e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA GELOMBANG PINTAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI Ni Ketut Rina Trisnawati1, Nyoman Wirya2, Didith Pramunditya Ambara3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected], 3
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng setelah diterapkan metode bermain berbantuan media gelombang pintar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 15 orang anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar format observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan dengan penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar pada siklus I sebesar 70% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,68% yang berada pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan perkembangan kognitif pada anak sebesar 16,68%. Kata kunci : bermain, gelombang pintar, perkembangan kognitif Abstract This research aimed at knowing the cognitive development in recognizing colors, shapes and numbers of group B students, second semester of TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, district of Buleleng, Buleleng regency, in academic year 2013/2014, after the playing method using “Gelombang Pintar” media being applied. This research is a classroom action research which is conducted in two cycles and the subject were 15 students of group B, second semester of TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja, district of Buleleng, Buleleng regency, in academic year 2013/2014. Research data about cognitive development in recognizing colors, shapes and numbers was obtained through observation method by using observation sheet instrument. Data was analyzed by descriptive statistic and descriptive quantitative analysis. The result of analyzed data shows the increase of cognitive development in recognizing colors, shapes and numbers by applying playing method using “Gelombang Pintar” media in cycle I of 70%, categorized as moderate; in cycle II increase into 86.68%, categorized as high. So, there is an increase of students’ cognitive development of 16.68%. Key words : playing, “gelombang pintar”, cognitive development
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Di era globalisasi dewasa ini bangsa Indonesia memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu usaha penting yang mendukung tumbuh kembangnya sumber daya manusia yang dimaksud adalah Pendidikan. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu pendidikan yang dapat mendukung fungsi pendidikan tersebut yaitu pendidikan anak usia dini. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Hasan (2010:16-17) tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Pembelajaran pada anak usia dini diarahkan pada pengembangan lima aspek perkembangan anak seperti nilai-nilai agama dan moral, motorik, kognitif, kemampuan berbahasa, dan sosioemosional. Untuk itu pembelajaran pada anak usia dini harus dirancang agar anak tidak merasa terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Menurut Minnet (dalam Gunarti, dkk, 2004:2.24) menyatakan “bahwa
perkembangan kognitif merupakan perkembangan dari pikiran (mind). Pikiran merupakan bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu”. Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir secara teliti. Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berpikir. Masalah ini sering menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya dalam mengenal bentuk-bentuk, warna, dan bilangan. Hal tersebut dapat diperbaiki jika orang-orang disekitarnya membantu untuk meningkatkan pemahaman anak. Salah satu cara untuk membantu anak memahami dengan lebih baik adalah dengan menggunakan metode dan media. Berdasarkan hasil observasi di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja bulan Juli sampai Oktober 2013 kemampuan kognitif anak kelompok B berada pada kriteria perkembangan kognitif sedang. Pada kenyataannya media pembelajaran yang digunakan di Taman Kanak-kanak Widya Kumara Banjar Jawa kurang inovatif. Guru hanya menggunakan tulisan, gambar, dan balok-balok yang tersedia di taman kanak-kanak untuk mengenalkan bilangan, warna, dan bentuk pada anak. Hal ini akan menimbulkan perasaan bosan dari anak sehingga perkembangan kognitif anak kurang optimal. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru atau fasilitator telah mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kreativitas mengenai media pembelajaran. Banyak metode dan media yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini. Pemilihan metode yang tepat diikuti dengan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) pemilihan media yang tepat harus dilakukan oleh guru sesuai dengan karakteristik serta kondisi anak didik. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktifitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran anak. Oleh karena itu guru harus dapat memilih metode yang sesuai, salah satunya metode bermain. Agar suasana belajar tidak menjadi beban dan membosankan anak, suasana belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan menyenangkan. Aktivitas bermain (play activity) yang memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya merupakan hal yang diutamakan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan. Dalam rangka mengembangkan diri anak didik di taman kanak-kanak diperlukan dukungan sebagai fasilitas, sarana prasarana, seperti media/alat peraga, perabot kelas, ruang kelas, ruang bermain, program-program yang memadai serta suasana pendidikan taman kanak-kanak agar pelayanan pendidikan bagi peserta didik taman kanak-kanak yang bersangkutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Anak dapat mencapai perkembangan yang optimal jika didukung oleh adanya media. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru atau fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Penerapan metode bermain akan mampu meningkatkan perkembangan kognitif anak dengan berbantuan media gelombang pintar. Penggunaan media sangat dibutuhkan dalam pembelajaran di
PAUD, dalam hal ini media dibutuhkan sebagai pendukung metode yang telah ditentukan. Media yang digunakan adalah media yang dapat membantu anak mengenal bilangan, bentuk dan warna. Menurut pandangan Piaget (dalam Djiwandono, 2004:73), perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup: mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Ada 5 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Pertama, pembawaan. Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Kedua, minat dan pembawaan yang khas. Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Ketiga, pembentukan. Dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Disini dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan disekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam di sekitarnya. Keempat, kematangan. Dimana
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kelima, kebebasan. Berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Banyak metode dan media yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak usia dini. Pemilihan metode yang tepat diikuti dengan pemilihan media yang tepat harus dilakukan oleh guru sesuai dengan karakteristik serta kondisi anak didik. Metode pembelajaran untuk anak perlu dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Kondisi serta karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama. Berhasil tidaknya anak melewati masa ini tergantung dari bagaimana kita memberikan stimulasi dan pemahaman terhadap anak sehingga potensi yang ada pada anak akan timbul secara terus menerus dan berkesinambungan. Perkembangan kognitif anak perlu dibekali dengan pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini diperoleh oleh anak dengan baik apabila pemilihan metode penyampaian tepat. Upaya pengembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran dapat dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar. Salah satunya penggunaan media gelombang pintar melalui metode bermain. Metode bermain merupakan kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan kepuasan bagi anak. Latif (2013:110) menyatakan bahwa metode bermain adalah suatu kegiatan yang diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi kecerdasan anak. Masnipal (2013:124) menyatakan metode bermain merupakan suatu kegiatan yang penuh arti (meaningful), karena bermain membuat perasaan (sense) dalam “menyentuh” pengalaman nyata dan penuh arti. Bermain
juga merefleksikan apa yang diketahui dan apa dapat dilakukan anak untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan pengertian. Belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, beresplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Priyono (2012) menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan metode bermain diantaranya merangsang perkembangan berfikir anak karena dalam bermain membutuhkan pemecahan masalah bagaiman melakukan permainan itu dengan baik dan benar, melatih kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan diri pada orang lain, melatih kedisiplinan anak karena dalam permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan, anak lebih semangat dalam belajar karena naluri anak usia dini belajar adalah bermain yang didalamnya mengandung pelajaran. Selain terdapat kelebihan, metode bermain juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan biaya yang lebih karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, membutuhkan ruang atau tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan, sering terjadi saling berebut alat atau media bermain antara anak yang satu dengan yang lainnya apabila alat atau medianya tidak mencukupi. Adapun langkah-langkah penerapan metode bermain yang biasa dilaksanakan di lembaga taman kanak-kanak antara lain tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar sebagai salah satu metode dan media pendekatan dalam pembelajaran akan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulangulang, menemukan sendiri, beresplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya, selain itu dapat memberikan pengalaman langsung yang bersifat konkreat. Dengan demikian
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) metode tersebut akan dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak. Penggunaan media perlu pemahaman, karena untuk menghindari terjebaknya para pemerhati dan praktisi pendidikan dalam kegiatan yang tidak mengacu pada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok. Bila pemerhati dan praktisi pendidikan dalam kegiatan ini kurang cermat, maka tidak jarang tercipta suasana belajar mengajar yang membosankan bagi anak. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Media gelombang pintar adalah suatu media pembelajaran yang memberikan tantangan pada anak dan dapat membantu anak mengenal bilangan, bentuk dan warna dengan lebih mudah sambil bermain. Media gelombang pintar dapat membantu meningkatkan perkembangan anak dengan lebih optimal, terutama perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan anak. Media gelombang pintar bernaung dalam teori behaviorisme. “Perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus respon yang bersifat mekanis. Oleh karena itu, lingkungan yang diorganisasikan akan dapat memberikan stimulus yang baik, sehingga pengaruh dari stimulus tersebut diharapkan dapat memberikan respon dan hasil yang diharapkan” (Conny dalam Latif, 2013:73). Guru dapat membuat bentuk lingkaran pada anak-anak agar stimulus positif yang diberikan dapat secara langsung dilihat oleh anak, sehingga anak dapat memberikan respon positif terhadap stimulus yang diberikan. Jerome Bruner (dalam isjoni, 2011:78), teorinya dikenal dengan “Free
Discovery Learning”. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada anak untuk menemukan sesuatu melalui contoh-contoh yang digambarkan atau yang menjadi sumbernya. Pada penerapan media gelombang pintar, anak akan secara langsung diberikan kesempatan untuk menggunakan media gelombang pintar. Anak akan dapat mengenal bentuk, warna dan bilangan secara langsung dari penggunaan media gelombang pintar. Teori lain yang melandasi media gelombang pintar adalah teori operant conditioning dari Skinner. “Konsekuensikonsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa” (Budayasa dalam Trianto, 2009:40). Anak akan merasa sangat tertarik menggunakan media gelombang pintar. Hal ini dikarenakan anak ingin mencoba menggunakan media gelombang pintar ini sampai anak tersebut berhasil terlebih dahulu. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu, diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran yang lebih memungkinkan anak terlibat secara aktif dan menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif anak setelah menerapkan metode bermain berbantuan media gelombang pintar pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajara 2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. METODE Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 15 orang kelompok B semester II di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Sedangkan objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan kelompok B semester II di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dalam dua siklus yang dirancang selama 16 kali pertemuan dan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Suyanto (2007:1) bahwa PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari dilapangan atau dikelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini. Dalam satu siklus penelitian terdapat empat komponen yaitu, rencana (planning), observasi (observation), tindakan (action), dan refleksi (reflection). Pelaksanaan penelitian dilakuakn dalam dua siklus sebagai berikut. (gambar 1) 1
4.
I
2.
3.
1
I
4.
2.
3.
?
Gambar
0.1
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto
Keterangan: 1 = Perencanaan 2 = Tindakan (Pelaksanaan) 3 = Observasi 4 = Refleksi I = Siklus I II = Siklus II ? = Siklus berikutnya Tahapan yang pertama yaitu perencanaan merupakan perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah: menyamakan persepsi dengan metode dan media yang akan digunakan, menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, d) mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan, menyiapkan instrumen penilaian. Tahapan yang kedua yaitu pelaksanaan adalah upaya yang dilaksanakan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. Tahapan ketiga yaitu observasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah penilaian pemahaman anak, penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan, penilaian terhadap kemampuan anak menggunakan media. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan anak daam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah penilaian pemahaman anak, penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan, c) penilaian terhadap kemampuan anak menggunakan media gelombang pintar, mengobservasi guru dalam membuka, menyampikan materi, dan menutup kegiatan pembelajaran. Tahapan keempat yaitu refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) melakukan perbaikan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam penelitian kelas siklus II. Untuk mengumpulkan data perkembangan kognitif dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Agung (2012:61) mengemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan ‘pengamatan dan pencatatan’ secara sistematis tentang suatu objek tertentu”.Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penilaian. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda satu bintang ( ), anak mulai berkembang dengan tanda dua bintang ( ), anak sudah berkembang dengan tanda tiga bintang ( ), anak berkembang sangat baik dengan tanda empat bintang ( ) (Permendiknas No. 58,2009:11). Data hasil penelitian dianalisi dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini, Agung (2012:67) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti tabel distribusi frekuensi, menghitung modus atau frekuensi tertingi (Mo), menghitung median atau nilai tengah (Me), menghitung angka rata-rata (mean), dan menyajikan data ke dalam grafik polygon untuk menggambarkan keadaan
suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian analisis dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung modus atau frekuensi tertingi (Mo), menghitung median atau nilai tengah (Me), menghitung angka rata-rata (mean), dan menyajikan data ke dalam grafik polygon. Untuk menentukan tingkat perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada anak dapat dihitung dengan membangdingkan ratrata persen (M%) dengan PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk, Warna, dan Bilangan Anak (Agung, 2010:9) seperti pada tabel 1. Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk, Warna, dan Bilangan Anak Persentase 90 − 100 80 − 89 65 − 79 55 − 64 0 − 54
Kriteria Pemahaman Perkembangan Aspek Kognitif Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil data perkembangan kognitif anak diolah dengan memasukkan data ke tabel distribusi frekwensi untuk memudahkan peneliti dalam menghitung mean (M), median (Me) dan modus (Mo) dan disajikan dalam grafik polygon. Kemudian tingkatan perkembangan kognitif anak dapat ditentukan dengan membandingkan rata-rata atau mean dengan model Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima tentang Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk, Warna, dan Bilangan Anak. Dari tabel distribusi frekuensi perkembangan kognitif pada anak kelompok B pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon (gambar 2).
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
5 4 3 2 1 0 8
9
10
11
12
13
14
Gambar 2 Data Peningkatan Perkembangan Kognitif Siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (10 < 11 < 11,2), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada sikus I merupakan kurve juling positif yang menandakan rerata skor perkembangan kognitif pada siklus I cenderung sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala-kendala yang menyebabkan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada anak masih berada pada kriteria sedang, sehingga perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain ada pertemuan awal anak masih terlihat bingung dengan peraturan yang ditetapkan dalam penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar, banyak anak yang tidak sabar untuk menggunakan media gelombang pintar sehingga suasana kelas menjadi gaduh, beberapa anak awalnya belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan masih keliru dengan nama-nama bentuk geometri. Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kendala-kendala di atas adalah dengan menjelaskan kembali peraturan yang telah diterapkan pada anak dengan lebih terperinci dan perlahan-lahan. Selain itu agar anak bisa bersabar dan
mengikuti peraturan berdasarkan teori behaviorisme. “perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus respon yang bersifat mekanis. Oleh karena itu, lingkungan yang diorganisasikan akan dapat memberikan stimulus yang baik, sehingga pengaruh dari stimulus tersebut diharapkan dapat memberikan respon dan hasil yang diharapkan” (Conny dalam Latif, 2013:73), maka guru akan membentuk lingkaran pada anak-anak yang menggunakan media gelombang pintar, sehingga anak-anak tahu gilirannya untuk mengggunakan media gelombang pintar. Serta menuntun dan mengarahkan anak untuk menggunakan menggunakan media gelombang pintar serta memberikan motivasi dan penguatan kepada anak berupa pemberian bintang pada anak yang mau mengunakan media gelombang pintar. Bintang yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki anak. Guru juga menjelaskan dengan lebih baik nama-nama bentuk yang terdapat pada gelombang pintar sehingga anak dapat memahami dengan baik. Pada siklus II, hasil data perkembangan kognitif anak diolah dengan memasukkan data ke tabel distribusi frekwensi untuk memudahkan peneliti dalam menghitung mean (M), median (Md) dan modus (Mo) dan disajikan dalam grafik polygon. Kemudian tingkatan perkembangan kognitif anak dapat ditentukan dengan membandingkan ratarata atau mean dengan model Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima tentang Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk, Warna, dan Bilangan Anak. Dari tabel distribusi frekuensi perkembangan kognitif pada anak kelompok B pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon (gambar 3). Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan perkembangan kognitif anak. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (15 < 14 < 13,87), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kognitif
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada sikus II merupakan kurve juling negatif yang menandakan rerata skor perkembangan kognitif pada siklus II cenderung tinggi. 5 4 3 2 1 0 11
12
13
14
15
16
Gambar 3 Data Peningkatan Perkembangan Kognitif Siklus II Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut. Satu, Secara garis besar proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, sehingga perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan dengan penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar meningkat sesuai dengan harapan. Kedua, Anak yang awalnya kurang aktif dan kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan sangat tertarik dengan penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar yang akan dilakukan. Tiga, dalam hal ini peran guru sangat penting dalam memberikan bimbingan pada anak apabila ada hal yang belum mereka pahami mengenai kegiatan yang diberikan, sehingga tidak ada kekeliruan nantinya dalam pemahaman anak. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar telah berjalan dengan baik terlihat dari adanya peningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan anak dari siklus I ke siklus II, sehingga dipandang penelitian ini cukup pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan melalui penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar pada siklus I sebesar 70% dan rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan melalui penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar pada siklus II sebesar 86,68%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 16,68%. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan pada anak kelompok B di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja setelah diterapkannya metode bermain berbantuan media gelombang pintar sebesar 16,67%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuaan belajar kognitif pada siklus I sebesar 70% menjadi 86,67% pada siklus II, yang berada pada kriteria tinggi. Saran yang dapat diberikan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kepada guru, disarankan lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode serta media pembelajaran yang sesuai dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Kedua, kepada kepala TK, disarankan mampu memberikan informasi tentang metode dan media pembelajaran yang paling tepat dengan upaya menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah. Ketiga, kepada peneliti lain, peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 16,68% dan hasil penelitian ini baru sampai pada kriteria
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014) tinggi. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu yang diberikan oleh sekolah dalam melakukan penelitian, sehingga tidak dapat dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Oleh karena itu disarankan pada peneliti lain agar dapat melakukan suatu penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode bermain berbantuan media gelombang pintar untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk, warna dan bilangan anak, sehingga mencapai hasil yang optimal dan berada pada kriteria sangat tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: FIP. -------. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha, Singaraja 27 September 2010. -------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri., Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djiwandono, S.EW. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Gunarti, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Hasan, Maimunah. 2010. (Pendidikan Anak Usia Jogjakarta: Diva Press.
PAUD Dini).
Latif, Mukhtar., Zukhairinia., Rita Zubaidah., Muhammad Afandi. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menegah Direktorat Pembina TK dan SD. Priyono, Ali. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain. Tersedia pada http://id.shvoong.com/social sciences/education/2249726 kelebihan-dan-kekurangan-metodebermain.html. (diakses tanggal 22 Januari 2014). Sahibun Nikmah. 2012. Penggunaan Metode Permainan dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Anak. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Dasar Universitas Tanjungpura Pontianak. Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan dan Refleksi Dosen dan Guru. Makalah Disajikan dalam Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang Mendidik di SD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Singaraja. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group.