PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI SOSIALISASI PENCEGAHAN HIV/AIDS DI DESA TLETER KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG Endang Lestari 030113a098 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan e-mail :
[email protected] ABSTRAK HIV/AIDS dapat beresiko pada semua populasi baik pada laki-laki ataupun perempuan salah satu populasi yang beresiko adalah ibu rumah tangga. Beberapa alasan terjangkitnya ibu rumah tangga sebagian besar karena ditulari oleh suami yang melakukan hubungan seks secara sembarangan. 53,1% laki-laki dinilai memiliki kecenderungan selingkuh. Artinya perempuan yang tidak tahu apa-apa dapat terkena HIV/AIDS akibat perilaku menyimpang sang suami. Ini membuktikan masih lemahnya posisi pengetahuan istri (perempuan). Salah satu upaya untuk menekan peningkatan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah peningkatan pemahaman dan kesadaran akan bahaya HIV/AIDS dalam keluarga yang disampaikan melalui sosialisasi pencegahan HIV/AIDS oleh KPA Temanggung untuk Ibu Rumah Tangga, sehingga dengan adanya pengetahuan yang diperoleh melalui sosialisasi maka ibu-ibu rumah tangga tersebut dapat melakukan pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis perbedaan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberi sosialisai pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperiment design. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest dengan intervensi sosialisasi pencegahan HIV/AIDS. Populasi yaitu semua ibu rumah tangga di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung yaitu sebanyak 892 orang. Sampel 27 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Data dianalisis dengan uji Marginal Homogeneity Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu rumah tangga sebelum diberikan sosialisasi dengan kategori pengetahuan rendah yaitu sebanyak 16 responden (69,3%), sedang sebanyak 9 responden (33,3%) dan tinggi sebanyak 2 reponden (7,4%). Pengetahuan ibu rumah tangga sesudah diberikan sosialisasi dengan kategori rendah sebanyak 4 responden (25,9%), sedang sebanyak 9 responden (33,3%) dan tinggi sebanyak 11 responden (40,7%). Ada perbedaan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi tentang pencegahan HIV/AIDS dengan pvalue = 0,000 < α (0,05). Kata kunci : Pengetahuan , HIV/AIDS
ABSTRACT HIV/AIDS can be at risk in all populations both in men and women, which one of the population at risk is a housewife. The housewives are largely infected by their husbands who have sex carelessly. There are 53.1% of men are considered to have a tendency of cheating. This means that women who do not know anything can be affected by HIV/AIDS as a result of the husband's deviant sexual behavior. This proves the weak position of wife’s (female) knowledge. One of the efforts to suppress the spread of HIV/AIDS in the housewife can be increased the comprehension and awareness of the dangers of HIV/AIDS in the family which being delivered through socialization about HIV/AIDS prevention by KPA of Temanggung for the housewives, so that they can conduct the prevention efforts of HIV/AIDS transmission. This study aimed to analyze the difference in housewife’s knowledge between before and after given socialization about HIV/AIDS prevention at Tleter Village Kaloran Sub-district Temanggung Regency. This was a pre-experimental study. This study used one group pretestposttest design with intervention of the socialization about HIV/AIDS preventions. The population in this study was all the housewives at Tleter Village Kaloran Sub-district Temanggung Regency as many as 892 women. The samples in this study were 27 respondents that sampel by using purposive sampling technique. The data instrument used questionnaires. And the data were analyzed by using the marginal homogeneity test. The results of this study indicate that before given socialization the housewife have knowledge in the category of low, medium, and high as many as 16 respondents (69.3%), 9 respondents (33.3%) and 2 respondents (7.4%), respectively. And after given socialization, the housewife have knowledge in the category of low, medium, and high as many as 4 respondents (25.9%), 9 respondents (33.3%) and 11 respondents (40.7%), respectively. There is a difference in the housewife’s knowledge between before and after given socialization about HIV/AIDS prevention with p value of 0.000 <α (0.05). Keywords : Knowledge, HIV/AIDS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal’s atau MDG’s adalah deklarasi milenium hasil kesepakatan kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan. Salah satu butir MDGS yang akan dicapai yaitu memerangi HIV/AIDS. HIV/AIDS dapat beresiko pada semua populasi baik pada laki-laki ataupun perempuan salah satu populasi yang beresiko adalah ibu rumah tangga. Beberapa alasan terjangkitnya ibu rumah tangga sebagian besar karena ditulari oleh suami yang melakukan hubungan seks secara sembarangan. 53,1% laki-laki dinilai memiliki kecenderungan selingkuh. Artinya perempuan yang tidak tahu apa-apa dapat terkena HIV/AIDS akibat
perilaku menyimpang sang suami. Ini membuktikan masih lemahnya posisi pengetahuan istri (perempuan). . Di Indonesia, kasus pertama terjadi pada tahun 1987 yaitu pada seorang turis asing di Bali dan semakin meningkat. Jumlah HIV & AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 30 September 2013 adalah diproyeksikan HIV sekitar 20,413 orang, AIDS 2,763 orang dan kematian 318 orang (Ditjen PP & Kemenkes, 2013). Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah berada diposisi 6 terbanyak penderita HIV AIDS di Indonesia. Kumulatif jumlah pengidap HIV/AIDS di Jawa Tengah mulai 1993 sampai akhir September 2013 tercatat sebanyak 7.421 kasus. Faktor penularan HIV/AIDS di Jawa Tengah sebagian besar dikarenakan heteroseksual atau berhubungan seksual dengan lawan jenis mencapai sekitar 80%. Laki-laki berpotensi untuk menularkan HIV/AIDS, baik kepada pasangan tetapnya (istri) atau orang lain. Memasuki tahun 2014 jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung terus bertambah. Jika pada pekan ketiga bulan Desember tahun 2013 lalu mencapai 238 kasus, kini bertambah 9 menjadi 247 kasus di bulan februari 2014. Jumlah total kasus ini merupakan akumulatif dari sejak pertama kali ditemukan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung tahun 1997 lalu. Rata-rata penderita merupakan usia produktif antara 20-35 tahun. Dari 247 orang, 138 orang berjenis kelamin laki-laki dan 109 orang berjenis kelamin perempuan berdasarkan pendataan sejak tahun 1997 hingga sekarang. Dari jumlah itu sekitar 50 % lebih dari kalangan Ibu rumah tangga yang tertular dari pasangan mereka, lainnya ada yang Pekerja Seks Komersial (PSK), dan profesi lainnya. Faktor heteroseksual masih mendominasi penularan dengan jumlah 148 kasus karena belum sadar pentingnya menggunakan kondom saat hubungan seksual, disusul narkoba 72 kasus, perinatal 16 kasus dan homoseksual 11 kasus. Sebanyak 20 Kecamatan dari 20 Kecamatan di Kabupaten Temanggung, dari tahun1997 hingga 2014 ini pernah ditemukan kasus HIV/AIDS. Untuk mencegah merebaknya penularan HIV/AIDS KPA Kabupaten Temanggung terus melakukan kegiatan pencegahan berupa sosialisasi langsung kepada masyarakat yang dilakukan disemua kalangan masyarakat baik pelajar, pegawai, maupun masyarakat umum. Walaupun sudah di lakukan upaya pencegahan HIV/AIDS disemua kalangan akan tetapi angka kejadian HIV/AIDS Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Temanggung masih sangat tinggi dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Salah satu upaya untuk menekan peningkatan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah peningkatan pemahaman dan kesadaran akan bahaya HIV/AIDS dalam keluarga, menciptakan keluarga yang harmonis serta mungkin diperlukan untuk mengingatkan atau menasehati suami untuk tidak melakukan hal-hal yang berisiko membahayakan diri dan keluarga saat mereka berada di luar rumah yang disampaikan melalui sosialisasi pencegahan HIV/AIDS oleh KPA Temanggung untuk Ibu Rumah Tangga, sehingga dengan adanya pengetahuan yang diperoleh melalui sosialisasi maka ibu-ibu rumah tangga tersebut dapat melakukan pencegahan penularan HIV/AIDS.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Perbedaan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Diberi Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2014. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan ibu rumah tangga sebelum diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2014. b. Mengetahui pengetahuan ibu rumah tangga sesudah diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2014. c. Mengetahui perbedaan pengetahuan Ibu Rumah Tangga sebelum dan sesudah diberi Sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2014 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang perbedaan sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi HIV/AIDS terhadap pengetahuan ibu rumah tangga 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi tenaga kesehatan bermanfaat untuk menjadi masukan dan pertimbangan dalam usaha menurunkan angka kejadian HIV/AIDS b. Komisi Penanggulangan AIDS Sebagai sumbangan aplikatif bagi KPA agar lebih meningkatkan perhatian dalam memberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS terhadap masyarakat. c. Ibu Rumah Tangga Diharapkan penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pencegahan HIV/AIDS d. Bagi Institusi Sebagai refrensi perpustakaan sekolah tinggi ilmu kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran dan merupakan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang sosialisasi pencegahan HIV/AIDS terhadap pengetahuan Ibu Rumah Tangga e. Bagi Peneliti Bagi peneliti bermanfaat dapat menambah pengalaman serta keterampilan baru untuk melaksanakan penelitian eksperimen sederhana mengenai pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi HIV/AIDS METODE PENELITIAN .Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperiment design. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest (Notoatmodjo, 2012). yaitu dimana sebelum diberikan intervensi dilakukan pre
test (01) dan diikuti intervensi (X) lalu dilakukan post test (02). Polulasi penelitian 892 responden dengan menggunakan Purposive Sampling didapat 27 responden. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS dan juga membandingkan pengetahuan ibu rumah tangga yang diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS. Penilaian atau observasi pada penelitian dengan menggunakan desain ini akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen (pre dan post test). Perbedaan antara pre dan post test dianggap efek dari treatment (Arikunto, 2005). HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Analisis univariat berisi tentang gambaran tingkat pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi tentang HIV/AIDS, dimana hasilnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berikut ini. 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang HIV/AIDS Sebelum Diberikan Sosialisasi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang HIV/AIDS sebelum Diberikan Sosialisasi di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, 2014 Pengetahuan Frekuensi Persentase Rendah 16 59,3 Sedang 9 33,3 Tinggi 2 7,4 Jumlah 27 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan sosialisasi, pengetahuan ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, sebagian besar dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 16 orang (59,3%). 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang HIV/AIDS Sesudah Diberikan Sosialisasi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang HIV/AIDS Sesudah Diberikan Sosialisasi di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, 2014 Pengetahuan Frekuensi Persentase Rendah 4 25,9 Sedang 9 33,3 Tinggi 11 40,7 Jumlah 27 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sesudah diberikan sosialisasi, pengetahuan ibu rumah tangga tentang HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, lebih banyak sudah menunjukkan kategori tinggi, yaitu sejumlah 11 orang (40,7%).
B. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada bagian ini menyajikan hasil analisis perbedaan sebelum dan sesudah diberi Sosialisasi pencegahan HIV/AIDS terhadap pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Untuk perbedaan ini digunakan uji Marginal Homogeneity karena data yang diperoleh berbentuk ordinal. Adapun Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan Sosialisasi HIV/AIDS seperti tabel berikut : Tabel 4.6 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan Sosialisasi HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, 2014 Variabel
Intervensi
N
p-value
Pengetahuan
Sebelum Sesudah
27 27
0,000
Berdasarkan uji Marginal Homogeneity, didapatkan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. PEMBAHASAN Pada bab ini membahas variabel yang diteliti oleh peneliti mengenai perbedaan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberi sosoialisasi pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. A. Analisa Univariat 1. Gambaran Umum Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sebelum Diberi Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa untuk kategori pengetahuan rendah yaitu sebanyak 16 responden (59,3%) sedang sebanyak 9 orang (33,3%) tinggi sebanyak 2 orang (7,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum diberi sosialisasi termasuk kategori rendah. Kurangnya pengetahuan responden ini dibuktikan dari hasil kuesioner pada indikator pengertian HIV/AIDS yang diberikan sebelum dilakukan sosialisasi yaitu diperoleh jawaban salah sebesar 11 responden (40,7%), sisanya 16 responden (59,2%) menjawab benar. Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu tentang pengertian HIV/AIDS, hal tersebut diperkuat jawaban kuisioner nomor 1, 2 dan 4. Kemudian untuk indikator tanda dan gejala HIV/AIDS sebelum diberikan sosialisasi yaitu diperoleh jawaban benar sebesar 14 responden (51,8%), sisanya 13
responden (48,1%) menjawab salah. Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu tentang tanda dan gejala HIV/AIDS, hal tersebut diperkuat jawaban kuisioner nomor 7. untuk indikator perjalanan penyakit HIV/AIDS sebelum diberikan sosialisasi yaitu diperoleh jawaban benar sebesar 11 responden (40,7%), sisanya 16 responden (59,2%) menjawab salah. Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu tentang perjalanan penyakit HIV/AIDS, hal tersebut diperkuat jawaban kuisioner nomor 9 dan 10. Kemudian untuk cara penularan HIV/AIDS diperoleh jawaban benar sebesar 7 responden (25,9%) dan sisanya 20 responden menjawab salah (74,0%). Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu tentang penularan ibu hamil yang terkena HIV/AIDS bisa menularkan kepada bayinya, hal tersebut diperkuat pada jawaban kuesioner nomor 15. untuk indikator pencegahan HIV/AIDS diperoleh jawaban benar sebesar 7 responden (25,9%) dan sisanya 20 responden menjawab salah (74,0%). Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu bahwa pencegahan HIV/AIDS bisa saling setia kepada pasangannya, hal tersebut diperkuat pada jawaban kuesioner nomor 17. Sedangkan untuk indikator pengobatan HIV/AIDS diperoleh jawaban benar sebesar 9 responden (33,3%) dan sisanya 18 responden menjawab salah (66,7%). Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS tidak bisa sembuh total setelah mendapatkan terapi ARV, hal tersebut diperkuat pada jawaban kuesioner nomor 18. Masih ada responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori rendah disebabkan karena ada sebagian yang berpendidikan SD dan SMP yaitu sebanyak 23 responden hal ini diperkuat pernyataan dari Yuniarta (2011) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan. Hal lain juga dikemukakan oleh Ifada (2010) bahwa seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Selain itu kurangnya pengetahuan responden dapat dipengaruhi pula oleh informasi yang pernah diperoleh responden, sebagian responden yang memiliki pengetahuan kurang, belum pernah mendapatkan informasi tentang pencegahan HIV/AIDS. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Notoatmodjo (2010) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang adalah media/informasi yang pernah ia dapatkan. Hal ini juga didukung dengan pendapat Ifada (2010) bahwa dengan menberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan menjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. Saat dilakukan penelitian masih banyak responden yang belum mengetahui tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan
HIV/AIDS. Hal ini juga menunjukkan bahwa kurangnya akses informasi tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS di desa tersebut. Banyaknya ibu rumah tangga yang belum pernah mendapatkan informasi tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS, membuat ibu rumah tangga tidak tahu tentang cara penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS yang sangat penting untuk menurunkan angka kejadia HIV/AIDS. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, dengan memberikan informasi tentang pencegahan HIV/AIDS diharapkan akan terjadi peningkatan pengetahuan dari dalam diri individu ataupun kelompok sasaran berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan. 2. Gambaran Umum Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sesudah Diberi Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga sesudah diberikan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa untuk kategori pengetahuan rendah yaitu sebanyak 4 responden (25,9%) sedang sebanyak 9 orang (33,3%) dan untuk pengetahuan tinggi sebanyak 11 responden (40,7%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sesudah diberi pendidikan kesehatan meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam menerima informasi cukup baik. Sebagian besar responden juga pernah menempuh pendidikan formal yaitu sebanyak 4 responden (14,8%) berpendidikan SMA sehingga kemampuan untuk membaca dan memahami materi yang telah diberikan melalui sosialisasi tidak mengalami hambatan dengan samakin tinggi tingginya pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima informasi. Kemudian sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 27 responden (100%), hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa bahwa seseorang dalam memahami dan menerima sebuah informasi tergantung dari kemampuan berpikir seseorang, sehingga umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan HIV/AIDS yaitu responden yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan meliputi pengertian, tanda dan gejala, perjalanan penyakit, cara penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS sebanyak 11 responden (40,7 %) yang memiliki pengetahuan tinggi setelah mendapatkan
sosialisasi tentang pencegahan HIV/AIDS, hal ini sesuai dengan pendapat Perrino (2011) yang menyatakan bahwa Sosialisasi merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dasar yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu kelompok. Pengertian ini memandang sosialisasi sebagai suatu proses belajar dimana individu belajar dan mendapatkan nilai dari kelompokkelompok yang dimasukinya. Sedangkan sebagian kecil pengetahuan responden termasuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 4 responden (25,9%), hal ini dapat disebabkan karena sosialisasi termasuk dalam metode kelompok besar yaitu lebih dari 15 orang sehingga dapat mempengaruhi kemampuan responden dalam menerima informasi, responden yang duduk dibelakang dan yang didepan tentunya akan menerima informasi yang berbeda, hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan yang merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek atau hal ini juga dapat disebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima informasi yang telah diberikan. Hal ini sesuai dengan tujuan sosialisasi yang dikemukakan oleh Henning dan Weber (2012) bahwa tujuan sosialisasi tersebut dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya. Selain itu sesuai pendapat Ifada (2010) dengan menberikan informasi tentang kebiasaan hidup sehat dan cara pencegahan penyakit diharapkan akan menjadi peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan dalam diri individu/kelompok sasaran yang berdasarkan kesadaran dan kemauan individu yang bersangkutan B. Analisis Bivariat 1. Perbedaan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Sebelum Dan Sesudah Diberi Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS Hasil uji statistik menunjukkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum diberikan sosialisasi tentang pencegahan HIV/AIDS dengan kategori rendah 16 responden (59,3%), sedang 9 responden (33,3%), tinggi 2 responden (7,4%). Sedangkan pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sesudah diberikan sosialisasi dengan kategori rendah 4 responden (25,9%), sedang 9 responden (33,3%), tinggi 11 responden (40,7%). Dengan demikian pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberi sosialisasi mengalami peningkatan dimana responden sudah memahami tentang pengertian, tanda dan gejala, perjalanan penyakit, cara penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS dengan pengetahuan ibu rumah tangga yang meningkat ada 16 responden (59,3%) dan yang tetap atau tidak meningkat ada 11 responden (40,7%). Hasil uji
Marginal Homogeneity, didapatkan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan HIV/AIDS sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Sosialisasi yang diberikan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi antar kelompok. Materi yang disampaikan peneliti menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh responden selain itu juga disertai gambar-gambar yang menarik perhatian responden. Pada saat pemberian sosialisasi ini juga disertai alat bantu berupa power point untuk mempermudah responden dalam memahami materi yang diberikan oleh peneliti. Pada saat pemberian sosialisasi terjadi perubahan persepsi, sehingga responden mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru. Hal ini dilihat saat pemberian sosialisasi, responden terlihat antusias dalam diskusi kelompok dan memperhatikan materi yang diberikan. Responden mapu berinteraksi dengan anggota kelompoknya, Dengan adanya interaksi antar kelompok dan perhatian tersebut maka akan memunculkan dorongan rasa ingin tahu dari diri responden yang akhirnya membuat perubahan persepsi tentang pencegahan HIV/AIDS sesudah diberikan sosialisasi. Rasa ingin tahu tersebut diperoleh karena adanya rangsangan dari pemberian sosialisasi dengan cara metode yang menarik dan bahasa mudah dipahami oleh responden (Notoadmodjo, 2012). Hal ini sesuai dengan teori Perrino (2011) yang menyatakan bahwa Sosialisasi merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dasar yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu kelompok. Pengertian ini memandang sosialisasi sebagai suatu proses belajar dimana individu belajar dan mendapatkan nilai dari kelompok-kelompok yang dimasukinya. Tujuannya adalah untuk memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya. Sedangkan pengetahuan merupakan hasil tahu yang diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya dan seluruh rangsangan yang telah diterima dalam hal ini adalah melalui sosialisasi, dari hasil intervensi yang telah diberikan responden menjadi tahu tentang pencegahan HIV/AIDS, dari tahu tersebut maka mereka akan memahami artinya kemampuan untuk memahami secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil/sebenarnya. Analisis sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun fenomenal baru dari fenomenal yang ada. Dan yang terakhir yaitu evaluasi yang merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek yang telah diketahui. Maka dengan memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan dapat mempengaruhi responden dalam berpikir dan bertindak, sehingga
akan berdampak kepada peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga tentang pencegahan HIV/AIDS (Notoatmodjo, 2010). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ririn (2009), mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Tentang Sosialisasi Posyandu Lansia menyatakan bahwa hasil penelitian dapat kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan lansia tentang sosialisasi posyandu lansia di Surabaya adalah tinggi. Dimana informasi yang disampaikan pada sosialisasi posyandu lansia tersebut dapat membuka jendela pengetahuan tentang posyandu lansia, sehingga dapat dikatakan bahwa teori S-O-R dapat memberikan efek berupa respon yang positif dari para lansia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Perbedaan Sebelum dan Sesudah Diberi Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Desa Tleter Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu rumah tangga sebelum diberikan sosialisasi dengan kategori pengetahuan rendah yaitu sebanyak 16 responden (69,3%), sedang sebanyak 9 responden (33,3%) dan tinggi sebanyak 2 reponden (7,4%). 2. Pengetahuan ibu rumah tangga sesudah diberikan sosialisasi dengan kategori rendah sebanyak 4 responden (25,9%), sedang sebanyak 9 responden (33,3%) dan tinggi sebanyak 11 responden (40,7%). 3. Ada perbedaan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberikan sosialisasi tentang pencegahan HIV/AIDS dengan pvalue = 0,000 < α (0,05). SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Agar tenaga kesehatan lebih banyak memberikan sosialisasi atau menyebar luaskan informasi tentang pencegahan dan bahaya HIV/AIDS. Hal ini bisa dilakukan melalui berbagai penyediaan informasi, misalnya penyuluhan atau memberikan informasi secara langsung pada saat ibu mengunjungi fasilitas kesehatan. 2. Bagi Komisi Penanggulangan AIDS Diharapkan dalam memberikan sosialisasi bisa menggunakan metodemetode yang lebih menarik lagi seperti menggunakan metode permainan antar kelompok atau menghadirkan ODHA pada saaat sosialisasi, agar informasi yang disampaikan bisa diterima dan diaplikasikan oleh masyarakat. 3. Bagi Responden Dengan adanya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pencegahan HIV/AIDS sehingga bisa mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS. 4. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber referensi, sumber bacaan dan sebagai dasar untuk program bimbingan tentang pencegahan HIV/AIDS
5. Bagi Penelitian Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru tentang penelitian eksperimen sederhana mengenai pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan sesudah diberi sosialisasi pencegahan HIV/AIDS DAFTAR PUSTAKA Ayu, D. (2013). Jumlah penderita hiv/aids di ponorogo. Ponorogo: Dinkes. Barhoumi, C., & bin Hasan Hamza kabli, T. (2013). The improvement of lifelong learning in saudi arabian university from individual learning to social constructivist e-learning environment based new educational technologies. European Scientific Journal, 9(13). http://search.proquest.com/docview/1524705648?accountid=38628 Coyne, C. (2008). Choosing the "right" continuing education offerings for lifelong learning. PT, 16(1), 20-25. http://search.proquest.com/docview/216825233?accountid=38628 Depkes, R. (2006). Pedoman pelayanan konseling dan testing hiv/aids secara sukarela (voluntary counselling and testing) Dianita. (2010). Pengaruh program penyuluhan pmtct terhadap perubahan dan pengetahuan sikap ibu hamil tentang hiv/aids di puskesmas putat jaya surabaya. (Sarjana), Air Langgaa, Surabaya. Ditjen PP, & Kemenkes, R.I. (2013). Laporan kasus hiv-aids di indonesia bulan januari sampai bulan maret tahun 2013. Jakarta: Communicable Diesease & Environmental Health Effendi, R. (2010). Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial Jakarta: Universitas Pendidikan Nasional. Harun. (2012). Penyebaran aids di dunia-indonesia. Retrieved from www.unaids.org website: www.unaids.org Henning Salling, O., & Weber, K. (2012). Socialization, language, and scenic understanding. Alfred lorenzer's contribution to a psycho-societal methodology. Forum : Qualitative Social Research, 13(3). http://search.proquest.com/docview/1086921344?accountid=38628 Hidayat, A.A. (2007). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Surabaya: Salemba Medika. Ifada, I. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan mata. (Sarjana), Universitas Diponegoro, Semarang.
Juliastika, Korompis, G.E., & Ratag, B.T. (2012). Hubungan pengetahuan tentang hiv/aids dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom pria pada wanita pekerja seks di kota manado. Universitas Sam Ratulangi Manado, Manado. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Kebijakan dalam penanggulangan ims, hiv dan aids. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Pedoman program pencegahan hiv melalui transmisi seksual. Jakarta: KPAN.
KPA, N. (2009). Strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan hiv dan aids 2010-2014. Jakarta: KPAN Indonesia. Kusmiran, E. (2011). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Salemba Medika: Jakarta MacLellan, D.P.R.D., Lordly, D.E.P., & Gingras, J.P.R.D. (2011). Professional socialization in dietetics: A review of the literature. Canadian Journal of Dietetic Practice and Research, 72(1), 37-42. http://search.proquest.com/docview/858074220?accountid=38628 Muljati. (2011). Tingkat pengetahuan remaja tentang hiv/aids di sman 1 torjan kabupateng sampang madura. (Sarjana), YARSI, Sampang. Retrieved from http://share.stikes yarsis.ac.id/elib/main/dok/00505/tingkatpengetahuan-tentang-HIV/AIDS. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. PT. Rhineka Cipta Jakarta. Nursalam. (2013). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi hiv/aids. Jakarta: Salemba Medika. Perrino, R.G. (2011). The socialization process and its impact on children and learning. Retrieved from http://www.nvtutoring.com/pdfs/Socialization.pdf website: http://www.nvtutoring.com/pdfs/Socialization.pdf Prasetyo. (2005). Metode penelitian kuantitatif: Teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo. Pratiwi, N.L., & Basuki, H. (2011). Analisis hubungan pengetahuan pencegahan hiv/aids dan perilaku seks tidak aman pada remaja usia 15–24 tahun di indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol 14(No 2), 192–202. Putri, H.P. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan zat gizi pada bodybuilder. (Sarjana), Universitas Diponegoro Semarang. Setiawan, D., Hapsari, I., & Widyastuti, S.L. (2010). Studi farmakoepidemiologi pasien hiv/aids di rumah sakit kabupaten banyumas. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto & Dinas Kesehatan kabupaten banyumas Banyumas. Wawan, A. (2010). Teori pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. (2013). Global health sector strategy on hiv/aids 2011-2015 Geneva: WHO Library Cataloguing. WHO. (2014). Who to release hiv guidelines for key populations at aids 2014. 1214 March 2014. Retrieved from http://www.who.int/hiv/events/2014/kppguidelines/en/ website: http://www.who.int Yuniarta, E. (2011). Hubungan tingkat pendidikan pasien terhadap kepuasan pemberian informed consent di bagian bedah rsup dr kariadi semarang (mei-juni 2011). (Sarjana), Universitas Diponegoro, Semarang.