BAB II METODE BERMAIN PUZZLE DAN KECERDASAN EMOSIONAL
A. Metode Bermain puzzle untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional 1. Pengertian metode bermain Metode berasal dari bahasa greek-Yunani, yaitu yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dari asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana metode adalah
jalan
atau
cara
yang
ditempuh
seseorang
guru
dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.1 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2 Sedangkan istilah main adalah kata kerja yang menunjukan aktivitas seseorang untuk mencari kesenangan atau kepuasan tertentu. Penggunaan istilah main biasanya selalu diawali adanya unsur subjek (pelaku) dan objek (benda yang menjadi pusat perhatian) misalnya Ardi main bola. Imbuhan kata “ber” pada istilah main sebenarnya hanya berfungsi untuk mempertegas penekanan istilah main. Arti kata bermain sama
1
Zaenal mustakim, , Strategi & metode pembelajaran, STAIN PRESS Pekalongan, hal.
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, hal. 193
22
13
14
dengan istilah main, yaitu menunjukan pada aktivitas seseorang yang melakukan suatu jenis permainan. Contoh : susi bermain lompat tali.3 Mainan (toy) dan bermain (play) merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran mengenal dunia dan tumbuh dewasa. Seseorang anak menggunakan mainan untuk menentukan identitas, membantu tubuh menjadi kuat, mempelajari sebab dan akibat, mengembangkan hubungan, dan mempraktikkan kemampuan mereka. Mainan lebih dari sekedar bersenang senang karena mainan dapat digunakan untuk mempengaruhi aspek kehidupan. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangakan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana. Karena beberapa ahli psikologi menyatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik faktor-faktor apa yang mempengaruhi dunia bermain anak. Sehingga konsep bermain bagi anak bukan penghalang dalam meningkatkan kecerdasan, justru sebaliknya bermain menjadi wahana dan sarana belajar.4 Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius tetapi mengasyikan melalui kegiatan bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena 3
Jasa Unggul Muriawan, tips memilih mainan positif & kreatif untuk anak qada, Diva PRESS, Jogyakarta, hal.15 4 Ibid, hal.17
15
membenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian.5 Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak. Bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.6 Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau spontan dimana seseorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya dilakukan dengan senang (gembira) atas inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal (imajinatif) menyesuaikan pancaindra dan seluruh anggota tubuhnya.7 Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setia anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumya dalam keadaan sakit jasmaniah atau rohaniah. Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan jasmani dan rohani nya anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi melalui bermain, baik bermain sendiri maupun bersama-sama dengan teman (kelompok). Jadi bermain itu merupakan kebutuhan anak.8 Mainan memberikan hiburan sekaligus memberikan pesan mendidik. Mainan mengembangkan perilaku kognitif (kecerdasan) dan merangsang kreativitas melalui bermain dapat mengenali bentuk dan warna, 5
mainan
edukasi
(educatimal
toys)
untuk
anak
biasanya
Conny R Semiawan, belajar & pembelajaran prasekolah & sekolah dasar, PT Macanan jaya cemerlang, hal. 20 6 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep dasar pendidikan anak usia dini, Jakarta 2013, hal. 144 7 Mukhtar latif;Zukharina, orientasi baru pendidikan anak usia dini, Kencana Jakarta, hal. 77 8 Siti Aisyah, dkk perkembangan & konsep dasar perkembangan anak usia dini, Jakarta Universitas terbuka, 2008, hal. 13
16
mengandung puzzle, terkait pemecahan masalah/persamaan matematika.9 Puzzle adalah merangkai kepingan gambar.10 Pada hakekatnya anak-anak selalu termotivasi untuk bermain, artinya bermain secara alamiyah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya. Karakteristik bermain anak yaitu : a. Bermain relative bebas dari aturan-aturan, kecuali anak anak membuat aturan mereka sendiri. b. Bermain dilakukan seakan-akan kegiatan itu dalam kehidupan nyata ( bermain drama) c. Bermain lebih memfokuskan pada kegiatan atau perbuatan dari pada hasil akhir atau prosedurnya. d. Bermain memerlukan interaksi dan keterlibatan anak anak.11 e. Bermain muncul dalam diri anak, keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri. f. Bermain harus di dominasi oleh pemain / anak itu tidak di dominasi oleh orang dewasa.12 Bermain itu alamiyah dan spontan, anak-anak tidak diajarkan bermain. Mereka bermain dengan benda apa saja yang ada disekitarnya 9
Jasa ungguh Muliawan, tips jitu memilih mainan positif & kreatif, hal. 18 Yuliani Nurani Sujiono, op.cit, hal. 190 11 B.E.F Montolalu, dkk, Bermain & permainan anak, Jakarta Universitas Terbuka 2008, 10
hal 1-2 12
Sujiono Op.cit, hal. 146
17
dengan bahan tongkat kayu, ranting, sapu bahkan juga ada tanah dan lumpur. Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli dapat dikatakan bahwa bermain mempunyai arti : a. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi yang ada padanya. b. Anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuan serta juga minat dan kebutuhannya. c. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psikososial serta emosional) d. Anak terbiasa menggunakan aspek panca indra nya sehingga terlatih dengan baik. e. Secara alamiyah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.13 f. Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi g. Anak
diberi
kesempatan
yang
luas
untuk
mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajari h. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transfersal tetapi lebih merupakan konstruksi.14 Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar adalah salah satu pendekatan pembelajaran ditaman kanak kanak. Melalui bermain anak di ajak untuk bereksprolasi menemukan dan memanfaatkan objek-objek
13
B.E.F Montolalu, dkk, Bermain & permainan anak, Jakarta Universitas Terbuka 2008,
14
Bambang sijiono, bermain kreatif berbaris kecerdasan jamak 2010, hal. 31
hal 1-3
18
yang dekat dengannya sehingga pembelajaran menjadi bermakna sebab sebab berikut ini : a. Bermain itu belajar Bermain intelektual (daya pikir) anak sebagian besar dikembangkan dalam
kegiatan
kesempatan
bermain.
menemukan
Dalam serta
bermain
anak
mengeksperimen
memperoleh dengan
alam
sekitarnya baik ciptaan tuhan maupun buatan manusia. b. Bermain itu bergerak Kegiatan di TK untuk merangsang anak menggunakan motorik kasar maupun motorik halus dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas bermain baik dengan alat maupun tanpa alat. c. Bermain membentuk perilaku Saat bermain tanpa jelas perkembangan perilaku anak. Program pembentukan perilaku melalui pembiasaan serta program dalam rangka pengembangan pengetahuan dasar.15 Pembentukan perilaku melalui pembiasaan serta pembelajaran tersebut meliputi moral dan nilai agama, emosi atau perasaan, kemampuan bersosialisasi dan disiplin dengan tujuan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri. Bermain di TK sangat sesuai untuk memenuhi tujuan tersebut karena bermain bertugas untuk :
15
B.E.F Montolalu, dkk, hal. 14
19
a. Menanamkan budi pekerti yang baik b. Melatih anak untuk membedakan sikap dan perilaku yang baik dan tidak baik c. Melatih sikap ramah, suka kerjasama, menunjukan kepedulian d. Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari hari e. Melatih anak untuk mencintai lingkungan dan Ciptaan Tuhan.16 f. Mengembangkan keterampilan sosial, emosional, kognitif.17 Kegiatan bermain dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik tetapi juga pada perkembangkan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas dan pada akhirnya prestasi akademik, terdapat sejumlah nilai dalam bermain (the value of play).18 Dalam kegiatan bermain terdapat berbagai kegiatan yang memiliki dampak terhadap perkembangannya sehingga dapat diidentifikasi bahwa fungsi bermain antara lain : a. Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak/melatih motorik halus kasar dan keseimbangan. b. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian. c. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. d. Dapat mngembangkan kemandiriannya, menjadi dirinya sendiri.19
16
Ibid, hal. 15 Yuliani Nurani Sujiono, hal. 145 18 Bambang Sujiono, bermain kreatif, hal. 36 19 Ibid, hal. 37 17
20
Kegiatan bermain lain yang dilakukan adalah bermain sentra. Sentra berasal dari kata “Centre” yang artinya pusat, sentra mengandung makna bahwa setiap kegiatan disemua sentra yang disediakan memiliki titik pusat (Centre Point) yang kesemuanya mengacu pada tujuan pembelajaran.20 Ada tujuh sentra yang dikembangkan yaitu : a. Sentra persiapan
e. Sentra bahan alami
b. Sentra balok
f. Sentra seni
c. Sentra peran besar
g. Sentra musik21
d. Sentra peran kecil Model Beyond Center dan Cirle Time adalah suatu metode atau penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan perpaduan anatara teori dan pengalaman praktik. Tujuan dari model Beyond Center adan Cirle Time yang dimaknai sentra dan saat lingkaran adalah sebagai berikut : a. Model untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bemain yang terawal. b. Merangsang
anak
yang
aktif,
kreatif
dan
berfikir
dengan
pengalamannya sendiri. c. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku yang berpusat disentra kegiatan dan anak dalam lingkaran bersama pendidikan sehingga mudah diikuti.22 20
Retno Soendari, Wismiarti, sentra persiapan, Jakarta 2010, hal. 14 Mukhtar latif, zukhairina, orientasi baru pendidikan usia dini, hal. 124 22 Yuliani Nurani Sujiono, hal. 217 21
21
2. Manfaat Bermain Puzzle Association for Childhood Education Internasional ( ACEI ) dan The National Assosiation for The Education of young Children (NAEYC) dua organisasi professional yang dihormati di Amerika Serikat, menegaskan dalam garis-garis pedomannya bahwa bermain : a. Memampukan anak menjelajah dunianya b. Mengembangkan pengertian sosial dan kurtural c. Membantu anak-anak mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka d. Memberi kesempatan mengalami serta memecahkan masalah e. Mengembangkan keterampilan bahasa dan melek huruf, serta mengembangkan.23 Hal ini juga disepakati oleh beberapa ahli yang telah meneliti tentang nilai-nilai bermain. Bagi anak nilai bermain sangat luas dan meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional maupun kreativitas. Beberapa pendapat para ahli tentang nilai bermain adalah sebagai berikut : Vygotsky 1976 melihat bermain memiliki peranan langsung dalam perkembangan kecerdasan (kognitif) anak, yaitu dengan cara bermain
simbolis.
Bermain
simbolis
memiliki
bagian
yang
menentukan dalam perkembangan berpikir abstrak. Bermain memberi kesempatan untuk menguji tubuhnya, melihat berapa baik anggota tubuhnya berfungsi. Bermain membantu mereka
23
B.E.F Montolalu, dkk, bermain dan permainan anak, Universitas terbuka, hal. 1, 13
22
merasa percaya diri secara fisik, merasa aman dan mempunyai dan keyakinan diri. Melihat bermain sebagai suatu pelepasan atau pembebasan dari tekanan-tekanan yang dihadapi anak-anak. Menemukan adanya bukti psikologis ketertarikan bermain dengan penurunan atau pengurangan kecemasan dan kegelisahan anakanak. Para peneliti terkemuka tentang bermain memberi dan kreativitas dan ketertarikan karena keduanya menggunakan symbolsimbol.24 Mainan memberikan hiburan sekaligus memberikan peran mendidik. Mainan mengembangkan perilaku kognitif (kecerdasan) dan merangsang kreativitas, mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang pastinya diperlukan dikemudian hari oleh anak. Demikian pula dari mainan itu sendiri, tidak semua mainan dapat memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang anak, banyak dari jenis-jenis mainan yang menyebar di pasaran justru tidak memiliki manfaat positif, bahkan ada yang justru berbahaya bagi tumbuh kembang anak.25 Secara umum, manfaat mainan bagi tumbuh kembang anak dibedakan dalam 5 karakter golongan yaitu : motorik, afektif, kognitif, spiritual dan keseimbangan. 24 25
hal. 18-19
Ibid, hal. 1,14 Jasa Ungguh Muliawan, tips jitu memilih mainan positif dan kreatif untuk anak anda,
23
Manfaat motorik adalah yang berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada fisik jasmani anak, berhubungan dengan unsur-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu. Manfaat afektif yang berhubungan dengan perkembangan psikologis anak, unsur-unsur yang tercakup dalam kelompok ini antara lain naluri/instink, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian seseorang. Manfaat kognitif adalah untuk perkembangan kecerdasan anak, berhubungan dengan kemampuan imajinasi, pembentukan nalar, logika, maupun pengetahuan sistematis, contoh mainan jenis ini adalah puzzle. Manfaat
spiritual
mainan
adalah
yang
menjadi
dasar
pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keseluruhan akhlak manusia merupakan perpaduan nilai-nilai positif afeksi dan kognisi. Sedangkan
manfaat
keseimbangan
adalah
melatih
mengembangkan perpaduan antara nilai-nilai positif dan negative dari suatu mainan, dengan kata lain manfaat mainan itu ditentukan berdasarkan maksud dan tujuan dan pembuatan mainan itu sendiri misal pisau.26 Manfaat lain dari bermain adalah : a. Aspek Sosial Emosional
26
Ibid, hal. 20
24
Anak merasa senang karena ada teman bermainnya, disini akan terbangun kecerdasan interpersonal dan intrapersonal anak. b. Aspek Seni Kemampuan dan kepekaan anak untuk mengikuti irama, nada/berbagai bunyi/gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif. Disini akan terbangun kecerdasan musical, lingustik dan bodly kinesthetic. c. Mengasah Ketajaman Pengindraan Anak menjadi lebih aktif, kritis dan kreatif, disini akan terbangun kecerdasan Spatial Visual dan Intapersonal d. Media Terapi Karena selam bermain perilaku anak lebih bbas, dilakukan oleh ahlinya dan tidak dilakukan sembarangan e. Media Intervensi Media bermain dapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu. Contohnya pada hambatan perkembangan bahasa, sosial, komunikasi.27 f. Bermain Memicu Kreativitas Bermain
memacu
anak
menemukan
ide-ide
menggunakan daya khayalnya.
27
Mukhtar latif, zukhairina, orientasi baru pendidikan anak usia dini, hal. 225-228
serta
25
g. Bermain Mencerdaskan Otak Bermain sebagai media untuk proses berfikir anak, membantu perkembangan kognitif anak. h. Mengurangi Konflik Bermain dalam kelompok besar maupun kecil untuk mengatasi konflik yang terjadi contoh bermain sandiwara boneka. i. Melatih Empati Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran dan sikap orang lain, pengenalan juga orang lain. Merupakan suatu faktor dalam perkembangan sifat anak karena empati anak merasakan penderitaan orang lain. j. Bermain itu melakukan penemuan Bermain dapat menciptakan hal baru, sesuatu yang belum pernah diciptakan sebelumnya.28 Pada
dasarnya
bermain
memiliki
tujuan
utama
yakni
memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak. Semua anak usia dini memiliki
28
B.E.F. Montolalu, dkk, Bermain dan permainan anak, hal. 1,19-1,22
26
potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan yang lain.29 Cara penggunaan Puzzle adalah copot semua bagian dari papan atau lempengan yang telah membentuk pola tertentu. Setelah itu, ajari anak untuk menyusun kembali gambar tersebut dari serpihan atau potongan-potongan pola yang telah dicopot. Pola yang terbentuk dapat beraneka ragam, tergantung kesenangan atau kesukaan anak. Semakin banyak pola semakin baik. Manfaat bermain Puzzle ini adalah : a. Melatih nalar konstruktif benda dalam diri anak b. Melatih ingatan c. Merangsang imajinasi anak d. Mengajari anak rancang bangun sederhana e. Mengenalkan anak pada bentuk-bentuk atau pola-pola tetentu yang baru.30 3. Pengelompokan Jenis Mainan Anak Mainan anak menurut jenisnya, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok. Ketiga kelompok mainan tersebut adalah (1) mainan aktif; (2) mainan pasif; (3) mainan interaktif. Mainan aktif adalah jenis mainan yang langsung melibatkan aktifitas fisik anak secara langsung. Misalnya, sepak bola, lompat tali, egrang, panjat pinang, dan sebagainya. Mainan pasif adalah mainan yang tidak melibatkan aktifitas fisik anak dalam jumlah 29
Yuliani Nuraini Sujiono, konsep dasar pendidikan anak usia dini, hal. 145 Bambang Sujiono, bermain kreatif, hal. 162
30
27
besar. Mainan yang cenderung memberikan kepuasan psikologis. Misalnya, game, Nintendo, play station, mendengarkan radio, atau menonton tv. Sedangkan mainan interaktif adalah jenis mainan yang melibatkan akivitas fisik sekaligus pengembangan emosional dan intelektual anak. Contoh jenis mainan seperti ini adalah puzzle, bahan kontruksi rakitan, maupun kerajinan tangan.31 Pengembangan jenis-jenis mainan berikutnya adalah berdasarkan rentang waktu tren yang berlaku. Mainan tempo dulu tentu berbeda dengan mainan-mainan dari era modern. Pada masa-masa yang akan datang juga pasti diperkirakan mengalami perubahan-perubahan, meskipun demikian ada beberapa jenis mainan tradisional yang masih bertahan sampai sekarang dan mungkin akan tetap bertahan dimasa-masa yang akan datang. Oleh karena itu jenis-jenis mainan anak juga dapat dibedakan berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Mainan tradisional, mainan ini terdiri dari aktivitas kesenangan fisik (permainan) dan kerajinan tangan. b. Mainan modern, mainan ini terdiri dari mainan rakitan dan mainan teknologi. Mainan era modern lebih berembang dan beraneka ragam. Disamping mengadopsi teknologi terbaru, mainan modern biasanya mengutamakan tern pasar dan menjadikannya objek besar-besaran.
31
Jasa Ungguh Muliawan, tips jitu memilih mainan positif dan kreatif, hal. 23
28
Bentuk, pola dan modelnya cenderung berubah ubah, seolah tidak pernah berhenti menemukan inovasi terbaru. Pembagian jenis-jenis mainan berdasarkan manfaat dan nilai fungsinya bagi tumbuh kembang anak. Yaitu : (1) mainan ekspresif, (2) mainan komplementer (pelengkap), (3) mainan edukatif (mendidik). Mainan ekspresif adalah jenis mainan yang tidak terpaku pada objek benda yang digunakan untuk bermain. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk bermain masuk dalam kategori ini. Fungsinya murni untuk mencari kesenangan dan kepuasan psikologis bagi anak, sama seperti seorang anak yang sedang bermain pasir di tepi pantai. Pasir bukan termasuk kategori mainan anak, tetapi karena bagi anak itu menimbulkan kesenangan dan kepuasan psikologis, pasir masuk kategori mainan ekspresif. Kemudian, mainan komplementer atau pelengkap adalah mainan yang sengaja dibuat dan direkayasa untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan bagi anak. Tidak memiliki nilai fungsi positif terlalu banyak, bahkan sebagian diantaranya memberi efek negatif dan dampak buruk bagi perkembangan anak. Contohnya game, Nintendo atau play station. Terakhir adalah jenis mainan edukatif yaitu jenis mainan yang alami atau sengaja diciptakan dengan tujuan mendidik, mengarahkan atau mengasah kemampuan-kemampuan khusus dalam diri anak yang meliputi unsur motorik, afeksi, kognitif, spiritual, atau keseimbangan tumbuh kembang anak. Contohnya sepak bola, puzzle (mainan susun), bermain
29
peran, mobil/rumah rakitan, egrang (mainan tongkat kaki), panjat jarring laba-laba, berenang, melintas gorong-gorong, dan bekel (biji besi dan bola bentul).32
B. Pengembangan Kecerdasan Emosional di Taman 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Emosi
yang
berasal
dari
bahasa
latin
“movere”,
berrti
menggerakkan atau bergerak, dari asal kata tersebut emosi dapat diartikan sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik dan rasa sedih. Emosi dapat diartikan sebagai aktivitas badani’ah secara eksternal atau reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap peristiwa atau kondisi mental tertentu.33 Emosi merupakan suatu suasana yang kompleks ( a complex feeling state ) dan getaran jiwa ( stid up state ) yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadi nay sesuatu perilaku”. Berdasarkan definsi diatas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang
32 33
Ibid, hal. 28-29 Riana maishar, emosi anak usia dini, strategi pengembangannya, Jakarta 2011, hal. 16
30
ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.34 Dilihat secara etimologis, emosi berasal dari kata emotus atau emovere yang artinya sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa. Emosi mempunyai fungsi untuk mencapai
suatu
pemuasan
atau
perlindungan
diri
atau
bahkan
kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.35 Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Menurut Bandler dan Grinder dalam Depotter kecerdasan merupakan ungakapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar. Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi pergaulannya di masyarakat karena dengan tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin dihargai di masyarakat apabila ia mampu berkiprah dalam menciptakan hal-hal baru yang bersifat fenomental.36 Kecerdasan jamak (multiple intelligence) adalah sebuah penelitian yang melihat secara deskriptif bagaimana
34
Ali Nugroho, Yeni Rachmawati, metode pengembangan sosial emosional, universitas terbuka, Jakarta 2008, hal. 1,3 35 Siti aisyah, dkk, Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia dini, Universitas terbuka, Jakarta, hal. 9-3 36 dr. Yuliani Nurani Sujiono, konsep dasar pendidikan anak usia dini, hal. 176
31
individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.37 Kecerdasan emosional dapat dikatakan sebagai kemampuan psikologis yang telah dimiliki oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan kecerdasan emosional tiap individu berbeda, ada yang menonjol dan ada pula yang tingkat kecerdasan emosional mereka rendah.38 Intelegensi atau kecerdasan diartikan dalam berbagai dimensi oleh para ahli. Menurut David Wechsler, Intelegensi adalah kemampuan untuk betindak secara terarah, berfikir rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Sedangkan Donald Stener menyebut intelegensi sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan berbagai masalah. Intelegensi secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan trtentu.39 Konsep Intelegenci yang hingga sekarang ini dikenal berasar dari Alfred Binet. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah atau membuat produk yangdihargai di lingkungan kebudayaan. Dengan demikian ukuran kecerdasan akan bervariasi antara lingkungan
37
Bambang Sujiono, bermain kreatif, hal. 49 Riana Mashar, emosi anak usia dini, strategi pengembangannya, Jakarta 2011, hal. 18 39 Nini Subini, panduan mendidik anak dengan kecerdasan dibawah rata-rata, Jogjakarta 2013, hal. 11 38
32
kebudayaan satu sama lainnya. Orang yang hidup di daerah kering missal nya akan menjadi intelegen karena mampu berjuang untk tetap hidup.40 Kecerdasan dalam bahasa Inggris berarti Intelegence.Menurut arti bahasa
adalah
kemampuan
kecepatan dalam
dan
kesempurnaan
memahami
sesuatu
sesuatu.Dalam secara
cepat
arti, dan
sempurna.41Sedangkan menurut istilah, kecerdasan berarti perbuatan pandai yang terdiri dari pemahaman hal-hal yang pokok di dalam sesuatu keadaan dan penanggapan secara tepat terhadap keadaan tersebut.42 Sugeng Hariyadi mengatakan bahwa : “Kecerdasan adalah bersifat dinamis. Seseorang dapat memiliki keunggulan dalam suatu bidang tertentu dan kelihatan sangat cerdas, namun sebaliknya, kemungkinan orang itu akan mengalami kesulitan dalam bidang yang lain. Salah satu contoh, seseorang cerdas dibidang Matematika, namun belum tentu orang tersebut cerdas dibidang Sastra. Karena kecerdasan itu terlihat dalam perbuatan dan prestasi yang di capai. Emosi didefinisikan sebagai suatu keadan terangsang dari organism, mencangkup pengalaman yang didasari bersifat mendalam, dan memungkinkan terjadinya perubahan perilaku. Definisi lain menyatakan bahwa emosi adalah suatu respon (reaksi) terhadap suatu perangsang yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis, disertai dengan perasaan yang kuat, biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus”43
Menurut Oxford Dictionary yang dikutip oleh Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelegence yang dimaksud dengan emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu,
40
Catharina Tri Anni, hal 78-80 Abdul Majid, Yusuf mudzkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),hlm.317 41
43
Sugeng Hariyadi, Psikologi Perkembangan (Jakarta:Erlangga,2005),hlm.71
33
setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-lup. Emosi juga merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaiaan kecendrungan untuk bertindak.44 Mengenai istilah kecerdasan emosional yang dikutip oleh Steve J.Stein dan Howard E,Book dalam buku yang berjudul Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh Peter Slovery dari Universitas Howard dan John Mayer dari Universitas New Hampshire, yang mendefisinikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali
perasaan
secara
mendalam
sehingga
membantu
perkembangan emosi dan intelektual.45 Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengelola situasi hati atau perasaan dengan baik sebagai bagian dari aspek psikologi oleh kejiawaan dalam dirinya dan juga mampu memahami kondisi suasana hati atau perasaan orang lain dengan mengembangkan sikap empati terhadap orang orang yang ada di sekitarnya atau sebagai bagian dari lingkungan. 2. Mekanisme Emosi Proses terjadinya emosi melalui lima tahapan sebagai berikut : a. Elicitors 44
Daniel Goleman, Emotional Intelegence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ lebih penting daripada IQ. (Penerjemah: Alex Tri Kantjono Widodo), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm.411. 45 Steve J. Stein dan Howard E.Book, Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional (Bandung: kaifa, 2002) hal.31
34
Yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Misal ada kebakaran b. Receptors Yaitu aktivitas di pusat sistem saraf. Setelah indra menerima rangsangan dari luar dalam hal ini maka mata berfungsi sebagai indra penerima stimulus atau receptors awal. Setelah mata menerima stimulus ia melanjutkan rangsangan tersebut ke otak sebagai pusat sistem syaraf.46 c. State Perubahan spesifikasi yang terjadi dalam aspek fisiologi. Stimulus yang telah diterjemahkan tadi ke berbagai bagian tubuh lain yang terkait sehingga terjadi perubahan fisiologi seperti jantung berdetak keras, tekanan darah naik, badan tegang atau terjadi perubahan pada hormone lainnya. d. Expression Terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologi. Contohnya : otot wajah mengencang, tubuh tegang, mulut terbuka dan suara keras berteriak atau bahkan lari kencang menjauh.
46
Ali Nugroho, Yeni Rachmawati, metode pengembangnan sosial emosional, hal. 1,4
35
e. Experience Persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya, dengan pengalaman indvidu dalam menerjemahkan dan merasakan perasaanya sebagai rasa takut, stress, terkejut dan ngeri.47 Emosi dan perasaan memeinkan peranan dalam segala pengalaman hidup, dalam bekerja, bermain, belajar dan interaksi antarmanusia. Emosi bersifat universal dan evolusioner dalam membantu manusia untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan belajar. Setiap individu menunjukan ekspresi emosi seperti bahagia atau senang, marah, berduka, takun, tertawa karena lucu, dan lain lain.48 3. Fungsi Emosi Emosi berpengaruh terhadap perilaku anak di dalam kehidupannya maka penting untuk mengetahui bagaimana perkembanganya dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak baik fisik, psikis atau keduanya. Ada beberapa keadaaan emosi berikut ini yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak : a. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari b. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan c. Ketegangan emosi menganggu ketrampilan motorik d. Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi e. Emosi menganggu aktivitas mental 47
Riana Mashar, emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya, hal. 18 Lara Fridani, Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) hal.53 48
36
f. Emosi merupakan sumber penilaian dii dan sosial g. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan h. Emosi mempengaruhi interaksi sosial i. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekpresi wajah j. Emosi mempengaruhi suasana psikologis k. Reaksi emosi apabila di ulang-ulang akan menjadi kebiasaan.49
Fungsi dan peran emosi adalah merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaan pada orang lain. Contoh anak yang merasakan sakit dan marah biasanya mengekspresikan dengan menangis (belum bisa mengungkapkan emosinya secara verbal). Ini merupakan contoh bentuk komunikasi anak yang bermuatan emosional. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya, antara lain : a. Tingkah laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. b. Emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi
sosial
anak
melalui
reaksi-reaksi
yang
ditampilkan
lingkungannya. c. Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan
49
9.7
Siti Aisyah, dkk, perkembangan dan konsep dasar perkembangan anak usia dini, hal.
37
d. Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi suatu kebiasaan e. Ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau menggangu aktivitas motorik dan mental anak.50 Adapun Indikator sosial emosional kemandirian senagai fungsi emosi antara lain : a. Menciptakan iklim konduktif di sekolah,lingkungan, keluarga dan lingkungan sekolah. b. Memasang kancing/resleting sendiri c. Memesang dan melepas tali sepatu sendiri d. Mampu mandi dan makan sendiri e. Mau bekerja sama dengan teman f. Mampu mengendalikan emosi g. Berhenti menangis pada waktu nya h. Tidak menggangu teman dengan sengaja i. Mengikuti aturan permainan j. Sabar menunggu giliran k. Menggosok gigi sendiri51 Emosi juga berhubungan dengan motif. Emosi dapat berfungsi senagai motif yang dapat memotivasi atau menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu berbuat atau bertingkah laku.52
50
Ali Nugroho, Yeni Rachmawati. Matrik/program tahuanan usia 4-5 tahun kelompok A, Tk Qurrota A’yun Aisiyah Pekalongan 51
38
4. Macam-macam Kecerdasan Emosional Anak Menurut Steven J. Stein dan Howard E. Book dalam bukunya yang berjudul Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, kecerdasan emosional EQ mempunyai empat dimensi, yaitu:53 a. Mengenali,
menerima
dan
mengekspresikan
emosi
(kefasihan
emosional), caranya adalah: 1) Mampu membaca emosi yang tergambarkan pada wajah, suara, gerak anggota badan, alunan musik, intisari cerita atau hikayat dan juga mampu mengungkapkan emosi-emosi ini dengan baik. 2) Mampu membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan, baik melalui suara, ekspresi wajah dan tingkah laku. b. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual, caranya adalah: 1) Mampu mengaitkan emosi dengan kegiatan berfikir, memberikan penilaian atau memecahkan suatu masalah. 2) Mampu memasukkan emosi dalam kegiatan intelektual untuk menganalisa atau memahami. 3) Emosi yang aktif dan berpengaruh membantu seseorang dalam mengarahkan memori, membuat penilaian dan keputusan akhir. c. Memahami dan menganalisa emosi, caranya adalah: 1) Mampu mengenali nama beragam emosi, dan mengaitkan nama dengan bendanya. 52
Lara Fridani, Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal.53 53
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2006), hlm. 7-9
39
2) Mampu menafsirkan tanda-tanda yang disampaikan emosi. 3) Mampu mengetahui perubahan dari satu emosi ke emosi lain. d. Mengelola emosi, caranya adalah: 1) Mampu bertanggung jawab secara pribadi atas perasaan dan kebahagian. 2) Mampu mengubah emosi negatif proses belajar yang membangun atau memandang emosi negatif sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang. 3) Mampu membantu orang lain untuk mengenali dan memanfaatkan emosinya. Menurut Daniel Goleman ada lima dasar kecakapan emosi dan sosial, yaitu:54 a. Kesadaran Diri. Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. b. Pengaturan Diri. Menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. c. Motivasi. Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita
54
Daniel Goleman,., hlm. 514
40
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. d. Empati. Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyertakan diri dengan bermacam-macam orang. e. Keterampilan
Sosial.
Menangani
emosi
dengan
baik
ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk bekerja sama, memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan yang ada. f. Sadar Diri. Peka akan suasana hati mereka ketika mengalaminya dapat dimengerti bila orang-orang ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional mereka. Kejerniham pikiran mereka tentang emosi boleh jadi melandasi ciri-ciri keperibadian lain, mereka mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif atas kehidupan. g. Bertahan menghadapi frustasi. Mereka adalah orang-orang yang sering kali merasa dikuasai oleh emosi dan tak berdaya untuk melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah mengambil alih kekuasaan. Mereka mudah marah dan amat tidak peka akan perasaannya, sehingga larut dalam perasaan-perasaan itu dan bukannya mencari perspektif baru. Akibatnya mereka kurang berupaya melepaskan diri dari suasana hati yang jelek, mereka tidak mempunyai kendali atas kehidupan
41
emosional mereka. Sering kali mereka merasa kalah dan secara emosional lepas kendali. h. Pasrah. Meskipun sering kali orang-orang ini peka akan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka juga bisa menerima begitu saja suasana hati mereka, cenderung berusaha menikmati suasana yang ada, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. 5. Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Anak Menurut Affifudin dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah sebagai berikut: a. Faktor Pembawaan Segala kesanggupan yang dibawa sejak individi itu dilahirkan tidak pernah sama antara individu yang satu dengan individu yang lain. 55
Pada dasarnya emosi terbentuk sejak manusia lahir dari kandungan
ibunya. Selama bulan-bulan pertama setelah dilahirkan, bayi memperlihatkan perkembangan berbagai ekspresi perasaan berbeda dan tampak jelas, seperti jeritan takut, air mata sedih, wajah memerah karena marah dan tertawa karena gembira. Bayi tak memiliki hambatan apapun dalam mengungkapkan gejolak emosinya, dan hal itu membuat semua emosi negatif terlepas dengan cepat. Tapi anak yang sudah bertambah besar harus belajar bagaimana cara menyikapi perasaannya secara sosial, dan itu perlu punya saluran yang
55
Afiffudin, Psikologi Anak Usia Sekolah Dasar (Solo: Harapan massa, 2006) hlm. 40
42
membangun untuk menyalurkan energi yang begitu besar yang dimunculkan oleh perasaan.56 Kecerdasan emosional bahwa bisa berkembang atau rusak. Hal ini tergantung pada pengaruh yang diperoleh si anak di masa kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa datang dari orangtua, keluarga, sekolah atau masyarakat. Kecerdasan emosi tersebut menyangkup beberapa aspek penting, yaitu: 1) Kemandirian 2) Kemampuan dalam adaptasi 3) Kemampuan dalam problem solving 4) Empati 5) Ketekunan 6) Keramahan 7) Sikap hormat Dalam hal ini orangtua adalah orang yang pertama kali harus mengajarkan
kecerdasan
emosional
kepada
anaknya
dengan
memberikan tauladan yang baik agar anak mempunyai kecerdasan yang tinggi, orangtua harus mengajarkan kepada anaknya untuk: 1) Mencapai prestasi yang lebih baik 2) Mau memaafkan orang lain 3) Mampu mengatasi masalah dengan teman
56
Steve Bidduph, The Secrets of Happy children (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 69
43
b. Faktor Kematangan Saat tubuhnya penyempurnaan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola berpikir dan bertingkah laku. Dan dalam faktor kematangan ini menyebabkan perubahan pola berpikir dan tingkah laku adalah pendidikan.57 Kehidupan
keluarga
merupakan
sekolah
pertama
kita
untuk
mempelajari emosi; dalam lingkungan yang akrab ini kita belajar bagaimana merasakan perasaan kita; bagaimana berpikir tentang perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk beraksi; serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orangtua secara langsung kepada anak-anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka tersendiri atau perasaan yang biasa muncul antara suami dan istri. Ada orangtua yang berbakat sebagai guru emosi yang sangat baik, ada yang tidak.58
57 58
Affifudin, op.cit., hlm. 40 Daniel Goleman, op.cit, hlm. 268