GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN LAMA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
ARTIKEL
OLEH NANIK HASTARI 040110a074
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015
0 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN LAMA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK Nanik Hastari *) Puji Pranowowati, S.KM.,M.Kes **) Cahyaningrum, S.SiT ***) Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran *) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran ***)
ABSTRAK Kejadian anemia adalah salah satu masalah yang banyak dijumpai pada masa ini. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarkan sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Remaja putri mudah terserang anemia, karena pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian anemia berdasarkan lama menstruasi dan kebiasaan minum teh pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional pada 44 responden dengan menggunakan tehnik sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri berumur ≤15 tahun yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), sebagian besar remaja putri mengalami anemia yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), sebagian besar remaja putri mengalami menstruasi pada kategori lama atau >6 hari yaitu sebanyak sebanyak 32 responden (72,7%), sebagian besar remaja putri tidak memiliki kebiasaan minum teh yaitu sebanyak 30 responden (68,2%). Remaja putri yang mengalami lama menstruasi kategori lama sebagian besar terjadi pada responden yang mengalami anemia yaitu sebanyak 20 responden (56,2%). Dan remaja putri yang mengalami anemia sebagian besar terjadi pada responden yang tidak memiliki kebiasaan minum teh yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Diharapkan remaja putri dapat mengetahui faktor penyebab anemia, sehingga dapat menerapkan pola makan yang seimbang dan mengkonsumsi suplemen besi agar terhindar dari bahaya anemia.
ABSTRACT Anemia is one of the problems encountered during this period. Normal young women will experience blood loss through menstruation every month. Along with periods will be issued a number of iron is needed for the formation of hemoglobin. Young women prone to anemia, because in general people of Indonesia (including girls) consume more plant-based foods for iron bit. The purpose of this study to describe of Anemia Based Menstruation duration And common Tea drinking In Adult Women In Boarding School An-Nur Mranggen District of Demak. This was a descriptive study with cross-sectional approach. Population are 44 respondents with purposive sampling technique. Data collection techniques using observation sheet. Data analysis using univariate analysis. The results showed that adolescents mostly aged ≤15 years of the 25 respondents (56,8%), most teens are anemic as many as 25 respondents (56,8%), mostly teenagers menstruating at the old category or more than 6 days, as many as 32 respondents (72,7%), adolescents who do not have the habit of drinking tea is as much as 30 respondents (68,2%). Young women who experience long periods old category mostly occurs in respondents who are anemic as many as 20 respondents (56,2%). mostly teenagers who had experience anemia occurs largely in the respondents who did not have a habit of drinking tea as many as 18 respondents (60,0%).
1 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
It is hoped that the teenagers are knowing about the effect’s factors of anemia, so they expected to consume foods that contain lots of iron so not susceptible to anemia. Keywords References
: Adult women, long periods, drink tea, anemia : 44 (2003- 2013) yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang (Proverawati, 2011). Pola menstruasi dapat diukur berdasarkan jumlah darah, frekuensi perdarahan, dan lama menstruasi. Biran (2008) menyatakan bahwa sangat sulit mengukur jumlah darah menstruasi secara kuantitas. Bahkan seorang wanitapun sulit untuk mengukur sendiri ataupun menyadari apakah aliran darah menstruasi mereka abnormal. Sebagai patokannya, suatu perdarahan disebut tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih dari enam hari dan pembalut yang digunakan perperiode lebih dari 12 potong. Kehilangan zat besi di atas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang lebih banyak dan waktunya lebih panjang. Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan atau urine, berjumlah 1 mg setiap harinya. Sedangkan pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan simpanan zar besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang keluar. Sedangkan semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin banyak pula darah yang keluar dan semakin banyak kehilangan timbunan zat besi. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (HB) dalam darah kurang dari normal yang berbeda untuk setiap umur dan jenis kelamin. Nilai normal hemoglobin pada wanita adalah 12-16 gr% dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/mm3. Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia, Kandungan teh antara lain tanin yang merupakan polifenol (1025%), kaffein (45-50 mg%). Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh waktu makan karena akan menghambat absorbsi besi dan disarankan agar mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung tanin dengan selisih waktu 1,5-2 jam (Soebroto, 2009). Kejadian anemia yang banyak diderita wanita pada umumnya dan remaja putri khususnya, adalah akibat remaja putri setiap bulan mengalami haid atau
PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas menuju kedewasaan. Ini ditandai dengan pertumbuhan fisik, emosional, kejiwaan, sosial dan mental. Secara kronologis, masa remaja berlangsung antara usia 13-19 tahun. Secara biologis, masa remaja yang dimulai dengan pubertas ini adalah saat untuk pertama kalinya alat reproduksi seksual menjadi kebutuhan fisik (Litin, 2007). Kejadian anemia adalah salah satu masalah yang banyak dijumpai pada masa ini. Dari data beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health Oganization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut World Health Organization (WHO, 1997) batas kadar Hb remaja putri untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Di Amerika Serikat, orang yang mengalami anemia sebanyak 2% sampai 10%. Negara-negara lain memiliki tingkat anemia lebih tinggi. Pada perempuan muda terdapat dua kali lebih mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan laki-laki muda karena pendarahan menstruasi yang teratur. Anemia terjadi pada kedua orang muda dan orang tua, tetapi anemia pada orang tua lebih mungkin menyebabkan gejala karena mereka biasanya memiliki masalah medis tambahan (Proverawati, 2011). Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarkan sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Hal ini merupakan salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi pada remaja wanita (Dyah, 2008). Lama menstruasi dapat diukur berdasarkan hari pertama sampai dengan hari terakhir keluar darah. Kehilangan zat besi di atas rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi
2 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
menstruasi, masukan gizi tidak seimbang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan pola makan atau perilaku makan yang salah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti secara acak pada 15 remaja putri di Pondok Pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Survey awal yang dilakukan terhadap 15 remaja putri di Pondok Pesantren An-Nur diperoleh 9 santri putri yang mengalami tanda dan gejala anemia seperti sering sakit kepala, pusing, sering ngantuk, tubuh sering merasa lelah, tidak bersemangat, kurang konsentrasi belajar, tidak nafsu makan, saat menstruasi sering merasa lemas dan mata berkunang-kunang. 4 santri putri mengalami lama menstruasi 2-6 hari dengan lama siklus menstruasi <21 hari dan jumlah ganti pembalut 3 kali sehari. 3 santri putri mengalami menstruasi >6 hari dengan lama siklus menstruasi 21-35 hari dengan jumlah ganti pembalut 4 kali sehari. 2 santri putri mengalami lama menstruasi >6 hari dan lama siklus menstruasi 21-35 hari dengan jumlah ganti pembalut 2 kali sehari. Sedangkan 6 santri putri yang tidak mengalami tanda dan gejala anemia didapatkan 5 santri putri mengalami lama menstruasi 2-6 hari dan lama siklus menstruasi 21-35 hari dengan jumlah ganti pembalut 2 kali sehari. dan 1 santri mengalami lama menstruasi >6 hari, lama siklus menstruasi <21 hari dengan jumlah ganti pembalut 3 kali sehari. Dari 9 santri yang mengalami tanda dan gejala anemia yang mempunyai kebiasaan minum teh setelah makan sebanyak 7 santri dan 2 santri lainnya hanya mengkonsumsi minuman selain teh. Sedangkan 6 santri yang tidak mengalami tanda dan gejala anemia yang mempunyai kebiasaan minum teh sebanyak 2 santri dan 4 santri lainnya hanya mengkonsumsi minuman selain teh. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “gambaran kejadian anemia berdasarkan lama menstruasi dan kebiasaan minum teh pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian anemia berdasarkan lama menstruasi dan kebiasaan minum teh pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
BAHAN DAN CARA Desain penelitian atau disebut juga rancangan penelitian ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Santri putri di Pondok Pesantren An-Nur yang berjumlah 76 remaja putri. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling sebanyak 44 responden. Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren An-nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak pada Bulan Februari 2015. Instrumen penelitian menggunakan pertanyaan mengenai lama menstruasi dan kebiasaan minum teh sedangkan kejadian anemia pada remaja putri diukur dengan pengukuran kadar Hb darah dengan menggunakan Hb digital. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden dilanjutkan dengan melakukan pengukuran kadar Hb pada responden. Setelah data diolah, kemudian peneliti melakukan analisa data dengan menggunakan statistik sederhana, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Umur Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Pondok Pesantren AnNur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Umur ≤15 Tahun >15 Tahun Jumlah
Frekuensi 25 19 44
Persentase (%) 56,8 43,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur responden di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah berumur ≤ 15 tahun yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yang berumur >15 tahun yaitu sebanyak 19 responden (43,2%).
3 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
Lama Menstruasi Lama Tidak lama Jumlah
2. Lama di Pesantren Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama di Pesantren pada Responden di Pondok Pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Lama di Pesantren ≤6 Bulan >6 Bulan Jumlah
Frekuensi 10 34 44
Persentase (%) 22,7 77,3 100,0
3. Kebiasaan Minum Teh Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Minum Teh Responden di Pondok Pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Kebiasaan Minum Teh Ya Tidak Jumlah
Analisis Univariat 1. Kejadian Anemia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Responden di Pondok Pesantren AnNur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Frekuensi 25 19 44
32 12 44
Persentase (%) 72,7 27,3 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian anemia responden di pondok pesantren AnNur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah mengalami anemia yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yaitu sebanyak 19 responden (43,2%) tidak mengalami anemia.
Berdasarkan tabel 4.2 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lama di pesantren pada responden di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah lama dipesantren >6 bulan yaitu sebanyak 34 responden (77,3%), dan sisanya lama dipesantren ≤6 bulan yaitu sebanyak 10 responden (22,7%).
Anemia Anemia Tidak anemia Jumlah
Frekuensi
Frekuensi
Persentase (%)
14 30
31,8 68,2
44
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebiasaan minum teh responden di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah yang tidak memiliki kebiasaan minum teh yaitu sebanyak 30 responden (68,2%), dan sisanya yaitu sebanyak 14 responden (31,8%) memiliki kebiasaan minum teh.
Persentase (%) 56,8 43,2 100,0
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa kejadian anemia responden di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah mengalami anemia yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yaitu sebanyak 19 responden (43,2%) tidak mengalami anemia.
4. Kejadian Anemia Berdasarkan Lama Menstruasi Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Berdasarkan Lama Menstruasi pada Responden di Pondok Pesantren AnNur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
2. Lama Menstruasi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi Responden di Pondok Pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Lama Menstruasi
Kejadian anemia Ya Tidak F % F %
Lama Tidak Lama Jumlah
20 5 25
62,5 41,7 56,8
12 7 19
37,5 58,3 43,2
Berdasarkan tabel 4.6 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan menstruasi kategori lama sebagian 4 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
besar mengalami anemia yaitu sebanyak 20 responden (62,5%), Sedangkan responden dengan menstruasi kategori tidak lama yang mengalami anemia yaitu sebanyak 5 responden (41,7%).
Berdasarkan tabel 4.7 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan minum teh sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan minum teh yang mengalami anemia sama dengan responden yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 7 responden (50,0%).
yang membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi termasuk besi (Lynch, 2006). Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan (Sediaoetama, 2010). Anemia yang terjadi pada remaja putri merupakan risiko terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saat kehamilan nantinya (Sediaoetama, 2010). Status besi harus diperbaiki pada saat sebelum hamil yaitu sejak remaja sehingga keadaan anemia pada saat kehamilan dapat dikurangi. Pola menstruasi yang dinilai meliputi usia pertama kali mendapat menstruasi, siklus menstruasi, dan lama hari menstruasi. Lebih dari separuh remaja putri (54,6%) memiliki pola menstruasi normal dimana usia pertama mendapat menstruasi, siklus menstruasi, dan lama menstruasi termasuk normal semua. Sedangkan 32,5% remaja putri yang mengalami infeksi (ISPA, diare dan tuberkulosis) dalam satu bulan terakhir (Farida, 2007). Hasil penelusuran literatur menunjukkan bahwa lama dipesantren tidak berkaitan dengan kejadian anemia. Seseorang yang berada di pesantren dalam waktu yang lama, belum tentu akan mengalami anemia. Anemia lebih didasarkan pada pola makan dan jenis nutrisi yang dimakan oleh seseorang.
PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah berumur ≤15 tahun yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yang berumur >15 tahun yaitu sebanyak 19 responden (43,2%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa santri di pondok pesantren anNur Mranggen tergolong dalam masa remaja. Yang mana wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa, normalnya akan mengalami periode menstruasi atau haid, sehingga apabila remaja mengalami kehilangan darah yang banyak pada saat menstruasi juga akan dapat menyebabkan anemia yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2009). Remaja putri lebih rawan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan
Analisis Univariat 1. Gambaran kejadian anemia pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kejadian anemia pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah mengalami anemia yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yaitu sebanyak 19 responden (43,2%) tidak mengalami anemia. Anemia banyak terjadi terutama pada usia remaja baik kelompok pria maupun wanita. Indonesia sendiri prevalensi anemia yang didapatkan masih cukup tinggi, dimana data depkes tahun 2009 didapatkan angka kejadian anemia pada remaja putri mencapai presentasi 33,7% (Wibowo, Notoatmojo dan Rohmani, 2013). Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, responden yang mengalami anemia sebanyak 23 responden (52,3%). Hal
5. Kejadian Anemia Berdasarkan Kebiasaan Minum Teh Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Berdasarkan Kebiasaan Minum Teh Responden di Pondok Pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Kebiasaan Minum Teh Ya Tidak Jumlah
Kejadian anemia Ya Tidak F % F %
7 18 25
50,0 60,0 56,8
7 12 19
50,0 40,0 43,2
5 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
ini disebabkan karena kandungan zat gizi dalam makanan terutama zat besi yang dikonsumsi oleh santri dan faktor yang mempengaruhi peningkatan penyerapan zat gizi terutama zat besi dalam tubuh. Zat besi merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pembentukan hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh. Besi atau heme disini adalah bagian dari hemoglobin dan mioglobin dimana keduanya banyak terdapat pada makanan - makanan yang berasal dari protein hewani yang mempunyai kandungan gizi banyak dan mudah menyerap zat besi dibandingkan dengan besi non heme, yang berasal dari makanan – makanan yang banyak terdapat pada protein nabati. Pengetahuan berkembang secara bermakna dengan sikap positif terhadap perilaku konsumsi makanan. Semakin tinggi pengetahuan maka makin positif sikap terhadap gizi makanan sehingga makin baik pula zat gizi yang dikonsumsi. Akan tatapi pengetahuan dan sikap yang baik tentang gizi belum pasti semakin baik zat gizi yang dikonsumsi. Hal ini terjadi karena remaja putri memiliki kecenderungan lebih mementingkan penampilannya atau menjaga kecantikan tubuhnya, kuatir menjadi gemuk, sehingga membatasi diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi, tidak mau makan pagi serta kebiasaan menunda waktu makan. Mereka cenderung lebih memilih konsumsi diet tanpa lemak atau hanya konsumsi buah-buahan daripada makanan sehat (Heryati dkk, 2004). Rusilanti (2009) mengemukakan pendidikan ayah dapat menentukan keadaan ekonomi keluarga sehingga dapat meningkatkan daya beli terhadap pangan. Apabila tingkat konsumsi dalam keluarga rendah maka dapat berpengaruh terhadap kesehatan termasuk kejadian anemia pada remaja putri. Pendidikan ibu menentukan pengetahuan dan keterampilan dalam memilih menu keluarga yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga termasuk kejadian anemia pada anaknya (Kardjati dkk, 2005). Kejadian anemia di pondok pesantren An-Nur Mranggen banyak yang mengalami anemia karena sebagian besar respondennya mengalami lama menstruasi >6 hari. hal ini memungkinkan jumlah darah yang keluar
lebih banyak sehingga ini dapat mempengaruhi terjadinya anemia. Kejadian anemia yang banyak diderita wanita pada umumnya dan remaja putri khususnya, adalah akibat remaja putri setiap bulan mengalami haid atau menstruasi. Seperti yang dikemukakan oleh Lutter (2008) bahwa penyebab anemia adalah kekurangan nutrisi penyakit kronis dan kehilangan darah yang berlebihan. 2. Gambaran lama menstruasi pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lama menstruasi pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah pada kategori lama atau >6 hari dan pembalut yang digunakan perperiode menstruasi >12 potong yaitu sebanyak 32 responden (72,7%), dan sisanya yaitu sebanyak 12 responden (27,3%) pada kategori menstruasi tidak lama atau ≤6 hari dan pembalut yang digunakan perperiode menstruasi ≤12 potong. Hal ini disebabkan karena pada remaja putri dengan lama menstruasi yang lebih panjang pengeluaran darah yang dialami cenderung lebih banyak dan pengeluaran zat besi karena perdarahan pun akan semakin banyak. Menurut penelitian Shams, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa wanita yang sedang mengalami menstruasi adalah populasi yang sangat penting untuk diperhatikan kesehatannya. Pada populasi wanita yang sedang menstruasi, anemia defisiensi besi terjadi sebanyak 5% sampai dengan 10%. Wanita yang sedang menstruasi, hamil, dan menyusui sangat rentan terhadap terjadinya anemia defisiensi besi. Menurut penelitian Al-sayes pada tahun 2011, kehilangan darah yang banyak pada wanita merupakan faktor resiko penting yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi pada wanita. Zat besi akan keluar sebanyak kurang lebih 42 mg setiap siklus menstruasi. Sedangkan pada laki-laki atau wanita yang tidak sedang menstruasi akan kehilangan zat besi sebesar 1 mg per harinya. Wanita dengan lama menstruasi diatas 8 hari dengan riwayat perdarahan dan gumpalan 6
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
pada saat menstruasi memiliki resiko yang lebih besar mengalami anemia defisiensi besi. Menstruasi menyebabkan remaja membutuhkan lebih banyak zat besi, karena zat besi yang hilang dari tubuh saat menstruasi lebih banyak. Oleh karena itu apabila kebutuhan yang tinggi ini tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan terjadinya anemia defisiensi besi cukup tinggi. Berdasarkan hasil Riskesda (2013) prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri usia 13-18 tahun sebesar 22,7%. Berdasarkan penelitian yang serupa yang dilaksanakan oleh Handayani (2007), diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat bermakna antara lama menstruasi dengan anemia pada remaja putri di SMK Negeri 1 Metro Lampung dengan taraf signifikansi p=0,001. Hal penting lainnya adalah asupan nutrisi dan gizi yang kurang baik, Asupan nutrisi dan gizi diyakini membawa pengaruh pada siklus haid, konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan segar, sayur, dan hindari junk food atau makanan berlemak. Karena status kualitas dari asupan nutrisi dan gizi mempengaruhi kinerja kelenjar hipotalamus yang memiliki peran mengendalikan kelancaran siklus haid yang ada. Santri putri di pondok pesantren AnNur menpunyai kegiatan yang padat sehingga remaja putri banyak yang melakukan aktifitas yang dapat berpengaruh pada menstruasi. Siklus haid pada remaja sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya, misalnya kelelahan karena aktivitas di usia/usia sekolah dan pengaruh stres yang tinggi. Hal ini akan mengganggu siklus haid dan dengan mudah akan mempengaruhi banyaknya dan lama darah keluar.
responden (68,2%), dan sisanya yaitu sebanyak 14 responden (31,8%) memiliki kebiasaan minum teh. Menurut Besral (2007), teh mempunyai banyak manfaat kesehatannya, namun ternyata teh juga diketahui menghambat penyerapan zat besi karena kandungan teh antara lain tanin yang merupakan polifenol (10-25%), kaffein (4550 mg%). Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh waktu makan karena akan menghambat absorbsi besi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Harnany (2006) pada ibu hamil di Pekalongan bahwa terdapat 4 responden (6,5%) yang memiliki kebiasaan minum teh dan sebanyak 57 responden (93,5%) yang tidak memiliki kebiasaan minum teh. 4. Gambaran kejadian anemia berdasarkan lama menstruasi pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan menstruasi kategori lama sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 20 responden (62,5%), Sedangkan responden dengan menstruasi kategori tidak lama yang mengalami anemia yaitu sebanyak 5 responden (41,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya anemia dialami oleh remaja yang mengalami menstruasi. Anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria (Poltekkes Depkes, 2010). Remaja putri yang mengalami gangguan haid selama siklus haid bisa menjadi anemia. Siklus haid pada remaja sangat mudah dipengaruhi oleh suasana kehidupannya, misalnya kelelahan karena padatnya aktivitas diusia remaja/usia sekolah dan pengaruh stres yang tinggi. Hal ini dengan mudah akan mengganggu siklus haid. Siklus haid harus diperhatikan, karena perdarahan hebat bisa menyebabkan remaja kekurangan zat besi. Menstruasi yang lama akan mengakibatkan remaja kehilangan zat
3. Gambaran kebiasaan minum teh pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebiasaan minum teh responden di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah yang tidak memiliki kebiasaan minum teh yaitu sebanyak 30 7
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
besi setiap harinya setiap harinya. Setiap harinya remaja akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekresi secara normal. Pada saat menstruasi kehilangan zat besi bisa bertambah hingga 1 mg lagi. Perdarahan yang terlalu banyak, dan haid yang lama dapat menyebabkan lemas selama haid dan sebaiknya perbanyak makanan kaya zat besi, atau konsultasi ke dokter untuk menentukan dosis tepat suplemen yang akan dikonsumsi (Soebroto, 2009). Menurut Arisman (2004) apabila darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi besi. Pada remaja putri dengan lama hari menstruasi yang berlangsung lebih dari 8 hari dan siklus menstruasi yang pendek (kurang dari 28 hari) memungkinkan untuk kehilangan besi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan yang memiliki pola menstruasi normal.
Mranggen yang mengalami anemia mengkonsumsi teh bersamaan dengan makan atau terbiasa mengkonsumsi teh setiap hari dan yang tidak mengalami anemia atau ≥1,5 jam sesudah/sebelum makan. Berdasarkan penelitian Besral dkk (2007), bahwa 49% responden memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia. Tanin yang terdapat di dalam teh merupakan penghambat penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang diserap pada waktu makan makanan tertentu, terutama teh kental yang akan menimbulkan pengaruh penghambatan yang nyata pada penyerapan zat besi (Soehardi, 2004). Senyawa tanin dari teh yang berlebihan dalam darah akan mengganggu penyerapan zat besi. Tubuh kekurangan zat besi maka pembentukan butir darah merah (hemoglobin) berkurang sehingga mengakibatkan anemia. Pengaruh pengahambatan tanin dapat dihindarkan dengan cara tidak minum teh setelah selesai makan agar tidak mengganggu penyerapan zat besi. Muhilal (2008) penyerapan zat besi oleh teh dapat menyebabkan banyaknya besi yang diserap turun hingga 2%, sedangkan penyerapan besi tanpa penghambatan teh sekitar 12%, Zat besi merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pembentukan hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh. Besi atau heme disini adalah bagian dari hemoglobin dan mioglobin dimana keduanya banyak terdapat pada makanan - makanan yang berasal dari protein hewani yang mempunyai kandungan gizi banyak dan mudah menyerap zat besi dibandingkan dengan besi non heme, yang berasal dari makanan – makanan yang banyak terdapat pada protein nabati.
5. Gambaran kejadian anemia berdasarkan kebiasaan minum teh pada remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan minum teh sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Hal ini bisa dikarenakan faktor lain yang dapat mempengaruhi anemia, diantaranya karena responden mengalami menstruasi >6 hari, hal ini memungkinkan jumlah darah yang keluar lebih banyak sehingga ini dapat mempengaruhi terjadinya anemia. Hal ini diperkuat dengan adanya teori faktor-faktor yang dapat mempengaruhi anemia yaitu ketidakcukupan zat besi dalam makanan, infeksi penyakit, lama menstruasi, banyak darah mentruasi, status gizi, konsumsi teh saat makan, pengetahuan yang kurang, ekonomi yang rendah, sosial budaya (Modifikasi dari Irawati dan Kuswanti, 2009). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan minum teh yang mengalami anemia sama dengan responden yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 7 responden (50,0%). Hal ini bisa dikarenakan santri putri di Pondok Pesantren An-Nur
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah ≤ 15 tahun yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yang berumur antara >15 tahun yaitu sebanyak 19 responden (43,2%).
8 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
2. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah pada kategori lama atau >6 hari dan pembalut yang digunakan perperiode menstruasi >12 potong yaitu sebanyak 32 responden (72,7%), dan sisanya yaitu sebanyak 12 responden (27,3%) pada kategori menstruasi tidak lama atau ≤6 hari dan pembalut yang digunakan perperiode menstruasi ≤12 potong. 3. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah mengalami anemia yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), dan sisanya yaitu sebanyak 19 responden (43,2%) tidak mengalami anemia. 4. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar mengalami menstruasi pada kategori lama atau >6 hari yaitu sebanyak 32 responden (72,7%), dan sisanya yaitu sebanyak 12 responden (27,3%) pada kategori menstruasi tidak lama atau ≤6 hari. 5. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak sebagian besar adalah yang tidak memiliki kebiasaan minum teh yaitu sebanyak 30 responden (68,2%), dan sisanya yaitu sebanyak 14 responden (31,8%) memiliki kebiasaan minum teh. 6. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang mengalami menstruasi kategori lama sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 20 responden (62,5%), Sedangkan responden dengan menstruasi kategori tidak lama yang mengalami anemia yaitu sebanyak 5 responden (41,7%). 7. Remaja putri di pondok pesantren An-Nur Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang tidak memiliki kebiasaan minum teh sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 18 responden (60,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan minum teh yang mengalami anemia sama dengan responden yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 7 responden (50,0%).
anemia dan melakukan pencegahan untuk meningkatkan mutu kesehatan sehingga angka kejadian anemia pada remaja dapat dikurangi 2. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan semakin intensif dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai anemia pada remaja dan dampak anemia, serta aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan anemia, seperti pemeriksaan kadar hemoglobin sebagai deteksi dini dan penanganannya. 3. Bagi Responden Diharapkan anemia pada remaja putri dapat dicegah khususnya dengan cara menerapkan pola makan yang seimbang dan mengkonsumsi suplemen zat besi agar terhindar dari bahaya anemia. 4. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan variabel yang berbeda misalnya variabel status gizi dan pengetahuan yang kurang yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri. DAFTAR PUSTAKA Arisman. (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: jakarta. Arumsari, 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Auliyanah. (2012). Pratikum gizi dan pemeriksaan hemoglobin. Available from : http ://auliya/pratikum-gizi-pemeriksaanhemoglobin.htm.com. Diakses 26 September 2014. Bahiyatun. 2010. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu Dan Anak. Jakarta : EGC. Bambang, K . 2008. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional. http:scribd.com (13 Februari 2015). Biran. 2008. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Depkes RI, 2012, Remaja Dan Anemia. UNICEF; Yakarta.
Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dapat memberikan penanganan bagi santri yang menderita 9
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK
Fitria, Ana. (2007), Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. . Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Laksananno, GS, (2009), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya anemia defisiensi besi pada remaja putri di SMU Muhamadiyah Kota Tegal, tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. Linder, M. C., 2012. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 165. Machmud, I. 2006. Cerita Tentang Teh di Indonesia : Peluang terbuka luas. http:/www.rsi.sg/indonesian/ruan g bisnis/html (13 Februari 2015). Maulana, M. (2009). Tanya Jawab Lengkap dan Praktis Serta Reproduksi, Kehamilan, dan Merawat Anak Secara Medis dan Psikologis. Yogyakarta. Muhilal, 2008, Kecukupan gizi yang dianjurkan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Media.Widyastuti, Y.dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya: 2009. Niken, 2013. Menstruasi Tidak Normal, Waspada Anemia. (http://okehealth/detailhealthupdate/29/03/ 2013). Diakses tanggal 11 Januari 2015. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Proverawati, Atikah dkk. 2011. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika. Proverawati, 2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta. Riyanto, Agus. 2009. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2011. Psikologi remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Saryono.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia. Sediaoetomo, A.D. (2007), Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Di Indonesia. Jakarta.
Setiawan, Ari. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, dan S2 Yogyakarta : Nuha Medika. Simanjuntak P. Gangguan Haid dan Siklusnya. In: Winkjosastro H., Saifuddin A.B., Rachimhadhi T. (eds.). Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta: PTBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, pp: 229-32; 2008. Soebroto, Ikhsan. (2009) Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : ISBN. Soehardi,S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB, Bandung. Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10 GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN POLA MENSTRUASI DAN KEBIASAAN MINUM TEH PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK