1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Agustus 2016
PENERAPAN METODE BERMAIN KOOPERATIF UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL ANAK USIA DINI Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini atas dasar permasalahan perkembangan kecerdasan sosial anak di Kelas B1 TK Islam Alam Nusantara, antara lain: masih rendahnya sikap bersosialisasi diantara teman, masih rendahnya sikap percaya diri, kemampuan kecerdasan sosial masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan metode bermain kooperatif. Metode bermain kooperatif merupakan salah satu hal yang penting untuk perkembangan kecerdasan sosial anak karena saat bermain kooperatif anak belajar tentang bekerja sama, berkomunikasi, menghargai perasaan temanya, dan mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Menurut anak-anak bermain itu belajar dan belajar itu bermain namun Banyak orang yang berfikir bahwa bermain tidak membuat anak cerdas, dengan belajarlah anak dapat menjadi cerdas. Hal tersebut memang benar, namun anak juga perlu cerdas dalam bersosialisasi. Anak mampu cerdas bersosialisasi tentunya melalui bermain, Karna pada saat anak bermain anak belajar bekomunikasi, belajar menghargai perasaan temannya, belajar bekerja sama, dan belajar tanggung jawab. Sehingga anak dapat cerdas secara akademik dan cerdas secara sosial. Penelitian ini dilakukan di TK Islam Alam Nusantara yang terdiri dari 12 siswa yaitu 4 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode bermain kooperatif dapat mengembangkan kecerdasan sosial anak usia dini. Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan metode bermain kooperatif yaitu pembelajaran untuk mengajarkan anak agar anak memiliki rasa tanggung jawab atas perannya dalam bermain, mengajarkan anak tentang bersosialisasi, berkomunikasi serta bekerja sama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK), dengan menggunakan desain penelitian dati John Elliot. PTK ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan satu siklus sebanyak tiga tindakan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan meliputi instrument penilaian performa, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi berupa foto . penelitian ini menunjukkan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif mengalami peningkatan. Kemudian pada hasil penelitian siklusnya. Pada siklus 1 tindakan satu 2.13%, pada tindakan dua 2.27% dan pada tindakan tiga 2%, siklus II tindakan satu 2.88%, tindakan dua 3.25%dan pada tindakan tiga 3.19%, pada siklus III pada tindakan satu 3.91%, Pada tindakan dua 3.9%, pada tindakan tiga 3.94%. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bermain kooperatif dapat mengembangkan kecerdasan sosial anak usia dini di TK Islam Alam Nusantara.
Kata Kunci: Kecerdasan Sosial Anak Usia Dini, Metode Bermain Kooperatif
²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 2
APPLICATION METHODS TO DEVELOP COOPERATIVE PLAY OF SOCIAL INTELLIGENCE Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This research is based on the problem of the development of social intelligence of children in kindergarten classes B1 Islam Alam Nusantara, among others: the low attitude socialize among friends, low self-reliance, social intelligence capability is still low. To overcome the problem by the application of methods of cooperative play. Method cooperative play is one thing that is important to the development of children's social intelligence because when playing cooperatively kids learn to work together, communicate, appreciate the feeling of the theme, and have a sense of empathy for others. According to the children's learning and learning to play it play however many parents who think that the play does not make children smarter, the children can learn to be smart. It is indeed true, but children also need to be smart in socializing. Intelligent children are able to socialize course through play, Karna when children play children learn bekomunikasi, learn to respect his feelings, learn to work together, and learn responsibility. So that the child can be smart academically and socially smart. This research was conducted in kindergarten Islam Alam Nusantara which consists of 12 students are 4 boys and 8 girls. The purpose of this study was to determine whether the method can play cooperatively develop social intelligence early childhood. Learning in this study using cooperative play is learning to teach children so that children have a sense of responsibility for his role in the play, teach children about socializing, communicating and cooperating. The method used is the method of classroom action research (PTK), using a study design dati John Elliot. PTK is carried out in three cycles, with one cycle of three acts. Data collection techniques used include performance assessment instrument, observation, field notes and documentation are photographs. This study shows the social intelligence of children through cooperative methods of play has increased. Then in the research cycle. In cycle 1 measures a 2:13%, on the actions of two 2:27% and on the actions of the three 2%, the second cycle of action of 2.88%, the actions of two 3:25% and on the actions of the three 3:19%, in the third cycle on the actions of the 3.91%, on the actions of two 3.9%, on the actions of three 3.94%. It can be concluded that the method can play cooperatively develop the social intelligence of younger children in kindergarten Islam Alam Nusantara. Keywords: Social Intelligence Early Childhood Cooperative Playing Method
3|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Anak adalah anugrah yang tuhan titipkan, makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling sempurrna yang tuhan ciptakan. Anak usia dini yang biasa di sebut dengan sebutan masa keemasan atau golden age. Dimana pada saat umur keemasan nya yang dimulai sejak lahir sampai dengan usia enam tahun ini, anak sangat mudah dibentuk. Seperti ibaratnya emas yg belum terbentuk apa-apa, kemudian kita bentuk dengan keinginan kita, itulah hasil dari apa yang kita bentuk. begitupun dengan anak, Anak yang kita bentuk sejak usia dini, akan sangat berpengaruh untuk masa depannya. dan saat kepribadiaan anak saat dewasa sudah mulai terlihat, itulah bentuk hasil dari pola asuh saat anak masih usia dini. Pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini pasal 1 bahwa pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebi lanjut. Abidin, Y. (2009, hlm. 1) mengemukakan bahwa bermain merupakan dunia anak-anak, tempat dengan siapa mereka bertemu, beraktivitas, dan berkreativitas. Walaupun mereka tidak saling mengenal, mereka berkumpul bersama untuk bermain. Melalui bermain mereka akan saling mengenal dan berinteraksi dengan bahasa mereka. Melalui bermain mereka juga akan belajar tentang kehidupan, melatih keberanian sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri, ²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Edisi No.
Agustus 2016
serta belajar menghargai teman sesamanya. Dalam mengembangkan kurikulum pendidikan anak usia dini, maka peserta didik harus mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengendalikan emosi. Kemampuan bersosialisasi dan emosi dalam bermain.kemampuan yang mengendalikan emosi sangat penting dimiliki anak agar mereka mampu menjalankan kehidupan sosialnya dengan baik dan selaras.Aspek perkembangan anak dapat ditimbulkan secara optimal dan maksimal melalui kegiatan bermain. Dengan metode bermain ini guna mengembangkan kecerdasan sosial anak kelas B1 di TK islam Alam nusantara.Karena kecerdasan sosial di Tk alam ini masi rendah,ini disebabkan karena kurangnya sekolah menyediakan alat permainan edukatif dan kurangnya metode bermain yang kreatif, alat permainan edukatif dan kurangnya pembelajaran yang menarik sehingga anak kurang tertarik dan kurang berantusias. Untuk itu perlu adanya inovasi dalam metode bermain agar anak mampu bermain sambil belajar sehingga anak menghasilkan perkembangan yang positif. Disini inovasinya adalah membuat permainan yang baru dan menarik sehingga saat bermain anak sangat berantusias. Serta mengajak anak untuk membuat alat permainan edukatif dari bahan-bahan bekas. Masalah utama pada anak di tk islam alam nusantara yaitu: masih rendahnya sikap bersosialisasi diantara teman, masih rendahnya sikap percaya diri, kemampuan kecerdasan sosialnya masih rendah. Untuk itu. Solusinya dalam mengembangkan kecerdasan sosial di Tk alam ini yaitu dengan memberikan metode pembelajaran koopereatif yang kreatif untuk perkembangan kecerdasan sosialnya. Karena dari kegiatan bermain kooperatif anak akan belajar bersosialisasi, menolong, membantu, dan
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 4 bekerja sama. Sehingga perkembangan kecerdasan sosialnya meningkat. Sejalan dengan permasalahan yang ditemukan peneliti menganalisis masalah yaitu metode bermain dikelas kurang menstimulus anak dalam perkembangan kecerdasan anak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka menarik untuk dikaji tentang “Bagaimana Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial”. Sejalan dengan permasalahan yang ditemukan peneliti menganalisis masalah yaitu metode bermain dikelas kurang menstimulus anak dalam perkembangan kecerdasan anak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka menarik untuk dikaji tentang “Bagaimana Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial” Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak Kemlompok B1 TK Islam Alam Nusantara? 1. Bagaimana proses pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan sosial melalui metode bermain kooperatif? 2. Bagaimana hasil perkembangan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak kelompok B TK Islam Alam Nusantara dengan menggunakan metode bermain kooperatif. Secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasansosial melalui metode bermain kooperatif.
2. Untuk meningkatkan hasil perkembangan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif. Anak usia dini merupakan individu yang unik, anak yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang mudah dibentuk. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6 tahun. Menurut Aisyah (2008, hlm. 1.3) anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun , yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak. Penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah, TK dan SD. Menurut Hasan (2013, hlm. 15) pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.Menurut Asmani (2010, hlm. 15) sejak lahir samapi usia 8 tahun, anak mengalami fase pertumbuhan kecerdasan dahsyat yang sering disebut golden age. Fase dimana harus dilakukan untuk mengali dan mengembangkan semua kecerdasan anak sebagai fondasi kokoh dalam mengembangkan potensi setingitingginya Maka dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, agar anak memiliki kesiapan sebelum memasuki pendidikan lebih lanjut. karena pada masa ini dimana anak sangat mudah dibentuk, serta merupakan fase untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, dan sosial emosionalnya. Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah pola anak mampu membuat orang tua terhibur karenanya. Anak usia
5|Antologi UPI
Volume
dini memiliki karakteristik yang khas. Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut berikut (Hartati, 2005) 1. Memiiki rasa ingin tahu yang besaranak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. 2. Merupakan pribadi yang unik 3. Suka Berfantasi dan Berimajinasi 4. Masa Paling Potensial untuk Belajar 5. Menunjukan sikap egosentris 6. Memiliki Rentang Daya konsentrasi yang pendek 7. Sebagai bagian dari makhluk sosial Perkembangan anak usia dini sangat penting dan harus diperhatikan dengan baik. Aspek perkembangan anak usia yang harus dikembangkan dalam diri setiap anak, menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2013 terdiri dari, aspek nilai agama dan moral, fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosialemosional dan seni. Perkembangan sosial merupakan sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain. Sosial merupakan aspek perkembangan yang perlu juga dikembangkan pada anak yang mencakup kesadaran diri, rasa tanggung jawab, perilaku prososial seperti bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi dan menghargai hak dan pendapat orang lain. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak Bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri. Menurut Syamsudin (1995,hlm. 105) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar untk menjadi makhluk sosial, menurut Loree (1970, hlm. 86) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu atau anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Edisi No.
Agustus 2016
rangsangan sosial terutama tekanantekanan dan tuntutan kehidupan (kelompok) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Adapun Hurlock (1987, hlm. 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial meruakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menurut sujiono (2013, hlm. 63) bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak lain. Sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentisme. Maka dapat disimpulkan bahwa bermain dapat menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan sosial anak, karena anak perlu cerdas bersosialisasi agar anak dapat belajar memahami perasaan, menghargai, menolong dan meningkatkan rasa bersosialisasi anak. Menurut sugiyo (2011) Kualitas moral yang tinggi dibutuhkan untuk membuat anak sukses dalam kehidupan di rumah maupun di sekolah. Anak membutuhkan keterampilan moral bukan hanya sekedar prestasi akademik terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Anakyang memiliki kualitas moral yang tinggi dapat dikatakan anak cerdas secara moral. Borba merumuskan kecerdasan moral dalam tujuh kebajikan yaitu : emphaty, conscience, self control, respect, kindness, tolerance dan fairness. Kualitas moral anak berkembang melalui proses yang terus menerus berkelanjutan sepanjang hidup. Kecerdasan moral dipengaruhi oleh faktor indvidu dan sosial. Faktor individu yang dimaksud adalah temperamen, kontrol diri, harga diri, umur dan kecerdasan, pendidikan, interaksi sosial, emosi; sedangkan faktor sosial meliputi keluarga, teman sebaya, sekolah, media massa, dan masyarakat. Meningkatnya kapasitas moral anak dan
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 6 didukung dengan lingkungan yang kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai moralitas yang lebih tinggi. Ketika anak berhasil menguasai satu kebajikan, kecerdasan moralnya semakin meningkat dan anak mencapai tingkat kecerdasan moral yang lebih tinggi. Menurut Herawati (2006 hal 17) Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman Anak yang berbakat bisa disamakan dengan cerdas. Dalam arti anak mampu menyelesaikan masalah dalam hidupnya dan juga melakukan sesuatu yang bermanfaat. Tuhan yang maha esa telah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, karena Tuhan yang maha esa telah memberikan anugrah yang merupakan kecerdasan. Manfaat kecerdasan bagi perkembangan sosial anak sangat berpengaruh dan penting untuk masa depan nya Menurut Indragiri (2010 : 29), orangorang dengan kecerdasan sosial yang rendah tidak mau tau dengan perasaan orang lain, bahkan, sering menunjukan perilaku anti-sosial, seperti berbohong, mencuri, menghina, menyakiti orang baik secara fisik, maupun psikis. Manfaat kecerdasan sosial untuk mengembankan kecerdasan sosial akan mudah menyesuaikan disi,berhasil dalam pekerjaan, mencapai keseimbangan emosi dan fisik.agar dapat beradaptasi, mudah termotivasi, dapatbersikapdisiplin, dan berprestasi, dan Bermanfaat agar anak mempunyai sifat yang berani, optimis, berperilaku konstruktif, berempati, senang berbuat baik, memiliki sikap memaafkan, bersyukur, bahkan ketangkasan dalam menghadapi amarah dan bahaya Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Menurut Abidin (2014,
hlm. 241) Pembelajaran koopereatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Sedangkan Menurut Herawati (2006, hlm. 19) bermain kooperatif dilakukan secara berkelompok, masing-masing anak memiliki peran untuk mencapai tujuan permainan. Misalnya menirukan kegiatan di pasar, di mana ada anak yang berperan sebagai penjual dan ada pula anak yang berperan sebagai pembeli. METODE Penelitian dilaksanakan di TK TK Islam Alam Nusantara pada kelompok B1 usia 4-5 tahun dengan jumlah anak 12 orang. Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. PTK adalah metode penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran, hasil pembelajaran, melalui penggunaan metode dan media tertentu. PTK digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh guru di kelas tertentu namun hasil dari penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan. Menurut Mulyasa (2013, hlm.11) “PTK merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.” Penelitian Tindakan Kelas dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Burns (dalam Abdulhak, 2012) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas
7|Antologi UPI
Volume
tindakan yang dilakukan di dalamnya melalui kolaborasi dan kerjasama peneliti, praktisi, dan seluruh komponen yang terlibat. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam satu kelas yang memiliki suatu permasalahan dan memerlukan penyelesaian guna memperbaikinya. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dapat melibatkan seluruh komponen sekolah untuk mempermudah dan memperlancar proses penelitian serta mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas karena cocok dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan mampu meningkatkan kualitas subjek penelitian. Selain itu dalam meningkatkan Kecerdasan Sosial tidak dapat dilaksanakan dengan satu kali tindakan, melainkan harus dilaksanakn secara berkelanjutan hingga mencapai titik maksimal dan tujuan penelitian telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan karakteristik PTK yaitu bersiklus dan adanya beberapa tindakan, serta sesuai dengan tujuan utama PTK. Abidin (2011) mengemukakan bahwa tujuan PTK adalah untuk menghasilkan sebuah pengetahuan baru yang memiliki kekhususan tertentu dibanding dengan pengetahuan yang dihasilkanpenelitian jenis lainnya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Elliot. Hal ini dikarenakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan tidak dapat selesai dalam satu tindakan. Selain itu, meningkatkan keterampilan emosi perlu dilaksanakan secara bertahap. Melalui desain penelitian Elliot, peneliti dapat menggambarkan rencana penelitian secara rinci. Desain Elliot dilaksanakan sebanyak tiga siklus dan tiga tindakan pada setiap siklusnya. Penelitian ini dimulai dari perencanaan umum, pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan refleksi.
²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Edisi No.
Agustus 2016
Analisis data yang dilaksanakan dengan memilih dan memilah data untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar penilaian performa anak, lembar observasi, wawancara guru dan anak, catatan lapangan, dan dokumentasi berupa foto. Indikator yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah anak mampu mengenali emosi diri secara sederhana, anak mampu mengungkapkan perasaan secara sederhana, dan anak mampu mengendalikan perasaannya secara sederhana. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dimulai dari siklus 1 yang dimulai dengan tahap perencanaan berupa perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, perencanaan media yang akan digunakan, dan segala keperluan yang menunjang penelitian. Setelah merencanakan tindakan penelitian, peneliti melaksanakan penelitian yang dimulai dari tindakan 1 hingga tindakan ke 3. Tindakan tersebut berada pada satu siklus, kemudian setelah tindakan 1, 2, dan 3 selesai, peneliti melakukan refleksi untuk memonitoring tindakan yang telah dilaksanakan. Tahap refleksi juga membantu peneliti dalam melakukan perbaikan segala aspek penelitian untuk memperbaiki tindakan pada siklus selanjutnya supaya lebih optimal. tahap refleksi ini dapat digunakan sebagai sapu balik peneliti dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan emosi anak usia dini usia 4-5 tahun. Siklus I Pada siklus pertama, tema yang diambil yaitu Diri sendiri subtema Aku.
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 8
Indikator indikator Indikator 1 2 3 Tindakan 1
1.9
2.1
1.7
Tindakan 2
1.8
2.3
2
Tindakan 3
2.7
2.4
2.2
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil siklus I belum mencapai kategori indikator yang ingin dicapai. Hal ini dikeranakan beberapa hal, media yang digunakan kurang menarik sehingga anak merasa tidak tertarik dengan kegiatan dan peneliti kurang ekspresif dalam Bermain. Maka dari itu, peneliti harus merancang ulang kegiatan Bermain dengan memperbaiki dan melengkapi kekurangan sehingga pelaksanaan siklus yang kedua dapat lebih baik lagi. Siklus II Pada siklus ini, tema yang diambil yaitu gejala Alam dan air api udara.. Pada
2.41 3.25 3.91
2.33 3.5 3.91
tindakan 1, kegiatan yang dilakukan yaitu dengan eksperimen membuat gunung meletus dari playdoh. anak diminta dapat bekerja sama untuk membuat gunung meletus secara bekerjasama. Selanjutnya pada tindakan 2, kegiatan yang dilakukan yaitu anak berksperimen membuat pelangi dan anak bekerjasama membuat kolase pelangi dari kertas warna-warni. Sedangkan pada tindakan 3,tema air subtema sifat air kegiatan yang dilakukan yaitu pencampuran warna dengan menggunakan pewarna makanan. Berikut hasil rata-rata Kecerdasan Sosial anak pada siklus II. Grafik 4.2 Hasil perkembangan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif pada siklus 2 1.83 3 3.82
Pada tindakan 1, kegiatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan puzzle. Anak diminta dapat bekerja sama menyusun puzzle. Selanjutnya pada tindakan 2, tema yang diambil yaitu kesukaanku kegiatan yang dilakukan yaitu anak bermain diluarkelas. Dengan kegiatan tersebut, anak diminta untuk bekerjasama mengumpulkan kelereng kedalam wadah dengan menguanakn sendok. Sedangkan pada tindakan 3,anak bermain diluar kelas bermainoray-orayan. Pada siklus I, peneliti melaksanakan kegiatan Bermain dengan teknik bermain kooperatif yang hasilnya belum mampu meningkatkan Kecerdasan Sosial Anak. Berikut rata-rata Kecerdasan Sosial Anak . Grafik 4.1 Hasil perkembangan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif pada siklus 1
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Tindakan 1
1.83
2.33
2.41
Tindakan 2
3
3.5
3.25
Tindakan 3
3.82
3.91
3.91
Berdasarkan Grafik di atas, ratarata Kecerdasan Sosial anak meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal ini dikarenakan peneliti melaksanakan seluruh refleksi yang telah dipaparkan. Namun demikian, hal-hal yang perlu dilengkapi dari siklus II yaitu peneliti harus memperhatikan media yang digunakan dan membuat aturan kegiatan yang edukatif dan tegas serta lebih mengoptimalkan teknik bermain Kooperatif. Dengan demikian, peneliti harus membuat perencanaan yang lebih baik untuk dilaksanakan pada siklus III. Siklus III Pada siklus ketiga ini, tema yang diambil yaitu air api dan pekerjaan.Pada tindakan 1, kegiatan yang dilakukan yaitu dengan membuat snake bubble. Anak diminta dapat bekerjasama, tolong menolong dan berkomunikasi baik
9|Antologi UPI
Volume
3.9 3.91 3
3.9 3.91 3.9
3.9 3.83 4
bersama teman-temannya. Selanjutnya pada tindakan 2, kegiatan yang dilakukan yaitu bermain di luar kelas bermain boyboyan. Sedangkan pada tindakan 3, tema pekerjaan dan subtema pedagang. kegiatan yang dilakukan yaitu bermain peran anak diminta bertanggung jawab dengan perannya masing-masing.. Berikut hasil rata-rata Kecerdasan Sosial anak pada siklus III. Grafik 4.3 Hasil perkembangan kecerdasan sosial anak melalui metode bermain kooperatif pada siklus 3
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Tindakan 1
3.9
3.9
3.9
Tindakan 2
3.83
3.91
3.91
Tindakan 3
4
3.9
3
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diasumsikan bahwa Kecerdasan Sosial anak usia 4-5 tahun meningkat melalui penggunaan Metode Bermain Kooperatif. Peneliti telah melaksanakan semua refleksi dan seluruh siklus yang direncanakan. Maka dari itu, peneliti tidak membutuhkan siklus selanjutnya. Sebagian besar anak telah mencapai indikator yang ditetapkan pada keterampilan emosi untuk anak usia 4-5 tahun. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data pada temuan penelitian yang telah dilaksanakan di kelompok B1 TK Islam Alam Nusantara. a. Siklus I Pada Siklus I dilaksanakan dengan tiga tindakan yakni tindakan 1,2 dan 3. Adapun kegiatan bermain koooperatif yang diterapkan pada Siklus I ini adalah bermain puzzle yang dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta pemberian reward yang diberikan pada ²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Edisi No.
Agustus 2016
tiap tindakan. Anak senang dan merasa bangga mendapat reward sehingga dapat memunculkan motivasi dari dalam diri anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain dengan pemberian reward denganmelakukan kegiatan bermain kooperatif juga dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Herawati (2015) mengatakan bahwa anak dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Mengajarkan anak bagaimana berkomunikasi dengan baik, membentuk hubungan dengan baik dalam hubungan. menurut Loree (1970, hlm. 250) mengatakan sosialisasi merupakan suatu proses dimana anak mealtih kepekaan dirinya terhadap rangsanganrangsangan sosial terutama tekanantekanan dan tuntutan kehidupan (kelompok) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut Suyadi ( 2014 : 287) ,emyatakan bahwa. Semua anak belajar dengan bermain. Bagi mentessori, bermain di kalangan anak-anak sama hal nya dengan “kerja” pada kalangan orang dewasa. Mungkin, orang dewasa memandang bawa permainan adalah main-main yang tanpa keseriusan. Tetapi bagi anak-anak bermain adalah “kerja” yang dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada Siklus I diterapkan kegiatan bermain kooperatif yaitu bermain puzzle yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan anak. Tindakan 1 dilaksanakan pada tema Diriku dengan subtema identitas diri. Tindakan 2 dilaksanakan pada tema Diriku dengan subtema kesukaanku. Tindakan 3 dilaksanakan pada tema Diriku dengan subtemaAnggota Tubuh. Adapun indikator yang ditingkatkan pada Siklus I antara lain berkomunikasi dengan teman dalam bermain,dapat
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 10 bekerja sama dengan teman nya, dan mau berbagi, menolong dan membantu teman. Pada siklus I tindakan 1 ini anakanak antusias dalam mengikuti kegiatan bermain puzzle. Pada kegiatan puzzle penelititelah mempersiapkan bahanbahan yang akan dijadikan media dalam kegiatan tersebut. Kegiatan bermain puzzle merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti kepada anak untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak. b.
Siklus II
Pada Siklus II dilaksanakan dengan tiga tindakan yakni tindakan 1,2 dan 3. Adapun kegiatan bermain koooperatif yang diterapkan pada Siklus I ini adalah beeksperimen gunung meletus yang dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta motivasi. Anak senang dan merasa bangga mendapat motivasisehingga dapat memunculkan motivasi lebih dari dalam diri anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. denganmelakukan kegiatan bermain kooperatif juga dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Herawati (2015) mengatakan bahwa anak dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Mengajarkan anak bagaimana berkomunikasi dengan baik, membentuk hubungan dengan baik dalam hubungan. menurut Loree (1970, hlm. 250) mengatakan sosialisasi merupakan suatu proses dimana anak mealtih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompok) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut Suyadi ( 2014 : 287) ,emyatakan bahwa. Semua anak belajar dengan bermain. Bagi
mentessori, bermain di kalangan anakanak sama hal nya dengan “kerja” pada kalangan orang dewasa. Mungkin, orang dewasa memandang bawa permainan adalah main-main yang tanpa keseriusan. Tetapi bagi anak-anak bermain adalah “kerja” yang dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada Siklus II diterapkan kegiatan bermain kooperatif yaitu eksperimen gunung meletus yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan anak. Tindakan 1 dilaksanakan pada tema gejala alam dengan subtema gunung meletus. Tindakan 2 dilaksanakan pada tema gejala alam dengan subtema pelangi. Tindakan 3 dilaksanakan pada tema Air, api udara. dengan subtema sifat air. Adapun indikator yang ditingkatkan pada Siklus I antara lain berkomunikasi dengan teman dalam bermain,dapat bekerja sama dengan teman nya, dan mau berbagi, menolong dan membantu teman. Pada siklus II tindakan 1 ini anakanak antusias dalam mengikuti kegiatan eksperimen gunung meletus. Pada kegiatan ini penelititelah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan media dalam kegiatan tersebut. Kegiatan eksperimen gunung meletus merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti kepada anak untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak c. Siklus III Pada Siklus III dilaksanakan dengan tiga tindakan yakni tindakan 1,2 dan 3. Adapun kegiatan bermain kooperatif yang diterapkan pada Siklus I ini adalah bereksperimen snake bubble yang dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta motivasi. Anak senang dan merasa bangga mendapat motivasisehingga dapat memunculkan motivasi lebih dari dalam diri anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. denganmelakukan kegiatan bermain kooperatif juga dapat meningkatkan
Siklus III diterapkan kegiatan bermain kooperatif yaitu eksperimen bubble snake yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan anak. Tindakan 1 dilaksanakan pada tema Air api udara dengan subtema Manfaat air. Tindakan 2 dilaksanakan pada tema air, api udara dengan subtema bahaya air. Tindakan 3 dilaksanakan pada tema pekerjaan dengan subtema pedagang. Adapun indikator yang ditingkatkan pada Siklus I antara lain berkomunikasi dengan teman dalam bermain,dapat bekerja sama dengan teman nya, dan mau berbagi, menolong dan membantu teman. Pada siklus III tindakan 1 ini anakanak antusias dalam mengikuti kegiatan eksperimen bubble snake. Pada kegiatan ini penelititelah mempersiapkan bahanbahan yang akan dijadikan media dalam ²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Agustus 2016
kegiatan tersebut. Kegiatan eksperimen gunung meletus merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti kepada anak untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan sosial anak Berikut hasil peningkatan capaiankemampuam kecerdasan social anak melalui metode bermain koopereatif siklus 1,2, dan 3. Grafik 4.4
3.19 3.94
Peningkatan Capaian Kemampuan Kecerdasan Sosial Anak Melalui Metode Bermain Kooperatif Siklus 1, 2, dan 3
2
perkembangan kecerdasan sosial anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Herawati (2015) mengatakan bahwa anak dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Mengajarkan anak bagaimana berkomunikasi dengan baik, membentuk hubungan dengan baik dalam hubungan. menurut Loree (1970, hlm. 250) mengatakan sosialisasi merupakan suatu proses dimana anak mealtih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompok) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut Suyadi ( 2014 : 287) ,emyatakan bahwa. Semua anak belajar dengan bermain. Bagi mentessori, bermain di kalangan anakanak sama hal nya dengan “kerja” pada kalangan orang dewasa. Mungkin, orang dewasa memandang bawa permainan adalah main-main yang tanpa keseriusan. Tetapi bagi anak-anak bermain adalah “kerja” yang dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Edisi No.
2.27 3.25 3.9
Volume
2.13 2.88 3.91
11 | A n t o l o g i U P I
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Siklus 1
2.13
2.27
2
Siklus 2
2.88
3.25
3.19
Siklus 3
3.91
3.9
3.94
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa Kecerdasan Sosial anak melalui metode bermain kooperatif telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor yang diperoleh anak pada setiap siklus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kelompok B1 TK Islam Alam Nusantara yang dilaksanakan dengan tiga siklus yaitu Siklus I, II, dan III dengan tiga tindakan pada tiap siklusnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. Proses pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan sosial anak melalui penerapan metode bermain kooperatif di kelompok B1 TK Islam Alam Nusantara dapat meningkat perkembangan kecerdasan sosial anak. hal ini terlihat dari pencapaian perkembangan kecerdasan sosial anak
Atika Putri Rahmawati¹, Leli Halimah², Tin Rustini³ Penerapan Metode Bermain Kooperatif Untuk Mengembangkan Kecerdasan Sosial| 12 melalui metode bermain kooperatif pada tiap siklus yang menunjukkan peningkatan. Hasil perkembangannya dalam perkembangan kecerdasan sosial anak melalui penerapan metode bermain kooperatif yaitu menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil setiap siklus yakni siklus I sampai dengan siklus III. Pada Siklus I indikator 1 sebanyak 2.13% sedangkan indikator II sebanyak 2.27%, dan pada indikator III sebanyak 2%. Pada siklus II indikator 1 sebanyak 2.88%. Sedangkan indikator 2 sebanyak 3.25%, dan indikator 3 sebanyak 3.19%. Dan pada siklus III indikator 1 sebanyak 3.91%, sedangkan indikator 2 sebanyak 3.9%, dan indikator 3 sebanyak 3.94. Dengan demikian terihat peningakatan perkembangan kecerdasan sosial anak setelah diterapkannya metode bermain kooperatif DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009) Bermain pengantar bagi penerapan pendekatan beyond centers and circletime (BCCT) dalam dimensi PAUD. Bandung : Rizqi press Abidin, Y. (2014) Desainsistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013.Bandung : Refika Aditama Aisyah, S. (2008) pengembangan dan konsep dasar pengembangan anak usiadini. Jakarta :universitas terbuka Arikunto. (2007) penelitian tindakan kelas. Jakarta : Bumi aksara Asmani, J. (2010) buku pintar playgroup. Jogjakarta : Buku biru Hasan, M. (2013) Pendidikan anak usia
dini. Yogyakarta : Diva press Herawati, N. (2016) psikologi perkembangan III. Bandung Indragiri. (2010) kecerdasan optimal cara ampuh memaksimalkan kecerdasan anak.Jogjakarta : star books kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini. Jakarta Kunandar. (2012) langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangangan profesi guru.Jakarta : rajawali press Pranoto, Y. (2011) kecerdasan moral Anak usia prasekolah. Journal pendidikananak. 1(2) hlm. 176178 Moeslichatoen. (2004) metode pengajaran di taman kanakkanak. Jakarta : Asdi Mahasatya Mutiah, D. (2012) psikologi bermain Anak usia dini. Jakrta : kencana Nisak,R. (2013) seabrek games asyik Edukatif untuk mengajar PAUD/TK.Jogjakarta :Diva Press Rachmawati, Y. (2007) metode pengembangan sosial emosional. Jakarta : penerbit universitas terbuka Sujiono, Y. (2013) konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakrta: Indeks Wasik, B. (2008) pendidikan anak
13 | A n t o l o g i U P I
Volume
usiandini menyiapkan anak usia tiga, empatdan lima tahunmasuk sekolah. Indeks
²penulis penanggungjawab ³penulis penanggungjawab
Edisi No.
Agustus 2016