PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA LANSIA YANG MENGALAMI LOW BACK PAIN (NYERI PUNGGUNG) DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
I Wayan Widhi Adnyana Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
The functional ability improvement of elderly people with low back pain (LBP) can be done by several ways. One of them is by geriatric gymnastics. The purpose of this study is to find the influence of geriatric gymnastics toward the functional ability in elderly with low back pain at Leyangan Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency. This study used a quantitative approach with quasi-experimental method. This study used nonequivalent (pretest and posttest) control group design. The population in this study was the elderly who had low back pain at Leyangan Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency. The population in this was intervention groups with 15 respondents, respectively. Data sampling used Purposive sampling technique, whereas the instrument of functional ability measured by using Barthel index The results of this study indicate that there is a difference in the functional ability of the elderly with low back pain between before and after the geriatric gymnastics given in the intervention group, with the p value (0,001) < α (0,05). There is an influence of geriatric gymnastics toward the functional ability of elderly with low back pain, with p-value of 0,039 < α (0,05). The elderly should keep improving physical fitness, especially the function ability. By implementing the geriatric gymnastics regularly, the elderly can treat the functional ability of the elderly can treat the functional ability of the elderly with low back pain. Keywords
: Geriatric gymnastics, Functional ability, Low back pain (LBP)
PENDAHULUAN Semakin bertambahnya jumlah lansia di banyak negara, termasuk negara berkembang seperti Indonesia, akan mengubah profil kependudukan nasional maupun global. Kalau pada tahun 2000, jumlah lansia di dunia sebanyak 426 juta atau 6,8% dari total penduduk penghuni planet bumi ini, maka pada 25 tahun pertama abad ke-21 atau tahun 2025, diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 828 juta orang atau 9,7% dari jumlah penduduk dunia. Bahkan perkiraan lain menyebutkan, pada tahun 2025 itu total lansia mencapai 1,2 miliar orang (Hutapea, 2005). Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census Amerika Serikat, Indonesia dalam kurun waktu 1990-2025 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia sebesar 414 %, artinya, ini yang paling tinggi di dunia.
Diduga pada tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 24,4 juta orang atau 10% dari seluruh penduduk Indonesia saat itu dan pada tahun 2020 akan mencapai sebesar 30 juta orang (Hutapea, 2005). Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual. Perubahan fisik yang terjadi antara lain pada sistem indra, kardiovaskuler dan respirasi, pencernaan dan metabolisme, perkemihan, saraf, reproduksi dan musculoskeletal. Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia antara lain pada jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, otot dan sendi (Azizah, 2011). Perubahan terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian tampak pula
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
1
pada semua sistem muskuloskeletal (otot dan tulang) dan jaringan lain (jaringan ikat, jaringan lunak) yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik. Artinya, dalam keadaan normal, lansia pasti mengalami rematik. Rematik yang sering dijumpai pada lansia adalah osteoartritis, osteoporosis, tendinitis, bursitis, fibromyalgia, artropati kristal bukan gout, gout artritis, rheumatoid artritis dan low back pain (Faisal, 2009). Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian punggung atau yang ada di dekat punggung (Idyan, 2008). Gejala nyeri punggung bawah (low back pain) bervariasi mulai dari rasa nyeri ke sensasi tertusuk atau tertembak. Rasa sakit ini dapat membuat penderita sulit untuk bergerak atau berdiri tegak. Nyeri punggung akut datang dengan tiba-tiba, biasanya setelah cedera akibat olahraga atau mengangkat beban berat. Nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan dianggap kronis. Jika rasa sakit penderita tidak membaik dalam waktu 72 jam, maka harus berkonsultasi dengan dokter (Mujianto, 2013). Low Back Pain (LBP) sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negaranegara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30% (Sadeli dan Tjahjono 2004). Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Sadeli & Tjahjono, 2004). Nyeri punggung (low back pain) apabila tidak ditangani tidak hanya menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan yang berkepanjangan, frustasi dan distres tetapi juga dapat mengakibatkan cacat seumur hidup (Mujianto, 2013). Gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat memberikan dampak immobilitas fisik pada lansia. Penurunan fungsi tubuh pada lansia akan mengakibatkan permasalahan gangguan gerak dan fungsi lansia. Lansia mengalami penurunan fungsi jalan, penurunan fungsi keseimbangan, penurunan kemandirian 2
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan penurunan kemampuan fungsional (Martono, 2009). Kemampuan fungsional lansia merupakan kemampuan lansia dalam melakukan gerak untuk beraktivitas termasuk kemampuan mobilitas dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan diri lansia termasuk aktivitas perawatan diri (Azizah, 2011). Tujuan rehabilitasi pada lansia adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan fungsional lansia sehingga lansia dapat mandiri, tetap aktif dan produktif serta dapat menikmati hari tuanya dengan bahagia. Pengkajian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan fungsional pada lansia diharapkan memberikan masukan program yang tepat dalam rehabilitasi lansia (Surini & Utomo, 2004). Penanganan nyeri terbagi ke dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi. Obat-obatan mungkin perlu diberikan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri; relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaksasi pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat anti inflamasi seperti aspirin dan NSAID berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis, yang terjadi akibat gangguan iskemia (Misriani, 2004). Perawat sebagai role model dimasyarakat berperan besar dalam penanggulangan nyeri melalui pendekatan non farmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan non farmakologi misalnya dengan memberi latihan atau exercise yang tepat (spesifik), latihan dapat membantu menurunkan kelemahan, menghilangkan stress, meningkatkan kekuatan otot, dan mencegah deformitas (Misriani, 2004). Latihan peregangan atau senam akan berdampak lebih baik dibandingkan dengan bed rest. Penderita Low Back Pain (LBP) mungkin akan beristirahat satu sampai dua hari ketika nyeri muncul tetapi setelah jangka waktu tersebut nyeri biasanya akan semakin memburuk karena badan tidak aktif. Tanpa latihan dan gerakan, otot punggung dan struktur tulang belakang menjadi tidak terkondisi dengan bagus dan kurang mampu menopang tulang belakang apalagi tungkai
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
kaki. Hal tersebut dapat menyebabkan cidera kembali dan spasme yang akan menimbulkan nyeri (Sadeli & Tjahjono, 2004). Latihan senam lansia dilakukan secara bertahap. Awal latihan setiap gerakan di lakukan sampai 2-3 kali. Bila sudah lancar dapat di tingkatkan menjadi 8-10 kali untuk setiap gerakan. Gerakan untuk mengatasi low back pain antara lain latihan punggung yang terdiri dari empat gerakan yaitu dengan tangan di samping, bengkokkan badan ke satu sisi, kemudian ke sisi lain, meletakkan tangan di punggung dan tahan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu ke kiri lalu ke kanan, posisi tidur terlentang dengan lutut di lipat dan telapak kaki datar pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan kesamping. Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut kesamping kiri dan kanan, tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan kedua bahu ke belakang (Depkes RI, 2004). Senam dapat mebantu kesehatan disk tulang belakang dimana gerakan-gerakan dapat membantu pertukaran nutrisi dan cairan dalam disk dan mencegah tekanan pada saraf ischiadicus. Senam juga dapat membantu meningkatkan fleksibilitas otot-otot yang menegang dan mempengaruhi saraf. Latihan senam dapat membantu menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dalam jangka waktu panjang. Selain itu senam juga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan oksigenasi sel sehingga dapat mengurangi gejala kekurangan oksigen sel yang pada akhirnya mengurangi peningkatan asam laktat dan mengurangi nyeri (Ambar, 2009). Menurut penelitian Kumala Nikmah (2004) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada pekerja konveksi di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Pemalang, diperoleh hasil: hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara posisi duduk saat bekerja dengan nyeri punggung (p < 0,05), ada hubungan umur dengan nyeri punggung (p < 0,05), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan nyeri punggung (p > 0,05), ada hubungan masa kerja dengan nyeri punggung (p < 0,05) dan ada hubungan waktu istirahat dengan nyeri punggung (p < 0,05). Hasil studi pendahuluan didapatkan jumlah lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang terdapat 375 lansia. Sebagian besar lansia yang sering
mengeluh nyeri punggung dan menurun kemampuan fungsional dalam aktivitas seharihari. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 lansia, di mana diperoleh 3 lansia (30,0%) mandiri dalam berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontrol BAB dan BAK serta makan tetapi tidak mandiri dalam mandi. Diperoleh pula 7 lansia (70,0%) mandiri dalam makan dan mengontrol BAB dan BAK tetapi tidak bisa mandiri ketika mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah. Upaya yang selama ini dilakukan dengan memberikan obat nyeri tulang, balsam, koyo, pijat dan istirahat (tidur). Upaya yang telah dilakukan tersebut belum memberikan hasil yang optimal, sedangkan sebagian besar dari mereka belum pernah mengikuti senam lansia karena tidak mengetahui manfaatnya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan dengan mengambil judul, “Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan cara quasi experiment control group design, metode penelitian yang digunakan eksperimen semu. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk non equivalent pre tes dan post tes control group design. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan low back pain (nyeri punggung). Jumlah lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebanyak 375 lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia dengan low back pain (nyeri punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Peneliti mempunyai pertimbangan dalam memilih sampel yaitu berdasarkan kriteria-kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu: 1) Klien bersedia menjadi responden, 2) Klien LBP tanpa komplikasi, 3) Klien berusia
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
3
60 sampai dengan 75 tahun, 4) Sehat mental. Dan, kriteria eksklusinya, yaitu: 1) Klien tidak kooperatif, 2) Klien tirah baring selama lebih dari 3 hari. Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Indeks Barthel. Penilaian kemampuan fungsional pasien dilakukan dengan cara observasi pada ke enam aktivitas yang telah ditentukan keenam aktivitas yang dimaksud dalam Indeks Barthel antara lain mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontrol BAB dan BAK serta makan Indeks Barthel dilengkapi dengan karakteristik responden yang berisi: inisial nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan tanggal. Penilaian tingkat kemampuan fungsional pasien dibedakan menjadi lima tingkatan klasifikasi, yaitu: mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total . Analisis Data Guna mengetahui apakah ada pengaruh senam lansia terhadap kemampuan fungsional lansia low back pain (nyeri punggung) pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang digunakan uji t test-independent karena membandingkan data yang berasal dari dua kelompok data yang tidak berpasangan. Uji t test-independent termasuk dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang menggunakan asumsi-asumsi data berdistribusi normal dengan varian homogen dan diambil dari sampel yang acak (Sugiyono, 2008). Berdasarkan hasil ini diketahui apakah hipotesa yang diajukan diterima atau ditolak dengan ketentuan nilai keyakinan yang dipakai adalah 0,95 dan nilai kemaknaan α = 0,05. Jika p value < α, maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh senam lansia terhadap kemampuan fungsional lansia low back pain (nyeri punggung) pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Gambaran Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sebelum Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sebelum Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol Kemampuan Jumlah Persen Fungsional (n) (%) Ketergantungan berat 2 13,3 Ketergantungan 9 60,0 sedang Ketergantungan 4 26,7 ringan Jumlah 15 100,0 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori ketergantungan sedang yaitu sebanyak 9 orang (60,0%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sebelum Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Intervensi Kemampuan Jumlah Persen Fungsional (n) (%) Ketergantungan berat 4 26,7 Ketergantungan 7 46,6 sedang Ketergantungan 4 26,7 ringan Jumlah 15 100,0 Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok intervensi
4
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
sebagian besar dalam kategori ketergantungan sedang yaitu sebanyak 7 orang (46,6%). Gambaran Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sesudah Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sesudah Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol Kemampuan Jumlah Persen Fungsional (n) (%) Ketergantungan berat 2 13,3 Ketergantungan 8 53.4 sedang Ketergantungan 5 33,3 ringan Jumlah 15 100,0 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori ketergantungan sedang yaitu sebanyak 8 orang (53,4%).
Gambaran kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sesudah senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi disajikan dalam Tabel 5.4 sebagai berikut : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sesudah Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Intervensi Kemampuan Jumlah Persen Fungsional (n) (%) Ketergantungan berat 0 0,0 Ketergantungan 5 33,3 sedang Ketergantungan 10 66,7 ringan Jumlah 15 100,0 Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori ketergantungan ringan yaitu sebanyak 10 orang (66,7%).
Analisis Bivariat Tabel 5. Hasil Uji Kesetaraan Kelompok Kontrol dan Perlakuan Sebelum Senam Lansia Std. error pKelompok n Mean SD t hitung Mean value Pretest kontrol 15 3,133 0,6399 0,1652 0,521 0,606 perlakuan 15 3,000 0,7559 0,1951 Berdasarkan hasil uji kesetaraan menunjukkan bahwa tidak ada beda kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum diberikan senam lansia dengan p value sebesar
0,606 (α=0,05), artinya kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum diberikan senam lansia adalah setara.
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
5
Perbedaan Perbedaan Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) sebelum dan sesudah Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Tabel 6 Perbedaan Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol Kelompok kontrol
Pretest Posttest
n
Mean
SD
t hitung
p-value
15 15
3,133 3,200
0,6399 0,6761
-0,564
0,582
Berdasarkan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t hitung (0,654) dan p value (0,582) > α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum dan sesudah penelitian di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol.
Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa dari 15 lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) yang tidak diberikan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol skor rata-rata kemampuan fungsional sebelum penelitian sebesar 3,133, sedangkan skor ratarata kemampuan fungsional setelah penelitian sebesar 3,200.
Tabel 7 Perbedaan Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi Kelompok intervensi
Pretes postest
n
Mean
SD
t hitung
p-value
15 15
3,000 3,667
0,7559 0,4879
-4,183
0,001
Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa dari 15 lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) yang diberikan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi skor ratarata kemampuan fungsional sebelum diberikan senam lansia sebesar 3,000, sedangkan skor rata-rata kemampuan fungsional setelah diberikan senam lansia sebesar 3,667.
Berdasarkan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t hitung (4,183) dan p value (0,001) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum dan sesudah senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi.
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Tabel 8 Analisis Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Variabel Kemampuan fungsional
Metode
Mean
SD
t hitung
p-value
Kontrol Intervensi
3,200 3,667
0,6761 0,4879
-2,168
0,039
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa ratarata kemampuan fungsional pada lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) 6
pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebesar 3,200, sedangkan pada
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
kelompok intervensi setelah diberikan senam lansia sebesar 3,667. Hasil uji independen t-test menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar -2,168 dan p-value sebesar 0,039 < α (0,05). Hal tersebut menunjukkan ada pengaruh senam lansia terhadap kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN Gambaran Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain sebelum Senam Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Kemampuan fungsional lansia pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum diberikan senam lansia dalam kategori sedang dimana mereka mampu mengendalikan rangsang pembuangan tinja (40,0%), mengendalikan rangsang berkemih (37,8%), penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) (28,9%), makan sendiri (37,7%), berubah sikap dari berbaring ke duduk (40,0%), memakai baju (40,05%), dan naik turun tangga (33,3%). Kemampuan fungsioal lansia dalam kategori tersebut disebabkan oleh kesehatan fisiologis yang menurun. Kemampuan fungsional lansia pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum penelitian dalam kategori ketergantungan sedang dimana responden mengendalikan rangsang pembuangan tinja dengan teratur (37,8%) dan mengendalikan rangsang berkemih dengan mandiri (37,8%). Lansia juga dapat menggunakan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) secara mandiri (28,9%). Mereka mampu berubah sikap dari berbaring ke duduk secara mandiri (40,0%) serta naik turun tangga dengan mandiri (33,3%). Kemampuan fungsional lansia dalam kategori ketergantungan
sedang tersebut disebabkan faktor umur mereka yang sudah tua. Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri, dimana semakin tua ketergantungannya semakin besar. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari (Perry dan Potter, 2005) Gambaran Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain sesudah Senam Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Kemampuan fungsional lansia pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sesudah penelitian dalam kategori ketergantungan sedang dimana responden mengendalikan rangsang pembuangan tinja dengan teratur (37,8%) dan mengendalikan rangsang berkemih dengan mandiri (37,8%). Lansia juga dapat menggunakan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) secara mandiri (28,9%). Mereka mampu naik turun tangga dengan mandiri (33,3%). Kemampuan fungsional lansia dalam kategori ketergantungan sedang tersebut disebabkan faktor fungsi psikologis yang menurun. Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupannya, sehingga kebutuhan psikologi harus
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
7
terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009). Kemampuan fungsional lansia pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sesudah pemberian senam lansia dalam kategori ketergantungan ringan dimana mengendalikan rangsang pembuangan tinja (55,5%), mengendalikan rangsang berkemih (51,1%), merubah sikap dari berbaring ke duduk (berpindah/ berjalan). Hal tersebut didukung oleh lingkungan keluarga yang baik dan selalu mendukung. Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu di dukung oleh lingkungan yang konduktif seperti keluarga (Perry dan Potter (2005). Perbedaan Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain Sebelum dan Sesudah Senam Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 15 lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) yang tidak diberikan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol skor rata-rata kemampuan fungsional sebelum penelitian sebesar 3,133, sedangkan skor rata-rata kemampuan fungsional setelah penelitian sebesar 3,200. Berdasarkan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t hitung (-0,654) dan p value (0,582) > α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum dan sesudah penelitian di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol.
8
Kemampuan fungsional lansia pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum penelitian responden mengendalikan rangsang pembuangan tinja dengan teratur (37,8%) dan mengendalikan rangsang berkemih dengan mandiri (37,8%). Lansia juga dapat menggunakan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) secara mandiri (28,9%). Mereka mampu berubah sikap dari berbaring ke duduk secara mandiri (40,0%) serta naik turun tangga dengan mandiri (33,3%), sedangkan sesudah penelitian responden mengendalikan rangsang pembuangan tinja dengan teratur (37,8%) dan mengendalikan rangsang berkemih dengan mandiri (37,8%). Lansia juga dapat menggunakan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) secara mandiri (28,9%). Mereka mampu naik turun tangga dengan mandiri (33,3%). Hal tersebut menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan kemampuan fungsional lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum dan sesudah penelitian. Hal ini disebabkan oleh faktor fungsi kognitif yang tidak berkembang. Kemampuan fungsional lansia pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum diberikan senam lansia mereka mampu mengendalikan rangsang pembuangan tinja (40,0%), mengendalikan rangsang berkemih (37,8%), penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) (28,9%), makan sendiri (37,7%), berubah sikap dari berbaring ke duduk (40,0%), memakai baju (40,05%), dan naik turun tangga (33,3%), sedangkan sesudah pemberian senam lansia responden mengendalikan rangsang pembuangan tinja (55,5%), mengendalikan rangsang berkemih (51,1%), merubah sikap dari berbaring ke duduk (berpindah/ berjalan). Hal tersebut menunjukkan ada perubahan
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
yang signifikan kemampuan fungsional lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Hal ini disebabkan oleh faktor pemberian senam lansia. Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat proses degenerative atau penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness. Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar. Senam lansia di samping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Suroto, 2004). Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang
tetap kenyal karena di tengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004). Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat ke dalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya selsel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzimenzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani. Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional Lansia yang Mengalami Low Back Pain Perubahan pada lansia meliputi perubahan fisik-biologis atau jasmani, mental-emosional atau jiwa, dan kehidupan seksual. Perubahan fisik biologis atau jasmani meliputi kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina menurun, sikap badan yang semula tegap menjadi membongkok, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
9
lengan, kulit mengerut dan menjadi keriput, garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata, rambut memutih dan pertumbuhan berkurang, gigi mulai rontok, perubahan pada mata pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea dan lensa menjadi keruh, pendengaran, daya cium, dan perasa mulut menurun dan pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas (Bustan, 2004). Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdebadebar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri pada sendi pinggul, berat badan menurun, mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, mudah gatal serta nyeri punggung bawah atau punggung (Bandiyah, 2009). Kemampuan fungsional lansia pada kelompok intervensi di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebelum diberikan senam lansia hanya mampu dengan baik berpindah atau berjalan (46,67%) sedangkan sesudah senam lansia mereka dapat mengendalikan rangsang pembuangan tinja (55,6%), dapat mengendalikan rangsang berkemih (51,1%), dapat berubah sikap dari berbaring ke duduk (48,8%) dan dapat berpindah/ berjalan (48,86%). Hal tersebut menunjukkan ada peningkatan kemampuan fungsional lansia dari satu fungsi yang mandiri menjadi enam fungsi yang mandiri. Low Back Pain atau LBP pada osteoporosis biasanya diakibatkan kompresi fraktur. Tetapi adakalanya osteoporosis tanpa fraktur ditemukan pada kasus LBP umum. Fraktur kompresi sering timbul karena trauma yang tidak berarti dan tanpa disadari. Batuk, bersin, atau duduk terguncang-guncang sudah dapat menimbulkan fraktur kompresi pada tulang belakang yang osteoporotik. Karena
10
fraktur tersebut biasanya medula spinalis tidak mengalami gangguan apapun, tetapi radiks dapat terjepit sehingga menimbulkan nyeri radikular. Osteoporosis juga sering dijumpai pada wanita tua yang dikenal dengan osteoporosis post menopause (Sunarto, 2005). Penatalaksanaan Low Back Pain atau LBP antara lain bedrest atau tirah baring, kompres hangat atau dingin, medikamentosa, relaksasi otot, traksi, korset lumbosakral, latihan kekuatan dan kelentukan otot punggung atau senam. Latihan fisik mencegah kontraktur dan atrofi tak terpakai (disused atrophy) serta untuk melancarkan sirkulasi darah. Untuk golongan orang tua anjuran untuk senam diberikan sebagai terapi pelengkap. Latihan peregangan punggung bawah secara ringan bisa membantu meredakan nyeri dan meningkatkan mobilitas. Anjurkan penderita melakukannya dengan perlahan dan lembut, serta bernafas teratur selama latihan (Campbell, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Nuraidin, Aminah, dan Ruswandi (2012) yang berjudul pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) pasif terhadap tingkat kemampuan fungsional Activity Daily Livin (ADL) pada lansia dengan penyakit osteoarthritis. Hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada pengaruh latihan range of motion (ROM) pasif terhadap tingkat kemampuan fungsional activity daily living (ADL) pada lansia yang mempunyai penyakit osteoartritis dengan nilai z hitung = -3,924 dan z tabel 1,96 atau p value = 0,00 < α = 0,05. Latihan ROM pasif dapat meningkatkan tingkat kemampuan fungsional ADL pada lansia yang mempunyai penyakit osteoartritis. KESIMPULAN Kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori ketergantungan sedang yaitu 9 orang (60,0%), sedangkan pada
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
kelompok intervensi dalam kategori ketergantungan sedang yaitu 7 orang (46,7%). Kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum senam lansia pada kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori ketergantungan sedang yaitu 8 orang (53,3%), sedangkan pada kelompok intervensi dalam kategori ketergantungan ringan yaitu 10 orang (66,7%). Ada perbedaan kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) sebelum dan sesudah senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi, dengan p value (0,001) < α (0,05). Ada pengaruh senam lansia terhadap kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain (nyeri punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan p-value sebesar 0,039 < α (0,05). SARAN Bagi institusi, hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan senam lansia sebagai salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi kemampuan fungsional lansia yang mengalami low back pain. Serta diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya terapi non farmakologi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Bagi masyarakat, khususnya lansia yang mengalami low back pain dapat memanfaatkan senam lansia sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan fungsional lansia. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya meningkatkan hasil penelitian dengan lebih ketat dalam mengendalikan variable yang akan diteliti yaitu kemampuan fungsional lansia yang dapat mempengaruhi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ambar, S. 2009. Pemanfaatan Moment 17 Agustus Sebagai Sarana Senam. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2013. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131 655987/laporan%20penelitian%20meneg pora_1.pdf
Arifin. 2003. Usia Lanjut: Kesehatan dan Kebugaran. Surabaya : Puslitbang. Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Bandiyah. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha. Medika Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP). Diambil 2 Oktober 2013 dari www.backpainforum.com. Brunner dan Suddarth. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC Bustan. 2004.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Rineka Cipta, Campbell. 2007. Cardiology 8th Edition. Saunders. Elsevier Production. Chakravarthy, 2003. Building A Modified Impedance Tube for Measurement of Sound Transmission Loss and Absorption Coefficients of Polymer Cross-Linked Aerogel Core Composites. Degree of Master of Science. Oklahoma State University. Dahlan. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan. Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Depkes. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas. Kesehatan I. Jakarta Guralnik et al, 2006. Lower Extremity Function and Subsequent Disability : Consistency Across Studies, Predictive Models, and Value Gait Speed Alone Compared with The Short Physical Performance Battery. The Journals of Gerontology Series A: Biological Sciences and Medical Sciences. Volume 55. Hutapea. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta: PT Rhineka Cipta Idyan. 2008. Hubungan Lama Duduk saat Perkuliahan dengan Keluhan Low Back Pain. Persatuan Perawat Nasional
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
11
Indonesia (PPNI). Avaiable from:http://www.innappni. or.id/index.php/includes/index.php?name =News&file=print&sid=130[Accessed 20 Desember 2013] Jette et al, 2002. Late Life Function and Disaility Instrument, I : Development and Evaluation of The Disability Component. The Journals of Gerontology Series A: Biological Sciences and Medical Sciences. Volume 57 Kusmana. 2006. Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maher, Salmond dan Pellino. 2004. Low Back Pain Syndroma. Philadelpia: FA. Davis Company Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi klinis dasar. Edisi 5. Jakarta: Dian Rakyat Margatan. 2006. Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Jakarta: Penerbit Buku. Kedokteran EGC. Martono. 2009. Buku Ajar Geriartri. Jakarta : Balai Penerbit. FKUI. Maryam, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Mujianto. 2013. Cara cepat mengatasi 10 besar kasus musculoskeletal dalam praktik klinik fisioterapi. Jakarta : CV Trans Info Media Notoatmodjo. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika Palandri. 2004. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : W.B Pudjiastuti, 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC. Rakel. 2004. Nyeri Pinggang Bagian Bawah. Diambil 23 Februari 2010 dari www.nyeripunggungbawah.com. Riwidigdo. 2009. Statistik Yogyakarta : Mitra cendekia
12
Sadeli dan Tjahjono 2004. Nyeri Punggung Bawah. dalam KRT Meliala. L.. Suryamiharja. A.. Purba. J.S. (eds). Nyeri Neuropatik Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Santosa, 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Jakarta : Elex. Media Komputindo Setiabudhi dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Setyawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian kebidanan. Jakarta : Nuha. Medika. Setyohadi. 2002. Etiopatogenesis Nyeri Pinggang, Temu Ilmiah Rematologi Dan Kursus Nyeri. Jakarta : IRA. Shocker. 2008. Pengaruh Stimulus Kutaneus: Slow-Stroke Back Massage terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis. Diambil 12 Oktober 2013 dari http://www.scribd.com. Soeharso. 2008. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia, Olahraga, edisi Agustus, 147-.150 Sunarto. 2005. Latihan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah. Edisi III. Jakarta : Medika Jelita Surini dan Utomo, 2004. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC Suroto, 2004. Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan Gerakan. Semarang : Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip.
Kesehatan,
Pengaruh Senam Lansia terhadap Kemampuan Fungsional pada Lansia yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang