e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA KUBUS MULTIGUNA UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
1
Luh Meryati, 2A. A. Gede Agung, 3Nice Maylani Asril
13
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak Permasalahan yang terjadi di TK Laboratorium Undiksha Singaraja adalah masih rendahnya perkembangan kognitif anak. Ini terlihat dari rerata perkembangan kognitif selama tiga tahun terakhir adalah 57,37% yang berada pada kategori rendah. Rendahnya rata-rata perkembangan tersebut diduga karena metode pembelajaran yang diterapkan guru kurang efektif.Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif anak dalam pengenalan lambang bilangan setelah diterapkan metode bermain berbantuan media kubus multiguna pada anak kelompok A2 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 30 orang anak.Data penelitian tentang perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa format observasi.Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan dengan penerapan metode bermain pada siklus I sebesar 67,50% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,50% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada anak setelah diterapkan metode bermain berbantuan media kubus multiguna sebesar 16,00%. Katakunci:metode bermain, kubus multiguna, perkembangan kognitif
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Abstract The problems occurred in Laboratorium kindergarten Undiksha Singaraja is still a low level of cognitive development of the child. This is visible from the average cognitive development during the last three years is 57,37% in the low category. This research was aimed at investigated the improvement of children’s cognitive development in the introduction of numbers after treated with a playing method using multi-function cube media on A2 group (kindergarten) students who were in their second semester of academic year 2013/2014 at the TK Laboratorium Undiksha Singaraja. The type of this study is an action-based research which were carried out in two cycles with 30 students as the subjects of the study. The data on the cognitive development in the introduction of number were collected by observation method using observation form as the instrument. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The analyzed data showed that there is improvement in the cognitive development in the introduction of numbers after the subjects were treated with the playing method in the first cycle for 67.50% which can be included in the average category. Furthermore, there was also an improvement on the second cycle into 83.50% which is in the high category. Therefore, there is 16% improvement in the children’s cognitive development after they were treated with the playing method using multi-function cube media.
Keywords: playing method, multi-function cube, cognitive development
PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia semenjak usia dini hingga manusia itu dewasa. Sifatnya yang begitu mutlak dalam kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga diharapkan natinya dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Demikian pentingnya pendidikan dalam perkembangan suatu bangsa, sehingga lembaga kependidikan di negara kita terus berupaya untuk menentukan kurikulum, sistem pendidikan, metode pengajaran, dan media pembelajaran yang efektif dan efesien. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Isjoni (2010:19) menyatakan “anakusia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah.Usia demikian merupakan masa peka bagi anak”. Para ahli menyebutkan sebagai masa golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50%. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang tingkat pencapaian perkembangan kelompok usia 4 ≤ 5 tahun dalam lingkup perkembangan kognitif terdapat tingkat pencapaian perkembangan berupa mengenal lambang bilangan meliputi: mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan,dan menirukan lambang bilangan 1-10.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) Belajar tentang pengenalan lambang bilangan merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak di masa yang akan datang. Burns (dalam Mutiah, 2010:160) mengatakan “kelompok matematika yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (aritmatika, berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan masalah”. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dengan kelompok A2 di TK Lab Undiksha Singaraja pada tanggal 15 Januari 2014, diperoleh beberapa informasi yaitu: rata-rata tingkat perkembangan kognitif anak kelompok A2 semester I pada tahun 2012/2013 tergolong rendah dengan persentase PAP 53,625% dan jumlah anak 24 orang, rata-rata tingkat perkembangan kognitif anak kelompok A2 semester I pada tahun 2011/2012 tergolong rendah dengan persentase PAP 57,375% dan jumlah anak 22 orang. Proses pembelajaran dalam pengembangan kemampuan kognitif di kelompok A2 di TK Lab Undiksha Singaraja masih tergolong tradisional. Hal ini terlihat pada saat melakukan observasi langsung, diperoleh beberapa informasi yaitu: pada saat proses pembelajran guru hanya berpatokan pada majalah, guru tidak menggunakan media atau alat bantu yang nyata dalam pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran hanya menitiberatkan pada pemerolehan hasil tanpa mengajarkan cara memecahkan masalah, guru langsung menjelaskan kegiatan kemudian anak-anak langsung mengerjakannya, guru belum optimal mengembangkan interaksi sosial anak dalam proses pembelajran. Dampak dari proses pembelajaran tersebut, hasil perkembangan kognitif anak pada kelompok A2 di TK Lab Undiksha Singaraja masih rendah. Hal ini dilihat dari rata-rata ketentuan belajar mencapai 57,375% - 53,625 (data nilai tahun pelajaran 2011/2012 – 2012/2013). Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran perkembangan kognitif di Taman Kanak-kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi.Selain itu perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Didalam perkembangan anak usia dini terdapat beberapa aspek-aspek perkembangan di antaranya aspek-aspek moral, nilai-nilai agama, sosial emosional dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Aspek perkembangan dapat dilihat melalui kegiatan yang di lakukan di dalam proses pembelajaran yang di rancang dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat atau sarana atau wadah untuk mengenalkan konsep pada anak. Pada penelitian ini berfokus pada aspek perkembangan kognitif. Menurut Piaget (dalam Handayani, 2012) mengemukakan bahwa “kognitif adalah aktivitas mental dalammengenal dan mengetahui tentang dunia luar”. Menurut Santrock (dalam Handayani, 2012) “kognitif mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, disimpan, dan ditransformasi serta di panggil kembali dan digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir”. Menurut teori kognitif Piaget (dalam Mutiah, 2010:101) menyatakan bahwa anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka, mereka berlatih menggunakan informasiinformasi yang sudah mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan informasi baru dengan keterampilan yang sudah dikenal, mereka juga menguji pengalaman dengan gagasan-gagasan baru. Menurut Piaget (Sujiono, 2007:2.7) mengemukakan bahwa “tahap perkembangan kognitif usia 3-5 tahun merupakan tahap praoperasional konkret”. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi objek, simbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakteristik penting dalam tahapan ini. Pada usia 4-5 tahun anak sudah mulai belajar mengenal konsep bilangan secara sederhana, misalnya mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan dan mengenal lambang huruf. Menurut Piaget (dalam Habsari, 2013) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini adalah belajar berpikir logis dan matematis (logicomathematical learning) dengan cara menyenangkan dan tidak rumit melalui metode pembelajaran tertentu agar mudah menyampaikan pembelajaran konsep bilangan pada anak sehingga anak mudah memahaminya. Habsari (2013) menyatakan “kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan potensi aspek perkembangan kognitif anak usia dini melalui pengenalan konsep bilangan penting karena berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan lainnya”. Pengenalan konsep bilangan di TK merupakan awal dari pembelajaran matematika. Burns (dalam Mutiah, 2010:160) penguasaan masing-masing kelompok matematika melalui tiga tahapan sebagai berikut. Pertama tingkat pemahaman konsep dimana anak akan memahami konsep melalui pengalaman bekerja atau bermain dengan benda nyata. Kedua tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan, setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep.Ketiga tingkat lambang bilangan, anak diberi kesempatan untuk menulis lambang bilangan atas konsep konkret yang telah mereka pahami. Berilah kesempatan yang cukup untuk menggunakan alat konkret hingga mereka melepaskannya sendiri. Ketiga proses tahapan diatas sangat membantu anak dalam memahami matematika. Bahkan dapat mencegah terjadinya ketakutan terhadap pembelajaran matematika untuk anak usia dini. Keterkaitan dengan pengenalan konsep bilangan, pembelajaran pada anak TK merupakan awal dari pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun terdapat kemampuan kognitif yang harus
dikembangkan, meliputi pengetahuan umum dan sains; konsep bentuk, warna, ukuran dan pola; konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf sudah dapat diperkenalkan pada usia 4-5 tahun. Membantu peningkatan perkembangan kognitif khususnya dalam pengenalan bilangan, memerlukan suatu media atau alat permainan sebagai sarana pendukung perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak sebagian besar dilaksanakan dengan bermain. Walaupun kegiatan bermain dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan tanpa menggunakan alat permainan, tetapi hampir semua kegiatan bermain justru menggunakan alat permainan. Menurut pendapat Zaman (dalam Nietha, 2012) “alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan”. Alat permainan edukatif untuk anak TK adalah alat permainan yang sengaja dirancang untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK. Zaman (Nietha, 2012) menyatakan ada beberapa ciri-ciri alat permainan edukatif untuk anak TK yaitu: ditunjukan untuk anak usia TK, berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak TK, dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna, aman bagi anak, dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas, dan bersifat konstruktif dan ada sesuatu yang dihasilkan. Montessori (Tedjasaputra, 2001:87) “menciptakan kubus yang memudahkan anak untuk mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari anak tanpa terlalu dibimbing”. Permainan ini juga memungkinkan anak bekerja secara mandiri. Alat dirancang sedemikian rupa sehingga anak dapat memeriksa sendiri, berarti bila salah anak akan segera menyadarinya, sehingga dapat segera diperbaiki. Alat permainan edukatif dapat difungsikan secara multiguna, walaupun masing-masing alat permainan memiliki
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) kekhususan untuk mengembangkan perkembangan tertentu. Dicontohkan bahwa media kubus multiguna identik dengan pengenalan lambang bilangan melalui jumlah gambar. Kubus multiguna adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang berbentuk bujur sangkar. Kubus multiguna ini berfungsi untuk mengembangkan perkembangan kognitif anak khususnya dalam kemampuan pengenalan lambang bilangan yang terkandung dalam aspek perkembangan kognitif anak melalui jumlah gambar. Kubus yang diciptakan berukuran 15x15x15 cm. Masing-masing sisi kubus terdapat lambang bilangan dan pola gambar yang berbeda menyesuaikan lambang bilangan yang terdapat pada masing-masing kubus agar memudahkan anak membedakan setiap lambang bilangan. Kubus multiguna dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk merangsang perkembangan kognitif anak khususnya dalam pengenalan bilangan dan lambang bilangan. Oleh karena itu kubus multiguna dapat difungsikan sebagai permainan edukatif yang dimainkan dengan cara menyusun kubus sesuai urutan lambang bilangan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menawarkan media kubus multiguna yang dikolaborasikan dengan metode pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu aspek perkembangan kognitif anak khususnya dalam pengenalan lambang bilangan. Metode bermain mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia 0-6 tahun karena dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) anak, menggali kreativitas dan perasaan anak. Piaget (dalam Mutiah, 2010:102) mengemukakan bahwa “saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar mempraktikkan dan mengonsolidasikan keterampilan yang baru diperoleh”. Piaget (dalam Sujiono, 2007:5.29) mengatakan bahwa “metode bermain adalah suatu cara bagi anak-anak dalam mengubah dunia untuk mendapatkan keinginannya”. Montolalu (2008:4.3) menyatakan “metode bermain dalam pembelajaran di TK adalah suatu tehnik
penyampaian informasi yang ditujukan pada anak melalui alat permainan/kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan pada anak”. Habsari (2013), “metode bermain biasanya dilakukan diluar kelas atau pun pada saat kegiatan bermain diruang kelas”. Metode ini dilakukan karena dunia anak adalah bermain. Anak sangat senang dalam kegiatan bermain, sehingga kegiatan pembelajarn tentang pengenalan konsep bilangan yang dilakukan dengan cara bermain akan mudah dipahami oleh anak. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode bermain adalah suatu cara menyampaikan/ mentransfer ilmu dengan bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak serta memfasilitasi media dan penggunaan metode pembelajaran dengan tepat. Diharapkan dengan metode bermain mampu menarik minat anak dalam melaksanakan pembelajaran serta memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi. Masalah yang ingin peneliti bahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan melalui metode bermain berbantuan media kubus multiguna pada anak kelompok A2 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja?Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan untuk mencari tahu peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui penerapan metode bermain berbantuan media kubus multiguna pada anak kelompok A2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok A2 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A2 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Lab Undiksha Singaraja yang berjumlah 30 orang anak. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatakan perkembangan kognitif pada anak kelompok A2 semester II Tahun Pelajaran 2013-2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional”. Jadi disimpulkan penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang melakukan berbagai tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan kesiklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau evaluasi dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut. Perencanaan SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaa
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk. 2012:16) Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan kegiatan, Menyamankan persepsi dengan guru mengenai penerapan
metode bermain dengan media kubus multiguna, menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan RKH. Menyusun rencana kegiatan harian (RKH) untuk 20 kali pertemuan. Menyiapkan media kubus multiguna yang digunakan sesuai dengan tema yang diajarkan. Menyusun instrumen penelitian yaitu format penilaian observasi. Pada tahap pelaksanaan dilakukan dalam 15 kali pertemuan untuk proses pembelajaran. Tahapan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan (pada pertemuan 1, 2, 3,4 dan 5). Pada tahap ini juga dilakukan pencatatan terhadap perilaku anak saat pembelajaran berlangsung dan mencatat hal - hal yang muncul diluar perencanaan tindakan. Hasil pencatatan ini merupakan catatan kecil sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan siklis II. Sedangkan evaluasi dilaksanakan pada pertemuan sebelas sampai pertemuan limabelas. Sementara itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Menurut Agung (2012:61), metode observasi merupakan “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan atau pecatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masingmasing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikatagorikan kedalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, bintang satu (*) belum berkembang, bintang dua (**) mulai berkembang, bintang tiga(***) berkembang sesuai harapan, dan bintang empat (****) berkembang sangat baik. Instrumen yang di perlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK, dalam penelitian ini data yang diperlukan dari hasil adalah perkembangan kognitif anak. Berikut ini kisi-kisi instrumen penelitian penerapan metode bermain melalui media kubus multiguna untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Kisi-kisi Instrument perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan Variabel Indikator 1. Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10 PERKEMBANGAN 2. Membilang atau menyebut urutan bilangan 1-10 KOGNITIF 3. Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda 4. Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 5. Meniru lambang bilangan 1-10 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58, 2009) Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis penelitian ini digunakan dua metode yaitu :metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012 ) Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus ststistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka, rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu obyek sehingga diperoleh kesimpulan yang umum. Setelah itu dilanjutkan menganalisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalam bentuk angka-angka atau presentase mengenai keadaan suatu obyek yang di teliti (Agung, 2011:67). Metode analisis deskritif kuantitatif di gunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya pemahaman konsep bilangan pada anak TK yang dikonversikan ke dalam penilaian acuan patokan (PAP ) skala lima.
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam perkembangan kognitif pada anak kelompok A2 di TK Lab Undiksha Singaraja. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kubus multiguna melalui metode bermain berjalan dengan efesien dan efektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di TK Laboratorium Undiksha Singaraja dengan jumlah anak 36 orang. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 03 Maret sampai 03 Mei 2014. Data perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menghitung Modus (Mo), Median (Me) dan Mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima. Hasil observasi yang dilakukan pada saat penerapan metode bermain
Tabel 2.Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kognitif Presentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
Kriteria Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Agung, 2010:12)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dengan berbantuan media kubus multiguna dengan menggunakan 5 indikator dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor, yakni 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2 (mulai berkembang), 1 (belum berkembang).
Gambar 2. Grafik Polygon Data Perkembangan Kognitif anak TK Lab Undiksha Singaraja pada Siklus II
Gambar 1.Grafik Polygon Data Perkembangan Kognitif anak TK Lab Undiksha Singaraja pada Siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M, (12 < 13 < 13,50), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aspek perkembangan kognitif pada Siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan kognitif pada anak kelompok A2semester II di TK Lab Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 cenderung rendah. Berdasarkan rata-rata persentase, nilai M% = 67,50% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.7 berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa perkembangan kognitif anak berada pada kriteria sedang. Siklus II dilakukan sama seperti siklus I. Data perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menghitung Modus (Mo), Median (Me) dan Mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima.
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M, (18,00> 17,00 > 16,70), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aspek perkembangan kognitif pada Siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan kognitif pada anak kelompok A2 semester II di TK Lab Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 cenderung tinggi. Penyajian hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada anak kelompok A2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bermain berbantuan media kubus multiguna dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif pada anak kelompok A2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Laboratorium Undiksha Singaraja pada siklus I sebesar 67,50% berada pada kategori rendah dan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak kelompok A2 semester II di TK Laboratorium Undiksha Singaraja pada siklus II sebesar 83,50% berada pada kategori tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif pada anak dari
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) siklus I ke siklus II sebesar 16,00%. Terjadinya peningkatan perkembangan kognitif pada anak dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain serta penggunaan media sederhana disebabkan oleh ketertarikan anak dalam kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru, sehingga minat anak dalam mengikuti pembelajaran sangat tinggi. Piaget dan Montolalu (dalam Sujiono, 2007) mengatakan bahwa metode bermain adalah “suatu cara penyampaian informasi yang ditujukan pada anak dalam mengubah dunia untuk mendapatkan keinginannya melalui alat permainan/kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan dan kesenangan pada anak”. Piaget (dalam Montolalu, 2008:2.17) berpendapat tahapan-tahapan perkembangan bermain sejalan dengan perkembangan kognitif anak, dimana pada tahap ini berada pada Symbolic play (bermain simbolik anak usia 2-7 tahun), pada tahap simbolik anak mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda, orang atau objek dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau makna dari suatu kejadian. Penggunaan metode bermain dalam meningkatkan perkembangan kognitif khususnya mengenai pengenalan lambang bilangan sangat keterkaitan. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran anak tidak merasa tertekan dengan tuntutan pembelajaran, jika anak dituntut maka rasa bosan pada diri anak akan muncul. Melalui metode bermain anak akan diberikan kebebasan dalam bereksplorasi dalam dunia mereka. Dengan diberikan kebebasan anak akan mencari tau sendiri jawaban yang muncul dari dirinya melalui benda atau objek disekitar anak. Selain menurut Piaget, Berk (Tejasaputra, 2001:28) menyatakan “tahapan perkembangan bermain kognitif adalah bermain membangun (Constructive Play) sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun”. Anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia.Hal ini terlihat ketika menggunakan media kubus multiguna diimbangi dengan kegiatan bermain, anak terlihat bereksplorasi sesuai
dengan keinginannya. Anak dengan sendirinya mengamati lambang bilangan yang terdapat dalam media serta mengurutkan lambang bilangan 1-10 seperti yang dicontohkan oleh guru. Burns (dalam Mutiah, 2010:160) menyampaikan “memberi penguasaan masing-masing kelompok matematika melalui tingkat pemahaman konsep yaitu anak akan memahami konsep melalui pengalaman bekerja atau bermain dengan benda nyata”.Media kubus multiguna ini merupakan alat permainan edukatif (APE) yang dapat menjadi alternatif untuk pengembangan kognitif khususnya dalam pengenalan lambang bilangan melalui jumlah gambar.Hal ini terlihat ketika mengenalkan lambang bilangan, anak dapat melihat di masing-masing sisi kubus terdapat jumlah gambar yang menyesuaikan lambang bilangan. Jumlah gambar yang berbeda menyesuaikan dengan lambang bilangan, ini memudahkan anak membedakan setiap lambang bilangan yang terdapat pada media kubus multiguna. Anak juga menjadi lebih tertarik dalam mengenal lambang bilangan dengan menggunakan pola gambar yang menarik dan menyesuaikan dengan tema. Dengan adanya jumlah pola gambar yang sesuai dengan lambang bilangan dapat memudahkan anak untuk mengingat lambang bilangan. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bermain dan media kubus multiguna dapat meningkatkan perkembangan kognitif TK Lab Undiksha Singaraja, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa penerapan metode bermain berbantuan media kubus multiguna dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak TK pada kelompok A2 semester II di TK Lab Undiksha Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan kognitif pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan kognitif sebesar 67,50% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 83,50% yang berada pada kategori tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 16%. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.Kepada guru, disarankan mengoptimalkan kegitan pembelajaran menggunakan media kubus multiguna dengan menggunakan variasi gambar dan warna yang menarik pada media. Agar menarik minat anak serta mengurangi ketakutan dalam pembelajaran matematika untuk pendidikan yang lebih tinggi khususnya dalam lambang bilangan. Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Kepada peneliti lain hendaknya aturan permainan yang digunakan agar dipermudah dengan katakata sederhana, penyampaian yang jelas dan menarik sehingga dapat merangsang anak untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu bagi peneliti lain, hal-hal yang belum tercapai dalam penelitian ini agar bisa disempurnakan dalam penelitian selanjutnya, karena pencapaian perkembangan kognitif khususnya pengenalan lambang bilangan dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti lain untuk meningkatkan penelitian ini hingga berada pada kriteria sangat tinggi. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Konsep dan Tehnik Analisis Data Hasil PTK. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. -------,2010.Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP.
-------,2012.Metodologi Penelitian Pendidikan.Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Arikunto, S, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Departemen pendidikan nasional.Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 58 tahun 2009. Tentang standar pendidikan anak usia dini. Jakarta: jendral manajemen pendidikan dasar dan menengah direktorat Pembina TK dan SD. Habsari, D. 2013. Metode Pengenalan Konsep Bilangan Pada Anak Kelompok Umur 4-5 Tahun di TK LKIA I Pontianak. Tersedia pada http://jurnal.untan.ac.id/index.php/j pdpb/article/viewFile/802/pdf. (Diakses pada tanggal 12 Februari 2014) Isjoni, H. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta Montolalu.B.E.F, dkk. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta. Universitas Terbuka. Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Nietha, M. 2012. Penggunaan Media Kubus Multiguna dapat Meningkatkan Kreativitas Anak. Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/137290 460/Skripsi-media-KubusMultiguna. (Diakses pada tanggal 08 Februari 2014) Sujiono.
Y. N. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tedjasaputra, S, Mayke. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Indonesia.
