PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIK PADA ANAK DI KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Oleh Melisandra Abd Gafur Martianti Nalole, Irvin Novita Arifin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peran guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak di Tk Negeri Pembina Kecamatan Siapatana dapat dikembangkan secara optimal?” Sedangkan penelitian ini bertujuan utuk mendeskripsikan peran guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak di kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo terdiri dari 20 siswa 10 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan tekhnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh diolah dengan analisis data naratif kualitatif model Miles dan Huberman yaitu terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada guru di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo diperoleh bahwa guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak dilakukan dengan cara menggunakan media yang menarik dan bervariasi untuk mengetahui tentang keadaan anak dengan lebih memahami kemampuan melakasanakan bimbingan karena peran guru sangat berpengaruh pada kecerdasan anak dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran guru sangat berpengaruh pada kecerdasan anak dalam pembelajaran. Peran guru dapat dilakukan dengan cara guru lebih memperhatikan anak melalui bermacam-macam permainan terutama pada mengembangkan kecerdasan anak. sehingga anak lebih mahir dalam melaksanakan dan dapat menyelesaikan tugas secara optimal. Kata Kunci: Peran, Guru, Mengembangkan, Kecerdasan Logika Matematik PENDAHULUAN Kecerdasan logika matematik merupakan kecerdasan yang diunggulkan dan diakui sejak lama. Berbagai tes psikometrik memberikan ruang yang luas untuk kecerdasan ini, dan menjadi salah satu indikator terkuat untuk menilai anak didik ke dalam dua dikotomi dasar, yakni cerdas dan tidak cerdas. Menurut Musfiroh (2008:3.1) temuan Gardner atas multiple intelligences, semakin menguatkan keberadaan kecerdasan yang bertumpu pada numeriklogis ini. Setiap pendidik AUD, baik di TPA, KB, maupun TK mutlak menstimulasi kecerdasan logika matematik semua anak didiknya. Keberhasilan stimulasi tersebut akan memberikan dampak yang sangat luas dalam perkembangan anak karena hampir tidak ada aktivitas
berkehidupan dan berkarier yang lepas dari kecerdasan ini. Tugas ini menuntut kecakapan pendidik untuk merencanakan program stimulasi, termasuk juga penggunaan media, alat peraga dan penilaian pencapainnya, serta kemauan untuk melaksanakan program dengan sungguh-sungguh. Sebelum tugas stimulasi dilakukan, seorang pendidik dituntut mampu mendeteksi setiap kecerdasan melalui observasi perilaku bagi kemunculan setiap indikator kecerdasan logika matematik pada setiap anak didik. Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Mendidik anak bukan hal yang mudah, guru harus paham betul dengan kondisi, perilaku dan karakter anak dengan baik. Di lingkungan kita sudah lazim dikenal bahwa anak yang pintar adalah anak mampu dalam mengenalkan angka 1-20. Seorang anak bisa jadi unggul di bidang tertentu dan lemah di bidang lain. Dengan kata lain, anak memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-beda. Lebih lanjut dinyatakan bahwa kecerdasan ada pada diri setiap orang tetapi dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki cara unik untuk menyerap dan mengaktualisasikan informasi dan pengetahuan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, menunjukan bahwa dari 20 anak hanya 6 orang atau 30% yang memiliki kecerdasan logika matematik yang baik, sedangkan sebanyak 14 anak lainnya atau 70% belum memiliki kecerdasan logika matematik yang optimal. Hal ini antara lain terlihat pada kegiatan belajar mengajar berlangsung, anak sulit memahami dan memecahkan masalah sederhana, serta tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru seperti menyusun puzzle. Jadi dalam memperkenalkan konsep matematika guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar dan pengalaman sehari-hari anak dan mengkaitkannya dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu kegiatan pembelajaran untuk anak yang dapat membantu mereka dalam mengenalkan konsep matematika yaitu berupa pemberian media puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya. Dengan mencoba beberapa cara memasang kepingan berupa potongan-potongan gambar maka anak dilatih untuk berfikir kreatif dan mengasah ketekunan anak dalam memecahkan masalah Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu upaya konkrit untuk menyelesaikannya. Peranan guru dalam
mempertahankan sifat-sifat yang
menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai 21 tumbuh dewasa, dengan memberikan stimulasi kepada anak baik di sekolah maupun di rumah, bekerja sama dengan orang tua maka anak akan berkembang secara optimal. Salah satu yang dapat digunakan adalah melalui permainan puzzle. Guru dapat menerapkan berbagai kegiatan guna membantu anak usia 3-6. Permainan puzzle guru mengajak anak untuk memasangkan gambar hewan itik yang sudah dipotong-potong menjadi 5 potongan. Guru mengacak gambar tersebut di atas meja dan meminta anak untuk memasangkan menjadi utuh. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga nalar atau kecerdasan logika matematik anak dapat berkembang dengan baik. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motifasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya. Maka permainan puzzle dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang sangat diperlukan untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK Negeri Pembina. Aspek-aspek perkembangan tersebut hendaknya dikembangkan secara serempak sehingga anak lebih siap mengahadapi lingkungannya dan mengikuti rentang pendidikan lebih tinggi. Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan logika matematik dengan perlu rangsangan sejak dini. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengkaji melalui suatu penelitian dengan memformulasikan
“Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Logika Matematik Pada Anak di Kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo”. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti berharap dalam penelitian ini dapat memenuhi tujuan peneletian yaitu untuk untuk mendeskripsikan peran guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak di Kelompok B
TK Negeri
Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo.
KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Peran Guru Menurut Djamarah (2005:31) Peran guru adalah memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid di surau/musula, di rumah dan sebagainya. Connell (dalam Miranda, 2012:3). membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. (2) model, peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. (3) pengajar dan pembimbing, Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut. (4) pelajar (learner), Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. (6) pekerja administrasi, Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. serta (7) kesetiaan terhadap lembaga, peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat
membantu
kawannya
yang
memerlukan
bantuan
dalam
mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental. Menurut Hamalik (2002:48) berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adam & Dickey, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 13 peranan guru di dalam kelas (dalam situasi belajar mengajar). Apa peranan menuntut berbagai kompotensi atau keterampilan
mengajar. Dalam tulisan ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang “inti” a) Guru sebagai
pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki
keterampilan memberikan informasi kepada kelas. b) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid. c) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. d) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. e) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. f)
Guru sebagai expeditor, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
g) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional. h) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas. i)
Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar kelas
j)
Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas berfikir dan cara memecahkan masalah.
k) Guru sebagai penggajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. l)
Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kontinu, komprehensi.
m) Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. 2. Pengertian Keceerdasan Logika Matematik Kecerdasan logika matematik salah satu bagian dari kemampuan yang harus dikembangkan pada anak. Pengembangan kemampuan ini dilakukan agar anak menyadari bahwa kemampuan ini sangat diperlukan sebagai dasar dalam melakukan aktivitas. Terdapat beberapa pengertian kecerdasan sebagaimana dikemukakan oleh para ahli diantaranya Prayudi (2007:1) mengemukakan bahwa kecerdasan dapat dipandang sebagai kemampuan
untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Kecerdasan dapat pula dipandang sebagai kemampuan seseorang untuk menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam keterampilan. Binet (dalam Sukardi, 2006:49) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk untuk penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Sementara itu, Wechsler (dalam Sukardi, 2006:49) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan untuk berfikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungannya secara efektif. Sedangkan Terman (dalam Sukardi 2006:49) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan berpikir abstrak. Berdasarkan pendapat di atas penulis berpandangan bahwa kecerdasan (kecerdasan) adalah sebagai kemampuan dasar berfikir abstrak dalam mengadakan penyesuaian diri dengan menggunakan akal budi untuk mencapai tujuan serta dalam rangka berhubungan lingkungan secara efektif. Kecerdasan logika matematik didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini, meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran Armstrong (dalam Musfiroh, 2008:33). Cerdas secara logika matematik berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir. Kecerdasan logika matematik (sebelum ditemukan kecerdasan naturalis) mencakup beberapa macam pikiran, yaitu mencangkup tiga bidang yang saling berhubungan, yakni matematik, ilmu pengetahuan (sains), dan logika Campbell (dalam Musfiroh 2008:33). Kecerdasan logika matematik adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematik dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. ada konsistensi pemikiran logis. Hukum logika menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti syarat dinyatakan, serta kesimpulan dibuat. Hukum logika melahirkan pemikiran ilmiah karena hipotesis timbul de novo atau melalui pengamatan, dan diuji melaui percobaan (Lwin, et.al., 2005). 3. Indikator Kecerdasan Logika Matematik Kecerdasan logika matematik mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematik tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun Armstrong (dalam Musfiroh, 2008:35). Kecerdasan logika matematik memiliki indikator, antara lain sebagai berikut.
a) Dapat menghitung angka di luar kepada dengan mudah dan tepat. Mereka yang mencapai perkembangan optimal mampu memecahkan soal matematik dari yang paling sederhana (mencongklak) hingga perhitungan yang rumit. b) Menyukai bidang matematik dan ilmu pasti. Mereka menikmati kegiatan berhitung, menggunakan rumus senang mempelajarinya hingga mencapai tahap ahli. c) Senang bermain game atau memecahkan teka-teki yang menuntut penalaran yang berfikir logis.mereka mampu memenangkan permainan catur, mengisi teka teki silang dengan cepat dan baik, dan memiliki strategi-strategi yang lebih baik untuk permainan lain. d) Senang membuat eksperimen dari pertanyaan. Mereka menggunakan hukum logika untuk membuat hipotesis dan mengujinya dengan eksperimen. Pada dasarnya mereka selalu ingin tahu “apa yang akan terjadi jika...” Eksperimen menunjukan bahwa orang cerdas dalam logika matematik tidak menyukai perkiraan, estimasi, dan pertanyaan yang menggantung. e) Selalu mencari pola, keteraturan, atau urutan logis dalam berbagai hal. Mereka sangat tertarik dengan pola dalam geometrik, mudah menemukan pola yang tersembunyi dari suatu peristiwa, mampu memecahkan masalah dalam kimia (pola atom), seni (pola dalam motif keramik, lukisan, seni kriya), dan tata surya (perputaran planet dalam garis orbit). f) Tertarik pada perkembangan-perkembangan baru dibidang sains. Mereka selalu mengikuti berbagai temuan terbaru, mengikuti jurnal-jurnal terbaru dan hasil riset diberbagai belahan dunia. g) Tertarik pada banyak hal yang melibatkan penjelasan rasional. Mereka cendrung hatihati, tidak apriori dan mendengarkan penjelasan yang masuk akal. Mereka tidak mudah percaya pada kabar yang beredar, tidak mudah mengikuti dugaan publi, tetapi justru sebaliknya mencari penjelasan logis dibalik fenomena. h) Mampu berfikir dengan konsep yang jelas, abstrak tanpa kata dan gambar. Mereka memiliki dasar berfikir yang didasarkan pada penalaran dan bukti yang benar, disusun secara sitematis, dan mampu menemukan hubungan antar fenomena. Mereka mapu menemukan konsep dasar permasalahan walaupun masalah tersebut tidak dimunculkan dihadapannya secara jelas dan indrawi. i) Peka terhadap kesalahan dan penalaran dalam perkataan dan tindakan orang. Mereka tidak mudah terkecoh oleh gaya bicara atau kharisma seseorang. Orang yang berkembang sangat baik dalam logika matematik mampu menangkap celah kesalahan
penalaran pada pembicara dan ketidak singkronan dalam bertindak seseorang itu. Mereka mampu menemukan keganjilan yang paling halus yang tidak dapat ditangkap orang biasa. j)
Senang apabila segala sesuatu diukur, dikatagorikan, dianalisis, atau dihitung jumlahnya dengan cara tertentu. Oleh karena senang kepastian, pemolaan kejelasan dan ketelitian orang-orang yang
berkembang dalam logika matematik selalu bekerja dalam kriteria, katagori dan siste yang memiliki landasan logika matematik. Mereka menyebut jumlah secara pasti, mengnalisis dengan teliti, dan mengelompokan sesuatu secara rapi. 4. Indikator Kecerdasan Logika Matematik Pada Anak Anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika matematik cendrung berfikir secara numerik dan dalam konteks pola, sebab-akibat, dan kategorial. Pada masa kanak-kanak inilah, penjelajahan berbagai pola, kategori, hubungan sebab akibat dimulai Gardner (dalam Musfiroh 2008:37). Anak-anak yang secara aktif memanipulasi lingkungan (seperti katagori mainan), bereksperimen dengan berbagai hal menggunakan cara-cara yang terkendali (seperti mencelupkan benda pada air untuk mengetahui posisi benda pada air), dan mendekatkan benda-benda pada magnet. Anak-anak yang cerdas dalam logika matematik cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang sebab-sebab suatu peristiwa atau gejala di lingkungannya, seperti mengapa ada petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cendrung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi. 5. Cara Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematik Pada Anak Masfiroh (2008:38) kecerdasan logika matematik pada anak usia dini dapat dikembangkan dengan berbagai cara, meliputi kegiatan bermain, proyek, bercerita, teka-teki, brainstorming, Tanya jawab, mengamati, mencocokan, memasangkan, menyanyi dan latihan. Cara-cara tersebut adalah untuk penemuan pola, penemuan hubungan, pengertian bilangan, konstruksi, hipotesis-eksperimental, pemecahan masalah, klasifikasi dan serial. Kegiatan belajar ini. Berisi berbagai contoh kegiatan yang dapat di terapkan pada anak usia, 4-6 tahun untuk menstimulasi kecerdasan logika matematik berdasarkan komponen inti atau indikatornya dengan melalui permen 58 tahun 2009 lingkup perkembangan konsep bilangan dengan tingkat pencapaian usia 5-6 tahun menyebutkan lambang bilangan 1-10. Selanjutnya, anda dapat megembangkan sendiri kegiatan stimulus kecerdasan logika matematik pada anak didik anda sehingga kecerdasan tersebut dapat berkembang secara optimal.
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget (2010:1) adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan mengiterprestasikan objek dan kejadiankejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Menurut Piaget (2010:1) perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru dimana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkat perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada awal puberitas dan masa remaja. Adapun pada anak TK kelompok B terdapat pada tahap praoperasional (2-7 tahun) dimana tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menujukan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran praoperasional dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini anak belajar menggunakan dan mempersentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, anak kesulitan untuk melihat dari sudut bpandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan praoperasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai mepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Dipermulaan tahapan ini mereka cendrung egosentris yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahamiperspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif disaat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hiduppun memiliki perasaan.
6. Pengertian Puzzle Menurut patmondewo (dalam Misbach 2010:1) kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwab media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematik anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang keping puzzle berdasarkan pasangannya. Ada beberapa bentuk media puzzle serta manfaat dari mengurutkan puzzzle terutama pada puzzle angka dengan mengurutkannya. Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih kemampuan berfikir logisnya denganmenyususn angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halaus serta menstimulus kerja otak. 7. Peran Guru Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematik Pada Anak Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika peserta didik memiliki kreativitas kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa usia prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi dan kecerdasan yang dimiliki anak-anak, salah satu kecerdasan yang harus dikembangkan adalah kecerdasan logika matematik anak. Pengembangan kecerdasan logika matematik di TK diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental social dan emosional anak didik. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik dan bervariasi. Menurut Campbell (2006:40) “Kecerdasan logika matematik melibatkan banyak komponen seperti: perhitungan secara sistematis, berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman pola – pola dan hubungan”. Optimalisasi perkembangan anak memerlukan pengkondisian yang kondusif, Peran guru perlu memfasilitasi anak agar dapat berkembang dengan baik. Matematik bisa dijadikan bagian yang integral dari semua kegiatan belajar, anak-anak harus diberi kesempatan-kesempatan untuk menghitung, menyortir, dan menggolongkan dalam berbagai konteks. Ini akan mendukung perkembangan anak dalam berfikir matematik dan bernalar. Guru harus menguasai materi dengan baik, menguasai teknik pengajaran dan harus memahami karakter serta kemampuan anak didik. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, diperlukan suatu motivasi pada anak untuk lebih mengembangkan pembelajaran yang ada baik di sekolah, di rumah, maupun
lingkungan sekitar. Media puzzle memberikan pengalaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan media pembelajaran matematik lainnya.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk mengadakan pengecekan terhadap keabsahan data, dilakukan dengan perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang mendalam kepada guru di Kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo dan melacak kesesuain hasil, apakah sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu diperoleh peran dalam mengebangkan kecerdasan logika matematik pada anak. Untuk memperoleh gambaran mengenai tujuan penelitian yang diharapkan, maka dalam penelitian ini data yang diperoleh diolah dengan analisis data naratif kualitatif model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2006:338) yaitu terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan kegiatan merangku, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang hal yang tidak perlu (sugiyono, 2006:338). Reduksi data dilakukan melalui pemilihan data, penyederhanaan data serta transformatisi data kasar dari hasil catan lapangan. Penyajian data adalah teknik penyajian data yang terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data dalam penelitian ini berupa hasil pemberian tugas yang disusun sehingga mudah dipahami dan dilakukan secara bertahap. Penarikan kesimpulan merupakan pengambilan keputusan dengan didukung bukti valid dan konsisten. Penyimpulan data dilakukan dengan pengecekan keabsahan data dengan cara meninjau kembali hasil wawancara dan bertukar pikiran dengan guru. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah di lakukan wawancara melalui kisi-kisi instrumen dengan beberapa pertanyaan kecerdasan logika matematik merupakan bagian dari kecerdasan yang dikembangkan pada anak usia dini. Sesuai data yang diperoleh ternyata telah sesuai untuk digunakan oleh anak usia dini di kelompok B. Pengembangan kecerdasan ini sangat penting dikembangkan untuk melayih dan mengembangkan nalar anak tentang matematik sederhana dan aplikasinya. Dalam formulasi yang lain Didik (2010:1) mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematik memuat kemampuan seorang anak berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan berpikir.
Dalam penelitian ini guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak lebih menyenangi cara berfikir yang konseptual dalam mengklasifikasikan apa yang dihadapinya. Kecerdasan ini merupakan salah satu kecerdasan yang sangat urgen untuk dikembangkan secara optimal sejak usia dini. Upaya untuk mengembangkan kecerdasan logika matematik anak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satu contoh cara yang dilakukan guru di Kelompok B TK Pembina Kecamatan Sipatana Kota gorontalo yaitu bisa dengan menggunakan permainan puzzle. Hasil penelitian terkait dengan upaya meningkatkan kecerdasan logika matematik anak melalui permainan Puzzle pada anak di TK Pembina Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo menunjukan bahwa guru merupakan sumber keteladanan dalam pengembangan kecerdasan logika matematik pada anak.
Pengembangan yang diberikan oleh guru kepada anak
berpengaruh pada kesuksesan anak usia dini dalam pembelajarannya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan peran guru dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik anak lebih memiliki peranan keunggulan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus menggunakan permainan puzzle karena permainan ini mampu meningkatkan kecerdasan logika matematik pada anak. Anak merasa senang dengan suasana yang berkembang dalam pembelajaran. Maka dari itu guru menggunakan permainan puzzle sebagai salah satu cara strategi untuk meningkatkan kecerdasan logika matematik pada anak. Melalui penggunaan ini diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas matematik secara berkelanjutan. Kegiatan yang dilakukan guru pada setiap hari merupakan metode bermain sebagai wahana yang paling tepat untuk anak karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berfikir aktif, kreatif, imajinatif dan inovatif. Dari hasil penelitian melalui wawancara hal ini juga di kemukakan cara mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak melalui peran guru belum sangat optimal. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini menujukan peran guru sudah sangat optimal sebagai guru pendidik, model dan guru sebagai pengajar atau pembimbing dalam mengembangkan kecerdasan logika matematik anak. Guru lebih memiliki peran keunggulan untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kemapuan guru dalam mendidik serta memimbing
mengembangkan kecerdasan anak melalui media atau permainan yang
menarik dan bervariasi. Guru telah menggunakan permainan puzzle sebagai salah satu cara
strategi untuk meningkatkan kecerdasan logika matematik pada anak. Anak-anak akan lebih mudah menangkap ilmu kalau diberikan lewat media dan permainan, jadi anak-anak bisa sekaligus bermain tetap guru belajar. Dalam dunia ini guru memberikan satu jenis permainan yang bermanfaat bagi anak dan bersifat edukatif salah satu contohnya pemainan puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Puzzle sudah bisa dimainkan oleh anak berusia 10 bulan, tentunya dengan kepingan gambar (puzzle) yang sedikit dan tingkat kesulitannya lebih mudah. Untuk itu seorang guru benar-benar mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan anak. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikembangkan beberapa saran berikut : a)
Siswa, agar lebih mendapatkan perhatian peranan guru lebih mengetahui pada dunia anak tersebut.
b) Guru, guru harus memperhatikan bahwa kemampuan tiap anak itu berbeda. anak yang sejak dini sudah dikenalkan kecrdasan logika matematik terutama pada permainan puzzle Oleh karena itu, para guru yang akan memilih puzzle untuk anaknya, jangan berdasarkan umur, tetapi bergantung kepada kemampuan si anak. anak yang kuat kemampuan visualnya, akan lebih mudah dan cepat menyelesaikan permainan ini. c)
Sekolah, agar lebih menerapkan lagi peranan guru yang lebih optimal untuk mengembangkan kecerdasan logika matematik pada anak. Sebagaimana seorang guru layak menangani anak lebih mengembangkan kecerdasan logika matematinya.
d) Peneliti yang akan datang, agar selalu melakukan penggalian secara berkelanjutan agar mendapatkan data sesuai dengan yang akan di capai dan harapan.
DAFTAR PUSTAKA Djamarah, 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi dan Edukatif. Jakarta:PT. Rineka Cipta Musfiroh tadkiroutun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka Miranda 2010. Tugas Puzzle Dan Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. (onnline) tersedia http://mirandamustafa.bolgspot.com/2012/08/tugas-dan-peran-gurudalam-psoses.html. (download) 16 juli 2013 Misbach 2010. Pengertian puzzle (onnline) tersedia di http://pengertianpuzzle.ac.id/info (download) 16 juli 2013
Piaget 2010. Teori kognitif Piaget (online) http://teorikognitifpiaget.blogspot.com (download) 2 desember 2013
Tersedia
di
Prayudi 2007. Education and Wisdom for the benifit of humanitif kecerdasa. (onnline) tersedia di http//prayudi.wordpress.com/2007/05/05/kecerdasan. (download) 28 Februari 2013 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi Di Lengakapi Dengan Meyode R&D. Bandung:Alvabet. Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Teknik Pengumpulan Data) Bandung: Alfabeta Sukardi 2006. Ensiklopedia Manejemen Pendidikan Jakarta: Pustaka Jaya