PENGARUH TERAPI PSIKORELIGIUS : DOA DAN DZIKIR TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT KOTA SEMARANG 2014
JANUARDI JAUHARI 0101101053
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Gagal ginjal kronik (GGK) terjadi karena ginjal tidak mampu mnjalankan fungsi regulatorik dan ekskretoriknya untuk mempertahankan homeostasis dan harus menjalani hemodialisis untuk mempertahankan hidupnya. Adanya dampak dari penyakit penyakit dan prosedur pengobatan yang harus dijalaninya merupakan suatu stressor yang mampu menyebabkan terjadinya depresi. Salah satu upaya untuk mengatasi depresi adalah dengan terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligius doa dan dzikir jat terhadap penurunan tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa rumah Sakit Kota Semarang. Teknik pengambilan data menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 65 penderita gagal ginjal kronik yang melakukan hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yaitu 30 responden, 15 responden kelompok perlakuan dan 15 responden kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan lembar quesioner. Analisis data dengan menggunakan t tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean pada post perlakuan 9,47, sedangkan pada post kelompok kontrol 12,53. Dengan menggunakan t tes independen post perlakuan didapatkan hasil p-Value = 0,003 bila dibandingkan dengan α (0,05) berarti ada pengaruh terapi terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian disarankan penderita gagal ginjal kronik dapat melaksanakan terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir secara rutin bahkan setiap hari.
Kata kunci
: Penderita GGK , Depresi,Terapi Psikoreligius doa dan dzikir.
ABSTRACT Chronic renal failure (CRF) occurs because the renalsor kidneys loss their ability to perform regulatory and excretory functions and the patients must undergo hemodialysis (HD) to preserve life. The impact of the illness and treatment procedures are the stress that can cause depression. An effort to overcome depression is by doing psychoreligius therapy through praying and dzikr. This study aimed to determine effect of psychoreligius therapies: praying and dzikr to decrease depression levels in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis treatment in the space hemodialysis room of semarang hospital in 2014. Data collecting technique used quasi experiment, using Non Equivalent Control Group Design. The population in this study was all patients with CRF undergoing HD treatment in the hospital who were 65 people Sampling technique used purposive sampling with the samples of 30 respondents: 15 respondents were in the intervention group and 15 respondents in the control group. Data collecting in this study used observation sheets. Data Analysis used t test. The results showed that the mean in the post treatment group was 9,47,and the mean in the post control group was 12,53. By using independent t test in post treatment grap gots pvalue = 0,003 compared with α (0.05) meaning that there were effects of psychoreligius therapies: praying and dzikr to decrease depression levels in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis treatment in the space hemodialysis room of semarang hospital in 2014. Based on the results of the study, it suggested the patients with chronic renal failure can implement psychoreligius therapy with prayer and dzikir regularly even every day.
Key words : Patients with CRF HD treatment, Depression, Psychoreligius Praying and Dzikr
Indonesia,
PENDAHULUAN Gagal
ginjal
kronik
merupakan
menderita
namun gagal
yang
ginjal
terdeteksi
kronis
tahap
perkembangan gagal ginjal yang progresif
terminal dari mereka yang menjalani cuci
dan
berlangsung
darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu
kehilangan
sampai 5 ribu saja. Beberapa faktor
kemampuannya untuk mempertahankan
penyebab terjadinya gagal ginjal kronis
volume dan komposisi cairan tubuh dalam
adalah diabetes mellitus diikuti dengan
keadaan asupan makanan normal (Price &
hipertensi dan penyakit pembuluh darah
Wilson, 2006).
besar serta penyebab lainnya (Sudoyo dkk,
lambat
beberapa
(biasanya
tahun),
ginjal
Berdasarkan data PT ASKES tahun 2010
2007).
jumlah penderita gagal ginjal
Pasien
gagal
ginjal
berjumlah 17.507 orang dan meningkat
untuk
pada tahun 2011 menjadi 23.261 pasien,
Namun sungguh sulit bagi seseorang
sedangkan
terjadi
untuk menerima kenyataan bahwa ia
peningkatan menjadi 24.141 orang dan
harus menjalani cuci darah seumur hidup.
diperkirakan tahun 2013 jumlah pasien
Selain
gagal ginjal akan meningkat (Nawawi,
merepotkan karena harus datang berulang
2013).
kali dalam seminggu, dampak ikutan dari
pada
tahun
2012
melakukan terapi
disarankan
biayanya
yang
cuci
mahal
darah.
dan
Indonesia termasuk negara dengan
proses cuci darah itu pun membuat hidup
tingkat penderita gagal ginjal yang cukup
tidak nyaman. Satu-satunya harapan lain
tinggi. Menurut data dari PERNEFTRI
untuk bisa hidup kembali normal adalah
(Persatuan
Indonesia),
dengan transplantasi atau cangkok ginjal
diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di
yang cocok. Namun selain sulit mendapat
Nefrologi
donor ginjal yang sesuai, banyak kasus
dalam konteks asuhan keperawatan di
transplantasi gagal karena tubuh menolak
RSUP Fatmawati Jakarta menyatakan
organ baru tersebut (Alam & Hadibroto,
bahwa
2007)
hemodialisia mengalami reaksi emosional
Hemodialisa
adalah
suatu
pasien
yang
melakukan
proses
seperti tidak berdaya, sedih, marah, takut,
difusi zat terlarut dan air secara pasif
merasa bersalah, bahkan ketika pertama
melalui suatu membran berpori dari satu
kali klien dinyatakan mengidap gagal
kompartemen cair menuju kompartemen
ginjal, klien merasa bingung tentang apa
cair lainnya (Price & Wilson, 2006). Efek
yang harus dilakukan, sering menangis
hemodialisa
perubahan
dan terisolasi, selain masalah fisik dan
fisik dan psikologi, perubahan pada fisik
dan psikologis, pasien hemodialisa juga
yaitu
mengalami
mempengaruhi
kelemahan,
malnutrisi,
anemia,
uremia. Kelemahan dapat menurunkan motivasi, psikologinya
sedangkan adalah
gangguan
merasa
berupa
disfungsi seksual.
perubahan sering
sosial
Dampak penyakit
gagal
dari
ginjal
dan
tindakan terapi
khawatir akan kondisi sakitnya, depresi
hemodialisa adalah salah satunya depresi
akibat sakit yang kronis, frustasi, rasa
yang dimana berdasarkan dari penelitian
bersalah, rasa putus asa, dan ketakutan
yang dilakukan oleh Rustina (2012)
terhadap kematian (Smeltzer & Bare,
tentang gambaran tingkat depresi pada
2002).
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Farida (2010) tentang pengalaman klien hemodialisis terhadap kualitas hidup
hemodialisa
di RS Soedarso Pontianak
dinyatakan bahwa dari 67 pasien yang
mengalami depresi adalah 24 orang atau
kognitif, afektif, psikomotor dan organ-
sekitar 35,82 %.
organ tubuh lainnya, obat yang yang
Menurut Hawari (2008) mengatakan
sering dipakai adalah obat anti depresi
bahwa depresi adalah gangguan alam
(anti depressant) (Hawari, 2008). Pada
perasaan (mood) yang ditandai dengan
pemakaian obat sering ditemukan variasi
kemurungan
yang
efek maupun efek samping. Hal ini
mendalam dan berkelanjutan sehingga
berkaitan dengan adanya variasi pada
hilangnya
kegairahan
karakter
mengalami
gangguan
dan
kesedihan
hidup, dalam
tidak menilai
realitas, kepribadian tetap utuh (tidak mengalami
keretakan
kepribadian
farmakokinetik
dan
farmakodinamik pada seseorang (Sudoyo dkk, 2007).
/
Terapi psikoreligius merupakan salah
splitting of personality) perilaku dapat
satu
terganggu
mengkombinasikan pendekatan kesehatan
tetapi
dalam
batas-batas
normal. Pada menggunakan
bentuk
psikoterapi
jiwa modern dan pendekatan terapi
farmakologi
obat-obatan
yang
religius bertujuan
/
keagamaan meningkatkan
yang
yang
aspek dimana
mekanisme
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
koping / mengatasi masalah (Yosep, 2010
neuro-transmitter di susunan saraf pusat
dalam Subandi, Lestari, Suprianto 2013).
otak (limbic system). cara kerjanya adalah
(WHO, 1984) telah menetapkan
dengan jalam memutuskan jaringan atau
unsur spiritual (agama) sebagai salah satu
sirkuit psiko-neuro-imunologi, sehingga
dari 4 unsur kesehatan. Keempat unsur
stresor psikososial yang dialami oleh
kesehatan tersebut adalah sehat fisik,
seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi
sehat psikis, sehat sosial dan sehat
faktor kejiwaan seseorang. Jaringan ini
spiritual (Hawari, 2008).
berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh.
Doa
yang
berarti
menyampaikan
ungkapan,
permohonan
pertolongan
seruan, permintaan, adalah
Dzikir yang antara lain digunakan sebagai terapi
psikoreligius
menaikkan kekebalan
menghadapnya seseorang dengan tulus
melalui
jaringan
ikhlas kepada Allah, dan memohon
tersebut (Zainul, 2007).
akan
mampu
tubuh
manusia
psiko-neuro-endokrin
pertolongan dari-Nya, yang mahakuasa,
Respon emosional yang positif atau
Maha Pengasih dan Penyayang (Elkaysi,
dari pengaruh terapi psikoreligius dengan
2012).
doa dan dzikir ini berjalan mengalir dalam
Sedangkan dzikir adalah kesadaran
tubuh dan diterima oleh batang otak.
tentang kehadiran Allah dimana dan
Setelah diformat dengan bahasa otak,
kapan
kemudian ditransmisikan ke salah satu
saja,
serta
kebersamaan-Nya
kesadaran dengan
akan
makhluk
(Khoirul & Reza, 2008).
bagian otak besar kemudian,
Thalamus
yakkni
thalamus,
menstansmisikan
Orang yang religius atau orang yang
impuls hipokampus (pusat memori yang
taat menjalankan ajaran agamanya relatif
vital untuk mengkoordinasikan segala hal
lebih
mengatasi
yang diserap indera) untuk mensekresikan
penderitaan penyakitnya sehingga proses
GABA (Gama Amino Batiric Acid) yang
penyembuhan
lebih
bertugas sebagai pengontrol respon emosi,
cepat. Pada prinsipnya, dalam tubuh
dan menghambat asetylcholine, serotonis
manusia terdapat jaringan psiko-neuro-
dan neurotransmiter yang lain yang
endokrin yang berpengaruh pada faktor-
memproduksi sekresi kortisol. Sehingga
sehat
dan
mampu
penyakitnya
pun
akan
terjadi
proses
homeostasis
terdapat 6 orang pasien yang mengalami
(keseimbangan). Semua protektor yang
depresi dengan keluhan merasa tidak
ada di dalam tubuh manusia bekerja
berdaya 4 orang, tidak berguna 5 orang,
dengan
lebih
merasa bersalah 5 orang, sedih dengan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
keadaan penyakit yang tidak sembuh-
pandai
sembuh 6 orang dari keenam pasien
ketaatan
bersyukur
suasana
beribadah
sehingga
keseimbangan
,
tercipta dari
depresi
hanya
menonton
neurotransmitter yang ada di dalam otak
mendengarkan
(Sholeh, 2005).
mencari kegiatan untuk menghindari dari
Dari
penelitian
yang
sebelumnya
rasa
musik
ketidakgunaan
dan
tv,
dalam
mencoba
keluarga.
dilakukan oleh Subandi dkk (2013)
Pelayanan keperawatan
tentang pengaruh terapi psikoreligius
psikososial dalam menangani pasien yang
terhadap penurunan tingkat ansietas pada
mengalami depresi di ruang hemodialisa
lansia diketahui bahwa penerapan terapi
belum
psikoreligius dapat menurunkan tingkat
psikoreligius.
diterapkan
yang bersifat
termasuk
terapi
ansietas secara signifikan, yang dimana
Oleh karena itu peneliti
dari 32 responden terjadi penurunan
tertarik untuk melakukan penelitian yang
tingkat ansietas sebesar 67%.
berkaitan
dengan
pengaruh
terapi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
psikoreligius dengan doa dan dzikir
terhadap 10 orang penderita gagal ginjal
terhadap penurunan tingkat depresi pada
kronik yang di RS Kota Semarang
pasien gagal ginjal kronik di ruang
ditemukan dari 10 orang yang menderita
hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang.
gagal ginjal kronik yang diwawancarai
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas
kronik dan pemberian terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir yang diberikan
”Adakah
pengaruh
terapi
pada klien sehingga dalam memberikan
psikoreligius dengan doa dan dzikir
asuhan
terhadap penurunan tingkat depresi pada
memfokuskan
penderita
gagal
yang
konseling yang tepat sehingga klien
menjalani
hemodialisa
Kota
mampu
ginjal
kronik di
RS
Semarang”.
keperawatan
dapat
untuk
lebih
memberikan
mengelola
depresi
dan
memberikan terapi psikoreligius yang
Tujuan Peneliti untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat
tepat dan baik. METODE PENELITIAN Penelitian
ini
depresi yang dialami oleh penderita gagal
pendekatan
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
digunakan adalah quasy experiment design
di Rumah Sakit Kota Semarang
atau eksperimen semu. Penelitian quasi
Manfaat penelitian Untuk menambah
experiment
kuantitatif,
menggunakan
design
metode
yaitu
yang
dengan
pengetahuan dan wawasan serta untuk
menggunakan Non Equivalent Control
meningkatkan
Group Design.
kinerja
peneliti
dalam
Dimana desain quasi
mengelola pasien gagal ginjal kronik
eksperimen mempunyai kesamaan dengan
dalam memberikan terapi psikoreligius
Pre Test-Post Test Control Group Design.
doa dan dzikir untuk mengurangi depresi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita gagal ginjal kronik dan bagi
yang menjalani hemodialisa di Ruang
pihak RS Sebagai bahan masukan tentang
Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang
tingkat depresi penderita gagal ginjal
sejumlah 65 pasien. jumlah sampel yaitu
15 orang. Yaitu 15 pada kelompok
terdiri dari 21 pertanyaan yang berisi
intervensi dan 15 pada kelompok kontrol.
mengenai tanda dan gejala depresi pada
Teknik sampling yang digunakan pada
penderita GGK dengan nilai jawaban “Ya”
penelitian ini adalah purposive sampling.
yaitu 1 dan “Tidak” yaitu 0, dengan
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
kategori skor tidak depresi (0-5), depresi
Bersedia menjadi responden dan bisa
ringan (6-10), depresi sedang (11-15),
membaca dan menulis, Beragama islam,
depresi berat (16-21). Data yang diperoleh
Usia 30-55 tahun, Menjalani hemodialisa
selanjutnya
kurang dari 5 tahun , Tidak mengalami
menggunakan
gangguan pendengaran. Kriteria eklusi
mengetahui
dalam penelitian ini adalah Pasien yang
Selanjutnya melakukan uji homogenitas
mengikuti terapi komplementer yang lain.
dan uji hipotesis dengan menggunakan uji
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit
t-test
Kota Semarang di Ruang Hemodialisa.
perbedaan posttest lansia setelah diberikan
Waktu penelitian pada tanggal 22-25 bulan
terapi pijat pada kelompok intervensi dan
Februari 2014. independen adalah terapi
kontrol.
psikoreligius
HASIL PENELITIAN
sedangkan
dengan variabel
doa
dan
dependen
dzikir
dianalisis uji data
dengan
Shapiro-Wilk berdistribusi
digunakan
untuk
untuk normal.
mengetahui
adalah
hasil penelitian mengenai pengaruh
depresi pda penderita GGK. Instrumen
terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir
yang digunakan untuk pengumpulan data
terhadap
penurunan
pada penelitian ini menggunakan kuesioner
penderita
gagal
BDI II yang telah dimodifikasi sesuai
menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
kondisi penderita GGK. Kuesioner ini
Kota Semarang.
tingkat
ginjal
kronik
depresi yang
A. Analisa Univariat 1. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Sebelum Diberikan Terapi Psikoreligius dengan Doa dan Dzikir pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Semarang, 2014.
Intervensi Tingkat Depresi
3.
Tabel 5.3 Uji Kesetaraan Tingkat Depresi Sebelum Perlakuan antara Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Semarang, 2014
Vari Kelompok abel Ting Intervensi kat Kontrol Depr esi
N
Mean
SD
T
p-value
15 15
12,93 12,73
2,939 3,195
0,178
0,860
Kontrol
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
0 2 11 2 15
0,0 13,3 73,3 13.3 100
0 4 8 3 15
Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Jumlah
B. Analisis Bivariat
2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Sesudah Diberikan Terapi Psikoreligius dengan Doa dan Dzikir pada Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Ungaran, 2014 Tingkat
Intervensi
Kontrol
Depresi
Frekuensi
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak Depresi
1
6,7
0
0,0
Depresi Ringan
9
60,0
4
26,7
Depresi Sedang
5
33,3
10
66,7
Depresi Berat
0
0.0
1
6,7
Jumlah
15
100
15
100
Perse ntase (%) 0.0 26,7 53,3 20,0 100
4.
Tabel 5.4 Perbedaan Tingkat Depresi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Psikoreligius dengan Doa dan Dzikir pada Kelompok Intervensi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Semarang, 2014
Variabel
Perlakuan N Mean SD
Tingkat Depresi
Sebelum Sesudah
T
p-value
15 12,93 2,939 5,626 0,000 15 9,47 2,503
5. Tabel 5.5 Perbedaan Tingkat Depresi Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Semarang, 2014 pvalue 15 12,73 3,195 0,425 0,677 15 12,53 2,696
Variabel Perlakuan N Mean SD Tingkat Depresi
Sebelum Sesudah
T
6. Tabel 5.6 Perbedaan Tingkat Depresi Sesudah Diberikan Terapi Psikoreligius dengan Doa dan Dzikir antara Kelompok Intervensi dan Kontrol pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Kota Semarang, 2014 Variabel Tingkat Depresi
Kelompok Intervensi Kontrol
N 15 15
Mean 9,47 12,53
SD 2,503 2,696
T p-value 0,003 3,22 9
PEMBAHASAN A. Perbedaan
Terapi
Psikoreligius
dengan Doa dan Dzikir terhadap tingkat depresi pada pendrita gagal ginjal kronik pretest dan posttest pada
Kelompok
Perlakuan
di
Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang. Berdasarkan Tabel 5.4, menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan ratarata skor tingkat depresi penderita gagal ginjal kronik sebesar 12,93 sebelum diberikan terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir, kemudian turun menjadi 9,47 sesudah diberikan terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebsar 5,626 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat depresi di Ruang
Hemodialisa
RS
Kota
Semarang pada kelompok perlakuan
perlakuan. Hal ini dikarenakan pada
sebelum dan sesudah diberikan terapi
kelompok kontrol pada pnderita gagal
psikoreligius dengan doa dan dzikir .
ginjal kronik tidak diberikan terapi
B. Perbedaan Terapi Psikoreligius dengan Doa dan Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada penderita Gagal Ginjal Kronik pretest dan posttest yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang. Berdasarkan Tabel 5.5, menunjukkan
psikoreligius dengan doa dan dzikir. C. Pengaruh
Terapi
Psikoreligius
dengan Doa dan dzikir Terhadap Tingkat Depresi Penderita Gagal Ginjal
Kronik
di
Ruang
bahwa pada kelompok kontrol rata-
Hemodialisa Rumah Sakit Kota
rata skor tingkat depresi
Semarang
penderita
gagal ginjal kronik sebesar 12,73
Berdasarkan Tabel 5.6, rata-rata skor
sebelum perlakuan, kemudian menjadi
tingkat depresi sesudah diberikan
sedikit
terapi psikoreligius dngan doa dan
menurun
menjadi
12,53
sesudah perlakuan. Berdasarkan uji t
dzikir
dependen, didapatkan nilai t hitung
sebesar
sebesar 0,425 dengan p-value sebesar
kelompok
0,677. Terlihat bahwa p-value 0,677 >
Berdasarkan
α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak
didapatkan nilai t hitung sebesar -
ada perbedaan yang signifikan tingkat
3,229 dengan p-value 0,003. Oleh
depresi penderita gagal ginjal kronik
karena kedua p-value 0,003 < α (0,05),
di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
ini berarti bahwa ada pengaruh terapi
Kota
kelompok
psikoreligius dengan doa dan dzikir
sesudah
terhadap penurunan tingkat depresi
kontrol
Semarang sebelum
pada dan
pada
kelompok
9,47,
intervensi
sedangkan
kontrol uji
sebesar t
pada 12,53.
independen,
pada penderita gagal ginjal kronik
hipokampus (pusat memori yang vital
yang menjalani hemodialisa di Ruang
untuk mengkoordinasikan segala hal
Hemodialsa
yang
Rumah
Sakit
Kota
diserap
indera)
untuk
Semarang. Disini dapat dilihat adanya
mensekresikan GABA (Gama Amino
perbedaan antara kelompok perlakuan
Batiric Acid) yang bertugas sebagai
dan kelompok kontrol pada post-test
pengontrol
yaitu
adanya
depresi
yang
respon
emosi,
dan
penurunan
tingkat
menghambat asetylcholine, serotonis
diberikan
terapi
dan neurotransmiter yang lain yang
psikoreligius dengan doa dan dzikir
memproduksi
pada kelompok perlakuan dan pada
Sehingga
kelompok kontrol tidak ada perbedaan
homeostasis (keseimbangan) sehingga
yang signifikan karena penderita gagal
akan
ginjal kronik tidak diberikan terapi
neurotransmitter yang terganggu dan
psikoreligius dengan doa dan dzikir.
memunculkan
optimisme,
menghilangkan
pikiran
Respon emosional yang positif atau dari pengaruh terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan
bahasa
otak,
kemudian
ditransmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni thalamus, kemudian, Thalamus
menstansmisikan impuls
akan
sekresi terjadi
memperbaiki
kortisol. proses
sistem
dan negatif,
sehingga akan memunculkan pikiranpikiran yang positif . Semua protektor yang ada di dalam tubuh manusia bekerja dengan ketaatan beribadah , lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan pandai bersyukur sehingga tercipta suasana keseimbangan dari
neurotransmitter yang ada di dalam otak.
ginjal
Dalam pelaksanaan penelitian ini, tidak
kronik
intervensi
D. Keterbatasan
peneliti
1. Sebagian besar penderita gagal
menjumpai
suatu
pada
kelompok
sebelum
diberikan
terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir mengalami depresi
keterbatasan, namun peneliti hanya
yaitu
merasakan
komunikasi
kelompok kontrol 8 orang (53,3%)
pada responden akibat dari adanya
2. Sebagian besar penderita gagal
kurangnya
11
orang
ginjal
responden harus istirahat yang cukup,
intervensi sesudah diberikan terapi
dan tidak bisa melakukan aktivitas
psikoreligius
yang berlebih untuk mengungkapkan
dzikir mengalami depresi ringan
tentang apa yang dirasakan responden
yaitu 9 orang (60,0%). Sedangkan
saat ini.
pada kelompok kontrol tidak ada
Kesimpulan
perbedaan yang signifikan yaitu 10
terapi psikoreligius dengan doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
pada
dan
tindakan hemodialisa yang membuat
Hasil penelitian tentang pengaruh
kronik
(73,3%)
dengan
kelompok
doa
dan
orang mengalami depresi sedang yaitu (66,7 %). 3. Ada perbedaan tingkat depresi penderita gagal ginjal kronik sebelum dan sesudah diberikan terpi psikoreligius dengan doa dan dzikir pada kelompok intervensi
dengan p-value sebesar 0,000 (α :
2. Bagi Peneliti
0,05).
Bagi
4. Tidak ada perbedaan yang
dapat
peneliti
selanjutnya
membandingkan
signifikan pada tingkat depresi
psikoreligius
penderita gagal ginjal kronik
dzikir dengan terapi modalitas
sebelum dan sesudah perlakuan
lainnya seperti terapi musik dan
pada kelompok kontrol dengan p-
terapi
value sebesar 0,677 (α : 0,05)
mengatasi depresi.
5. Ada pengaruh terapi psikoreligius
3. Bagi
dengan
terapi
dukungan
doa
dan
sosial
dalam
di
Ruang
Pegawai
dengan doa dan dzikir terhadap
Hemodialisa Rumah Sakit Kota
tingkat depresi penderita gagal
Semarang
ginjal kronik. Berdasarkan uji t
Diharapkan
dapat
independent, didapatkan nilai t
menerapkan terapi psikoreligius
hitung sebesar -3,229 dengan p-
dengan doa dan dzikir sebagai
value 0,003.
salah
satu
intervensi
untuk
mengatasi depresi pada penderita gagal ginjal kronik dengan SOP
Saran 1. Bagi
Penderita
Gagal
Ginjal
Kronik dan Masyarakat Penderita
DAFTAR PUSTAKA
gagal
ginjal
kronik dapat melaksanakan terapi psikoreligius
dengan
dzikir setiap hari
yang telah dibuat.
doa
dan
Alam Syamsir. 2007. Gagal ginjal. Jakarta : Gramedia Elizabeth j. Corwin. 2009. Buku saku PATOFISIOLOGI. Edisi 3. Jakarta : EGC
Azizah, M. L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu Elkaysi. A. F. 2012. Pengobatan Doa-zikir dan Ruqyah. Jakarta : Mutiara Media Elkaysi A. F. 2013. Sembuh Dengan Doa. Yogyakarta : Kana Media Farida
Anna. Pengalaman klien hemodialisa terhadap kualitas hidup dalam konteks asuhan keperawatan di RSUP fatmawati. Tesis ;2012
Handayani Tri Nur. Pengaruh Pengelolaan Depresi Dengan Latihan Pernafasan Yoga Terhadap Perkembangan Proses Penyembuhan Ulkus Diabetikum di Rumah sakit Pemerintah Aceh. Tesis FKUI : 2010
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. EGC : Jakarta Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : alfabeta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta : Bandung. Rustina. 2012 Gambaran tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Soedarso Pontianak tahun 2012. Jurnal Penelitian Sholeh M. (2005). Agama sebagai Terapi Telaah Menuju Kedokteran Holistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Hawari dadang. 2008. Manajemen stress, cemas dan depresi, Jakarta : FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Marelli T.M. 2008. Buku saku dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC
Subandi dkk. Pengaruh terapi psikoreligius terhadap penurunan tingkat ansietas pada lansia. Jurnal ;2012
Nawawi Qolbinur. Populasi penderita gagal ginjal terus meningkat di 2013. (diakses oktober,2013)http://health.okezone. com/read/2013/06/28/482/829210/p opulasi-penderita-gagal-ginjalterus-meningkat-di-2013 Patricia A. Potter, anne G. Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi ke 4. Jakarta : EGC Price & Wilson. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Supradewi Ratna. Efektivitas Pelatihan Dzikir Untuk Menurunkan Efek Negatif Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi : 2008 Wong master. 2010. 9 Terapi Pengobatan Terdahsyat. Jakarta : PT Niaga Swadaya. Yafie Ali. Sakit Menguatkan Iman. Jakarta : 2010.
Zainul zen. 2007. Hidup sehat dengan olah lahir, fikir, & zikir. Jakarta : Qultummedia