Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Program Studi D IV Kebidanan Skripsi, Februari 2015 Siswanti Budi Rahayu 0301103B0125 Siswanti Budi Rahayu*), Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes**), ImaSyamrotul. M,S.SiT.,M.Keb***) *) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Program keluarga berencana telah mengedepankan hak-hak reproduksi perberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, tetapi saat ini masih berkembang pandangan yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Peserta KB MOP di Kabupaten Banyumas sampai bulan Agustus 2014 diperoleh 87 dengan kepersertaan terbanyak kecamatan Kedungbanteng dengan jumlah 18 orang . Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi secara mendalam tentang motivasi akseptor KB MOP di Kecamatan Kedungbanteng Banyumas. Metode penelitian Kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologik dengan teknik wawancara terhadap 5 partisipan . Dengan teknik sampel purposif. Hasil penelitian didapatkan tema alasan menjadi akseptor KB MOP ini adalah karena memperhatikan kondisi istri yang gagal ber KB dan banyak anak. Tema tujuan akseptor KB MOP adalah karena tidak ingin mempunyai anak lagi. Tema keinginan akseptor KB MOP ini adalah karena motivasi dari dalam diri sendiri karena keinginan dan kebutuhan. Tema harapan akseptor KB MOP ini adalah agar lebih memperhatikan ekonomi keluarga dan pendidikan anak. Tema pendapat akseptor KB MOP bahwa tidak menimbulkan efek samping, tidak menjadikan masalah bisa dikatakan aman-aman saja. Tema awal termotivasi akseptor KB MOP karena telah memiliki anak yang dirasa cukup. Tema informasi akseptor KB MOP adalah dari petugas PLKB. Agar lebih meningkatkan peran serta pria dalam MKJP (metode kontrasepsi Jangka Panjang). Dan masyarakat lebih giat untuk menggali informasi serta meningkatkan peran serta dalam mensukseskan program pemerintah dalam hal peningkatan partisipasi menjadi akseptor KB. Kata kunci : Motivasi dan Akseptor KB MOP Kepustakaan : 30 ( 2000-2013 )
1
ABSTRACT Family planning program is promoting reproductive rights of women empowering and gender equality, but it still exixt the growing view that puts the position of women which lower than men. For the participants vasectomy until August 2014, only get 87 participants, obtaining the highest number is in Kedungbanteng with 18 people. This study aims to explore deeply about the motivation of vasectomy acceptors at Kedungbanteng Banyumas. This study used a qualitative method with phenomenological approach using interview technique.The respondens were 5 people. The technique used purposive sampling. The survey results showed the reason to be vasectomy became acceptors failed family planning and done by a wife and hanning many children. The purposes of the acceptors was because they do not want to have children again. The willingness of the acceptors was because of the self-motivation because of the desire and need. The acceptors hoped to pay more attention to the familys economy and education of children. The opinion that family planning is vasectomy did not cause side effects, and safe. The initial motivated the acceptors because they had enough children. The acceptors get vasectomy information was from PLKB. For to further intensify to row of males in to increase the participation of males in the LTCM (Long-term contraceptive methods). Also it expeats the community to gather information and increase participation to succeed of government programs in terms of increased participation of acceptors. Key word : Motivation and Acceptor of vasectomy Bibliography : 30 (2000-2013) 1. Pendahuluan Program keluarga berencana telah mengedepankan hak-hak reproduksi perberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, tetapi saat ini masih berkembang pandangan yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Peserta KB MOP sampai bulan Agustus 2014 diperoleh 87 dengan kepersertaan terbanyak Kecamatan Kedungbanteng dengan jumlah 18 orang .Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi secara mendalam tentang motivasi akseptor KB MOP di kecamatan Kedungbanteng Banyumas. 2. Bahan dan cara Metode penelitian Kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologik dengan teknik wawancara terhadap 5 partisipan . Dengan teknik sampel purposif.
3. hasil a. Gambaran Karakteristik Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah pria yang sudah melakukan kontrasepsi vasektomi/ MOP/ sterilisasi. Terdapat lima partisipan yang sudah mengikuti program kontrasepsi metode jangka panjang yang salah satunya adalah MOP/vasektomi atau yang umum disebut sterilisasi. Untuk usia partisipan rata-rata > 40 tahun, dengan tingkat pendidikan 2 partisipan dengan pendidikan SD, 1 partisipan dengan pendidikan SMP dan 2 partisipan dengan pendidikan SMA. Lama pernikahan rata-rata > 10 tahun , dengan jumlah anak > 2 orang. Semua partisipan tinggal bersama keluarga. b. Hasil penelitian didapatkan 1) Alasan menjadi akseptor KB MOP ini adalah karena memperhatikan kondisi istri
2
yang gagal ber KB anak. No. Kata kunci 1. Kasihan sama istri (P2, P3, P4) Anak banyak (P5, P1)
dan banyak Tema Alasan melakukan KB MOP
2) Tujuan akseptor KB MOP adalah karena tidak ingin mempunyai anak lagi. No. Kata kunci Tema 1. Tidak Tujuan menambah melakukan anak (P1, P3, MOP P4, P5) Menata ekonomi dan pendidikaan anak (P2) 3) Keinginan akseptor KB MOP ini adalah karena motivasi dari dalam diri sendiri karena keinginan dan kebutuhan. No. Kata kunci Tema 1. Keinginan Keinginan sendiri ( P1, melakukan P2, P3, P4, MOP P5) 4) Harapan akseptor KB MOP ini adalah agar lebih memperhatikan ekonomi keluarga dan pendidikan anak.
No. Kata kunci 1. Tidak gagal lagi ( P1), tidak menambah anak ( P2, P5), membesarkan anak ( P3, P4)
Tema Harapan melakukan MOP
5) Pendapat akseptor KB MOP bahwa tidak menimbulkan efek samping, tidak menjadikan masalah bisa dikatakan amanaman saja. No. Kata kunci Tema 1. Aman tidak Pendapat ada masalah ( akseptor P1,P2,P3,P5,P melakukan 4) MOP
6) Awal termotivasi akseptor KB MOP karena telah memiliki anak yang dirasa cukup. No. Kata kunci Tema 1. Petugas Awal PLKB ( P1, termotivasi P2, P5. P3) menjadi Istri ( P4 ) akseptor MOP 7) Informasi akseptor KB MOP adalah dari petugas PLKB No. Kata kunci Tema 1. Informasi yang Cara diberikan jelas memberi motivasi 4. pembahasan a. Alasan KB MOP Dari hasil wawancara mendalam pada akseptor KB MOP yang dilakukan di Kecamatan Kedungbanteng mengungkapkan bahwa alasan melakukan KB MOP ini dikarenakan masih berhubungan dengan masalah istri yaitu 3 responden merasa kasihan terhadap istri, kegagalan istri dalam berKB. 2 responden mengatakan bahwa anak sudah banyak. Disadari atau tidak, seorang istri menjadi kekuatan penting dalam kehidupan suami, bukan hanya pelengkap, tapi ia adalah penentu utama dan memiliki peran besar bagi kesuksesan suami dan buah hatinya. Sejarah telah mencatat,
3
dibalik kesuksesan dan kebesaran seorang suami selalu ada istri yang setia menopang dan membantunya. Dalam penelitian ini 3 orang partisipan menunjukkan bahwa seorang istri patut dihargai dengan curahan kasih sayang dalam bentuk peran sertanya dalam menentukan alat kontrasepsi. Terdapat 2 partisipan dalam penelitian ini yang sudah menyadari bahwa anak sudah banyak terbukti saat wawancara mendalam akseptor sudah mempunyai 4 anak. Kenyatan penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Hesti Wahyu Maharyani dan Sri Handayani (2010) bahwa hasil uji menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan suami dalam KB memiliki hubungan yang erat karena dalam program KB itu sendiri jumlah anak merupakan salah satu tujuan dalam program KB. Adapun indikasi dilakukan kontrasepsi vasektomi menurut Saifudin (2003) antara lain : a. Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak b. Istri yang tergolong sebagai kelompok yang berisiko tinggi untuk hamil atau suami yang istrinya tidak dapat dilakukan laparaskopi. c. Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk hamil Pasangan yang telah gagal dengan kontrasepsi lain b. Tujuan Akseptor KB MOP Dari hasil wawancara mendalam pada 5 akseptor KB MOP yang dilakukan di kecamatan kedungbanteng mengungkapkan bahwa tujuan para akseptor melakukan KB MOP ini adalah untuk tidak menambah anak lagi, anak sudah cukup, bisa
mendidik anak untuk berpendidikan lebih tinggi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui sesuai dengan tujuan dari keluarga berencana yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Menurut Hartanto (2004) pelayanan kontrasepsi diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna dan tujuan melakukan kontrasepsi sendiri adalah untuk menunda kehamilan atau kesuburan, untuk menjarang kehamilan, untuk mencegah kehamilan atau kesuburan. c. Keinginan/motivasi Akseptor KB MOP Dari hasil wawancara mendalam pada 5 akseptor KB MOP ini, mengungkapkan bahwa mereka menjadi akseptor KB MOP ini adalah keinginan sendiri. Hanya ada satu partisipan yang mengatakan bahwa semula adalah dorongan dari istri tetapi pada saat keputusan akhir bahwa dialah yang memutuskan sendiri untuk menjadi akseptor KB MOP. Dengan demikian motivasi yang kuat dari suami menjadi penentuan keikutsertaan dalam ber-KB, dan hal ini tidak menjadikan pendidikan menjadi faktor penentu dalam ber-KB. Kenyataan yang demikian sesuai kajian yang dilakukan oleh Hesti Wahyu Maharyani dan Sri Handayani, (2010) bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang
4
meningkat. Dalam hal ini akseptor termotivasi oleh karena keinginan diri sendiri. Hal ini sesuai dengan teori Terry (1986) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatanperbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. d. Harapan akseptor Dari hasil wawancara mendalam pada akseptor KB MOP ini, mengungkapkan bahwa harapan menjadi akseptor KB MOP ini adalah, untuk tidak terjadi kegagalan dalam ber KB lagi kemudian lebih menata ekonomi keluarga dan memperhatikan pendidikan anak. Adanya harapan yang tinggi terhadap pelakanaan KB yang dilakukan oleh pria dalam penelitian ini ternyata berbeda dengan kajian sebelumnya yang dilakukan oleh Masriati Panjaitan (2012) dimana dalam penelitiannya diketahui bahwa harapan tidak berhubungan dan tidak berpengaruh dengan keikutsertaan pria menjadi akseptor KB MOP. Setiap metode kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada MOP ini ada beberapa keuntungan dilakukannya KB MOP yaitu: 1) Efektif 2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas 3) Sederhana 4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit 5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja 6) Biaya rendah e. Pendapat akseptor KB MOP
Dari hasil wawancara mendalam pada partisipan KB MOP ini didapatkan bahwa pendapat 5 partisipan adalah setelah melakukan KB MOP ini tidak ada masalah atau bisa dikatakan aman-aman saja. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2004) bahwa efek samping yang umum ditemukan adalah kulit membiru atau lecet pembengkakan dan rasa sakit keadaan ini merupakan hal yang ringan dan akan hilang sendiri tanpa atau dengan pengobatan sederhana. Efek samping lainnya tetapi jarang diketemukan antara lain adalah hematoma granuloma, radang setempat, radang epididimis, timbulnya antibodi dan masalahmasalah psikologis. Gejala-gejala sampingan di atas pada umumnya disebabkan persiapan, teknik dan perawatan yang kurang sempurna, di samping faktor penderita sendiri. Namun demikian efek samping cendeurng dapat diminimalisir ketika semua kondisi pasien sudah dalam kondisi prima baik fisik maupun psikologis. f. Awal motivasi akseptor KB MOP Setelah dilakukan wawancara mendalam pada akseptor KB MOP ini didapatkan bahwa mereka termotivasi untuk melakukan KB MOP ini karena jumlah anak yang sudah banyak, kegagalan istri/keluhan istri dalam ber KB dan karena adanya informasi dari petugas PLKB. Namun demikian infromasi tersebut tidak langsung menjadikan suami langsung memilih ber-KB. Hesti Wahyu Maharyani dan Sri Handayani, (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pengetahuan suami dalam ber KB yang baik
5
tidak otomatis membuat kesertaan suami menjadi baik pula. Pada ranah psikomotorik atau pelaksanaan partisipasi, suami masih banyak mempertimbangkan hal lain sebelum ikut berpartisipasi dalam KB seperti kesenjangan gender dan lain sebagainya. g. Cara memberikan motivasi Keikutsertaan pria sebagai peserta KB khususnya sebagai akseptor Metode Operasi Pria (MOP) diharapkan meningkat karena masih tingginya angka kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas oleh faktor 4 terlalu yaitu terlalu muda dan terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak. Kondisi ini bisa dicegah dengan penggunaan alat kontrasepsi, baik oleh isteri maupun suami. Namun, pada kenyataannya hanya perempuan yang memikul beban ganda ini. Partisipasi pria menjadi akseptor MOP baik di daerah pedesaan maupun perkotaan dipengaruhi oleh faktor motivasi dan pengetahuan. (Suprihastuti, 2000) Motivasi sebagai kekuatan, baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. (Winardi, 2008) Sementara responden di perkotaan menyatakan menjadi akseptor MOP, semata- mata membentuk keluarga kecil dan bahagia karena karakteristik masyarakat perkotaan cenderung realistis dan rasional memandang sesuatu (Ni Wayan Armini, 2012) Hasil penelitian didapatkan pernyataan dari 3 partisipan bahwa petugas PLKB memberikan informasi sudah jelas, dan mereka mendapatkan
hadiah yaitu uang transport, baju batik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa metode untuk meningkatkan motivasi, yaitu :Metode Langsung (Direct motivation) Pemberian materi atau non materi kepada orang secara langsung untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat meningkatkan motivasi kerja. Dengan cara pemberian bonus dan hadiah pada waktu tertentu. Sedangkan pemberian nonmateri antara lain memberikan pujian, memberikan penghargaan dan tanda-tanda penghormatan yang lain dalam bentuk surat atau piagam misalnya. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Gambaran alasan menjadi akseptor KB MOP adalah karena memperhatikan kondisi istri yaitu yang gagal ber KB dan tidak mau membebankan pada istri. Faktor banyak anak juga menjadi pertimbangan untuk memutuskan menjadi akseptor KB MOP. 2. Gambaran tujuan mereka menjadi akseptor KB MOP adalah karena tidak ingin mempunyai anak lagi. 3. Gambaran keinginan untuk menjadi akseptor KB MOP ini adalah karena motivasi dari dalam diri sendiri karena keinginan dan kebutuhan. 4. Gambaran harapan setelah menjadi akseptor KB MOP ini adalah agar lebih memperhatikan perekonomian keluarga dan pendidikan anak. 5. Gambaran pendapat dari akseptor KB MOP bahwa KB MOP tidak menimbulkan efek samping, tidak menjadikan masalah bisa dikatakan aman-aman saja. 6. Gambaran awal termotivasi untuk menjadi akseptor KB MOP karena telah memiliki anak yang dirasa cukup.
6
7. Gambaran mendapatkan informasi untuk menjadi akseptor KB MOP adalah dari pertugas PLKB yang sedang menggiatkan program kontrasepsi jangka panjang. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Untuk lebih menggiatkan motivasi pada para pria dalam keseteraan gender dan menggerakkan program pemerintah dalam meningkatkan peran serta pria dalam MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ). 2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat lebih giat untuk menggali informasi dan meningkatkan peran serta dalam mensukseskan program pemerintah dalam hal peningkatan partisipasi menjadi akseptor KB. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk bisa melakukan uji coba instrumen pada partisipan agar data yang diperoleh lebih akurat dan dapat dijadikan pedoman serta referensi dalam penelitian selanjutnya guna mengembangkan kajian ilmiah mengenai akseptor KB. DAFTAR PUSTAKA Arikunto.2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta _______. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Ambar Kusumawati, 2012.Tingkat Pengetahuan tentang Metode Kontrasepsi Pda Pria Usia 35-40 Tahun di desa Babadan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten Bimo, W.2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran: EGC.
BKKBN, 2003. Materi Konseling. DEPKES RI. Jakarta _______, 2005. Badan Kebijakan program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta BKKBN. 2010. Rendahnya Partisipasi Pria Dalam Ber-KB. Online di jateng.bkkbn.go.id/ViewArtikel.asp x?ArtikelID=369 (diakses tanggal 24 Mei 2014) -----------. 2010. Profil BKKBN. Online di jateng.bkkbn.go.id/ViewProfil.aspx (diakses tanggal 24 Mei 2014) _______, 2014. Buku KIE Vasektomi dan Informasi Pelayanan Kontrasepsi Mantap. Jakarta Biro Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Banyumas,2014 Caroline, Mei. 2008. Motivasi Mengikuti Perkuliahan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Ditinjau Dari Persepsi terhadap Kinerja Dosen Mengajar. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang Depkes RI, 2006. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB. Jakarta. JNPK.KR. 2006. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBPSP. Harahap, Sofyan S. 2011. Teori Akutansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda Hartanto. 2004. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Herlina, Nur Septiyanti. 2009. Persepsi, Sikap, dan Norma Subjektif Terhadap KB Kontrasepsi Mantap (Penelitian Komparasi pada Suami Akseptor KB Kontap dan Suami Bukan Akseptor Kontap di Kecamatan Bulu Kabupeten Rembang. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan Uniiversitas Negeri Semarang. Semarang Hesti Wahyu Maharyani dan Sri Handayani, 2010, Hubungan Karakteristik Suami dengan Keikutsertaan Suami Menjadi
7
Akseptor Keluarga Berencana di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabuapten Kebumen Jawa Tengah, JurnalKesmas, Vol. 4, No. 1, Januari hal : 1 – 75 Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Bumi Aksara. Katalog BPS, Badan Pusat Statistik Kabuaten Banyumas. Banyumas Dalam Angka 2014 Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta:EGC:2009. h. 217-221. Masriati Panjaitan, 2012, Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Keikutsertaan Pria Menjadi Akseptor KB Metode Operasi Pria (MOP) di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Tahun 2012, Tesis, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Moleong, L.J. 2006. Metode Penelitian Kwalitatif. PT. Bandung: Remaja Rosdakarya. Maria N, D. 2011. Pengetahuan dan Sikap Suami terhadap Kontrasepsi Mantap Vasektomi di Desa Rawaekek Maydita Arie Stya Putri, Sugeng Hariyadi, Rahmawati Prihastuty, 2014, Motivasi Suami Mengikuti Program KB dengan Metode Kontrasepsi Mantap (Vasektomi), Developmental and Clinical Psychology, No. 3 Vol. 1, hal: 3542. Ni Wayan Armini, 2012, Motivasi pria Pedesaan dan Perkotaan Menjadi Akseptor Metode Operasi Pria di Bali, Jurnal Skala Husada Volume 9 Nomor 1 Apri, hall: 73 - 78 . Notoatmodjo, Soekidjo.2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. __________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;2008 Saifudin, A. 2003. Buku Panduan Ajuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Suprihastuti. 2000, Pengambilan keputusanpenggunaan alat kontrasepsi pria diIndonesia. Analisa hasil SDKI 1997.Yogyakarta: UGM Suryono, S. 2010. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Mulia Medika. Wiknjosastro, H (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Winardi J. 2008, Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
8