitaian
karena
ingin
mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan
data-data
yang
diperlukan
dalam
permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens
sehingga
dapat
mendukung
dan
menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. 1.6.4. Sumber Data Dalam proses pengumpulan data, penulis menetapkan sumber data yang sesuai dengan data yang dibutuhkan, yakni : 1. Untuk data sekunder, diperoleh dengan mengumpulkan dan mencatat laporan-laporan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, surat kabar harian lokal dan nasional, dan data on line mengenai upaya pengembangan potensi pariwisata di Kota Baubau. 2. Untuk data primer, diperoleh dengan melakukan wawancara serta observasi langsung di lokasi penelitian.
19
1.6.5. Tehnik Analisis Data Dalam penelitian jenis deskriptif ini peneliti menerjemahkan dan menguraikan data dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran mengenai situasi-situasi atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan dan juga didukung dengan bantuan data primer yang berasal dari hasil wawancara dengan para informan berdasarkan indikator-indikator yang ditentukan dalam penelitian ini. 1.7 Definisi Konsep Dalam rangka memudahkan proses analisis data yang diperoleh, maka definisi konsep yang ada dioperasionalisasikan ke dalam indikatorindikator agar mampu menggambarkan dan menjelaskan gejala-gejala yang dapat diuji kebenarannya. Adapun operasionalisasi konsep dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pengelolaan pariwisata yaitu strategi atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah atau dinas-dinas terkait dalam mengelola potensi pariwisata. Potensi pariwisata meliputi : a. Wisata alam b. Wisata seni dan budaya 2. Besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap pelaksanaan otonomi daerah meliputi : a. Dampak terhadap masyarakat b. Retribusi wisata dan pajak daerah
20
3. Makna Otonomi daerah yang dimaksud adalah seluruh hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam perspektif kybernology, pemerintahan didefenisikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan manusia sebagai konsumer (produkproduk pemerintahan), akan pelayanan publik dan pelayanan civil; badan yang berfungsi sebagai prosesor (pengelola, provider)-nya disebut pemerintah.
Konsumer
produk-produk
pemerintahan
disebut
yang
diperintah. Dalam menjalankan proses pemerintahan harus terwujud persatuan ( mutual trust ) antara pemerintah dan yang diperintah sehingga akan membentuk budaya pemerintahan dimana interaksi antara keduanya akan bermuara pada lingkungan dan tujuan bersama. Sektor pariwisata merupakan pelayanan publik yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. Olehnya itu pemerintah harus mampu mengontrol dan membimbing perilaku yang yang diperintahnya dalam hal ini
manusia
agar
tetap
menjaga
kelestarian
lingkungan
guna
meningkatkan dukungan lingkungan terhadap kehidupan sehingga tercipta harmonisasi antara manusia dengan lingkungannya sebagaimana adanya (das sein) maupun sebagaimana diharapkan (normatif, das sollen) .
22
2.1.
Pengertian Analisis Pengertian
analisis
dalam
kamus
besar
bahasa
Indonesia
dikemukakan bahwa analisis yaitu: 1. penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya); 2. penguraian
suatu
pokok
atas
berbagai
bagiannya
dan
permasalahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh hubungan yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1989;32), The Liang Gie, et.al. (1989:26-27) mengemukakan pengertian analisis sebagai berikut: “ Segenap rangkaian perbuatan pikiran yang menelaah sesuatu hal secara mendalam terutama mempelajari bagian-bagian dari suatu kebulatan
untuk
mengetahui
ciri
masing-masing
bagian,
hubungannya satu sama lain, dan peranannya dalam keseluruhan yang bulat itu. Dalam bidang administrasi analisis yang dilakukan itu tergolong dalam pengertian logical analisis (analisis dengan pikiran menurut logika) untuk dibedakan dengan analisis dalam ilmu alam dan kimia (physical/chemical analysis)”. Dengan pengertian diatas, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang prinsip dengan pengertian yang dikemukakan dahulu, bahkan 23
hampir sama. Hanya dalam pengertian ini lebih dijelaskan bahwa analisis menyangkut pula proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya, dan proses akal yang memecahkan masalah kedalam bagian-bagiannya dilakukan menurut metode yang konsisten. 2.2.
Pengertian Potensi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa potensi
adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan daya. Kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Abdul Halim, dalam buku “Akutansi dan Pengendalian Keuangan Daerah” (2002:332) menjelaskan bahwa dalam upaya mengoptimalisaikan pendatan asli daerah, maka langkah yang harus dilakukan yakni menghitung potensi yang ada. Hal itu penting guna mengetahui target penerimaan sekaligus sebagai alat penilaian kinerja. Dalam UU No. 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Berdasarkan hal di atas, maka diambil
24
kesimpulan bahwa potensi kepariwisataan merupakan suatu hal yang mempunyai kekuatan dan nilai tambah tersendiri untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. Menurut Nyoman S. Pendit dalam buku “ potensi pariwisata” (1994: 52) Potensi Pariwisata dapat dibagi tiga, yaitu : 2.2.1. Potensi Alam Potensi alam yang dimaksud disini adalah alam fisik, fauna dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga-tiganya selalu berperan bersama-sama, bahkan biasanya juga bersama-sama dengan potensi kebudayaan dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol perannya. 2.2.2. Potensi Budaya Yang dimaksud dengan kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat. Modal kebudayaan itu penting untuk menarik wisata tamasya agar mereka dapat menikmati kebudayaan di tempat lain. Wisatawan tamasya (pleasure tourist) hanya tinggal di sesuatu tempat selama masih ada pemandangan lain, jadi harus ada cukup banyak atraksi untuk
25
menahannya cukup lama di sesuatu tempat. Akan tetapi juga dapat diharapkan akan ada wisatawan rekreasi, yang menghabiskan waktu senggangnya di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik. 2.2.3 Potensi Manusia Potensi
manusia
merupakan
kemampuan
seseorang
atau
beberapa orang yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata. Perjalanan itu selalu kompleks sehingga atraksi yang menarik kedatangan wistawan, dan potensi kepariwisataan itu juga tidak pernah hanya potensi alam, potensi manusia atau potensi kebudayaan saja, akan tetapi ketiga-tiganya diperlukan bersama-sama. 2.3.
Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan
2.3.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata bila kita tinjau secara etimologis yang berasal dari bahasa sansekerta, kata pariwisata terdiri dari dari dua suku kata yaitu masing- masing kata “pari” dan “wisata” : 1. Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap 2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian Atas dasar itulah, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Orang yang melakukan perjalanan tersebut
26
traveler, sedang orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist. Bagi Indonesia, jejak pariwisata dapat ditelusuri kembali ke dasawarsa 1910-an, yang ditandai dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Verkeer), sebuah badan pariwisata Belanda di Batavia. Badan pemerintah ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali, (Spillane,1989 dalam I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009:35). Sebagai perbandingan, maka dibawah ini diberikan beberapa batasan tentang pengertian pariwisata yang diberikan oleh beberapa orang ahli, sebagai berikut : 1. Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 2. Menurut
Yoeti
(2001:98)
dalam
bukunya
“Pengantar
Ilmu
Pariwisata” menyebutkan : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
27
3. Menurut Kodhyat (2003:4) adalah sebagai berikut: pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. 4. Menurut Saleh Wahab dalam Nyoman S Pendit (2006:32) mengemukakan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup
serta
menstimulasi
sektor-sektor
produktif
lainnya.
Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cindramata, penginapan dan transportasi. 5. Menurut E.Guyer-Freuler dalam Nyoman S Pendit (2006:34) pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada
khususnya
disebabkan
oleh
bertambahnya
pergaulan
berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat sebagai hasil perkembangan
perniagaan,
industri
penyempurnaan alat-alat pengangkutan.
28
dan
perdagangan
serta
6. Menurut Gamal Suwantoro (2004:3) dalam buku “Dasar-dasar Pariwisata”, pariwisata yaitu suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. 7.A.J Bukhari dan S.medik yang dikutip oleh seokarjo dalam bukunya yang berjudul “Anatomi Pariwisata” memberikan pengertian: pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal ditempat-tempat tujuan itu. 8. Menurut Donald E. Lundberg: “pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha untuk bersantai. 2.3.2 Pengertian Kepariwisataan 1.
Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah daerah, dan pengusaha. 2. Seorang ahli ekonomi bangsa Australia, Schulalard, dalam Yoeti, (2001:105) telah memberikan batasan kepariwisataan sebagai berikut: “Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang 29
ada kaitanya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara. 3. Nyoman S.Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut: kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan
(laut
atau
udara),
jalan-jalan
raya,
pengangkutan setempat, program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya. 4. Menurut Donald E. Lundberg kepariwisataan adalah suatu lingkup usaha yang
terdiri dari ratusan komponen, sebagaiannya besar
sekali akan tetapi sebagian lainnya usaha kecil termasuk di dalamnya angkutan udara, kapal-kapal pesiar, kerta api, agen-
30
agen penyewa mobil, pengusaha tour dan biro perjalanan, penginapan, restoran dan pusat-pusat konvensi. Dari
pengertian-pengertian
para
ahli
diatas
penulis
dapat
memberikan kesimpulan bahwa pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan untuk mendapatkan kepuasan lahir dan batin. Dari berbagai pengertian tentang pariwisata yang dikemukakan diatas, terdapat beberapa faktor penting yang ada dalam batasan suatu defenisi mengenai pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Perjalanan ini dilakukan sementara waktu b. Perjalanan ini dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain atas kesadaran bukan paksaan c. Orang yang melakukan perjalanan tersebut harus mampu baik jasmani maupun finansial d. Tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi e. Perjalanan itu walau apapun bentuknya harus dikaitkan dengan bertamasya atau rekreasi Sedangkan defenisi wisatawan secara konseptual adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap 31
ditempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu ditempat yang didatanginya. Cohen (1974) berpendapat bahwa seorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu sementara saja, dengan harapan mendapatkan kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama. Ciri utama wisatawan yaitu: 1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal diberbagi tempat tujuan 2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegitan penduduk yang diam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan 3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan karena perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek. 4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal atau menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pariwisata merupakan suatu fenomena yang bermuara pada suatu hubungan antara manusia,
32
perjalanan dan hunian yang tidak bersifat permanen. Tetapi pada dasarnya pariwisata adalah suatu bentuk kegiatan manusia yang berpangkal tolak pada perjalanan untuk mencari kesenangan. 2.3.3 Strategi Pengembangan Pariwisata Pengembangan Pariwisata adalah usaha untuk meningkatakan daya tarik wisata melaui pengembangan fisik maupun non fisik antara lain atraksi wisata dan objek wisata, sarana dan prasarana, pelayanan sumber daya
manusia,
promosi
dan
pemasaran
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah wisata tersebut. Jadi pengembangan pariwisata yang dimaksud adalah usahausaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan, saran dan prasarana baik fisik maupun non fisik pariwisata guna mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dari kedua pengertian diatas, baik objek wisata maupun atraksi wisata pada dasarnya adalah sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang lain. Sehingga dalam pengembangan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata, harus memenuhi empat syarat, yaitu : 1. Daerah itu mempunyai daya tarik yang berbeda dengan daerah lainnya, baik objek wisata maupun atraksi wisata bila orang datang kesana. 2. Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas rekreasi dan fasilitas lain yang dapat membuat wisatawan betah ditempat itu.
33
3. Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang-barang cinderamata dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal wisatawan. 4. Di daerah tersebut tersedia fasilitas umum sepreti toilet tempat ibadah taempat makan dan minum telepon umum tempat parkir kendaraan serta jalanan yang baik yang menghubungkan tampat wisata dengan tempat-tempat lainnya. Dalam usaha pengembangan objek pariwisata sangat terkait di dalamnya beberapa komponen pelaksana dimana antara yang satu dengan yang lain saling mendukung. Komponen tersebut antara lain Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau , pihak swasta dalam hal ini disebutkan sebagai investor baik investor dalam negeri maupun investor luar negeri, masyarakat dan instansi pemerintah lainnya, dimana dalam pengembangan objek wisata ini dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Pengembangan pariwisata ini tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan pemerintah, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang
mempunyai
tugas
dan
wewenang
serta
kewajiban
untuk
mengembangkan dan memanfaatkan aset negara yang berupa obyek wisata. Sebagaimana suatu organisasi yang diberi wewenang dalam pengembangan pariwisata diwilayahnya, ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya.
34
Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata disuatu daerah. Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya, karena bagaimanapun
juga
wisatawan
menghendaki
pelayanan
yang
memuaskan. Pengembangan itu sendiri tidak terlepas didalamnya suatu upaya atau usaha pengembangan dari objek yang sudah dibangun. Karenanya pengembangan akan dapat dimengerti apabila kita akan memahami arti dari pembangunan itu sendiri. Keberhasilan
pengembangan
ditentukan
oleh
tiga
faktor
sebagaimana dikemukakan oleh Yoeti dalam buku “pengantar ilmu pariwisata” (1996:303) : “Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan kepariwisataan yaitu tersedianya obyek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, terjadinya fasilitas adminities yaitu sarana kepariwsataan yang dapat memberikan kenyamanan pelayanan kepada masyarakat”. Dalam kepariwisataan suatu strategi sangat diperlukan agar dapat membantu petumbuhan dan pengembangan pariwisata. Dalam hal ini
35
khususnya
bagi
negara-negara
penerima
wisatawan,
penataan,
pengorganisasian sampai pemasaran harus dapat dijalankan menurut konsep manajemen modern, agar tujuan meningkatkan pertumbuhan dapat dicapai. Dalam hal demikian diperlukan suatu strategi yang dapat membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan
pariwisata,
strategi
pengembangan pariwisata dapat berupa: 1.
Kebijakan di bidang pariwisata Mengeluarkan kebijakan pariwisata yang dapat menciptakan
kondisi yang mantap, kestabilan perekonomian dan politik, diskriminasi terhadap penanaman modal asing, pengeluaran peraturan yang jelas untuk pengambilan laba dan suatu tarif pajak keuntungan yang rendah akan menarik investasi modal asing didalam negeri. 2. Pembentukan organisasi/lembaga pariwisata Dengan bertambah luasnya kegiatan pariwisata maka perlu dibentuk suatu badan yang bertanggung jawab di sektor pariwisata yang diarahkan
untuk
menunjang
kepariwisataan
yang
meliputi
badan
pariwisata pusat dengan organisasi sekelilingnya di berbagai daerah dan propinsi yang saling membantu dalam mencapai tujuan.
36
3. Bantuan modal asing Jenis bantuan ini bervariasi sesuai dengan kebijakan pariwisata, kondisi politik dan ekonomi suatu negara. Bantuan ini dapat berupa subsidi-subsidi dari pemerintah kepada investor-investor swasta untuk membantu melancarkan proyek-proyek dan kemudahan-kemudahan wisata didaerah yang ekonominya masih terbelakang. Bantuan tersebut yaitu: 1. Bantuan teknis di bidang pelayanan adalah faktor utama dalam kepariwisataan, salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan adalah sarana dan prasarana kepariwisataan. 2. Pemasaran pariwisat adalah proses manajemen dimana organisasi pemerintah nasional dan atau badan-badan usaha wisata dalam mengidentufuksaikan
pilihannya
baik
yang
aktual
maupun
potensial. Sehubungan dengan pemasaran pariwisata, maka dikeluarkan kebijakan sapta pesona yang merupakan arena promosi pariwisata yang handal dalam rangka menarik wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di suatu negara. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Pengembangan objek wisata (The Tourism Of Development) perlu diperhatikan dan dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menarik
37
untuk
dikunjungi.
Beberapa
syarat
yang
dapat
dilakukan
dalam
pengembangan objek wisata yaitu : a. Obyek wisata tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan ”Something to see” maksudnya harus mempunyai daya tarik khusus, disamping itu juga harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai Entertaiments” bila orang datang kesana; b. Selanjutnya harus mempunyai ”Something to do” selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama; c. Kemudian yang harus ada ialah ”Something to buy” terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat masing-masing. Dari
pengertian
di
atas
dapat
diberikan
gambaran
bahwa
pengembangan objek wisata merupakan suatu cara untuk memperbaiki objek wisata itu sendiri guna meningkatkan kunjungan wisatawan. 2.3.4. Jenis-Jenis Pariwisata Nyoman S. Pendit, dalam buku “potensi pariwisata” (2006:37-43) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Wisata Budaya merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan
38
kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka 2. Wisata Kesehatan hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat
menyembuhkan,
tempat
yang
memiliki
iklim
udara
menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya. 3. Wisata Olah Raga yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa saja olah raga memancing, berburu, berenang. 4. Wisata Komersial dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial,
seperti
pameran
industri,
pameran
dagang
dan
sebagainya. 5. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-
39
bengkel
besar
dengan
maksud
tujuan
untuk
mengadakan
peninjauan atau penelitian. Misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil. 6. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik. Misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow,
Penobatan
Ratu
Inggris,
Perayaan
Kemerdekaan,
Kongres atau konvensi politik yang disertai dengan darmawisata 7. Wisata Konvensi yaitu Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok. 8. Wisata Sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya. 9. Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan
ke
proyek-proyek
pertanian,
perkebunan,
ladang
pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam
warna
dan
suburnya
dikunjunginya.
40
pembibitan
di
tempat
yang
10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari yakni wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk
atau
laut.
Seperti
memancing,
berlayar,
menyelam,
berselancar, balapan mendayung dan lainnya. 11. Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. 12. Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng. 13. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat
dan
kepercayaan
umat
atau
kelompok
dalam
masyarakat Ini banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti di Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan sebagainya. 14. Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan madu
41
dengan fasilitasfasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka. 15. Wisata Petualangan Suatu wisata perjalanan (Adventure Tourism) yang dilakukan seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi (off the beaten track) penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, dan terjun kedalam sungai yang sangat curam. 16. Wisata Pendidikan (study tour) yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi pengetahuan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. 2.3.5. Industri Pariwisata Industri Pariwisata bukanlah menurut pendapat kebanyakan orang adalah gambaran suatu industri adalah suatu bangunan pabrik yang mempunyai cerobong dan mengunakan mesin-mesin tetapi Industri pariwisata merupakan suatu industri yang terdiri dari dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lain. Produk Industri Pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannnya, sampai di tempat tujuan, hingga ketempat asalnya. Sedangkan produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang
42
saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial) dan jasa alam. Menurut Suwantoro (2007:75) pada hakekatnya pengertian produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai kedaerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali kerumah dimana ia berangkat semula. Dalam pengertian ekonomi makro yang termasuk dalam industri pariwisata adalah keseluruhan unit-unit industri (travel agent, tourist transportation, hotel, catering trade, tour operator, tourist object, tour attraction, souvenir shop) baik tempat kedudukannya di dalam negeri atau di luar negeri yang ada kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan (Yoeti, 1990). Menurut
Prof.Dr.Didi
Atmadilaga
“industri
pariwisata
adalah
serangakaian perusahan yang satu sama lain terpisah, sangat beraneka ragam dalam skala, fungsi, lokasi, dan menghasilkan berbagai barang dan jasa bagi kepentingan kebutuhan wisatawan dalam perjalanan dan keperluan lainnya yang berkaitan. Dalam hal ini perusahaan primer mengurus keperluan transportasi, akomodasi, makanan, dan minuman untuk persiapan perjalanan. Perusahaan sekunder memasok cindera mata dan barang lain keperluan wisatawan, menyediakan hiburan, asuransi, bank, jasa, dan sebagainya. Disamping itu, terdapat lembaga lain seperti keperluan perusahan primer, perusahaan penghasil keperluan
43
umum, dan perusahaan yang menyelenggarakan penggalakan wisata, biro, iklan ,jasa konsultasi, bagi perusahaan pariwisata lainnya”. Semenjak wisatawan tersebut memulai perjalanan wisatanya jasajasa yang dibutuhkannya tidak hanya dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh banyak dan macam-macam perusahaan. Jadi ada serangkaian jasa-jasa yang diperlukan wisatawan, oleh karena itu produk industri pariwisata adalah merupakan suatu package. Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut yaitu: 1. Tourist Objects atau obyek pariwisata yang terdapat pada daerahdaerah tujuan wisata, yang menjadi daya tarik orang-orang untuk dating berkunjung ke daerah tersebut. 2. Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi perhotelan, bar, restoran, entertainment dan rekreasi. 3. Transportasi yang menghubungkan daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisatawan serta transportasi ditempat tujuan ke obyekobyek pariwisata. klasifikasi sektor utama dalam industri pariwisata yaitu : 1. Sektor Pemasaran (The Marketing Sector) Mencangkup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya kantor biro perjalanan
dengan
jaringan
44
cabangnya,
kantor
pemasaran
maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata tertentu, dan sebagainya. 2. Sektor Perhubungan (The Carrier Sector) Mencangkup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal wiatawan (traveller generating region) dengan tempat tujan wisatawan (tourist destinantion region). 3. Sektor Akomodasi (The Accommodation Sector) Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman (food and beverage). 4. Sektor Daya Tari/atraksi Wisata (The Attraction Sector) Sektor ini berfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya berada pada daerah tujuan wisatawan di daerah transit. Misalnya taman budaya, hiburan, even olah raga, dan peninggalan budaya. 5. Sektor Tour Operator (The Tour Operator Sector) yaitu mencakup perusahaan
penyelanggara
dan
penyedia
paket
wisata.
Perusahaan ini membuat adan mendesain paket pejalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata). 6. Sektor Pendukung/rupa-rupa (The Miscellaneous Sector). Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di
45
negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/tempat tujuan wisata. Misalnya toko oleh-oleh (Souvenir). 7. Sektor
Pengkoordinasi/regulator
(The
Coordinating
sector)
mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik ditingkat lokal,regional,
maupun
internasional.
Sektor
ini
biasanya
menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Sebagai sebuah industri, pariwisata tentunya bukan hanya sekedar kegiatan usaha dalam ruang lingkup penyediaan dan penyelenggaraan fasilitas perjalanan seperti angkutan, akomodasi, hiburan, souvenir, atraksi kebudayaan serta fasilitas-fasilitas lainnya yang dibutuhkan wisatawan, tetapi juga memiliki unsur ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Dalam
pengembangan
sektor
pariwisata,
negara
harus
memprtimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu: 1. Perencanaan
pengembangan
pariwisata
harus
menyeluruh
sehingga segi pengembangan pariwisata diperhitungkan dengan memperhatikan pula perhitungan untung dan rugi apabila dengan pembangunan sektor lain. 2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan kedalam pola dan program pembangunan ekonomi, fisik dan sosial suatu negara
46
karena pengembangan pariwisata sangat terkait dengan sektor lain dan dapat mempengaruhi pembangunan sektor lain. 3. Pembangunan
pariwisata
harus
diarahkan
sedemikian
rupa
sehingga dapat membawa kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat. 4. Pengembangan pariwisata harus “sadar lingkungan” sehingga pengembangannya mencerminkan cirri-ciri khas budaya dan lingkugan alam suatu negara, bukan merusak lingkungan alam dan budaya yang khas tersebut. Pertimbangan yang utama harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana untuk memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan peninggalan sejarah sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaan itu. 5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikan rupa sehingga pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin. Disamping itu sedapat mungkin harus menampakan perubahanperubahan sosial yang positif. 6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelasjelasnya
berdasarkan
pertimbangan
yang
matang
sesuai
kemampuan. 7. Pencatatan (monitoring) secara terus menerus mengenai pengaruh pariwisata terhadap suatu masyarakat dan lingkuangan akan merupakan sarana pengendalian pengembagan yang terarah.
47
8. Pengembangan kepariwisataan dewasa ini secara sadar digiatkan oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Pemerintah di negara-negara tersebut langsung atau tidak langsung membina pengembangan mengingat pemeliharaan
kepariwisataan
perkembangan dan
masing-masing
pariwisata
pengembangan
negaranya
berkaitan
dengan
sektor-sektor
lain.
Pengembangan pariwisata ini tidak dapat berdiri sendiri dan manfaat maksimal hanya dapat dicapai bila pertumbuhannya selaras dengan usaha pemeliharaan dan pengembangan sektor lain. 2.4 Pengertian Otonomi Daerah Otonomi daerah terdiri dari kata otonomi dan daerah merupakan istilah yang secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu “auto” yang artinya sendiri dan “nomos” yang artinya aturan, yang kemudian otonomi diartikan
sebagai
zelwegeving
atau
pengundangan
sendiri
atau
perundangan sendiri, mengatur atau pemerintahan sendiri. Jadi secara etimologi otonomi adalah diberikannya hak dan kekuasaan perundangundangan bagi daerah otonom untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Menurut UU No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
48
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah menurut UU 12 Tahun 2008,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Prof. Abdulah Rozali dalam buku “Pelaksanaan Otonomi Daerah Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung “ Penerapan otonomi daerah sesuai dengan ketentuan Undang-undang harus tetap dengan prinsip otonomi luas,nyata dan bertanggungg
jawab. Otonomi
luas dimaksudkan bahwa kepala daerah diberikan tugas, wewenang hak dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Disamping itu daerah diberikan keleluasaan untuk menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi dan karateristik masing-masing daerah.
49
Prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karateristik masing-masing daerah. Dengan demikian, isi dan jenis otonomi daerah bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan yang lainnya. Otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Betapapun luasnya otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah, pelaksanaannya harus tetap dalam kerangka Negara kesatuan republik Indonesia, yang dalam penyelenggaraanya otonomi daerah menjamin adanya hubungan
harus
yang serasi antara masyarakat dan
pemerintah.yang selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat luas. Mengacu pada pandangan Mustopadidjaja (1999) dalam tulisannya “Format Bernegara Menuju Masyarakat Madani” yang dikutip oleh Riyadi dan Brata Kusumah (2003:25) dalam “Perencanaan Pembangunan Daerah; Strategi mengenali potensi dalam mewujudkan otonomi daerah” yang menyatakan bahwa setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan
50
dalam kaitannya dengan peran pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam memikul tanggung jawab pembangunan. Dikemukakan bahwa peran pemerintah dapat ditingkatkan antara lain melalui: a)
pengurangan hambatan dan kendala-kendala bagi kreatifitas dan partisipasi masyarakat.
b)
perluasan akses pelayanan untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat.
c)
pengembangan program untuk lebih meningkatkan kemampuan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan aktif
dalam
memanfaatkan
dan
mendayagunakan
segala
sumberdaya produktif yang tersedia, sehingga memiliki nilai tambah guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Menurut Hari Sabarno dalam bukunya “Memandu Otonomi Daerah menjaga
kesatuan
Bangsa”
(2010:46),
mengemukakan
bahwa
penyelenggaraan otonomi daerah melalui asas desentralisasi memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain: pertama, desentralisasi dilaksanakan untuk mewujudkan apa yang disebut sebagai political equality yaitu kondisi yang akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas politik di daerah maupun tingkat lokal; kedua, untuk menciptakan local accountability, yaitu kehendak untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat; dan ketiga, untuk
51
mewujudkan apa yang disebut local responsiveness dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih banyak mengetahui permasalahan yang terjadi didaerah, sehingga diharapkan akan lebih mempermudah antisipasi terhadap
persoalan
dan
kebutuhan
masyarakat,
dan
sekaligus
mengarahkan kepada upaya percepatan program-program pembangunan yang pada gilirannya akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat.
52
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai daerah penelitian, penulis kemudian memberikan gambaran umum daerah penelitian yang sangat memberikan andil dalam pelaksanaan penelitian terutama pada saat pengambilan data, dalam hal ini untuk menentukan teknik pengambilan data yang digunakan terhadap suatu masalah yang diteliti. Di sisi lain pentingnya mengetahui daerah penelitian, agar dalam pengambilan data dapat memudahkan pelaksanaan penelitian dengan mengetahui situasi baik dari segi kondisi wilayah, jarak tempuh dan karakteristik masyarakat sebagai objek penelitian. 3.1 Gambaran Umum Kota Baubau Pada mulanya, Kota Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton (Wolio) yang berdiri pada awal abad ke-15 (1401–1499). Buton mulai dikenal dalam Sejarah Nasional karena telah tercatat dalam naskah Negara Kertagama Karya Prapanca pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri (desa) Keresian atau tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru. Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo,
53
Sijawangkati yang oleh sumber lisan di Buton mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad XIII. Kejayaan masa Kesultanan Buton (sejak berdiri tahun 1332 dan berakhir tahun 1960) berlangsung ± 600 tahun lamanya telah banyak meninggalkan warisan masa lalu yang sangat gemilang, sampai saat ini masih dapat kita saksikan berupa peninggalan sejarah, budaya dan arkeologi. Wilayah bekas Kesultanan Buton telah berdiri beberapa daerah kabupaten dan kota yaitu: Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kota Baubau (terdapat Keraton Kesultanan Buton). 3.1.1 Letak Geografis Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 5.21° – 5.33° Lintang Selatan dan di antara 122.30° – 122.47° Bujur Timur, atau terletak di sebelah Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kota Baubau berbatasan dengan: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Buton
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasar Wajo, Kabupaten Buton
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kadatua, Kabupaten Buton
54
Secara geografis Kota Baubau terletak di bagian Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan posisi koordinat sekitar 0,5015’ hingga 050 32’ Lintang Selatan dan 122046, Bujur Timur. Kota Baubau berada di Pulau Buton, dan tepat terletak di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap Utara. Di kawasan selat inilah aktivitas lalu lintas perairan baik nasional, regional maupun lokal sangat intensif. Secara fisik, Kota Baubau terletak di Pulau Buton, tepatnya di Selat Buton yang mempunyai aktivitas kelautan yang sangat tinggi batas-batas administrasi. 3.1.2 Luas Wilayah Luas wilayah daratannya sekitar 221,00 km2 yang tersebar dalam 4 kecamatan dan 38 kelurahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Baubau. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan dinamika pemerintah dan pembangunan, tentang tujuan dan fungsi pemekaran sangat masih menjadi perbincangan dimana kebanyakan daerah-daerah salah menafsirkan bahwa dengan kewenangan-kewenangan yang diberikan pusat oleh daerah berdasarkan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah yang berisi tentang penjelasan pemekaran sebuah daerah menjadi beberapa daerah dan penggabungan beberapa daerah menjadi sebuah daerah induk dengan syarat-syarat pemekaran dan penggabungan yang masih sangat di paksakan dimana masih banyak daerah lain yang tidak memiliki Sumberdaya dan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Kokalukuna dan Peraturan Daerah 55
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Murhum, wilayah Kota Baubau dibagi menjadi 6 wilayah kecamatan yaitu : Tabel 3.1 Wilayah Kecamatan Kota Baubau N0 1
Wilayah admnisitrasi Kecamatan Wolio terdiri atas 7 kelurahan yang meliputi Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo, Wangkanapi, Kadolokatapi dan Bukit Wolio Indah.
2
Kecamatan Betoambari terdiri atas 5 kelurahan yang meliputi Sulaa, Waborobo, Lipu, Katobengke dan Labalawa.
3
Kecamatan Bungi terdiri atas 8 kelurahan yang meliputi Kelurahan Lowu-Lowu, Kolese, Kalia-lia, Ngkaring-Ngkari, Kampeonaho, Liabuku, Waliabuku dan Palabusa.
4
Kecamatan Sorawolio terdiri atas 4 kelurahan yang meliputi Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Bugi, dan Gonda Baru
5
Kecamatan Murhum terdiri atas 11 kelurahan yang meliputi Kelurahan Baadia, Melai, Wajo, Lamangga, Tanganapada, BoneBone, Tarafu, Wameo, Kaobula, Lanto dan Nganganaumala
6
Kecamatan Kokalukuna terdiri atas 6 kelurahan yang meliputi Kelurahan Waruruma, Lakologou, Liwuto, Sukanaeyo, Kadolomoko dan Kadolo.
Sumber data: BPS Kota Baubau
56
Karakteristik Wilayah Kota Baubau untuk wilayah utara cenderung subur dan bisa dimanfaatkan sebagai wilayah pengembangan pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi wilayah Kecamatan Bungi, Sorawolio, sebagian Kecamatan Wolio dan Betoambari. Wilayah selatan cenderung kurang subur diperuntukan bagi pengembangan perumahan dan fasilitas pemerintahan. Sementara wilayah pesisir untuk pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Tabel 3.2 Luas Wilayah Kota Baubau Menurut Kecamatan Luas No
Kecamatan KM2
%
1.
Betoambari
27,89
12,62
2.
Murhum
6,45
2,92
3.
Wolio
17,33
7,84
4.
Kokalukuna
9,44
4,27
5.
Sorawolio
83,25
37,67
6.
Bungi
76,64
34,68
221
100
Jumlah
Sumber Data : BPS Kota Baubau
57
3.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan data kependudukan, sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah penduduk Kota Baubau adalah sebanyak 127.743 jiwa, penduduk laki-laki sejumlah 62.986 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 64.757 jiwa. Jumlah penduduk Kota Baubau tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Kecamatan Murhum yang merupakan pemekaran dari kecamatan Betoambari merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya dibanding 5 (lima) kecamatan lainnya dalam wilayah Kota Baubau dengan tingkat kepadatan 6.523 jiwa/Km2. Hal ini disebabkan oleh karena sejak belum dimekarkan wilayah ini menjadi tempat pemukiman sebagian besar penduduk Kota Baubau. Saat ini kecamatan Murhum mencakupi 11 (sebelas) kelurahan terbanyak cakupan kelurahan dibanding kecamatan lainnya. Sampai akhir tahun 2008 jumlah penduduk Kota Baubau mencapai 127.743 jiwa dengan keragaman etnis yakni; Buton, Muna, Jawa,
Bugis/Makassar,
Bali
dan
Toraja.
Dipandang
dari
aspek
kesejarahan mulai dari sistem Kerajaan sampai Kesultanan Buton bahkan sampai terbentuk dan berkembang pesatnya pembangunan Kota Baubau, struktur sosial yang beragam disertai keragaman etnis menjadi suatu kekuatan dan perekat serta sumber inspirasi dalam membangun Kota Baubau kedepan.
58
Tabel 3.3 Penduduk Kota Baubau menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2003-2008
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
2003
58.002
58.899
116.901
98,48
2004
58.469
62.033
120.502
94,25
2005
58.781
62.399
121.180
94,20
2006
57.027
65.312
122.339
87,31
2007
61.395
63.214
124.609
97,12
2008
62.986
64.757
127.743
97,27
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kota Baubau (2009), Kota Baubau dalam Angka 2009, diolah Ditinjau dari lapangan kerja utama penduduk Kota Baubau, dari sembilan sektor lapangan usaha, ternyata sektor perdagangan dan jasa mempunyai andil terbesar dalam menampung tenaga kerja di Kota Baubau. Dari jumlah 45.694 orang dengan status bekerja, sebanyak 11.125 orang atau sekitar 24,35 persen bekerja disektor perdagangan, selanjutnya sektor jasa sebanyak 10.619 orang atau sekitar 23,24 persen. Hal ini disebabkan karena di Kota Baubau sudah terdapat beberapa infrastruktur pendukung sektor perdagangan dan jasa seperti keberadaan pelabuhan laut yang berskala nasional dan bandar udara sehingga
59
memungkinkan lancarnya distribusi barang dan jasa dari luar, demikian juga sebaliknya. Selanjutnya beberapa sektor lainnya. Penduduk Asli masyarakat Kota Baubau pada umumnya lebih mengarah pada sektor perdagangan sebagai bahan pencaharianya. Persebaran populasi penduduk dalam wilayah Kota Baubau menurut kecamatan, yakni: Tabel 3.4 Penduduk Kota Baubau menurut Kecamatan Tahun 2003-2008
Tahun
Betoamb Murhu
Wolio
Kokaluk una
Sorawolio
Bungi
LeaLea
Jumlah
ari
m
2003
53.482
-
45.475
-
6.161
11.783
-
116.901
2004
54.886
-
46.794
-
6.404
12.418
-
120.502
2005
55.195
-
47.057
-
6.440
12.488
-
121.180
2006
13.648
42.075 32.406 15.101
6.502
12.607
-
122.339
2007
13.901
42.830 33.028 15.378
6.624
12.848
-
124.609
2008
14 246
43.914 33.899 15.738
6.776
6.217
6.95 3
127.743
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kota Baubau (2009), kota Baubau dalam Angka 2009, diolah.
60
3.1.4 Sosial Budaya Masyarakat Kota Baubau sebagian besar, merupakan asli suku Buton dan sebagian kecil adalah transmigran dari daerah-daerah lain, diantaranya Makassar, Bugis, Jawa, Tionghoa, Manado, Ambon dan Bali. Masyarakat Kota Baubau mayoritas beragama Islam dan sebagian kecil beragama Kristen, Hindu dan konghu chu. Karena letaknya yang berada di tengah-tengah jalur perdagangan dunia pada Masa kesultanan, sehingga menarik para saudagar untuk singgah dan menetap di Kota Baubau dan berbaur dengan masyarakat pribumi. Berawal dari nenek moyang yang di beri gelar “mia patamiana” Kota Baubau yang juga disebut Wolio tumbuh dan berkembang pesat dari masa ke masa, bahkan tumbuh menjadi salah satu kota maritim di bagian timur Indonesia. Konsekuensi dari sebuah kota maritim adalah banyaknya pendatang yakni para saudagar untuk melakukan transaksi perdagangan baik secara langsung maupun hanya transit di Kota Baubau. Dinamika perdagangan tersebutlah yang secara tidak
langsung mempengaruhi
kondisi sosial budaya masyarakat setempat khususnya Kota Baubau. Pemerintah Kota Baubau dalam hal ini Walikota dan Wakil Walikota beserta stafnya dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang salasatunya proses pengambilan kebijakan tidak terlepas dari nilai-nilai masyarakat, dimana wilayah Kota Baubau lahir dari sebuah pemerintahan
61
kesultanan masalalu yang nilai-nilai kearifan lokalnya (Binci-binci Kuli) masih sangat terjaga khususnya dilingkungan wilayah keraton. Nilai-nilai kearifan local(Binci-binci Kuli) merupakan sebuah falsafah masyarakat kota Baubau yang sangat melekat disetiap insane sanubari masyarakatnya baik strata sosial yang paling atas maupun sampai paling bawa, dimana pemerintah dalam hal ini pemerintah Kota Baubau dalam proses
menjaga
dan
menumbuh
kembangkan
nilai-nilai
tersebut
dengancara menerapkan dalam proses pendidikan dasar dijadikan sebuah mata pelajaran khusus membahas nilai-nilai falsafah (Binci-binci Kuli) mulai sejak dini dari Sekolah Dasar (SD) sampai pada Sekolah Menengah. Salah satu transisi yang terjadi di era sebelum kemerdekaan ke era saat ini adalah bergesernya pusat penggerak dinamika dari benteng kraton ke wilayah pelabuhan murhum yang kemudian berkembang menjadi Kota Baubau. Di tahun 1950-an, Kota Baubau adalah pusat dari wilayah Kabupaten Sulawesi Tenggara lengkap dengan Bupati dan DPRDnya. Pusat aktivitas mereka ada di Kota Baubau di daerah yang dulunya adalah pusat pemerintahan kolonial dan bukan di benteng keraton Wolio. Demikian pula nanti setelah orde baru, pusat dari Kabupaten Buton bukan di benteng Keraton Wolio, tetapi di wilayah dekat pelabuhan membentuk poros barat laut-tenggara sampai di pasar sentral Kota Baubau. Pergeseran semacam ini telah melahirkan sebuah topografi kota yang menarik dimana ada dua sentra dinamika yaitu benteng sebagai 62
sentra tradisi dan kota lama sebagai sentra ekonomi dan pelayaran untuk dunia kontemporer. 3.2 Kondisi Umum Pariwisata Kota Baubau 3.2.1 Tata Ruang Kota Baubau merupakan kota yang terletak di pulau Buton yang masuk dari gugusan kepulauan yang ada di Sulawesi Tenggara, Kota Baubau merupakan suatu daerah maritim yang sebagian dari pendapatan daerahnya berasal dari wilayah perairan. dari awal masa kesultanan daerah ini merupakan wilayah tempat persinggahan bagi pedagang Eropa, Timur Tengah dan China yang berlayar menuju Maluku, karena letaknya yang strategis dimana berada pada wilyah pertengahan dari jajaran kepulauan yang ada di Nusantara. Pada masa sekarang Kota Baubau, tetap menjadi daerah persinggahan bagi pelayaran Nusantara dan termasuk kota yang memiliki pelabuhan tersibuk kedua setelah Makassar di kawasan Indonesia bagian timur, yang setiap harinya harus melayani pelayaran yang menuju keberbagai daerah. Dalam proses perkembangannya Kota Baubau, tidak hanya memiliki pelabuhan armada pelayaran namun, di sisi lain ada bandara pesawat yang melayani penerbangan setiap harinya antara lain: Baubau – Makassar dan Baubau – Wakatobi. Untuk orientasi pengembangan daerah pariwisata, pemerintah kota Baubau telah mengembangkan infrasruktur pendukung yang diantaranya, 63
Pelabuhan Murhum yang melayani pelayaran Nusantara dengan kapal penumpang PELNI dengan 28 kali pelayaran setiap bulannya dari barat ketimur dan sebaliknya. Selain melayani pelayaran Nasional di sisi lain pelabuhan ini juga melayani pelayaran antar daerah yang berada disekitar kepulauan Buton dengan menggunakan Super jet (Speed boad) dan Kapal kayu diantaranya: Kendari, Bombana, Wakatobi, Wamengkoli, Batu Atas, Siompu, Kadatua dan lain-lain. 3.2.2 Wisatawan dan Hotel Pembangunan
kepariwisataan
yang
mengarah
pada
peran
pariwisata dalam peningkatan perekonomian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah guna membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang secara tidak langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dalam penerimaan devisa Negara. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah melalui
pengembangan
dan
pendayagunaan
berbagi
potensi
kepariwisataan daerah. Keberhasilan sektor kepariwisataan dicerminkan dengan semakin meningkatnya arus kunjungan wisatawan baik wisatawan domestic maupun mancanegara dari tahun ke tahun. 3.3
Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau Kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Baubau sesuai dengan Peraturan Daerah No.2 Tahun 2008 yaitu:
64
1. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang di pipmpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui sekretaris daerah. Dinas ini mempunyai tugas kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan tugas desentralisasi di bidang pariwisata, seni dan budaya. Untuk melaksanankan tugasnya, Dinas ini mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata, seni dan budaya b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum c. Pembinaan terhadap unit pelaksanan teknis dinas ( UPTD) , dan kelompok jabatan fungsional. d. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya 2. Organisasi Susunan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau terdiri atas: a. Kepala Dinas. Bagian dan bidang dipimpin oleh seorang kepala bagian yang berada di bawah dan bertangguang jawab langsug kepada kepala dinas. b. Bagian Tata usaha/ sekretaris yang terdiri atas:
65
1. Sub bagian perencanaan 2. Sub bagian keuangan 3. Sub bagian umum dan kepegawaian c. Bagian pengembangan Produksi Wisata terdiri atas: 1. Seksi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) dan standar mutu produksi 2. Seksi usaha jasa dan usaha sarana d. Bidang Nilai Budaya, Kesenian, Sejarah dan Purbakala terdiri atas: 1. Seksi kesenian tradisional dan sejarah 2. Seksi
lingkungan
pramuseum,
Budaya,
dan
purbakala e. Bidang pemasaran terdiri atas: 1. Seksi Promosi tenaga dan sarana 2. Seksi pengembangan dan penyuluhan f. Unit Pelaksanan Teknis Dinas ( UPTD) g. Kelompok jabatan fungsional 3.
Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, kepala dinas, sekretaris, kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala seksi di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan kerja maupun di luar lingkungan kerja sesuai dengan bidang tugasnya masing-masi
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pergeseran
paradigma
tentang
pengelolaan
daerah
dalam
pelaksanaan otonomi daerah juga membawa perubahan yang mendasar pada tata kelola Kota Baubau yang mempunyai visi dan misi terwujudnya Kota Baubau sebagai pusat perdagangan dan pelayanan jasa yang nyaman, maju, sejahtera dan berbudaya. Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita seperti yang dimaksud dalam visi jangka panjang tersebut di atas, maka perlu ditetapkan sebuah visi jangka pendek sebagai dasar membangun dan mengembangkan Kota Baubau ke depan yaitu terwujudnya Kota Baubau sebagai kota budaya yang produktif dan nyaman, melalui optimalisasi sumberdaya lokal secara profesional dan amanah, menuju masyarakat sejahtera, bermartabat, dan religi. Jika dipandang dari segi sistem wilayah di pulau Sulawesi bagian Tenggara, letak geografis Kota Baubau sangat strategis bahkan secara nasionalpun sebagai alur pelayaran dari kawasan barat Indonesia menuju kawasan timur Indonesia atau sebaliknya menjadi salah satu simpul moda transportasi. Tentunya kondisi ini merupakan anugerah dari Sang Pencipta yang amat berharga nilainya.
67
4.1 Pengelolaan Potensi Pariwisata di Kota Baubau Keragaman seni budaya dan tradisi telah menjadikan Kota Baubau sebagai daerah yang kaya dengan berbagai bentuk ekspresi seni tradisional, budaya dan pengetahuan tradisional seperti pertunjukan seni tradisional,cerita rakyat, permainan tradisional, dan upacara tradisional. Keragaman budaya dan tradisi yang merupakan hasil karya budaya ini perlu untuk dipelihara, dilindungi dan dikembangkan oleh masyarakat. Disamping itu kondisi obyektif dewasa ini menunjukkan bahwa pada era otonomi daerah, kualitas pengelolaan warisan budaya daerah seperti benda cagar budaya, situs kawasan cagar budaya dan museum belum memadai serta kurangnya apresiasi, pemahaman,
komitmen dan
kesadaran tentang arti pentingnya warisan budaya dengan berbagai kandungan nilai-nilai luhur sebagai sarana edukasi dan rekreasi. Menurut wawancara penulis dengan Asisten I Kota Baubau La Ode Muh. Rafa’at, mengatakan bahwa: “ Kota Baubau sebagai daerah otonom telah ditata dan dikelola secara baik oleh pemerintah Kota Baubau hal ini dilakukan dengan cara melakukan penataan dan pemetaan wilayah sesuai karateristik dan kondisi sosial geografis dimana Kota Baubau di bagi dalam tujuh Bagian Wilayah Kota (BWK) yang masingmasing BWK memilki keunggulan dan prioritas untuk di kembangkan dimana salah satu BWK tersebut di prioritaskan untuk pengembangan sektor pariwisata seperti daerah Kecamatan Murhum tepatnya di Kelurahan Melai tempat beradanya Benteng Keraton kesultanan Buton yang merupakan benteng peninggalan kesultanan Buton sebagai pusat pemerintahan dan ibu kota Kesultanan Buton sebagai Daerah pariwisata. Daerah ini nantinya akan dijiadikan sebagai “kampung pariwisata” Kota Baubau sehingga akan menjadi ikon tersendiri bagi daerah ini yang
68
menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang dan berkunjung ke Kota Baubau sehingga memajukan roda perekonomian kota ini. Selain itu kota ini akan dikembangkan menjadi salah satu kota pintu gerbang pariwisata di Indonesia bagian timur ”. (wawancara pada tanggal 24 Januari 2012). Dari hasil
wawancara di atas dapat dikemukakan bahwa
pemerintah Kota Baubau telah berupaya untuk memajukan sektor-sektor yang mampu memacu roda perekonomian daerah dimana salah satu sektor tersebut adalah pengelolaan pariwisata. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengembangkan berbagai objek dan daya tarik wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajuan tradisi seni dan budaya serta peninggalan sejarahnya. 4.1.1. Potensi Wisata a. Wisata Alam 1. Pantai Lakeba Hamparan pasir putih serta deburan ombak nan eksotik terhampar manis dibibir pantai Lakeba dan jika anda mengunjungi dipastikan keelokannya tak pernah anda lupakan seumur hidup. Pantai ini merupakan salah satu aset Kota Baubau yang terletak di Kelurahan Sulaa berjarak 5 km dari alam bawah laut yang sangat indah. Dilokasi ini juga terdapat
restoran
Lakeba
dengan
kualitas
memuaskan
yang
menyuguhkan beraneka makanan dan minuman siap saji. Kawasan pantai 69
ini didominasi oleh kebun kelapa membuat suasana menjadi
lebih
nyaman dan berkesan. Di lokasi juga terdapat tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan dan penjual aksesoris berupa baju dan gelang serta aksesoris lain bagi pengunjung yang telah disediakan oleh penjual dan pengelola wisata. Lokasi obyek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan jarak tempuh hanya 10-15 menit dari pusat Kota Baubau. Akses jalan menuju obyek wisata ini sangat baik karena telah diperbaiki oleh pemerintah daerah. Puncak keramaian pada obyek wisata pantai Lakeba biasanya terjadi pada akhir pekan yaitu pada hari Sabtu dan Minggu serta pada hari libur dan hari-hari besar keagamaan. 2. Pantai Nirwana Dengan airnya tiga warna serta kondisi ombak yang tenang, Pantai ini dilengkapi dengan gazebo serta kedai makanan dan minuman yang memberikan kepuasan tersendiri untuk berwisata bersama keluarga dan rekan anda. Selain memancing anda dapat pula menikmati olahraga menyelam, berenang, volly pantai skerta olahraga lainnya sambil menikmati deburan ombak dan hamparan pasir putih. Pantai ini terletak di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari 10 km dari pusat Kota Baubau dan untuk mencapai lokasi ini sangatlah mudah sekitar 10-15 menit dengan kendaraan darat. Di lokasi terdapat tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan dan penjual aksesoris
70
berupa baju dan gelang serta aksesoris lain bagi pengunjung yang telah disediakan oleh penjual dan pengelola wisata. 3.Gua Lakasa Obyek wisata ini terletak + 9 km sebelah barat Kota Baubau. Gua ini merupakan wisata minat khusus, kondisinya sangat terjang dan penuh tantangan, mempunyai kedalaman 120 m, mempunyai keindahan panorama yang cukup menarik dan memikat. Pada kedalaman 120 m, terdapat mata air yang mengkristal dan banyak ornament didalam diantaranya
terdapat
stalaktik
dan
stalaknik
yang
begitu
indah
keberadaanya mendapai ratusan tahun sehingga memberikan nuansa yang indah. Juga terdapat flyng fox sebagai pemicu penambah wahana wisata bagi pengunjung. 4.Lagawuna Terletak di kelurahan Karya Baru kecamatan Sorawolio berjarak 24 km dari pusat Kota Baubau yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan darat dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km. Air terjun, keindahan alam serta kicauan berbagai jenis burung membuat suasana nyaman untuk berakhir pekan bersama keluarga. Di tempat objek wisata ini juga terdapat tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan bagi pengunjung yang telah disediakan oleh pengelola wisata.
71
5. Air Terjun Samparona Merupakan obyek wisata minat khusus dengan suasana hutan yang masih terjaga yang terletak di kecamatan Sorawolio 13 km arah timur Kota Baubau. Ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dan dil anjutkan dengan berjalan kaki sejauh 5 km disepanjang perjalanan akan dijumpai kawasan hutan pinus serta kicauan suara burung yang akan memberikan kepuasan tersendiri bagi perjalanan wisata anda. Pada obyek wisata ini juga tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan bagi pengunjung yang telah disediakan oleh pengelola wisata. 6.Tirta Rimba Terletak di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna 8 km sebelah timur Kota Baubau. Dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 2 km. Merupakan kawasan hutan lindung dengan keanekaragaman flora dan fauna. Aliran air Permandian ini bermuara di pantai Kokalukuna. Juga terdapat
tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat
untuk jajanan dan penjual aksesoris bagi pengunjung yang telah disediakan oleh pengelola wisata.
72
7.Cagar ALam Wakonti Obyek hutan lindung yang terletak di kawasan Wakonti yang berjarak 6 km dari pusat Kota Baubau. Selain sebagai obyek wisata, kawasan ini juga dapat dijadikan sebagai tempat penelitian karena di dalamnya terdapat berbagai pohon serta anggrek liar juga hewan seperti kus-kus, kera, berbagai jenis burung, kakak tua dan kupu-kupu. terdapat pula pohon loreng yang merupakan jenis pohon langka karena warna pohonnya seperti pakaian tentara. Juga tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan dan penjual aksesoris berupa baju dan gelang serta aksesoris lain bagi pengunjung yang telah disediakan oleh pengelola wisata. 8.Permandian Bungi Terletak di Kecamatan Bungi yang berjarak 10 km dari pusat Kota Baubau yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan darat. dengan suguhan permandian yang bertingkat-tingkat serta debit air yang cukup, memudahkan para pengunjung untuk memilih lokasi yang tepat permandian ini begitu alami dan dibeberapa tempat cukup luas untuk berenang dikedalaman 1-4 meter. Di lokasi terdapat tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan dan penjual aksesoris berupa baju dan gelang serta aksesoris lain bagi pengunjung yang telah disediakan oleh pengelola wisata.
73
9.Kali Baubau Dengan pesona alamnya yang masih alami serta debit air yang cukup tiap tahunnya menjadikan Kali Baubau merupakan salah satu alternatif yang cocok untuk rekreasi dan berakhir pekan bersama keluarga. Kali ini membelah Kota Baubau yang mengalir dari selatan ke utara dan bermuara dilaut. 10. Gua Kaisabu Gua ini merupakan gua karts yang terlihat pada dinding-dindingnya. Untuk mencapai mulut gua harus memanjat dinding tebing yang cukup terjal dan hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pecinta olahraga panjat tebing. Kelelahan akan segera terobati apabila sudah melihat pahatan dan ornamen cantik buatan alam didalam gua. Akses menuju kawasan ini dapat ditempuh menggunakan transportasi darat baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang dilanjutkan berjalan kaki sejauh 1 km dengan waktu tempuh 15-20 menit. Terletak dikelurahan Kaisabu kecamatan Sorawolio 10 km dari pusat kota Baubau. Di dalam lokasi objek wisata ini terdapat penjual jajanan khas Buton juga tempat untuk melakukan flyng fox sebagai pemicu penambah wahana wisata bagi pengunjung. 11. Batu Poaro Merupakan batu yang menjadi pertanda hilangnya penyiar agama Islam di Buton yang bernama Syekh Abdul Wahid di pesisir pantai Buton. Disebut Batu Poaro karena oleh masyarakat Buton menyebutkan bahwa
74
Syekh Abdul Wahid "apoaromo te Opuna" yang artinya ia telah berhadapan dengan tuhannya dan batu ini dianggap sebagai makam beliau. Obyek Wisata ini terletak di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum 2 km dari pusat Kota Baubau. Lokasi wisata ini tepat berada di bibir pantai Wameo sehingga mudah diakses dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. 12.Kolagana Dengan
pesona
bawah
lautnya
yang
menghadirkan
keanekaragaman makhluk hidup seperti terumbu karang, ikan pelagis, lobster dan lain-lain merupakan salah satu alternatif bagi anda yang ingin menikmati eksotika kehidupan bawah laut serta panorama view ocean. Dengan potensi tersebut, ditempat ini anda juga dapat melakukan aktifitas lain seperti surfing, snorkling serta memancing. Obyek ini terletak di kecamatan Bungi 20 km dari pusat Kota Baubau. Di lokasi juga terdapat tempat beristrahat berupa pondok-pondok kecil juga tempat untuk jajanan dan penjual aksesoris berupa baju dan gelang serta aksesoris lain bagi pengunjung yang telah disediakan oleh penjual dan pengelola wisata. 13.Sulaa Birunya laut serta keindahan panorama pantainya memberikan suasana yang nyaman dan berkesan untuk wisata anda bersama keluarga dan rekan anda. Dengan kondisi pantainya yang tenang, sangat memungkinkan untuk melakukan aktifitas memancing atau menyelam.
75
14.Pantai Kamali Pantai Kamali terletak dipusat Kota Baubau sekitar 100 meter dari pelabuhan Murhum keberadaanya tepat di depan Kamali Baubau yang biasa disebut istanah Ilmiah. Tempat ini merupakan tempat (public space) yang multi fungsi. Di pagi hari tempat ini dijadikan sebagai tempat jogging, berjalan kaki di atas kerikil yang disusun berdiri sebagai tempat refleksi alami serta dipinggir lautnya banyak keluarga yang memanfaatkanya untuk berenang bersama sambil menggunakan fasilitas rekreasi yang ada Pada malam hari dapat dijadikan tempat pertunjukan seni dan budaya sambil beristrahat dan menikmati berbagai sajian makanan yang disajikan para pedagang kaki lima.
Selain itu pula daerah ini sebagai
salah satu penghasil sarung tenun Buton serta ikan asap. b. Wisata Seni Budaya 1. Gambus & Dole-Dole Gambus merupakan lantunan pantun yang dimainkan oleh seseorang atau lebih yang berisikan ajakan, kritikan atau hal-hal yang sedang terjadi saat ini. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada acaraacara hiburan dan kegiatan lomba kesenian. Dengan hadirnya atraksi ini, kecintaan terhadap budaya leluhur akan tetap terjaga dan lestari seiring perkembangan zaman yang semakin modern. Dole-Dole merupakan salah satu bentuk tradisi budaya yang dilaksanakan atas lahirnya seorang anak. Selain itu juga sebagai bentuk 76
pengobatan tradisional. Menurut kepercayaan, anak yang telah di DoleDole akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Prosesinya sang anak diletakan diatas nyiru yang dialas dengan daun pisang yang diberi minyak kelapa. Selanjutnya anak tersebut digulingkan diatasnya sehingga seluruh badan anak tersebut berminyak. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, Sya'ban dan setelah lebaran sebagai waktu yang dianggap baik. Tradisi Gambus biasanya juga di pentaskan pada acara-acara pariwisata dan menyambut tamu daerah yang berkunjung ke Kota Baubau. 2.Goraana Oputa Merupakan salah satu ritual masyarakat Buton dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal yang dimulai jam 00.00 tengah malam di kediaman Sultan Buton yang selanjutnya diikuti oleh seluruh masyarakat dan sebagai penutup dilaksanakan oleh seluruh perangkat masjid di kediaman Lakina Agama dengan menyanyikan riwayat puji-pujian Nabi Muhammad SAW. 3.Ma'Taa Masyarakat Laporo setiap tahunnya selalu mengadakan acara Ma'Taa atau pesta yang merupakan salah satu acara adat yang dikemas dalam bentuk beragam sajian makanan yang diletakan didalam talam tertutup. Acara ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Sang Pencipta atas hasil panen yang mereka terima. Dilaksanakan di
77
Galampa yang dipimpin langsung oleh seorang Parabela (ketua adat). Lokasi tempat ini berjarak sekitar 15 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, kendaran umum atau pribadi. Kondisi jalanan menuju lokasi ini bagis karena telah diperbaiki oleh pemerintah Kota Baubau. 4.Posuo Istilah posuo berasal dari kata suo yaitu sebuah bilik rumah yang ditempati para anak gadis untuk melaksanakan posuo atau pingitan. Posuo (pingitan) merupakan prosesi adat bagi gadis remaja yang telah aqil balik dalam memasuki masa dewasa sekaligus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Kegiatan ini dilakukan selama 8 hari 8 malam atau dapat pula dilaksanakan selama 4 hari 4 malam s/d 7 hari 8 malam yang di pandu oleh seorang Bhisa. Tujuan dilaksanakannya prosesi ini adalah untuk mengajarkan kepribadian, etika, akhlak serta hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Bagi gadis remaja yang telah dipingit dan keluar ruangan, maka resmilah disebut Kalambe atau wanita yang telah dewasa dan diupacarakan dalam mataana kariaa. 5.Qunua Merupakan ritual keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Buton pada 16 malam Bulan Ramadhan (15 hari puasa). Prosesinya dimulai dengan pelaksanaan shalat Tarwih bersama di Masjid Agung 78
Keraton Buton sebanyak 27 rakaat yang dimulai pada jam 00.00 tengah malam. Setelah selesai shalat lalu dengan duduk berhadap-hadapan antara Pemerintah, syarana hukumu dan masyarakat yang dilanjutkan sahur bersama dengan berbagai menu makanan tradisional khas Buton. 6.Pekakande-Kandea Setiap tahunnya masyarakat Kota Baubau menyelenggarakan syukuran atas anugrah dari yang Maha Kuasa yang dituangkan dalam bentuk
acara
adat
Pekakande-Kandea.
Dalam
pelaksanaannya,
masyarakat menyiapkan talam yang berisi makanan tradisional. Disinilah gadis remaja dengan menggunakan busana tradisional duduk menghadap talam masing-masing dan selanjutnya menunggu dua orang pelaksana mengucapkan WORE sebagai tanda acara telah dimulai. Selanjutnya terbukalah kesempatan bagi siapa saja untuk menghadapi talam. Saat inilah remaja putra dan putri menyampaikan isi hatinya melalui irama lagu berupa puisi dan pantun seraya menunggu pria melaksanakan Tompa, kemudian sebagai tanda terima kasih sang pemuda memberikan hadiah kepada sang pemudi yang memberikan suapan kepadanya. Sebagai rentetan dari acara ini kadangkala terjadilah kontak yang membawa kedua remaja dalam proses pendekatan berupa prosesi adat tanah leluhur dalam bentuk pinangan.
79
7. Tari Galangi Tarian ini dahulu dimainkan untuk mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu agung. Dengan kostumnya yang unik, dahulu bertugas mempertahankan kesultanan dari serangan musuh. Gerakannya pertama kali dipekernalkan oleh Yarona Lambelu Jenggo. Tarian ini biasanya juga di pentaskan pada acara-acara pariwisata dan menyambut tamu daerah yang berkunjung ke Kota Baubau 8.Tari Mangaru Tarian ini menggambarkan kobaran semangat ksatria yang lincah dan gesitnya menggunakan parang, keris, tombak dan senjata lainnya di medan perang. Dengan konsentrasi yang penuh serta ketajaman hati dan pikiran akan mampu mematahkan keampuhan senjata lawan. Tarian ini apabila ditampilkan selalu diawali dengan WORE sebagai pembakar semangat akan kecintaan dan kesetiaan terhadap tanah leluhur. 9.Tari kalegoa Tari tradisional yang menceritakan suka duka gadis wolio pada saat sedang akan menjalankan tradisi adat posuo atau pingitan selama delapan hari delapan malam. Busana yang dipakai disebut kombo, yakni pakaian adat yang dipakai oleh gadis dewasa ketika ia selesai melaksanakan posuo atau ketika akan menikah dilengkapi sapu tangan (kalegoa) di tangan kanan.
80
10. Tari Mancei Merupakan rangkaian prosesi adat kampung yang menggambarkan peperangan. Tarian ini sampai sekarang masih ditemui dikelurahan waborobo. Rangkaian tari ini terdiri dari atraksi dimana seseorang pemegang parang (manungkaloloi) dan dua orang yang memainkan tari mangaru. Mereka secara bergantian memainkan atraksi perang tersebut. 11.Tari Katiba Merupakan jenis tari persembahan ibu-ibu yang diperagakan oleh empat sampai enam orang ibu selangkah demi selangkah mengikuti tabuhan gendang. Tarian ini berasal dari katobengke kecamatan betoambari. 12.Tari Batanda Merupakan
bentuk
tarian
yang
melambangkan
pergaulan
dikalangan muda-mudi dalam masyarakat. Tarian ini berasal dari kelurahan gonda kecamatan sorawolio sekitar 10 km dari pusat Kota Baubau. 13.Malige Merupakan rumah tempat tinggal dan kediaman sultan Buton yaitu kediaman sultan Muhammad Hamid ( sultan Buton ke 37). Menurut adat, ada berbagai jenis rumah tergantung dari status sosial dan yang paling tinggi strata penghuninya adalah kediama sultan yang disebut Malige atau
81
Kamali. Konstruksi dari dari malige indah ini adalah kayu dengan pasak tanpa paku dan elemen konstruksi modern lainnya. Terletak 500 m dari pusat Kota Baubau. 14.Benteng Keraton Buton . Benteng keraton dulu merupakan pusat pemerintahan, kediaman sekaligus tempat pertahanan yang wilayahnya mencakup seluruh pulau Buton, pulau Muna, pulau Kabaena, kepulauan Tukang Besi (Wakatobi) serta dua daerah bagian di bagian tenggara yaitu Rumbia dan Poleang. Denah benteng keraton Buton berbentuk segi empat tidak beraturan, ada yang mengatakan sama dengan huruf “DAL” dalam tulisan Arab. Panjang keliling dinding 2.740 meter, mempunyai ketebalan antara satu sampai dua meter dan tinggi sekitar dua hingga delapan meter. Benteng mempunyai 12 lawa (pintu gerbang) dan 16 baluara atau bastion (sudut benteng yang dibuat khusus untuk kontruksi meriam dan sebagainya). Di dalam benteng terdapat rumah-rumah termasuk bekas istana yang berarsitektur tradisional khas pulau Buton, namun banyak yang tidak terawat dan sebagian sudah dirombak menjadi rumah batu. Benteng keraton adalah peninggalan sejarah dengan arsitektur tradisional yang sangat unik, indah dan menarik. Terletak 3 km dari pusat Kota Baubau dapat di akses dengan menggunakan berbagai kendaran baik roda dua maupun roda empat dengan jarak tempuh hanya sekitar 10 menit dari hotel-hotel di pusat kota. Fasilitas berupa sarana dan prasarana
82
telah tersedia di dalam lingkungan obyek wisata. Akses jalan raya telah terhubung hampir diseluruh lingkungan benteng sehingga pengunjung dapat berkeliling dalam lingkungan benteng dengan menggunakan kendaraannya. 15.Masjid Keraton Buton Pusat dari lingkungan benteng adalah masjid
Agung Keraton
Buton yang merupakan kompleks pusat kegiatan lembaga kesultanan dari bidang keagamaan dan para perangkatnya merupakan aparat kesultanan, dan dilingkungan sekitarnya adalah berupa halaman terbuka terletak ditengah pada tempat ketinggian yang menjadikannya lebih megah sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan. Masjid Agung Keraton berdenah segi empat hampir bujur sangkar yang berukuran 20,6x19.4m yang dikelilingi oleh dinding yang terbuat dari batu karang dengan kontruksi kayu yang terdiri dari dua lantai. Dari mesjid dapat melihat pemandangan indah kearah kota dan laut secara bebas dan terbuka. 16 .Masjid Quba (Masjid Pertama di Pulau Buton) Masjid ini berada sekitar satu kilo meter dari masjid keraton wolio. Dalam bahasa setempat, Quba berarti kolam. Nama ini diambil karena di depan masjid ini terdapat sebuah kolam dengan sumber mata air alami yang sampai sekarang digunakan untuk wudhu. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Muhammad Idrus yaitu sekitar tahun 1826.
83
17. Benteng Sorawolio Benteng sorawolio merupakan peninggalan sejarah Baubau terletak dikelurahan Bukit Wolio Indah, Kecamatan Wolio masih di dalam wilayah administrasi Kota Baubau, keunikan benteng Sorawolio yaitu terdiri dari benteng-benteng kecil lainnya dan merupakan subsistem pertahanan Kesultanan Buton. Benteng ini dahulu difungsikan sebagai daerah pertahanan. 18. Museum Baadia Museum baadia biasa juga disebut pusat kebudayaan wolio yang awalnya berfungsi sebagai kamali yaitu tempat tinggal sultan Buton. Museum ini terletak di bagian luar benteng wolio, denah bangunan berbentuk L di dalam bangunan terdapat benda-benda peninggalan Kesultanan Buton. Di dalam museum ini pengunjung dapat melihat dan mempelajari sejarah perjalan Kesultanan Buton dari masa ke masa karena hampir seluruh peninggalan sejarah berupa alat-alat perang, pakaian adat, serta barang-barang kesultanan ada di tempat ini. Museum ini terdapat di dalam lingkungan Benteng Keraton yang dapat di akses pengunjung dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Menurut wawancara Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Baubau, Armin mengatakan bahwa: “Kota Baubau adalah salah satu kota yang tidak dipungkiri lagi eksistensi potensi pariwisatanya, dia (Kota Baubau) memiliki potensi wisata alam yang sangat mumpuni untuk dikembangkan 84
hal ini didukung oleh tersedianya infrastrukur pendukung kendaraan umum yang menghubungkan ke titik-titik lokasi obyek wisata dari kota dan kabupaten lain yang turut membantu dalam pengembangan pariwisata. Pemerintah juga telah berupaya untuk memajukan objek wisata yang belum berkembang sehingga ke depan semua objek wisata tersebut bisa dikelola dengan baik dan dapat dikunjungi ”. (wawancara Tanggal 10 Januari 2012) Hal senada juga di ungkapkan oleh Kepala Bidang Pengembangan Produksi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Mukmin, yang mengatakan bahwa: “Menurut saya, Kota Baubau sangat potensial untuk pengembangan daerah tujuan wisata, karena memiliki beragam objek wisata, utamanya Benteng Keraton Kesultanan Buton yang menjadi bukti sejarah yang dapat dilihat secara nyata. Hanya saja pengetahuan masyarakat tentang obyek-obyek wisata utamanya disekitar sitius-situs sejarah masih kurang sehingga wisatawan baik domestik maupun asing tidak bisa mendapatkan informasi yang lengkap tentang obyek-obyek wisata. Selain obyek wisata, masih lestarinya kegiatan tradisional yang ada di masyarakat seperti pekande-kandea, posuo, maludu, qunua, pesta adat mataa, dan lain-lain. Obyek-obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan cukup banyak, hanya saja pendataan tentang acara tradisi yang bisa di kemas dalam satu paket wisata belum optimal, sehingga mengalami kesulitan dalam penetapan kalender wisata. Selain itu, kurangnya gencarnya arahan promosi nasional asset wisata Kota Baubau dalam artian bahwa Kota Baubau belum bisa mengikuti semua event-event wisata yanga ada diseluruh nusantara, juga kurangnya kerja sama dengan agenagen wisata, hotel dan restoran, serta biro-biro perjalanan wisata yang ada di lintas wilayah” (wawancara tanggal 8 Januari 2012). Dari kedua wawancara diatas dapat dikemukakan bahwa potensi obyek wisata Kota Baubau sangat mumpuni untuk di kembangkan sebagai tempat wisata. Usaha pemerintahan untuk mengoptimalkan objek wisata yang belum berkebang juga harus mendapat dukungan dari masyarakat sekitar.
85
4.1.2 Pengelolaan potensi pariwisata di Kota Baubau Wilayah Kota Baubau memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya budaya yang cukup banyak, namun belum didayagunakan secara optimal untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Potensi kekayaan alam, keindahan alam masih perlu dikembangkan. Disamping itu, Kota Baubau yang secara historik tumbuh dan berkembang dari pusat Kesultanan Buton memiliki daya tarik wisata yang cukup besar dan akhirakhir ini mulai dikenal dimancanegara, sehingga pengembangan wisata berbasis sumber daya alam dan kebudayaan perlu terus dikembangkan. Misi ini akan dilakukan dengan pencitraan nilai-nilai budaya, peningkatan kualitas dan kuantitas informasi, pemberdayaan lembagalembaga adat, dan pemenuhan sarana dan prasarana pariwisata regional sehingga dapat mempromosikan Kota Baubau sebagai kota yang memiliki modal budaya dan secara historik tumbuh dan berkembang dari pusat Kesultanan Buton pada gerbang paling timur kerajaan Melayu, sehingga unggul dan terkemuka dalam pengembangan budaya lokal dan seni, dan memiliki keunikan. a. Kondisi sarana dan prasarana Demi kelancaran arus wisatawan yang berkunjung ke objek wisata, maka diperlukan pengelolaan obyek-obyek wisata termasuk didalamnya penyediaan
berbagai
fasilitas
yang
dibutuhkan
wisatawan
dalam
menikmanti perjalanan wisatanya, dalam hal ini diperlukan berbagai
86
fasilitas dan berbagai kemudahan bagi para wisatawan, serta lebih memantapkan pengelolaan obyek-obyek wisata yang mudah dipasarkan. Selain dengan menyediakan berbagai fasilitas wisata, untuk dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung, maka menjaga kelestarian dan keaslian dari obyek wisata yang ada juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata. Pengelolaan semua potensi wisata yang ada dapat dilakukan dengan menyiapkan segala fasiltas yang dibutuhkan wisatawan seperti penyediaan sarana penginapan, sarana hiburan, sarana olahraga, dan sarana-sarana lain yang dengan tersedianya segala sarana tersebut diharapkan dapat membuat wisatawan merasa puas dan tentunya akan lebih sering untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut. Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Kepala Bidang Pengembangan Produksi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Mukmin mengatakan bahwa: “Pada umumnya sarana dan prasarana pariwisata seperti penginapan, rumah makan/restoran, travel dan perbankan di Kota Baubau cukup lengkap, hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata semuanya ada di pusat kota apalagi kita punya bandara dan terminal angkutan umum dan pada umumnya semua obyek wisata yang ada di Kota Baubau itu bisa di akses dengan lancar oleh kendaraan”. (wawancara Tanggal 8 Januari 2012) Menurut
hasil
wawancara
penulis
dengan
Kepala
Dinas
kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Armin mengatakan bahwa: “Fasilitas pendukung guna mensupport kegiatan pariwisata yang ada di kota ini (Kota Baubau) terbilang sudah lengkap, ada banyak 87
hotel dan penginapan yang siap menampung para wisatawan kapanpun mulai dari kelas bawah sampai pada hotel berbintang, kemudian tempat-tempat transaksi keuangan telah tersedia dimana-mana selain itu juga beberapa sarana hiburan seperti kafe dan tempat karaoke maupun sarana olahraga mulai dari lapangan hingga tempat khusus olahraga kebugaran telah disediakan guna mendukung arus kegiatan para wisatawan selama di kota ini (Kota Baubau). Selain itu pemerintah juga telah menyediakan akses internet secara gratis bagi pengunjung dan masyarakat kota Baubau yang terdapat area pantai Kamali.” (wawancara pada tanggal 10 Januari 2012). Mengenai
ketersediaan
sarana
dan
prasarana
pendukung
pariwisata di Kota Baubau, kepala bidang pengembangan dan produksi pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Mukmin mengatakan bahwa : “Pada umumnya sarana dan prasarana pendukung pariwisata seperti penginapan, restoran, travel, perbankan, bandara, dan terminal sudah tersedia, sedangkan akses jalan menuju obyekobyek wisata semuanya bisa dilalui oleh kendaraan”. (Wawancara Tanggal 8 januari 2012 di Objek wisata pantai Lakeba). Dari hasil wawancara dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarana
pendukung
kegiatan
pariwisata
bagi
wisatawan
sudah
mumpuni bagi penyelenggaran kegiatan wisata di Kota Baubau. Kebutuhan akan akses ketempat wisata tekah tersedia hampir ke semua obyek wisata yang ada.
88
Tabel 4.1 Sarana wisata berupa usaha Hiburan di Kota Baubau dan besaran pajak (ketetapan perbulan) No
Jenis usaha
Nama usaha
Alamat
Pajak (Rp)
Karaoke 1
Karaoke
Elmondo
Jl. Teuku Umar
400.000
2
Karaoke
Dinasti
Jl. Anoa
460.000
3
Karaoke
May-may 1
Jl. Jambu Mete
275.000
4
Karaoke
May-may 2
Jl. Lakeba
750.000
5
Karaoke
Wakatobi
Jl. Pahlawan
350.000
6
Karaoke
Salim
Jl. Monginsidi
250.000
7
Karaoke
Betoambari
Jl. Betoambari
560.000
cafe 8
Café
Toska
Jl.D. Iksanuddin
250.000
9
Café
Hailai
Jl. Lakeba
750.000
10
Café
La Bamba
Jl. Lakeba
500.000
11
Café
Eva
Jl.D. Iksanuddin
350.000
12
Cafe
Planet
Jl. Bonekom
250.000
13
Café
Classic
Jl.D. Iksanuddin
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau
89
. 200.000
Tabel 4.2 Sarana wisata berupa Restoran dan Rumah Makan di Kota Baubau dan besaran pajak (ketetapan perbulan) No
1
Jenis usaha
Restoran
Nama Usaha
Betoambari
Alamat dan
Pajak
No.telpon
(Rp)
Jl. Betoambari
250.000
(0402) 28 21240 2
Restoran
Silvana
Jl. Bulawambona
200.000
(0402) 2824116 3
Restoran
Lakeba
Jl. Lakeba
200.000
4
Restoran
Sri Solo
Jl. Yos sudarso
200.000
(0402) 28 24 234 5
Restoran
KFC
Jl. Yos sudarso
450.000
140422 6
Rumah makan
Bakso lestari
Jl. Jend. Sudirman
100.000
7
Rumah makan
Coto Makasar
Jl. Jend. Sudirman
90.000
8
Rumah makan
Sido Mampir
Jl.Betoambari 29
35.000
9
Rumah makan
Minassa Juda
Jl. Betoambari 62
90.000
10
Rumah makan
Harapan
Jl.Yos sudarso 11
60.000
11
Rumah makan
La Bomba
Jl. Yos sudarso
60.000
12
Rumah makan
Jombang
Jl.Yos sudarso
35.000
13
Rumah makan
Banjar
Jl. Batara Guru
50.000
14
Rumah makan
Simpati Empat
Jl. Agus salim
50.000
15
Rumah makan
Artomoro solo
Jl.Agus salim
35.000
16
Rumah makan
Thom yam
Jl. Agus salim
50.000
90
17
Rumah makan
Ayam
Bakar Jl.dr. Wahidin no.132
50.000
Solo 18
Rumah makan
Fantasi
Jl. Monginsidi no. 96
75.000
19
Rumah makan
Sate Solo
Jl.Kamali no.14
60.000
20
Rumah makan
Angin Mammiri
Jl. Budi utomo no.12
60.000
21
Rumah makan
Banyuwangi
Jl.Yos sudarso II
60.000
22
Rumah makan
Sahabat
Jl. Kapten Tendean
50.000
23
Rumah makan
Padaidi
Jl. Kapten Tendean
35.000
24
Rumah makan
Coto Makassar 2
Jl. Kapten Tendean
60.000
25
Rumah makan
Putri
Jl. Yos sudarso
35.000
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau
91
Tabel 4.3 Sarana wisata hotel di Kota Baubau dan besarnya pajak (ketetapan perbulan) No
Jenis
Nama usaha
usaha
1
Hotel
Ratu Rajawali
Alamat dan Nomor
Pajak
Telpon
(Rp)
Jl. Sultan Hasanuddin 250.000 (0402) 28 22162
2
Hotel
Debora
Jl.R.A Kartini
200.000
(0402) 28 26666 3
Hotel
Hill House
Jl. La Buke
150.000
(0402) 28 24316 4
Hotel
Bukit Lanto
Jl. Hayam Wuruk
150.000
(0402) 28 26378 5
Hotel
Mira
Jl. Mawar
200.000
(0402) 28 22911 6
Hotel
Rosichan
Jl. Betoambari
200.000
(0402) 28 24866 7
Hotel
Grand Hanura
Jl. RE Martadinata
150.000
(0402) 28 26657 8
Hotel
Marannu
Jl. Mayjen suprapto
100.000
(0402) 28 24554 9
Hotel
Liliyana
Jl. RA Kartini
150.000
(0402) 28 21197 10
Hotel
Sanita Buton
Jl. Ahmad yani
100.000
(0402) 28 56273 11
Hotel
Wisata
Jl. Kelapa
100.000
(0402) 28 21162 12
Losmen
Labalawa
Jl.Erlangga (0402) 28 45587
92
75.000
13
Penginapan
Poleang Jaya
Jl. Batara Guru
50.000
(0402) 28 28576 14
Penginapan
Enam Jaya
Jl. Burasa Tongka
35.000
(0402) 28 24763 15
Penginapan
Pelangi
Jl. Kamali
35.000
(0402) 28 27465 16
Penginapan
Puncak Indah
Jl. Srikaya
. 75.000
(0402) 28 25876 17
Penginapan
ZDR
Jl. Seram
60.000
18
Penginapan
Sutanto
Jl. Jembel
75.000
(0402) 28 25645 19
Penginapan
Yazim
Jl. RA Kartini
35.000
(0402) 28 27376 20
Penginapan
Aniyanti
Jl. H. Agus Salim
35.000
21
Penginapan
Salwia
Jl. Latsitarda
Renova si
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau 2011 Dari ketiga tabel di atas kita dapat melihat bahwa saat ini sudah banyak sarana pendukung pariwisata yang ada dan tersedia di Kota Baubau mulai dari hotel, penginapan, rumah makan dan sarana tempat hiburan yang tersebar dari pusat kota hingga di daerah disekitar tempat wisata di Kota Baubau. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Baubau dengan menarik pajak dari sarana-sarana pendukung pariwisata tersebut yang besarannya telah ditentukan oleh pemerintah daerah seperti yang telah tertera dalam tabel.
93
Hotel-hotel, rumah makan dan tempat hiburan pada pada ketiga tabel adalah tempat-tempat yang saat ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan. Sarana tersebut harus dikembangkan lebih baik lagi dan pelayanannya harus lebih memuaskan yang ditunjang oleh para pengelola sarana pendukung pariwisata yang berkualitas yang banyak mengetahui tentang pariwisata di Kota Baubau sehingga para wisatawan pun tidak kesulitan dan gampang untuk mengakses tempat-tempat wisata yang strategis yang ada di Kota Baubau. Manfaat jangka panjangnya adalah para wisatawan akan betah berlama-lama dan berniat akan mengulangi kunjungannya di Kota Baubau. Ketiga tabel di atas juga menunjukaan bahwa tempat yang paling disenangi para wisatawan adalah tempat hiburan seperti karaoke dan kafe musik. Banyaknya minat para wisatawan akan sarana tempat hiburan akan berdampak pada tingginya pemasukan tempat hiburan tersebut. Hal secara tidak langsung akan menambah besaran pajak penghasilan yang dibebankan sekaligus menjadi hal yang positif bagi pemasukan kas daerah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala seksi penerimaan PAD, dinas pendapatan daerah, Bony Herya yang mengatakan: “Penerimaan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah seperti
pajak hotel, rumah makan, dan tempat hiburan mampu memberi sumbangsih terhadap pertumbuhan pendapatan daerah, ini tidak terlepas dari peranan Kota Baubau yang mempunyai potensi pariwisata sehingga menarik minat orang-orang untuk berkunjung ke kota ini (Kota Baubau) dan menggunakan fasilitas berupa hotel,rumah makan dan tempat hiburan tersebut”. (wawancara pada tanggal 25 januari 2012).
94
Besarnya target dan realisasi pendapatan asli daerah Kota Baubau yang berasal dari pungutan berupa pajak hotel dan restoran serta pajak tempat hiburan dari tahun ketahun dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan di daerah. b. Pelayanan petugas dan akomodasi Kualitas pelayanan petugas pariwisata juga merupakan faktor pendukung kenyamanan bagi para wisatawan untuk berkunjung ke sebuah obyek wisata. Melihat kurangnya kurang para pegawai baik negeri maupun swasta yang mengelola pariwisata, maka pemerintah daerah saat ini mulai konsisten dalam meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparatur melalui berbagai macam jenis dan jenjang pendidikan.
Arah
kebijaksanaan pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah meningkatkan kualitas sumber daya aparatur melalui upaya-upaya pendidikan dan pelatihan yang bertujuan memiliki pegawai yang berdisiplin tinggi, produktif dan berdaya guna, berwibawa dan memiliki profesionalitas di bidangnya. Saat ini sejumlah aparat telah disekolahkan, yang tidak hanya di bidang penguasaan ilmu-ilmu murni, tetapi juga mencakup bidang teknis dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga khusus. Sedangkan di bidang teknis fungsional juga selalu diikutkan, misalnya dengan pelatihan manajemen keuangan, pendidikan komputer, peningkatan kemampuan
95
berbahasa inggris dan mengadakan studi banding ke daerah wisata lain seperti ke daerah Bali. Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Armin yang mengatakan bahwa: “Pelayanan dalam pariwisata merupakan sebuah keharusan yang juga mesti diprioritaskan. Kenyamanan dan kepuasan para wisatawan menjadi tolak ukur sebuah pelayanan yang baik. Oleh nya itu kami berusaha memberikan pelayanan yang maksimal kepada para wisatawan sebagai tamu daerah. Usaha-usaha kami lakukan dengan mengangkat dan menempatkan orang-orang yang mempunyai dasar di bidang kepariwisataan dan rata-rata petugas-petugas yang ada merupakan lulusan-lulusan bidang tersebut. Disamping itu kami juga memberikan pelatihan-pelatihan secara kontinyu bagi petugas kami guna menambah wawasan dan keterampilan mereka dalam memberikan pelayanan yang maksimal selain itu juga di agendakan dalam program kerja untuk melakukan studi banding ke daerah-daerah yang pariwisatanya sudah sangat maju seperti ke Bali atau Jogjakarta guna memberikan gambaran bagi pelayanan untuk dipelajari dan dikembangkan di daerah ini. Pentingnya pelayanan akan membuat wisatawan betah dan akan kembali lagi ke daerah karena kesan yang diberikan”. (wawancara tanggal 10 Januari 2011). Sedangkan menurut pandangan masyarakat Kota Baubau, La ode Anwar mengatakan bahwa: ”Saya melihat bahwa pelayanan wisata yang ada belum bagus karena belum terorganisir dengan baik hal ini disebabkan karena belum maksimalnya kinerja para aparat khususnya dinas pariwisata Kota Baubau dalam melakukan pelayanan baik dalam bentuk fasilitas maupun pelayanan lainnya. Banyak masyarakat yang belum mengerti terhadap obyek wisata karena kurangnya fasilitas pendukung seperti papan informasi dan lainnya”. (wawancara pada tanggal 13 januari 2011). Dari kedua wawancara di atas
dapat dikemukakan bahwa
pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata telah berupaya untuk
96
memberikan pelayanan yang yang baik kepada para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata meskipun pelayanan dan akomodasi tersebut belum maksimal dikarenakan kendala seperti keterbatasan sumber daya manusia. Pada Peraturan Daerah Kota Baubau No. 14 Tahun 2007 tentang Retribusi Tempat Rekreasi Pariwisata dan Olahraga ditetapkan retribusi pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin terhadap kunjungan wisatawan pada tempat-tempat rekreasi di Kota Baubau seperti yang tertera pada tabel 4.4. Wawancara dengan staf hukum Setda Kota Baubau, Muh. Arif mengatakan bahwa: “Pemerintah daerah telah menetapkan peraturan tentang tarif kunjungan ke obyek-obyek wisata yang ada di Kota Baubau. Akan tetapi saya melihatnya masih agak rendah tarif yang ditetapkan tersebut, sehingga perlu ada penambahan utamanya bagi turis luar negri”. (wawancara tanggal 24 Januari 2012). Ketetapan bagi biaya retribusi wisatawan yang berkunjung ke objek wisata maupun agenda pariwisata lain masih tergolong rendah sehingga pemasukan tersebut belum mampu memberikan pemenuhan kebutuhan perawatan dan pengelolaan obyek-obyek wisata. Akan tetapi pada sisi lain mahalnya tarif retribusi juga dikhwatirkan akan berdampak pada menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata.
97
Tabel 4.4 Retribusi Tarif masuk obyek Wisata Alam Obyek
Jenis
rekreasi
pelayananan
1
2
Wisata alam
Masuk
Golongan Tarif
Satuan
Tarif (Rp)
3
4
5
a.Wisatawan Mancanegara - Orang Dewasa
Orang
5.000
- Anak-anak
Orang
2.500
- Orang Dewasa
Orang
1.000
- Anak-anak
Orang
500
- Rombongan
Orang
300
- Roda Dua
- Unit
500
- Roda Empat
- Unit
1.000
- Perahu Motor
- Unit
1.000
- Perahu Dayung
- Unit
500
b.Wisatawan Domestik
c. Kendaraan
Sumber data: Sekretariat Daerah Kota Baubau Tahun 2012
98
Tabel 4.5 Retribusi Tarif Masuk Wisata Seni dan Budaya Obyek
Jenis
Reksrea
Pelayanan
Golongan Tarif
Satuan
Tarif (Rp)
si 1
1.Benten
2
Masuk
g keraton
3
4
5
a. Wisatawan Mancanegara - Orang Dewasa
Orang
5.000
- Anak-anak
Orang
2.500
- Orang Dewasa
Orang
1.000
- Anak-anak
Orang
500
- Rombongan
Orang
300
- Roda Dua
- Unit
500
- Roda Empat
- Unit
1.000
- Orang Dewasa
Orang
5.000
- Anak-anak
Orang
2.500
- Orang Dewasa
Orang
1.000
- Anak-anak
Orang
500
- Rombongan
Orang
300
b. Wisatawan Domestik
c. Kendaraan
2.Atraksi budaya
Masuk
a. Wisatawan Mancanegara
b. Wisatawan Domestik
Sumber data: Pemerintah Kota Baubau tahun 2011
99
c. Sambutan masyarakat Untuk meningkatkan arus kedatangan wisatawan agar mereka datang kembali untuk menikmati obyek wisata yang ada, maka sambutan dari masyarakat yang baik sebagai penerima wisatawan sangat dibutuhkan. Para wisatawan akan sangat senang ketika masyarakat sebagai penerima wisatawan dapat bersikap ramah. Dominannya sikap masyarakat yang sangat ramah terhadap pengunjung karena pemerintah daerah telah mengadakan sadar wisata agar masyarakat dapat bersikap yang baik dan ramah terhadap para pengunjung dan yang lebih penting lagi adalah masyarakat dapat menjaga kondisi lingkungan yang dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Baubau. Sikap penerimaan yang baik tersebut dilakukan oleh masyarakat juga karena masyarakat menyadari betapa objek wisata di daerahnya tersebut dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat setempat misalnya berupa kesempatan untuk membuka usaha berupa rumah makan, penginapan atau berjualan souvenir. Dalam
pengelolaan
kekayaan,
keragaman
budaya,
dan
kesejarahan juga perlu didukung oleh pengembangan nilai budaya yang diarahkan pada terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, dan kesadaran akan budaya.
100
Senada dengan hal tersebut kepala bidang nilai budaya, kesenian, sejarah dan purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Ali Arham mengatakan bahwa : “Untuk mendukung pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya dinas kebudayaan dan pariwisata berusaha mengembangkan dan menguatkan kembali nilai-nilai budaya yang ada dan melekat dalam kehidupan masyarakat seperti nilai-nilai persaudaraan, gotong-royong, saling menghargai (poma-masiaka, pomaemaeaka, poangka-ngkataka, pobhinci-bhinciki kuli) melalui kegiatan-kegiatan tradisi budaya seperti festival tradisi dan gelar budaya upacara adat. Nilai-nilai budaya seperti inilah yang akan mulai kita kuatkan kembali dalam kehidupan masyarakat karena sekarang nilai-nilai budaya itu sudah mulai luntur dalam kehidupan sehari-hari karena pengaruh globalisasi apalagi di kalangan anakanak muda. Tidak dipungkiri dengan sikap ramah tamah masyarakat dapat menjadi modal utama dalam mengembangkan kepariwisataan daerah kita, apalagi Kota Baubau sangat terkenal akan sektor kepariwisataannya. Wisatawan akan mengulang kembali kunjungannya apabila kesan pertamanya pada suatu daerah sangat baik dan itu akan berdampak langsung pada jumlah kunjungan dan otomatis pada pendapatan daerah”. (Wawancara Tanggal 9 Januari 2012). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Kota Baubau memiliki banyak warisan budaya dan sejarah yang dapat menjadi potensi wisata budaya dan kesenian yang sangat besar namun saat ini banyak dari warisan budaya dan sejarah tersebut mulai luntur oleh sikap kurang pedulinya generasi sekarang akan peninggalan-peninggalan budaya masa lalu. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk melindungi, mempertahankan, dan melestarikan peninggalan-peninggalan budaya khas masyarakat Kota Baubau
dengan menggiatkan kembali
pentas-pentas seni budaya, pembangunan museum, perbaikan gedung kesenian, sosialisasi pentingnya mempertahankan warisan budaya dan
101
sejarah kepada masyarakat, dan meningkatkan sumber daya manusia yang kompeten dalam pembangunan kebudayaan. Pengelolaan keragaman budaya juga perlu didukung oleh pengembangan nilai budaya masyarakat yang diarahkan pada terciptanya kesadaran akan budaya dalam memberikan arah bagi perwujudan identitas daerah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif serta harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif yang sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Hal
yang
sama
juga
diungkapkan
oleh
kepala
bidang
pengembangan produksi pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau, Mukmin mengatakan bahwa: “Masyarakat Kota Baubau itu sangat baik dan ramah terhadap para wisatawan maupun para pendatang di kota ini dan kalau saya analogikan mereka seperti buah nanas yang apabila kita melihat tampilan luarnya begitu agak kasar dan berduri namun apabila kita makan isinya luar biasa enaknya seperti itu pula masyarakat Kota Baubau, anda akan akan merasa segan bahkan agak takut ketika pertama berjumpa mereka tetapi jika anda sudah kenal dan baik terhadap mereka akan berbuat lebih baik lagi pada anda. Hal ini juga dilihat dari jumlah arus kunjungan wisatawan asing ke Kota Baubau yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan baik dari Asia, Eropa maupun Amerika (wawancara pada tanggal 12 januari 2012).
102
Tabel 4.6 Jumlah kunjungan wisatawan Asing menurut kebangsaan sejak tahun 2008 sampai 2011 di Kota Baubau Tahun No
Kebangsaaan
2008
2009
2010
2011
1
Malaysia
3
8
17
23
2
Filipina
0
2
1
2
3
Singapura
2
3
1
4
4
MuangThai
0
2
0
5
5
Hong kong
0
10
3
7
6
India
7
3
8
5
7
Jepang
12
15
17
28
8
Korea selatan
27
49
67
85
9
Taiwan
6
8
18
18
10
China
9
12
10
15
11
Australia
7
11
5
15
12
Asia pasifik lainnya
1
3
3
6
Amerika 13
Amerika serikat
16
26
18
21
14
Kanada
9
6
23
15
15
Brazilia
1
0
5
2
103
16
Argentina
0
3
5
1
Eropa 17
Austria
0
0
2
5
18
Belgia
7
1
1
6
19
Denmark
3
1
8
16
20
Perancis
2
5
7
11
21
Jerman
1
1
4
7
22
Belanda
8
12
17
23
23
Spanyol
5
0
2
5
24
Portugal
0
0
1
1
25
Swedia
0
2
6
3
26
Inggris
47
34
64
72
27
Polandia
0
0
2
5
28
Timur Tengah dan Afrika
2
2
9
11
Jumlah
175
219
321
417
Sumber data: Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Baubau
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa arus kunjungan pariwisata ke Kota Baubau mengalami peningkatan arus kunjungan setiap tahunnya hal terlihat dari jumlah nominal kunjungan wisatawan
terutama wisatawan
dari empat negara yang mendominasi yaitu Korea Selatan, Jepang, Amerika searikat dan Inggris. Terkhusus Korea Selatan Kota Baubau mempunyai ikatan kerja sama dengan Negara ini yakni poros Seoul-
104
Baubau dimana kedua kota melakukan kerja sama di bidang pariwisata dan pendidikan yang setiap tahunnya melakukan pertukaran pelajar untuk saling mengenal budaya masing-masing kota. d. Fasilitas pendukung Salah
satu
hal
yang
dapat
meningkatkan
pengembangan
pariwisata adalah dengan adanya jaringan dan fasilitas pendukung seperti promosi wisata, jaringan informasi dan pemasaran pariwisata. Walaupun daya tarik obyek wisata kita sangat bermutu, tetapi jika promosi yang dilakukan tidak gencar, maka pariwisata kita tidak akan berkembang karena orang diluar tidak akan mengetahui akan keunggulan pariwisata kita. Promosi wisata juga berkaitan erat dengan jaringan informasi dan pemasaran. Dengan melakukan promosi yang besar akan daya tarik pariwisata, maka akan semakin banyak pulalah orang yang akan mengetahui akan daya tarik pariwisata kita dan membuat wisatawanwisatawan menjadikan daerah kita sebagai tempat tujuan wisata. Adanya tanggapan tentang berhasilnya jaringan informasi dan promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah disebabkan karena sejak Agustus tahun 2005 Kota Baubau menjadi tuan rumah penyelenggaraan Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara yang berlangsung dengan menghadirkan sejumlah pakar dunia di Kota Baubau yang juga banyak dihadiri wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Selain itu, juga terjadi lonjakan wisatawan ketika penganugerahan tiga prestasi
105
sekaligus bagi Kota Baubau pada tahun 2006 dalam satu momentum beruntun yakni diperolehnya tiga penghargaan sebagai pemegang rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) yang diberikan bertepatan dengan peringatan hari Olahraga Nasional pada tanggal 9 september di pantai Kamali Kota Baubau. Hal ini membuktikan bahwa Kota Baubau sudah cukup dikenal oleh banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara Tidak diragukan lagi, dengan semakin sengitnya persaingan untuk merebut
pasar
dan
semakin
terbatasnya
anggaran
yang
dapat
dialokasikan untuk mengembangkan kepariwisataan termasuk promosi, mau tidak mau harus dipilih pasar yang sangat spesifik dimana harus memiliki kesempatan (opportunities) untuk mendapatkan perhatian wisatawan paling besar dan kekuatan Kota Baubau dapat ditonjolkan (termasuk keunikan yang disebutkan diatas) untuk merebut pasar tersebut. Pemilihan pasar ini menjadi sangat penting mengingat bahwa anggaran yang tersedia untuk pengembangan dan promosi pariwisata tidaklah besar. Karenanya anggaran tersebut penting untuk dialokasikan se efektif dan se efisien mungkin dalam arti terfokus pada pasar tertentu dan dalam modal yang tepat yang dapat menjamin tercapainya “pesan” yang ingin disampaikan dalam promosi tersebut. Harus diakui bahwa Bali, Jakarta dan Yogyakarta adalah daerah tujuan utama pariwisata di Indonesia. Dalam hal ini Kota Baubau dapat
106
memanfaatkan adanya limpahan wisatawan dari daerah utama tersebut yang semakin jenuh agar dapat dirahakan untuk mengunjungi Kota Baubau. Dengan kata lain, perlu dikembangkan agar Kota Baubau menjadi satu daerah alternatif tujuan wisata diluar ketiga daerah tersebut. Lokasi yang sangat strategis Kota Baubau membuat kota ini telah menjadi kota transit yang melayani pergerakan penumpang dan barang dari daratan Sulawesi Tenggara ke pulau-pulau di sekitar Ambon dan sebaliknya. Ini berarti masyarakat Kota Baubau telah tumbuh dan terlatih menyediakan kebutuhan bagi para pengunjung transit ini. Tugas terberat yang dilakukan adalah merubah sifat pengunjung transit menjadi pengunjung wisatawan serta mengundang lebih banyak lagi pengunjung yang bukan hanya transit, tetapi memang mengunjungi Kota Baubau sebagai daerah tujuan wisata. Hal ini akan sangat membatu dengan adanya fasilitas transportasi yang memadai baik kapal pesiar, kapal PELNI, pesawat udara ataupun modal transportasi lainnya yang menghubungkan Kota Baubau dengan daerah lain. Perlu juga ditingkatkan peranan Kota Baubau dari hanya sekedar tempat transit yang menuju` kabupaten Wakatobi, menjadi tempat tujuan wisata yang tidak kalah pamor dengan Wakatobi itu sendiri.
107
Menurut hasil wawancara penulis dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota Baubau, Armin mengatakan bahwa: “Pemerintah daerah terus berusaha mempromosikan nilai jual pariwisata Kota Baubau baik antara daerah, dalam negeri bahkan sampai ke luar negeri seperti Korea Selatan dan Belanda sebagai mitra pariwisata Kota Baubau di dunia, bahkan tiap tahun pemerintah Kota Baubau dan Kota Seoul Korea Selatan melakukan pertukaran Pelajar. Selain itu pemerintah juga berusaha untuk ikut ambil bagian pada kegiatan pariwisata skala nasional seperti kegiatan FKN (Forum Keraton Nusantara) dimana pada tahun Kota Baubau sebagai tuan rumah penyelenggara kegiatan tersebut, juga kegiatan sail Indonesia dan dinas pariwisata juga telah berusaha untuk menjadikan Kota Baubau sebagai tujuan wisata mancanegara bagi kapal pesiar wisata yang akan datang pada bulan Desember nanti, juga situs-situs website melalui jaringan networking seperti “ O siymo Baubau.com” telah diluncurkan guna memberikan informasi pariwisata Kota Baubau. (wawancara tanggal 10 Januari 2012). Dalam hal ini perlu diingat bahwa meskipun ada objek-objek wisata di daerah-daerah di luar Kota Baubau, namun simpul pusat pelayanan bagi daerah-daerah tersebut adalah di Kota Baubau. Fasilitas pendukung berupa tempat transaksi keuangan dan juga agen travel perjalanan juga banyak tersedia dan tersebar di seluruh pelosok Kota Baubau seperti yang diungkapkan salah satu wisatawan Andi Firmansyah pengunjung pantai kamali bahwa: “Pengunjung kota ini (Kota Baubau) tidak sulit untuk mendapatkan informasi tentang obyek wisata karena hampir semua masyarakat mengetahui lokasi obyek wisata yang ada juga dukungan dari agen-agen travel wisata yang ada, juga mudahnya akses keuangan untuk melakukan penarikan uang kapanpun dalam waktu 24 jam karena ATM dari berbagai Bank ada hampir di seluruh area kota sehingga memperlancar kegiatan para pengunjung”. (wawancara tanggal 21 Januari 2012).
108
Tabel 4.7 Sarana pendukung promosi pariwisata berupa agen travel perjalanan dan layanan ATM Banking di Kota Baubau yaitu: No
Sarana
Nama
Alamat dan No.Telpon
pengelola/agen
1
Travel
Batras Travel
2
Travel
Sentra
Jl. Bataraguru (0402) 28 23889
tour
& Jl.kapitalao (0402) 28 24376
travel 3
Travel
Umna Wolio Plaza
Umna plaza lt.II blok G (0402) 28 26857
4
Travel
PT Taufik Jaya
Jl.Kapitaloao(0402)2826893
5
Travel
Trivia Sari
Jl. Dr. Sutomo (0402) 28 21515
6
Travel
Tolandona Jaya
Jl. W.R Monginsidi (0402) 28 21206
7
Travel
Putri Rosalina
Jl. Betoambari (0402) 24 26161
8
Travel
Sinar Wambulu
Jl. Mayjen S.Parman (0402) 28 22896
9
ATM
BNI
Jl. Kapten Tendean (0402) 28 21442
10
ATM
MANDIRI
Jl. Bataraguru (0402) 2825 784
11
ATM
BRI
Jl. RA.Kartini (0402) 2825561
12
ATM
DANAMON
Jl. Yos sudarso
13
ATM
BANK KERATON
Jl. Bataraguru (0402) 2826742
14
ATM
BPD BANK
Jl. RA Kartini
15
ATM
MUAMALAT
Jl. Kapitalao komp. Umna Wolio Plaza
16
ATM
PANIN BANK
Jl. Bataraguru (0402) 28 25300
Sumber data: Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau tahun 2011.
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa fasilitas pendukung berupa agen travel perjalanan tour wisata dan juga fasilitas transaksi keuangan
109
bagi para wisatawan cukup lengkap. Fasilitas-fasilitas tersebut tersebar di seluruh pelosok Kota Baubau sehingga mudah untuk di akses bagi para wisatawan. Semua fasilitas pendukung kegitan pariwisata yang ada di kota Baubau dapat dirincikan ke dalam berikut berikut: Tabel 4.8
Jumlah Sarana dan Prasarana pendukung Pariwisata di Kota BaubauTahun 2011 No
Sarana Dan Prasarana
Jumlah
1
Hotel/penginapan
21
2
Restoran/Rumah Makan
25
3
Biro Perjalanan
12
4
Cafe Dan Warung Kopi
26
5
Fasilitas Olah Raga
125
6
Terminal
2
7
Bandara udara dan Pelabuhan Laut
5
8
Bank
8
9
Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
18
JUMLAH
242
Sumber data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau
e. Kondisi sosial politik dan keamanan Beberapa tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2002 terjadi ledakan bom di daerah tujuan utama pariwisata Indonesia yaitu Bali. Kejadian ini menjadikan
kondisi
pariwisata
nasional
Indonesia
jatuh
terpuruk
dikarenakan imbas dari kejadian ini menelan ratusan korban jiwa dari para
110
wisatawan utamanya wisatawan yang berasal dari Austarlia. Akibatnya beberapa negara di dunia seperti sebagian Eropa, Amerika serikat, jepang, Australia dan beberapa Negara lain memberlakukan “travel warning” bagi warganya untuk tidak berkunjung ke Indonesia, sehingga mematikan hampir semua kegiatan ekonomi pariwisata yang ada di Bali khususnya dan Indonesia secara umum dengan penurunan arus kunjungan wisatawan yang sangat signifikan, bahkan hampir 75% kondisi tersebut membuktikan bahwa situasi politik dan keamanan sangat mempengaruhi perkembangan pariwisata. Untuk Kota Baubau efek dari kejadian tersebut juga sangat terasa, dimana arus kunjungan wisatawan luar negeri yang ke Kota Baubau mengalami penurunan drastis. Disamping itu isu-isu situasi keamanan dan politik lokal di daerah juga mempengaruhi arus kunjungan tersebut. Kasus konflik yang terjadi di Kota Baubau seperti konflik antara warga lokal dan pendatang, konflik antar etnis Wameo dan Lipu, dan yang terbaru adalah konflik antar Kanakea dan warga Wakatobi juga memberi efek pada penurunan kunjungan wisatawan ke Kota Baubau.
111
Tabel 4.9 Gangguan Keamanan di Kota Baubau Tahun 2007-2010 No 1
Tahun Kejadian
Gangguan Keamanan
2007
2008
2009
2010
Pencurian
247 Kasus
208 Kasus
182 Kasus
145 Kasus
2
Pembunuhan
9 Kasus
7 Kasus
5 Kasus
3 Kasus
3
Aksi Teror
-
-
-
-
4
Demonstrasi
9 Kasus
8 Kasus
6 Kasus
4 Kasus
5
Kerusuhan
-
-
-
-
Sumber : Polres Kota Baubau Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa kondisi Kota Baubau masih relative aman dan kondusif bagi pengunjung baik wisatawan maupun pengunjung lainya. Hal ini dipertegas dengan hasil wawancara penulis dengan salah satu staf anggota kepolisian Polres Kota Baubau, Laode Juna mengatakan bahwa: “Sejauh ini Kota Baubau masih kondusif dan aman bagi masyarakat dan pendatang, kami selaku pihak kepolisian selalu melakukan pengamanan terhadap kondisi kota terlebih pada sektor-sektor vital seperti pelabuhan dan bandara dan juga tempat-tempat umum dan lainnya. Dukungan personil kami masih mencukupi guna melakukan pengamanan. Kasus-kasus yang terjadi di sini (Kota Baubau) terlebih mengarah pada kasus kriminal seperti pencurian dan pembunuhan”. (Wawancara tanggal 24 Januari 2012).
112
4.1.3 Rencana strategi pengelolaan potensi pariwisata di Kota Baubau Kebudayaan Buton yang lahir sejak zaman kesultanan memiliki sejarah yang cukup panjang dan dalam perjalanannya telah melahirkan tatanan nilai budaya tersendiri dan mewarnai kehidupan masyarakat Kota Baubau hingga saat ini. Karena memiliki keeratatan dengan budaya Melayu lainnya, maka kebudayaan Buton cukup dikenal dikalangan budayawan mancanegara. Dalam rangka pelestarian nilai budaya lokal, maka prioritas pembangunan budaya perlu diarahkan pada perlindungan kawasan-kawasan budaya bersejarah dan menumbuh kembangkan tata nilai budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat, bersamaan dengan upaya peningkatan informasi dan promosi serta kerja sama penelitian dan pengembangan di bidang kebudayaan dan seni tradisional. Kebijakan ini merupakan wujud dan komitmen dari pemerintah bahwa kontinuitas budaya
masa lalu perlu dilestarikan dan dipertahankan oleh seluruh
komponen masyarakat di Kota Baubau dan secara simultan diupayakan peningkatan perhatian kalangan ilmuwan dan wisatawan. Dalam era reformasi seperti sekarang ini, infiltrasi budaya asing dan modern yang bersifat negatif sangat kuat, dan memasuki setiap segii kehidupan masyarakat. Gejala seperti ini harus dilihat sebagai sebuah ancaman terhadap tata nilai budaya dan peninggalan budaya bersejarah di Kota Baubau yang dianggap sakral dan menjadi bagian dari kehidupan seluruh masyarakat Kota Baubau. 113
Melalui penyelamatan tata nilai budaya yang ada di masyarakat dan preservasi situs bersejarah yang ada, maka diharapkan eksistensi tata nilai budaya masyarakat Kota Baubau dapat terjaga dan terhindar dari degradasi kultural yang telah melanda sebagian wilayah Indonesia. Hal tersebut harus diekpresikan secara formal dalam bentuk program pemerintah, yang melibatkan komponen masyarakat dan pemuka agama. Dalam
rangka
pengembangan
potensi
pariwisata
dalam
pelaksanaan otonomi daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata, maka pemerintah Kota Baubau menyusun rencana atau strategi agar pengembangan pariwisata dapat lebih terarah. Strategi tersebut kemudian akan dijabarkan dalam bentuk program kerja baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Dengan penentuan waktu pelaksanaan waktu program kerja tersebut, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan di lapangan. 1. Jangka pendek ( 1 sampai 3 tahun ke depan ) Jangka pendek adalah jangka pelaksanaan antara satu hingga tiga tahun dimana akan dilakukan serangkaian kerja yang sifatnya mendesak dalam arti bahwa program yang termuat dalam jangka pendek ini merupakan persyaratan bagi pelaksanaan kegiatan di tahun berikutnya: a)
Mengadakan pendataan dan perwilayahan obyek wisata
Pembuatan peta pariwisata Kota Baubau
Pembuatan kalender pariwisata (triwulan dan semester)
114
Penyusunan rencana detail untuk setiap wilayah pengembangan
b)
Pembentukan dan pemetaan kelembagaan yang akan mendukung pengembangan pariwisata Kota Baubau.
Pembentukan kelembagaan di tingkat komite yang didasarkan pada pengwilayahan obyek wisata
Pembentukan kelembagaan di tingkat lintas pelaku dan lintas wilayah
Mengadakan pertemuan rutin, minimal sekali dalam tiga bulan untuk tingkat komite dan sekali dalam enam bulan ditingkat lintas pelaku dan lintas wilayah.
c)
Kerjasama dengan berbagai instansi dalam pemasaran (PT. PELNI, PT MERPATI Nusantara, Hotel, dan restoran).
Membuat kesepakatan kerja sama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU), sehingga pihak yang terkait langsung akan mendapatkakn keuntungan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Menerbitkan berbagai informasi mengenai obyek wisata yang ada di Kota Baubau dan disebarkan pada lembaga-lembaga
yang berpotensi sebagai ujung
tombak pemasaran seperti hotel dan restoran d)
Mengoptimalkan
dan
memperbaiki
fasilitas
pelayanan
transituntuk lebih dipersiapkan kearah pelayanan pariwisata
115
Memperbaiki
semua
infrastruktur
yang
berkaitan
langsung dengan pariwisata serta sistem transportasi dan jalan
Menciptakan
image
baru
bagi
masyarakat
yang
melakukan transit dengan memberikan informasi yang akurat mengenai obyek wisata menarik yang ada di Kota Baubau e)
Mengembangkan dan menawarkan alternatif wisata budaya malam dan wisata kuliner
Menciptakan dan menjamin keamanan pengunjung wisata budaya malam, khususnya disekitar pantai, mengadakan pertunjukan atau pagelaran serta atraksi budaya atau event-event lain pada malam hari.
Memberikan peluang dan iklim usaha yang kondusif bagi masyarakat untuk mengembangkan wisata kuliner sehingga
makanan
khas
masyarakat
lokal
mendapatkan tempat yang sejajar dengan makananmakanan di hotel berbintang. 2. Jangka Menengah ( tiga sampai lima tahun kedepan) Jangka menengah adalah jangka pelaksanaan perencanaan kegiatan antara tiga hingga lima tahun, dimana akan dilakukan serangakaian kegiatan program kerja yang sifatnya tidak terlalu mendesak namun akan menjadi acuan bagi pelaksanaan program selanjutnya.
116
a)
Memasukan
tentang
heritage
Kota
Baubau
kedalam
kurikulum pendidikan di sekolah.
Mengadakan kerjasama dan kajian dengan dinas pendidikan mengenai pentingnya memasukan informasi budaya dalam muatan lokal baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun tingkat perguruan tinggi.
Menanamkan cinta budaya lokal sejak dini bagi anakanak usia sekolah
b)
Mengembangkan aset wisata budaya dengan masyarakat lokal
Melakukan sosialisasi pariwisata terhadap masyarakat sehingga dapat dikembangkan wisata yang berbasis masyarakat
dengan
pelaku
utamanya
adalah
masyarakat
Menanamkan kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya pelestarian budaya lokal
c)
Meningkatkan pelayanan di obyek wisata dengan pengadaan fasilitas yang diperlukan dan pelatihan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
Memberikan pelatihan pariwisata baik bagi para pelaku pariwisata (guide) maupun bagi masyarakat sekitar
117
Memberikan pengetahuan umum tentang obyek wisata alam, budaya, situs cagar alam kepada pelajar dan masyarakat umum.
3. Jangka Panjang ( lebih dari lima tahun) Jangka panjang adala jangka pelaksanaan lebih dari lima tahun dimana akan dilakukan serangkaian program kerja yang sifatnya mendasar karena berupaya meletakkan pondasi yang cukup kuat bagi pengembangan
pariwisata
sekaligus
menciptakan
ruang
bagi
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan seiring dengan perkembangan dan perubahan konteks sosial ekonomi. a)
Memanfaatkan peran serta masyarakat dalam mengawasi dan mengontrol pengelolaan
obyek wisata yang berbasis
pada pelestarian dan kesinambungan
Menjaga kelestarian obyek wisata agar tetap lestari dan berkesinambungan
Memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa obyek pariwisata merupakan salah satu aset yang diwariskan kepada generasi selanjutnya
Jika pemugaran akan dilakukan, maka masyarakat yang mengetahui betul obyek wisata yang akan dipugar harus dilibatkan untuk mencegah terjadinya pengikisan dan pengurasan nilai-nilai budaya
118
b)
Mengajak peran serta masyarakat dalam mempromosikan daerah wisata Kota Baubau
c)
Sosialisasi heritage kepada masyarakat umum
Menjual aset wisata budaya dengan tetap memperhatikan keaslian dan kelestariaanya
Pengembangan atraksi wisata budaya
Memberikan peluang bagi munculnya sanggar seni dan budaya
d)
Mengelola
dan
mengembangkan
pariwisata
dengan
memanfaatkan dukungan stekholders dan posisi Kota Baubau sebagai kota transit
Menciptakan iklim yang kondusif bagi para investor
Memberikan kemudahan dan membuat aturan investasi lebih fleksibel.
4. Program Prioritas Unggulan Kota Baubau memiliki obyek wisata yang sangat banyak dan beragam serta memiliki karateristik yang barbeda-beda, namun saling berhubungan satu sama lain. Berdasarkan hal ini, maka perlu ditetapkan skala prioritas lokasi pengembangan obyek pariwisata. Prioritas utama adalah kota lama yakni pantai (objek wisata alam), malige dan benteng Keraton Buton (objek wisata situs budaya) dikarenakan obyek wisata ini dekat dengan pelabuhan Murhum Baubau, dengan penunjang wisata budaya berupa atraksi dan wisata kuliner di 119
malam hari. Lokasi obyek wisata ini berdekatan sehingga menjadi pusat pelayanan bagi obyek wisata lain. Berdasarkan prioritas utama ini, maka fasilitas pendukung yang perlu dikembangkan adalah hotel dan rumah makan yang ada di sekitarnya, sistem informasi, guiding, tour and travel, serta tourist information, penyediaan fasilitas money changer, ATM, serta akses internet. 4.2 Dampak Kontribusi Pengelolaan Sektor Pariwisata Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Baubau Pemerintahan dalam menjalankan aktivitas pemerintahan tidak mempunyai tolak ukur yang pasti dalam penilaian keberhasilan karena bersifat abstrak. Indikator dari keberhasilan pemerintah dalam memerintah adalah kesejahteraan rakyatnya. Pariwisata sebagai salah satu sektor pendorong roda perekonomian mampu memberikan sumbangsih bagi daerah. Masyarakat Kota Baubau juga merasakan dampak dari pertumbuhan
sektor
pariwisata
utamanya
bagi
masyarakat
yang
bertempat tinggal maupun yang membuka usaha di tempat adanya obyekobyek wisata tersebut. Hal ini seperti yang di ungkapakan oleh pedagang di obyek wisata di Pantai Kamali, La Abu mengatakan bahwa: ”Sudah hampir tiga tahun saya berjualan di tempat ini dan sudah bisa memenuhi kebutuhan keluargaku sehari-hari. Saya juga sudah bisa membiayai sekolahnya anakku sampai di SMA dan juga bisa cicil motor. (wawancara pada tanggal 22 januari 2012).
120
Sedangkan menurut wawancara dengan salah seorang warga pantai Kamali Wa Dahlia, mengatakan bahwa: “Adanya pantai Kamali sangat barmanfaat bagi kami karena
dengan banyaknya pengunjung yang datang dari daerah lain yang membutuhkan tempat penginapan yang murah dan dekat dengan pantai Kamali sehingga memberi pendapatan tambahan buat kami dengan menyewakan rumah sebagai tempat penginapan. (Wawancara pada tanggal 22 januari 2012). Dari kedua wawancara di atas dapat menggambarkan bahwa keberadaan tempat wisata di Kota Baubau mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat yang berada di sekitar obyek wisata. Hal dikarenakan kunjungan wisatawan mampu memutar roda perekonomian di sekitar obyek wisata tersebut. Salah satu indikator dalam menilai keberhasilan dari kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangsih yang mampu dihasilkan oleh sektor pariwisata dalam tiap tahunnya. Retribusi yang dihasilkan dari pungutan untuk masuk objek wisata yang kemudian diakumulasikan secara keseluruhan yang akan menjadi pemasukan bagi daerah.
121
Tabel 4.10 Target dan realisasi pendapatan Asli Daerah Kota Baubau yang berasal dari pajak Hotel dan Restoran serta pajak tempat Hiburan Tahun Anggaran 2008-2011 N o
Tahun
1
2007
2
3
4
5
2008
2009
2010
2011
Jenis penerimaan
Target anggaran
Realisasi
Pajak Hotel
Rp.45.600.000
Rp.43.955.818
Pajak Restoran
Rp.44.500.000
Rp.31.757.600
Pajak Hiburan
Rp.65.960.000
Rp.40.736.000
Pajak Hotel
Rp.65.670.000
Rp.56.677.300
Pajak Restoran
Rp.44.500.000
Rp.50.937.300
Pajak Hiburan
Rp.65.960.000
Rp.40.755.000
Pajak Hotel
Rp.65.670.000
Rp. 68.780.250
Pajak Restoran
Rp.44.500.000
Rp. 57.650.000
Pajak Hiburan
Rp.65.960.000
Rp. 73.450.000
Pajak Hotel
Rp.67.320.000
Rp. 98.127.000
Pajak Restoran
Rp.61.500.000
Rp. 95.098.100
Pajak Hiburan
Rp.65.960.000
Rp. 88.985.000
Pajak Hotel
Rp.67.320.000
Rp.102.650.000
Pajak Restoran
Rp.61.500.000
Rp.98.098.100
Pajak Hiburan Rp.65.960.000 Rp.89.755.350 Sumber Data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau tahun
Berdasarkan tabel 4.10 kita dapat melihat bahwa pada tahun 2007 dan 2008 realisasi pendapatan dari sektor pajak baik pajak hotel, restoran
122
dan tempat hiburan belum terealisasi secara maksimal. Hal ini terlihat jelas pada tabel dimana target yang dianggarkan oleh dinas pendapatan daerah belum tercapai. Hampir semua target realisasi pajak dari ketiga sektor tersebut pada tahun 2007 dan 2008 tidak mencapai target yang di harapkan hanya pada sektor pajak restoran yang mampu memenuhi realisasi target pada tahun 2008. Seakan tidak mau kecolongan lagi maka pemerintah menggiatkan usaha untuk memaksimalkan penerimaan pajak dari ketiga sektor tersebut hal ini terbukti dimana pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 semua panerimaan pajak dari ketiga sektor tersebut mampu memenuhi realisasi target bahkan mengalami surplus seperti pada sektor pajak hotel yang ditargetkan hanya Rp.67.320.000,00 namun realisasi pajaknya dapat menembus angka diatas seratus juta yakni Rp.102.650.000,00. Besarnya penerimaan pajak pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 tidak terlepas dari peran pemerintah yang mampu memanfaatkan momentum kegiatan-kegiatan baik yang berskala nasional maupun daerah untuk di selanggarakan di Kota Baubau seperti pada tahun 2010 dan 2011 diadakan sail Indonesia yang mana Kota Baubau menjadi salah rute kegitan tersebut juga Sail Pulau Makassar yang berskala nasional serta perayaan hari ulang tahun provinsi yang dipusatkan di Kota Baubau. Agenda kegiatan tersebut merupakan pemicu kedatangan wisatawan ke Kota Baubau sehingga mampu meningkatkan
123
pendapatan pajak daerah dengan menggiatnya kegiatan para wisatawan di daerah ini. Tabel 4.11 Persentase penerimaan di Bidang Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah N
Tahun
o
Total Penerimaan di
Total P A D
Bidang Pariwisata
Persentas e (%)
1
2007
Rp. 103.504.860
Rp. 24.860.792.130
0,4
2
2008
Rp. 139.285.243
Rp. 33.425.500.943
0,6
3
2009
Rp.165.005.625
Rp. 39.245.650.150
0,9
4
2010
Rp. 191.235.475
Rp. 44.525.746.357
1,2
5
2011
Rp . 219.750.557
Rp. 52.893.935.640
1,4
Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau.
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kontribusi yang di berikan oleh sektor pariwisata terhadap jumlah pendapatan asli daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup bagus. Pada tahun 2007 sektor pariwisata memberikan kontribusi untuk pendapatan asli daerah sebesar Rp. 103.504.860 dari total jumlah pendapatan asli daerah kota Baubau sebesar Rp. 24.860.792.130 yang berarti bahwa sektor pariwisata menyumbangkan 0,4% dari total pendapatan asli daerah.
124
Pada
tahun
2008
sumbangsih
sektor
pariwisata
terhadap
pendapatan asli daerah meningkat sebesar Rp. 139.285.243 dari total pendapatan asli daerah sebesar Rp. 33.425.500.943 yakni 0,6% dari total pendapatan asli daerah. Kondisi kenaikan juga terjadi di tahun-tahun sesudahnya dimana sumbangsih dari sektor ini mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada tahun 2009 kontribusi sektor pariwisata sebesar Rp.165.005.625 dari total PAD sebesar Rp. 39.245.650.150 atau 0,9% dari PAD, di tahun 2010 konrtibusi sektor pariwisata mencapai Rp. 191.235.475 dari realisasi total P`AD sebesar Rp 44.525.746.357 atau 1,2% dari total PAD dan tahun 2011 dimana sumbangsih tersebut mencapai Rp 219.750.557 dari keseluruhan pendapatan asli daerah sebesar Rp. 52.893.935.640 yang secara persentase mencapai 1,4% dari total pendapatan asli daerah. Dalam kurun lima tahun persentase pendapatan daerah berkisar pada rata-rata sebesar 0,9% terhadap pendapatan asli daerah. Menurut wawancara dengan kepala seksi pengelolaan PAD Dinas Pendapatan Daerah, Bony Herya mengatakan bahwa: “Penerimaan dari sektor pariwisata mengalami pertumbuhan yang diikuti kenaikan pendapatan asli daerah Kota Baubau setiap tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh semakin banyaknya kunjungan wisatawan ke kota Baubau dan juga bertambahnya penerimaan dari sektor lain yang memacu pertumbuhan pendapatan asli daerah Kota Baubau”(wawancara tanggal 25 januari 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau, Abdul Rajab yang mengatakan bahwa:
125
“Realisasi pendapatan asli daerah Kota Baubau selalu berada pada trek positif setiap tahunnya. Pada akhir priode tahun lalu ( tahun 2011) telah mencapai angka 52 milyar. Hal ini setidaknya telah menggambarkan bagaimana kota Baubau mampu memaksimalkan potensi-potensi penerimaaan yang ada. Pendapatan dari pariwisata juga sudah menunjukan ada peningkatan pendapatan. Mudah-mudahan target dan realisasi tahun berikutnya juga bisa teracapai dengan maksimal. (wawancara tanggal 25 januari 2012).
Dari kedua tabel dan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaaan sektor pariwisata secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahun. Kenaikan juga terjadi pada pendapatan asli daerah Kota Baubau yang juga semakin meningkat. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut dapat dilihat bahwa pemasukan dari sektor pariwisata selalu meningkat dimana hal ini secara langsung mampu menaikan jumlah pendapatan asli daerah Kota Baubau namun kenaikan tersebut tidak cukup signifikan dikarenakan hanya berkisar pada akumulasi angka 0,9% terhadap pendapatan asli daerah dalam kurun lima tahun tersebut. Ketidakstabilan persentase pendapatan ini juga disebabkan karena dalam pendapatan asli daerah sektor-sektor lain juga mengalami kenaikan sehingga pendapatan asli daerah juga akan mengalami kenaikan.
126
Tabel 4.12 Perbandingan jumlah pendapatan pada tiap dinas terhadap pendapatan asli daerah Kota Baubau No
Dinas
Pendapatan (Rp)
1
Pendapatan Daerah
16.563.431.707
Persentase terhadap PAD (%) 37,3
2 3
Rumah sakit Pelayanan perizinan
3.009.309.414 1.018.670.675
13,6 9,5
4
495.297.265
6,1
5
Pertanian dan Kehutanan Kesehatan
349.023.626
4,3
6
Perhubungan
331.122.643
3,8
7
PU dan Prasarana Wilayah Pariwisata
229.379.564
2,5
219.750.557
1,4
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Tata Kota dan Bangunan Lingkungan Hidup
135.833.111
0,9
92.405.449
0,6
75.560.628
0,4
8 9
10 11
Sumber Data: Dinas Pendapatan Daerah Kota Baubau Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dinas pendapatan daerah merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan asli daerah Kota Baubau yakni menyumbangkan sebesar Rp 16.563.431.707 atau sebesar 37,3% terhadap PAD Kota Baubau, penyumbang terbesar kedua dari Rumah
Sakit
Daerah
Baubau
yang
menyumbangkan
sebesar
Rp 3.009.309.414 atau dengan persentase sebesar 13,6% terhadap
127
pendapatan
asli
daerah,
Kantor
pelayanan
dan
perizinan
menyumbangkan sebesar Rp. 1.018.670.675 atau persentase sebesar 9,5% terhadap pendapatan asli daerah, sedangkan dinas pariwisata menempati urutan kedelapan dengan jumlah
pemasukan sebesar Rp.
219.750.557 atau dengan persentase sebesar 1,4% terhadap pendapatan asli daerah Kota Baubau.
128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Pengelolaan petensi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah Kota Baubau masih kurang optimal hal ini dikarenakan kurang maksimal dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung pariwisata
sehingga
pelayanan.
Dalam
mempengaruhi pengelolaan
terhadap
pariwisata
kualitas
pemerintah
melakukan strategi dalam bentuk program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang sehingga pengelolaan pariwisata dapat berjalan secara berkesinambungan setiap tahunnya. 2. Kontribusi yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah masih rendah hal ini dapat dilihat dari sumbangsih yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah yang hanya sebesar 1,4% dari total pendapatan asli daerah Kota Baubau. Walaupun sumbangsih tersebut masih rendah akan tetapi bila ditinjau dari sektor pengembangan
dan
pemberdayaan
129
masyarakat,
sektor
pariwisata telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap daerah utamanya bagi masyarakat yang berada disekitar lokasi obyek wisata karena dapat merasakan langsung dampak pengelolaan makanan,
potensi pariwisata cinderamata,
maupun
baik
dari
segi
penyewaan
penjualan
penginapan.
Dampak pengelolaan sektor pariwisata secara keseluruhan meskipun masih rendah tetapi telah memberikan kontribusi yang nyata bagi daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kota Baubau.
5.2 SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang di sampaikan antara lain: 1. Agar pemerintah daerah Kota Baubau dapat melakukan peningkatan kualitas pelayanan pariwisata berupa penyediaan dan pendayagunaan fasilitas berupa sarana dan prasarana vital maupun sarana dan prasarana pendukung pada obyek-obyek wisata yang berada di Kota Baubau. 2. Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau selaku instansi teknis agar menindak lanjuti semua program yang telah dituangkan dalam rencana pengembangan dan pengelolaan pariwisata Kota Baubau sehingga sektor pariwisata dapat
130
memberi kontribusi lebih besar terhadap pendapatan asli daerah juga
memberi
dampak
langsung
terhadap
kesejahteraan
masyarakat utamanya di sekitar obyek-obyek wisata yang ada di Kota Baubau.
131
Daftar event Seni dan Budaya Kota Baubau tahun 2011 Nama event No
Tempat & tanggal pelaksanaan
Deskripsi singkat event
1
Arung sejarah Bahari dan pekande-kandea
26 April 2011
Merupakan acara Sail Baubau yang diikuti oleh beberapa kapal dan perahu layar dari berbagai Negara dan pada akhir acara dirangkaikan dengan makan bersama para wiatawan dan masyarakat kota Baubau dan sekitarnya
2
Ulang tahun provinsi Sulawesi Tenggara
27 April 2011
Puncak dari Rangkaian kegiatan perayaan ulang tahun provinsi Sulawesi Tenggara yang di pusatkan di kota Baubau dengan berbagai atraksi kegiatan pada siang dan malam hari selama satu minggu.
3
Lomba Masakan Khas Daerah seSulawesi Tenggara
26 April 2011
Masih merupakan rangakaian dari acara Ulang Tahun Provinsi dimana setiap daerah mempromosikan masakan daerahnya
4
Lomba Dragon Boat dan perahu tradisional
19-21 Juli 2011
Agenda tahunan guna perayaan nelayan kota Baubau serta ajang pencarian bakat-bakat pedayung yang bisa mewakili daerah baik ditingkat nasional maupun internasional
5
Festival perairan Pulau Makassar
18-21 Juli 2011
Merupakan agenda nasional dari Sail of Indonesia yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di ikuti dari berbagai negara Pelaksanaan festival ini di awali dengan prosesi tuturangiana andala yaitu melepas sesajen di empat titik keramat yang di iring dengan parade kapal hias dan perahu nelayan.
132
6
Festival Tari, kesenian daerah dan permainan tradisional
Baubau, 27 April 2011
Festival ini diadakan guna menghidupkan kembali dan menggali berbagai potensi kesenian daerah dan permainan tradisional yang terdapat di kota Baubau
7
Qunut
10 Agustus 2011
Acara ritual keagamaan menyongsong turunnya kitab suci Al Quran pada malam bulan Ramadhan
8
Festival batu poaro
10 oktober 2011
Festival Batu poaro merupakan kegiatan traksi seni dan budaya guna mengenang kedatangan islam pertama kali di Buton
Bongkaana tao
12 februari 2011
Merupakan acara pesta panen yang dilaksanakan oleh masyarakat lowu-lowu kec.Bungi yang merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia Allah SWT atas hasil panen yang mereka peroleh
9
10
Goraan Oputa Adalah “mauludhu wolio” dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan pada pukul 00.00 oleh pemerintah kota Baubau bersama masyarakat . kegiatan ini juga di iringi oleh lagu-lagu maulid memuji kebesaran Nabi Muhammad SAW diringi dengan memukul gendang sampai pagi hari.
11
Mata’a
Kecamatan sora wolio
Merupakan pesta kampung yang dilalsanakan masyarakat laporo pada setiap tahunnya yang dikemas dalam bentuk sajian dalam beragam makanan, di letakkan dalam talam yang tertutup rapi dengan penutup saji yang disebut panamba. Sumber data: Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata Kota Baubau tahun 2011
133