1
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK B KB PAUD BUNDA DESA MEBONGO KABUPATEN GORONTALO UTARA HADIDJAH SALEHE (Mahasiswa SI Jurusan PGSD FIP UNG) Pembimbing Dra.DajaniSuleman, M.Hum MeylanSaleh, S.Pd, M.Pd ABSTRAK PermasalahandalampenelitianiniadalahApakahKecerdasansosialAnakKelompok B KB PaudBundaDesaMebongoKecamatanSumalataKabupatenGorontalo Utara Dapat di kembangkanMelaluiPembelajaranBermainPeran.Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untukmengembangkankecerdasansosialanakmelaluibermainperan di kelompok B KB PaudBundaDesaMebongoKecamatanSumalataKabupatenGorontalo Utara Penelitianinidilaksanakan di Kelompok B KB PaudBundaDesaMebongoKecamatanSumalataKabupatenGorontalo Utara. Metode yang digunakan adalah tindakan kelas dengan alat pengumpul data utama adalah observasi untuk mengetahui perkembangan kecerdasansosialanakKelompok B KB PaudBundaDesaMebongoKecamatanSumalataKabupatenGorontalo Utara. bahwa pelaksanaan tindakan kelas untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak melalui bermain peran pada siklus I meningkat menjadi 55% dari 20 anak di kelompok B KB Paud Bunda dapat dikembangkan kecerdasan sosialnya, atau terjadi peningkatan 25% dari observasi awal. Pada tahap siklus II penelitian tindakan yang dilaksanakan meningkat menjadi 95% dari 20 anak di kelompok B atau jumlah peningkatan mencapai 40% dari tahap siklus I. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan tindakan kelas pada anak kelompok B dalam mengembangkan kecerdasan sosialnya telah melampaui indikator kinerja yang telah ditetapkan.Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasan, makadapatdisimpulkanbahwamelaluibermainperandapatmengembangkankecerdasansosialana kKelompok B KB PaudBundaDesaMebongoKecamatanSumalataKabupatenGorontalo Utara Kata Kunci: KecerdasanSosial, BermainPeran PENDAHULUAN Kecerdasan sosial merupakan salah-satu dari kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Seperti halnya kecerdasan yang lain, kecerdasan sosial juga membutuhkan rangsangan dari luar agar dapat berkembang dengan baik. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat salah satunya adalah PAUD merupakan bagian dari lembaga pendidikan anak yang memiliki tugastugas untuk mempersiapkan anak-anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan dasar, sikap, perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan sesungguhnya. Sudah tiba saatnya bagi kita semua untuk melakukan intropeksi dan koreksi terhadap berbagai kesalahan kita dalam mendidik anak. Bahwa anak-anak juga memiliki hak-haknya
2
yang hakiki sebagai anak. Sebagai mana tertuang dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang mengatakan bahwa setiap anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU RI No. 23 Tahun 2002).
Berdasarkan observasi awal di lokasi penelitian ditemukan anak yang memiliki kecerdasan sosial di Paud Bunda Desa Mebongo Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara adalah 30% atau 6 orang anak dari 20 orang anak yang menunjukan kecerdasan sosial anak. Hal ini ditunjukkan dari hal-hal berikut: (a) kurangnya keberanian anak dalam melakukan kegiatan sosialsepertiikutmembujuakanak yang sedangmenangis (b) kurangnya kemampuan
anak
dalam
mengajak
atau
mempengaruhi
teman
untuk
barmain,
misalnyamemintaanakikutbermaindenganpermainan yang sama (c) kurangnya sikap yang menunjukkan suka berbagi, sepertimemberikanbekal yang dibawah.. Menyadari betapa pentingnya menumbuhkan kecerdasan anak, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah bermain peran. Bennet, (dalam Tatik, 2001:99) mengemukakan bahwa bermain peran adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilanketerampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, diharapkan bermain peran dapat merangsang anak untuk berpikir dan memfokuskan perhatian. KAJIAN TEORITIS Kajian Teori Hakikat Kecerdasan Sosial Menurut Buzan (dalam Chacha, 2010), kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Sedangkan menurut Anderson dalam Safaria (2005) mengungkapkan kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua bela pihak berada dalam situasi saling menguntungkan. Throndrike (dalam Ubaydillah, 2004), salah satu ahli yang membagi kecerdasan menjadi tiga, yakni kecerdasan logika (kemampuan memahami simbol matematis atau bahasa), kecerdasan kongkrit (kemampuan memahami objek nyata), dan kecerdasan sosial
3
(kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi istilah kecerdasan emosional). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diri setiap manusia telah terdapat berbagai macam kecerdasan seperti kecerdasan verbal/bahasa, logika/matematika, spasial/visual, tubuh/kinestetik, musical/ritmik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan spiritual.
Dimensi dan Indikator Sosial Kecerdasan Sosial Secara garis besar yang ada Lima Elemen yang bisa mengasah kercerdasan sosial kita, yang Albrecht singkat menjadi kata SPACE. (Situational awareness, Presense, Authenticity, Clarity, dan Empathy) 1. Kata S adalah Situational awareness (kesadaran situasional). Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kehendak untuk bisa memahami dan peka akan kebutuhan orang lain. Orang yang tidak tahu malu adalah orang yang mengeluarkan gas pada saat di lift yang penuh ssesak itu pasti bukan tipe orang yang paham akan kesadaran situasional. 2. Kata P adalah Presense (kemampuan membawa diri). Elemen ini mengajarkan tentang pembawaan diri kita akan Etika penampilan, tutur kata, gerak tubuh dan menderngarkan dalam lingkungan sosial. 3. Kata A adalah Authenticity (autentitas) atau sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya, jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan 4. Kata C adalah Clarity (Kejelasan). Elemen ini menjelaskan sejauh mana kta dibekali kemanpuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara renyah nan persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya denga n tangan terbuka 5. Kata E adalah Empathy (Empati). Elemen ini sangat penting karna dengan empati kita dengan sangat mudah berada dalam lingkungan sosial dan dapat di ketahui bahwa ia memiliki kecerdasan sosial. (Pellokilla, 2013) Berdasarkan kedua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang baik dengan sesama menunjukkan adanya kecerdasan sosil pada diri seseorang karena berkomunikasi dengan baik akan membuat orang merasa lebih dihargai dan dihormati. Karakter Individu yang Memiliki Kecerdasan Sosial Syawaladi (2007)Orang dengan kecerdasan intrpersonal yang berkembang baik memilki ciri-ciri sebagai berikut: a. Membentuk dan mempertahankan suatu hubungan sosial b. Mampu berinteraksi dengan orang lain c. Mengenali dan menggunakan berbagai cara untuk berhubungan dengan orang lain d. Mampu mempengaruhi pendapat atau tindakan orang lain
4
e. Turut serta dalam upaya bersama dan mengambil berbagai peran yang sesuai, mulai dari menjadi pengikut hingga menjadi seorang pemimpin f. Mengamati perasaan, pikiran, motivasi, perilaku, dan gaya hidup orang lain g. Mengerti dan berkomunikasi dengan efektif baik dalam bentuk verbal maunpun nonverbal h. Mengembangkan keahlian untuk menjadi penengah dalam suatu konflik, mampu bekerja sama dengan orang yang mempunyai latara belakang yang beragam i.
Tertarik menekuni bidang ynag berorientasi interpersonal seperti menjadi pengajar, konseling, manajemen, atau politik
Hakekat Bermain Peran (Role Playing) Hakekat bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan situasi masalah yang secara nyata dihadapi. melalui bermain peran dalam pelajaran diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya, (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap
dalat memecahkan
masalah yang dihadapi (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara bermain. (Darmastuti,2001:18) Bennet, (dalam Tatik, 2001:99) mengemukakan bahwa bermain peran adalah suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Bermain peran(Role playing) adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan atau meniru para tokoh dalam sebuah cerita/skenario. (Syahril, 2011:5) Bermain peran memiliki empat arti yaitu : (1) sesuatu yang bersifat sandiwara, dimana pemain memainkan peran tertentu, sesuai dengan lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya untuk tujuan hiburan. (2) suatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial. (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang berusaha mengelabui orang lain dengan jalan berprilaku yang berlawanan dengan apa yang seharusnya diharapkan, dirasakan dan diinginkan. (4) sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dimana individu memerankan situasi yang imajinatif. (Nasih, Dkk. 2009:77) Kelebihan Dan Kekurangan Bermain Peran
5
Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas. Bila seorang guru yang terampil bisa dengan tepat menggabungkan masalah yang dihadapi dengan kebutuhan dalam kelompok, maka kita bisa mengharapkan penyelesaian dari masalah-masalah hidup yang realistis. Permainan peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam kelas. Meskipun pada awalnya permainan peran itu tampak tidak menyenangkan, namun ketika kelas mulai belajar saling percaya dan belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka "sharing" mengenai analisa seputar situasi yang dimainkan akan membangun persahabatan yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti dalam pelajaran. Berikut adalah beberapa kekurangan metode bermain peran. 1.
Jika anak tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan dengan sungguh-sumgguh.
2.
Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
3.
Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya.
4.
Anak sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau ditugasi dengan baik. Anak perlu mengenal dengan baik apa yang akan diperankan.
5.
Bermain memakan waktu yang banyak.
6.
Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerja sama dengan baik. (Wahab, 2008:109-110)
METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di Kelompok Bermain Paud Bunda Desa Mebongo Kabupaten Gorontalo Utara Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumah anak 20 orang terdiri dari 12 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran, 2 kali pertemuan dan dilaksanakan dalam bentuk siklus. Apabila pada siklus pertama belum memperlihatkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai indikator yang ditetapkan telah dicapai. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6
Observasiawal Berdasarkan tabel 4.1, tahap pengamatan observasi awal yang dilakukan pada anak diperoleh data perkembangan kecerdasan sosial anak dengan kriteria penilaian mampu ratarata berjumlah 6 orang anak atau persentase rata-rata 30% dari 20 orang anak. Untuk kriteria penilaian kurang mampu diperoleh jumlah anak adalah 5 orang anak atau persentase rata-rata 25% dari 20 orang anak. Sedangkan untuk kriteria anak tidak mampu diperoleh jumlah anak lebih besar yakni 9 orang anak atau persentase rata-rata mencapai 45% dari seluruh anak yang berada di KB Paud Bunda Desa Mebongo Kabupaten Gorontalo Utara. Tabel 4.1 Tahap Pengamatan Observasi Awal35 Kriteria Penilaian Kurang Tidak Mampu Mampu Mampu F % F % F %
F
%
Bersikap kooperatif dengan teman
6
30
5
25
9
45
20
100
Menunjukkan sikap toleran
6
30
5
25
9
45
20
100
Menunjukkan rasa empati
6
30
7
35
7
35
20
100
6
30
5
25
9
45
20
100
Aspek yang diamati
Rata-rata
Jumlah
Ket : M KM TM
: 30% : 25% : 45%
F %
: Frekuensi anak : Persentase (dalam %)
SIKLUS I Tabel 4.2 Tahap Pengamatan Siklus I39 Kriteria Penilaian Kurang Tidak Mampu Mampu Mampu F % F % F %
F
%
Bersikap kooperatif dengan teman
10
50
8
40
2
10
20
100
Menunjukkan sikap toleran
10
50
9
45
1
5
20
100
Menunjukkan rasa empati
12
60
7
35
1
5
20
100
11
55
8
40
1
5
20
100
Aspek yang diamati
Rata-rata
Ket : M KM
: 55% : 40%
F %
: Frekuensi anak : Persentase (dalam %)
Jumlah
7
TM
: 5%
Berdasarkan tabel 4.2 tahap siklus I diperoleh data perkembangan kecerdasan sosial anak sebagai berikut, untuk kriteria penilaian mampu rata-rata berjumlah 11 orang anak atau persentase rata-rata 55% dari 20 orang anak. Untuk kriteria penilaian kurang mampu diperoleh jumlah rata-rata anak adalah 8 orang anak atau persentase rata-rata 40% dari 20 orang anak. Sedangkan untuk kriteria anak tidak mampu diperoleh jumlah rata-rata anak 1 orang anak atau persentase rata-rata mencapai 5% dari 20 orang anak di KB Paud Bunda. SIKLUS II Tabel 4.3 Tahap Pengamatan Siklus II42 Kriteria Penilaian Kurang Tidak Mampu Mampu Mampu F % F % F %
F
%
Bersikap kooperatif dengan teman
18
90
2
10
0
0
20
100
Menunjukkan sikap toleran
19
95
1
5
0
0
20
100
Menunjukkan rasa empati
19
95
1
5
0
0
20
100
19
95
1
5
0
0
20
100
Aspek yang diamati
Rata-rata
Jumlah
Ket : M : 95% F : Frekuensi anak KM : 5% % : Persentase (dalam %) TM : 0% Berdasarkan tabel 4.3 tahap siklus II diperoleh data perkembangan kecerdasan sosial anak, untuk kriteria penilaian mampu rata-rata berjumlah 19 orang anak atau persentase ratarata 95% dari 20 orang anak. Untuk kriteria penilaian kurang mampu diperoleh jumlah ratarata anak adalah 1 orang anak atau persentase rata-rata 5% dari 20 orang anak. Sedangkan untuk kriteria terakhir yakni tidak mampu tidak lagi ditemukan anak yang tidak mampu dengan hasil persentase rata-rata 0%. PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang diperoleh untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak melalui bermain peran pada siklus I meningkat menjadi 55% dari 20 anak di kelompok B KB Paud Bunda dapat dikembangkan kecerdasan sosialnya, atau terjadi peningkatan 25% dari observasi awal. Pada tahap siklus II penelitian tindakan yang dilaksanakan meningkat menjadi 95% dari 20 anak di kelompok B dengan jumlah peningkatan mencapai 40% dari
8
tahap siklus I atau mencapai 65% dari tahap observasi awal. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan tindakan kelas pada anak kelompok B dalam mengembangkan kecerdasan sosialnya telah melampaui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dari hasil yang dicapai pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa adalah benar hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa: “jika digunakan teknik bermain peran maka kecerdasan sosial anak kelompok B Paud Bunda Desa Mebongo Kabupaten Gorontalo Utara meningkat”
PENUTUP KESIMPULAN Hasil pengamatan yang diperoleh untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain peran yang dikenakan pada anak Kelompok B KB Paud Bunda Desa Mebongo Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara, tahap siklus I meningkat menjadi 55% dari 20 anak di kelompok B KB Paud Bunda dapat dikembangkan kecerdasan sosialnya, atau terjadi peningkatan 25% dari observasi awal. Pada tahap siklus II penelitian tindakan yang dilaksanakan meningkat menjadi 95% dari 20 anak di kelompok B dengan jumlah peningkatan mencapai 40% dari tahap siklus I atau mencapai 65% dari tahap observasi awal. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa: “Jika digunakan teknik bermain peran maka kecerdasan sosial anak kelompok B Paud Bunda Desa Mebongo Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat, dapat diterima.” SARAN 1. Diharapkan dengan adanya karya ilmiah ini dapat menjadi salah satu sumber reverensi tentang penggunaan metode-metode pembelajaran yang mempunyai peran sama dalam membantu anak untuk belajar seperti halnya metode bermain peran dalam mengembangkan kecerdasan sosial anak. 2. Diharapkan penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan pemahaman kepada pendidik tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan sosial anak sejak usia dini melalui penggunaan metode pembelajaran yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Alhafiz, 2011. Bermainperan.Dapat di aksespadahttp.wordpres.com, Akses Tgl 8 Desember 2012
9
DarmastutiSoebtrino,
2001.
DidaptikMetodik
Taman
Kanak-
KanakTentangPembelajaranBermainPeran. Jakarta: Diknas Hamalik, Oemar, 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru. Hanafiyah dan Cucu Suhana, 2009. Konsep Srategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama Hasan S.N (2000) Pendidikan ilmu-ilmu sosial buku 1 dan 2, Bandung, Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Ismail, Andar. 2006. Selamat Berkerabat:33RenungantentangKebersamaan. Jakarta: GunungMulia
Nasih,
Ahmad
MunjindanKholidahLilikNur.
2009.
MetodedanTeknikPembelajaranPendidikan Agama Islam. Bandung: RefikaAditama. Safaria, T. 2005. InterpersnalIntellegences. Yogyakarta: Amara Book. Sagala S. 2006. Konsep dan makna pembelajaran Bandung, CV Alfabeta Siska,
Yulia.
2011.
PenerapanMetodeBermainPeran
(Role
Playing)
DalamMeningkatkanKeterampilanSosialDan
KeterampilanBerbicaraAnakUsiaDini
(PenelitianTindakanKelas
B
di
Kelas
Taman
Kanak-kanak
Al-
KautsarBandarlampungTahunAjaran 2010-2011) Sudijono, Anas. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sumardi. ”Apakah Kompetensi Sosial.” http:www.kompas.com. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012 Syahril, 2011.PenerapanTehnik Role Playing UntukMeningkatkan Emotional Literacy Siswa SMP. Seminar danLokakarya: Malang Syawaladi dalam (http://julisyawaladi.blogspot.cm)Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012 Tatik, Romlah. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang. Ubaydillah, 2004. Kecerdasan Interpersonal.http//wordpres/digilib.upi.comDiakses pada tanggal 10 Nopember 2012 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Wahab,Abdul Aziz, 2008. Metode dan Model Mengajar ; Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung: Alfabeta Waluyo.
Herman
J.
2008.
Drama
TeoridanPengajarannya.
Yogyakarta:
PT.
HaninditaGrahaWidya. Pellokila,
2013.Lima
Dimensi
Sosial.Dalamhttp://vickywibisono.blogspot.com.Diaksestanggal 3 Juli 2013
Kecerdasan
10
Mardinata,Sulung
Lahitani.
2012.
Bermain
Peran.
Dapatdiaksespadahttp://catatannyasulung.blogspot.com. Diaksestanggal 4 Juli 2013.