e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK TK Luh Ayu Suryastini¹, I Nyoman Wirya ², Putu Rahayu Ujianti ³ 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia e-mai:
1
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa anak setelah diterapkan metode pemberian tugas berbantuan media puzzle huruf pada anak kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Budhi Luhur Sudaji. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 13 orang anak TK pada Kelompok B Tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan bahasa dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa pada siklus I sebesar 70,68% yang berada pada kategori sedang. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 85,12% yang berada pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan adanya peningkatan sebesar 14,44% dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak pada kelompok B tahun pelajaran 2013/2014 di TK Budhi Luhur Sudaji setelah menggunakan media puzzle huruf. Kata kunci: metode pemberian tugas, media puzzle huruf, perkembangan bahasa. Abstract This study aimed to determined the improvement of language development of children, as applied to media-aided method of media assisted tasks puzzle letters on a group of children of the school in year 2013 to 2014 at TK Budhi Luhur Sudaji. This type of study nas classroom action research that conducted in two cycles research subjects were 13 childrens in group B childhood school in year 2013 to 2014. Research data on language development were collected by observations and interviews. Data were analyzed using descriptive statistical method and quantitative descriptive analysis method. Results of the analysis showed that an increase in language development in the first cycle of 70.68% was in the category of being. The two cycles increase to 85.12% which was at the high category. So, we could concluded an increase of 14.44% in improveg language development in childrens in group B subjects 2013 to 2014 in TK Budhi Luhur Sudaji after used media assisted tasks puzzle letters. Key words : media-added method, media assisted task puzzle letters, language development
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Menghadapi era globalisasi, program pendidikan harus mampu memberikan bekal kepada anak didik untuk memiliki daya saing yang tangguh. Daya saing yang tangguh dapat terwujud jika peserta didik memiliki kreatifitas, kemandirian, kemampuan dasar dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan. Untuk mencapai tuntutan tersebut, guru di dalam pembelajaran anak TK harus memiliki kreatifitas dalam pembelajarannya dengan menerapkan berbagai model di dalam proses pembelajarannya. Humairoh Umi (2011:16) menyatakan,“guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Demikian halnya peserta didik ketika orang tua mendaftarkan anaknya di sekolah, orang tua menaruh harapan besar terhadap guru tersebut. Agar nantinya anak bisa berkembang secara optimal. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka media sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak, dalam hal ini media sederhana yang umum yang akan digunakan dalam media pembelajaran tersebut bahannya yang mudah dicari atau didapatkan seperti gabus atau stereofoam, huruf-huruf abjad yang bisa dibuat sendiri. Penerapan metode pemberian tugas akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak dengan kegiatan pembelajaran berbantuan media puzzle. Upaya guru untuk mengembangkan diri anak didik di TK tersebut diperlukan dukungan seperti berbagai fasilitas, sarana dan prasarana, media atau alat peraga, ruang kelas, ruang bermain, serta suasana pendidikan TK agar pelayanan pendidikan bagi peserta didik di TK yang bersangkutan dapat benar-benar berjalan dengan sebaik-baiknya. perkembangan anak berlangsung secara
berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan diperoleh informasi bahwa perkembangan bahasa anak kelompok B semester II masih relatif rendah, sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat capaian perkembangan anak. Sedangkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru bahwa hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran serta kurangnya media yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dari jumlah keseluruhan anak sebanyak 13 anak, yang memperoleh bintang satu (*) 8 orang, bintang dua (**) 5 orang. Dimana bintang satu (*) anak belum mampu mengerjakan tugas dan bintang dua (**) anak sudah mampu mengerjakan tugas tanpa bantuan guru. Dari data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan bahasa anak di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng perlu ditingkatkan. Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terjadi peningkatan perkembangan bahasa dalam perkembangan berbicara setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media puzzle huruf pada anak kelompok B semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan perkembangan bahasa dalam perkembangan berbicara anak setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media puzzle huruf pada anak kelompok B semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) manfaat teoritis,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya tentang penerapan metode pemberian tugas untuk meningkatkan perkembangan bahasa di Taman Kanak-kanak. (2) manfaat praktis, bagi siswa, dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna. Bagi guru, dapat menambah pengalaman untuk meningkatkan profesionalismenya dalam pengajaran khususnya dalam meningkatkan perkembangan bahasa melalui media puzzle huruf. Bagi Kepala Sekolah, dapat memberikan informasi untuk memotivasi kinerja guru agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran lebih baik lagi. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang lebih mengutamakan dan mengoptimalkan penggunaan media dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian tentang media dengan memanfaatkan media puzzle dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak. Secara singkat ”bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi, maksudnya adalah sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain” (Suarni, 2011:82). Menurut Badudu, 1989 (dalam Dhieni, Nurbiana, dkk, 2007:1.11) menyatakan “bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya”. Bromley (dalam Dhieni, Nurbiana, dkk, 2007:1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut. 1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. 2. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku. 3. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik bahasa menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. 4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. 5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Santrock (1995) (dalam Dhieni, Nurbiana, dkk, 2007:1.17) menyatakan, terdapat beberapa karakteristik umum bahasa terdiri dari Fonologi, adalah studi tentang sistem bunyi-bunyian bahasa, Morfologi, berkenaan dengan ketentuan-
ketentuan pengkombinasian morfem, Morfem adalah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna pada apa yang diucapkan dan didengarkan individu, Sintaksis mencangkup cara kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima, Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat, Pragmatik adalah kemampuan melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan. Perkembangan bahasa pada anak berbeda-beda, ada anak yang dalam usia 4-6 bulan sudah mulai menggumam, ada juga yang mendapatkan perkembangan tersebut pada usia 8 bulan, selanjutnya ada anak yang sudah berbicara dengan lancar dan kosa kata yang banyak pada usia 5 tahun, ada juga yang baru berbicara dengan lancar dan baik pada usia 7 tahun. Orang tua sering bingung menemukan anaknya belum mampu mengembangkan bahasanya dengan baik dibandingkan dengan anak lain yang seusianya. Hal tersebut terjadi karena perkembangan bahasa pada anak merupakan pengaruh dari berbagai faktor baik itu dari dalam diri individu (internal) dan juga luar individu (eksternal). Suarni (2011:95-97) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah sebagai berikut. 1. Inteligensi, 2. Jenis Disiplin, 3. Posisi Urutan, 4. Besarnya Keluarga, 5. Status Sosial Ekonomi, 6. Status Ras, 7. Berbahasa Dua, 8. Penggolongan Peran Seks. Pendapat di atas sejalan dengan Abin Syamsudin M, 1991 dan Nana Syaodih S, 1990 (dalam Ernawulan, S, 2003:14) Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah: 1. Proses kematangan, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organorgansuara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti anak yang sudah matang untuk berbicara mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan katakata yang didengarnya. Metode-metode memegang peranan yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Metode berasal dari kata “methodos”. Secara etimologis “methodos”
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) berasal dari akar kata “metha dan hodos”. Metha artinya “dilalui” dan hodos artinya “jalan”. Metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Agung, 2012:1). Metode pemberian tugas dalam kaitannya dengan penelitian ialah ”cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang” (Agung, 2012:66). Parmiti dan Sulastri (2010:27) menyatakan, “metode pemberian tugas yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga anak dapat memahami secara nyata dan melaksanakan secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual”. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan. Salah satu faktor yang terpenting dalam pembelajaran adalah bagaimana seorang guru bisa memberikan pengajaran yang menyenangkan melalui metode pengajaran variatif dan tidak monoton sehingga peserta didik menyenangi pelajaran yang diberikan oleh guru. Umi Humairoh, 201) menyatakan, tujuan metode pemberian tugas adalah “Pertama, mempunyai rasa tanggungjawab yang dibebankan kepada siswa, karena pada akhirnya tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan (diresitasi) dengan cara: laporan tertulis atau lisan, membuat ringkasan, menyerahkan hasil kerja, dan sebagainya.Kedua, siswa dapat menemukan sendiri informasi yang diperlukan atau memantapkan informasi yang telah diperolehnya. Ketiga, menjalin kerja sama dan sikap menghargai hasil kerja orang lain”. Sedangkan menurut Roestiyah (dalam Arwanti 2012:9) menyatakan “metode pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”. Sehingga disimpulkan bahwa tujuan metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada siswa adalah agar siswa dapat bertanggungjawab baik bagi diri sendiri maupun kelompok, dengan adanya tugas yang diberikan guru maka siswa dapat menjalin kerjasama yang erat dan kompak, menumbuhkan motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik, menghargai pendapat orang lain, adanya sikap bermusyawarah dalam mengerjakan tugas. Keberadaan suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak ada yang terkategori paling baik. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Untuk menjelaskan kelebihan metode pemberian tugas, berikut dikutipkan pendapat dari beberapa pakar. Sumantri (1998/1999) menyatakan, kebaikan metode pemberian tugas adalah: 1. membuat peserta didik aktif belajar, 2. merangsang peserta didik belajar lebih baik, 3. dapat mengembangkan kemandirian, 4. membuat pelajar lebih bergairah, 5. membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik, 6. mengembangkan kreativitas dan kemampuan peserta didik. Sedangkan menurut Winarno (2010) menyatakan kelebihan metode pemberian tugas yaitu: a. pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, b. anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode pemberian tugas adalah: (1) Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan semua tugas yang telah dikerjakan, (2) Memberikan kebiasaan anak untuk belajar dan anak akan lebih mandiri, (3) Memberi tugas anak yang bersifat praktis, (4) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama. Selain memiliki kelebihan, metode pemberian tugas juga memiliki kekurangan-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) kekurangan yaitu sebagai berikut. Winarno, (2010) menyatakan, kekurangan metode pemberian tugas antara lain: a. anak didik sering melakukan penipuan, misalnya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau berusaha payah mengerjakan sendiri. b. terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa mengawasan. c. sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individu. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kekurangan metode pemberian tugas adalah: (1) Anak sering mengabaikan tugas, (2) Kosentrasi anak tidak terfokus pada kegiatan, (3) Terkadang tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan, (4) Sulit memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individu. Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas Roestiyah N.K (1998) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut. (a) Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan, (b) Pertimbangkan betulbetul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan, (c) perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti. Sehubungan dengan ini Nana Sudjana (1989) mengemukakan bahwa “tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah penerapan metode pemberian tugas yang digunakan di TK adalah (a) memberikan petunjuk yang jelas kepada anak agar anak tidak merasa bingung dalam mengerjakannya, (b) memberikan motivasi anak untuk berusaha melaksanakan tugas dengan baik, (c) menyediakan sumber belajar berupa buku-buku yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan tugas.
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich dkk, 2001). Sedangkan pengertian media menurut (Criticos, 1996) merupakan “salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Dari pengertian media di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media adalah bahan atau alat, benda, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi (mengantarkan pesan) yang memungkinkan anak untuk menerima pangetahuan, keterampilan dan sikap. Salah satu metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode pemberian tugas dengan berbantuan media puzzle huruf. Dilihat dari Ilmu Etimologi (asal-usul kata), puzzle awalnya adalah sebuah kata kerja. Kata puzzle berasal dari bahasa Prancis Kuno “Aposer”. Kata tersebut dalam bahasa Inggris Kuno menjadi “Pose” lalu berubah menjadi “Pusle” yang merupakan kata kerja dengan arti membingungkan (bewilder) atau membaurkan, mengacaukan (confound). Sedangkan kata puzzle sebagai kata benda merupakan turunan dari kata kerja tersebut menjadi suatu kesatuan bentuk. Menurut Adenan (2008) menyatakan bahwa “Puzzle” dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Sedangkan menurut Yulianty I (2011:42) “permainan puzzle sudah bukan permainan asing bagi anak-anak”. Biasanya anak-anak akan sangat senang menyusun dan mencocokkan “bentuk” dan “tempatnya”. Anak-anak akan suka memainka puzzle dengan berbagai macam gambar yang menarik. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Puzzle ini merupakan media yang menarik dan menyenangkan bagi anak serta mengajak anak untuk berpikir kreatif.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Adapun puzzle yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa puzzle huruf yang terdiri dari beberapa bagian, dimana anak diminta untuk menyusun huruf-huruf abjad tersebut yang akan membentuk suatu huruf-huruf yang utuh. Caranya anak diperlihatkan dengan puzzle yang bertuliskan huruf-huruf abjad. Kemudian anak diminta untuk menyusun potonganpotongan puzzle huruf yang akhirnya membentuk sebuah puzzle huruf. Sari dkk. (2012:2) menyatakan, media puzzle huruf adalah jenis tekateki menyusun potongan-potongan huruf. Kemudian anak diminta untuk menyusun potongan-potongan puzzle huruf yang akhirnya membentuk sebuah huruf. Dengan begitu akan melatih kemampuan anak dalam mengingat huruf yang telah disebutkan. Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media puzzle huruf ini adalah media yang menarik bagi anak dan menuntut anak untuk berfikir kreatif. Media puzzle huruf ini dibuat sendiri dan terbuat dari gabus yang dipergunakan untuk memperkenalkan huruf. Melalui media puzzle huruf ini anak akan dapat mengetahui huruf, dapat menyebutkan huruf-huruf yang ada pada media puzzle tersebut. Penggunaan media yang tepat dalam proses belajar akan mempermudah para siswa untuk menangkap informasi yang ingin disampaikan oleh guru. Berikut ini akan dipaparkan pendapat para ahli mengenai manfaat media puzzle huruf. Soedjatmiko (2009) menyatakan manfaat puzzle antara lain sebagai berikut. (a) Kognitif, kemampuan mengetahui dan mengingat. (b) Motorik, kemampuan mengkoordinasikan anggota tubuh seperti tangan dan kaki. (c) Logika, kemampuan berpikir secara tepat dan teratur. (d) Kreatif/imajinatif, kemampuan menghasilkan ide sesuai dengan konteks. (e) Visual, kemampuan mata menangkap bentuk dan warna obyek. Menurut Nurjatmika (2012:66-67) menyatakan, (a) puzzle dapat melatih kesabaran, puzzle juga melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan suatu tantangan, (b) meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi. Saat bemain puzzle, anak
akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan konsentrasi dalam menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut, (c) melatih koordinasi mata dan tangan, puzzle dapat melatih tangan dan mata anak untuk mecocokkan kepingkeping puzzle dan menyusunnya menjadi suatu gambar. Puzzle juga membantu anak mengenal dan menghafal huruf. Berdasarkan kenyataan di sekolah, anak hanya mampu menyebutkan dan menunjukkan huruf a sampai huruf e. Sedangkan untuk huruf f sampai z anak menyebut dengan asal-asalan saja, bahkan ada anak yang sama sekali tidak mengenal huruf. Ada anak yang sudah mengenal huruf tetapi hanya mengenali huruf-huruf yang sering dilihatnya, khususnya hurufhuruf pada namanya sendiri. Hamalik dalam Arsyad (2008:15) mengemukakan “bahwa tujuan pemakaian media puzzle dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat”. Sedangkan Tarigan (1986:122) puzzle merupakan salah satu media efektif yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosa kata, mengenal dan mengeja huruf, karena puzzle merupakan permainan huruf-huruf acak yang akan dijodohkan menjadi kosa kata yang benar. Jadi, dengan menggunakan media puzzle huruf, anak diharapkan tertarik untuk belajar membaca khususnya berbicara. Secara tidak langsung anak dirangsang untuk berlatih mulai mengenal huruf, agar anak bisa mengeja huruf, anak bisa merangkai huruf menjadi kata tertentu, dan anak bisa melafalkan tulisan. Puzzle huruf merupakan media yang menarik untuk anak yang dirancang sendiri oleh peneliti sebagai media yang mudah diperoleh. Media ini akan melatih anak untuk mengasah kemampuan dalam memecahkan suatu masalah, ketepatan dalam menyususn media puzzle, dan melatih kesabaran anak. Sari, Yustika dkk (2012:2) menyatakan, “langkah-langkah penggunaan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) media puzzle huruf: (a) anak diperlihatkan media puzzle huruf yang bertuliskan hurufhuruf abjad, (b) anak mencoba menyusun potongan-potongan huruf yang akan membentuk urutan huruf abjad yang benar, (c) guru mengamati kegiatan anak, (d) guru membimbing anak yang belum mampu dalam mengerjakan tugas, (e) guru mengadakan refleksi terhadap kegiatan anak”. Sedangkan menurut Yulianti, dkk (2005:6.2) menyatakan langkah-langkah penggunaan media puzzle yaitu: (1) anakanak diperlihatkan media puzzle, (2) anak diberikan kesempatan untuk melihat dan memberi arahan cara penggunaan media puzzle, (3) anak disuruh mengerjakan kembali seperti contoh, (4) guru akan membimbing anak yang belum mampu mengerjakan puzzle. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah penggunaan media puzzle huruf ini yaitu: (a) Guru mempersiapkan alat peraga puzzle huruf, (b) Guru membagikan alat peraga puzzle huruf, (c) Guru memberikan arahan kepada anak tentang penggunaan puzzle, (d) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba puzzle huruf tersebut baik secara perorangan maupun kelompok. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B di TK Budhi Luhur Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 13 orang kelompok B semester II di TK Budhi Luhur Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Tahun Pelajaran 2013/2014. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan bahasa anak TK Budhi Luhur Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dalam kegiatan pembelajaran melalui media puzzle huruf. Peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).Variabel ialah “objek penelitian atau segala sesuatu yang menjadi titik fokus perhatian dalam suatu penelitian”.
(Agung, 2012:42) menjelaskan bahwa “variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. Sedangkan “variabel terikat yaitu variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung pada variabel bebas”. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Komponen yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas ada empat yaitu rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi/observasi, refleksi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode observasi. “Metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan “pengamatan dan pencatatan” secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung, 2012:61). Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012:67) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum sedangkan Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Tingkatan Perkembangan Bahasa Anak dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala limadengan kriteria sebagai berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima
6
Persentase
Kriteria Perkembangan Bahasa
5
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
3
90-100 80-89 65-79 55-64 0-54
4
2 1 0
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di TK Budhi Luhur Sudaji, pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu dari bulan maret sampai dengan april 2014. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 kali pertemuan.
6 5 4 3 2 1 0 9
10
11
12
13
14
Tabel 2. Grafik Polygon Data Perkembangan Bahasa anak TK Budhi Luhur Sudaji pada Siklus I. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Md<M (10<11<11,31), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan bahasa pada anak kelompok B semester II di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan cenderung rendah. Terjadinya peningkatan perkembangan bahasa pada anak saat penerapan metode pemberian tugas dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
11
12
13
14
15
16
Tabel 3. Grafik Polygon Data Perkembangan Bahasa anak TK Budhi Luhur Sudaji pada Siklus II. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas Mo>Md>M, (15>14>13,62), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan bahasa pada Siklus II di TK Budhi Luhur Sudaji cenderung tinggi. disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga kemampuan anak dalam perkembangan bahasa khususnya kemampuan berbicara semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media puzzle huruf sangat efektif dilakukan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak didik. Melalui metode pemberian tugas, anak dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan semua tugas yang telah dikerjakan, memberikan kebiasaan anak untuk belajar dan anak akan lebih mandiri. Hal di atas menunjukkan bahwa metode pemberian tugas dengan berbantuan media puzzle huruf dapat meningkatkan perkembangan bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Roestiyah (dalam Arwanti 2012:9) menyatakan metode pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Dengan diberikannya tugas anak
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) akan lebih bertanggungjawab dalam mengerjakan tugasnya, membiasakan kebiasaan anak untuk belajar dan anak akan lebih mandiri, pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama dan dengan berbantuan media puzzle huruf akan lebih melatih anak berfikir kreatif dan melatih kesabaran anak dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah,anak akan dapat lebih meningkatkan penguasaan kosa kata, anak akan termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya secara tepat dan cepat. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media puzzle huruf dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B smester II di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan bahasa pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan bahasa sebesar 70,68% menjadi sebesar 85,12% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak. (2) Kepada Guru, disarankan lebih kreatif, inovatif dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. (3) Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan halhal yang belum tercapai dalam penelitian ini agar bisa disempurnakan dalam penelitian selanjutnya, karena pencapaian
perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti lain untuk mengoptimalkan pembelajaran dalam perkembangan bahasa dengan menggunakan metode serta media pembelajaran yang tepat agar tercapai hasil yang optimal. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Dhieni,
Nurbiana dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamalik. (2008:15). Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Humairoh, Umi. 2011. Pengaruh Metode Pemberian Tugas Resitasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa pada Kelas VII di Mts Daarul Hikmat Pamulang Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Hurlock, B. Elizabeth. 2005. Perkembangan Anak edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Parmiti Desak Putu dan Made Sulastri. 2010. Strategi Pembelajaran Anak TK. Singaraja: FIP Undiksha. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Departemen Pendidikan NasionaDirektorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD Roestiyah N.K. 1998. Teknik Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Sari, Yustika, dkk. 2013. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Vokal melalui Media Puzzle Huruf bagi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Anak Slow Learner. Padang. FIP UNP . Suarni,
Ni Ketut. 2011. Psikologi Perkembangan I. Singaraja: FIP UNDIKSHA.
Sudjana, Nana dan Syaodih. 1989. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido. Syaodih, Ernawulan. 2005. Bimbingan Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Winarno. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: PT Indek.