HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MEDIA SOSIAL DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP SEKS BEBAS PADA REMAJA DI DESA CANDIREJOKECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Tri Arini Puspa Wati Manik Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang: Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dibandingkan dengan SDKI 2002 dan 2007, terjadi peningkatan hubungan seks bebas pada remaja usia 18 – 21 tahun. Penyebab terjadinya seks bebas adalah lingkungan pergaulan yang buruk, kurangnya perhatian dari orang tua dan salahsatunya adalah penyalahgunaan media sosial. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas pada remaja di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kab. Semarang. Metode: penelitian menggunakan desain penelitian Analitik Kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, populasi sebanyak 130 remaja, sampel sebanyak 45 remaja, pengambilan data menggunakan kuesioner, dan uji statistic yang digunakan uji Chi-Square. Hasil: penelitian yang diperoleh adalah pengetahuan tentang media sosial, baik 21 (46,7%) reponden, cukup 14 (31,1%) responden, kurang 10 (22,2%) responden. Sikap remaja dalam seks bebas, positif 28 (62,2%) responden, negatif 17 (37,8%) responden. Simpulan: Ada hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas pada Remaja di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan hasil p value (0,001) maka p≤α Saran: Sebaiknya remaja lebih menjaga pergaulan terhadap lawan jenisnya agar menghindari terjadinya seks bebas.
Kata Kunci : Pengetahuan, Media Sosial, Sikap Remaja, Seks Bebas. Kepustakaan : 21 (2007- 2012)
|page1
ABSTRACT Demographic and health survey Indonesia in 2012 compared with in 2002 and 2007, there was an increase in sex free on adolescent teen aged 18 – 21 years old. The cause of the occurrence of free sex is a bad Relationship, lack of attention from parents and one of them is a misuse of social media. The goal in the study is to determine the Correlation social media with adolescent attitudet Toward free sex at Candirejo village sub-district West Ungaran Semarang Regency. The research used Quantitative Analytical study design. Sampling technique using total sampling with 130 populations,and 45 samples the data was taken by using questionaire and chi square . The results obtained the knowledgeable about social media , is in good category as man as 21 respondents (46,7%), sufficient category as many as 14 respondent (31,1%) and in lesss category as many as 10 respondents, (22.2%). The positive attitude of free sex is 28 respondents (62,2%), negatife attitude is 17 respondents (37,8%). Conclusion there is correlation knowledge about social media with adolescent attitude toward free sex Candirejo Village Sub-district West Ungaran Semarang Regency.with p value (0.001) then p≤α Adolescents should keep their relationship with their partner to avoid free sex. Keywords
: Knowledge, Social Media, Adolescent Attitude, Free Sex.
References :
21 (2007-2012) PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Cirinya adalah alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisi yang belum menikah menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi apalagi pelayanan medis untuk kesehatan reproduksi. Terjerumusnya remaja ke dalam dunia hubungan sosial yang luas maka mereka tidak saja harus mulai adaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga sekaligus dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan seksual (Subakhti, 2009) World Health Organization mendefinisikan remaja sebagai kelompok usia 12 – 21 tahun. Saat ini komposisi penduduk remaja di dunia mencapai
|page2
sekitar 1,3 milyar (UNFPA, 2009). Sedangkan menurut BKKBN kelompok umur remaja adalah 12 – 21 tahun dan tidak kawin. Jumlah remaja di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 63 juta jiwa dengan usia 12-21 tahun dan jumlah remaja di jawa tengah tahun 2010 sebanyak 34 juta jiwa dengan usia 12 – 17. Penduduk remaja 12 – 21 tahun perlu mendapat perhatian serius karena remaja sangat berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti perilaku seksual pranikah, NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) dan HIV/AIDS (Wahyuni and Rahmadewi, 2011) Seks bebas merupakan “segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing) berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse), yang dilakukan di luar hubungan pernikahan. (Sarwono, 2012) Menurut SKRR tahun 2007 hanya 19% remaja pria dan 24% remaja wanita memulai berpacaran sebelum berumur 15 tahun. Perilaku pacaran remaja sejumlah 30% remaja pria dan 6% remaja wanita melakukan aktivitas meraba/merangsang bagian tubuh yang sensitif pada saat pacaran, sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) 2012 menunjukkan 28% remaja pria dan 27% remaja wanita menyatakan bahwa mereka memulai berpacaran sebelum berumur 15 tahun. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dibandingkan dengan SDKI 2002 dan 2007, terjadi peningkatan hubungan seks bebas pada remaja usia 15 – 24 tahun. Hubungan seksual terbanyak dilakukan pada remaja usia 20 – 24 tahun sebesar 9,9% dan 2,7% pada usia 15 – 19 tahun. Salah satu faktor penyebab hubungan seks adalah perilaku pacaran remaja. Data lain yang diperoleh dari PILAR PKBI Jawa Tengah, menyebutkan bahwa pada tahun 2010, telah tercatat 123 orang berkonsultasi karena kasus kehamilan tidak dinginkan (KTD). Dari jumlah tersebut, 78% di antaranya adalah kasus tersebut dialami oleh remaja yang belum menikah. Dilihat dari pendidikannya, kasus KTD tersebut 54,5% dialami oleh remaja SMA dan 11,4% remaja dalam status sebagai mahasiswa (PKBI, 2010). Sedangkan pada tahun 2011 data PILAR PKBI menyebutkan telah terdapat 146 kasus KTD yang berkonsultasi di PILAR PKBI, 73% dialami oleh remaja belum menikah. Jika dilihat dari pendidikannya, 37% dari pasien KTD tersebut adalah mahasiswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kasus KTD yang dialami remaja dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Demikian juga proporsi kasus KTD yang dialami oleh mahasiswa juga mengalami peningkatan. Survei BKKBN (2011) juga mengungkapkan perilaku seksual remaja. Terkait dengan perilaku seksualnya, 71% mengaku pernah berpacaran. Perilaku seks selama berpacaran yaitu berpegangan tangan 70%. ciuman bibir 20%. meraba/merangsang 10%. Pengalaman melakukan hubungan seksual
|page3
dilakukan oleh remaja putri dan remaja putra. Umur melakukan hubungan seksual pertama kali yaitu 17 tahun untuk putri 18 tahun putra. Remaja melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi ada 49%, menggunakan kondom 34%, senggama terputus 17% dan sisanya menggunakan kontrasepsi lain. Sebanyak 90% hubungan seksual dilakukan bersama pacar, 6% dengan teman dan 4% dilakukan dengan pelacur. Banyak fenomena tentang perilaku seksual di kalangan mahasiswa sekarang ini. Jika dikritisi masalah seks tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mahasiswa, karena seks sudah menjadi sebagian kecil kebutuhan mahasiswa dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Selain itu, jauhnya mereka dari pengawasan orangtua dan rendahnya kontrol sosial dari masyarakat setempat di mana mahasiswa tersebut bertempat tinggal, membuat mereka merasa bebas untuk bisa melakukan perilaku seks tersebut. Penyebab terjadinya seks bebas adalah lingkungan pergaulan yang buruk, kurangnya perhatian dari orang tua dan salahsatunya adalah penyalahgunaan media sosial. Dimensi sosial adalah seksualitas berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan antar sesama manusia). Komponen kognitif dan afektif kecenderungan bertindak secara bersama-sama membentuk sikap, sikap secara konsisten mempengaruhi perilaku. (Prasetyo, 2012). Pada dasarnya, media sosial adalah alat yang digunakan untuk mempermudah orang diseluruh dunia berbagi pengetahuan, berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda ditempat lain di seluruh dunia, dan sebagai sarana untuk mempermudah seorang atau perusahaan untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya ke seluruh dunia. Namun faktanya, media sosialpun seperti koin yang memiliki dua sisi, selain memiliki manfaat yang positif, media sosial juga ternyata membawa dampak negatif bagi dunia terutama pada remaja yang dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi akibat penggunaan media sosial yang salah. Berdasarkan hasil survey pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke 4 dalam jumlah populasi pengguna facebook di seluruh dunia. Total pengguna facebook di Indonesia berkisar 50.489.360 pengguna (Prasetyo, 2012). Pengetahuan yang dimiliki remaja dalam menggunakan media sosial seharusnya menjadi senjata untuk remaja yang berwawasan IT luas dalam menghadapi tantangan dan era globalisasi, namun hal tersebut tidak disadari oleh banyak remaja dan pengetahuan tersebut malah menjadi wabah yang membawa mereka masuk ke dalam dunia seks bebas. Terbukanya akses informasi memungkinkan setiap orang untuk mengakses berbagai macam informasi termasuk yang menyajikan adegan seksual secara implisit. Media yang ada, baik media elektronik maupun media cetak contohnya, kerap kali menyuguhkan sajian-sajian yang terlalu dini ataupun tidak layak dikonsumsi bagi anak-anak dan remaja. Jejaring sosial tersebut selain membawa manfaat positif juga membawa dampak negatif bagi remaja. Manfaat positifnya selain mempererat tali silaturahmi juga bisa mendapatkan informasi terbaru dari status orang lain sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat mengganggu privasi, membuat ketagihan sehingga dapat mengganggu waktu untuk belajar
|page4
dan dapat mempengaruhi para remaja untuk melakukan seks bebas (Firman dan Chandrataruma, 2009). Di zaman era globalisasi ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Para orang tua dan remaja menyadari akan pentingnya hal ini. Seperti yang telah diuraikan, remaja merupakan tahap yang paling krisis. Keadaan ini membuat para remaja mengembangkan potensi dirinya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta sarana teknologi yang ada seperti komputer, internet, dan teleponseluller atau handphone. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat selain menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif khususnya bagi remaja yang menerima perkembangan teknologi ini biasanya disebut korban perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Lumunon, 2004) Meningkatnya ilmu teknologi tidak menurunkan angka kenakalan remaja, melainkan sebaliknya. Keadaan ini dapat dilihat berdasarkan laporan wartawan kompas Regina Rukmorini, dari 4,2 juta website porno yang beredar diseluruh dunia, sebanyak 100.000 website diantaranya facebook 65%, youtube 25% dan twitter 10% memakai model remaja dengan rata-rata usia 18 tahun. Sebagian besar diantaranya, bahkan ditenggarai oleh remaja Indonesia (Rukmorin, Kompas, 2008). Hal ini dapat dilihat dengan adanya fenomena video porno pelajar yang telah tersebar luas memang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Hampir semua remaja pernah menonton video porno ini yang sering mereka nikmati melalui situs porno di internet, televisi, VCD, DVD, majalah dewasa, buku kamasutra yang terjual bebas di toko-toko buku besar. Namun, hampir semua remaja yang mengaku pernah menonton rekaman video porno, lebih sering menggunakan telepon seluller atau handphone yang dilengkapi dengan fasilitas kamera, video, bluetooth, infrared, bahkan juga situs internet (Yuniarto, 2008). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Candirejo dengan cara wawancara kepada 9 remaja yang berkaitan dengan pengetahuan terhadap media sosial di peroleh data 9 remaja yaitu yang berpengetahuan baik 7 orang, kurang 2 orang dan dari 7 orang berpengetahuan baik .yang mendukung atau setuju 4 orang dan tidak setuju 3 orang terhadap seks bebas, yang berpengetahuan kurang belum digambarkan. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo” Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu adakah hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo? Tujuan Umum: Menganalisis hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo Tujuan Khusus: a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang media sosial pada remaja di Desa Candirejo.
|page5
b. Mengetahui gambaran sikap remaja terhadap seks bebas di Desa Candirejo. c. Menganalisa hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas di Desa Candiejo.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Penelitian korelasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel yang diteliti (Nursalam, 2008). Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian dilakukan di Desa Candirejo pada tanggal 5-7 Agustus 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi dirumuskan sebagai populasi finite (terbatas) dan infinite (tidak terbatas). Populasi terbatas artinya diketahui jumlahnya, sedangkan populasi tidak terbatas tidak diketahui jumlahnya (Wasis, 2008). Populasi total dalam penelitian ini adalah remaja usia 18-21 tahun di Desa Candirejo sebanyak 130 orang. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2012). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu seluruh akseptor KB MOP pada bulan Juli 2016 di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 42 akseptor. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertaanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui (Sugiyono, 2012). Analisis Data Analisa Univariat Analisa univariat menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel yaitu variabel yaitu pengetahuan tentang media sosial dan sikap remaja dalam seks bebas. Setelah analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
|page6
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2010), Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Tentang Media Sosial Pada Remaja Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Media Sosial di Desa Candirejo
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
10
22,2
Cukup
14
31,1
Baik
21
46,7
Total
45
100,0
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan responden paling banyak adalah kategori pengetahuan baik yaitu sejumlah 21 responden (46,7%) dan paling sedikit kategori pengetahuan kurang yaitu sejumlah 10 responden (22,2%). Tabel 4.2 Distribusi pengetahuan tentang media sosial di Desa Candirejo pada setiap pertanyaan No
Pernyataan
Bena % Salah % r
Media sosial merupakan media online 27 dengan para penggunanya bisa dengan mudahberpartisipas, berbagi tweeter, facebook dan lain-lain.
60
18
40
2 Facebook, instagram, youtube merupakan 36 jenis-jenis media sosial
80
9
20
3 Facebook dapat digunakan untuk mencurahkan perasaan seseorang
24
53
21
47
4 Media sosial merupakan media yang 27 sangat mudah penggunaannya bahkan untuk orang tanpa dasar ITpun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah computer, hp dan koneksi internet
60
18
40
1
|page7
dapat digunakan untuk 36 5 Youtube menyebarkan konten-konten media baik seperti kesehatan dan pendidikan
80
9
20
6 Media sosial merupakan sarana yang 34 dapat membantu manusia dalam segala bidang baik kesehatan, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan
76
11
24
7 Media sosial dapat digunakan untuk 32 menyebarkan informasi, sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial, memperluas jaringan pertemanan
71
13
29
8 Media sosial seperti facebook dapat 28 menimbulkan kecanduan situs jejaringan sosial yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
62
17
38
9 Menurunnya prestasi belajar juga 29 disebabkan karena timbul kecanduan siswa dalam menggunakan media sosial
64
16
36
10 Kecanduan penggunaan media sosial bisa 36 mengganggu kesehatan seperti sakit pinggang karena kebanyak duduk berjam-jam depan komputer atau hp
80
9
20
11 Media sosial dapat menjangkau (global) 37 dengan biaya yang murah dan terjangkau
82
8
18
12 Media sosial juga dapat memberikan 35 pengaruh buruk jika disalahgunakan seperti mencari video porno yang bisa menjerumuskan kita ke dalam seks bebas
78
10
22
13 Facebook dapat membantu seseorang 34 dari kalangan apapun untuk mengekspresikan diri
76
11
24
14 Melalui media sosial kita dapat membuka 36 majalah favorit dan menemukan hal-hal terbaru
80
9
20
15 Melalui media sosial kita dapat menjadi 36 lebih dekat dengan orang lain
80
9
20
|page8
Dari tabel 4.2 dapat diketahui benar pada pertanyaan no 2, 5, 10, 14 dan 15 yaitu twitter, facebook, instagram dan youtube merupakan jenis-jenis media sosial, youtube dapat digunakan untuk menyebarkan konten-konten media baik seperti kesehatan dan pendidikan,, kecanduan penggunaan media sosial bisa mengganggu kesehatan seperti sakit pinggang karena kebanyakan duduk berjam-jam depan komputer, melalui media sosial kita dapat membuka majalah favorit dan menemukan hal-hal terbaru, melalui media sosial kita dapat menjadi lebih dekat dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang media sosial baik. 2. Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas di Desa Candirejo Sikap
Frekuensi
Persentase (%)
Negatif
17
37,8
Positif
28
62,2
Total
45
100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sikap remaja terhadap seks bebas paling banyak adalah kategori sikap positif yaitu sejumlah 28 responden (62,2%) dan paling sedikit kategori sikap negatif yaitu sejumlah 17 responden (37,8%). Tabel 4.4 Distribusi Sikap remaja Terhadap Seks Bebas di Desa Candirejo Setuju
%
Tidak Setuju
%
1 Menurut saya seks bebas bisa dilakukan asalkan ada prsetujuan antara keduanya, laki-laki dan perempuan
35
78
10
22
2 Menurut saya pacaran yang penting ialah apabila melakukan ciuman bibir untuk memperoleh kehangatan
22
49
23
51
3 Menurut saya selama pacaran saya dan pacar saya berkomitmen untuk tidak melakukan seks bebas
32
71
13
29
No
Pernyataan
|page9
4 Ciuman, pelukan, petting bukan merupakan ungkapan kasih sayang
25
56
20
44
5 Menurut saya seks tidak bisa dianggap sebagai suatu trend dikalangan remaja
35
78
10
22
6 Menurut saya seks bebas dapat menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki
23
51
22
49
7 Menurut saya dalam berpacaran perlu berpegangan tangan dan ciuman di pipi atau kening
31
69
14
31
8 Menurut saya dalam berpacaran perlu berpelukan
26
58
19
42
9 Menurut saya dalam berpacaran perlu ciuman di bibir
27
60
18
40
10 Menurut saya dalam berpacaran perlu membuka pakaian dan merabaraba daerah sensitive
28
62
17
38
11 Menurut saya berpacaran melakukan hubungan intim
perlu
16
36
29
64
12 Saya akan menolak berhubungan seks dengan pacar meskipun pacar saya akan meninggalkan saya
35
78
10
22
Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 45 responden sikap remaja terhadap seks bebas sebagian besar mayoritas setuju pada pertanyaan no 1 dan 12 yaitu menurut saya seks bebas bisa dilakukan asalkan ada persetujuan antara keduanya, laki-laki dan perempuan dan saya akan menolak hubungan seks meskipun pacar saya akan meninggalkan saya.dan lainnya sejumlah 35 responden (78%), sedangkan yang tidak setuju mayoritas pada soal nomor 11 yaitu menurut saya berpacaran perlu melakukan hubungan intim atau sejumlah 29 responden (64%).
|page10
Hubungan Pengetahuan Tentang Media Sosial Dengan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas Pada Remaja di Desa Candirejo Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo Pengetahua n Kurang Cukup Baik Jumlah
Negatif f % 7 70,0 8 57,1 2 9,5 17 37,8
Sikap Positif f % 3 30,0 6 42,9 19 90,5 28 62,2
Total x2 p value % f 10 100,0 13,782 0,001 14 100,0 21 100,0 45 100,0
Responden yang mempunyai sikap kategori negatif lebih banyak pada responden yang mempunyai pengetahuan kategori kurang (70,0%) dan responden yang mempunyai sikap kategori positif lebih banyak pada responden yang mempunyai pendidikan kategori baik (90,5%). Uji statistik menggunakan Chi Square didapatkan p value 0,001≤0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo. PEMBAHASAN A. Pengetahuan Tentang Media Sosial Pada Remaja Terhadap Seks Bebas Pengetahuan tentang media sosial hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 5-7 Agustus 2016 dengan responden berjumlah 45 orang di Desa candirejo dan analisa data mengenai pengetahuan tentang media sosial dapat dilihat bahwa ada 21 (46,7%) responden memiliki pengetahuan baik, pengetahuan yang sudah baik ini ditunjukkan dari hasil kuesioner bahwa pengetahuan tentang media sosial pada remaja di Desa Candirejo sebagian besar menjawab benar pada pertanyaan no 2, 5, 10, 14 dan 15 yaitu twitter, facebook, instagram youtube merupakan jenis-jenis media sosial, youtube dapat digunakan untuk menyebarkan konten-konten media baik seperti kesehatan dan pendidikan,, kecanduan penggunaan media sosial bisa mengganggu kesehatan seperti sakit pinggang karena kebanyakan duduk berjam-jam depan komputer, melalui media sosial kita dapat membuka majalah favorit dan menemukan hal-hal terbaru, melalui media sosial kita dapat menjadi lebih dekat dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang media sosial baik. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Faktor-faktor yang mempengaruhi
|page11
pengetahuan yaitu faktor internal (umur, intelegensia, dan pengalaman), faktor eksternal (pendidikan, media massa dan informasi, lingkungan dan adat istiadat). (Notoadmojo, 2003) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Remaja mempunyai sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal baru termasuk ketertarikan dengan lawan jenis, sementara ini rendahnya informasi dan pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi serta informasi dari sumber yang salah, akan mengakibatkan remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan mental dan spiritual (Muhammad, 2006). Pengetahuan baik tentang media sosial karena remaja banyak memiliki alat komunikasi yang menyediakan layanan media sosial tersebut sehingga remaja akan berlatih dalam menggunakan media sosial yang ada dengan cara yang mudah dan murah, kebanyakan media sosial dikenal remaja melalui HP yang semakin modern dengan layanan fasilitas media sosial yang lengkap sehingga remaja dapat mengenal dan memahami media sosial dengan baik. Pengetahuan yang dimiliki remaja dalam menggunakan media sosial seharusnya menjadi senjata untuk remaja yang berwawasan IT luas dalam menghadapi tantangan dan era globalisasi, namun hal tersebut tidak disadari oleh banyak remaja dan pengetahuan tersebut malah menjadi wabah yang membawa mereka masuk ke dalam dunia seks bebas. Terbukanya akses informasi memungkinkan setiap orang untuk mengakses berbagai macam informasi termasuk yang menyajikan adegan seksual secara implisit. Media yang ada, baik media elektronik maupun media cetak contohnya, kerap kali menyuguhkan sajian-sajian yang terlalu dini ataupun tidak layak dikonsumsi bagi anak-anak dan remaja. Jejaring sosial tersebut selain membawa manfaat positif juga membawa dampak negatif bagi remaja. Manfaat positifnya selain mempererat tali silaturahmi juga bisa mendapatkan informasi terbaru dari status orang lain sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat mengganggu privasi, membuat ketagihan sehingga dapat mengganggu waktu untuk belajar dan dapat mempengaruhi para remaja untuk melakukan seks bebas (Firman dan Chandrataruma, 2009). Adapun yang harus dilakukan untuk mencegah dan menjauhkan remaja dari hal buruk penggunaan media sosial adalah peran orang tua di rumah dan guru di sekolah harus lebih ditingkatkan lagi dalam membimbing dan lebih perhatian dengan anak terlebih meningkatan pengawasan dalam penggunaan media sosial pada anak sebab anak lebih suka mencari tahu halhal baru sendiri dan salah satu cara adalah menggunakan media-media sosial yang ada, namun media Media sosial lebih banyak menyediakan pendidikan dengan lebih terbuka tanpa memperdulikan usia pemakai dan dampak dari layanan tersebut, sehingga remaja dapat tahu dan paham mengenai bagaimana memanfaatkan
|page12
fasilitas yang disediakan oleh orang tua maupun pihak sekolah secara benar dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain B. Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja dalam seks bebas sebanyak 17 (37,8%) responden bersikap negatif dan dapat dilihat juga bahwa ada 28 (62,2%) responden bersikap positif dalam seks bebas dan merupakan hasil terbanyak dari 45 responden. Sikap remaja lebih banyak positif dalam seks bebas ini semakin baik, karena di usia yang masih sangat muda remaja dapat menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bermanfaat, serta dapat lebih meningkatkan telenta-talenta yang ada pada dirinya. Sebagian besar sikap positif ditunjukkan dari hasil kuesioner bahwa dari 45 responden sikap remaja terhadap seks bebas sebagian besar mayoritas setuju pada pertanyaan no 1 dan 12 yaitu menurut saya seks bebas bisa dilakukan asalkan ada persetujuan antara keduanya, laki-laki dan perempuan dan saya akan menolak hubungan seks meskipun pacar saya akan meninggalkan saya.dan lainnya sejumlah 35 responden (78%), sedangkan yang tidak setuju mayoritas pada soal nomor 11 yaitu menurut saya berpacaran perlu melakukan hubungan intim atau sejumlah 29 responden (64%). Pengertian sikap atau attitude dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek itu. Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan obyek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah attitude atau membentuk attitude yang baru. Faktor-faktor lain yang turut memegang peranan adalah faktor internal, merupakan pengamatan dan penangkapan manusia senantiasa melibatkan suatuu proses pilihan diantara seluruh rangsangan kita; suatu pilihan diantara berbagai rangsangan yang kemudian kita perhatikan dan tafsirkan dengan lebih mendalam dan faktor-faktor eksternal seperti perubahan interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia. (Gerungan, 2010) Interaksi kelompok dibedakan atas dua macam, yaitu perubahan attitude karena shifting of reference-groups merupakan interaksi yang lebih lama dan lebih mendalam karena berlangsung dalam lingkungan kehidupan di dalam satu kelompok saja seperti keluarga, namun jika harus meninggalkan kelompok keluarganya untuk belajar atau alasan tertentu maka ada kemungkinan bahwa attitude seseorang dapat berubah mengikuti kelompok baru yaitu kelompok di tempat belajarnya, dan perubahan attitude di dalam situasi situasi kontak antar kelompok merupakan perubahan attitude dalam situasi kontak antara dua kelompok berbeda dengan situasi dimana individu dilibatkan secara aktif untuk turut serta dalam interaksi intensif dan cukup lama, interaksi juga tidak diadakan secara berkesinambungan serta dalam waktu yang cukup panjang (Gerungan, 2010).
|page13
C. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Dalam Seks Bebas Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang media sosial baik sebanyak 21 responden (46,7%) dan bersikap positif terhadap seks bebas sebanyak 28 (62,2%). Berdasarkan uji korelasi Chi-Square dapat dilihat bahwa nilai ρ sebesar 0,001 <α (0,05) yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil tersebut dapat dikarenakan responden yang mempunyai pengetahuan baik semakin memahami tentang media sosial, dimana banyaknya informasi yang diperoleh maka akan bertambah pula pengalaman dan pengetahuannya sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Namun selain pengetahuan masih ada faktor lain juga yang dapat berhubungan dengan sikap responden terhadap seks bebas diantaranya karena pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang yang dianggap penting cenderung dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Pengetahuan responden pada penelitian ini sebagian besar baik karena informasi yang diperoleh responden dari berbagai sumber seperti media massa, sosial dan teman sebaya. Adapun beberapa ciri khas dari remaja yaitu berhubungan dengan teman sebaya, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan tentang seks yang tinggi, dan mudah stress. Faktor penyebab seks bebas antara lain: akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan, tekanan yang datang dari teman pergaulannya, tekanan dari pacar, rasa penasaran, pelampiasan diri, dan peran orang tua (Mutiarackh, 2012). Pengetahuan yang baik tentang media sosial menjadi nilai positif untuk para remaja dalam meningkatkan mutu diri dan menjadi remaja yang berprestasi. Remaja mempunyai rasa penasaran yang sangat tinggi terhadap masalah seks, ditambah pengaruh pergaulan di zaman yang semakin maju remaja banyak mendapat tekanan-tekanan dari teman-teman pergaulannya untuk mencoba hal-hal baru, dan kurangnya peran orang tua dalam mengawasi dan mendidik anak maka remaja akan mencari tahu sendiri, Sehingga remaja yang punya pengetahuan baik tentang media sosial dan dapat mengaplikasikannya akan menggunakan media sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan, Attitude sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap obyek sosial, dan karenanya maka attitude sosial turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu sehingga attitude sosial mempunyai sifat-sifat dinamis yaitu merupakan salah satu penggerak internal didalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu Kemajuan yang ada di zaman sekarang tidak dapat dihindari oleh kita semua, maka kita harus mencari jalan lain untuk mengimbangi perubahan zaman yang sedang terjadi. Seharusnya remaja lebih mendapat perhatian dari orang tua, cara
|page14
mendidik orang tua harus bisa di rubah dari cara lama yang selalu menggunakan kekerasan, orang tua harus bisa menjadi teman namun disegani oleh anak bukan menjadai orang tua yang ditakuti oleh anaknya, pendidikan agama dan aplikasinya harus lebih ditingkatkan dalam keluarga dan lingkungan, berilah kebebasan dan kepercayaan kepada anak untuk memilih kegiatan dan mengikuti kegiatan yang digemarinya serta berikan pendidikan mengenai seks pada anak dengan cara yang benar dan lebih santai sehingga anak lebih mudah menerima dan memahaminya dengan benar. Orang tua tidak boleh merasa tabu untuk membicarakan seks kepada anak, karena hal tersebut akan memicu anak untuk mencari tahu sendiri karena rasa penasarannya dan dapat menjerumuskannya ke dalam seks bebas. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja terhadap seks bebas pada remaja di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan remaja tentang media sosial adalah sebagian baik. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 21 (46,7%) responden dari 45 responden yang masuk dalam kategori baik. 2. Sikap remaja dalam seks bebas adalah remaja lebih banyak bersikap positif dalam seks bebas, hal ini dibuktikan dengan sebanyak 28 (62,2%) responden dari 45 responden yang masuk dalam kategori positif. 3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang media sosial dengan sikap remaja dalam seks bebas (p=0,001). DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Ambarwati & Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu Frike, K. Nasir dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: PT Nuha Medika. Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Iwan & Slamet. 2010. Boleh nggak sih masturbasi? Dan 101 pertanyaan tentang seks untuk remaja. Yogyakarta : Andi offset Mutiarach, D. 2012. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja. Internet. Tersedia dalam:http://dianmutiarach.wordpress.com/2012/12/12/ / Notoatmodjo. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta
|page15
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Metodologi
Penelitian Ilmu
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Prasetyo, A. 2012. Media Sosial Dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Seks Bebas Di Kalangan Remaja. Romauli & Vindari. 2012. Kesehatan Kebidanan.Yogyakarta : Nuha Medika
Reproduksi
Buat
Mahasiswa
Sallika, N.S. 2010. Serba serbi kesehatan perempuan. Jakarta : Kawah Media Sarwono, S.W. 2012. Psikologi remaja edisi revisi. Jakarta : Rajagrafindo persada Swariawan. P. 2009. Pengetahuan Remaja Tentang Seks Dan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas Di SMA. Jurnal Penelitian, Surabaya: Fakultas Psikologi Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Wawan A. Dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2012. Media Sosial Dan Swasta. http://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial, diakses 15 Juni 2013. Warketin. J. 2008. Dating violence and sexual assualt among college men: cooccurrence, predictors, and differentiating factors. OHIO: Dept Of Psycyhology Zainafree, I. 2015. Perilaku Seksual dan Implikasinya Terhadap Kebutuhan Layanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Lingkungan Kampus (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang). UNNES Journal of Publik Health. Semarang: Ilmu Kesehatan Masyarakat
|page16