e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
Sang Ayu Putu Rahyuni1, A. A. Gede Agung2, Ni Ketut Suarni3 1
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan (Teknologi Pendidikan) 3 Jurusan (Bimbingan Konseling) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
2
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa setelah menerapkan model Make a Match dengan media kartu bergambar pada anak kelompok B TK Ganesha Denpasar, semester II tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 23 anak TK pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang peningkatan perkembangan bahasa menggunakan model Make a Match dengan instrument berupa lembar observasi. Data hasil penelitian menggunakan metode analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriftif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa anak kelompok B dengan media kartu bergambar pada siklus I sebesar 62,29% pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 86,37% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan bahasa dengan media kartu bergambar sebesar 24,08%. Kata kunci: model Picture and Picture, peningkatan kemampuan berbahasa lisan, media papan planel. Abstract This study aims to determine the increase in language development after applying the model to Make a Match with a picture card media in children kindergarten group B Ganesha Denpasar, the second semester of academic year 2013/2014. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 23 kindergarten children in group B the second semester of academic year 2013/2014. Research data on the increase in language development using models Make a Match with instruments such as the observation sheet. Research data using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that an increase in the development of children's language media group B with picture cards on the first cycle of 62.29% in the low category and the second cycle increased to 86.37% in the high category. So an increase in language development with a picture card media at 24.08%. Keywords: Picture and Picture models, an increase in oral language skills, media flannel board.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga mencapai usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani agar anak siap dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Perkembangan berpikir anak pada usia Taman Kanak-Kanak atau pra sekolah sangat pesat, sehingga pada masa tersebut sering juga disebut dengan masa keemasan atau masa peka belajar. Dalam masa-masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan dari orang-orang yang berada di lingkungan mereka, khususnya orang tua maupun guru Taman Kanak-kanak. Standar tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Tingkat pencapaian perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik. Standar pendidik (guru, guru pendamping, dan pengasuh) dan tenaga kependidikan memuat kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Standar isi, proses dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi/terpadu sesuai dengan kebutuhan anak. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas, manajemen dan pembiayaan agar dapat menyelenggarakan PAUD dengan baik. Kecakapan memperoleh keterampilan, anak-anak juga sudah dapat menerima berbagai pengetahuan dalam pembelajaran secara akademis untuk persiapan mereka memasuki pendidikan dasar selanjutnya. Pada masa ini, anakanak mengalami masa peka atau masa sensitif dalam menerima, berbagai upaya pengembangan seluruh potensi yang dimilikinya. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik
dan psikis yang siap merespon rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Pembelajaran PAUD bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan mengembangkan nilai-nilai agama (moral), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosi, dan seni. Salah satu aspek pengembangan yang ada di PAUD adalah pengembangan kemampuan bahasa dimana bahasa sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dimana di dalam setiap aktivitas anak sehari-hari akan menggunakan bahasa, melalui metode bercerita disini anak akan memperoleh aspirasi untuk berimajinasi, bereksplorasi, menemukan hal-hal yang baru, mengekspresikan perasaan dan berkreasi yang bisa memberikan rasa senang terhadap anak. Bahasa dapat dimaknai sebagai sistem benda baik lisan maupun tulisan dan merupakan sarana penting dalam kehidupan manusia. Di samping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia dini. Upaya harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di TK Ganesha Denpasar pada anak Kelompok B Semester I, dimana di TK tersebut, kriteria persentase perkembangan bahasanya hanya mencapai 60 % yaitu berada pada kriteria rendah. Terdapat kegiatan bercerita di kelas yang didampingi oleh ibu guru, yang terlihat pada waktu itu masih banyak anak yang kurang dalam perkembangan bahasanya sehingga anak kesulitan dalam mengungkapkan bahasa yang baik, benar dan lugas. Selama proses bercerita terdapat sarana dan prasarana yang kurang mendukung, sehingga kami mengadakan diskusi untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak dengan menggunakan media dan metode yang tepat dalam kegiatan pengembangan berbahasa melalui bercerita. Peran aktif
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) seorang guru dalam berkreasi menyediakan sarana prasarana yang sederhana, menarik, mudah dimengerti, dan aman buat anak sangat diperlukan. Media kartu bergambar adalah salah satu media yang bisa mengenalkan konsep berbahasa pada anak usia dini adalah media kartu bergambar. Dengan menggunakan media kartu bergambar diharapkan mampu membantu anak untuk mempermudah memahami konsep berbahasa secara lebih sederhana. Dalam menggunakan media kartu bergambar diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model Make a match. Model Make a Match merupakan salah satu model untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan memantapkan penguasaan bahasa pada anak usia dini. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dicoba mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak pada kelompok B semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Di TK Ganesha Denpasar. Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa modelmodel pembelajaran seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya. Yang tentu saja masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Metode atau model sangat penting peranannya dalam pembelajaran, karena melalui pemilihan model/metode yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran efektif. Pengertian Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai
dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya. Model pembelajaran Make a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007:59). Model Make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran Make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan Suyatno (2009:72) mengungkapkan bahwa model Make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran Make a match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk social (Lie, 2003:27). Model Make a match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berfikir siswa. Media dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan, bila medianya dirancang dan dibuat dengan baik makin baik pula media itu dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan. Makin baik medianya dan penyampaiannya dari guru maka makin baik pula pesan yang diterima oleh siswa. Menurut Romiszowski (dalam Wibawa, 1993:8) bahwa, “media
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa sumber atau benda) kepada penerima pesan”. Dalam proses belajar-mengajar penerima pesan itu adalah siswa, pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Anak dirangsang oleh media untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi, terkadang anak dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harifah perantara atau penghantar. Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan yang dapat merangsang untuk belajar”. Jadi, media berdasarkan pendapat tersebut adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan anak yang nyata dan dapat dilihat sebagai perantara untuk merangsang proses pembelajaran. Menurut Sadiman (dalam Tegeh, 2008:5) mendefinisikan bahwa, “media adalah perantara atau penghantar pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan”. Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (dalam Tegeh, 2008:7) mendefinisikan bahwa, “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, perasaan, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”. Pendapat dari Miarso (dalam Sudarma & Parmiti, 2007:6) bahwa, media belajar merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, minat, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa”. Jadi menurut pendapat Miarso media sebagai alat untuk merangsang pikiran, perhatian, dan kemauan anak untuk belajar. Menurut beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang ada di lingkungan anak yang secara nyata dapat dilihat dan dirasakan oleh anak yang dapat digunakan untuk menyalurkan
informasi atau pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang minat, pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak untuk belajar. Media kartu gambar sering kali digunakan sebagai media dalam bercerita, karena semua gambar mempunyai arti, uraian, tafsir sendiri. Disamping itu, kartu bergambar media yang disukai oleh semua jenis kalangan baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan, karena kebanyakan siswa lebih menyukai gambar ketimbang dengan tulisan. Media kartu bergambar merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat membantu guru dalam proses pembelajaran. Keterbatasan media akan mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri. Untuk lebih jelasnya akan dibahas tentang media gambar. Media gambar yang diungkapkan oleh Sudjana & Rifai (2005:3) yaitu, media gambar masuk ke dalam media grafis atau media dua dimensi, dimana media grafis adalah media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar”. Sedangkan menurut Hamalik (1995:95) mendefinisikan bahwa, media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar adalah media yang dapat menyajikan suatu proses dan perwujudan dari hasil-hasil peniruan benda, mahluk hidup, curahan pikiran, pemandangan, atau ide-ide divisualisasi ke dalam bentuk dua dimensi yang dapat berupa gambar, foto, atau lukisan. Hamalik (1994:12) menyatakan bahwa: Fungsi penggunaan media gambar (a) fungsi edukatif artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan, fungsi sosial artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang, fungsi ekonomis artinya memnrikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) maksimal, fungsi politis berpengaruh pada politik pembangunan, fungsi seni budaya dan komunitas. Menurut Dhieni (2007:1.1) menyebutkan bahwa, bahasa adalah salah satu faktor mendasar yang membedakan manusia dengan hewan, bahasa sebagai anugrah dari Sang Pencipta memungkinkan individu dapat hidup bersama dengan orang lain, membantu memecahkan masalah dengan orang lain, membantu memecahkan masalah, dan memposisikan dirinya sebagai mahluk yang berbudaya. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komukasi yang terjadi. Kaidah, aturan adan pola-pola yang dibentuk mencangkup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. Bahasa sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK merupakan media komunikasi agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2005:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dapat mengidentifikasikan diri. Menurut Piaget (Syaodih, 2005:47) bahwa, bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran dan dalam seluruh perkembangan pikiran selalu mendahului bahasa”. Bahasa dapat membantu aspek perkembangan lainnya, bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada bendabenda baru atau hubungan baru yang ada di lingkungan, mengenalkan anak pada pandangan-pandangan yang berbeda dan memberikan informasi pada anak. Menurut Miller (Syaodih, 2005:48) bahwa, bahasa adalah suatu urutan kata-kata, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda. Sedangkan menurut Vigotsky (Syaodih, 2005:48) berpendapat bahwa, perkembangan bahasa seiring dengan
perkembangan kognitif, saling melengkapi keduanya berkembang dalam satu lingkup sosial. Dhieni (2007:1,14) menyatakan bahwa: Ada beberapa karakteristik bahasa. Sistematis, artinya bahasa merupakan suatu cara menggabungkan bunyi-bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur, standar, dan konsisten. Setiap bahasa memiliki tipe konsistensi yang bersifat khas, Arbitrari, yaitu bahwa bahasa terdiri dari hubungan-hubungan antara berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan. Setiap bahasa memiliki kata-kata yang berbeda dalam memberi simbol pada angka-angka tertentu, Fleksibel, artinya bahasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kosakata terus bertambah mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Beragam, artinya dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai variasi dialek atau cara, Kompleks, yaitu bahwa kemampuan berpikir dan bernalar dipengaruhi oleh kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai konsep, ide, maupun hubunganhubungan yang dapat dimanipulasikan saat berpikir dan bernalar. Usaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini dilakukan oleh pendidik setiap harinya, hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan berbahasa anak. Dengan bercerita akan menambah perbendaharaan kata dan melatih kepercayaan diri mereka ketika mereka mencoba untuk mengemukakan sesuatu yang berhubungan dengan bahasa. Menurut pendapat Izzaty (2005:64) bahwa, Implikasi kemampuan berbahasa anak dalam proses pembelajaran efektif di Taman Kanak-kanak, memberi kesempatan bagi anak dengan bahasa ibu dan mendengarkan orang lain berbicara dengan bahasa ibu, mendorong anakanak dalam memperluas daftar fungsifungsi bahasa mereka, khususnya fungsifungsi pada level yang lebih tinggi seperti pnalaran dan peramalan, memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya permainan bercerita dimana mereka dapat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) mempraktekkan lingkungannya.
bahasa
dalam
METODE Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK Ganesha Denpasar. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Ganesha Denpasar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B di TK Ganesha Denpasar Penatahan pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 23 orang dengan 8 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Objek/variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa anak. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) bahwa “PTK sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Kemudian Suyanto (2007:1) mengemukakan bahwa: PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari di lapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran yang bertujuan untuk
memperbaiki praktek pembelajaran yang ada saat ini. Terdapat satu variabel yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini hasil kemampuan berbahasa setelah penerapan model Make a match pada siswa Kelompok B di Ganesha Denpasar. Namun dalam penelitian ini kemampuan berbahasa objek penelitian dibatasi pada ranah bahasa yaitu dengan penggunaan media kartu bergambar melalui model Make a match dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Melalui media dan model yang tepat maka pembelajaran akan berhasil sesuai dengan kemampuan yang ingin kita capai. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan satu metode yaitu metode observasi. Untuk menjelaskan tentang metode observasi dalam buku pengantar metodelogi penelitian dikemukakan bahwa: “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:68). Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa.
Tabel 1. Instrumen Penelitian Kemampuan Berbahasa Anak TK dalam model Make a
match No 1.
Variabel Kemampuan Berbahasa
Indikator
Bercerita tentang gambar yang disediakan/dibuat sendiri (B) Membuat gambar dan coretan (tulisan) tentang cerita mengenai gambar yang dibuat sendiri (B) Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana (B) Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama, misal : bola, buku, baju, dll (B)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Tabel 2. Rubrik Penskoran Peningkatan Kemampuan Berbahasa Skor No
Indikator
1
Bercerita tentang gambar yang disediakan/dibuat sendiri (B) Membuat gambar dan coretan (tulisan) tentang cerita mengenai gambar yang dibuat sendiri (B) Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana (B) Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama, misal : bola, buku, baju, dll (B)
2
3 4
3
Tabel 3. Pedoman Penskoran Tanda Makna Berkembang Sangat Baik Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang
4
Belum Berkembang
No 1 2
Skor 4 3 2 1
Permendiknas No. 58, 2009:1 ) Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.
Metode analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2011). Tingkatan perkembangan berbahasa anak Taman Kanak-kanak dengan media kartu bergambar dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 4 Pedoman PAP Skala Lima tentang Perkembangan Bahasa Anak Persentase 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sumber:Agung (2010: 12)
Kriteria Kemampuan Berbahasa Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian dilaksanakan di kelompok B TK Ganesha Denpasar dengan jumlah siswa 23 orang. Penelitian ini dilaksanakan 2 bulan dari tanggal 1 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Data perkembangan bahasa anak disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Pada siklus I diperoleh rata-rata (mean) sebesar 14,95, nilai tengah (median) sebesar 14,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 14,00. Jika, nilai mean, median, dan modus tersebut digambarkan kedalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve kurve juling positif (M>Md=Mo).
modus tersebut digambarkan ke dalam kurve poligon, maka akan membentuk kurve poligon juling negatif (M<Md<Mo). Untuk menentukan tingkat belajar siswa, maka rata-rata dibandingkan dengan kriterian Penilaian Acuan Patokan.
M=20,73 Md,Mo=21,00 Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 86,37% berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa hasil perkembangan bahasa anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi.
Mo=14,00
M=9,70 Md=14,00
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I Perbandingan rata-rata presentase yang diperoleh yaitu 62,29% berada pada kategori 55-64% yang berarti bahwa hasil perkembangan bahasa anak pada siklus I berada pada kriteria rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I tingkat perkembangan bahasa anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diperoleh rata-rata (mean) sebesar 20,73, nilai tengah (median) sebesar 21,00, dan nilai yang paling banyak muncul (modus) sebesar 21,00. Jika, nilai mean, median, dan
Pembahasan Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu huruf ternyata dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan bahasa anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskripsi kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media kartu bergambar untuk kemampuan berbahasa diperoleh rata-rata observasi perkembangan kemampuan berbahasa pada siklus I sebesar 62,29% dan rata-rata observasi perkembangan kemampuan berbahasa pada siklus II sebesar 86,37%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase observasi perkembangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24,08%.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa ternyata sangat efektif untuk meningkatkan observasi perkembangan, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan observasi perkembangan para anak didik. Model Snowball Throwing adalah Penerapan model Make a match dalam proses pembelajaran merupakan salah satu model yang tidak terlalu sulit diterapkan serta cukup efektif untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan model Make a match salah satu model pendekatan dalam pembelajaran akan dapat menggali potensi anak didik untuk dapat berpikir kritis, mengajarkan anak didik untuk berani berbicara (berani bertanya dan menjawab pertanyaan), mampu mengembangkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang dimilikinya serta memberi pengalaman yang baru untuk anak, sehingga anak tidak hanya belajar berdasarkan teori semata tetapi anak diajak belajar secara konkret. Mengenai hubungan penerapan model Make a match melalui media kartu bergambar dengan perkembangan bahasa anak TK, sangat erat karena dengan penerapan model Make a match anak akan mampu mengungkapkan pikiran anak dan anak kreatif dalam berimajinasi. Dengan penerapan model Make a match melalui media kartu bergambar akan mampu melatih daya tangkap, daya pikir, daya konsentrasi, membantu perkemmbangan fantasi bagi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan, dan mampu menambah perbendaharaan dan kosakata anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match berbantuan media kartu bergambar dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak kelompok B di TK Ganesha Denpasar, oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan di depan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, setelah menggunakan media kartu bergambar terdapat peningkatan kemampuan berbahasa anak kelompok B semester II di TK Ganesha Denpasar sebesar 24,08%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase perkembangan bahasa anak pada siklus I sebesar 62,29%, menjadi sebesar 86,37% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.Kepada guru, disarankan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan dalam membuat gambar yang lebih inovatif dan menarik sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah Statistik Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Dhieni, Nurbiana. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Pendidikan Terbuka. Hamalik, Oemar. 1995. Media Pendidikan. Cetakan ke-7. Bandung: Citra Aditya Bakti. Izzaty, Eka Rita. 2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat PLP
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kasbolah, Kasihani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan pada Kegiatan Semplok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang mendidik di SD. Universitas Ganesha Singaraja. Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Mas Media Buana Pustaka. Syamsuddin, A.R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaodih, Ernawulan. 2005. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta. Wahab, Azis. 2007. Metode dan ModelModel Mengajar IPS. Bandung: Alfabeta. Wibawa, Basuki, Farida Mukti.1993. Media Pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga kependidikan. Jakarta.