Faktor-faktor yang Berperan dalam Kemampuan Berpikir Kritis Anak Kelompok B TK Sandhy Putra Kota Gorontalo
[email protected]
Ledy Budikasi, Abd.Hamid Isa, Pupung Puspa Ardini ABSTRAK Penelitian ini bermaksud mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam Kemampuan Berpikir Kritis Anak Kelompok B TK Sandhy Putra Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yaitu mendeskripsikan faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B TK Sandhy Putra . Teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian diatas, maka diperoleh data bahwa anak kelompok B TK Sandhy Putra sudah mampu berpikir kritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan yaitu melalui wawancara dari beberapa informan yang terpilih. Dinyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis anak lebih terlihat ketika anak berada dalam lingkungan keluarga, yang dilengkapi dengan kondisi fisik yang baik serta motivasi yang tinggi pula, pada guru hanya berfokus pada bahan ajar atau Rencara Kegiatan Harian (RKH) saja dengan kurang melihat perkembangan kognitif lainnya seperti halnya kemampuan berpikir kritis anak. Maka diharapkan kepada guru untuk terus mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak dengan melalui metode tanya jawab atau bercerita yaitu dengan memberikan kesempatan penuh kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kritis
Ledy Budikasi Mahasiswa pada jurusan PAUD, Universitas Negeri Gorontalo. Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Gorontalo. Pupung Puspa Ardini, S.Pd, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo
Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Marjory Ebbeck (Hibama, 2005), menyatakan bahwa PAUD adalah pelayanan kepada anak mulai dari lahir sampai enam tahun. Sejak kanak-kanak, manusia sudah memiliki kemampuan untuk berpikir. Sebagai makhluk rasional, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada disekelilingnya dan anak yang berpikir kritis akan mampu menentukan sikap. Ketika anak berpikir kritis, maka anak timbul suatu pola berpikir kreatif. Anak belajar karena butuh, bukan karena disuruh. Berikan anak stimulis agar anak mau dan mampu berpikir kritis. Berdasarkan pengamatan dilapangan khususnya pada kelompok B TK Sandhy Putra Kota Gorontalo, menunjukan bahwa sebagian besar pertanyaan dan bahkan pernyataan dilontarkan sangatlah kritis dan menyulitkan pendidik dalam menjawab pertanyaan tersebut, ini dibuktikan dari beberapa pertanyaan seperti “siapa Tuhan itu, ada berapa jumlah bintang dilangit?”. Hal inilah yang mendasari peneliti membahas lebih lanjut dengan judul penelitian: “faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B TK Sandhy Putra Kota Gorontalo”. Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi dasar kajian dalam penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B yang ada di TK Sandhy Putra Kota Gorontalo. Diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan khususnya dalam bidang pendidikan anak usia dini. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada pengelola TK Sandhy Putra Kota Gorontalo tentang faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B.
Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis Anak
Pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan berbagai potensi terutama kemampuan berpikir. Menurut aliran behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran. Berpikir mempunyai kemungkinan untuk salah dan keliru, sebab salah satu faktor yang umum terjadi adalah guru yang selalu dominan berbicara dan tidak pernah memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya. Menurut Sukmadinata (2004:1) berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, memcahkan masalah, dan menganalisis asumsi. Sedang menurut Swart dan Perkin (Hassoubah, 2004) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis 1. Faktor Internal a. Kondisi Fisik. Menurut Maslow dalam Siti Mariyam (2006:4), kondisi fisik adalah kebutuhan fisiologi yang paling dasar bagi manusia untuk menjalani kehidupannya. Ketika kondisi fisik anak tergangggu, sementara dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu masalah maka kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya. b. Motivasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil tertentu. (Purwanto, 2003: 73). Masa anak-anak adalah masa yang penuh dengan antusiasme. Mereka gampang tertarik terhadap segala sesuatu yang mereka lihat. Ketertarikan yang begitu kuat mendorong mereka untuk mengetahui objek-objek tertentu yang ada disekitar mereka. c. Perkembangan Intelektual. Intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang untuk merespon dan menyelesaikan suatu persoalan. Untuk membuat kecerdasan anak berkembang diatas rata-rata, sebagai orang tua harus menyediakan lingkungan yang menggairahkan. (Prasetyono, 2008: 23). 2. Faktor Eksternal a. Keluarga. Pengertian keluarga adalah satu kesatuan yang sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga disitu ada pendidikan dari sini muncul pendidikan keluarga. Rasa ingin tahu anak-anak pada masa pra sekolah
sangat besar. Orang tua bisa mendorong keingintahuan anak tersebut menjadi keinginan untuk belajar. Dalam hal ini orang tua bisa memberikan perhatian penuh pada anaknya saat mereka berbicara atau bercerita tentang ide dan gagasannya. (Prasetyono, 2008: 37). b. Guru. Adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan utama dalam proses pendidikan secara keseluruhan karena proses belajar mengajar mengandung serangkaian antara guru dan anak didik ada hubungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana belajar. Belajar tidak hanya dengan menonton, mendengar, melihat, menghafal, atau mengerjakan tugas. Akan tetapi, belajar dengan cara mengembangkan potensi diri melalui penalaran, mencoba, komunikasi, dan pemecahan masalah. (Yusriana, 2012: 77) c. Lingkungan Masyarakat. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar diri individu. Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya. Stimulus lingkungan akan berpengaruh terhadap terbentuknya hubungan antar sel-sel otak, akan membentuk jaringan komunikasi antar sel-sel otak, dan bersama-sama melakukan tugas koordinasi berbagai aspek perkembangan, baik perkembangan motorik, kognitif, dan lain sebagainya. (Anwar, 2009: 13). Karakteristik dari proses berpikir kritis Santoso (2002:53) menyatakan bahwa dalam pembelajaran di TK sangat disesuaikan dengan karakteristik anak taman kanak-kanak. Anak taman kanakkanak diantaranya suka meniru, ingin mencoba, spontan jujur, riang, suka bermain, banyak bergerak, unik, ingin tahu atau suka bertanya. Proses berpikir anak adalah konkrit harus berdasarkan fakta, anak belum dapat berpikir abstrak dan karakteristik dari proses berpikir kritis anak menurut Beyer (1995: 12-15) yaitu : 1. Konseptualisasi Yaitu proses intelektual membentuk suatu konsep dan konseptualisasi merupakan pemikiran yang abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak 2. Rasional dan beralasan Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta 3. Bagian dari suatu sikap Yaitu bagian dari sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain
4. Kemandirian berpikir Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain 5. Berpikir kritis adalah berpikir kreatif Yaitu selalu menggunakan keterampilan intelektualnya untuk mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir atau mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Sebuah aspek penting dalam teori piaget adalah deskripsinya mengenai empat tahap perkembangan kognitif yang berbeda, yang masing-masing dengan pola pikirannya yang unik. (1). Tahap sensorimotorik yaitu usia 0-2 tahun, (2). Tahap praoperasional yaitu usia 2-7 tahun, (3). Tahap operasional konkrit yaitu usia 7-12 tahun, (4). Tahap operasional formal yaitu usia 12 hingga dewasa. (Jeanne Ellis, 2008: 43-44). Pada tahap praoperasional (2-7 tahun), keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penggunaan kosa kata yang meningkat memungkinkan mereka mengekspresikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Syamsu Yusuf (Masitoh, 2005) mengemukakan perkembangan kognitif pada masa praoperasional mampu berpikir dengan menggunakan simbol, berpikiran yang masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya, dan hanya berfokus pada keadaan awal atau akhir suatu proses, bukan kepada prosesnya itu sendiri. (Isjoni, 2011: 28). Kajian Penelitian yang Relevan Hasil
penelitian Hidayat
(2010)
dalam
skripsinya
yang berjudul
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa sekolah menengah atas melalui pembelajaran kooperatif think-talk-write (TTW), menunjukan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif TTW lebih baik. Hasil penelitian Patmawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul Analisis keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit dengan metode praktikum menunjukan bahwa pembelajaran dengan metode praktikum membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman langsung serta dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan percobaan yang melibatkan siswa dalam mengamati, mengklasifikasi, mengansumsi, dan menarik kesimpulan. Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa kedua peneliti diatas menggunakan metode yang memiliki persamaan yaitu meggunakan metode pembelajaran secara langsung dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Metode-metode tersebut diantaranya yang digunakan oleh kedua peneliti diatas yaitu praktek langsung atau di dunia pendidikan anak usia dini lebih dikenal dengan metode demonstrasi, ada pula metode Tanya jawab. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di TK Sandhy Putra Kelurahan Ipilo Kota Pemilihan tempat lokasi ini adalah berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti itu sendiri. Sehingga peneliti mengetahui benar tingkat kemampuan berpikir anak kelompok B. Pada dasarnya penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini tentu dengan pertimbangan-pertimbangan, peneliti ingin menjawab permasalahan tentang fenomena yang ada.Ini mencakup baik studi tentang fenomena sebagimana yang ada, maupun pengkajian hubunganhubungan antara berbagai variable dengan fenomena yang ada. Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2002: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yng dapat diamati. Kehadiran peneliti di lapangan adalah sebagai subjek utama sekaligus pengumpul data. Sebagai pengumpul data peneliti bertindak langsung menghubungi sumber-sumber yang dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Dalam mengamati objek peneliti dibantu oleh instrument-instrumen penelitian lainnya.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. a. Pengamatan (observasi) Pengamatan atau observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja untuk kemudian dilakukan pencatatan. b. Wawancara (interview) Wawancara adalah termasuk salah satu tekhnik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara langsung dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan yang diwawancarai baik dari kepala sekolah, guru, dan orang tua yang telah ditentukan. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, foto/gambaran untuk menunjang kelengkapan data dalam penelitian ini. a. Uji kredibilitas 1. Triangulasi, mengecek kebenaran data yang sudah ada pada sumber atau responden lain dengan cara dan pada waktu yang berbeda 2. Mengkonfirmasikan
kembali
kepada
responden
yang
pernah
diwawancarai mengenai keterangan atau data yang pernah diberikannya pada waktu lalu. b. Dependabilitas Dependabilitas atas kebergantungan
ini
bermaksud untuk melihat
konsistensi data yang diperoleh pada peristiwa yang sama dalam waktu yang berlainan.
Menurut Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berikut komponen dalam analisis data kualitatif : a. Pengumpulan data yaitu dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. b. Reduksi
data
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya c. Penyajian data, dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, pictogram, dan sejenisnya. d. Verifikasi atau kesimpulan. Kesimpulan awal yang dkemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sekolah Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra didirikan pada tahun 1988, yang terletak di Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo, dimana letak geografisnya tepat di pusat perkotaan. Pada bagian depan sekolah terlentang jalan raya, di bagian kiri Sekolah terdapat Kantor POS Kota Gorontalo, sedang pada bagian kanan berdiri Rumah Makan kecil, dan di bagian belakang sekolah terdapat rumah warga. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra Kota Gorontalo dengan jumlah anak sebanyak 48 orang untuk kelompok B. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak. Pada
hakikatnya
manusia
dilahirkan
dengan
berbagai
potensi
terutama kemampuan berpikir.Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Dalam berpikir manusia juga memiliki potensi untuk berpikir kritis. Namun dilain pihak, ada beberapa anak yang masih belum berani dan terbiasa beraktivitas, kebanyakan masih takut salah untuk bertanya, menjawab, berkomentar, mencoba, atau mengemukakan ide. Mereka masih sangsi apakah keberanian akan melanggar etika hormat kepada guru. Pada pihak guru pun, masih banyak guru yang merasa kurang
nyaman jika anak banyak bicara, merasa kurang senang bila anak banyak bertanya dan berkomentar. Tetapi lain halnya jika anak sudah berusia 5-6 tahun, Tentu saja merangsang mereka untuk bertanya sangat penting dilakukan oleh seorang guru. Guru perlu meningkatkan kompetensi dalam menjelaskan hal-hal sesuai dengan tingkat berpikir anak. (Yusriana, 2012: 76). Dari hasil penelitian juga menunjukan bahwa ada beberapa faktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak khususnya pada anak kelompok B yang diuraikan sebagai berikut yaitu : Faktor internal : a. Faktor kondisi fisik Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh beberapa informan tersebut bahwa kondisi fisik sangatlah berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak. Sebab pendukung utama yang menyebabkan anak banyak beraktifitas yaitu salah satunya dengan anak memiliki kondisi fisik yang cukup baik. b. Faktor Motivasi Kemampuan anak akan berkembang dengan baik ketika hal tersebut diimbangi dengan motivasi yang tinggi pula dari si anak. Motivasi pun tidak hanya berasal dari diri anak saja tetapi dapat pula berasal dari dukungan orang tua, guru, serta lingkungan sekitar anak. c. Faktor Intelektual Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka disimpulkan bahwa faktor ini berperan pada kemampuan berpikir kritis. Sebab anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Faktor eksternal: Dari semua informan menunjukan bahwa tidak hanya pada faktor internal saja, tetapi ada pula dari faktor ekternal yaitu : a. Faktor Keluarga faktor keluarga atau orang tua. Sikap aktif orang tua terhadap kegiatan anak baik dalam rumah maupun di luar rumah sangatlah dibutuhkan, hal tersebutlah yang dapat menimbulkan sikap kritis dari anak. b. Faktor Guru
Pernyataan dari informan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa gurudikatakan berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak khususnya dikelompok B. c. Faktor Lingkungan Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan diatas maka disimpulkan bahwa lingkungan dapat membentuk karakter anak khususnya pada usia 5-6 tahun, sebab di usia ini pemikiran anak mulai menunjukan tanda-tanda awal pemikiran yang logis yang menyerupai pemikiran orang dewasa. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Sandhy Putra Kota Gorontalo dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekternal yang meliputi faktor dari lingkungan orang tua dan lingkungan masyarakat. Untuk faktor internal berdasarkan data dilapangan yaitu banyak mengacuh pada faktor kondisi fisik dan faktor motivasi yang besarlah yang berperan dalam kemampuan berpikir kritis anak. Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan yaitu : a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada kepala
Sekolah untuk lebih memperhatikan aspek kognitif anak khususnya pada kemampuan berpikir kritis b. Diharapkan kepada Guru untuk selalu melakukan interaksi yang aktif
terhadap perkembangan anak dengan maksud mengembangkan daya kritis anak c. Diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan kepada semua pihak
khususnya peneliti dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak yang berusia berkisar 5-6 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Menyikapi Anak Berpiir Kritis Bagian 2. (Online).diakses tanggal 16-05-2013. Anonim. 2012. Membentuk Karakter Kritis dan Kreatif pada diri anak. (Online).diakses tanggal 16-05-2013. Achmad. 2007. Mengajak anak berpikir kritis. (Online).diakses tanggal 16-052013. Anwar-Arsyad Ahmad. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: AlfabetaCV. Asfandiyar, Andi Yudha. 2009. Kenapa Guru Harus Kreatif?. Jakarta: Mizan Media Utama. Hidayat, Daud. 2010. Meningkatkan Kemampuan berpikir kritis matematik siswa sekolah menengah atas melalui pembelajaran kooperatif TTW. Skripsi. Gorontalo: UNG. Ellis, Jeanne. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Hassaobah, Zaleha Izhab. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa. Hibama, S. Rahman. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: PGTKI Press. Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Masitoh, dkk, 2005. Pendekatan Belajar Aktif di TK. Jakarta: Depdiknas. Wangi, Putri Pandan. (2005). Mendidik Anak Prasekolah. Yogyakarta: DamarPustaka. Patmawati. 2011. Analisis keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit dengan metode praktikum. Skripsi. Gorontalo: UNG. Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan anak prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya Bandung. Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidikan Anak. Jogjakarta: Hikayat Publishing. Srimulyani. 2013. Konsep berpikir kritis. (Online).diakses tanggal 29-05-2013. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia. Yusriana, Ajeng. 2012. Kiat-kiat Menjadi Guru PAUD yang disukai anak. Jogjakarta: DIVA press. Wiyani, Novan Ardi. 2012. Format PAUD. Jogjakarta: AR-Ruzz Media