e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK TK KELOMPOK B I Gusti Ayu Mas Siwilatri1, Made Putra2, I Wayan Sujana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif anak melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berbantuan media kartu angka bergambar pada kelompok B semester II TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B 2 TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014. Data kemampuan kognitif dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian kemampuan kognitif sebesar 50,82% dengan kategori sangat rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian kemampuan kognitif sebesar 82,82% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan media kartu angka bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B semester II TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan. Kata-kata kunci: model pembelajaran TGT, media kartu angka bergambar, kemampuan kognitif
Abstract This study aims to determine the increase in the cognitive abilities of children through the implementation the model type of cooperative learning teams games tournament (TGT) assisted media card numbers picture on the group B second half of TK Kumara Jaya South of Denpasar academic year 2013/2014. This study is an action research or classroom action research. Subjects in this study were children in group B 2 TK Kumara Jaya South of Denpasar academic year 2013/2014. Cognitive abilities of data collected using non-test methods (interviews/conversations) with the questionnaire instruments and methods of observation. Data obtained in the analysis by using descriptive statistical analysis quantitative. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle, if can know the achievement of cognitive ability at 50,82% with very low category. While in the second cycle the achievement of cognitive abilities of 82,82% with high category. It can be concluded that by applying the cooperative learning model type TGT and the media card numbers picture can improve cognitive abilities of children group B second half of TK Kumara Jaya South of Denpasar. Keywords: TGT learning model, media of card numbers picture, cognitive abilities
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Di dalam dunia pendidikan terdapat banyak masalah yang sulit dihadapi terutama pendidikan di Indonesia. Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang dapat dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Sering kali pembelajaran masih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini menjadikan anak malas untuk berpikir dan kemampuannya memecahkan masalah menjadi kurang optimal. Berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah terutama oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan sarana dan prasarana, perbaikan metode pembelajaran. Upayaupaya yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut ternyata masih belum mampu member hasil maksimal seperti yang menjadi harapan. Adapun masalahmasalah tersebut adalah sebagai berikut: (1) anak kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Kurangnya motivasi anak ini dapat dilihat dari kurangnya minat atau perhatian anak terhadap materi yang disampaikan guru, (2) Banyak aak yang semangat belajarnya rendah. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan anak yang lebih suka bermain-main di dalam kelas daripada mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Semangat belajar yang rendah ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, (3) Siswa masih sulit berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, (4) Metode atau model pembelajaran yang diterapkan tidak dapat menumbuhkan kegiatan pembelajaran anak. Selain itu, guru masih beranggapan bahwa metode pembelajaran konvensional atau tradisional dapat memindahkan secara utuh seluruh pengetahuan yang ada
dalam pikiran guru ke dalam pikiran anak sehingga hanya terjadi interaksi dari guru ke anak dalam kegiatan pembelajaran. Hendaknya guru mengembangkan pembelajaran yang mengarah pada interaksi multi arah yaitu interaksi yang terjadi antara guru dengan anak, antara anak dengan materi pelajaran yang diberikan, dan antara anak dengan lingkungannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penerapan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran dapat menciptakan terjadinya interaksi multi arah yang menitikberatkan pada aktivitas anak, (5) kemampuan akademik awa, kecerdasan, motivasi dan kecepatan belajar. System pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan guru belum mempertimbangkan perbedaanperbedaan tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif anak belajar dalam kelompok yang heterogen sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi perbedaanperbedaan itu. Pengelompokan secara heterogen ini memberikan kesempatan kepada anak untuk saling mengjar dan mendukung, meningkatkan interaksi anak dalan kelompok, memungkinkan anak untuk melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, serta mendiskusikan permasalahan secara bersama, (6) Guru sulit untuk melibatkan anak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena anak lebih banyak mendengar yang diceramahkan oleh guru, sehingga motivasi anak untuk belajar sangat rendah, (7) dalam system penilaian, guru kurang mengintensifkan permainan kecil. Penggunaan permainan ini dapat digunakan sebagai feed back atau umpan balik bagi guru dalam merencanakan, memperbaiki, dan menyempurnakan proses pembelajaran Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar anak, menjadi tugas guru dan tanggung jawab semua praktisi pendidikan termasuk guru. Guru dituntut dapat berperan aktif sebagai fasilitator dan mediator, sehingga dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Dalam proses pendidikan di pendidikan anak usia dini (PAUD) kegiatan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Berhasil tidaknya tujuan pengajaran banyak tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas tanpa mengesampingkan faktor-faktor pendidikan yang lain seperti kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. Dalam proses pembelajaran, khususnya melatih kognitif anak banyak dijumpai permasalahannya yaitu kurangnya minat anak dalam mengikuti pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan dari melatih kognitif itu membosankan bagi mereka. Di dalam melatih kognitif anak, guru seringkali menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang monoton, sehingga membuat anak sering merasa bosan. Pada saat melakukan observasi langsung, proses pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan kognitif khususnya dalam mengenalkan konsep bilangan pada anak di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan di peroleh beberapa informasi yaitu: 1) pada saat pembelajaran berlangsung pengkondisian kelas kurang kondusif, 2) metode pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran kurang tepat sehingga dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak masih menitikberatkan kepada hasil akhir bukan proses berlangsungnya pemahaman tentang kegiatan, 3) penjelasan guru yang terlalu cepat menyebabkan anak sulit memahaminya. Dampak dari proses pembelajaran tersebut yaitu, hasil belajar dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak kelompok B masih rendah. Hal ini dilihat dari jumlah anak kelompok B 2 yang berjumlah 17 orang, masih terdapat 13 orang anak yang mendapatkan bintang 2 (**) dan 5 orang anak mendapatkan bintang 3 (***) sedangkan harapan ketuntasannya memperoleh bintang 4 (****). Untuk itu guru harus aktif dan kreatif didalam menyusun rencana kegiatan harian (RKH), rencana kegiatan mingguan (RKM) dan membuat media pembelajaran untuk diimplementasikan pada saat pembelajaran. Untuk memaksimalkan
belajar anak, guru seharusnya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pengajaran. Model pembelajaran yang dipilih haruslah model pembelajaran yang mampu meningkatkan peran anak dalam proses pembelajaran. Metode-metode yang masih menampilkan guru sebagai tokoh sentral di muka kelas seharusnya ditinggalkan, selain itu pembelajaran tidak harus berasal dari pendidik menuju ke anak. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami anak dan cenderung monoton, sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar dan dapat berdampak pada kemampuan kognitif yang dicapai anak kurang memuaskan. Untuk mengatasi masalah ini, dapat diupayakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang mengaplikasikan teknik-teknik kelas praktis dan dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswanya belajar. Menurut Isjoni (2012:44) mengemukakan bahwa “cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda”. Dengan mempraktekkan pembelajaran kooperatif di kelas maka akan dapat menumbuhkan rasa persahatan di antara siswa, karena melalui model ini siswa dipandang sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan anak, khususnya dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berbantuan media kartu angka bergambar. Albert (dalam Slavin, 2009) menyatakan bahwa: Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh anak tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran anak sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar. Suyatno (2009:54) mengemukakan bahwa TGT merupakan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) metode yang berkaitan dengan STAD, dimana siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan anak dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaiangan sehat dan keterlibatan belajar. Dengan model pembelajaran kooperatif, setelah belajar dengan kelompoknya, masing-masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan dalam suatu pertandingan/turnamen. Inilah yang menjadi ciri khas yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan pembelajaran kooperatif tipe lainnya. Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih anak menerima anggota kelompok lain yang berlatarbelakang berbeda. Kerja sama antara anggota kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setelah tumbuh motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok maka kemampuan belajar akan berkembang, sehingga hasil belajar anak menjadi lebih baik. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif TGT memiliki keuntungan bagi anak berupa kesempatan atau waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain dan akan menambah variasi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan kerja sama anak. Rusman (2010) menyatakan bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan anak dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan lima sampai enam orang anak yang memiliki kemampuan, jenis kelamin yang berbeda. Dalam model pembelajaran teams games tournaments (TGT), anak memainkan permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu
tipe model pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja dalam kelompok dan memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran, selanjutnya siswa memainkan pertandingan permainan kelompok dengan anggota kelompok lain. Menurut Saco (dalam Rusman, 2010) menyebutkan “permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran”. Dalam pembelajaran dengan model TGT, anak akan merasa lebih nyaman karena mengingat karakteristik anak TK yang masih suka bermain. Dengan menggunakan TGT, model pembelajaran menjadi kondusif dan anak mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsurunsur permainan dan reinforcement di dalamnya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran juga sangat penting, karena untuk meningkatkan kognitif anak memerlukan media yang konkret. Salah satu media pembelajaran yang mampu meningkatkan kognitif anak adalah media kartu angka bergambar. Media kartu angka bergambar yang digunakan ini merupakan media tiga dimensi berupa gambar dan simbol angka. Pembelajaran kelompok diharapkan dapat meningkatkan pola pikir yang kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Media kartu angka bergambar merupakan salah satu media yang efisien. Media kartu angka bergambar adalah salah satu media yang mudah dibuat hanya dari kertas atau karton bahkan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) media ini dapat dibuat sendiri oleh anak sebagai alat bermain sambil belajar. Berdasarkan paparan di atas, dipandang perlu untuk membuktikan secara empirik melalui suatu penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) berbantuan media kartu angka bergambar yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) berbantuan media kartu angka bergambar untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B semester II TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pelajaran melalui suatu tindakan bermakna dengan menggunakan sebuah strategi, model atau suatu pendekatan pembelajaran yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Penelitian Tindakan kelas (PTK) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kondisi belajar anak dikelas, seperti yang diungkapkan oleh Iskandar (2011:21) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah salah satu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukkan secara rasional, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau tim peneliti (kolaborasi) terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini menurut Suhardjono (dalam Iskandar, 2011:33) adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, memecahkan atau mengatasi masalah pembelajaran di kelas.
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelompok B TK Kumara Jaya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Proses pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas kelompok B dan lingkungan sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar anak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Dalam kegiatan PTK ini, peneliti bersama guru mitra bersama-sama membuat suatu kesepakatan baik dalam penentuan jadwal, strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) tindakan/observasi dan (3) refleksi. Rencana tindakan dalam siklus dapat dilihat melalui prosedur penelitian tindakan kelas di bawah ini.
Perencanaa
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS KE N
Gambar 1. Rancangan Penelitian Arikunto Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode pengumpulan data yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang sangat efektif. Menurut Agung (2012:62) “metode wawancara/interview adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat”. Di dalam metode ini yang di wawancarai adalah guru kelas mengenai kondisi kelas dan kemampuan kognitif masing-masing anak sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Metode penilaian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggabungan dari aspek kognitif dan afektif. Dalam hal ini aspek afektif seperti karakter anak yang ingin dikembangkan dikumpulkan melalui metode observasi. Afektif merupakan salah satu bagian dari hasil penilaian yang mencakup sikap dan perilaku anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis observasi sistematis yakni dengan menggunakan pedoman observasi sebagai instrumen pengamatan. Sudjana (2011:84) mengemukakan bahwa observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya atau juga dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai kemampuan dan proses belajar seperti tingkah laku anak pada waktu belajar, kegiatan diskusi anak dan partisipasi anak. Sedangkan menurut Ridwan (2004:104) teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung, baik dalam situasi yang sebenarnya atau juga dalam situasi buatan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan
pedoman wawancara. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung dan alamiah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada kemampuan kognitif anak. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan kartu angka bergambar. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penerapan teknik analisis statistik deskriptif ini, data disajikan ke dalam: a) Tabel distribusi frekuensi b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung modus, d) menghitung median dan e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Dalam memperoleh kesimpulan, penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase. Menurut Agung (2011:67) menyatakan bahwa “Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya kemampuan kognitif anak Taman Kanak-kanak dengan berbantuan media kartu angka bergambar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dikonversikan ke dalam PAP skala 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan kognitif pada kegiatan mengenal konsep bilangan yang diperoleh anak pada Siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan diperoleh mean (M) sebesar 50,82, modus = 46, median = 49. Data tabel distribusi kemampuan kognitif pada siklus I dapat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) digambarkan menjadi sebagai berikut.
grafik
polygon
8 6 4 2 0 35
41
47
53
59
Gambar 2. Grafik kemampuan kognitif pada siklus I Untuk menentukan tingkat kemampuan kognitif anak pada Kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari perhitungan diperoleh M% = 50,82% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima sesuai dengan table kriteria kemampuan kognitif berada pada tingkat penguasaan 0% - 54% yang berarti bahwa kemampuan anak pada kelompok B pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Kumara Jaya masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil kemampuan kognitif itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain : (a) beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) banyak anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh, dan (c) anak masih terlihat bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti, anak belum mampu bekerja secara kelompok. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendalakendala di atas sebagai berikut : (a) menjelaskan kembali model pembelajaran dan media yang digunakan dalam kegiatan dengan menyampaikan cara kerja dari model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar anak mampu bekerja secara kelompok
sehingga dalam pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untu memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap anak. Data kemampuan kognitif pada kegiatan mengenal lambang bilangan yang diperoleh anak pada siklus II disajikam dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil perhitungan pada siklus II diperoleh mean (M) sebesar 82,82, modus = 87,67, median = 88,23. Data tabel distribusi kemampuan kognitif pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 10 8 6 4 2 0 61
68
75
82
89
Gambar 3. Grafik kemampuan kognitif pada siklus II Untuk menentukan tingkat kemampuan kognitif anak pada Kelompok B dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari perhitungan diperoleh M% = 82,82% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima sesuai dengan tabel kriteria kemampuan kognitif berada pada tingkat penguasaan 80% - 89% yang berarti bahwa kemampuan anak pada kelompok B pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) peningkatan kemampuan kognitif anak pada kelompok B di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut : (a) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan anak meningkat sesuai dengan harapan, (b) dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran kemampuan kognitif anak sudah meningkat yang awalnya sangat rendah menjadi sangat mampu, dan (c) peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan media kartu angka bergambar sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) kemampuan kognitif dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan media kartu angka bergambar ternyata dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan kognitif anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan kognitif anak kelompok B semester II di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan pada siklus I sebesar 50,82% dan rata-rata persentase kemampuan kognitif pada anak kelompok B semester II di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan pada siklus II sebesar 82,82%, ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata presentase sebesar 32% dengan kategori sangat mampu. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe TGT dalam proses
kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara berkelompok dan bertanggung jawab degan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak belajar dengan cara berkelompok melalui permainan sehingga guru bisa menilai kemampuan anak tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini dibantu dengan media kartu angka bergambar. Media ini akan merangsang kemampuan kognitif anak dalam hal mengenal angka, sehingga kemampuan kognitif anak akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan media kartu angka bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada kelompok B semester II TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan media kartu angka bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelomopok B semester II TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kartu angka bergambar yang dilihat dari
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) adanya peningkatan kemampuan kognitif pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan kognitif sebesar 50,82% menjadi sebesar 82,82% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih memperhatikan dan lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai model dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Isjoni.
2012. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Ketiga. Jakarta: Gaung Persada. Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari behavioristik sampai konstruktivistik: Sebuah pengembangan pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching & Learning). Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. -----------. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin,
Robert E. 2005. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suhardjono. 2012. Publikasi Ilmiah. Batu : Cakrawala Indonesia.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas media Buana Pustaka