e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014)
PENERAPAN TEKNIK TOKEN ECONOMY BERBANTUAN MEDIA KARTU PASANGAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI Ni Luh Purniawati¹, Desak Putu Parmiti², Nice Maylani Asril³ 1&3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B semester II di Taman Kanak-kanak Dharma Putra Pacung tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dari penelitian ini adalah 13 anak-anak TK pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014. Data tentang kemampuan kognitif anak kelompok B dilanjutkan dengan menggunakan metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitaif. Sebaran data-data peningkatan siklus I, kemampuan kognitif melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung termasuk ke dalam kategori rendah. Sebaran data-data peningkatan pada siklus II, kemampuan kognitif melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra termasuk ke dalam kategori tinggi. Melalui penerapkan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 18%. Kata kunci: token economy, media kartu pasangan, kemampuan kognitif anak usia dini Abstract This study aims to determine the increasing of cognitive ability in second semester of group B children of Dharma Putra Pacung kindergarten school academic year 2013/2014 through the application of token economy techniques assisted by pair card media. This study was a classroom action research that is conducted in two cycles. Subjects of this study were 13 kindergarten children in group B in the second semester of academic year 2013/2014. Data on children's cognitive ability of group B followed by observation method using the instrument of observation sheets. The data were analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive methods. The distribution of the data improvement of the first cycle, cognitive skills through the application of token economy techniques assisted by pair card media in group B children of the school year 2013/2014 in Dharma Putra Pacung kindergarten school was in low category. The distribution of the data improvement of the second cycle, cognitive skills through the application of techniques token economy assisted pair card media in group B children of the school year 2013/2014 in Dharma Putra kindergarten school was in high category. Through the application of token economy technique assisted by pair card media in improving the ability of cognitive in group B children of the second semester of academic year 2013/2014 in Pacung Dharma Putra kindergarten school, from the first cycle to the second cycle there was an increasing of 18%. Keywords:
token
economy,
pair
card
media,
cognitive
early
age
abilities
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) PENDAHULUAN Anak dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa. Dunia anak adalah dunia yang penuh canda tawa dan kegembiraan sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah pola mereka (Aisyah, 2009:1.3). NAEYC (dalam Aisyah, 2009:1.3), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang mencakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik (Permendiknas, Nomor 58 Tahun 2009). Isjoni (2010:19) menyatakan “anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah. Usia demikian merupakan masa peka bagi anak”. Para ahli menyebutkan sebagai masa golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50%.Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian. Menurut Vygotsky (dalam Syaodih, 2005:32), kemampuan kognitif anak anak usia dini terdiri atas kemampuan memperhatikan, mengamati, mengingat dan berpikir konvergen. Hurlock (dalam Jawati, 2013) mengatakan bahwa anakanak usia 3-5 tahun berada pada masa permainan. Bermain dengan benda atau alat permainan dimulai sejak usia satu tahun pertama dan akan mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Pada mulanya anak mengeksplorasi mainannya antara usia 2 dan 3 tahun, kemudian mereka membayangkan mainannya mempunyai sifat hidup (dapat bergerak, berbicara, dan merasakan), misalnya anak mengajak berbicara boneka kesayangannya. Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berpikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang cara berpikir anak-anak. Menurut Piaget (dalam Faizah, 2008:52), mengemukakan bahwa anak usia 4 hingga 7 tahun (TK dan SD kelas 1) berada pada fase “intuitif”. Anakanak tertarik dengan berbahasa untuk menghadirkan obyek melalui pencitraan kata-kata. Anak-anak mulai suka bergaul dan sifat egosentrisnya mulai berkurang. Konsep berpikir intuitif cenderung terfokus pada satu obyek. Konsep yang dibentuk masih kasar, didominasi pertimbangan persepsi. Begitu mudah tercelup pada suatu obyek diiringi rasa penuh tabjub, cepat pula menyurut dan mudah berlalu serta melupakannya, jika guru tidak merawatnya dengan kegiatan yang berkesan. Peningkatan kemampuan kognitif di TK memerlukan suatu teknik pembelajaran yang tepat. Teknik yang digunakan adalah token economy. Token economy adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Menurut Tarbox, Ghezzi, Wilson (dalam Nurmawati, 2013) Token economy merupakan salah satu contoh dari perkuatan ekstrinsik yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu untuk
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) diraihnya yakni dapat meningkatkan perhatiannya baik dari tingkat intensitas maupun dari tingkat validitas, tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik, dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru. Pendidikan usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasardasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Hal ini berbeda dengan permasalahan yang dialami anak-anak pada umumnya di TK. Banyak permasalahan yang bermunculan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Permasalahan yang muncul pun sangat beragam dan berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi juga pada TK Dharma Putra Pacung. TK Dharma Putra Pacung merupakan salah satu TK yang ada di Kecamatan Tejakula yang terletak di Desa Pacung. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada kelompok B di TK Dharma Putra Pacung, diperoleh beberapa informasi sebagi berikut. Banyak anak di kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 ialah 13 orang anak, rata-rata tingkat perkembangan kognitif pada anak kemolompok B pada tahun 2011/2012 tergolong sedang dengan persentase PAP 69,37% dengan sebanyak 20 anak, rata-rata peningkatan perkembangan kognitif pada anak kelompok B tahun pelajaran 2012/2013 tergolong rendah dengan persentase PAP 63, 5% yang terdiri dari 12 anak. Sementara kriteria keberhasilan yang ingin peneliti capai berdasarkan pedoman PAP skala lima tentang tingkatan kemempuan kognitif adalah 80-89% berada pada kriteria tinggi. Proses pembelajaran dalam pengembangan kemampuan kognitif anak pada kelompok B TK Dharma Putra Pacung masih tergolong sederhana dan tradisional. Hal ini terlihat pada saat melakukan
observasi langsung di lapangan, diperoleh informasi dari guru masih kurang mampu dalam memvariasikan teknik atau metode dalam suatu pembelajaran, guru hanya berpatokan pada buku majalah pada saat mengajar, fasilitas atau media yang ada di TK masih kurang menunjang kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran hanya menitiberatkan pada pemerolehan hasil tanpa mengajarkan cara memecahkan masalah, guru langsung menjelaskan kegiatan kemudian anak-anak langsung mengerjakannya. Dampak dari proses pembelajaran tersebut, membuat kemampuan kognitif anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung masih rendah. Hal ini terlihat pada rata-rata ketentuan belajar mencapai 69,37% - 63, 5% (data nilai tahun pelajaran 2011/2012 – 2012/2013). Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran pada kemampuan kognitif di TK yang berlangsung sebagaimana telah digambarkan di atas, perlu dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Serangkaian tindakan itu diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah yang lebih memungkinkan anak terlibat secara aktif. Pengunaan media yang bervariatif juga sangat membantu dalam terciptanya kegiatan pembelajaran yang aktif. Media kartu pasangan merupakan media kartu yang berpasangan antara satu kartu dengan kartu yang lainnya. Media ini bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Kartu pasangan adalah suatu media yang berbentuk seperti kartu yang biasanya dibuat dari bahan kerta yang saling memiliki pasangan. Kartu ini untuk dimainkan anak usia 4-6 tahun. Karakteristik dari media kartu pasangan ini adalah suatu kartu bergambar yang berpasangan satu sama lainnya. Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan dapat memasangkan dengan pasangannya, serta untuk melatih anak belajar mengelompokkan dengan cara sederhana dan anak sekaligus mengenal lambang-
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) lambang benda. Bahkan penggunaan media kartu pasangan ini dapat membantu menstimulasi perkembangan visualisasi sehingga dapat meningkatkan daya imajinasi, keingintahuan, konsentrasi dan kemampuan memperhatikan objek tertentu. Berdasarkan pemaparan di atas, diharapkan melaui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B semester II tahun pelajara 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok sebagai berikut. Apakah penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di Taman Kanakkanak Dharma Putra Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng?. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B semester II di Taman Kanak-kanak Dharma Putra Pacung melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan. Tabungan kepingan adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian satu kepingan (atau satu tanda, satu isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar degan benda atau aktivitas pengukuhan lain yang diingini subjek. Pengukuhan lain acap kali disebut dengan pengukuhan idaman. Menurut Walker, et.al (dalam Hadi, 2005:174), tabungan kepingan adalah suatu teknik untuk pengukuhan tingkah laku yang ditujukan kepada seseorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati, dengan menggunakan reward berupa hadiah untuk penguatan secara simbolik. Anak menerima uang-uangan (uang simbolik), kertas ataupun logam, yang dapat ditukarkan di kantin sekolah dengan harga sesuai dengan nilai kepingan. Beberapa jenis kepingan (token) sebagai simbol pengukuhan yang sering digunakan anatara lain bintang emas,
kertas kupon, sepotong kecil kertas warna, uang logam, stiker, perangko, kancing plastik dan sebagainya. Prosedur tabungan kepingan tidak berbeda dengan orang bekerja yang menerima upah berupa uang langsung setelah satu porsi pekerjaannya selesai. Uang adalah semacam kepingan, yang bila telah terkumpul dapat dibelikan sesuatu yang diingini pemiliknya. Program kepingan dapat diterapkan pada anak-anak normal, pada anak-anak atau orang-orang yang perkembangannya terlambat, yang cacat mental, atau yang mengalami penyimpangan kepribadian. Pelaksanaan tabungan kepingan dibagi dalam 3 tahap (Hadi 2005:178), yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Aturan dan pertimbangan memang perlu diperhatikan pada saat implementasi tabungan kepingan. Sebelum dilaksanakannya tabungan kepingan persyaratan atau kontrak wajib dilakukan agar teknik yang dilalukan terarah dengan benar. Menghitungkan pengukuh dengan harga kepingan dilakukan supaya anak bisa dengan jelas menukarkan banyaknya banyaknya kepingan yang diterima dengan pengukuhan idaman. Memberikan kepingan secara konsisten dapat meyakinkan anak bahwa kemunculan dari perilaku-perilaku yang ditargerkan akan mendapatkan kepingan dengan segera. Kerjasama anatara pihak lain juga perlu dilakukan agar pelaksanaannya tidak terganggu. Kartu pasangan adalah suatu media yang berbentuk seperti kartu yang biasanya dibuat dari bahan kerta yang saling memiliki pasangan. Kartu ini untuk dimainkan anak usia 4-6 tahun. Sebelum anak akan bermain kartu pasangan, anak sudah diajarkan konsep sederhana mengenai komunikasi dan matematika, sehingga anak dapat mengembangkan bahasa dan kognitifnya. Setelah itu anak dapat membilang dengan lancar tentang konsep bilangan yang nantinya diterapkan dalam bermain kartu pasangan. Menurut Yudha (dalam Nalole, 2011) ada beberapa kegiatan yang dilakukan di TK melalui kartu pasangan. Pengenalan angka melalui kartu pasangan. Kartu pasangan menjadi salah satu teknik pembelajaran kognitif yang dapat dilakukan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) di TK dalam mengembangkan anak didik. Pengenaalan angkamelalui kartu pasangan (make Match) ini dikembangkan oleh Curran padatahun 1994, pengenalan angka melalui bertukar pasangan. Bertukar pasangan dapat memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan orang lain. Kegiatan ini dapat digunakan untuk mengembangkan fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Desain permainan disesuaikan dengan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak. Jika yang diharapkan adalah kemampuan untuk memahami konsep bilangan, maka desain permainan adalah gambar benda-benda dan lambang bilangan (angka). Contoh, bermain kartu pasangan dengan menghubungkan lambing bilangan dengan benda sampai 5. Langkahlangkah yang dilakukan dalam permainan kartu pasangan (Nalole, 2011) menyiapkan kartu angka dengan kartu bergambar, letakkan semua kartu di atas meja, biarkan anak mencoba untuk mencocokkan kartu bergambar, anak mencoba bermain kartu yang sesuai dengan jumlah gambar. Melalui kegiatan pembelajaran pada bidang pengembangan kognitif yang dilakukan melalui kegiatan bermain, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan. Mencermati konstribusi yang sangat signifikan dari penggunaan kartu pasangan maka perlu diefektifkan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Curran (dalam Nalole, 2011), kelebihannya anak mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan, anak mengenali konsep komunikasi dengan kalimat sederhana, anak mengenal konsep bilangan dengan benda-benda serta menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan. Kekurangannya, dalam kegiatan kelompok sering anak yang banyak bicara serta kurang perhatian, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada temannya yang lebih menyukai kegiatan pengenalan angka melalui kartu pasangan, dalam kegiatan pengenalan angka dilakukan secara kelompok maka pemerataan tanggung jawab masing-masing anak tidak tercapai.
Karakteristik dari media kartu pasangan ini adalah suatu kartu bergambar yang berpasangan satu sama lainnya. Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan dapat memasangkan dengan pasangannya, serta untuk melatih anak belajar mengelompokkan dengan cara sederhana dan anak sekaligus mengenal lambanglambang benda. Bahkan penggunaan media kartu pasangan ini dapat membantu menstimulasi perkembangan visualisasi sehingga dapat meningkatkan daya imajinasi, keingintahuan, konsentrasi dan kemampuan memperhatikan objek tertentu. Intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. Intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berpikirnya dalam memecahkan suatu persoalan. Menurut Witherington (dalam Sujiono, 2007: 1.16), kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah, sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental) adalah perkembangan pikiran, pikiran adalah bagian dari berpikir proses otak, pikiran yang digunakan untuk mengenali mengetahui, dan memahami. Menurut Renzulli (dalam Sujiono, 2007: 2.6) ciri-ciri kemampuan kognitif yaitu mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, pembendaharaan kata luas, penalaran tajam, daya konsentrasi baik, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamatan yang cermat, cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan. Ia juga membagi bidang-bidang kognitif antara lain meliputi daya abstrak, kemampuan penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Piaget (dalam Winataputra, 2007:3.40), perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori-motorik, praoperasional, kongkret operasional dan formal operasional. Tahap-tahap ini tidak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) hendaknya dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan mental anak mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat mengembangkan struktur mentalnya untuk menghadapi berbagai situasi dengan cara yang lebih baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif menurut Sujiono (2007:1.25) faktor hereditas/keturunan, faktor lingkungan perkembangan manusia, kematangan tiap organ (fisik maupun psikis), faktor pembentukan, minat dan bakat, minat menyatakan perbuatan kepada suatu tujuan dan merrupakan dorongan dari perbuatan itu, kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir. Melaksanakan pengembangan kognitif menurut Sujiono (2007:4.2), hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan pengetahuan, dalam memberikan kegiatan pengembangan kognitif terutama untuk kegiatan persiapan pengenalan konsep bilangan hendaknya guru memperhatikan masa peka anak, untuk memcapai kegiatan kognitif tidak semuanya dilaksanakan sekaligus dalam suatu kegiatan anak tetapi dapat dilakukan secara bertahap yang sesuai dengan keadaan dan tingkat perkembangan anak, dalam memberikan kegiatan pengembangan kognitif hendaknya mengacu pada kemampuan anak, dapat menggunakan bermacammacam metode atau gabungan dari beberapa metode sesuai dengan kemampuan yang hendak dicapai, memanfaatkan suasana sekitar sebagai sarana dan sumber belajar, memberikan kesempatan kepada anak. Daya pikir anak usia 4-6 tahun berada pada fase praoperasional. Karakteristik perkembangan kognitif usia 46 tahun menurut Sujiono (2007:2.8) sebagai berikut. Memperkirakan hasil realita setiap cerita, menunjukkan pemahaman mengenai di dasar atau di puncak, di belakang atau di depan, di atas atau di bawah, mampu memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata atau gambar, mengelompokkan benda yang memiliki
persamaan, memasangkan dan menyebutkan benda yang sama, mencocokkan segitiga, persegi panjang dan wajik, sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran, menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperlihatkan, memahami konsep lambat atau cepat, sedikit atau banyak, tebal atau tipis, sempit atau luas, mampu mengetahui apa yang harus dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus, dan jika mau keluar saat hujan, mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur, paham mengenai konsep arah, di tengan, pojok, dan kiri atau kanan. Tingkat capaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun, mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti apa yang terjadi jika air ditumpahkan), menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, mengenal sebab akibat tentang lingkungannya, menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan, memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari (Permendiknas No 58 Tahun 2009). Hipotesis tindakan dari penelitian ini jika penerapan teknik token ekonomy berbantuan media kartu pasangan berjalan secara efektif, maka kemampuan kognitif dapat meningkat pada anak-anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di Taman Kanak-kanak Dharma Putra Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B semester II yang berjumlah 13 orang dengan 8 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pengumpulkan data tentang kemampuan kognitif anak menggunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses belajar mengajar berlangsung. Pada penelitian ini observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan pada saat sebelum
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) maupun saat pembelajaran dilakukan, yaitu mengamati kemampuan kognitif anak pada setiap siklus pada saat belajar menggunakan media kartu pasangan yang bisa divariasikan dalam beberapa kegiatan yang berhubungan dengan kognitif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengamati perkembangan kemampuan anak dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah
suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:76). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan kemampuan kognitif yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemapuan kognitif anak taman kanak-kanak menggunakan teknik token economy dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut.
Tabel. 1 Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan Kemampuan Kognitif. Presentase 90-10 80-89 65-79 55-64 0-54 Kriteria keberhasilan dari penelitian ini ialah adanya peningkatan dalam kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B di TK Darma Putra Pacung. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan skor positif rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya. Jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan kognitif setelah diterapkannya teknik token economy berbantuan media kartu pasangan pada anak-anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di TK Dharma Putra Pacung, pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014. Dimulai dari tanggal 17 Maret 2014 - 2 Mei 2014. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 10 kali pertemuan.
Kriteria Kemampuan Kognitif Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Hasil Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo>M>Me (14,00>12,6>6,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data peningkatan kemampuan kognitif melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung pada Siklus I merupakan kurva juling positif, karena modus (Mo) lebih besar dari pada mean (M) dan median (Me).Nilai M%= 63% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala V pada Tabel.1 tingkat penggunaan berada pada rentangan (55-64%) termasuk ke dalam kategori rendah.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014)
Gambar. 1 Grafik Polygon Peningkatan Kemampuan kognitif Pada Siklus I. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M>Mo>Me (16,38>16,00>6,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data peningkatan kemampuan kognitif melalui penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung pada Siklus II merupakan kurva juling negatif, karena mean (M) lebih besar daripada mean (Mo) dan median (Me).Nilai M%= 81% bila dikonversikan ke dalam PAP Skala V pada Tabel. 1 tingkat penggunaan berada pada rentangan (80-89%) termasuk ke dalam kategori tinggi.
Gambar. 2 Grafik Polygon Peningkatan Kemampuan kognitif Pada Siklus II Pembahasan Hasil penelitian PTK ini menunjukkan bahwa dengan penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung berhasil dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil peningkatan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B pada siklus I sebesar 63%, sedangkan presentase dalam peningkatan kemampuan kognitif anakanak pada kelompok B pada siklus II sebesar 81%. Data ini menunjukkan ada peningkatan rata-rata persentase pada peningkatan kemampuan kognitif anakanak kelompok B dari siklus I ke siklus II sebesar 18%. Peningkatan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B diakibatkan karena diterapkannya teknik token economy berbantuan media kartu pasangan yang dapat merangsang anakanak untuk mencapai tujuan keberhasilan pada kemampuan kognitif. Hal ini dapat memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada anak-anak TK dalam mengaktualisasikan diri pada kemampuan kognitif khususnya dalam mengikuti proses pembelajaran. Bermain (Montolalu, 2008: 1.2) adalah dunia anak karena anak dapat belajar dan dengan belajar sambil bermain anak akan tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek-aspek perkembangan dirinya, seperti fisik, kognitif, bahasa, sosial dan emosional. Hal ini terlihat ketika penggunaan media kartu pasangan yang diimbangi dengan kegiatan bermain. Anakanak merasa senang dan aktif pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Penggunaan media kartu pasangan dapat mengekplorasi pengetahuan anak tentang suatu tema yang sedang diajarkan, misalnya pada kartu pasangan seri binatang. Anak-anak dapat mengamati ciriciri binatang tersebut, hidupnya dimana, makanannya apa, dan sebagainya. Menurut Piaget (Faizah, 2008:52), anak usia 4 hingga 7 tahun (TK dan SD kelas 1) berada pada fase “intuitif”. Anakanak tertarik dengan berbahasa untuk menghadirkan obyek melalui pencitraan kata-kata. Anak-anak mulai suka bergaul dan sifat egosentrisnya mulai berkurang. Konsep berpikir intuitif cenderung terfokus pada satu obyek. Konsep yang dibentuk masih kasar, didominasi pertimbangan persepsi. Media kartu pasangan ini
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) merupakan alat permainan edukatif yang dapat menjadi alternatif untuk mengebangkan kemampuan kognitif. Media kartu pasangan diamainkan dalam suatu kelompok anak-anak yang terdiri dari 5-7 anak. Penggunaan sistem kelompok pada permainan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi anak. Anak-anak mulai bisa berbagi satu sama lain, bersabar meninggu giliran dalam bermain, tidak curang atau mengikuti aturan permainan dengan benar, dan sebagainya. Pada saat bermain, anakanak juga suka bercerita tentang objek yang sedang didiskusikan, misalnya anakanak bercerita tentang binatang kesayangan dan sebagainya. Token economy merupakan penerapan operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Menurut Kazdin (Nurmawati, 2013), disebut operant karena memberikan perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku. Penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B di TK Dharma Putra Pacung. Hal ini terlihat pada keantusiasan dan keaktifan anak-anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketika suatu perilaku yang ditargetkan muncul atau dilakukan dengan baik maka anak-anak mendapatkan hadiah berupa stiker. Stikerstiker tersebut dikumpulkan kemudian bisa ditukarkan dengan hadiah yang sesuai dengan pembayaran dan harga program kepingan. Penerapan teknik token economy dilakukan sangat efektif dan efesien untuk menumbuh kembangkan motivasi belajar. Tumbuhnya kesadaran anak-anak karena penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan yang efektif dan menantang serta menarik minat anak-anak. Dampak dari penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat mendorong anak-anak kreatif belajar mandiri, menentukan banyak ide-ide dan pengalaman belajar yang inovatif. Hal ini dapat ditumbuh kembangkan kepada anak-anak secara berkelanjutan di lingkungan masyarakat
ataupun keluarga. Semua keberhasilan tersebut di atas bermuara dari hasil penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan. Teknik dan media tersebut meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B yang dilaksanakan secara terus menerus maupun secara efektif dan efesien. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Dharma Putra Pacung. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan kognitif pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan kognitif sebesar 63% yang berada pada kategori rendah. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II, dapat diketahui pencapaian kemampuan kognitif sebesar 81% yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II pada kemampuan kognitif dari penerapkan teknik token economy berbantuan media kartu pasangan. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan kognitif terjadi sebesar 18%. Berdasarkan simpulan di atas, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru TK agar aktif dan kreatif dalam cara menerapkan interaksi proses kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi psikis dan psikologis anakanak TK serta dapat meningkatkan hasil belajar anak-anak secara efektif dan efesien, misalnya dengan menggunakan teknik dan metode yang bervariatif salah satunya teknik token economy serta penggunaan media yang menarik. Kepada kepala TK dan pihak pengambil kebijakan di dalamnya, bisa lebih selektif dalam pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran terhadap hal-hal yang mendukung proses kegiatan pembelajaran di TK, sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang efektif daan aktif. Kepada para peneliti lainnya agar
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1Tahun 2014) mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah pemanfaatan strategi belajar mengajar melalui teknik token economy dengan mengembangkan variabel lain. Kelemahan dari penelitian ini yaitu, masih kurang efektifnya dari penerapan teknik token economy baik dari anak-anak (subjek) itu sendiri maupun pendukung lain kegiatan pembelajaran.Misalnya, anakanak masih belum mampu secara mandiri dalam penukaran kepingan dengan pengukuh idaman.Peneliti lain juga bisa meneliti permasalahan ini dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan pada sampel yang lebih besar.
DAFTAR RUJUKAN Agung,
A. A. G. 2010. Metodelogi Penelitian Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha.
Aisyah, Siti. 2009. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Faizah, Dewi Utama. 2008. Keindahan Belajar dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta: Cindy Grafika. Hadi,
Menggunakan Kartu Pasangan padaAnak Kelompok B Tk Damhil Kota Gorontalo. Tersedia pada:http://search.searchcompletion .com/WebSearchResultsCSE.aspx? q=pdf+meningkatkan+kemampuan+ mengenal+lambang+bilangan+deng an+menggunakan+kartu+pasangan +pada+anak+kelompok+b+tk+damhi l+kota+gorontalo&site=web&si=4146 0&tid=2937&hi=0&channel=&gsd=& cl=1&safe=off&originalSiteSeachDo main=&prevsite=web&cc=ID&sts=& bi=0&ts=&tguid=&st=&btn=. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014. Nurmawati,Eka Indah. 2013. Penerapan Metode Modifikasi Perilaku Token Economy untuk Mengurangi Conduct Disorder. Tersedia pada: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ pskip/article/viewFile/1373/1467. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.
Purwakarta. 2005. Modifikasi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
Isjoni. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabet.
Syaodih,Ernawulan. 2003. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakatra: Departemen Pendidikan Nasional.
Jawati,
Nalole,
Ramaikis. 2013. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak melalui PermainanLudo Geometri di Paud Habibul Ummi II. Tersedia pada: https://www.google.co.id/#q=pdf+jur nal+Peningkatan+Kemampuan+Kog nitif+Anak+melalui+Permainan+Lud o+Geometri+di+Paud+Habibul+Um mi+II. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014. Martianty. 2011. Kemampuan LambangBilangan
Meningkatkan Mengenal dengan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003). Jakarta: Depdiknas. Winaputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaman, Badru. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.