MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VISUAL PADA ANAK DI KELOMPOK B TK KI HAJAR DEWANTORO VI KOTA GORONTALO Oleh Idar Pantu Dajani Suleman, Samsiah Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah penggunaan media visual dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak kelompok B melalui penggunaan media visual di TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam dua siklus dan setiap siklus meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Dari hasil penelitan tindakan kelas siklus I dan II bahwa kemampuan membaca mengalami peningkatan yakni pada siklus I tahap I meningkat menjadi tujuh orang anak atau empat puluh enam persen dan setelah dilaksanakan kegiatan siklus I tahap II meningkat menjadi delapan orang anak atau lima puluh tiga persen Dari hasil tindakan kelas siklus II tahap I terjadi peningkatan kemampuan membaca pada anak menjadi sepuluh orang anak atau enam puluh tujuh persen dan setelah dilaksanakan siklus II tahap II meningkat lagi menjadi dua belas orang anak atau delapan puluh persen. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro IV Kota Gorontalo dapat ditingkatkan melalui penggunaan media visual. Kata Kunci: Membaca , Media Visual PENDAHULUAN Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penujang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 58 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2009 dijelaskan bahwa pada pengembangan aksara diharapkan anak TK dapat membaca nama sendiri. Hal ini berarti pembelajaran membaca telah diajarkan sejak anak usia dini.
1
Dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pada anak usia dini maka pengenalan huruf sangat diperlukan karena pengenalan huruf merupakan kunci keberhasilan agar anak dapat membaca. Setelah anak akan masuk ke Sekolah Dasar (SD) maka keterampilan membaca memang harus dikuasai oleh anak sebab keberhasilan belajar mereka dalam mengikuti proses kegiatan belajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca. Anak yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran, karena kunci dari semua penguasaan mata pelajaran terletak pada kegiatan membaca, memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis lainnya. Selain itu anak tersebut akan lamban dalam menyerap pelajaran, akibatnya kemajuan belajar juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Masalah tentang kesulitan belajar membaca dapat dipengaruhi oleh keterampilan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan anak yang mengalami kesulitan belajar membaca. Kesulitan membaca menjadi penyebab utama kegagalan anak di sekolah. Hal itu terjadi karena membaca merupakan satu bidang akademik dasar selain menulis dan berhitung. Kemampuan membaca merupakan kebutuhan dasar, karena sebagian informasi disajikan dalam bentuk tertulis dan hanya diperoleh melalui membaca. Adapun tujuan utama dari membaca adalah agar anak dapat mengenal tulisan sebagai simbol dan lambang bahasa, sehingga anak-anak dapat menyuarakan tulisan tersebut. Namun untuk dapat membaca seorang anak dituntut agar mampu membedakan huruf, mengucapkan tulisan yang sedang dibaca dengan benar, menggerakan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca, menyuarakan tulisan yang dibaca dengan benar, mengenal arti tanda-tanda baca dan mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang diucapakan, serta tanda baca.
2
Sejalan dengan masalah yang dihadapi guru dalam mengembangkan keterampilan membaca pada anak, maka guru dihadapkan pula dengan masalah tentang cara menyampaikan materi pembelajaran agar dapat tersampaikan dengan benar melalui media pembelajaran yang tepat karena sesungguhnya pola penyampaian guru dan media yang digunakan tidak tepat dapat membuat anak tidak memiliki motivasi yang baik terhadap proses pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak TK adalah media visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat, jenis media visual ini nampaknya yang paling sering digunakan oleh guru TK untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari (Dhieni, 2005:113). Media visual yang biasanya digunakan di TK berupa grafis/bahan cetakan, gambar, sketsa, kartun dan poster. Sejalan dengan uraian di atas, penulis telah melakukan observasi awal di TK Kihajar Dewantoro VI. Dari hasil tes awal yang dilakukan pada kegiatan observasi awal pada 15 orang anak diketahui bahwa sebagian besar yakni 10 orang atau 67% anak belum mampu membaca dan hanya 5 orang atau 33% yang mampu membaca. Rendahnya kemampuan membaca pada anak TK nampak pada beberapa hal yakni anak belum mengenal huruf, anak sulit mengeja kata yang disertai gambar, anak masih sulit membaca nama sendiri. Dari hasil wawancara dengan guru TK Kihajar Dewantoro VI dikatakan bahwa rendahnya kemampuan anak membaca karena kurangnya minat baca anak dan anak juga masih kurang mengenali huruf alfabetis baik huruf besar maupun huruf kecil. Dari hasil pengamatan diketahui juga bahwa dalam proses pembelajaran membaca memang terjadi interaksi yang baik antara anak dengan guru, namun setelah kegiatan pembelajaran berlangsung 15 menit perhatian anak terhadap penjelasan guru mulai berkurang sebab anak kurang tertarik dengan bentuk huruf yang hanya ditulis oleh guru di papan tulis sehingga peneliti akan mencoba menggunakan media visual sebab warna-warna yang menarik media visual dapat memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, misalnya dalam menyebutkan fonem yang sama.
3
Melihat kelebihan yang dimiliki oleh media visual, maka media ini tepat untuk menstimulus kemampuan membaca pada anak, terutama pada anak TK Kelompok B, sehingga diharapkan anak akan lebih tertarik untuk belajar dan memudahkan anak dalam belajar membaca. Melalui penggunaan media visual maka guru akan lebih mudah untuk menyajikan simbol-simbol huruf, dapat menarik perhatian anak untuk belajar membaca (Suleman, 2010:61). Melalui penggunaan media visual ini, diharapkan anak lebih terangsang untuk belajar mengenal huruf dan kemampuan membaca mereka dapat ditingkatkan. Berdasarkan masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul penelitian “Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Kelompok B Melalui Penggunaan Media Visual di TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak kelompok B melalui penggunaan media visual di TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Membaca Menurut Roestiyah (2001) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca tidak saja sebagai suatu proses tetapi juga sebagai hasil sebab membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempu oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memroses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 2010). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca.
4
Dilain pihak, Gibbon (2003) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptfi saja, melainkan mengehdaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang “bidang” pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan (a) mengenal huruf, (b) mengeja suku kata (c) Mengeja kalimat (d) mengenal arti kata/kalimat 2. Karakteristik Membaca Anak Usia 5-6 Tahun Membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Burns (dalam Nurhadi, 2006) menjelaskan bahwa dalam proses membaca anak usia 5-6 tahun itu terlibat berbagai aspek yang meliputi: a) Aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis; b) Aspek persepsi, yakni aspek kemampuan untuk menafsirkan apa yang dilihat pembaca sebagai simbol atau kata; c) Aspek urutan, yakni kemampuan mengikuti poal-pola urutan, logika, dan gramatika teks; d) Aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna itu; e) Aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dengan yang direpresentasikan; f) Aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan atau fakta yang baru dipelajari; g) Aspek afektif, yakni aspek kemampuan untuk membuat inferensi dan evaluasi dan materi yang dipelajari; h) Aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca; i) Aspek konstruktif, yakni kemampuan untuk mengkonstruksi makna bacaan 3. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca Tahap-tahap perkembangan membaca anak yang perlu diketahui dan dipahami oleh guru atau orang adalah bagaimana menstimulasi potensi-potensi anak tersebut di atas sesuai tahap-tahap perkembangannya. Hal ini perlu
5
dikerjakan agar potensi-potensi yang ada pada anak dapat berkembang secara optimal. Karena para ahli syaraf meyakini bahwa jika gejala-gejala munculnya kea rah positif maka potensi-potensi tersebut akan menjadi potensi yang tersembunyi. Dijelaskan pula oleh Dhieni (2005:60) bahwa sebelum mengajarkan membaca pada anak, dasar-dasar kemampuan membaca atau kemampuan kesiapan membaca perlu dikuasai oleh anak terlebih dahulu. Dasar-dasar kemampuan membaca ini diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis. Seperti dikemukakan Miller (dalam Dhieni, 2005: 62) bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu kesiapan membaca anak. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah anak sudah siap diajarkan membaca. Selain itu juga bertujuan agar dapat diketahui kemampuan kesiapan membaca khusus apa yang sebaiknya diajarkan atau dikuatkan pada anak. Adapun kemampuan-kemampuan kesiapan membaca yang akan dikembangkan sebagai berikut. a. Kemampuan membedakan auditorial Anak-anak harus belajar untuk memahami suara-suara umum di lingkungan mereka dan membedakan di antara suara-suara tersebut. Mereka harus memahami konsep volume, lompatan, petunjuk, durasi, rangkaian, tekanan, tempo, pengulangan dan kontras (suara) membedakan suara-suara huruf dalam alphabet di taman kanak-kanak, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh konsonal awal dalam kata. b. Kemampuan diskriminasi visual Anak-anak harus belajar untuk memahami objek dan pengalaman umum dengan gambar-gambar pada foto, lukisan, dan pantomime. Mereka harus belajar untuk melakukan identifikasi warna-warna dasar dan bentuk-bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek-objek berdasarkan warna, bentuk, atau ukuran. Mereka harus mampu membedakan kiri dan kanan warna, bentuk maupun atas dan bawah, dan mengikuti gerakan dari kiri ke kanan maupun dari atas ke bawah. Mereka harus mampu mengatakan bentuk dari gambar latar belakang, mengemukakan detail pada sebuah gambar, dan mengetahui pola-pola visual
6
sederhana. Akhirnya, mereka harus mampu untuk memahami dan menamai huruf besar dan huruf kecil. c. Kemampuan (membuat) hubungan suara-simbol Pada akhirnya anak harus mampu mengkaitkan huruf besar (kapital) dan huruf kecil dengan nama mereka dan dengan suara yang mereka representasikan. Ia harus tahu bahwa d disebut de dan menetapkan suara pada awal kata ‘daging’. Sebagian besar anak akan membuat kemajuan awal yang bagus pada kemampuankemampuan ini selama masa Taman Kanak-kanak. Sedikit di antaranya akan menguasai semua kemampuan (menghubungkan) suara symbol hingga masa selanjutnya di kelas (Sekolah Dasar). d. Kemampuan perceptual motoris Anak-anak harus cukup dewasa untuk mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka dan untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Mereka harus melatih kemampuan ini sehingga mereka mampu menyusun puzzle sederhana, gambar, lukisan-tangan, membentuk tanah liat, merangkai manik-manik, menuangkan benda cair, dan atau menggunakan gunting. Mereka harus belajar memegang krayon, spidol ajaib dan pensil, untuk mewarnai gambar-gambar sederhana dalam garis-garis, untuk menjiplak garis dan bentuk di udara dan kertas, untuk menyalin garis dan bentuk tanpa menjiplak. Akhirnya, mereka harus mampu menyalin huruf dan kata, menulis nama mereka, menulis huruf yang memadukan suara. e. Keterampilan bahasa lisan Sebagaimana dikatakan, anak-anak masuk ke Taman Kanak-kanak dengan kemampuan substansial untuk berbicara dan mendengarkan. Meskipun demikian, selama masa Taman Kanak-kanak, kemampuan-kemampuan ini harus lebih dikembangkan dan diperbaiki.
Anak-anak
harus belajar
mendengarkan,
mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, dan memahami ide-ide utama. Mereka harus menggunakan dan memperluas kosa kata bahasa lisan mereka untuk menjelaskan ide-ide, untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa, untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri, atau orang imajiner mereka. Mereka
7
hendaknya menjadi senang berbagi pengalaman dengan bahasa dan gembira dalam belajar dan menggunakan kata-kata baru. f. Membangun sebuah latar belakang pengalaman Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui bermacam-macam kegiatan seperti ceritakanlah sebuah kisah menarik di kelas paling kurang satu kali sehari, hal ini dapat menimbulkan minat membaca anak, buatlah pusat minat di kelas, ajaklah anak menonton film dan mendengarkan rekaman untuk membangun latar belakang pengalaman mereka. g. Interpretasi gambar Tunjukkan sebuah gambar kepada anak dari buku atau file anda. Ajaklah anak menginterpretasikan gambar secara kreatif. h. Progresi dari kiri ke kanan Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara buatlah kalender kelas bertumpuk, tunjukkan kepada anak bahwa membaca dimulai dari sisi tangan kiri ketika membaca keras kepada anak, buatlah anak meletakkan potongan komik dengan rangkaian dari kiri ke kanan. i. Kemampuan merangkai Kemampuan merangkai dapat dilakukan dengan cara buatlah anak merangkai gambar seri dengan benar atau buatlah anak mengulang cerita yang baru saja didengar atau dibaca dengan benar. j. Penggunaan bahasa mulut Buatlah sekelompok anak-anak ikut serta dalam kegiatan seperti membagi waktu, percakapan, bermain drama dan bermain peran. k. Pengenalan melihat kata Ajarkan kata-kata yang umum dipakai. Anjurkan tiap anak untuk memperhatikan bentuk yang unik atau karakter khusus tiap melihat kata. l. Lateralisasi Banyak jenis kegiatan berbeda yang bisa menolong anak-anak belajar untuk membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri serta antara kaki kiri dan kaki kanan. Misalnya mereka bermain game.
8
4. Pengertian Media Visual Media visual adalah media yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara visual. Artinya penerima pesan yaitu anak didik akan menerima informasi tersebut melalui indera penglihatannya, karena pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam symbol-simbol komunikasi visual (Dhieni, 2005:113). Simbol-simbol visual tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Suleman (2010) berpendapat bahwa media visual adalah alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang kita kenal sebagai alat peraga. Media visual terbagi atas media visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan seperti gambar di atas kertas atau karton, gambar yang diproyeksikan dengan projector, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, poster dan gambar hasil cetak saring dan foto. Media visual dua dimensi pada bidang yang transparan seperti slaid, filmstrip, lembaran transparan untuk overhead projector. Sedangkan media visual tiga dimensi yakni media yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi seperti benda asli, model, contoh barang atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up. Sehubungan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa media visual adalah alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang kita kenal sebagai alat peraga seperti gambar, grafik, film, chart. 5. Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Penggunaan Media Visual Pemakaian media visual dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang mendengarkan saja tidak sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat (Ahmad, 2003). Betapa pentingnya media karena media membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka
9
menetapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran. Adapun langkah-langkah membaca dengan menggunakan media visual meliputi kegiatan berikut: a) Guru mempersiapkan media visual berupa gambar yang akan digunakan anak untuk merangsang anak membaca; b) Guru menempelkan satu persatu gambar dengan huruf-huruf sehingga anak bisa mengenal huruf; c) Guru memberitahukan gambar benda yang ditempelkan dan mengenalkan huruf kepada anak-anak; d) Guru mengeja huruf yang ditempelkan sesuai gambar; e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar mengeja huruf sehingga membentuk kata dan anak dapat membacanya; f) Guru memotivasi anak yang memiliki minat membaca dengan memberikan pujian; g) Guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk terus belajar membaca secara bergantian; h) Guru melakukan pemantauan selama anak-anak melakukan kegiatan belajar membaca; i) Guru melakukan penilaian terhadap anak-anak yang masih kurang berminat dan sulit untuk membaca; j) Guru membuat suatu kesimpulan terhadap hasil kegiatan membaca dengan menggunakan media visual. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK dengan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Untuk mencari data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain; observasi, tes perbuatan dan dokumentasi. Berdasarkan kriteria penilaian yang dikemukakan oleh Sanapiah Wiseso (dalam Suyoto 2002) maka untuk penilaian kemampuan membaca melalui media visual pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo yakni sebagai berikut: 66 – 100 :
Mampu
55 - 65
:
Kurang Mampu
< 55
:
Tidak Mampu
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dipresentasikan dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2003) dengan formula sebagai berikut;
10
f p = ------ x 100% n Keterangan p
= presentase yang dicari
f
= jumlah anak yang mampu
n
= jumlah anak yang dijadikan responden
100% = bilangan tetap HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Pelaksanaan Siklus I Berdasarkan
hasil
pengamatan
secara
individu
nampak
bahwa
peningkatan kemampuan membaca pada anak kelompok B menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini nampak pada hasil penilaian 3 (tiga) aspek yang menjadi indikator penilaian kemampuan membaca yakni aspek kemampuan mengenal bentuk huruf meningkat dari hasil pelaksanaan tindakan kelas siklus I pertemuan I yakni menjadi 8 orang anak (58%) yang mampu, 4 orang anak (27%) kurang mampu dan yang belum mampu berjumlah 3 orang anak (20%). Pada aspek kemampuan merangkai huruf juga terdapat 8 orang anak (58%) yang mampu, 4 orang anak (27%) kurang mampu dan yang belum mampu berjumlah 3 orang anak (20%). Sedangkan ditinjau dari kemampuan kemampuan membaca kata dan kalimat juga terdapat 8 orang anak (58%) yang mampu, 4 orang anak (27%) kurang mampu dan yang belum mampu berjumlah 3 orang anak (20% Dari hasil capaian tindakan kelas siklus I pertemuan I dan II ternyata belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebab anak yang mampu membaca masih berjumlah 8 orang anak (53%) sedangkan indikator kinerja yang ditetapkan berjumlah 12 orang anak atau 80% yang mampu membaca. Berdasarkan kondisi di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melaksanakan tindakan kelas siklus II.
11
b. Pelaksanaan Siklus II Hasil pengamatan pada tindakan kelas siklus II menunjukan bahwa kemampuan membaca pada anak kelompok B menunjukkan peningkatan. Hal ini nampak pada hasil pengamatan dari tiga aspek yang diamati yakni pada aspek kemampuan mengenal bentuk huruf berjumlah 12 orang (80%) yang mampu, terdapat 3 orang (80%) yang tergolong kurang mampu dan tidak ada lagi anak yang belum mampu mengenal bentuk huruf. Ditinjau dari aspek kemampuan merangkai huruf terjadi peningkatan yakni terdapat 12 orang (80%) yang mampu, terdapat 3 orang (20%) yang kurang mampu dan tidak ada lagi anak yang belum mampu. Kemampuan membaca ditinjau dari aspek kemampuan membaca kata atau kalimat nampak bahwa terdapat 12 orang (80%) tergolong mampu, 3 orang (20%) kurang mampu dan tidak ada lagi anak yang belum mampu membaca kata atau kalimat. 2. Pembahasan Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa peningkatan kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro IV Kota Gorontalo terjadi peningkatan yang baik dari setiap pelaksanaan tindakan kelas. Untuk lebih jelasnya keberhasilan tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak kelompok B melalui penggunaan media visual dilihat pada tabel berikut; Tabel .
Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Penggunaan Media Visual Pada Anak Kelompok B TK Kihajar Dewantoro IV Kota Gorontalo Pada Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II
Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus II Pertemuan I Siklus II Pertemuan II
Kemampuan Mengenal Bentuk Huruf
Kemampuan Merangkai Huruf
Kemampuan Membaca Kata dan Kalimat
M
KM
TM
KM
KM
TM
M
KM
7
4
4
7
4
4
7
4
4
8 10 12
4 3 3
3 2 0
8 10 12
4 3 3
3 2 0
8 10 12
4 3 3
3 2 0
12
TM
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peningkatan kemampuan membaca melalui penggunaan media visual ditinjau dari aspek kemampuan mengenal bentuk huruf setelah dilakukan tindakan kelas siklus I tahap I meningkat menjadi 7 orang anak (46%) dan setelah dilaksanakan kegiatan siklus I tahap II meningkat menjadi 8 orang anak (53%) yang mampu. Pada kegiatan tindakan kelas siklus I tahap I anak yang kurang mampu berjumlah 4 orang (27%) begitu pula dengan jumlah anak yang tidak mampu masih berjumlah 4 orang (27%). Dari hasil tindakan kelas siklus II tahap I terjadi peningkatan kemampuan membaca yanga ditinjau dari aspek kemampuan mengenal bentuk huruf pada anak kelompok B menjadi 10 orang anak (67%) yang mampu namun masih terdapat 3 orang anak (20%) dan masih terdapat 2 orang (13%). Setelah dilaksanakan siklus II tahap II bertambah lagi menjadi 12 orang anak (80%) yang mampu namun masih terdapat 3 orang anak (20%) yang kurang mampu. Ditinjau dari aspek kemampuan merangkai huruf pada kegiatan tindakan siklus I tahap I ternyata mengalami peningkatan yakni menjadi menjadi 7 orang anak (46%) dan setelah dilaksanakan kegiatan siklus I tahap II meningkat lagi menjadi 8 orang anak (53%) yang mampu. Anak yang kurang mampu pada tindakan kelas siklus II ini berjumlah 4 orang (27%) dan yang tidak mampu masih berjumlah 3 orang (20%). Setelah dilaksanakan kegiatan tindakan kelas siklus II tahap I kemampuan merangkai huruf pada anak meningkat lagi menjadi 10 orang anak (67%) yang mampu dan setelah dilaksanakan siklus II tahap II bertambah lagi menjadi 12 orang anak (80%) yang mampu. Pada tindakan kelas siklus II tahap II ini anak yang kurang mampu merangkai huruf masih berjumlah 3 orang (20%) dan tidak ada lagi anak yang tidak mampu. Kemampuan membaca pada anak kelompok B ditinjau dari aspek kemampuan membaca kata dan kalimat juga mengalami peningkatan saat dilaksanakan kegiatan tindakan kelas siklus I tahap I yakni terdapat 7 orang anak (46%) yang mampu dan setelah dilaksanakan kegiatan siklus I tahap II meningkat lagi menjadi 8 orang anak (53%) yang mampu. Pada kegiatan tindakan kelas siklus I ini anak yang kurang mampu masih berjumlah 4 orang (27%) sedangkan anak yang tidak mampu berjumlah 3 orang (20%).
13
Kemampuan membaca kata dan kalimat pada anak kelompok B saat dilaksanakan tindakan kelas siklus II tahap I menjadi 10 orang anak (67%) yang mampu dan setelah dilaksanakan siklus II tahap II bertambah lagi menjadi 12 orang anak (80%) yang mampu. Anak yang kurang mampu setelah dilaksanakan tindakan kelas siklus II pertemuan I dan pertemuan II masih berjumlah 3 orang (20%) dan anak yang tidak mampu sudah tidak ada lagi. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa media visual dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro IV Kota Gorontalo. Jadi hipotesis yang menyatakan ”jika guru menggunakan media visual maka kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro VI Kota Gorontalo akan meningkat” bisa diterima. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disiimpulkan bahwa kemampuan membaca pada anak kelompok B TK Kihajar Dewantoro IV Kota Gorontalo dapat ditingkatkan melalui penggunaan media visual. Kemampuan membaca pada anak kelompok B melalui penggunaan media visual ditinjau dari 3 (tiga) aspek yakni kemampuan mengenal bentuk huruf, kemampuan merangkai huruf dan kemampuan membaca kata dan kalimat mengalami peningkatan setiap siklus yakni pada siklus I pertemuan I meningkat menjadi 7 orang (46%) yang mampu, dan setelah siklus I pertemuan II menjadi 8 orang (53%) yang mampu. Pada tindakan kelas siklus II pertemuan I kemampuan membaca pada anak meningkat menjadi 10 orang anak (67%) yang mampu dan pada pertemuan II meningkat lagi menjadi 12 orang (80%) yang mampu. 2. Saran Diharapkan guru mampu meningkatkan kemampuan membaca pada anak dengan menggunakan media visual yang bervariasi dan bekerjasama dengan orang tua dalam hal melatih kemampuan anak membaca di rumah seperti belajar mengenal bentuk huruf, merangkai huruf dan membaca kata dan kalimat
14
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Sudrajat. 2003. Penggunaan Media Audio Visual Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca. Http://www.academia.adu/penggunaanmedia.co.id tanggal 10 April 2013 Depdiknas. 2002. Pembelajaran Membaca Permulaan. Jakarta: Depdiknas Dhieni Nurbiana, 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Gibbon. 2010. Linguistik Sistemik Fungsional dan Pengajaran Membaca. http://www.google.com/search?q. diakses tanggal 10 Juni 2013 Kemendiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya Suleman, Amir Hamzah. 2010. Media Audio Visual. Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Gramedia Vacca, Court. 2010. Membaca Permulaan. Http://www.google.com.membaca_ dan_ menulis. Diakses tanggal 12 Mei 2013
15