PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN SOSIAL PADA ANAK KELOMPOK B DI TK YINANGGATA KECAMATAN SUWAWA TENGAH
JURNAL OLEH JURNIATY LAMUSU NIM : 153 410 045
UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2014
Peran Guru Dalam Mengembangkan Kepedulian Sosial Pada Anak Kelompok B TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah Jurniaty Lamusu Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo Rapi Us Djuko, Irvin Novita Arifin
ABSTRAK Jurniaty Lamusu. Nim. 153410045. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kepedulian Sosial Pada Anak Kelompok B di TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Gorontalo. Pembimbing 1 Dra Rapi Us Djuko M.Pd dan Pembimbing II Irvin Novita Arifin S.Pd, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini yakni bagaimana peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial kepada anak kelompok B di TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial kepada anak kelompok B TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, serta teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumberdata adalah guru. Analisis data dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak kelompok B di TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah, yakni guru belum optimal dalam menjalankan perannya dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak kelompok B. Dalam hal ini guru menghadapi kendala dalam menjalankan perannya sebagai inspirator, motivator, pembimbing, dan pengelolaa kelas karena pada umumnya anak masih bersifat egois. Kata kunci : Peran guru, anak Jurniaty Lamusu PG-PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Dra Rapi Us Djuko M.Pd Dosen Jurusan PG-PAUD Universitas Negri Gorontalo, Irvin Novita Arifin S.Pd M.Pd Dosen Jurusan PG-PAUD Universitas Negri Gorontalo.
Semua manusia adalah makhluk rapuh yang terikat pada jaring-jaring sosial yang membatasi ruang gerak setiap makhluk, menurut psikolog sosial Stanley Milgram. Batasan ia maksud mencakup: norma (norm) sosial, peraturan mengenai cara kita berperilaku, yang didukung oleh ancaman hukuman bila kita melanggar, dan menjanjikan adanya penghargaan bila kita mengikuti aturan-aturan tersebut. Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan manusia lain. Hubungan itu terjadi karena manusia menghajatkan manusia lainya. Ketika sesuatu yang akan dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri, kebutuhan berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat manusia cenderung untuk melayani kebutuhan manusia lainya selain demi kepentingan pribadi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah pada hari rabu 29 Januari 2014 kegiatan kepedulian sosial di kelas B belum nampak terlihat, karena anak-anak masih terlihat egois, hal ini dapat dilihat dari kasih sayang anak yang diberi pada orang lain. Namun dalam kegiatan pembelajaran guru sudah memberitahukan dan melatih anak untuk peduli terhadap sesama teman, misalnya dengan membagi bekal pada teman yang tidak membawa atau memimjamkan peralatan tulis pada teman yang tidak punya, namun belum optimal. Kepedulian sosial yang belum optimal ini diduga disebabkan oleh anak yang egois tidak mau dan bosan dengan cara guru dalam mengajar. Agar anak tidak bosan dan mau mendengarkan apa yang dikatakan guru seharusnya guru menggunakan metode-metode yang membuat anak tidak menjadi bosan, misalnya metode bercerita, metode bernyanyi, metode bersajak atau syair, dan metode bermain peran. Maksimalnya peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak disebabkan oleh kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan perannya sebagai, inspirator, motivator, pembimbing dan sebagai pengelola kelas. Sehingga mengakibatkan anak cukup maksimal dalam menanamkan sikap peduli sosialnya. Melalui peran guru diharapkan anak memiliki sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain membutuhkan.
1. Pengertian Peran Menurut Fadil (2013:3) Pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan kedudukanya dalam suatu sistem. Jadi peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu. Peran yang dimaksud adalah peran guru dalam menanamkan sikap kepedulian sosial pada anak. 2. Pengertian Guru Pengertian guru menurut undang-undang Guru dan Dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan
formal,
pendidikan
dasar,
dan
pendidikan
menengah
(UUD,2006:2). Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (Tenda 2013) bahwa guru atau tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan pengapdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi. 3. Pengertian Peran Guru Menurut Djamarah (2005: 43-48) Banyak peranan yang di perlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini. 1). Inspirator. Sebagai inpirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh
anak didik. 2). Motivator. Sebagai motifator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan anak didik. 3). Pembimbing. Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. 4). Pengelola kelas. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi edukatif. 4. Pengertian Kepedulian Sosial Kepedulian sosial adalah suatu nilai penting yang harus dimiliki seseorang karana terkait dengan nilai kejujuran, kasih sayang, kerendahan hati, keramahan, kebaikan dan lain sebagainya. Menurut Santi (2009: 54) Untuk mampu bersosialisasi dengan baik dan dapat bermasyarakat secara menyenangkan, ternyata dibutuhkan latihan dan kegiatan tertentu dalam waktu yang cukup lama. Waktu yang lama itu diperlukan, karena sosialisasi menuntut anak untuk mampu saling menghargai, saling menerima, saling memahami. Sosialisasi merupakan proses proses dalam kebersamaan, sehingga memerlukan waktu yang lama. 5. Langkah-Langkah Mengajari Anak Agar Peduli Terhadap Sosial 1).
Menujukan atau memberikan contoh sikap kepedulian sosial.
Memberiakn nasihat pada anak tanpa disertai dengan contoh langsung tidak akan memberikan efek yang besar. Jika sikap kita dalam kehidupan sehari-hari menujukan sikap peduli pada sesama maka kemungkinan besar anak akan mengikutinya. 2). Melibatkan anak pada kegiatan sosial. Biasakan untuk mengajak anak pada kegiatan sosial. 3). Tanamkan sikap saling menyayangi pada
sesama. Menanamkan sikap saling menyayangi pada sesama dapat diterapkan dari rumah, misalnya dengan membantu orang tua, kakak, ataupun menolong teman yang jatuh. 4). Memberikan kasih sayang pada anak. Dengan kita memberikan kasih sayang maka anak akan merasa aman dan disayangi, dengan hal itu kemungkinan anak akan memiliki sikap peduli pada orang lain yang ada disekitarnya. Sedangkan anak yang kurang mendapatkan kasih sayang justru akan cenderung tumbuh menjadi anak yang peduli pada dirinya sendiri. 5). Mendidik anak untuk tidak membeda-bedakan teman. Mengajarkan anak untuk saling menyayangi terhadap sesama teman tanpa membedakan kaya atau miskin, warna kulit dan juga agama. Beri pengertian bahwa semua orang itu sama yaitu ciptaan tuhan. 6. Sasaran Pengembangan Sosial di Taman-Taman Kanak-Kanak Menurut Lawrence dan Hurlock dalam Nugraha dkk (2004:9.3) sasaran pengembangan sosial anak difokuskan pada keterampilan-keterampilan sosial anak yang diharapkan dapat dimiliki anak ketrampilan sosial yang dimaksud antara lain. 1). Keterampilan bercakap-cakap/komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran pikiran dan perasaan. 2). Menumbuhkan sense of humor. Pengembangan sense of humor bagi anak perlu diperhatikan. Anak yang memiliki rasa humor biasanya lebih disukai oleh teman-temanya. Sense of humor akan membantu anak mengembangkan kreatifitas, berpikir divergen, imajinatif, menumbuhkan kepercayaan diri, memperluas pertemanan serta terhindar dari stres. 3). Menjalin persahabatan. Kita mengenal bahwa manusia makhluk sosial dan kebersamaan dalam melakukan aktivitas sangat diperlukan dalam pergaulan. Tolong-menolong antar sesama akan membuat sesorang merasa nyaman. Anak akan merasa nyaman bila temanya ada bersamanya, begitu pun sebaliknya. 4). Berperan serta dalam satu kelompok. Adaptasi seorang anak tidak semudah adaptasi orang dewasa, biasanya seorang anak akan melihat situasi kegiatan yang sedang berlangsung. 5). Memiliki tata krama. Anak akan melihat dan meniru kebiasaan orang dewasa atau bahkan mungkin akan menuruti perintah orang dewasa. 7. Latihan Sosial (Sosial Training)
Menurut Nugraha dkk (2004:9.6) pada dasarnya latihan bagi anak untuk berperilaku sosial dimulai di rumah. Dengan demikian, peran orang tua menjadi sangat penting. Para orang tua dapat membantu anaknya untuk melakukan latiha sosial, diantaranya adalah para orang tua diharapkan dapat memberikan latar belakang kehidupan sosial yang aman penuh cinta bagi anak. Latar belakang kehidupan yang buruk dapat mengakibatkan tumbuhnya perilaku sosial yang buruk pula bagi anak. Hal lain yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu latihan sosialisasi anak adalah menjadikan dirinya teladan yang baik bagi anak, dalam arti orang tuadiharapkan menjadi figur yang baik bagi anak. 8. Lingkungan Yang Berperan Dalam Mengembangkan Kepedulian Sosial Anak 1). Lingkungan keluaraga. Pendidikan anak yang pertama adalah pendidikan dalam keluarga. Seorang anak yang dididik oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang akan merasa dihargai dan dibutuhkan, ia pun akan menyayangi keluarganya sehingga akan tercipta kondisi yang saling menghargai dan saling membantu. Kondisi tersebut sangat mendukung perkembangan perkembangan anak. Di dalam keluarga yang penuh rasa kasih sayang, menjadikan harga diri anak dapat berkembang karena ia merasa dihargai, dicintai, dan diterima sebagai manusia. Dengan diharagai dan dihormati anak juga akan menghargai orang lain. Keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilakan anak yang memiliki kepribadian baik. 2). Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan pendidikan kedua setelah keluarga. Guru menjadi media pendidik dan sumber informasi bagi anak didik dalam memberikan ilmu pengetahuan. Guru berperan memberikan bantuan, motivasi, di lingkungan sekolah lebih menekankan pengajaran tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan ketaatan terhadap aturan-aturan yang berlaku serta norma-norma yang berlaku dilingkungan masyarakat sehingga anak dapat menempatkan diri dimanapun dia berada dan bagaimana bersikap baik, sopan, dan peduli terhadap orang lain. 3). Lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting bagi perkembangan anak didik, karena lingkungan masyarakat dapat memberikan gambaran bagaimana hidup bermasyarakat. Dengan pendidikan, dalam diri anak tertanam pengetahuan
yang membuat dia bisa menemukan hal-hal baru yang belum pernah ada sebelumnya sehingga dapat memajukan diri sendiri dan dapat dimanfaatkan dengan bijaksana. Selain itu juga pendidikan dapat menanamkan hal-hal positif sejak dini terhadap anak didik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Menurut
Sugiyono (2013:9) mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dengan menggunakan pendekatan deskritif. Pemilihan jenis dan pendekatan ini dilakukan untuk menjaga objektivitas dalam penelitian. Sedangkan sumber data yang di wawancarai yaitu pimpinan TK dan guru sebanyak 2 orang. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah, yaitu: Obsevasi, wawancara dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN Peneletian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi yang dimaksudkan untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran serta aspek-aspek lain yang memungkinkan berpengaruh
dalam
proses
pendidikan
mengenai
peran
guru
dalam
mengembangkan kepedulian sosial pada anak kelompok B. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran dan jam istirahat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada guru kelompok B diperoleh gambaran mengenai. 1. Guru sebagai inspirator. Guru memberikan petunjuk dan melatih anak tentang bagaimana cara peduli terhadap sesama. 2. Guru sebagai motivator. Guru
mendorong sekaligus memberikan contoh
bagaimana peduli terhadap orang-orang yang ada disekitar. 3. Guru sebagai pembimbing. Guru membimbing anak-anak agar bisa peduli terhadap sesama. 4. Guru sebagai pengelola kelas. Guru mengelola kelas dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam mengembangkan
kepedulian
sosial
pada
anak
kelompok
B,
dengan
mewawancarai kepala sekolah dan guru pengajar. Guru
memiliki
beberapa
peran
yang
sangat
penting
dalam
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik. Dan dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak, yaitu guru sebagai korektor, guru sebagai inspirator, guru sebagai motivator, dan guru sebagai pembimbing. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut. HASIL PEMBAHASAN Berdasarkan kajian dan hasil penelitian mengenai peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak maka pembahasan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Guru Sebagai Inspirator Sebagai inspirator guru harus memberikan petunjuk (ilham) pada anak tentang bagaimana cara peduli terhadap orang-orang yang ada disekitarnya. Memberikan petunjuk dan contoh bagaimana sikap peduli sosial tersebut karena perilaku baik akan tertanam bila terus dilatih dan dipraktekan secara langsung. Anak-anak pada usia ini dapat menangkap hal-hal baru dan menanamkan dalam benaknya hingga dewasa, oleh sebab itu peran guru sebagai inspirator harus memberikan petunjuk dan menanamkan segala hal baik pada diri anak termasuk kepedulian sosial. Peran guru sebagai inspirator yang dilaksanakan pada TK Yinanggata yakni guru selalu memberikan contoh, menujukan pada anak-anak bagaimana sikap kepedulian sosial tersebut. Karena siswa selalu memperhatikan tingkah laku guru jadi guru harus menjadi teladan yang baik. Keteladanan guru sangat dibutuhkan di era informasi saat ini karena keteladananya bisa menjadi inspirasi bagi anak didik kelak dalam kehidupanya dikemudian hari. Pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu orang tua siswa yang menyatakan bahwa guru memberi teladan yang baik di luar maupun dilingkungan sekolah.
Pendapat ini sejalan dengan teori Djamarah (2005 :43-48) sebagai inspirator guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang dihadapi oleh anak didik. 2. Guru Sebagai Motivator Sebagai motivator guru memberikan motivasi pada anak yang tidak memiliki sikap kepedulian sosial. Karena sikap kepedulian sosial harus ditanamkan sejak dini, anak yang terbiasa membantu orang lain disekitarnya, ketika dia besar nanti akan memandang hidup mereka dengan cara yang positif dan memiliki harapan besar untuk masa depan mereka. Jadi guru harus terus memberikan motivasi pada anak untuk terus berperilaku baik. Anak yang punya rasa peduli pada sesama akan menujukan priabadi yang hangat, murah hati, mudah berempati, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada lingkungan sekitarnya. Dari hasil penelitian peran guru sebagai motivator dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak kelompok di TK Yinanggata kecamatan suwawa tengah yakni guru melibatkan anak dalam kegiatan sosial dan memberikan stimulus berupa hadaih dan pujian ketika anak tersebut berbuat hal baik dalam peduli terhadap sesama teman. Guru terus memotivasi anak membimbing mengarahkan dengan penuh kesabaran, Dan guru tetap terus berusaha mencari solusi pemecahan masalah pada anak yang tidak mau peduli terhadap orang-orang yang disekitarnya dengan cara berkomunikasi langsung dengan orang tuanya. Dan pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu orang tua siswa yang menyatakan bahwa guru memberikan motivasi berupah contoh secara langsung, dan menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didiknya tidak mau peduli terhadap orang lain. Dan pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah (2005 : 43-48) setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas dan
sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan anak didik. 3. Guru Sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing, peran ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah untuk membimbing anak didik, dalam hal ini membimbing anak agar memiliki sikap kepedulian sosial dengan cara memberikan contoh terhadap orang lain, dengan saling berbagi kepada orang lain, guru harus bersikap adil pada setiap anak sesuai kebutuhan, memberikan penghargaan, pujian kepada anak jika berperilaku baik dan jika tidak harus tetap memberikan pemahaman dan tetap memberikan motivasi, dan sebaiknya sejak dini anak diberikan tanggunjg jawab, hal ini bertujuan melatih kepedulian terhadap orang lain dan dapat berbagi dengan orang lain. Peran guru sebagai pembimbing yang dilaksanakan di TK Yinanggata untuk mengembangkan kepedulian sosial pada anak yakni membimbing dan mengarahkan anak agar mau peduli terhadap orang-orang yang ada disekitarnya, dan setiap saat guru memberitahu serta memberikan contoh sikap peduli terhadap sesama. Dan ketika anak tersebut berbuat salah guru selalu menegurnya dan menasehati. Dan selama menerapkan pembelajaran guru terus mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi jika anak tidak mau peduli pada orang lain atau masih bersifat egois. Dan pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu orang tua siswa yakni guru selalu membimbing anak didiknya yang belum mampu berdiri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Djamarah (2005 : 43-48) bahwa peran guru sebagai pembimbing yakni kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak menjadi manusia dewasa susila yang cakap.
4. Guru Sebagai Pengelola Kelas Guru sebagai pengelola kelas, mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung
program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan tetap mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sejalan dengan hasil penelitian diketahui bahwa peran guru sebagai pengelola kelas yang diterapkan di TK Yinanggata yakni guru membimbing dan mengarahkan proses-proses intelktual dan sosial di dalam kelas. Di mana seorang guru harus memiliki ketrampilan untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar siswa yang optimal. Dan juga guru membantu anak dalam pembentukan kelompok, membatu kerja sama dalam menemukan tujuan-tujuan kelompok agar individu dapat bekerja sama dengan kelompok. Dan pernyataan tersebut diperkuat oleh salah satu orang tua siswa yang menyatakan bahwa guru memiliki ketrampilan untuk menciptakan kondisi belajar anak yang optimal dan dalam hal ini menerapkan kepedulian sosial. Peran guru sebagai pengelola kelas di TK Yinanggata sejalan dengan teori Djamarah (2005: 43-48) yakni guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi edukatif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran guru dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak kelompok B di TK Yinanggata Kecamatan Suwawa Tengah kabupaten Bone Bolango telah dijalankan namun belum maksimal. Dimana telah dijelaskan pada pembahasan bahwa ada 4 peran guru yang menunjang pengembangan kepedulian sosial pada anak yakni, guru sebagai Inspirator, guru sebagai Motivator, guru sebagai Pembimbing dan guru sengai Pengelola kelas. Dan dalam menjalankan keempat peran tersebut guru mengalami kendala yaitu, pada umumnya anak-anak masi bersifat egois, anak yang merasa superiol, merasa lebih dari anak-anak yang lain, tidak peduli terhadap orang lain dan tidak mau melakukan kerja sama. Saran
Dari hasil penelitian yang dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa saran yang dapat diajukan yaitu : 1. Diharapkan kepada guru agar tetap terus mengembangkan kepedulian sosial pada anak dengan terus membimbing, mengarahkan, dan menasehati dengan penuh kesabaran. 2. Diharapkan kepada semua pihak agar turut serta dalam mengembangkan kepedulian sosial pada anak, karena anak yang merasa aman dan disayangi dilingkungan mereka akan berepeluang besar untuk bersikap peduli pada orang lain di sekitarnya. Anak yang merasa kekurangan kasih sayang justru akan tumbuh menjadi orang yang hanya mempedulikan dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Atosokhi, Antonius Dkk. 2005. Charcter Building II Relasi dengan Sesama. Jakarta : PT Gramed Nugraha, Ali Dkk. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Fauz, Yudia Fadil. 2013. Powerful guru masa depan. Bandung: Kolbu Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia Hasan, Ahmad Dkk. 2006. 40 Hadits Sahih Pedoman Membangun Toleransi. Jakarta : Pustaka Pesantren Lengkawati, Sry Nenden. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. PT Imtina Lily, Mulyadi. Guru Sebagai Inpirator Positif Dan Negatif Bagi Siswa http://guru-bisnisonline.blogspot.com/2011/08/guru-sebagai-inspiratorpostif-dan.html. Diakses tanggal 24 Agustus 2011 Rijal. Jurnal Penelitian Peran Keluarga Dalam Membantu Menumbuhkan Sikap Kepedulian Sosial Pada Anak SD http://djalsociuszt.blogspot.com/2013/06/jurnal-penelitian-peran-keluargadalam.html Di akses tanggal 10 juny 2013
Mansur. Menanamkan Kepedulian Sosial Pada Anak http://mhharismansur.blogspot.com/2012/12/menanamkan-kepeduliansosial-pada-anak.html Di akses tanggal 22 Desember 2012
Mendidik Anak Agar Memiliki Sikap Kepedulian Sosial http://pondokibu.com/mendidik-anak-agar-memiliki-sikap-kepeduliansosial.html Murdiono.
Metode Penanaman Nilai Moral Untuk Anak B1-Jurnal Kependidikan-Lemlit.pdf – Adobe Reader
Usia
Dini
Mulyana A.Z. 2000. Rahasia Menjadi Guru Hebat. PT Grasindo Santi Danar. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks Santoso, Jalu Eko. 2007. Heart Revolution Revolusi Hati Nurani. Jakarta : PT Gramedia Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Tenda sofya laura. 2013. Peran guru dalam mengembangkan kecerdasan sosial pada anak usia 6 tahun di efrata gentuma kecamatan gentuma raya. Universitas Negri Gorontalo Taufik. Upaya Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa http://karyatulis1.blogspot.com/2012/01/ptk-guru-sd-upayamenumbuhkan.html. Diakses tanggal 1 januari 2013 Vivalog. Cara Mencegah Anak menjadi Egois http://log.viva.co.id/news/read/393320-cara-mencegah-anak-menjadiegois diakses tanggal 26 Februari 2013 10:31 Wib