ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO
Oleh Fatmawati Radjak Rapi Us. Djuko, Samsiah Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini yakni Bagaimana kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa dari sembilan anak kelompok B yang mengetahui warna primer berjumlah lima orang atau lima puluh enam persen sedangkan yang tidak tahu warna primer berjumlah empat orang atau empat puluh empat persen Dari sembilan anak kelompok B sebagian besar belum mengenal warna sekunder yakni berjumlah lima orang atau lima puluh enam persen sedangkan yang tahu warna sekunder hanya berjumlah empat orang atau empat puluh empat persen Dari sembilan anak kelompok B sebagian besar belum mengenal warna tertier yakni berjumlah enam orang atau enam puluh tujuh persen sedangkan yang tahu warna tertier hanya berjumlah tiga orang atau tiga puluh tiga persen Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dalam hal ini kemampuan mengenal warna masih rendah Kata Kunci: Sains Sederhana, Anak PENDAHULUAN Lingkup perkembangan kognitif di TK, salah satunya mengembangkan sains, tetapi hal itu bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada dan terpadu dengan bidang lainnya hampir di setiap tema. Pengenalan sains untuk anak TK jika dilakukan dengan benar akan mengembangkan secara bertahap kemampuan berpikir logis yang belum di miliki anak.
1
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam pengenalan sains di TK adalah pendekatan konsep sains. Pendekatan ini tidak bertujuan mengajarkan suatu konsep sains kepada anak, tetapi lebih mengajak anak melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam melalui interaksi langsung dengan obyek. Anak berlatih melakukan observasi, memanipulasi obyek, mengukur, mengklasifikasi obyek, melakukan percobaan sederhana, dan dilanjutkan dengan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pola pikirnya yang masih sinkretik. Pola pikir anak yang bersifat sinkretik menyebabkan anak tidak dapat melihat hubungan antar variabel sebagai hubungan sebab-akibat (causality) yang logis. Bagi anak TK, dua atau lebih variabel dapat saja dihubungkan sehingga hal itu sering disebut hubungan sebab-akibat yang magis (magical causality). Mengenal hubungan antar variabel merupakan keterampilan dasar yang amat penting di dalam belajar sains selanjutnya. Sains juga melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Anak akan menemukan berbagai gejala benda dan gejala peristiwa yang ada di alam sekitarnya yang akan membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk belajar sains lebih lanjut. Di dalam eksplorasinya, anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala alam melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehingga
kemampuan observasinya meningkat.
Anak akan memperoleh
pengetahuan baru hasil interaksinya dengan berbagai benda yang diobservasinya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir dan belajar lebih lanjut. Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di dalam sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti jengkal, depa, atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran dan timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk
2
mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan. Begitu banyak sisi positif dari pengenalan sains melalui pendekatan sains bagi anak TK. Pendekatan ini menggabungkan esensi bermain dan belajar. Guru mengajak anak untuk bermain dan dilanjutkan dengan investigasi dan tantangan, sehingga anak mengalami akselerasi dan eskalasi. Oleh karena itu para guru TK perlu
kiranya
mempelajari
berbagai
metode
pembelajaran
agar
dapat
membelajarkan ilmu sains dasar bagi anak dengan benar. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap anak kelompok B TK Pinaesaan ternyata kemampuan sains anak seperti mengenal warna ternyata masih rendah. Rendahnya kemampuan anak mengenal warna ini diantaranya adalah anak kurang tahu warna-warna sekunder seperti hijau, abu-abu, coklat terbentuk dari warna primer. Selain itu anak juga kurang mengetahui warna-warna sekuder lainnya misalnya ungu, merah muda dan merah maron. Kondisi ini terjadi karena
dalam pembelajaran ternyata
guru kurang menerapkan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan anak mengenal warna. Guru hanya mengenalkan warna melalui media kertas warna sehingga anak tidak dapat mengetahui dan memahami dengan pasti bagaimana konsep warna terbentuk. Sehubungan dengan hal tersebut, guru akan berusaha untuk mencari metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tema pembelajaran sains sederhana sehingga dapat menganalisis kemampuan sains sederhana anak. Dari uraian sebelumnya maka peneliti ingin melakukan kajian tentang kemampuan sains anak TK dengan mengangkat judul penelitian “Analisis Kemampuan Sains Sederhana Pada Anak Kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo”. Sehubungan dengan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.
3
KAJIAN TEORI 1. Pengertian Pembelajaran Sains Menurut Martini (2003:17) bahwa kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat saraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan
kognitif
ini
berkembang
secara
bertahap
sejalan dengan
perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada dipusat susunan saraf. Jadi kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, menjadi tingkah
laku
yang
mengakibatkan orang
memperoleh pengertian
atau
pengetahuan. Menurut Dewi (2012:34) bahwa sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu. Senada dengan hal tersebut Ahmadi (2006:12) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan Dodge
(dalam Dewi, 2012:36) mengartikan sains sebagai suatu
kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian. Brewer (dalam Dewi, 2012:37) mendefinisikan sains berarti proses mengamati, berpikir, dan merefleksikan berbagai tindakan atau peristiwa. Sedangkan Semiawan mengartikan sains sebagai pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian, serta interprestasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta
4
dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen. 2. Pentingnya Pengembangan Sains Pada Anak TK Keterampilan proses sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tidak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Keterampilan proses sains juga melatih anak menggunakan lima indranya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semiawan (dalam Triluqman, 2006:22) berpendapat bahwa empat alasan mengapa keterampilan proses harus dalam proses belajar dan pembelajaran sains, yaitu: a. Dengan kemampuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup. b. Dalam usia perkembangan anak, secara psikologi lebih mudah memahami konsep, dengan lingkungan dihadapi. c. Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orangorang yang kritis yang mempunyai sikap ilmiah. Keterampilan proses sains pada anak dapat mengembangkan pemahaman anak tentang dunia beserta isinya, menumbuhkan sikap ilmuwan, menumbuhkan minat dan mempelajari sains, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif serta analitis, membiasakan anak untuk menerapkan konsep sains dalam kehidupan seharihari, terampil dalam memecahkan masalah, terampil untuk menggali sains, menguasai cara-cara dalam menyelesaikan masalah. d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
5
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan proses sains, diharapkan berlanjut pada keterampilan sikap dan mental sains. 3 Pengertian Warna Warna sering pula disebut rupa pada benda apapun warna menjadi pemikat. Pada lukisan warna menjadi lebih penting, pelukis mempertegas bentuk objek dengan warna. Warna digunakan juga untuk melukiskan suasana. Suasana gembira dilukiskan dengan warna cerah sedangkan suasana sedih dilukiskan dengan warna gelap. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang warna. Prawira (1999:4) menjelaskan bahwa warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya. Kemudian Sanyoto (2005:1) mendefinisikan bahwa warna adalah secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Nugraha (2008:5.34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Selanjutnya Laksono (1998:42) mengemukakan bahwa warna yang kita lihat merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga unsur yang penting dari pengertian warna yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Dengan demikian warna dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. 4. Pencampuran Warna Dipandang dari asal kejadiannya warna menurut Sanyoto (2005:1) dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan warna subtractive. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Lebih lanjut Nugraha (2008:5.34) menjelaskan bahwa warna ditinjau dari dua sudut pandang, pertama dari kaidah ilmu fisika dan kedua dari kaidah ilmu bahan. Kejadian warna ini diperkuat dengan hasil temuan Newton (Prawira, 1999:26)
6
yang mengungkapkan bahwa warna merupakan suatu fenomena alam yang berupa cahaya dan mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen. Menurut Prawira (1999:31) yang dimaksud dengan pigmen adalah pewarna yang bisa larut dalam cairan pelarut. Untuk meneyederhanakan warna-warna yang ada di alam seorang ahli bernama Brewster dalam mengelompokkan warna berdasarkan temuannya sehingga lahirlah teori yang dinamakan dengan teori ”Brewster”. Teori Brewster (dalam Nugraha, 2008:5.35) mengemukakan bahwa warna-warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna ”Brewster”. Menurut teori Brewster warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Menurut teori warna pigmen dari Brewster (Nugraha, 2008:5.37) menjelaskan bahwa warna primer adalah warnawarna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Lebih lanjut Nugraha (2008:5.37) menjelaskan bahwa pada awalnya manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna merah, kuning dan biru. Hal ini selaras dengan pendapat Prang (Prawira, 1999:21) bahwa warna primer terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Namun dalam penelitian lebih lanjut, Nugraha (2008:5.37) mengatakan tiga warna primer yaitu merah seperti darah, biru seperti langit dan laut, dan kuning seperti kuning telur. Hal ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tersier. Akan tetapi secara teknis warna merah, kuning dan biru sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. Oleh karena itu apabila menyebut warna merah, kuning dan biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan.
7
Warna sekunder merupakan hasil pencapuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning dan ungu adalah campuran warna merah dan biru. Teori Blon (Prawira, 1999:18) membuktikan bahwa campuran warna-warna utama menghasilkan warna-warna kedua (sekunder). Dengan demikian sangat jelas, warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer. Warna tertier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencapuran warna kuning dan jingga. Istilah warna tertier pada awalnya dicetuskan merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sistem warna cahayaaditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu atau hitam. Pengertian seperti ini masih umum dalam banyak tulisan-tulisan teknis. Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. Sejalan dengan teori Brewster, Munsell (Prawira, 1999:70) mengemukakan teorinya bahwa” Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer yaitu merah (M), kuning (K) dan biru (B). Apabila dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tertier. Bila antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral” Menurut Rantinah (2007:6) bahwa kelompok warna terbagi tiga yakni warna primer, warna sekunder dan warna tertier. Warna primer disebut juga warna pokok yakni merah, kuning dan biru merupakan warna pokok perpaduan warna primer menghasilkan warna biru. Warna sekunder merupakan warna turunan kedua, merah bercampur biru menghasilkan warna ungu, kuning bercampur biru menghasilkan warna hijau, merah bercampur kuning menghasilkan warna jingga,
8
ungu hijau dan jingga merupakan warna sekunder. Sedangkan warna tertier yaitu warna turunan ketiga. Tiga warna primer bercampur menghasilkan warna kecokelatan. 5. Pentingnya Anak Mengenal Warna Primer, Sekunder dan Tertier Menurut Prawira (1999:71) bahwa pentingnya anak mengenal warna primer, sekunder dan tertier diantaranya adalah sebagai berikut. a. Merah Menstimulasi dan melancarkan peredaran darah. Ia juga membantu melawan udara dingin. Warna ini tidak disarankan untuk anak yang baru lahir namun baik untuk anak usia dini agar ia lebih aktif dan bersemangat. b. Kuning Warna ini dikatakan dapat membantu meningkatkan sistem syaraf dan kecerdasan. Ia membantu mengatasi kecemasan dan depresi pada anak. Pada anak usia dini warna kuning cerah mampu menstimulasinya agar lebih aktif, namun untuk bayi, kuning pastel dapat membuatnya tersenyum. c. Biru Efeknya kebalikan dari warna merah. Efek sejuknya dapat membantu tubuh melawan penyakit dan sembuh dari syok. Jika anak-anak terlihat gelisah coba pakaikan selimut warna biru muda, itulah sebabnya ada warna dengan sebutan baby blue. d. Oranye Warna ini dipercaya dapat memperkuat paru-paru, pankreas, dan limpa. Warna hangat ini juga dipercaya mampu meningkatkan vitalitas dan nafsu makan. Untuk anak-anak, ia bisa merangsang semangat bermain dan eksplorasi hal-hal baru. e. Pink Pada anak-anak, warna ini menstimulasi kreativitas dan kekuatan. Ia juga meredam amarah dan kepanikan. Jika Anda mengalami insomnia, gunakan sprei pink pucat. Walaupun sering digunakan untuk bayi perempuan, sprei pink pucat juga baik untuk anak lelaki.
9
f. Hijau Warna ini menyimbolkan keharmonisan hidup, kesegaran dan pencerahan. Ia juga membantu meredakan tekanan darah, gangguan jantung, sakit kepala dan flu pada orang dewasa. Untuk anak-anak warna ini dapat membantunya tenang dan rileks sehingga banyak digunakan sebagai aksesori. g. Ungu Efeknya menenangkan dan memberikan kedamaian hati. Dikatakan dapat meningkatkan sisi spiritual dan naluri pada anak-anak. Ia juga dipercaya dapat melawan kegelisahan dan gangguan mental. h. Putih Warna netral ini dikatakan tidak memiliki efek apa-apa, namun banyak digunakan oleh budaya manapun. Di budaya timur tengah, warna ini melambangkan kesucian, kedamaian dan keamanan, sedangkan di kultur lainnya, ia mewakili ketenangan, kejujuran dan kesederhanaan. Penuh makna namun siapkan budget laundry Anda karena perawatan warna putih sangat merepotkan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Kegiatan analisis data di lakukan selama pengumpulan data, artinya analisis data berlangsung sejak awal hingga akhir pelaksanaan penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif yakni dengan mendeskripsikan data hasil wawancara dan pengamatan. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memperpanjang masa pengamatan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Selain itu pengamatan juga dilakukan secara terus menerus untuk menemukan ciri-ciri dan situasi yang relevan dengan persoalan penelitian.
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga kegiatan pencampuran warna sekunder dengan primer untuk menghasilkan warna tertier nampak bahwa campuran warna hijau dengan merah yang lebih dominan dikenal oleh anak-anak kelompok B dengan jumlah 3 anak (33%) sedangkan yang tidak tahu berjumlah 6 orang (67%). Anak yang mengetahui campuran warna ungu dengan kuning berjumlah 2 orang (22%) dan yang tidak mengetahuinya berjumlah 7 orang (78%). Anak yang mengenal campuran antara warna orang dengan biru hanya berjumlah 1 orang (11%) sedangkan yang tidak mengetahuinya berjumlah 8 orang (89%). 2. Pembahasan a. Analisis kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Warna Primer Dari hasil analisa dapat dikatakan bahwa pengetahuan anak kelompok B tentang warna primer masih rendah, dari 9 anak kelompok B yang mengetahui warna primer berjumlah 5 orang (56%) sedangkan yang tidak tahu warna primer berjumlah 4 orang (44%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari ketiga warna primer yakni merah, kuning dan biru yang lebih diketahui anak adalah warna merah. Dari hasil pengamatan saat peneliti memberikan tiga buah bola yang berwarna merah, kuning dan biru kemudian anak-anak dimintakan untuk menunjukkan warna merah diketahui baha dari 9 orang anak yang tahu warna merah berjumlah 7 orang (78%) dan yang tidak tahu warna merah berjumlah 2 orang (22%). Anak yang mengetahui warna kuning berjumlah 5 orang (56%) dan yang tidak mengetahui warna biru berjumlah 4 orang (44%). Anak yang mengetahui warna biru berjumlah 4 orang (44%) sedangkan yang tidak mengetahui warna biru berjumlah 5 orang (56%). Anak-anak kelompok B TK Pinaesaan lebih banyak mengenal warna merah karena warna merah merupakan salah satu warna primer yang paling awal dikenal dibandingkan warna kuning dan biru. Pada umumnya warna merah juga
11
lebih awal diperkenalkan seperti warna darah, warna bendera, warna yang disebutkan awal pada lagu pelangi-pelangi. Sehubungan dengan kebiasaan tersebut maka anak lebih mengingat warna merah dibandingkan kedua warna primer lainnya. b. Analisis kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo Ditinjau dari Pengetahuan Tentang Warna Sekunder Kemampuan sains serderhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo masih rendah, dari 9 anak kelompok B sebagian besar belum mengenal warna sekunder yakni berjumlah 5 orang (56%) sedangkan yang tahu warna sekunder hanya berjumlah 4 orang (44%). Warna sekunder yang lebih dominan dikenal oleh anak-anak kelompok B adalah warna hijau yang dihasilkan dari pencampuran warna biru dengan kuning. Dari 9 orang anak yang tahu hasil pencampuran warna merah dengan kuning berjumlah 3 orang (33%) dan yang tidak tahu berjumlah 6 orang (67%). Anak yang mengetahui hasil pencampuran warna merah dengan biru berjumlah 4 orang (44%) dan yang tidak tahu berjumlah 5 orang (56%). Anak yang mengetahui hasil pencampuran warna biru dengan kuning berjumlah 5 orang (56%) sedangkan yang tidak tahu berjumlah 4 orang (44%). Dari
hasil
pengamatan
diketahui
bahwa
warna
sekunder
hasil
pencampuran warna biru dan kuning lebih dominan diketahui anak karena warna hijau hasil pencampuran warna biru dan kuning banyak dijadikan contoh oleh guru seperti warna daun, warna rumput dan warna buah yang belum matang. Sehingga anak-anak cenderung mengenal warna sekunder campuran dari warna biru dan kuning. c. Analisis kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo ditinjau dari pengetahuan tentang warna tertier. Kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo ditinjau dari pengetahuan tentang warna tertier ternyata masih rendah hal ini nampak dari hasil pengamatan bahwa dari 9
12
anak kelompok B sebagian besar belum mengenal warna tertier yakni berjumlah 6 orang (67%) sedangkan yang tahu warna tertier hanya berjumlah 3 orang (33%). Dari hasil kegiatan pencampuran warna sekunder dengan primer untuk menghasilkan warna tertier nampak bahwa campuran warna hijau dengan merah yang lebih dominan dikenal oleh anak-anak kelompok B dengan jumlah 3 anak (33%) sedangkan yang tidak tahu berjumlah 6 orang (67%). Anak yang mengetahui campuran warna ungu dengan kuning berjumlah 2 orang (22%) dan yang tidak mengetahuinya berjumlah 7 orang (78%). Anak yang mengenal campuran antara warna orang dengan biru hanya berjumlah 1 orang (11%) sedangkan yang tidak mengetahuinya berjumlah 8 orang (89%). Rendahnya kemampuan anak-anak mengenal warna tertier karena kemampuan ataupun pengetahuan anak-anak terhadap warna primer juga masih rendah sehingga hasil dari pencampuran warna sekunder dan primer kurang dikuasai. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan sains sederhana pada anak kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dalam hal ini kemampuan mengenal warna masih rendah. Dari 9 anak kelompok B yang mengetahui warna primer berjumlah 5 orang (56%) sedangkan yang tidak tahu warna primer berjumlah 4 orang (44%). Dari 9 anak kelompok B yang mengetahui warna sekunder berjumlah 4 orang (44%) dan yang mengetahui warna sekunder berjumlah 5 orang (56%). Dari 9 anak kelompok B yang mengetahui warna tertier berjumlah 3 orang (33%) dan yang belum tahu berjumlah 6 orang (67%). 2. Saran Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. a. Guru kelompok B TK Pinaesaan Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dapat memberikan pemahaman, pengenalan warna primer, sekunder dan tertier kepada anak-anak melalui berbagai kegiatan yang lebih disenangi anak
13
sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang warna. b. Anak-anak kelompok B sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan sains sederhana seperti permainan warna dengan melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan mengenal warna seperti pencampuran warna, mengenal warna primer melalui lingkungan sekitar seperti warna langit biru, warna kuning telur, dan warna darah merah. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abdullah. 2006. Pembelajaran Sains. Http://www.pengertian_sains_script. co.id diakses tanggal 12 Mei 2013 Dewi. Mustika. 2005. Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jilid 1. Jakarta: Erlangga Dhahar. 1996. Sains untuk Anak TK. Dalam Http://www.sains_anak_TK.co.id diakses tanggal 12 Desember 2012 Martini, Ayuningsih. 2003. Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Dikti Nugraha Bambang. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan Tinggi, Directorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud Prawira. M. 1999. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini. Rineka Cipta. Jakarta Sanyoto. 2005. Perkembangan Anak. Erlangga: Jakarta Semiawan. 1992. Keterampilan Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta:Rineka Cipta
Suyatno. 2002. Pembelajaran Sains untuk Anak TK. Dalam http://www.sains_anak_ TK.co.id diakses tanggal 3 Februari 2013
14