Imam Jalaludiin Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU ANAK PRA SEKOLAH DALAM MENCUCI TANGAN DI TK NURUL IZZAH KELURAHAN CANDIREJO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Imam Jalaludiin Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT The role of parents as an educator is one of the influencing factors for the children in hand washing. The child's behavior is formed of how the role of parents in educating their children in hand washing. This study aims to know the relationship between the role of parents as educators with the behavior of preschool children in doing hand washing in Nurul Izzah Candirejo kindergarten West Ungaran. This study used a descriptive correlational design with cross sectional approach. Data collecting used questionnaires and observation. The population in this study was the parents and students at Nurul Izzah kindergarten Candirejo West Ungaran many as 131 persons and sampling technique used purposive sampling to 57 respondents. The data were statistically analyzed by using the Kendall Tau test. Based on the Kendall Tau test, it got the correlation value = 0.428 with p-value of 0.001. Pvalue 0.001 <0.05, meant there was a significant relationship between the role of parents as educators with hand washing behavior in preschool children in Nurul Izzah kindergarten Candirejo West Ungaran. Parents should be able to increase its role in educating children to behave in a clean and healthy life, especially the behavior of washing hands properly, therefore children’s health can be maintained well . Keywords: Role of parents, Pre-school age, Hand wash, Educators

PENDAHULUAN PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat) merupakan salah satu program yang di utamakan oleh pemerintah yaitu melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti yang di sebutkan pada rencana strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 20102014. PHBS terdapat lima pilar yaitu, stop BABS (buang air besar sembarangan), pengelolaan air minum rumah tangga, pengolahan sampah rumah tangga, pengolahan limbah cair rumah tangga, dan yang terakhir adalah cuci tangan. Cuci tangan adalah salah satu pilar penting dalam PHBS (Kemenkes, 2011). Perilaku anak usia pra sekolah ada dua tahap yaitu tahap inisiatif dan rasa bersalah. Pada tahap inisiatif ini berkaitan dengan

perilaku yang instrusif dan penuh dengan semangat, berani berusaha, dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasikan dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan yang mereka miliki. Anak tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, tapi terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang mempunyai tujuan atau melakukan aktivitas bertentangan dengan hal yang dimiliki orang tua mereka atau orang lain, dan merasa bahwa aktivitas atau imajinasi yang mereka miliki merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah (Wong, 2009). Anak usia pra sekolah adalah anak yang berumur 3 sampai 6 tahun. Pada masa ini anakanak dapat bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah, dengan ciri-ciri aktivitas yang tinggi dan penemuan-penemuan. Usia ini merupakan saat perkembangan fisik

Hubungan antara Peran Orang Tua sebagai Pendidik dengan Perilaku Anak Pra Sekolah dalam Mencuci Tangan di TK Nurul Izzah Kelurahan Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang

1

dan kepribadian yang besar. Perkembangan motorik berlangsung secara terus-menerus. Anak usia ini membutuhkan bahasa dan hubungan yang lebih luas untuk mempelajari standar peran, memperoleh kontrol dan penguasaan diri, semakin menyadari sifat ketergantungan dan kemandirian, dan mulai membentuk konsep diri (Wong, 2009). Periode pra sekolah merupakan periode dimana konsep sakit dimulai. Usia pra sekolah adalah usia yang rentan terhadap penyakit, karena pada usia ini motorik anak mulai aktif dan terus menerus bertambah. Perilaku anak dilakukan kebanyakan sangat dekat dengan kuman yang dapat menyebabkan penyakit seperti flu, batuk, diare, dan sebagainya. Orang tua menganggap penyakit itu sebagai hal yang biasa, padahal menurut WHO diare sudah membunuh dua ribu anak per tahun. Salah satu cara untuk mencegah anak-anak terserang penyakit tersebut dengan cara mencuci tangan (Wong, 2009). Cuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang sangat penting. Cuci tangan merupakan teknik dasar yang sangat penting dalam mencegah dan mengontrol penularan infeksi. Mencuci tangan juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan menggosok seluruh permukaan kulit tangan dengan sabun secara bersamaan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dengan air bersih yang mengalir (Potter&Perry, 2005). Menurut teori L.Green dalam Notoatmojo (2012) ada tiga faktor yang membentuk perilaku itu sendiri yaitu yang pertama adalah faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan lain sebagainya. Terdapat juga faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan lain sebagainya. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku anak terbentuk dari bagaimana peran orang tua itu sendiri. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam situasi tertentu. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan dalam faktor herediter yaitu orang tua merupakan faktor

2

yang amat penting dalam hal mewariskan kepada anak atau keturunan mereka (Notoatmojo, 2012). Terdapat beberapa peran orang tua terhadap anak yaitu modelling, mentoring, organizing, dan teaching. Teaching adalah peran di mana orang tua sebagai guru bagi anak mereka tentang hukum dasar kehidupan. Peran orang tua sebagai guru adalah menciptakan “consous competence” pada diri anak, yaitu mereka mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan itu (Dahlan, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di TK Nurul Izzah, dengan cara observasi dan wawancara terhadap guru dan orang tua selama satu hari dengan dibantu dua asisten, didapatkan data dari 20 siswa terdapat 5 anak yang melakukan cuci tangan, 11 anak tidak melakukan cuci tangan dan 4 anak kadang-kadang melakukan cuci tangan saat akan istirahat dan sesudah istirahat. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dari pihak sekolah sudah mengajarkan dan memotivasi anak untuk mencuci tangan dan juga menyediakan sarana berupa sabun cuci tangan, air bersih yang ditaruh di ember dan ibu guru sudah siap untuk mengguyurkan air dengan menggunakan gayung, namun para siswa cenderung mengabaikan fasilitas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara kepada 20 orang ibu siswa, bahwa mereka tidak pernah mengajari anaknya mencuci tangan, dengan alasan 7 orang ibu mengatakan dari dulu dikeluarga tidak terbiasa cuci tangan, 5 orang mengatakan anaknya susah di motivasi untuk cuci tangan. 8 orang mengatakan menggunakan sendok sudah cukup. Berdasarkan fenomena yang muncul di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan antara peran orang tua sebagai pendidik dengan perilaku anak usia pra sekolah dalam mencuci tangan di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat”. Berdasarkan penelitian dari Indro setiawan (2014) yang berjudul “peran orang tua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo” di dapatkan hasil hampir semua orang tua memiliki peran motivasi sedang pada anak. Orang tua yang


masuk kategori motivasi sedang yaitu 16 responden (80%).

sebagai pendidik dan perilaku anak usia pra sekolah dalam cuci tangan yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif korelasional dan menggunakan pendekatan secara cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat.

Analisis Bivariat Analisis bivariat menggunakan kendall tau karena data penelitian ini adalah katagorik. Hasil uji dikatakan tidak signifikan/tidak bermakna apabila tidak ada hubungan antara sampel yang diteliti di mana p value > 0,05. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat pada bulan Februari 2015. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu anak dan orang tua adalah sebanyak 131 anak yang sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran. Sampel Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan didapatkan total sampel dalam penelitian ini adalah 57 responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu murid dan orang tuanya berada di sekolah saat penelitian dan bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu murid dan orang tuanya yang tidak berada di sekolahan. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan alat untuk mengumpulkan data berupa kuesioner dan lembar observasi tentang perilaku mencuci tangan pada anak usia pra sekolah. Analisis Data Analisis Univariat Dalam penelitian analisis univariat dengan tujuan yaitu untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel peran orang tua

Peran Orangtua sebagai Pendidik dalam Perilaku Anak Mencuci Tangan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Peran Orangtua sebagai Pendidik dalam Perilaku Anak Mencuci Tangan pada Anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, Februari 2015 Peran Frekuensi Persentase Orangtua (%) Kurang 32 56,1 Baik 25 43,9 Jumlah 57 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa peran orangtua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (56,1%). Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Mencuci Tangan pada Anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, Februari 2015 Perilaku Frekuensi Persentase Mencuci Tangan (%) Kurang 40 70,2 Baik 17 29,8 Jumlah 57 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 40 orang (70,2%).


3

Analisis Bivariat Hubungan antara Peran Orangtua Sebagai Pendidik dengan Perilaku Anak Usia Pra Sekolah Dalam Mencuci Tangan Tabel 3. Hubungan antara Peran Orangtua Sebagai Pendidik dengan Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat, Februari 2015

Peran Orangtua Kurang Baik Total

Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Kurang Baik Total F % F % F % 28 87,5 4 12,5 32 100 12 48,0 13 52,0 25 100 40 70,2 17 29,8 57 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa anak dengan peran orangtua yang kurang sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan kategori kurang, sejumlah 28 anak (87,5%), sedangkan anak dengan peran orangtua yang baik sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan kategori baik, sejumlah 13 anak (52,0%). Berdasarkan uji Kendall Tau diperoleh nilai korelasi  =0,428 dan tingkat keeratannya adalah sedang. Dikatakan sedang karena nilai korelasi berada pada interval koefisien 0,400,599 dan p-value 0,001. Pada p-value 0,001 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orangtua sebagai pendidik dengan perilaku mencuci tangan pada anak usia pra sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat. PEMBAHASAN Gambaran Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Anak dalam Perilaku Anak Mencuci Tangan di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, dalam kategori kurang sejumlah 32 orang (56,1%) dan dalam kategori baik sejumlah 25 orang (43,9%). Ini menunjukkan bahwa sebagian peran orang tua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran dalam kategori kurang. Peran orang tua sebagai pendidik kurang, ini terlihat dari ibu yang memberikan contoh

4

r hitung

p-value

0,428

0,001

cuci tangan kepada anak sebesar 18 (31,6%) dan yang tidak memberikan contoh cuci tangan yaitu 39 (68,4%), ibu menanyakan anaknya apakah sudah cuci tangan sebesar 28 (48,1%) dan yang tidak menanyakan sebesar 29 (50,9%), ibu memberikan pujian saat anak mau melakukan cuci tangan yaitu sebesar 14 (24,6%) dan yang tidak memberikan pujian sebesar 43 (75,4%). Hal ini berkaitan dengan teori wong (2009), Orang tua mempunyai cara tersendiri dan akan menentukan bagaimana proses sosialisasi kepada anak tersebut bisa diikuti. Anak memberikan respons terhadap situasi kehidupan sesuai dengan perilaku yang dipelajari pada saat mendapat didikan dari orang tua mereka, contohnya ketika anak yang tidak mau melakukan cuci tangan dan tidak mengetahui tentang pentingnya cuci tangan dengan benar dan pada saat mendapat didikan secara langsung maupun tidak langsung dari orang tua anak tersebut memberikan respon dengan cara mau melakukan cuci tangan dan mengetahui tentang pentingnya cuci tangan dengan benar. Peran ibu sebagai pendidik kurang ini juga dapat terlihat dari ibu yang memantau apakah anaknya mencuci tangan memakai sabun atau tidak yaitu sebesar 21 (36,8%) dan yang tidak memantau yaitu sebesar 36 (63,2%), ibu memantau apakah anaknya mengeringkan tangan sesudah cuci tangan dengan handuk bersih atau tisu yaitu sebesar 12 (21,1%) dan yang tidak sebesar 45 (78,9%). Sebagaimana dinyatakan dalam Depkes RI (2010) bahwa cuci tangan merupakan hal yang umum bagi masyarakat, namun memakai sabun bukanlah sesuatu yang biasa. Penggunaan sabun untuk cuci tangan lebih disebabkan alasan kotor. Kotor itu sendiri


memiliki makna sesuatu yang kasat mata dan bau. Masyarakat memandang sabun hanya bermanfaat untuk menghilangkan kotor dan bau. Selanjutnya, hubungan sabun dan cuci tangan menyatu pada kenyamanan emosional seperti tangan menjadi harum, segar, terasa ringan, bersih dan tidak lembab. Pandangan masyarakat ini akan berpengaruh kurang terhadap peranannya dalam mendidik anak saat mencuci tangan, sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar peran orang tua dalam mendidik anak mencuci tangan masih kurang. Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Pada saat terdapat masalah satu anggota keluarga akan menjadi masalah satu unit keluarga, itu dikarenakan terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dengan status anggota keluarganya. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan anggota keluarga, untuk itu keluarga berperan penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga. Status sehat dan sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi (Yohanes dan Yasinta, 2013). Gambaran Perilaku Mencuci Tangan pada Anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran dalam kategori kurang sejumlah 40 anak (70,2%) dalam kategori baik sejumlah 17 anak (29,8%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran dalam kategori kurang. Dilihat dari karakteristik usia responden, dimana usia responden adalah usia anak prasekolah. Anak usia pra sekolah ini merupakan anak yang masih suka bermain dengan teman-teman sebayanya, karena keasyikan bermain, anak menjadi lupa dan sering mengabaikan cuci tangan untuk menjaga kesehatannya. Pada anak di usia ini merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit, sehingga pada anak usia pra sekolah memang masih perlu bimbingan dari orangtua dalam upaya meningkatkan kesehatan anak.

Perilaku kurang baik terhadap mencuci tangan pada anak juga bisa timbul akibat perilaku orang sekitarnya, seperti orang tua, saudara, maupun tetangga. Orang tua yang kurang dalam menerapkan perilaku hidup bersih khususnya tentang disiplin dalam mencuci tangan tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam dalam mencuci tangan. Perilaku mencuci tangan merupakan segala tindakan yang dilakukan siswa baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka sanitasi dengan membersihkan tangan dan jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya agar menjadi bersih. Perilaku ini perlu dilakukan pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana diungkapkan oleh Rahmawati (2012) bahwa waktu-waktu tertentu dimana seorang anak dianjurkan untuk mencuci tangan, diantaranya: setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah buang air besar, sebelum memegang makanan, setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian, dan sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan. Perilaku mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan di bawah air yang mengalir, karena di air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut (Rahmawati, 2012). Perilaku mencuci tangan sangat penting untuk diterapkan kepada siswa sejak dini terutama bagi anak usia pra sekolah agar bisa mencegah resiko penyakit. Hal ini karena pada usia tersebut, anak-anak aktif bergerak dan bermain dengan tanah yang merupakan media penularan penyakit, masa eksplorasi (bermainmain) dengan lingkungannya, dan yang paling penting usia tepat untuk menerima/menyerap informasi dengan cepat (Rahmawati, 2012). Mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi resiko diare, flu burung, pneumonia, dan yang lain. Ini sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak.


5

Hubungan antara Peran Orangtua Sebagai Pendidik dengan Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada Tabel 3 diketahui bahwa anak dengan peran orangtua yang kurang sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan kategori kurang, sejumlah 28 anak (87,5%). Ini karena peran yang kurang dalam mendidik anak mencuci tangan tentu akan berpengaruh buruk terhadap perilaku anaknya saat mencuci tangan, dimana anak akan mencontoh perilaku orangtuanya dan cenderung melakukan apa yang diajarkan oleh orangtuanya. Anak dengan peran orang tua yang baik sebagian besar memiliki perilaku mencuci tangan kategori baik, sejumlah 13 anak (52,0%). Hal ini karena orang tua yang selalu mengajarkan anaknya dengan baik tentang mencuci tangan, akan diingat anaknya, sehingga anak dapat menirukan mencuci tangan yang diajarkan oleh orang tuanya, jadi jika peran orang tua sebagai pendidik ini baik maka anaknya akan mencontoh sesuai yang diajarkan orang tuanya sehingga cenderung memiliki perilaku yang baik saat mencuci tangan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa peran orang tua dalam kategori kurang tetapi perilaku mencuci tangan anak dalam kategori baik sejumlah 4 anak (12,5%). Hal ini bisa terjadi jika ada mendapatkan bimbingan tentang mencuci tangan dari orang lain selain orang tua, misalnya dari saudara, guru, atau tahu saat ada penyuluhan, jadi meskipun peran orang tua masih kurang tetapi kalau anak dapat pembelajaran dari orang lain maka perilaku mencuci tangan anak bisa menjadi baik. Hasil penelitian juga ditemukan bahwa peran orang tua dalam kategori baik tetapi perilaku mencuci tangan anak masih kurang sejumlah 12 anak (48,0%). Ini juga bisa terjadi karena kebiasaan anak yang memang sulit dibimbing oleh orang tua, terkadang anak mengikuti perilaku teman-temannya yang tidak mau mencuci tangan, ini sering terjadi sehingga meski peran orang tua sudah baik tetapi anak masih memiliki perilaku yang kurang baik dalam mencuci tangan. Berdasarkan uji Kendall Tau diperoleh nilai korelasi  =0,428 dan tingkat keeratannya adalah sedang. Dikatakan sedang karena nilai korelasi berada pada interval koefisien 0,400,599 dan p-value 0,001. Pada p-value 0,001 < 6

0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orangtua sebagai pendidik dengan perilaku mencuci tangan pada anak usia pra sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat. Hubungan antara peran orang tua sebagai pendidik dengan perilaku mencuci tangan pada anak usia pra sekolah ini disebabkan orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, dimana biasanya anak akan selalu bertemu dengan orang tua setiap hari dan setiap waktu, sehingga segala perilaku orang tua akan ditiru oleh sang anak. Pada saat orang tua memberikan peran yang baik (khususnya tentang mencuci tangan) bagi anak maka akan menirunya dan berperilaku sebagaimana yang diajarkan orangtuanya. Orang tua mengajari dengan mencuci tangan kepada anak maka perilaku mencuci tangan akan dilaksanakan dengan benar oleh sang anak. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, dalam kategori kurang sejumlah 32 orang (56,1%) dan dalam kategori baik sejumlah 25 orang (43,9%). Ini menunjukkan bahwa sebagian peran orang tua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang dinyatakan Wong (2009) bahwa orang tua merupakan agen sosialisasi pertama yang membentuk perilaku anak, karena orang tua adalah orang yang pertama anak jumpai dan orang tua adalah orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Pada saat anak memenuhi seperangkat peran dan berespons terhadap pelengkap peran orang tua dan anggota keluarga lainnya. Peran anak di bentuk oleh orang tua yang memberikan tekanan langsung atau tidak langsung dalam upaya untuk memenuhi pola perilaku yang diharapkan atau upaya mereka untuk memodifikasi respons peran anak yang dapat diterima. Anak akan merespon apa yang di ajarkan orang tuanya dengan cara melihat atau mendengar, memahami, menganalisa hingga mengaplikasikan apa yang diajarkan oleh orang tuanya. Peran aktif orang tua sangat diperlukan di saat anak berada di bawah usia lima tahun. Peran aktif orang tua yang dimaksud adalah


usaha langsung terhadap anak yaitu seperti membimbing, memberikan pendidikan, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak serta peran lain yang lebih penting adalah menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak, melalui pengamatannya terhadap tingkah laku secara berulang-ulang, anak ingin menirunya dan kemudian menjadi ciri kebiasaan, ucapan dan tingkah laku atau perilaku orang tua yang konsisten, anak memperoleh perasaan aman, mengetahui apa yang diharapkan dari hubungan anak dan orang tua, serta membangun pengertian yang jelas tentang apa yang benar dan salah (Suherman, 2000). Mencuci tangan memakai sabun merupakan salah satu kebiasaan yang tercakup dalam perilaku hidup bersih sehat. Meski terkesan simpel namun mencuci tangan dengan sabun memiliki manfaat yang sangat besar. Puluhan penyakit yang ditularkan lewat tangan yang kotor dapat dicegah dengan mencuci tangan memakai sabun. Berkaitan dengan penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa peran orang tua dalam memotivasi pada anak terutama adalah kebiasaan mencuci tangan. Semakin baik peran orang tua terutama dengan keteladanan, pendidikan akan pentingnya kesehatan dan serta menyediakan saran atau fasilitas penunjang maka akan semakin baik pula anak dalam menerapkan kebiasaan untuk mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun setiap sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Berdasarkan penelitian dari Indro Setiawan (2014) yang berjudul “peran orang tua dalam memotivasi anak mencuci tangan dengan benar dan memakai sabun pada anak pra sekolah di TK Aisyiyah Blimbing Kabupaten Sukoharjo” di dapatkan hasil hampir semua orang tua memiliki peran motivasi sedang pada anak. Orang tua yang masuk kategori motivasi sedang yaitu 16 responden (80%). Keterbatasan Peneliti Kesulitan dan keterbatasan yang peneliti temukan pada penelitian ini adalah keterbatasan alat dan bahan yaitu tersedia 2 buah ember berisi air dan 2 buah gayung.

KESIMPULAN Peran orangtua sebagai pendidik dalam perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 32 orang (56,1%). Perilaku mencuci tangan pada anak di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran, dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 40 orang (70,2%). Ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua sebagai pendidik dengan perilaku mencuci tangan pada anak usia pra sekolah di TK Nurul Izzah Candirejo Ungaran Barat dengan p-value 0,001 < 0,05. SARAN Instansi pendidikan hendaknya menambah bahan referensi tambahan khususnya dalam menjaga perilaku hidup bersih sehingga dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi muridnya. Bagi masyarakat diharapkan dapat menjaga perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan memakai sabun sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Bagi orang tua diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam mendidik anak untuk berperilaku hidup bersih dan sehat khususnya perilaku mencuci tangan dengan benar, dengan harapan kesehatan anak terjaga dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta. [2] ------------(2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. [3] Balitbankes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. (2010) Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [4] Dahlan. M. Djawad. (2004). Star Young. Jakarta : Grasindo [5] Gunarsa, S.D. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.


7

[6] Harmoko. (2012). Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. [7] Kemenkes RI. (2010). Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [8] --------------(2011). Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [9] Midzi. et al. (2011). Knowledge attitudes and practices of grade three primary school children in relation to schistosomiasis, soil transmitted, helminthiasis and malaria in Zimbabwe. BMC Infectious Disease. [10] Notoadmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. [11] ---------------(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [12] Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

8

[13] Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC [14] Rahmawati, Eni dan Atikah Proverawati. (2012). PHBS Perilaku Hidup Bersih & Sehat. Yogyakarta, Nuha Medika. [15] Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta [16] ------------(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta [17] Talaat. et al. (2011). Effect of hand hygiene campaigns on incidence of laboratory confirmed influenza and absenteeism in school children Cairo, Egypt. Emerging Infectious Disease CDC. [18] Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC [19] Wong. (2009). Buku Ajar Pediatrik, Jakarta: EGC [20] WHO. (2013). 6 Langkah Cuci Tangan, Diakses pada 17 oktober 2014 http://www.who.Int [21] Yohanes dan Yasinta. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika


Imam Jalaludiin Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

Recommend Documents