PERAN GURU DALAM MEMINIMALKAN PERILAKU HIPERAKTIF PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO
[email protected]
Erna S Adam,Samsiah, Nunung Suryana Jamin
ABSTRAK Penelitianinibermaksuduntukmendeskripsikanperan guru dalammeminimalkanperilakuhiperaktifpadaanakkelompok B di TK Negeri Pembina KecamatanSipatana Kota Gorontalo.Metode yang digunakanadalahpenelitiankualitatifdengansumber data primer 3 (tiga) orang guru, denganjumlahanak yang di adakansebagaisumber data adalah 30 orang anak, yang memilikiperilakuhiperaktif berjumlah 8 orang anak, dansumber data sekunderberupadokumen, tulisansertaarsip-arsip yang mendukungpenelitianini. Teknikpengumpulan data yang digunakanadalahteknikobservasi, wawancaradandokumentasi.Selanjutnya data di analisisdenganlangkah-langkahreduksi data, penyajian data danverifikasidanpengumpulankeputusan.HasilpenelitianinimenunjukkanbahwaPeran Guru dalammeminimalkanperilakuhiperaktifanakkelompok B di TK Negeri Pembina KecamatanSipatana Kota Gorontalosudah optimal. Hal inidibuktikandengan hasil wawancara menginformasikan bahwa Guru adalahpendidikProfesionaldengantugasutamamendidikmengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilaidanmengevaluasipesertadidikpadapendidikananakusiadinijalurpendidikan formal, pendidikandasar, danpendidikanmenengah. Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku hiperaktif pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo sudah dapat diminimalkan.
Kata kunci : Peran Guru, PerilakuHiperaktif
Erna S. Adam, Mahasiswa Pada Jurusan PAUD, Universitas Negeri Gorontalo, Samsiah, S.Pd, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo.Nunung Suryana Djamin, S.E, M.Si, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo.
Taman kanak-kanak sebagai lembaga prasekolah merupakan bagian terpenting dari rangkaian sistem sebagai upaya mengantarkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Dalam pembelajaran di usia prasekolah atau TK merupakan bentuk pendidikan yang menyediakan program kegiatan belajar mengajar yang utuh. Menurut Bahri (2000:34) bahwa “Pada jenjang pendidikan TK potensi anak-anak yang berhubungan dengan kecerdasan (intellegence), keterampilan (skill), bahasa (language), perilaku bersosialisasi (social behaviour), fisik (motorik) maupun kesenian (estetika) mulai tumbuh dan berkembang”. Maka bimbingan dan bantuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara mutlak diperlukan agar kemampuan dan keterampilan anak-anak pada usia ini dapat berkembang secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya dukungan dari guru yang profesional dan lingkungan belajar yang mengasyikkan serta media atau alat pembelajaran yang menarik. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit.Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik.Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi anak yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. (Hermawan dalam Zaviera,2007:7). Awalnya untuk mendidik anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa menjadi anak yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu karakteristik, penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak hiperaktif tersebut. (Hermawan dalam Zaviera,2007:9). Pada tumbuh kembang perilakunya seorang anak didik juga harus di perhatikan oleh seorang guru, membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak
didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Berdasarkan hasil pengamatan di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo bahwa peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif anak di kelompok B dengan jumlah anak sebanyak 30 orang tetapi yang memiliki perilaku hiperaktif ada 8 orang anak, dan masih belum maksimal, hal ini di karenakan kurangnya peranan guru untuk meminimalkan perilaku hiperaktif anak. Setiap guru mempunyai keinginan dan tujuan demi keberhasilan anak didiknya pada masa yang akan datang. Maka perlunya peranan seorang guru sangat penting dalam meminimalkan perilaku hiperaktif anak. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, dengan memformulasikan judul penelitian sebagai berikut: ”peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. “Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan ”(Syaiful, 2005:1). Disekolah guru adalah orang tua kedua bagi anak didik.Sebagai orang tua, guru harus menganggapnya sebagai anak didik bukan menganggapnya sebagai “peserta didik”. Berdasarkan rumusan tersebut secara tersirat dapat dikatakan bahwa, guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang professional dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para anak pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi guru sebagai “pendidik” yang transfer of value dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.(Uzer Usman 1999: 41).Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.Orang yang pandai berbicara pada bidang-bidang tertentu,
belum dapat disebut sebagai guru.Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
A. Guru sebagai Pendidik dan Pembimbing Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” suatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seorang yang memegang memiliki “kepribadian guru”, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seorang harus berpribadi. B.
Guru sebagai Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagian penengah dalam kegiatan belajar siswa.
Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalm kegiatan diskusi siswa.Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasi penggunaan media. C.
Guru sebagai Evaluator
Dengan menekan pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengatahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif member hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh anak setelah ia melaksanakan proses belajar. Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit.Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik.Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif.Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. (Hermawan dalam Zaviera,2007:11) Menurut Seto Mulyadi bahwa hiperaktif adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sani Budiantini Hermawan., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Menurut (Hermawan dalam Zaviera,2007:11) hiperaktif bila ditinjau secara psikologis merupakan gangguan tingkah laku yang tidak normal, yang disebabkan oleh disfungsi neurologist dengan gejala utama ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian dan hiperaktif yang merupakan turunan dari gangguan ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder). Agar anak hiperaktif bisa berkembang dengan baik, maka menuntut peran guru lebih optimal. Peran guru sangat penting karena anak hiperaktif membutuhkan penanganan khusus. Terutama dalam belajar maupun bersosialisasi. Maka perkembangan anak anak hiperaktif akan lebih baik apabila mendapatkan tempat istimewa, perlakuan yang pantas, dan perlakuan yang nyaman dari guru. Namun yang perlu diperhatikan adalah peran guru dalam mendidik anak hiperaktif tak ada gunanya, bila lingkungan tak memberi dukungan secara efektif. Berikut ini adalah penanganan guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif anak menurut (Suwarno 1999:101) antara lain : 1.
Bimbinglah anak hiperaktif menemukan keunggulan dan kekuatan. Hal ini bertujuan agar mereka terlatih menghargai diri pribadi yang memiliki keunikan yaitu kelebihan dan kekurangan.
2.
Ajarkan disiplin. Disipilin yang tinggi pada anak hiperaktif penting agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
3.
Jangan menghukum. Perilaku hiperaktif anak bukanlah suatu kesalahan yang disengaja, tetapi karena perkembangan otaknya tak sempurna, dan ia tidak perlu dihukum.
4.
Salurkan ke-agresifan anak. Libatkan dan ikutsertakan anak dalam kegiatan olahraga dan kegiatan di luar ruangan.
5.
Jangan memberi label. Jangan member label anak hiperaktfi dengan kata-kata “nakal/bodoh/malas”, karena pada akhirnya ia akan berperilaku seperti yang dilabelkan kepadanya, bantu anak menyelesaikan permasalahannya.
6.
Pengulangan. Teruslah mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak.
7.
Perbanyak komunikasi. Jika pada anak normal hanya berkomunikasi pada saat tertentu, maka pada anak hiperaktif harus berkomunikasi lebih sering.
8.
Pengawasan. Lakukan pengawasan gerakan anak yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menetapkan sekolah TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo sebagai objek penelitian.Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, data yang akan di gunakan sebagai bahan penelitian cukup memadai dan mudah untuk memperolehnya, baik di lihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang di perlukan. Pendekatan
yang digunakan
dalam
penelitian
tentang
Peranan
Guru
Dalam
Meminimalkan Perilaku Hiperaktif Anak di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena lebih sesuai untuk mengungkap apa yang menjadi masalah penelitian yang akan dilakukan, yakni suatu fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan baik secara akademik dan juga berdasarkan sosio-kultural. Berdasarkan pokok permasalahan dan subyek penelitian yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, Penelitian deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan/melukiskankeadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Soejono, dkk, 1999:23). Kehadiranpenelitian akan digali informasi tentang Peranan Guru Dalam Meminimalkan Perilaku Hiperaktif Anak. dalam penelitian lapangan, peneliti sebagai instrumen kunci harus dapat menangkap makna yang berinteraksi terhadap nilai-nilai lokal, yang tidak akan dapat dilakukan kalau hanya menggunakan kuisioner atau yang lainnya. Peran peneliti sendiri dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai pengamat partisipan (partisipant observer). Kehadiran peneliti dalam penelitian ini tidak hanya sebagai objek penelitian, namun secara partisipatori dalam penelitian ini, peneliti juga sebagai subjek yang turut berkecimpung dalam melihat Peranan Guru Dalam Meminimalkan Perilaku Hiperaktif pada Anak. Pada pengambilan data dalam penelitian ini yaitu berupa jawaban responden atas wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 3 (tiga) orang guru yang ada di sekolah tersebut, dan yang
diadakan penelitian yaitu di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, dengan jumlah anak yang di adakan sebagai sumber data adalah 30 orang anak yang di kelompok B, tapi yang memiliki perilaku hiperaktif berjumlah 8 orang anak. Prosedur pengumpulan data yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : a) Observasi: Untuk memperoleh data yang akurat suatu penelitian, maka sebagai langkah awal digunakan dalam pengumpulan data ini adalah observasi. Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dapat melihat langsung keadaan lokasi penelitian serta dapat mengetahui bagaimana Peranan Guru Dalam Meminimalkan Perilaku Hiperaktif Anak . b) Wawancara: dilakukan oleh peneliti dalam hal untuk memperoleh data dan informasi dari objek yang akan di teliti atau pihak lain yang berkompoten sehingga informasi ataupun data yang di peroleh tidak diragukan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam kegiatan wawancara ini dimaksudkan apakah Peranan Guru Dalam Meminimalkan Perilaku Hiperaktif Anak dapat terlaksana dengan baik. c) Dokumentasi:Menurut (Arikunto 2007:231), digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya. Dalam pengecekan keabsahan data yang akan digunakan peneliti yaitu dengan Ketekunan pengamatan; Dalam ketekunan pengamatan yang akan di temukan berupa ciri-ciri dan unsurunsur yang sangat relevan dengan permasalahan. Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis data terhadap hasil yang diwawancarai. (Miles and Huberman dalam sugiyono,2011:246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Tahap penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan penulisan laporan. Dengan demikian sebagai tahap perencanaan yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Dan sebagai tahap pelaksanaan yaitu pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan. Dan tahap penulisan laporan yaitu kalangan pembaca, kerangka isi laporan, format dan tata cara penulisan ilmiah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga orang guru di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, diperoleh kesimpulan bahwa peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif pada anak kelompok B, sudah optimal. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara menginformasikan bahwa kemampuan guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif anak, seperti dengan mengajarkan disiplin pada anak didik dan tidak menghukum anak. Pada dasarnya untuk mendidik anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa menjadi anak yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu karakteristik, penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak hiperaktif tersebut. (Hermawan dalam Zaviera,2007:9). Pada tumbuh kembangnya perilaku seorang anak didik juga harus di perhatikan oleh seorang guru, membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang penting ikut memecahkan persoalanpersoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik dari pada anak didik, baik perkembangan fisik maupun mental dalam hubungannya dengan hasil dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. (Hermawan dalam Zaviera,2007:9). Menurut (Skinner 1990:76), seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2003:33), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “SO-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit), Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
makhluk hidup
(Notoatmodjo, 2003:16), perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada ketiga orang guru yang ada di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, diperoleh kesimpulan bahwa peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif sudah dapat diminimalkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara menginformasikan bahwa peran guru dalam meminimalkan perilaku hiperaktif. Guru adalah pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang guru untuk mengajarkan anak yang hiperaktif tentang disiplin tidak harus dengan menghukum anak tersebut karena masih banyak cara-cara yang lebih baik untuk mengajarkan disiplin pada anak yang mengalami perilaku hiperaktif, oleh karena itu jadilah seorang guru yang dapat kenang oleh setiap anak didiknya dalam segala hal. Berdasarkan simpulan dan hasil temuan di lapangan, peneliti menyarankan kepada beberapa pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian yaitu sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, bagi guru TK, bagi sekolah tentang anak yang berperilaku hiperaktif, dijadikan masukan serta referensi untuk mengkaji dan mengembangkan pokok masalah yang dibahas dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Djamarah Syaiful Bahri. 2000, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Zaviera, F. 2007. Anak Hiperaktif. Yogyakarta. Penerbit: Kata Hati. Syaiful. 2005. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Liberty. Moch. Uzer Usman, 1999Menjadi Guru Profesional.Bandung : Remaja Rosdakarya Purwanto.2001, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Syah.2000.
Multiperan
Guru
sebagai
Pendidik.
Diunduh
tanggal
9
Mei
2013http://www.tuanguru.net/2011/11/multiperan-guru-sebagai-pendidik.html/ Suwarno. 1999. Hiperaktif dan Autisme. (Online). (http://edhotkamil.blogspot.com, diakses tanggal 25 maret 2013) Soejono Soekamto, 1999. Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit : Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,CV Bandung. Skinner.1990. Terapi Kognitif Perilaku untuk Anak. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu. Notoatmodjo, 2003.Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya