HUBUNGAN ANTARA PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN POST OPERASI DENGAN SPINAL ANASTESI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Imam Siswanto*) Puji Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes.**), Fitria Primi Astuti, S.si.T, M.Kes.**) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Pembedahan mengakibatkan rasa cemas, karena dikaitkan dengan takut akan sesuatu yang belum diketahui, perubahan citra tubuh, perubahan fungsi tubuh, dan kematian. Peran perawat dalam Pemberian penyuluhan atau pendidikan kepada pasien dan keluarga merupakan salah satu metode nonfarmakologis untuk mengurangi kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisisi hubungan antara peran perawat sebagi edukator dengan tingkat kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien post operasi dengan spinal anastesi di RSUD Tugurejo Semarang berjumlah 40 pada bulan november. Sampel penelitian berjumlah 42 responden dengan tehnik acidental sampling. Kuesioner di pergunakan untuk pengumpulan data yang telah di uji validatas dan realibilitas di RSUD Kota Semarang. Metode analisis data menggunakan uji korelasi kendal tau. Hasil penelitian di RSUD tugurejo semarang menggambarkan adanya suatu hubungan antara peran perawat sebagai edukator dengan tingkat kecemasan pada pasien post operasi dengan spinal anastesi (p value = 0.000 < α =0,05) dengan arah hubungan negatif yaitu (τ = -0,514**) yang berarti semakin baik peran perawat sebagai edukator maka kecemasan pasien post operasi akan menurun. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan perawat perlu meningkatkan perannya dalam pemberian informasi, sehingga tingkat kecemasaan pasien pada post operasi akan menurun. Kata Kunci
: peran perawat sebgai edukator, kecemasan post operasi
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
ABSTRACT Surgery can cause anxiety, because it is associated withunknown fear, changes in body image, change the function of the body , and death . Giving the role of nurses in counseling or education to patients and families is one of the non - pharmacological methods to relieve anxiety. The aim of this study was to analyze the correlation between the nurse’s role asan educator with level of anxiety levels in post-operative patients with spinal anesthesia in Tugurejo semarang operating room hospital. Design research used descriptive analytic with cross sectional approach. The population of this research is post-surgery patients with spinal anesthesiawere 40 during november in Tugurejo hospital . These samples included 42 respondents with acidental sampling technique . The methods of data analysis used correlation test of Kendal tau . The results showed that p-value 0,000 <( 0.05 ) there is a correlation between the nurse’s role as an educator with level of anxiety levels in postoperative patients with spinal anesthesia in Tugurejo semarang operating room hospital.The Conclusion that the better the nurse's role as an educator , the level of anxiety would decrease post-operative patients in Tugurejo hospitals. Nursing Programe, nurse Tugurejo Semarang Hospital , post- operative patients , and other researchers are expected to maximize the role of the nurse as an educator in the management of anxiety . Key words
: nurse’s as an educator, anxiety, post-operative
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
PENDAHULUAN Segala bentuk prosedur pembedahan selalu di dahului dengan suatu reaksi emosional oleh pasien yang dapat mempengaruhi tindakan dan hasil dari suatu operasi. Sebagaimana kita ketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Salah satu reaksi emosional yang sering terjadi pada pasien dengan tindakan operasi adalah ansietas, kemungkinan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Respon dari kecemasan yang dialami pasien akan menyebabkan reaksi yang berbeda-beada. Salah satu cara pasien mengekspresikan ketakutannya adalah dengan bertanya, walupun pertanyaannya sudah di jawab sebelumnya ( Brunner & Sudart 2008). Manifestasi dari kecemasan bisa berupa respon fisiologis berbagai sistem tubuh, respon perilaku, kognitif maupun afektif. Operasi juga dapat memicu respon neuro endokrin, hormonal, metabolik. Respon neuro endokrin berupa aktifasi dari syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi, kenaikan kardiak output dan berkurangnya aktifitas gastrointestinal. Respon hormonal berupa peningkatan sekresi glucocorticoid dan sekresi ADH yang melindungi tubuh dari ancaman ciderasedangkan respon metaboliknya berupa penggunaan karbohidrat dan lemak untuk energi dan katabolisme protein fisiologis (Long, 2006) . Peran perawat sebagai edukator adalah peran yang dilakukan perawat dengan cara membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Berbagai studi menyatakan bahwa pasien yang dibekali
informasi dan pengetahuan akan lebih mematuhi rencana perawatan medis dan mendapatkan cara untuk mengatasi penyakit, menjadi lebih mampu dalam menangani gejala penyakit, dan kemungkinan terjadi komplikasi menjadi lebih kecil (Bastable, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal 2 November 2015 di ruang operasi Rumah Sakit Tugurejo dengan 12 orang pasien yang post operasi dengan spinal anastesi di dapatkan 6 orang yang mengatakan mendapatkan informasi yang baik dan lengkap dari perawat, mengalami cemas berat sebanyak 4 orang, 1 orang cemas sedang, dan 1 orang mengalami cemas ringan. Dan 6 orang lainnya, yang mengatakan mendapatkan informasi yang kurang baik dan tidak lengkap dari perawat, mengalami cemas berat sebanyak 3 orang, 2 orang cemas sedang dan 1 orang mengalami cemas ringan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan point time approach. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi dengan spinal anastesi berjumlah 38 orang dalam hitungan rata-rata 1 minggu. Besar sampel pada penelitian ini adalah 42 orang. Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilaksanakan di RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 18-23 Januari 2016. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur lembar kuesioner pada variabel peran perawat yang dibuat sendiri oleh peneliti yang di uji validitas dan realibilitas di RSUD Kota Semarang dan variabel kecemasan menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Analisis bivariant menggunakan uji korelasi, yaitu uji kendal tau. HASIL
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
A. Analisis Univariat 1. Gambaran Peran Perawat Sebagai Edukator Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Perawat Sebagai Edukator Di RSUD Tugurejo Semarang. Peran perawat Baik Tidak Baik Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
30 12 42
71,4 28,6 100,0
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar peran perawat sebagai edukator di RSUD Tugurejo dalam kategori baik, yaitu sejumlah 30 orang (71,4%). 2. Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi di RSUD Tugurejo Semarang. Tingkat Kecemasan
Frekuensi
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah
25 15 2 42
Persentase (%) 59,5 35,7 4,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi, dalam kategori cemas ringan, yaitu sejumlah 25 orang (59,5%). B. Analisis Bivariat Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi
Tabel 4.3 Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi di RSUD Tugurejo Semarang. .
Komunikasi terapeutik Tidak baik Baik Jumlah p-value Ʈ
Cemas ringan F 2 23 25
% 16.7 76.7 59,5
Kecemasan Cemas sedang F 8 7 15
Total Cemas berat
% F 66,7 2 23,3 0 35,7 2 0.001 -0.568**
% 16,7 0 4,8
N 12 30 42
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan komunikasi terapeutik baik sebanyak 21 orang (100%) dimana sebagian besar mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 15 orang (71.4%) lebih banyak dari pada yang mengalami cemas sedang yaitu 5 orang (23.8%) dan cemas berat yaitu 1 orang (4.8%). Responden yang menyatakan komunikasi terpeutik perawat tidak baik sebanyak 12 orang (100%) dimana sebagian besar mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 7 orang (58.3%) lebih banyak dari pada yang mengalami cemas berat yaitu 3 orang (25.0%) dan cemas ringan 2 orang (16.7%). Berdasarkan uji Kendall Thau diperoleh p-value 0,002 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan kecemasan orang tua yang memiliki anak hospitalisasi dengan terapi infus. Nilai korelasi sebesar -0.514** menunjukkan korelasi negatif dan hubungan yang cukup kuat, yang berarti semakin baik komunikasi terapeutik perawat maka tingkat kecemasan orang tua akan menurun.
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
PEMBAHASAN A. Gambaran Peran Perawat Sebagai Edukator Dari hasil kuesioner yang di isi oleh responden sebanyak 33 (78,57%) orang mengatakan bahwa perawat menjelaskan tentang prosedur operasi, 33 (78,57%) orang mengatakan mengajarkan cara menurunkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian, 30 (71,42%) orang mengatakan bahwa perawat menjelaskan prosedur dan tahapan operasi, 30 (71,42%) orang mengatakan perawat menjelaskan prosedur tindakan spinal anastesi, 30 (71,42%) orang, 30 (71,42%) orang mengatakan bahwa perawat dalam menjelaskan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan 30 (71,42%) orang mengatakan bahwa perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya. Ini menunjukan bahwa perawat memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, memiliki pengetahuan yang luas dan bisa menyesuaikan informasi yang di berikan. Komunikasi yang baik dapat mempermudah penyampain informasi antara komunikator dan komunikan (Potter dan Perry 2005). Selain tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan secara profesional tentu perawat dalam hal ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan rasa aman pada pasien, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, bahwa sebagian perawat melaksanaka perannya sebagai edukator, tentunya selalu memberikan informasi mengenai segala bentuk tindakan yang akan dilakukan, perawat memberikan prosedur tindakan, manfaat serta resikonya. Upaya dalam peningkatan kesehatan telah dilakukan serta pemenuhan kebutuhan pasien dengan pengajaran yang efektif. Potter & Perry, (2005) menjelasakan, pengajaran efektif yaitu perawat dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memberikan pengajaran dan menentukan apa yang perlu pasien ketahui. Namun tidak semua perawat memahami
perannya sebagai seorang perawat, peran sebagai edukator kadang terlupakan. Hal ini yang menjadi belum optimalnya pelayanan keperawatan yang efektif. B. Gambaran Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Tindakan operasi menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan, mengancam dan meningkatkan kecemasan (Hamid, 2007). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektuan terhadap bahaya (Stuart, 2006). Pada penelitian ini rata-rata responden tidak tahu tentang perjalanan penyakitnya dan banyak bertanya tentang penyakitnya serta hasil dari tindakan operasi yang dilakukan. Hasil ini sesuai dengan teori Issac (2004) tentang faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang adalah pendidikan, usia, jenis kelamin, budaya, spiritual, nyeri dan persepsi. Rata-rata responden pada penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 32 : 12. Menurut Issac (2004) gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Dikarenakan wanita lebih peka terhadap emosionalnya sehingga berdampak juga pada perasaan cemasnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ida Untari (2014) tentang Faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan pada usia pertengahan dalam menghadapi proses menua, di dapatkan hasil dari 60 orang
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
terdapat 52 responden berjenis kelamin perempuan dengan tingkat kecemasan sedang. C. Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi. Berdasarkan uji Kendall Tau diperoleh pvalue 0,000. Oleh karena p-value = 0,000 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran perawat dengan tingkat kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi di ruang operasi RSUD Tugurejo Semarang. Nilai korelasi sebesar -0.568** menunjukkan korelasi negatif dan hubungan yang cukup kuat, yang berarti semakin baik peran perawat sebagai edukator maka tingkat kecemasan pasien post operasi dengan spinal anstesi akan menurun. Hasil penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan Pemberian informasi tentang prosedur atau tindakan yang akan dia lakukan akan membantu klien dalam membentuk imajinasi realistis tentang apa yang akan dia hadapi atau lakukan. Klien akan merasa nyaman ketika dia tahu apa yang akan terjadi dan akan mampu lebih efektif mengatasi stres karena prosedur ataupun tindakan. Pengetahuan terhadap sesuatu akan sedikit menimbulkan rasa cemas dari pada tidak mengetahui apapun (Potter & Perry, 2005). Pengajaran atau pendidikan kepada pada pasien adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal yang merupakan salah satu upaya perawat dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan menurunkan tingkat kecemasan klien (Hegner, 2003). Pengajaran merupakan salah satu upaya perawat dalam menjalankan perannya sebagai edukator. Peran perawat sebagai edukator dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan menurunkan tingkat kecemasan klien dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan motivasi perawat(Ariyani, 2009).
KESIMPULAN 1. Peran perawat di ruang operasi RSUD Tugurejo Semarang dalam kategori baik, yaitu sejumlah 30 orang (71.4%) dan tidak baik berjumlah 12 orang (28.6%) 2. Kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi di RSUD Tugurejo Semarang, dalam kategori cemas ringan, yaitu sejumlah 25 orang (59.5%), cemas sedang 15 orang (35.7%) dan cemas berat 2 orang (2.8%) 3. Ada hubungan yang signifikan antara peran perawat dengan tingkat kecemasan pasien post operasi dengan spinal anastesi di ruang operasi RSUD Tugurejo Semarang. Dibuktikan dengan nilai Pvalue 0,000 < 0,05. SARAN RSUD Tugurejo Semarang memaksimalkan fungsi peran perawat edukator dalam menurunkan kecemasan pada pasien post operasi spinal anastesi.
Dapat sebagai tingkat dengan
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Asmadi .2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Bastable, Susan. 2005. Perawat Sebagai Pendidik. Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta : EGC Burner, Suddarth. (2007). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1, Edisi 8. Jakarta : ECG. Gunarsa, S.D. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia. Hawari, D. (2006). Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK UI.
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang
Hidayat, Alimul A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Keliat, BA dkk. (2006). Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC. Kozier dkk. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. (Alih Bahasa Oleh Pamilih Eko Karyuni). Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Muttaqin A, Sari, K. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Potter dan Perry (2006). Fundamentals of Nursing.edisi 7.Volume 1. Jakarta. ECG Riyanto, Agus. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta: Nuha Medika. Sheila L.V. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG. Stuart & Sundeen. (2008). Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC. Stuart, G.W. and Sunden, S.J. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Alih Bahasa, Achrir,Y.S. Jakarta : EGC. Stuart, GW. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5 (Alih Bahasa Oleh Ramona P. Kapoh & Egi Komara Yudha). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Imam Siswanto Hubungan Antara Peran Perawat Sebagai Edukator Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi Dengan Spinal Anastesi Di RSUD Tugurejo Semarang