PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUANBERBAHASA PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD BAHARI DESA HUTOKALO KECAMATAN SUMALATA KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh Nining Kadir Ruslin W. Badu, Samsiar Rivai Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Fokus masalah dalam penelitian ini adalah Peran Guru Dalam Mengembangkan Kemampuan berbahasa khususnya menyimak Pada Anak Kelompok B PAUD Bahari dan menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Guru sebagai informator peran guru sebagai motifator peran guru sebagai mediator peran guru sebagai fasilitator dan peran guru sebagai demonstrator dalam mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya menyimak Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data hasil wawancara langsung dengan guru sebagai objek penelitian dalam mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya menyimak. Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan dapat disimpulkan bahwa secara umum guru telah optimal dalam menerapkan perannya sebagai informator motifator mediator fasilitator dan demonstrator Namun masih terdapat beberapa anak yang belum mampu mengembangkan kemampuan berbahasa khususnya dalam hal menyimak hal tersebut di sebabkan karena di pengaruhi oleh faktor penyimak faktor situasi faktor pembicara Kata Kunci : Peran Guru, kemampuan berbahasa, Anak Usia Dini. PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya, sebab PAUD merupakan fondasi dasar bagi kepribadian anak yang perlu mendapatkan pembinaan sejak usia dini sehingga
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental,
berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktivitas, serta dapat memupuk bakat dan minat anak sejak dini. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan
1
hidupnya. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, intelektual, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya. Membantu proses pengembangan berbagai aspek perkembangan anak perlu diawali dengan pemahaman tentang perkembangan bahasa. Bahasa merupakan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan fikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Pengembangan Bahasa pada anak usia dini merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang dalam pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari semua kegiatan anak, baik itu berkaitan dengan musik, sosial, matematika, sains dan kegiatan apapun yang semuanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Sutanto, (2008) mengatakan bahwa kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat sosialisasi. Bahasa merupaka suatu cara merespon orang lain sehingga keterampilan bahasa dengan cara menyimak sangat dibutuhkan untuk anak usia dini. Karena pada anak usia dini, bila kemampuan menyimaknya sudah baik dan benar merupakan modal bagi mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan didapati kelak kemudian hari. Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, kegiatan menyimak sangat penting, baik dalam pengajaran bahasa, maupun dalam kehidupan sehari-hari . Oleh karena itu penguasaan kemampuan menyimak harus dimiliki setiap orang. Disadari atau tidak kegiatan berbahasa yang paling pertama dilakukan manusia adalah kegiatan menyimak.
2
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, anak harus banyak terlibat langsung terutama dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak kemampuan anak menyimak bervariasi dan guru hendaklah mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka Kemampuan berbahasa anak perlu diasah agar anak-anak mampu berkomunikasi dan mampu mengekspresikan pikiran maupun perasaan mereka dengan baik. Untuk meningkatkan keterampilan berbahasa anak usia dini diperlukan peran guru yaitu menyiapkan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai, karena dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang khususnya pengembangan anak peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode pengajaran yang efekif dan efisien, dan kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya proses belajar yang baik sehingga anak berhasil dengan baik. Dalam pedoman guru TK (1999:10) dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pembinaan perkembangan bahasa pada anak usia dini hendaknya memperhatikan strategi sebagai berikut: 1) diambil dari lingukangn anak, 2) sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak 3) mengandung unsur-unsur yang merangsang perkembangan intelegensi, fantasi, sosial, dan moral, 4) pengembangan bahasa hendanknya diberikan dalam suasana keakraban antara guru dan anak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru sangat memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Namun berdasarkan hasil pengamatan di PAUD Bahari kecamatan Sumalata bahwa peran guru dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak masih rendah. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengembangan bahasa di PAUD dengan judul penelitian: Peran Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Berbahasa pada Anak Kelompok B Bahari Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
Peran guru dalam mengembangkan kemampuan
3
berbahasa pada anak kelompok B Bahari Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Peranan Sebagai tenaga profesional guru memiliki peranan sebagai pemegang kendali utama dalam proses pendidikan yang terjadi di suatu unit pendidikan atau bahkan disuatu kelas tertentu. Posisi guru secara individual dalam pendidikan proses belajar semakin penting jika proses terjadi di ruang kelas. Dalam diri guru tergabung
unsur
kemampuan
teknis,
dimana
kedua
unsur
ini
akan
menentukankemampuan unjuk kerja propesi guru yang bersangkutan. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan oleh karena itu, eksistensi guru merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan yang harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukan sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat semakin berkembang. Guru adalah suatu profesi, oleh karena itu sebelum seseorang menjadi guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang pendidikan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi guru adalah mempunyai kedudukan yang sangat penting dengan tanggung jawab sangat besar dalam menangani berhasil tidaknya program pendidikan. Kalau boleh dikatakan baik dan buruknya suatu bangsa dimasa depan terletak ditangan guru. 2. Pengertian Guru Secara tradisional guru dapat diartikan sebagai seorang manusia yang berkompetensi memberikan atau menjadikan manusia yang belum mengetahui apa-apa menjadi mengetahui segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu dimasa yang akan datang melalui pembelajaran yang berkualitas. Dalam kegiatan mengajar guru hendaknya berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik, guru berfungsi sebagai mediator pemandu dan sekaligus teman belajar dalam
4
artian, guru dan siswa belajar sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan. Adapun anak dituntut aktif belajar dalam rangka mengostruksi pengetahuannya, oleh karena ituanal sendiri yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. 3. Fungsi dan Peran Guru Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu, pembelajaran hendaknya lebih diarahkan pada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun berpikir konvergen (proses berpikir
mencari
jawaban tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugasbaru. Guru harus lebih terbuka
menerima
gagasan-gagasan
peserta
didik
dan
lebih
berusaha
menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif. 4. Pengertian Bahasa Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang
5
menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia Alwy (2002:88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Alwi, (2002:707-708) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti ksanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan menurut bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa merupakan kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan piker pan dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik. 5. Perkembangan Bahasa Anak Piaget (dalam Sumantri, dkk.2009:1-15) mengemukakan bahwa proses perkembangan
anak
dari
kecil
hingga
dewasa
melalui
empat
tahap
perkembangan,yaitu: (1) tahap sensori motor (0-2 tahun) pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antar banda dengan nama benda tersebut (b) tahap praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini anak memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukan benda-benda. (c) tahap operasional konkret (7-11 tahun) pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang tersedia jawaban. (d) tahap operasional formal (11-15) pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan pikiran tentang masa depan secara realistis. Sedangkan Johan Amos Comenius dalam Kartini Kartono (2007) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu: a) Periode sekolah- ibu (0-6 tahun) yaitu bimbingan-pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga b) Periode sekolah-bahasa-ibu (6-12 tahun) pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman bahasa sendiri (bahasa ibu). c)
6
Periode sekolah-latin (12-18 tahun) periode ini anak mulai diajarkan bahasa kebudayaan. d) Periode sekolah-universitas (18-24 tahun) periode ini anak muda mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah. Pengembangan bahasa melibatkan aspek sensorimotor terkait dengan kegiatan mendengar dan kecakapan memaknai, dan produksi suara. Kondisi ini sudah di bawa mulai anak lahir Cowlley (Kementerian Pendidikan Nasional 2010:3) mengistilahkan sebagai “brains wired for the task”. Sementara Skinner mempercayai bahwa kapasitas berbahasa telah dibawa setiap anak semenjak dilahirkan yang diistilahkan sebagai “a language acquisition device program into the brain”. Lingkunganlah yang selanjutnya yang turut memperkaya bahasa anak dengan baik. Disinilah peran orang tua dan tenaga pendidik sangat mutlak diperlukan disamping itu lingkungan juga berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, telah dibuktikan dengan serangkaian riset panjang oleh Hart dan Ristely (Kementerian Pendidikan Nasional 2010:3) bahwa anak yang diasuh oleh keluarga yang berpendidikan jauh lebih kaya dalam kosakatanya dibandingkan dengan keluarga kurang mampu dan kurang berpendidikan. Bahasa sebagai sarana kegiatan berkomunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai ungkapan hasil seseorang kepada
orang
lain
agar
dapat dipahami.
Depdiknas.(2001:105)
fungsi
pengembangan kemampuan berbahasa pada anak TK adalah sebagai berikut; a) Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan; b) Sebagai alat untuk mengembangkan
kemampuan
intelektual
anak; c)
Sebagai
alat
untuk
mengembangkan ekspresi anak; d) Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah fikiran kepada orang lain. Sebelum anak diajarkan membaca, guru perlu mengetahui apakah anak telah diajarkan membaca. Kesiapan anak membaca sangat diperlukan agar anak berhasil optimal dalam membaca. Membaca merupakan proses dalam memahami tulisan yang bermakna Kridalaksana mengemukakan bahwa membaca adalah ‘ketermpilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambinglambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras.
7
6. Kemampuan Menyimak Tarigan (2006:27) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dan penuh perhatian, pemahaman, apersisasi, serta interpertasi untuk memperoleh informasi, menangkap isis atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melaui ujaran atau bahasa lisan. Bromley (1991) mengemukakan bahwa proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory discrimination dan menterjemahkannya menjadi kata
yang bermakna melalui auding atau
pemahaman. Menyimak aktif bukanlah sekedar menterjemahkannya pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta aktif dengan suara bahasa yang di sampaikan. Penyimak yang efektif dapat memusatkan perhatiannya pada apa yang di katakan oleh lawan bicaranya, memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah pembicara, dan memonitor tentang kesesuaian apa yang mereka dengar dengan yang mereka pikirkan penyimak aktif memproses informasi yang datang dan berusaha mengkonstruksi arti suara tersebut. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak Bromley (1991) menjelasan beberapa jenis faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak anak yaitu (1) Faktor penyimak; (2) Faktor situasi; (3) Faktor pembicara. Faktor penyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman, pengalaman, dan strategi anak dalam monitor pemahaman mereka terhadap informasi yang di sampaikan. Anak yang tidak memiliki motivasi atau alasan kuat untuk menyimak informasi. Dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, guru perlu menjelaskan tujuan dan manfaat menyimak, memberikan motivasi pada anak untuk mengindentifikasi kejadian atau hal-hal khusus dalam cerita yang di sampaikan. Anak yang memiliki banyak pemahaman dan pengalaman dalam belajar menyimak secara langsung, memiliki kemampuan memahami informasi secara lebih efektif di bandingkan dengan anak yang memiliki keterbatasan pengalaman dalam menyimak. Anak yang terlibat secara aktif dalam menyimak, juga aktif terlibat dalam mengkonstruksikan arti informasi
8
yang di berikan. Merekam atau memonitor pemahaman mereka akan informasi yang di peroleh dengan berbagai cara. Mengasosiasikan informasi baru dengan informasi yang telah mereka terima sebelumnya,menanyakan tentang ketetapan informasi yang mereka peroleh dan mengulang maupun menanyakan informasi yang telah di berikan dengan menggunakan kata-kata sendiri (parapharse). Faktor situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan simulus visual yang di berikan. Lingkungan yang kondusif bagi anak untuk menyimak adalah lingkungan yang bebas dari berbagai gangguan termasuk suara atau bunyibunyian. Dengan situasi ruanganan yang tenang anak dapat memusatkan perhatiannya pada informasi yang diberikan. Stimulus visual seperti papan tulis, gambar, diagram, maupun overhet projektor dapat di gunakan oleh guru untuk membantu anak memahami materi yang di berikan. Faktor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan menyimak terhadap anak. Guru mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara (redundacy) sehingga anak dapat menyimak secara efektif. Pesan yang di sampaikan juga perlu di perkuat dengan gerakan (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan paraparase (mengulang pesan secara verbal dengan menggunakan bahasa yang berbeda). Adanya kontak mata antara pembicara dan penyimak juga turut berengaruh terhadap keefektifan menyimak. Anak akan lebih muda menangkap dan menghargai informasi yang di sampaikan jika pembicara melakukan kontak mata terhadap mereka. 8. Peran Guru dalam mengembangkan Kemampuan Berbahasa Mulyasa, (2005:35) mengemukakan bahwa guru dalam membantu perkembangan anak mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal baik dalam membimbing, mengajarkan maupun mengarahkan, minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak tidak akan berkembang secara optimal tanpa peran guru. Dalam kaitannya ini guru perlu memperhatikan kesulitan belajar anak secara individual, karena antara satu anak dengan anak yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
9
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai peranan guru, menurut Sardiman. (1992:10) ada beberapa peranan guru, yakni : a. Informator Dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi baik akademik maupun umum. b. Organisator Guru berperan dalam mengelola kegiatan akademik, seperti membuat silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain. c. Motivator Guru berperan dalam merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas, daya cipta, sehingga terjadi dinamika di dalam proses-belajar-mengajar. d. Mediator Guru berfungsi sebagai mediator antara peserta didik/ kelas dan masalahmasalah yang timbul. Seorang pengajar/guru berperan sebagai mediator yang membantu agar proses belajar anak berjalan dengan baik. e.
Inisiator Peranan guru dalam hal ini adalah sebagai pencetus ide-ide dalam proses
belajar, sehingga merangsang anak agar menjadi kreatif. f.
Demonstrator Peranan guru sebagai demonstrator berarti guru harus dapat menjadi peraga
bagi anak didiknya. Apalagi jika muridnya adalah anak pra estetika). Pada masa
ini anak lebih suka meniru apa
sekolah (masa
yang dilakukan oleh
gurunya. Karena guru dianggap sebagai figur yang dibanggakan oleh murid. Pengaruh yang baik dari figur guru akan menjadikan anak menjadi baik pula, dapat berinteraksi dengan baik. Karena pada dasarnya ia meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. g. Fasilitator Peranan guru sebagai fasilitator berarti memberikan kemudahan bagi anak didiknya dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar-mengajar secara efektif.
10
Sebagai
fasilitator,
guru
hendaknya
dapat menyediakan
fasilitas
yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, seperti menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan menyenangkan. h. Evaluator Peranan guru sebagai Evaluator berarti menuntutnya untuk menilai sejauhmana keberhasilan anak sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai
produk (hasil pengajaran) akan tetapi juga menilai proses (jalannya
pengajaran). METODE PENELITIAN Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Prodesur pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian menggunakan
ini,
untuk menguji keabsahan
data
teknik sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (dalam
Nasution 2003:128 ) yaitu: 1. Ketekunan pengamatan Penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan 2. Triangulasi Kedua, triangulasi digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data 3. Kecukupan referensial. Penyajian
data
dengan
kecukupan
referensi
dilakukan
dengan
membaca dan menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pengalaman yang memadai.
11
Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan teori strukturalis simbolik, melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan yaitu identifikasi, klasifikasi dan selanjutnya diinterpretasikan dengan cara menjelaskan secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti ingin mendeskripsikan peran guru dalam mengemabangkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini di Kelompok B PAUD Bahari. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Peran Guru Sebagai Informator Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak guru di PAUD Bahari berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi kepada anak. Guru telah mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan tema. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna, selain itu guru pun mengaitkannya dengan cita-cita anak sehingga pembelajaran tidak hanya berada diawang-awang namun lebih menyatu pada kehidupan anak, dan anak lebih mudah mengaplikasikannya. Anak banyak belajar dengan cara mencontoh perilaku orang lain. Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial aloeh Albert Bandura yang mengatakan bahwa informasi dari lingkungan tentang suatu perilakau atau kegiatan ditransfer anak menjadi bentuk simbolis dengan cara meniru. Oleh karena itu, meniru merupakan bukti anak belajar dan mencoba menampilkannya dan menjadi sama. Dengan demikian, peran guru sangat besar pada proses belajar anak. Guru yang percaya diri akan menjadikan anak percaya diri. Guru yang kreatif akan menjadikan anak lebih kreatif. Keberhasilan proses pembelajaran melalui kegiatan bermain motorik kretaif ini ditunjang pula dengan kemampuan guru menjadi model yang baik untuk anak-anak. 2. Peran Guru Sebagai Motivator Guru berperan dalam merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aaktifitas, daya cipta, sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
12
Guru memberikan semangat untuk ana-anak untuk melakukan kegiatan bermain pada hari itu. Adapun respon yang tidak bersemangat tersebut dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satunya adalah kondisi di rumah. Sebaiknya pemanasan melaalui cerita, bernyanyi dapat diberikan oleh guru untuk menetralkan kembali situasi tersebut. Pembelajaran pengembangan kemampuan berbahasa anak yang dilakukan dengan bermain motorik kreatif mampu menyimpan kesan dalam memori dengan baik dan teratur karena dilakukan secara aktif oleh anak 3. Peran Guru Sebagai Mediator Guru berfungsi sebagai mediator antara peserta didik / kelas dan masalahmasalah yang timbul. Seorang pengajar / guru berperan sebagai mediator yang membantu agar proses belajar anak berjalan dengan baik. Tugas guru sebagai seorang mediator antara lain : 1) Menyediakan
pengalaman
belajar
yang
memungkinkan
murid
bertanggungjawab dalam mebuat rancangan, proses, dan penelitian: 2) Menyediakan
atau
memberikan
kegiatan-kegiatan
yang
merangsang
keingintahuan anak dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasangagasannya dan mengkomunikasikan ide mereka; 3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si anak didik berjalan atau tidak; 4) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan; 5) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan anak; 6) Guru perlu mempunyai pemikiran yang lebih fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa. Piaget menyatakan bahwa pentingnya objek nyata untuk belajar pada anak usia dini. Penggunaan media dalam pembelajaraan memudahkan anak untuk mengembangkan imajinasinya ketika bercerita. Apabila mengatakan bahwa semakin sering anak dibacakan cerita sejak dini maka potensi untuk dapat membaca dan menulis dapat lebih cepat muncul pada anak tersebut. Adapun perubahan yang muncul dari anak jika anak banyak mengajukan pertanyaan, anak menjawab dengan yang beragam, lancar mengungkapkan gagasan, menentukan pendapat sendiri mengenai sesuatu hal, memiliki cara berpikir yang berbeda
13
dengan temannya, memberikan bermacam penafsiran terhadap sesuatu, bekerjka leebih cepat dan berusaha melakukan lebih banyak dari anak lain, menyelesaikan tugas dengan cara berbeda-bed, menambahkan detaail pada hasil karyanya, mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak membutuhkan dorongan untuk malakukannya, berusaha terus menerus agar berhasil, berusaha menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain, berani mencoba hal-hal baru, senang dengan penghargaan diberikan kepada orang lain, mau menghargai teman dengan cara saling Kemampuan membaca dan menulis tidak dapat berdiri sendiri. 4. Peran Guru sebagai Fasilitator Berarti memberikan kemudahan bagi anak didiknya dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar-mengajar secara efektif. Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegitan belajar anak didik, seperti menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan menyenangkan. Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa PAUD seharusnya dirancang dengan baik sehingga menjadi “taman” bagi anak. Taman yang memberikan rasa aman, nyaman dan kondusif untuk belajar anak. Guru harus kretaif melihat potensi dalam lingkungan dan mendisain pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Dengan demikian kemampuan guru untuk mengatur ruangan yang menyenangkan bagi anak mempercepat kenaikan skor kemampuan baca-tulis permulaan pada anak. 5. Peran Guru Sebagai Demonstrator Peranan guru sebagai demonstrator berarti
guru harus dapat menjadi
peraga bagi anak didiknya. Apalagi jika muridnya adalah anak pra sekolah (masa estetika). Pada masa
ini anak lebih suka meniru apa
yang dilakukan oleh
gurunya. Karena guru dianggap sebagai figur yang dibanggakan oleh murid. Pengaruh yang baik dari figur guru akan menjadikan anak menjadi baik pula, dapat berinteraksi dengan baik. Karena pada dasarnya ia meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.
14
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulakan bahwa Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak guru perlu menyediakan media yang menunjang pembelajaran, agar anak lebih termotivasi dalam pembelajaran. Guru telah berusaha untuk menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran. Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak guru di PAUD Bahari berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi kepada anak. 2. Saran Sehubungan dengan kesimpulan di atas maka disarankan agar guru kelompok B dapat melaksanakan perannya dengan lebih maksimal baik sebagai informator, motivator, mediator, fasilitator dan peran guru sebagai demonstrator, sebab melalui peran ini maka proses pembelajaran di PAUD dapat ditingkatkan dan untuk pengembangan kemampuan menyimak. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2003. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Atau Bimbingan dan Konseling Taman Kana-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD. Jakarta: direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah, direktorat tenaga kerja kependidikan. Hasan Alwi, 2002. Kemampuan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) www.psychologymania.com diakses 13 Juni 2013 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. 2008. Bandung: Penebit Alfabeta Tarigan, 2009. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Usaman, Uzer. 2008. Rosdakarya.
Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja
Soejono, 2003. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung : CV. Ilmu.
15