1
2
PERAN GURU DALAM MENGENALKAN KONSEP WARNA SEKUNDER PADA ANAK KELOMPOK B TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO TITIN UDJAILI Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo Samsiah, Meylan Saleh
ABSTRAK Titin Udjaili. 2014. Peran Guru Dalam Mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai kecamatan boliyohuto kabupaten gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Samsiah, S.Pd, M.Pd dan pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini yakni: Bagaimanakah Peran Guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai kecamatan boliyohuto kabupaten gorontalo? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo . Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto Kabupaten gorontalo dilaksanakan melalui dua peran yaitu: peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai demonstrator. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai Pembimbing dilakukan dengan cara membimbing anak yang belum mengenal warna sekunder dengan melakukan eksperimen pencampuran warna. Peran guru sebagai demonstrator dilakukan dengan cara menyediakan bahan-bahan yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen pencampuran warna . Dalam hal ini bahan yang diperlukan adalah cat air. Kata Kunci: Peran Guru, warna sekunder1
1
Titin Udjaili, Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Samsiah, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan PG-PAUD Unversitas Negeri Gorontalo
3
Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Berbagai studi yang dilakukan berbagai para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya. Begitu pentingnya masa usia dini, Santrock dan Yussen (Solehuddin, 2000 : 2) berpendapat bahwa usia dini adalah masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik (a highly eventful and unique period of life) yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang di masa dewasa. Usia TK merupakan salah satu rentang umur pada anak usia dini, yaitu usia 4 sampai 6 tahun. Masa ini disebut masa keemasan, karena peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Adapun aspek perkembangan itu meliputi perkembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Aspek-aspek perkembangan tersebut tidak berkembang secara sendiri-sendiri,
melainkan saling terintegrasi dan saling terjalin satu sama lainnya.
berbagai aspek perkembangan di atas, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan karena mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berfikir teliti. Hal ini senada dengan pendapat Gunarsa (Dewi, 2005 : 11) bahwa kognitif adalah fungsi mental yang meliputi persepsi,pikiran,simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Kurikulum TK (2004) dijelaskan bahwa kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam bidang pengembangan kognitif yaitu anak mampu mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hasil belajar yang diharapkan yaitu anak dapat mengenal konsep - konsep sains sederhana yang salah satu indikatornya adalah anak mampu mengenal konsep warna.
4
Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan khususnya pada anak kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto, menunjukkan bahwa anak di kelompok tersebut belum mampu mengenal warna sekunder. Hal tersebut terlihat pada saat pengenalan warna sekunder anak belum mengetahui dari mana warna sekunder tersebut. Dari penjelasan tersebut maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Terdapat 14 anak dari 24 anak yang ada di kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo belum mampu mengenal warna sekunder, 2. Peran guru yang belum optimal dalam mengenalkan konsep warna sekunder. Rumusan Masalah,masalah dalam penelitian ini yakni: Bagaimanakah Peran Guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo? Tujuan Penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Manfaat Penelitian, manfaat secara teoritis dan secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut. Secara Teoritis: 1.Meningkatkan peran pendidik dalam memahami pengenalan warna khusunya warna sekunder, 2.Mengembangkan peran guru dalam meminimalkan pengenalan warna khusunya warna sekunder. Secara Praktis: 1.Bermanfaat dalam meningkatkan pengenalan wrna khususnya warna sekunder, 2. Bermanfaat bagi guru TK dapat mengetahui bagaimana cara mengenalkan konsep warna sekunder dengan baik.
5
Menurut Djamarah (2005: 43-48) Banyak peranan yang di perlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini. 1). Korektor. Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkanya, berarti guru telah mengabaikan perananya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. 2). Inspirator. Sebagai inpirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik. 3). Informator. Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. 4). Organisator. Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam belajar pada diri anak didik. 5). Motivator. Sebagai motifator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan anak didik. 6). Inisiator. Dalam perananya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi
6
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Kompotensi guru harus diperbaiki, ketrampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. 7). Fasilitator. Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. 8). Pembimbing. Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. 9).Demonstrator. Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efesien. 10). Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi edukatif. 11). Mediator. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materiil. 12). Supervisor. Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar
7
menjadi lebih baik. 13). Evaluator. Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang warna. sanyoto (2005:1) mendefinisikan, “warna adalah secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang di pancarkan, atau secara subyekif/psikologis sebagai bagiandari pengalaman indera penglihatan”. Nugraha (2008 : 5 :34) mengatakan bahwa “warna adalah kesan yang di peroleh mata dari cahaya yang di pantulkan oleh benda-benda yang di kenainya”. Selanjutnya laksono (1998 : 42) mengemukakan bahwa “warna yang kita lihat merupakan bagian dari cahaya yang di teruskan atau di pantulkan”. Pembelajaran mengenal warna merupakan implementasi kurikulumTK. dalam kurikulum tersebut di paparkan bahwa mengenal warna merupakan salah satu indikator dari perkembangan kognitif anak Menurut pendapat nugraha (2008:5.44) terdapat beberapa saran di dalam mengajarkan warna kepada anak-anak di antaranya sebagai berikut : 1. Lakukanlah sesuai perkembangan kognitif dan cara berpikir anak, pada pembelajaran tahap awal pilihlah materi-materi yang sederhana dan konkrit.2 Gunakanlah sumber belajar yang tersedia dan dekat dengan lingkungan anak. Misalkan mengenal warna dan perubahannya alat bantu senter dan plastik transparan yang berwarna-warni. Caranya cukup mudah,letakanlah sepotong plastik warna di bagian depan senter. Kemudian nyalakanlah senter itu ke bendabenda berwarna secara bergantian, benda-benda yang di sorot, misalnya mainan anak-anak perabotan dapur dan sebagainya.perubahan warna apakah yang terjadi? Kegiataan itu akan membuat anak tertarik. Contoh lainnya, kegiataan pembelajaran pengenalan warna dapat di lakukan dengan melakukan percobaan (eksperimen) ragam warna dengan menggunakan cat air kegiataan ini sangat mengasyikan bagi anak. Cobalah integrasikan dengan tema-tema yang cocok,misalkan membuat baju ulang tahun yang berwarna-warni
8
Menurut Prawira (1999:71) bahwa pentingnya anak mengenal warna sekunder diantaranya adalah sebagai berikut. 1.Merah Menstimulasi dan melancarkan peredaran darah. Ia juga membantu melawan udara dingin. Warna ini tidak disarankan untuk anak yang baru lahir namun baik untuk anak usia dini agar ia lebih aktif dan bersemangat 2. Kuning Warna ini dikatakan dapat membantu meningkatkan sistem syaraf dan kecerdasan. Ia membantu mengatasi kecemasan dan depresi pada anak. Pada anak usia dini warna kuning cerah mampu menstimulasinya agar lebih aktif, namun untuk bayi, kuning pastel dapat membuatnya tersenyum. 3. Biru Efeknya kebalikan dari warna merah. Efek sejuknya dapat membantu tubuh melawan penyakit dan sembuh dari syok. Jika anak-anak terlihat gelisah coba pakaikan selimut warna biru muda, itulah sebabnya ada warna dengan sebutan baby blue. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiono (2009:8) Penelitian Kualitatif di sebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya di lakukan pasa kondisi yang alamiah (natural setting). Dengan menggunakan pendekatan deskritif. Pemilihan jenis dan pendekatan ini dilakukan untuk menjaga objektivitas dalam penelitian. Sedangkan sumber data yang di wawancarai yaitu pimpinan TK dan guru kelompok B 1 orang. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah, yaitu: Obsevasi, wawancara dan dokumentasi. PEMBAHASAN Hasil
penelitian yang di lakukan melalui wawancara,observasi,serta
dokumentasi bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai kecamatan Boliyohuto
9
Kabupaten Gorontalo yang di tinjau dari peran guru sebagai pembimbing,peran guru sebagai demonstrator. A.Peran guru sebagai pembimbing peran guru sebagai pembimbing yang di laksanakan di TK Teratai dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak yakni bentuk stimulasi dapat berupa pertanyaan–pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk melakukan kegiatan. Contoh pertanyaan terbuka tentang warna adalah tentang proses terjadinya warna sekunder. Sehubungan dengan hal itu, guru TK Teratai terlebih dahulu membuat rencana pembelajaran. Selama menerapkan kegiataan pembelajaran warna, guru dan orang tua terus mencari solusi pemecahan masalah yang di hadapi jika kamampuan mengenal warna sekunder masih rendah.peran yang di ambil sebagai pembimbing dalam mengenalkan konsep warna sekunder yaitu Dengan bersikap sabar, membimbing anak bukan hanya satu atau dua kali saja, tetapi harus berkelanjutan sampai anak mampu melakukan sendiri dengan baik metode yang di gunakan dalam membimbing anak yaitu metode Tanya jawab dan eksperimen percobaan pencampuran warna yang menghasilkan warna sekunder. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah (2005:43-48) bahwa peran guru sebagai pembimbing yakni kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak menjadi manusia dewasa susila yang cakap. B.Peran guru sebagai demonstrator Sejalan dengan hasil penelitian diketahui bahwa peran guru sebagai demonstrator yang diterapkan di TK Teratai yakni guru dan orang tua memberi contoh warna sekunder yang baik dan cara membuat yang baik pula. Guru selalu siap menjadi fasilitator yang penyabar dalam menangani segala kekurangan dan kelebihan anak dalam kegiatan pembelajaran .Kegiatan pencampuran warna merupakan kegiatan yang ditunggui, sehingga guru selalu memantau proses pekerjaan anak sampai selesai. apabila anak kurang minat dan tidak mengerti dalam kegiatan pencampuran warna , guru bersikap sabar, tidak mudah menyerah
10
dan terus berusaha dengan memberika bimbingan, motivasi dan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga dapat merangsang minat dan kemampuan anak khususnya mengenal warna sekunder. Peran guru sebagai demonstrator dilakukan oleh guru TK serta orang tua sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah (2005:43-48), dalam interaksi edukatif tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Simpulan dan saran Simpulan Dari uraian diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan baahwa peran guru dalam mengenalkan konsep warna sekunder pada anak kelompok B TK Teratai Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo telah dijalankan namun belum maksimal. Dimana telah dijelaskan pada pembahasan bahwa ada 2 peran guru yang menunjang pengenalan warna sekunder pada anak yakni peran guru sebagai pembimbing, dan peran guru sebgai demonstrator. Dan dalam menjalankan kedua peran tersebut guru mengalami kendala yaitu anak yang hiperaktif dan tidak perhatian ketika guru memberi contoh pencampuran warna , selain itu juga saat menghadapi anak yang tidak mau mengerjakan tugasnya
karena tidak ingin
tangannya kena cat air Saran Dari hasil penelitian yang di jelaskan sebelumnya, maka ada beberapa saran yang dapat di ajukan yaitu:
11
1.
Diharapkan kepada guru agar tetap terus mengenalkan konsep warna sekunder pada anak dengan terus membimbing, mengarahkan, dan menasehati dengan penuh kesabaran.
2.
Diharapkan dengan kegiatan pengenalan warna sekunder dapat meningkatkan hasil belajar anak untuk memiliki kesiapan di jenjang pendidikan selanjutnya.
3.
Diharapkan kepada peneliti agar kiranya penelitian ini menjadi salah satu acuan yang dapat menambah wawasan dalam penelitian ilmiah selanjutnya
12
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abdullah. 2006. Pembelajaran Sains. Http://www.pengertian_sains_script. co.id diakses tanggal 12 Mei 2013 Ariyanto, Erika.2003. Metode Pengembangan Kognitif .Jakarta : Universitas Terbuka. Dewi. Mustika. 2005. Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jilid 1. Jakarta: Erlangga Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta. Kencana Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Fahir. 2013. Teori Peran dan Definisi Peran menurut Para Ahli. Diakses dari http://fahir-blues.blogspot.com/2013/06/teori-peran-dan-definisi-peranmenurut.html. (di download tanggal 6 Desember 2013) Fauz Yudia Fadil.2013. powerful guru masa depan. Bandung : Kolbu Hurlock, B.E. 1989. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Martini, Ayuningsih. 2003. Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Dikti Mulyasa, E. 2005, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Nugraha Bambang. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan Tinggi, Directorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud
13