FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BIDAN TERHADAP PENGGUNAAN PARTOGRAF PADA PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG Pitria Wulandari Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT Background: The high AKI and AKB in indonesia require special attention in the implementation of quality care to mothers since pregnancy through childbirth or for mothers in reproductive age and newborns. Health department policy to accelerate the reduction in AKI and AKB that occur while changing the paradigm shift that is shifting the mindset that focuses on observation and use partograf on each locker. Purpose: To determine the factors that Relating to Compliance Midwives on the Use Partograf on changing aid in Sub Regional Employment Centers Gaseous Gaseous Semarang regency. Methods: The study design is a type of descriptive study using correlative methods. In this study using cross-sectional approach. Data collection by questionnaire and study documentation. Analysis of the data used is the Chi Square test with α (0.05). Results: The results showed the proportion of respondents using a midwife who dutifully partographs still low at 53.6%. Factors significantly associated among others: the attitude of the p-value 0.025), motivation (p-value 0.016) and unrelated factors, namely knowledge p value = 0,09. Advice: Cultivate an attitude of professionalism midwives especially with regard to the importance of the use of partograph during childbirth for the realization of safe delivery by means of early detection of the presence of childbirth complications. Keywords : Compliance, partograf, help dressing
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi bila dibandingkan dengan negara di ASEAN. Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal tidak dapat dipisahkan dari profil wanita indonesia (Manuaba, 2010 : 8). Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu, diantaranya status kesehatan wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan yang rendah (Saifuddin, 2006 : 6). Kematian ibu 90% terjadi disaat sekitar persalinan dan 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya. Oleh karena itu saat memberikan asuhan bersalin, penolong harus waspada terhadap masalah atau penyulit
yang mungkin terjadi, untuk itu WHO mencanangkan program Safe Motherhood Program dengan fokus pada bidang kesehtan yaitu Making Pregnancy Safer dengan 3 pesan kuncinya. Merupakan pesan kunci pertama adalah mengisyaratkan bahwa semua persalinan harus di tolong oleh tenaga terampil (Saifuddin, 2006 : 3-6). Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan eklampsi. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 2010).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
1
AKI di kabupaten semarang tahun 2012 mencapai 78,01 per 100.000 kh pada tahun 2012 sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB) di kabupaten semarang tahun 2012 sebesar 13,20 per 1000 kelahiran hidup (kh). Penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan (30%), preeklamsia/Eklamsia (25%), infeksi (18%), partus lama sebanyak (12%), abortus (9%), lain-lain (6%) (Dinkes Kab. Semarang, 2012). Tingginya AKI dan AKB di indonesia memerlukan perhatian khusus dalam pelaksanaan asuhan yang berkualitas pada ibu sejak hamil sampai nifas atau selama ibu dalam usia reproduksi dan bayi baru lahir. Kebijakan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB yang terjadi pada saat persalinan melalui pergeseran paradigma yaitu menggeser pola pikir yang berfokus pada pengamatan dan penggunaan partograf pada setiap persalinan (50 tahun IBI, 2006 : 2 ). Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Sujiyantini, 2010: 51). Untuk membantu memantau kemajuan kala satu persalinan dan memperoleh informasi serta membuat keputusan klinik maka digunakan oleh setiap tenaga penolong persalinan seperti bidan yaitu partograf. Salah satu tujuan dari penggunaan partograf adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai, mendeteksi dan melihat data apakah sudah lengkap atau belum (Waspodo djoko, 2007). Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenyataannya keterampilan petugas tenaga
2
kesehatan maupun penolong persalinan dalam penggunaan partograf masih kurang diterapkan. Penerapan partograf WHO di tujukan pada pada kehamilan normal yang direncanakan untuk persalinan pervaginam. Dengan memperhatikan garis waspada dan garis tindakan sebagai titik tolak evaluasi pertolongan persalinan sehingga diharapkan partus terlantar atau partus kasep semakin berkurang untuk dapat menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. (Manuaba, 2010 : 157). Partograf juga sebagai syarat legalnya persalinan atau sebagai perlindungan hukum bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan normal sebagai elemen penting asuhan persalinan untuk memantau mengevaluasi dan membuat keputusan klinik partus normal maupun dengan penyulit (Asri dan Sujiyantini, 2010 : 51). Penggunaan partograf secara rutin oleh bidan dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan persalinan secara aman, adekuat dan tepat waktu, serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPKR,2008 : 55). Fenomena yang terjadi, menyatakan kebijakan tentang penggunaan partograf tersebut belum sepenuhnya berjalan sesuai prosedur. Bidan praktek sebenarnya sudah mengetahui kebijakan tersebut, namun belum sepenuhnya melakukan dengan baik. Dalam pelaksanaannya bidan tidak menggunakan partograf dengan lengkap, benar dan tepat waktu. Menurut Nurbaiti (2010 : 59) Faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan dalam penggunan partograf antara lain yaitu Faktor predisposisi terdiri dari pendidikan, pengetahuan, motivasi, sikap, masa kerja pelatihan, keyakinan dan kepercayaan. Faktor pendukung antara lain ketersediaan sarana pelayanan kebidanan, pedoman pencatatan dan pelaporan kegiatan bidan. Faktor penguat (Reinforcing factors) yaitu dukungan pimpinan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan cara wawancara terhadap 10 bidan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bergas pada tanggal 24-26 Februari 2014 didapatkan hasil, 3 bidan mengaku tidak pernah menerapkan partograf pada setiap persalinan dengan alasan malas dan tidak ada waktu, kemudian hanya 3 bidan yang sudah
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
melaksanakan pengisian partograf dengan tepat dan benar dan 4 bidan belum benar dalam cara pengisian partograf. Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, yang pertama adalah pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2010 : 50), pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek terjadi melalui indera yang dimiliknya. Ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2011 : 12). Jadi pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan bidan dalam penggunan partograf. Dari faktor sikap, ada beberapa yang tidak pernah menerapkan patograf pada setiap melakukan pertolongan persalinan dengan alasan malas dan tidak ada waktu. Hal tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010 : 52). Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negatif, orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai pada pandangannya dan akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau merugikan (Slameto, 2010 : 188-189). Sehingga sikap juga mempengaruhi kepatuhan bidan dalam penggunaan partograf pada saat menolong persalinan. Dari faktor motivasi, ada beberapa yang beranggapan bahwa tidak menggunakan partograf tidak ada pengaruhnya yang penting ibu selamat dan bayi bisa lahir dengan selamat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya keinginan atau dorongan dari dalam diri untuk menggunakan partograf. Sehingga motivasi juga mempengaruhi kepatuhan bidan dalam penggunaan partograf pada saat menolong persalinan. Berdasarkan Dari fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Faktorfaktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Bergas Kecamatan Kabupaten Semarang Tahun 2014”
Bergas
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara variabel. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas berjumlah 28 bidan. Sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Sampling Jenuh yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel semua bidan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas berjumlah 28 bidan. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan pada tanggal 23 agustus 2014 di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu pengumpulan data secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian. Peneliti hanya mengambil data pada sistem pencatatan dan pelaporan Persalinan dengan melihat dokumentasi partograf yang telah di isi menggunakan lembar studi dokumentasi. Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan lembar studi dokumentasi, tentang pengetahuan, sikap, motivasi responden dan
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
3
kepatuhan penggunaan partograf oleh responden dalam pertolongan persalinan. Lembar kuesioner tersebut terlampir. Analisis Data Analisis Univariat Adapun data yang dianalisis secara univariat meliputi pengetahuan, sikap dan motivasi bidan, kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Analisis Bivariat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat, dimana analisa ini dilakukan untuk melihat dua variabel yang diduga ada hubungan atau korelasi (Notoadmodjo,2010). Dengan menggunakan uji beda dua kelompok tidak berpasangan yaitu menggunakan uji Chi-Square. Penarikan kesimpulan didasarkan pada uji statistik dengan melihat nilai signifikasinya dimana: untuk kemaknaan hasil perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05 terhadap hipotesis apabila p-value < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna (Ho ditolak). Sedangkan apabila p-value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna (Ho diterima). HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Presentasi (%) 25 3 28
89,3 10,7 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 28 responden Bidan yang menggunakan partograf pada pertolongan persalinan di Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 25 orang (83,3%).
4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Frekuensi Presentasi %) D1 3 10,7 D3 25 89,3 Total 28 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 28 responden Bidan yang menggunakan partograf pada pertolongan persalinan di Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, sebagian besar berpendidikan D3 yaitu sejumlah 25 orang (89,3 %). Analisis Univariat Pengetahuan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pengetahuan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%) Baik 15 53,6 Kurang 13 46,4 Total 28 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan, sebagian besar dalam kategori Baik, sejumlah 15 orang (53,6%). Sikap
Umur
20-35 tahun >35 tahun Total
Pendidikan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan sikap bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Sikap Frekuensi Presentasi (%) Positif 16 57,1 Negatif 12 42,9 Total 28 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sikap responden tentang penggunaan partograf, sebagian besar dalam kategori positif, sejumlah 16 orang (57,1%).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Motivasi
Kepatuhan Bidan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Motivasi Frekuensi Presentasi (%) Tinggi 18 64,3 Rendah 10 35,7 Total 28 100
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Kepatuhan Frekuensi Presentasi (%) Patuh 15 53,6 Tidak Patuh 13 46,4 Total 28 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa motivasi responden tentang penggunaan partograf, sebagian besar dalam kategori tinggi, sejumlah 18 orang (64,3%).
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa Kepatuhan responden tentang penggunaan partograf, sebagian besar dalam kategori patuh, sejumlah 15 orang (53,6%).
Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Tabel 7. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Pengetahuan kepatuhan Total P-Value Tidak patuh Patuh f % f % f % Baik 4 26,7 11 73,3 15 53,6 0,061 Kurang 9 69,2 4 26,7 13 46,4 Total 15 100 13 100 28 100 kepatuhan bidan terhadap penggunaan Berdasarkan uji Chi square, didapatkan partograf pada pertolongan persalinan di hasil dengan nilai p- value sebesar 0,061. Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Terlihat bahwa p-value 0,061 >α (0,05), ini Bergas Kabupaten Semarang. menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan Hubungan sikap dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Tabel 8. Tabulasi Silang Sikap Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Kepatuhan Sikap Total P-Value Positif Negatif f % f % f % Patuh 12 75,0 3 25,0 15 53,6 0,025 Tidak Patuh 4 25,0 9 75,0 13 46,4 Total 16 100 12 100 28 100 Berdasarkan uji Chi square, didapatkan hasil dengan nilai p- value sebesar 0,025. Terlihat bahwa p-value 0,025 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan
bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
5
Hubungan motivasi dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas. Tabel 9. Tabulasi Silang Motivasi Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Kepatuhan Motivasi Total P-Value Tinggi Rendah f % f % f % Patuh 13 72,2 2 20,0 15 53,6 0,016 Tidak Patuh 5 27,8 8 80,0 13 46,4 Total 86 100 10 100 28 100 Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact didapatkan hasil dengan nilai p- value sebesar 0,016. Terlihat bahwa p-value 0,016 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran Pengetahuan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa untuk kategori kelompok terbanyak pada kategori baik (53,6 %) dan kelompok terkecil pada kategori kurang (46,6 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori baik. Tingginya pengetahuan responden ini dibuktikan dari hasil kuisioner pada indikator komponen isi partograf yaitu diperoleh jawaban benar sebesar 21 responden (75 %), sisanya 7 responden (25 %) menjawab salah. Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu penilaian air ketuban untuk selaput ketuban yang masih utuh yaitu dengan hurup “U”, hal tersebut diperkuat dengan jawaban kuisioner nomor 6 dan 7. Rogers dalam Notoatmodjo (2008) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting bagi terbentuknya prilaku. Prilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan langgeng daripada 6
prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan stimulus lebih kepada bidan berupa pemberian pelatihan, informsiinformasi guna meningkatkan pengetahuan bidan tentang partograf. Partograf digunakan sebagai alat untuk memantau keadaan ibu dan janin. Dengan partograf akan lebih cepat menemukan adanya persalinan abnormal yang memerlukan tindakan segera baik pembedahan kebidanan atau tindakan patologi pervaginam (Mansjoer, 2001). Oleh karena partograf sangat berguna sebagai acuan jalannya persalinan yang aman. Maka sebagai bidan harus benar-benar mempunyai pengetahuan tentang partograf agar terwujud persalinan yang aman. Gambaran Sikap bidan terhadap penggunaan partograf pada Pertolongan persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa sikap responden tentang partograf kelompok terbanyak sikap positif sebanyak (57,1 %) dan kelompok terkecil pada kategori negatif sebanyak (42,9 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori positif. Sikap bidan dikatakan baik apabila berani bertanggung jawab terhadap resiko dari keputusan yang telah diambilnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menatakan sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil resiko. Pada bidan di wilayah kerja puskesmas Bergas menunjukkan sikap positif
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
sebanyak 16 (57,1 %) dan sikap negatif sebanyak 12 (42,9 %). Selain itu juga, terdapat sikap yang paling menonjol yaitu 19 bidan menyatakan sikap sangat setuju apabila partograf dapat digunakan sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan pada kala I-IV. Hal ini didukung dengan pendapat katz dalam buku wawan (2010) yang menyatakan fungsi sikap sebagai fungsi manfaat dimana bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap objek tersebut. Dalam kaitan dengan pekerjaan yang sudah diatur dalam SOP maka nilai sikap petugas harus difokuskan pada nilai-nilai positif agar dapat menunjang pelayanan yang diberikan.Sikap yang baik pada bidan akan menyebabkan kecenderungan berprilaku positif dalam penggunaan partograf. Gambaran Motivasi bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa Motivasi responden tentang partograf kelompok terbanyak pada motivasi tinggi sebanyak (64,3 %) dan kelompok terkecil pada motivasi rendah sebanyak (35,7 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa Motivasi bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori tinggi. Tingginya motivasi responden ini dibuktikan dari hasil kuisioner pada indikator penggunaan partograf karena merasa kewajiban yaitu diperoleh jawaban Sangat setuju sebesar 19 responden (67,85 %), sisanya 6 responden (21,42 %) menjawab setuju 1 responden (2,57%) menjawab tidak setuju dan 2 responden (7,14%) menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju tersebut motivasinya masih rendah untuk menggunakan partograf. Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, sebab kita dengan sadar ingin melakukan sesuatu bukan karena imbalan, pujian, hukuman dan lain-lain tetapi karena kita memang menginginkannya pernyatan ini didukung oleh Gibson et.al dalam notoatmodjo (2010) yang menyatakan motivasi adalah semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam seseorang
yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan. Kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa kepatuhan responden terhadap penggunaan partograf kelompok terbanyak pada kategori patuh sebanyak (53,6 %) dan kelompok terkecil pada kategori tidak patuh sebanyak (46,4 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori patuh. Tingginya kepatuhan responden ini dibuktikan dari hasil studi dokumentasi pada indikator mengisi kolom kemajuan persalinan yaitu diperoleh responden yang mengisi partograf secara lengkap sebanyak 23 responden (82,14 %), sisanya 5 responden (17,85 %) mengisi tidak lengkap. Masih adanya responden yang mengisi partograf tidak lengkap dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan akan penggunaan partograf masih rendah. Partograf sangat penting dilakukan oleh penolong persalinan untuk memantau kelainan yang terjadi pada saat menolong persalinan dan membantu bidan dalam mengambil keputusan akan seorang ibu bersalin memerlukan tindakan dan rujukan. Depkes dan WHO telah menyampaikan bahwa penggunaan partograf harus dilakukan pada semua persalinan oleh semua tenaga terlatih dan pada semua tempat termasuk persalinan yang dilakukan dirumah. Dan diharapkan bidan yang menggunakannya bukan didasarkan pada rasa keterpaksaan namun karena kesadaran pentingnya kualitas pertolongan persalinan. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Murdoko (2006) yang dikutip oleh Gustiawati (2012)) bahwa orientasi perubahan perilaku bukan hanya untuk kepentingan sesaat namun lebih kepada kepentingan masa depan. Green (2005) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposing, faktor pemungkin dan faktor penguat.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
7
Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata pengetahuan bidan menunjukkan sebagian besar responden (73,3 %) yang berpengetahuan baik dan patuh terhadap penggunaan partograf. Sedangkan rata-rata Responden yang berpengetahuan kurang yaitu (69,2 %) tidak patuh terhadap penggunaan partograf. Hasil uji chi square didapatkan nilai pvalue sebesar 0,061 oleh karena pvalue > α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Menurut pengamatan peneliti, pengetahuan yang baik dari responden didukung oleh status pendidikan dimana sebagian besar bidan sudah tamat DIII kebidanan. Asumsinya adalah bahwa cara-cara penggunaan partograf sudah diajarkan pada masa pendidikan, namun masih ada bidan yang tidak menggunakan partograf walaupun memiliki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian variabel pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan kepatuhan penggunaan partograf pada pertolongan persalinan namun kategori bidan dengan penegtahuan baik lebih cenderung menggunakan partograf dibanding dengan bidan yang mempunyai pengetahuan kurang, sangat bertolak belakang dengan hasil penelitian O’Brein dan Souberbielle (1984) yang mengemukakan bahwa pengetahuan yang baik tentang partograf akan meningkatkan penggunaan partograf pada pertolongan persalinan. Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata sikap bidan menunjukkan sebagian besar responden (75,0 %) yang sikap positif dan patuh terhadap penggunaan partograf. Sedangkan rata-rata Responden yang sikap negatif yaitu (75,0 %) tidak patuh terhadap penggunaan partograf Hasil uji chi square didapatkan nilai dengan pvalue sebesar 0,025 oleh karena pvalue < α (0,05) maka dapat 8
dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Hasil penelitian untuk variabel sikap didapat bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan arah sikap yang baik pada bidan akan meneybabkan kecendrungan berprilaku positif dalam menggunakan partograf. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wasnidar (1999), Agustiawati (2012) dan Nurul (2010), namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita (2005) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara sikap bidan dengan penggunaan partograf dikarenakan kurangnya stressor dari pimpinan. Dalam kaitan dengan pekerjaan yang sudah diatur dalam SOP maka nilai sikap petugas harus difokuskan pada nilai-nilai positif agar dapat menunjang pelayanan yang diberikan. Bidan sebagai penolong persalinan harus menyadari kegunaan partograf sesuai dengan yang disampaikan Depkes (2008) yang menyatakan bahwa asuhan persalinan normal diupayakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap dengan intervensi seminimal mungkin untuk prinsip keamanan dan kualitas pelayanan yang terjaga pada tingkat yang paling optimal. Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata motivasi bidan menunjukkan sebagian besar responden (72,2 %) yang motivasi tinggi dan patuh terhadap penggunaan partograf. Sedangkan rata-rata Responden yang motivasi rendah yaitu (80,0 %) tidak patuh terhadap penggunaan partograf. Hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue sebesar 0,016 oleh karena pvalue < α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
Dalam teori Gito Sudarmo dan Mulyono yang dikutip Afriani (2012) terdapat dua macam dorongan terkait dengan bersedianya karyawan atau pekerja untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Dorongan pertama adalah motivasi finansial, dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan, dimana imbalan tersebut sering disebut insentif. Dorongan kedua adalah motivasi nonfinansial, dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial atau uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia, dan lan sebagainya.pada motivasi finansial, para karyawan akan terdorong untuk bekerja sungguh-sungguh dengan harapan bisa mendapatkan upah atau imbalan setelah mereka selesai menyelesaikannya. Dalam penelitian di India, disebutkan bahwa yang menjadi penyebab kepatuhan yang terendah dari petugas kesehatan adalah kurangnya motivasi (Sharma et all, 2011;Nikhbakht,2004). Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku kepatuhan. Dorongan diaktifkan oleh karena adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku kepatuhan. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara motivasi bidan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaaan partograf pada pertolongan persalinan. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Afrina (2013) dimana diperoleh hasil, responden yang memiliki motivasi tinggi terhadap penggunaan partograf sebnayak (71,7%) memiliki perilaku patuh untuk menggunakan partograf dan responden motivasi rendah terhadap penggunaan partograf sebanyak (39,5%) dan memiliki perilaku tidak patuh untuk menggunakan partograf. Namun berbeda dengan hasil penelitian Yuliana (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan antara petugas yang motivasinya baik dengan petugas yang motivasinya tidak baik terhadap kepatuhan. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian “ FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap Penggunaan Partograf Pada Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang”, keterbatasan penelitian ini adalah memungkinkan responden menjawab tidak jujur dalam pengisian kuesioner KESIMPULAN Berdasarkan uji Chi square, didapatkan hasil dengan nilai p-value sebesar 0,061. Terlihat bahwa p-value 0,061 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapat nilai p- value (0,025), oleh karena pvalue = 0,025 < α (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf. Berdasarkan hasil uji Fisher Exact didapat nilai p- value (0,016), oleh karena p value = 0,016 < α (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan. SARAN Menumbuhkan sikap profesionalisme bidan khususnya yang berkaitan dengan pentingnya penggunaan partograf selama proses persalinan demi terwujudnya persalinan yang aman dengan cara lebih awal mendeteksi adanya penyulit persalinan. Diharapkan hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi mahasiswa di institusi mengenai kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf. Agar lebih sering mengadakan survey, memonitor kerja bidan, meningkatkan profesional bidan dengan mencari informasi terbaru tentang kepatuhan bidan khususnya dalam penggunaan partograf serta mengambil tindakan tegas bagi bidan yang bermasalah terutama yang berkaitan dengan pelayanan kebidanan. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan metode penelitian lain sehingga penelitian selanjutnya lebih sempurna.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang
9
DAFTAR PUSTAKA [1] Afriani (2012), Hubungan Motivasi, Supervisi Dan Faktor Lainnya Dengan Kepatuhan Bidan Menerapkan Standar Pelayanan Antenatal Di Kota Padang Sidimpuan Tahun 2012, Skripsi, FKM, UI [2] Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. [3] Fitriana,N (2011). Gambaran Sikap Dan Praktik Bidan Dalam Penerapan Partograf Pada Persalinan Dibeberapa Puskesmas Kabupaten Semarang, KTI, Akbid NWU
[11] Niven, Neil (2002). Psikologi Kesehatan, Pengantar Untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain. Jakarta : Buku Kedokteran EGC [12] Notoatmodjo, S (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. [13] _____________ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
[4] Hamzah, B.U (2013). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
[14] Nurmiyati,T (2010). Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuahan bidan terhadap penggunaan partograf di wilayah kecamatan madukara dan kecamatan pagentan kabupaten semarang, DIV Kebidanan, STIKES NWU
[5] Hidayat dan Sujiyanti (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta : Nuha Medika.
[15] Nurbaiti.2004. Ilmu Perilaku dan Tingkat Kepatuhan.http://www.alnurses.com, di akses tanggal 4 mei 2014
[6] Hidayat, A.2009.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.
[16] Nursalam (2008). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
[7] Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (2008). Buku Acuan dan panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta.
[17] Saifudin, A. B (2006). Buku acuan pelayanan nasional maternal dan neonatal. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
[8] Keman, Kusnarman (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
[18] Smet, B (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo.
[9] Lailiyana, dkk (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. [10] Manuaba, I.B.G (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
10
[19] Sugiyono (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta. [20] Sumarah, dkk (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya. [21] Wawan dan Dewi.2011.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan terhadap Penggunaan Partograf pada Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang