1 ANALISIS PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA BERSIH LINGKUNGAN DI TAMAN KANAK-KANAK KELOMPOK B TK SARTIKA KECAMATAN DUNGINGI KOTA GORONTALO PONI HASAN (Mahasiswa Jurusan S1 PG. PAUD FIP UNG) Pembimbing Dra. Maryam Rahim M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran Guru dalam pengembangan budaya bersih lingkungan di Taman Kanak-Kanak kelompok B di TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo, dengan tujuan penelitian untuk menganalisis peran Guru Taman Kanak-Kanak dalam pengembangan budaya bersih lingkungan di kelompok B TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Jenis Penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengumpulkan semua data yang diperoleh, serta memisahkan berdasarkan jenis data, membuat penafsiran data dari hasil wawancara dan pengamatan pengembangan budaya bersih lingkungan di Taman Kanak-Kanak Kelompok B TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada umumnya Guru telah berupaya untuk mengembangkan budaya bersih lingkungan pada anak kelompok B Taman kanak-kanak Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo dengan cara memberi contoh pada diri sendiri. Pada umumnya Guru sangat berperan dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan pada anak, hal ini dilakukan agar anak mampu bekerjasama dan bergotong royong dengan teman lain, sebab dari kegiatan tersebut dapat mengembangkan sikap budaya bersih lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Guru Taman Kanak-Kanak Kelompok B TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo sangat berperan dalam pengembangan budaya bersih lingkungan. Kata Kunci: Peran Guru, Pengembangan Budaya Bersih Lingkungan BAB I PENDAHULUAN Konsep manfaat pendidikan anak usia dini diberdayakan tak lain adalah semakin siapnya anak memasuki jenjang pendidikan dasar. Menyikapi hal ini guru TK hendaknya benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Guru TK tidak saja terpaku dalam kurikulum, tetapi bagaimana guru tersebut menjabarkan kurikulum pada bidang-bidang pengembangan yang ada pada TK. Tak dapat dipungkiri, guru TK telah berupaya dalam pengembangan budaya bersih lingkungan, tetapi hal ini terjadi hanya pada saat anak mengikuti lomba. Pengembangan budaya bersih lingkungan terjadi apabila sekolah mengikuti lomba kebersihan antar sekolah taman kanak-kanak. Hal ini berakibat bahwa pengembangan budaya bersih lingkungan belum berjalan secara optimal. Menurut Uno (2007:28) Proses pembelajaran yang bernapaskan lingkungan lebih menekankan pada pentingnya proses belajar peserta dari pada hasil belajar yang dicapai oleh anak. Karena itu, pengendalian proses pembelajaran pada anak merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Kegiatan Guru selama ini dalam pengembangan budaya bersih lingkungan adalah : Membangun apotek hidup di
2 sekolah, Membangun tempat pembuangan sampah di sekolah, Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya, Melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler berbasis lingkungan, seperti kelompok hijau, pecinta alam dan sejenisnya, Melaksanakan tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah, Mengadakan gerakan cinta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah. Tetapi kenyataan yang ada guru menganggap pengetahuan budaya bersih lingkungan hanya diperuntukkan bagi orang dewasa sehingga anak tidak di perkenalkan tentang cara bagaimana menjaga lingkungan yang sehat serta lingkungan yang aman asri dan indah. Seperti yang di temui di TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo, setiap pagi guru menyapu membersihkan halaman sekolah dan anak – anak berlarian kesana kemari sambil bermain tanpa mau membantu guru yang sedang kerja. Waktu jam istrahat anak – anak seenaknya membuang sampah sembarangan di halaman yang telah disapu guru, sehingga pemandangan yang sering terlihat ketika pulang sekolah, sampah banyak bertebaran di mana-mana dan anak – anak serta orang tua tidak peduli dengan keadaan tersebut. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Peran Guru 2.1.1 Pengertian Peran Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu: 1) Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya, 2) Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang di harapkan dalam suatu pekerjaan tertentu, 3) Peran itu sulit di kendalikan – (role clarity dan role ambiguity), 4) Peran itu dapat di pelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama, 5) Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran. Muhammad (2010:125) mengemukakan peran dapat diartikan sebagai sebuah arahan berupa sikap guru dalam mendukung perkembangan anak. Selanjutnya Anwar (2007:18) menyatakan peran adalah tugas guru yang membantu anak agar mereka siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Rich (2008:1) mengartikan peran adalah proses yang dijalani Guru dalam membantu anak belajar guna mencapai potensi maksimum mereka. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru adalah fungsi guru dalam mendidik, membimbing anak agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 2.1.1
Pengertian Guru Sujiono (2009:10) menjelaskan istilah guru pada hakikatnya dapat di istilahkan dengan pendidik
dan istilah guru secara umum. Guru diidentifikasi sebagai: 1) orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani; 2) dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak; 3) orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas; 4) Suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus.
3 Isjoni (2009:127) menyatakan bahwa peran guru TK adalah memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan yang dimiliki anak meliputi aspek fisik dan non fisik (motorik, emosional, sosial, dan kepribadian). Anwar Ahmad (2007:4) mengemukakan peran guru TK melaksanakan pendidikan kepada anak secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak dini usia, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.Selanjutnya, Mariyana, dkk (2010:4) menjelaskan peran Guru adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Hal ini berarti Guru sangat berperan penuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, selain orang tua dan keluarga. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan Guru Taman Kanak - Kanak adalah yang bertanggung jawab penuh pada semua aspek perkembangan anak. Di samping itu Guru TK adalah Guru yang profesional dalam merancang dan memfasilitasi pembelajaran yang memberi stimulus pada pertumbuhan dan perkembangan anak. 2.1.2
Peran Guru Taman Kanak - Kanak Depdiknas (2006: 1) menjelaskan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pemberian yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian angsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Aqib (2010:44), yaitu:Guru Taman Kanak - Kanak dalam proses pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar, Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah: 1) Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara anak dengan lingkungannya, 2) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan, 3) Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari. Halimah (2008:81), Profesi guru Taman kanak-kanak selain sebagai pendidik dan pengajar, juga sebagai pelatih. Selain memberikan pengetahuan kepada anak dan mewariskan nilai-nilai luhur, sikap dan tingkah laku, guru juga dituntut mampu memberikan keterampilan kepada anak dalam memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan program latihan yang berkesinambungan diharapkan anak tanggap terhadap pentingnya pengembangan budaya bersih lingkungan serta memiliki kecintahan terhadap lingkungannya. 2.2 Hakikat Pengembangan Budaya Bersih lingkungan Anak Taman Kanak – Kanak 2.2.1
Pengertian Budaya Bersih
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:168), Budaya merupakan pikiran; akal budi atau hasil, budaya merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah Menurut Kupper (2005:85), Budaya merupakan hasil budi, daya, dan karsa manusia. Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial.
4 Bangsa Indonesia harus mengakui bahwa belum menerapkan budaya bersih lingkungan ini dalam segala aspek, padahal pentingnya kebersihan lingkungan dalam kehidupan sangat di perlukan, bahkan dalam agama Islam bersih lingkungan adalah sebagian daripada iman.Orang bijak mengatakan bahwa, dirimu adalah apa yang kamu lakukan setiap hari, sesuatu yang di lakukan berulang akan menjadi kebiasaan, kebiasaan yang di ulang akan menjadi adat atau budaya, adat yang di ulang akan menjadi kepribadian, nah kalau sudah menjadi kepribadian, maka akan menjadi landmark, tentang apa yang selalu di ulang tadi. Alangkah indahnya jika kebiasaan yang selalu di ulang itu sebuah kebaikan, misalnya
kebersihan
lingkungan,
kesopanan,
keramah-tamahan,
disiplin
dan
lain
sebagainya.(puputrahayuixb.blogspot.com). 2.2.2Pengertian Lingkungan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:674), Lingkungan adalah Daerah (kawasan), atau yang termasuk didalamnya dan juga diartikan sebagai bagian wilayah yang termasuk lingkungan kerja. Sedangkan pengertian Lingkungan secara umum adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang di tempati. Menurut pengertian juridis, seperti di berikan oleh Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 Selanjutnya dalam buku ini disebut UUPLH 1982), lingkungan hidup di artikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian ini hampir tidak berbeda dengan yang di tetapkan dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 1997, yang dalam pembahasan selanjutnya dalam buku ini di sebut UUPLH 1997. Hal ini pula terdapat dalam Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup. Hak masyarakat dalam PPLH yakni, Lingkungan yang baik dan sehat sebagaibagian HAM, Pendidikan LH, akses informasi, partisipasi dan keadilan (pasal 65 UU PPLH).Sedangkan kewajiban masyarakat dalam PPLH yakni, Memelihara kelestarian fungsi LH serta pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan LH, Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan berkewajiban: Memberikan informasi terkait dengan PPLH secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu, Menjaga keberlanjutan fungsi LH, Mentaati ketentuan baku mutu LHdan/atau kriteria bakukerusakan LH (pasal 67 dan 68 UU PPLH). Ahmad (2007:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. (Darsono, 1995). Menurut Emil Salim (1998), Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang di tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
5 2.3 Peran Guru Dalam Pengembangan Budaya Bersih Lingkungan Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan anak didik. Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan anak didik dalam belajar maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampian yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atau posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang professional. Menurut Uno (2012:27), Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan yang juga merupakan indikator dari penelitian ini adalah : a)
Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar anak didik.
b)
Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada anak didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c)
Moderator Belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar anak didik.
d)
Motivator Belajar, dalam arti guru sebagai pendorong anak didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan Program Sekolah Hijau antara
lain :
Membangun apotek hidup di sekolah.
Membangun tempat pembuangan sampah di sekolah.
Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya.
Melaksanakan kegiatan ekstra kulikuler berbasis lingkungan, seperti kelompok hijau, pecinta alam dan sejenisnya.
Melaksanakan tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
Mengadakan gerakan cinta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah
BAB III PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Menumbuhkan budaya bersih lingkungan pada anak usia dini perlu mendapat perhatian dan apresiasi dari GuruTaman kanak-kanak. Hal ini mengandung makna bahwa mengembangkan budaya bersih lingkungan merupakan bagian terpenting dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Khusus pada TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo, indikator peran guru dalam pengembangan budaya bersih lingkungan meliputi : Peran guru sebagai pemimpin belajar, peran guru sebagai fasilitator belajar, peran guru sebagai moderator belajar dan peran guru sebagai motivator belajar
6 Penelitian ini mengkaji tentang peran guru dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan yang di laksanakan di Taman Kanak-Kanak Sartika
Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo, dengan
indikator sebagai berikut: a) Peran guru sebagai Pemimpin belajar, b) Peran guru sebagai Fasilitator belajar, c) Peran guru sebagai moderator belajar d) Peran guru sebagai motivator belajar. Peran guru sebagai pemimpin belajar, yaitu kepala sekolah bersama Guru berperan dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam membangun sekolah yang berwawasan lingkungan dan telah berperan dalam memperhatikan dan mempelajari kondisi lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan pembelajaran pada anak kelompok B guru melihat anak didik telah memiliki sikap peduli lingkungan walaupun masih terdapat beberapa anak yang belum menyadarinya tetapi yang tadinya anak membuang sampah di bawah tempat duduknya , sekarang tanpa diperintah mereka sudah tahu di mana mereka harus membuang sampah. Peran Guru sebagai Fasilitator belajar, Guru telah memfasilitasi anak dengan menyediakan peralatan kebersihan yang digunakan di sekolah guna menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada anak dengan cara menyediakan peralatan kebersihan seperti sapu, tempat sampah, kemoceng, dan lain-lain. Guru telah berupaya untuk menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada anak dengan cara memberikan contoh pada diri sendiri serta melatih anak untuk menyapu halaman dan ruangan kelas serta menjaga kebersihan di sekitar tempat duduknya dan guru membiasakan pada anak untuk membuang sampah di tempat sampah. Peran Guru sebagai Moderator yaitu Guru telah mengajarkan anak untuk menumbuhkan sikap mau bekerja sama atau bergotong royong pada anak dengan memberikan mereka jadwal petugas kebersihan setiap hari, baik itu dalam kelas maupun di luar ruangan kelas, masing-masing bertanggung jawab membersihkan ruangan kelas dan menjaga kebersihan halaman sekolah. Serta mengajak mereka bekerja bakti setiap pagi baik dalam ruangan kelas dan di halaman sekolah, dan. Metode yang Guru gunakan dalam pembelajaran taman kanak-kanak yaitu Metode belajar sambil bermain seperti menggunting dan menempel selain itu Guru menggunakan metode pendekatan karena melalui pendekatan pada anak maka mereka dapat di latih dan dibiasakan dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan. Metode bermain sambil belajar juga di gunakan guru dalam pembelajaran di mana Guru sering mengajak anak untuk belajar di halaman sekolah, hal ini di tujukan agar anak dapat mencintai lingkungannya .Guru menyikapi anak yang tidak mau bekerjasama menjaga lingkungan sekolah dengan cara melakukan pendekatan dan menasehati anak tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta mengajak anak untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. Peran Guru Sebagai Motivator yaitu Guru memberikan motivasi saat anak mampu bekerjasama dan bergotong royong membersihkan ruangan kelas dan lingkungan sekolah berupa motivasi dalam bentuk memberikan gambar bintang pada anak dan memberikan mereka makan ringan dan minuman setelah mereka selesai melaksanakan kegitan kerja bakti, serta memberikan penguatan berupa pujian pada anak ketika selesai melaksanakan tugasnya memberikan bimbingan bila anak tidak mau bekerja sama dan bergotong royong yaitu dengan memberitahukan contoh anak yang baik dengan anak yang
7 tidak baik, Selain itu Guru memberikan bimbingan dengan cara melakukan pendekatan dan menasehati anak tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Guru memberikan bimbingan dan nasehat dan pemahaman serta mengajak anak untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan . Gurupun dapat mengidentifikasi anak telah memiliki sikap peduli lingkungan dan mau menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan melakukan observasi dan memberikan anak bintang pada akhir pembelajaran, Guru dapat mengidentifikasinya melalui pengamatan anak yang tidak peduli lingkungan, tempat duduknya terlihat kotor. Berdasarkan keseluruhan hasil wawancara di atas, Guru sangat berpean dalam pengembangan budaya bersih lingkungan di TK Sartika Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai penutup, diantaranya adalah : a. Kepala sekolah bersama guru berperan sebagai pemimpin belajar, yaitu berperan dalam menyampaikan ide dan gagasan dalam membangun sekolah yang berwawasan lingkungan dan dalam memperhatikan dan mempelajari kondisi lingkungan sekolah. b. Peran Guru sebagai Fasilitator belajar, Guru telah memfasilitasi anak dengan menyediakan peralatan kebersihan yang digunakan di sekolah guna menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada anak dengan cara menyediakan peralatan kebersihan seperti sapu, tempat sampah, kemoceng, dan lainlain c.
Guru telah mengajarkan anak untuk menumbuhkan sikap mau bekerja sama atau bergotong royong pada anak dengan memberikan mereka jadwal petugas kebersihan setiap hari, baik itu dalam kelas maupun di luar ruangan kelas, masing-masing bertanggung jawab membersihkan ruangan kelas dan menjaga kebersihan halaman sekolah
d. Guru memberikan motivasi saat anak mampu bekerjasama dan bergotong royong membersihkan ruangan kelas dan lingkungan sekolah berupa motivasi dalam bentuk memberikan gambar bintang pada anak dan memberikan mereka makan ringan dan minuman setelah mereka selesai melaksanakan kegitan kerja bakti, serta memberikan penguatan berupa pujian pada anak ketika selesai melaksanakan tugasnya memberikan bimbingan bila anak tidak mau bekerja sama dan bergotong royong yaitu dengan memberitahukan contoh anak yang baik dengan anak yang tidak baik, setelah itu mereka membandingkannnya dan memilih menjadi anak yang mana.
8 4.2 Saran Sesuai dengan simpulan di atas, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut: a. Pengembangan budaya bersih lingkungan merupakan tanggung jawab Guru sebagai pendidik di sekolah Taman Kanak-Kanak. b. Guru harus memiliki kecakapan kerja yang baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab Guru sebagai pemangku jabatan yang profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat. c.
Kepada semua pihak terkait, utamanya kepada kepala sekolah sekiranya dapat memberikan dukungan moril maupun materil, di sekolah, untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Anwar Ahmad, 2007. Peran Guru. Jakarta, Kencana Al-Gharuty, Fu’adz. 2009. Studi Dokumen dalam Penelitian Kualitatif. (http://adzelgar.wordpress.com, diakses 5 Februari 2012.) Aqib Zainal, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Jakarta Insan Cendekia Danusaputra, 2006. Lingkungan Hidup. Bandung Bumi Aksara. Depdiknas UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas 2006 Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Depdiknas, 2007. Peran Guru PAUD, Depdiknas Jakarta Halimah dan Kuswara 2008. Peran Guru Di Taman Kanak-Kanak . Jakarta: Asdi Mahasatya. Hakim Lukmanul, 2009. Perencanaan Pembelajaran.Bandung Wacana Prima Isjoni. 2009 Guru Dan Keprofesianismenya. Universitas Negeri Jakarta. Jamilah, (http://dinulislamjamilah.wordpress.com).12 April 2010. Artikel
Metode Pengumpulan Data,
diakses 10 Februari 2013 Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi X Tahun 2010 Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1999 Koentjaraningrat, 2006. Pengertian Budaya Dan Kebudayaan. Jakarta Balai Pustaka. Moeleong, Lexy J, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Michael Allaby, 2010. Kamus Lingkungan Hidup, Boston Allyn Bacon. Mc. Naughton & Larry L. Woof. 2004, Alam Dan Lingkungan, New York : Simon And Achuter. Mariyana dkk. (2010) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Asdi Mahasatya. Muhammad, 2010. Peran Dan Tugas Guru Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Rachmawaty Yeni, 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
9 Sumarwoto Otto, 2006. Pendidikan Mengenal Lingkungan. Bandung Bumi Aksara Sujiono, 2009. Profesionalisme Guru, Bandung, PT Refika Aditama
Suyadi, 2011, Pendidikan Taman Kanak – Kanak, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta. Uno Hamzah, 2007. Model Pembelajaran. Bandung PT Bumi Aksara Uno Hamzah, 2012. Profesi Kependidikan, Bandung Bumi Aksara Undang – Undang RI No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. puputrahayuixb.blogspot.com/http/www.budayabersih lingkungan