HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU AKIBAT HOSPITALISASI ANAK (USIA 0- 12 TAHUN) DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG Dhika Setiyawan 010212A006 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Ilmu Keperawatan e-mail :
[email protected] Abstrak Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Dian dan Wiwin (2013) serta Vivin (2013) didapatkan data kecemasan orang tua tertinggi pada kategori sedang yaitu 83,3% dan mayoritas adalah perempuan. Perasaan cemas dapat muncul dikarenakan salah satunya perawatan yang kurang menyenangkan dari petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner. Populasinya adalah jumlah rata-rata perbulan ibu yang menunggui anaknya di ruang kelas II dan III ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa sebanyak 120 ibu. Sampel penelitian adalah 55 ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak kelas II dan III RSUD Ambarawa, diambil dengan teknik purposive sampling. Data dianalisa menggunakan rumus Kendalls tau. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ibu yang tidak mengalami cemas sebesar 16,4%, yang mengalami cemas ringan sebesar 41,8%, yang mengalami cemas sedang sebesar 34,5%, dan yang mengalami cemas berat 7,3%. Sedangkan perawat yang kurang caring sebesar 7,3%, cukup caring sebesar 43,6%, dan caring sudah baik sebesar 49,1%. Hasil korelasi Kendalls tau menunjukkan nilai p-value=0,000 dan koefisien korelasi -0,547. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa. Diharapkan perawat meningkatkan perilaku caring kepada klien maupun keluarga dengan cara lebih mendalami ilmu tentang caring maupun mengikuti pelatihan dan workshop tentang caring. Kata kunci Kepustakaan
: Caring, kecemasan, hospitalisasi : 25 (2005-2013)
PENDAHULUAN Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi atau perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses hospitalisasi anak, cemas tidak hanya dialami oleh anak yang dirawat namun juga orang tua anak, sehingga asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pada anak melainkan juga pada orang tua anak (Wong, 2009).
Menurut Wong (2009), berbagai perasaan cemas yang muncul pada orang tua ketika anaknya dirawat dirumah sakit yaitu: marah, takut, sedih, dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat muncul terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak dirumah sakit, orang tua yang kurang mendapatkan dukungan emosi dan sosial serta ekonomi dari keluarga, dan perawatan yang kurang menyenangkan dari petugas kesehatan, akan
menyebabkan rasa cemas pada orang tua tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Febriana dan Madya (2012), diperoleh data bahwa ibu yang menunggui anak di Rumah Sakit paling banyak mengalami cemas ringan (73,3 %). Berdasarkan hasil penelitian Siswanto, Dian dan Wiwin (2013), didapatkan data bahwa frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan pada orang tua tertinggi pada tingkat kecemasan kategori sedang, yaitu sebanyak 83.3% atau 35 orang dari 42 total responden dan frekuensi terendah adalah orang tua dengan tingkat kecemasan kategori berat, sebanyak 4.8% atau 2 orang dari 42 orang responden, dan sebanyak 11.9% atau 5 orang responden memiliki tingkat kecemasan kategori ringan. Menurut Vivin (2013), mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). Banyaknya responden perempuan dibandingkan dengan responden laki-laki lebih disebabkan responden perempuan merupakan anggota keluarga pasien yang berada di rumah atau tidak bekerja, sehingga waktu yang miliki lebih banyak sedangkan responden laki-laki lebih sedikit disebabkan responden sedang bekerja dan tidak dapat menjaga pasien Menurut Dadang (2011), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala dimana untuk masing kelompok gejala diberikan penilaian antara 0-4 yang artinya: 0 bila tidak ada gejala; 1 bila ada gejala ringan; 2 bila ada gejala sedang; 3 bila ada gejala berat; dan 4 bila ada gejala berat sekali. Kemudian dari masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan; 14 – 20 = kecemasan ringan; 21 – 27 = kecemasan sedang; 28
– 41 = kecemasan berat; 41 – 56 = kecemasan berat sekali. Menurut Wong (2009), kecemasan pada orang tua yang menunggui anaknya di rumah sakit akan menyebabkan orang tua menerapkan pola terlalu melindungi dan perhatian yang memanjakan, sehingga hal tersebut dapat mengganggu dalam proses pemberihan asuhan keperawatan pada anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi orang tua terhadap penyakit anak diantaranya keseriusan ancaman terhadap anak, pengalaman sebelumnya dengan sakit atau hospitalisasi, prosedur medis yang terlibat dalam diagnosis dan pengobatan, sistem pendukung yang ada, kekuatan ego pribadi, kemampuan koping sebelumnya, stress tambahan pada sistem keluarga, keyakinan budaya dan agama, serta pola komunikasi antar anggota keluarga. Dalam mengurangi tingkat kecemasan orang tua selama proses perawatan pada anak, dapat diberikan asuhan keperawatan dengan konsep caring. Caring merupakan bagian terpenting dalam keperawatan yang menyangkut hubungan antara perawat dengan klien dalam memberikan dukungan psikologi serta emosional kepada klien dan keluarga, baik secara verbal maupun nonverbal dalam proses pelayanan keperawatan sehingga dapat meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Menurut Watson (2005), ada 10 (sepuluh) carative factor yang berasal dari perspektif humanistik yang dikombinasi dengan dasar ilmu pengetahuan ilmiah yang menjadi fokus utama dalam praktek keperawatan. Sepuluh faktor karatif tersebut meliputi nilai-nilai kemanusiaan; kepercayaanharapan; kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain; hubungan saling percaya dan saling membantu; ungkapan perasaan positif dan negatif; metode penyelesaian masalah sistematis; pengajaran dan pembelajaran melalui hubungan interpersonal; dukungan perlindungan mental, fisik, sosial
budaya dan lingkungan spiritual; kebutuhan manusia; dan kekuatan ekstensial-phenomenological. Berdasarkan hasil penelitian Ade (2012), diperoleh data bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 106 orang (98.1 %) responden menilai perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang rawat inap umum RSMM Bogor cukup tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Abdul, Ariyanti dan Elly (2013), menunjukkan bahwa 81,3% responden mempunyai persepsi bahwa perawat mempunyai perilaku caring yang baik dan menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan. Pada ruang perawatan anak perilaku caring sangat diperlukan karena tingkat ketergantungan yang tinggi dan kecemasan yang meningkat. Adanya perilaku caring yang cukup dari perawat juga akan meminimalkan kejadian kecemasan pada orang tua, artinya dalam memberikan perilaku caring, perawat hendaknya mengerti akan perasaan dan kebutuhan pasien tanpa membatasi gerakan atau lingkup kesehatan pasien. Timbulnya kecemasan biasanya didahului oleh faktor-faktor tertentu. Demikian pula kecemasan yang dialami oleh orang tua terkait hospitalisasi anak di RSUD Ambarawa dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi, tingkat pengetahuan, lama rawat inap, dan juga oleh perilaku caring perawat (Wong, 2009). Hasil pengamatan kepada 4 (empat) perawat yang bertugas pada tanggal 17 Desember 2013 di ruang rawat inap anak (Bangsal Anggrek) RSUD Ambarawa mengenai perilaku caring perawat, masih ada perawat yang terlihat kurang caring karena belum memenuhi beberapa indikator caring. Indikator caring yang belum dilakukan oleh beberapa perawat tersebut diantaranya 2 orang perawat kurang ramah dan kurang senyum saat menemui klien dan ibu klien serta kurang memberikan informasi yang jelas
mengenai prosedur tindakan pengambilan darah, 1 perawat lebih memilih duduk di meja perawat dan memerintahkan mahasiswa praktikan untuk melakukan tindakan keperawatan, 1 orang perawat ramah dan senyum saat menerima pasien baru serta memberikan penjelasan dengan ramah. Hasil wawancara kepada 6 ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak (Bangsal Anggrek) RSUD Ambarawa diperoleh data 5 ibu mengatakan semua perawat sudah baik, sudah mau berkomunikasi dengan baik, sudah memberikan informasi disetiap tindakan, sudah membina hubungan saling percaya, dan sudah memberikan rasa nyaman dan aman bagi klien dan ibu yang menunggui. Namun menurut 1 ibu, masih ada 1 perawat yang judes saat melakukan tindakan keperawatan kepada anaknya. Dari hasil wawancara serta observasi berdasarkan alat ukur kecemasan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) kepada 6 ibu tersebut diperoleh data bahwa 1 ibu mengatakan tidak cemas dan memang tidak nampak cemas karena anaknya mampu beradaptasi dengan lingkungan Rumah Sakit; 1 ibu mengalami kecemasan ringan yang ditandai dengan mengungkapkan cemas dan terlihat sedikit tremor dan mengatakan merasa kasihan saat anaknya di suntik; 2 ibu mengalami kecemasan sedang yang ditandai dengan banyak bicara mengenai kondisi anaknya, nampak gelisah dan meremas tangan; serta 2 ibu mengalami kecemasan berat yang ditandai dengan nampak gelisah, berkeringat, mengerutkan dahi bahkan sampai menangis saat di wawancarai karena merasa tidak tega dengan kondisi anaknya dan berharap anaknya segera sembuh. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dan didukung oleh data hasil-hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Caring
Perawat dengan Tingkat Kecemasan Ibu Akibat Hospitalisasi Anak di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa tahun 2014”. METODE Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan cross sectional (studi potong lintang), dimana dalam penelitian ini peneliti mencuplik sebuah sampel dari populasi dalam satu waktu. Kemudian peneliti mengamati variabel bebas (perilaku caring perawat) dan variabel terikat (tingkat kecemasan ibu) pada tiap individu dari sampel dalam satu waktu. Setelah itu, peneliti melakukan analisis korelasi dari kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran) (Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menunggui anaknya yang dirawat di ruang rawat inap anak kelas II dan III (Bangsal Anggrek) RSUD Ambarawa tahun 2014 dengan jumlah rata-rata perbulan adalah 120 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 55 orang ibu, dengan penghitungan menggunakan rumus Slovin dimana rumus ini digunakan untuk menghitung jumlah sampel dengan populasi kurang dari 10.000 (Putra, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dimana pengambilan sampel ini didasarkan pada pertimbangan peneliti yang sudah mengetahui karakteristik populasi yang akan diteliti (Putra, 2009). Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel digunakan metode uji korelasi kendall tau, dengan nilai r untuk menyatakan hubungan lebih kecil atau sama dengan 0,05.
anak RSUD Semarang.
Ambarawa
Kabupaten
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Perilaku Caring
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
4
7,3
Cukup
24
43,6
Baik
27
49,1
Jumlah
55
100,0
BerdasarkanTabel 5.1, dapat diketahui bahwa dari 55 responden ibu yang anaknya dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang, lebih banyak ibu menyatakan perilaku caring perawat dalam kategori baik, yaitu sejumlah 27 orang (49,1%). Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kercemasan Ibu Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Tingkat Kecemasan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Cemas
9
16,4
Cemas Ringan
23
41,8
Cemas Sedang
19
34,5
Cemas Berat
4
7,3
Jumlah
55
100,0
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku caring prawat dan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dari 55 responden ibu yang anaknya dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang, lebih banyak ibu yang mengalami cemas ringan, yaitu sejumlah 23 orang (41,8%).
Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Untuk menguji hubungan ini digunakan uji Kendall Tau, dimana hasil-hasilnya disajikan berikut ini.
antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa. Nilai korelasi bertanda negatif memiliki arti bahwa hubungan ini memiliki arah negatif, yaitu jika perilaku caring perawat semakin baik maka tingkat kecemasan ibu semakin berkurang, dan korelasi ini merupakan korelasi yang sedang, karena nilainya terletak antara 0,40-0,60
Tabel 5. 3. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Ibu Akibat Hospitalisasi Anak Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
PEMBAHASAN
Tingkat Kecemasan Perilaku Caring Perawat
Tdk Cemas
Cemas Ringan
Cemas Cemas Sedang Berat
F
%
F
%
Kurang
0
0,0
1
25,0
Cukup
2
8,3
5
20,8 15 62,5 2 8,3
24 100
Baik
7
25,9 1 7
63,0
,0
27 100
Jumlah
9
16,4 2 3
41,8 19 34,5 4 7,3
55 100
= -0,547
f
% F %
Total
1 25,0 2 50,0
3 11,1 0
f
%
4
100
p-value = 0,000
Berdasarkan Tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dengan kategori kurang didapati tingkat kecemasan ibu yang lebih dominan adalah tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 2 orang (50%). Untuk perilaku caring perawat dengan kategori cukup didapati tingkat kecemasan ibu yang lebih dominan adalah tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 15 orang (62,5%). Sedangan perilaku caring perawat dengan kategori baik didapati tingat kecemasan ibu yang dominan adalah tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 17 orang (63%). Berdasarkan uji Kendall Tau didapat nilai korelasi sebesar -0,547 dengan p-value 0,000. Oleh karena pvalue = 0,000 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
A. Perilaku Caring Perawat Hasil penelitian di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang untuk variabel perilaku caring perawat yang dipersepsikan ibu menunjukkan bahwa proporsi perawat yang dinilai sudah memiliki perilaku caring yang baik yaitu sebanyak 49,1%. Dari hasil pengisian kuesioner, didapatkan data bahwa dari 55 responden, ada 24 responden yang menjawab perawat selalu menerapkan faktor karatif 4 (hubungan saling percaya) yaitu pada pernyataan nomor 25. Menurut Watson (1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), untuk mendapat hubungan saling percaya dengan pasien, seorang perawat harus mempunyai kemampuan berkomunikasi terapeutik yang baik. Perawat harus bisa membedakan komunikasi dan komunikasi terapeutik. Pertolongan dan hubungan saling percaya tidak sekedar menyatakan ikut prihatin atau kasihan, tetapi ditunjukkan dengan pertolongan dan saling percaya. Kata kunci saling percaya adalah komunikasi, karena komunikasi akan meningkatkan keharmonisan, empati dan kehangatan (Sulisno, 2009). Dari hasil pengisian kuesioner, didapatkan data bahwa dari 55 responden, ada 24 responden yang menjawab perawat selalu menerapkan faktor karatif 6 (penggunaan metode ilmiah) yaitu pada pernyataan nomor 17. Menurut Watson (1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), penggunaan metode
ilmiah yaitu penggunaan problem solving dalam mengambil keputusan. Diperoleh melalui riset yang berkesinambungan, pemberian arti terhadap ilmu, dan peningkatan pengetahuan. Penggunaan metode ilmiah, problem solving dan pengambilan keputusan yang rasional dalam memberikan asuhan, perawat dan bidan menggunakan proses asuhan keperawatan/kebidanan dan penerapan hasil-hasil riset (Sulisno, 2009). Hasil pengisian kuesioner ditemukan juga data bahwa dari 55 responden, ada 9 responden yang menjawab perawat tidak pernah menerapkan faktor karatif 1 (sistem nilai humanistik-altruistik) yaitu pada pernyataan nomor 29. Menurut Watson (1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), humanistik-altruistik dibangun dari pengalaman, belajar, dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis yang tumbuh dari panggilan jiwa dan kesadaran diri untuk menolong dan memberikan bantuan pada sesama. Caring ditunjukkan dengan sikap humanistik dan altruistik. Sikap ini dibangun dari pengalaman, belajar dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanistik dan mengutamakan orang lain (Sulisno, 2009). Peneliti juga menemukan data dari hasil pengisian kuesioner oleh responden bahwa dari 55 responden, ada 9 responden yang menjawab perawat tidak pernah menerapkan faktor karatif 2 (kepercayaan-harapan) yaitu pada pernyataan nomor 24. Menurut Watson (1979) dalam Nasir dan Muhith (2011), Perawat menggunakan kekuatan sugestif secara positif untuk memberikan dukungan pada pasien untuk yakin akan mendapat kesembuhan. Hal ini harus diawali dari keyakinan dalam diri perawat sendiri, bahwa dengan sentuhannya pasien akan dapat kesembuhan. Pengalaman dalam pelayanan memberikan kekuatan bahwa peran perawat merupakan variabel penting dalam pemberi kepuasan dan kesembuhan. Caring ditunjukkan dengan kepercayaan kepada pasien dan
menumbuhkan harapan yang realistis kepada pasien. Hal ini penting baik dalam pengobatan maupun perawatan. Kepercayaan bahwa yang diperbuat akan menumbuhkan hasil. Seringkali optimisme, terutama optimisme pasien, menjadi faktor kunci proses penyembuhan (Sulisno, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ade (2012), dimana sebagian besar responden yaitu sebanyak 106 orang (98.1 %) responden menilai perilaku caring perawat terhadap pasien di ruang rawat inap umum RSMM Bogor cukup tinggi. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Abdul, Ariyanti dan Elly (2013), dimana 81,3% responden mempunyai persepsi bahwa perawat mempunyai perilaku caring yang baik dan menunjukkan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan. B.
Tingkat Kecemasan Ibu
Hasil penelitian di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa 23 responden (41,8%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Febriana dan Madya (2012), tentang hubungan kecemasan ibu dengan kecemasan anak saat hospitalisasi anak menunjukkan bahwa ibu yang menunggui anak di Rumah Sakit paling banyak mengalami cemas ringan (73,3 %) Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan bahwa cemas ringan dapat disebabkan oleh ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Cemas dapat menjadi motivasi untuk belajar dan menghasilkan kreativitas. Selain itu, berdasarkan hasil pengisian kuesioner juga didapatkan bahwa responden yang memiliki kecemasan ringan rata – rata merasakan sesuatu akan baik – baik saja dan sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Dari hasil penelitian juga didapatkan data bahwa 19 responden
(34,5%) mengalami tingkat kecemasan sedang. Stuart dan Sundeen (2007), menjelaskan bahwa saat mengalami cemas sedang, seseorang akan lebih memusatkan pada hal-hal penting. Mereka mengesampingkan yang lain, sehingga perhatian pada hal yang selektif dan mampu melakukan sesuatu dengan lebih terarah. Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Gejala yang dapat muncul yaitu gelisah, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, mudah marah dan kewaspadaan meningkat (Videbeck, 2012). Hasil Penelitian didapatkan juga data 4 responden (7,3%) masih mengalami tingkat kecemasan berat. Menurut Videbeck (2012), kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres.Gejala yang dapat muncul yaitu kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, nada suara tinggi, mondar-mandir, gemetar, meremas tangan, sulit berpikir, egosentris, agitasi, takut, bingung dan menarik diri. C. Hubungan Perilaku Caring
Perawat dengan Tingkat Kecemasan Ibu Akibat Hospitalisasi Anak Berdasarkan Tabel 5.3, dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dengan kategori kurang didapati tingkat kecemasan ibu yang lebih dominan adalah tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 2 orang (50%). Untuk perilaku caring perawat dengan kategori cukup didapati tingkat kecemasan ibu yang lebih dominan adalah tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 15 orang (62,5%). Sedangan perilaku caring perawat dengan kategori baik didapati tingat kecemasan ibu yang dominan adalah tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 17 orang (63%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,000 kurang dari α (0,05) dan nilai koefisien korelasi = -0,547 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2014. Menurut Potter dan Perry (2009) caring merupakan tindakan yang diarahkan untuk membimbing, mendukung individu lain atau kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan seseorang. Tuiuan dari caring adalah memberikan rasa aman dan nyaman untuk menurunkan kecemasan. Perawat hendaknya menyediakan waktu untuk mendengarkan (listening) keluhan pasien. mmberikan dorongan dengan sikap yang ramah, bersahabat tapi tegas, jangan menunjukkan perasaan jengkel atas tingkah lakunya, tetapi sebaiknya mencoba untuk mengerti perasaan pasien. Adanya perilaku caring yang cukup dari perawat akan meminimalkan kejadian kecemasan pada orang tua, artinya dalam memberikan perilaku caring, perawat hendaknya mengerti akan perasaan dan kebutuhan pasien tanpa membatasi gerakan atau lingkup kesehatan pasien (Wong, 2009). Pada ruang perawatan anak perilaku caring sangat diperlukan karena tingkat ketergantungan yang tinggi dan kecemasan yang meningkat. Menurut Wong (2009), aspek caring dapat berujud konsep tentang asuhan atraumatik dan pengembangan hubungan terapeutik dengan klien. Orang tua merasa bahwa caring merupakan tanda asuhan keperawatan yang berkualitas yang sering dipusatkan pada kebutuhan non-teknis anak dan keluarga. Di rumah sakit, caring diartikan sebagai suatu moral imperative yang artinya bentuk moral, sehingga dalam menjalankan perannya perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap
kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia. Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring yang baik oleh perawat dapat menolong klien untuk meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Tetapi sebaliknya jika caring dirasakan kurang, maka hal ini cenderung menjadi faktor penyebab kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anak (Dwidiyanti, 2007). Berdasarkan Tabel 5.3, ditemukan data bahwa pada perilaku caring perawat kategori cukup masih ditemukan ibu yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyan 2 orang ( 8,3%) dan pada perilaku caring kategori baik masih ditemukan juga ibu dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 3 orang (11,1%). Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecemasan selain perilaku caring perawat. Menurut Boothby, Thorn, Jensen dan Kennington (1998) dalam Martz (2007), faktor yang mempengaruhi kecemasan dan koping seseorang yaitu faktor internal (umur, jenis kelamin, dan etnis) serta faktor eksternal (tingkat keparahan penyakit, kemampuan mengontrol nyeri, dan penilaian terhadap suatu kondisi). Menurut hasil analisa peneliti, hospitalisasi dapat menimbulkan kecemasan baik kepada anak maupun orang tua yang menunggui anaknya di rumah sakit. Tingkat dan bentuk kecemasan y a n g d i a l a m i o l e h m a s i n g - m a s i n g o r a n g t u a akan berbeda-beda. Perawat yang perhatian d a n c a r e kepada orang tua dapat menurunkan tingkat kecemasan tersebut. Orang ;tua akan merasa dibimbing, dibantu, dan diberikan solusi atas masalah yang dihadapi. Dukungan berupa bimbingan umpan balik, pemecahan masalah, sumber dan validator, memberi dukungan, memberikan penghargaan dan memberikan perhatian.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak. Sementara itu masih banyak faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang yang tidak dapat peneliti kendalikan, diantaranya situasi rumah sakit yang tidak mendukung, adanya tekanan baik secara ekonomi maupun sosial, konflik antar personal, jenis penyakit anak, serta karakter dari masing-masing perawat. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Perilaku caring perawat di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa sudah baik yaitu 49,1% menurut persepsi para ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak. Tingkat kecemasan yang paling banyak di alami oleh ibu yang menunggui anaknya di ruang rawat inap anak RSUD Ambarawa yaitu tingkat kecemasan ringan sebanyak 23 orang (41,8%). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2014 yang dibuktikan dengan nilai p-value = 0,000 kurang dari α (0,05) dan nilai koefisien korelasi = -0,547 dimana dengan adanya perilaku caring yang baik, maka didapatkan tingkat kecemasan ibu dengan kategori ringan. SARAN Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit baik kepada pasien sendiri maupun kepada keluarga pasien. Kepada perawat diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan perilaku caring kepada klien maupun keluarganya, bisa dengan cara lebih mendalami tentang caring maupun
mengikuti pelatihan-pelatihan atau workshop tentang caring. Hendaknya hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan atau masukan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku caring perawat dan tingkat kecemasan anak maupun orang tua dalam menghadapi hospitalisasi di rumah sakit. Mengembangkan penelitian mengenai perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan dengan mempertimbangkan dan membahas faktor-faktor lain yang mempengaruhi. DAFTA PUSTAKA Abdul, Ariyanti Saleh & Elly L. Sjattar. (2013). Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSUD Kota Baubau. Aprilistyawati, A. (2013). Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Imperium. Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitin Sutau Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dwidiyanti, M. (2007). “Caring” Kunci Sukses Perawat/Ners Mengamalkan Ilmu. Semarang: Penerbit Hasani. Hawari, D. (2011). Managemen Stress, Cemas dan Depresi. Edisi 2. Jakarta: FKUI. Hastono, S.P. (2007). Basic Data Analysis for Health Research Training: Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FKMUI Ikawati, V. C. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Keluarga pada Pasien yang Dirawat Diunit Perawatan Kritis (ICU) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kusumawati, F. & Yudi H. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Martz, E. & Hanoch, L. (2007). Coping with Chronic Illnes and Disability: Theoretical, Empirical, and Clinical Aspect. New York: Springer.
Morrison. P. (2005). Caring & Communicating. Jakarta :EGC. Nasir, A & Abdul M. (2011). DasarDasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Perry, P. (2009). Fundamental keperawatan. Jakarta :Salemba Medika. Putra, S. R. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: D-Medika. Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Yogyakarta. Sari, F. S. & Madya S. (2012). Hubungan Kecemasan Ibu dengan Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi Anak. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnursing. Saryono. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Bantul: Nuha Medika Siswanto, D. S. & Wiwin L. (2013). Hubungan Kualitas Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Anak yang Dirawat di RSUD Sumbawa Tahun 2013. Stuart & Sundeen (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC Sulisno, M. (2009). Dasar-Dasar Etika Dalam Praktik Keperawatan dan Kebidanan. Semarang: Penerbit Hasani. Videbeck, S. L. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Watson, J. (2005). Nursing The Philosophy and Science of Caring Revised Edition. Colorado: Library of Congress Catalogingin-Publication Data. Watson, J. (2009). Assesing and Measuring Caring in Nursing and Health Sciences Second Edition. Canada: Springer Publishing Company. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrrik Volume 1. Jakarta : EGC.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrrik Volume 2. Jakarta : EGC. Yuliawati, A. L. (2012). Gambaran Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.