e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN METODE TEBAK KATA BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA LISAN ANAK KELOMPOK A TK KUMARA JAYA DENPASAR Md. Ayu Sintya Dewi1, I Wyn. Darsana2, I. B. Surya Abadi3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan dengan diterapkannya metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar pada anak kelompok A TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan 2 siklus. Subjek penelitian adalah 21 orang anak yang terdiri dari 7 perempuan dan 14 laki-laki kelompok A TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Data penelitian tentang perkembangan bahasa lisan dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan instrumen lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif, dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data pada siklus I sebesar 62,5% yang berada pada kriteria rendah, dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,62% tergolong kriteria tinggi. Maka penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahsa lisan dari penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar mencapai 21,12%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok A TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Kata-kata kunci: Tebak kata, kartu bergambar, bahasa lisan. Abstract This study aimed to improve the oral language developmentall skill using applied words guess methods using picture card on children in group A at TK kumara Jaya Denpasar Selatan. This research was typically a Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two cycles. The Subject of this research were 21 children, consisted of 7 girls and 14 boys in group A TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. The research data about oral language developmentall skill were collected by observation and interview method using observation sheet instrument. The data were analyzed using descriptive statistics, and descriptive quantitative analysis method. The result of analysis data in the first cycle were 62,5% which low criteria increase, and in the 2nd cycle become 83,62% which high criteria. Thus this research showed there were an increase of oral language developmentall skill when applied words guess methods using picture card reached 21,12%. Thus, it can be concluded that applying words guess methods using picture card
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) could improved the developmentall skill of oral language to the children group A at TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Keywords: words guess, picture card, oral language.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan sebagai suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan dilakukan seumur hidup sejak usia dini sampai akhir hayat. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 58 (2009:3) Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada masa usia dini sering juga disebut dengan golden age (periode emas), karena periode emas adalah masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini hanya berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun (Suryadi 2010:23). Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Erickson (dalam Suryadi 2010:23) mengemukakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebaigai manusia. Perilaku yang berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa anakanak”. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2009 bahwa: Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan prilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi: (1) nilainilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain, menggunakan pendekatan tematik. Seperti apa yang dipaparkan di atas, pada jenjang pendidikan anak usia dini ada 5 tingkat pencapaian perkembangan yang harus dicapai seorang anak. Adapun salah satu lingkup perkembangan yang harus dicapai anak ialah perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Sebelum mempelajari pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung keberaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Bahasa memberikan sumbangan yang pesat bagi perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Perkembangan bahasa merupakan kemampuan anak berkomunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
makna kepada orang lain yang bersifat reseptif dan ekspresif. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka perlu adanya model, metode dan media yang dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak terutama perkembangan bahasa anak, pada umumnya anak usia dini sangat senang belajar menggunakan media-media yang menarik. Munadi (2013:7), menyatakan bahwa “Media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”. Dalam hal ini media yang akan digunakan dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak khususnya bahasa lisan seperti media visual yang berupa kartu bergambar. Menurut Yulianty (2012:46) kartu bergambar dapat mengasah kecerdasan berbahasa pada anak, selain itu, kartu bergambar juga mengenalkan bentuk-bentuk benda kepada anak sehingga anak dapat mengenal namanama benda dan mengetahui bacannya. Dengan bantuan media kartu bergambar tersebut anak-anak dapat berbagi informasi, serta mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru. Ditunjang dengan metode pembelajaran yang beragam sehingga dapat memudahkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Menurut Latif (2013:108) Metode pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Metode Pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang di harapkan. Guru hendaknya dapat memilih strategi pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu sebagai salah satu cara lain untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak terutama dalam bahasa lisan atau berkomunikasi ialah dengan menggunakan metode pembelajaran tebak kata. Tebak kata merupakan “permainan yang menggunakan kartu berukuran 10x10 cm dan dalam kartu tersebut berisi ciri-ciri atau kata-kata lain yang mengarah pada jawaban yang harus di tebak, dan kartu
yang berukuran 5x2 cm untuk menulis katakata atau istilah yang mau ditebak, permainan ini berdurasi 15-30 menit” (Asmani 2013:48). Sama halnya dengan Aqib (2013:30) menyatakan bahwa “pada metode pembelajaran ini siswa diajak bermain tebak kata menggunakan media kartu yang berukuran 10x10 cm yang mengarah pada jawaban yang harus ditebak dan menggunakan kartu berukuran 5x2 cm yang berisi jawaban yang mau ditebak”. Adapun tujuan metode pembelajaran tebak kata ini adalah sebagai berikut. Menurut Nisak (2011:118) Tujuan dari metode tebak kata ini adalah (1) melatih para siswa agar lebih tenang (2) membuat para siswa supaya lebih dewasa (3)melatih siswa agar lebih bertanggung jawab (4) menjadikan siswa lebih berani dalam membuat pertanyaan. Menurut Asmani (2013:48) Sintak metode pembelajaran tebak kata ini adalah sebagai berikut: (a) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi pelajaran selama + 45 menit. (b) Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan didepan kelas. (c) Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nantinya dibacakan kepada pasangannya. Seorang siswa lainnya diberikan kartu dengan ukuran 5 x 2cm yang isinya tidak boleh dibaca (kertasnya dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga (dengan syarat siswa yang memegang kartu yang berukuran 10x10 cm bisa melihat apa jawabannya). (d) Pada saat siswa membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. Jawaban tepat apabila sesuai isi kartu yang berukuran 5x2 cm tersebut. (e) Apabila jawabanya tepat (sesuai yang tertulis dikartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang ditetapkan, boleh mengarahkan dengan kata-kata lain, dengan syarat tidak langsung memberikan jawabannya. Adapun kelebihan metode tebak kata ini adalah sebagai berikut. (1) Pembelajaran yang dilakukan lebih menarik karena menggunakan media kartu, sehingga siswa tidak jenuh atau bosan, (2) Dapat meningkatkan daya berpikir siswa, karena
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
siswa dituntut untuk menjawab suatu kata yang membutuhkan pikiran kritis peserta didik, (3) Pembelajaran akan lebih berkesan, (4) Melatih siswa untuk menemukan jawaban dengan menggunakan berbagai alternatif jawaban, (5) Melibatkan seluruh anggota tubuh dalam proses pembelajaran, seperti berdiri, duduk, dan mencari pasangan. (http://poyothp.blogspot.com/2012/11/model -pembelajaran-tebak-kata.html) Metode Pembelajaran Tebak Kata. Maka dari itu metode tebak kata tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengembangkan bahasa lisannya, kreativitas anak dalam membagi informasi. Maka dapat disimpulkan penerapan metode pembelajaran tebak kata akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak usia dini. Beberapa permasalahan yang timbul dari beberapa murid, seperti anak kurang menguasai dan memahami kosakata, dan tidak dapat menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara lisan. Hal ini diperoleh dari hasil penelitian pengamatan dan wawancara dengan guru Desak Putu Reza Maylita, S.Pd kelompok A Kumara Jaya Sesetan. Pada kenyataannya hampir sebagian anak-anak di kelompok A, belum banyak menguasai kosakata. Hal ini terlihat dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di sekolah, kadang juga ada anak yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru atau dalam kegiatan lain, selain itu anak belum dapat menyimak dan mengerti maksud yang disampaikan oleh guru, sehingga mereka sulit untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal. Hal ini tentunya akan menghambat perkembangan bahasa anak, disinilah peranan guru sangat dibutuhkan dalam mengembangkan bahasa anak di sekolah. Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau lukisan (Yusuf 2013:62), dan
adapun fungsi bahasa Menurut Halliday Hetherington (dalam Soetjiningsih 2012:210) yaitu: (1) Fungsi Instrumental. Berfungsi sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk menyatakan keinginannya. (2) Fungsi mengatur. Melalui bahasa anak dapat mengendalikan tingkah laku orang lain. (3) Fungsi Interpersonal. Bahasa dapat dipergunakan untuk berinteraksi satu sama lainnya dalam lingkungan sosial anak. (4) Berfungsi pribadi. Anak dapat menyatakan pandangannya, perasaannya, dan sikapnya yang unik melalui bahasa dan melalui bahasa anak membangun jati diri. (5) Berfungsi heuristik. Sesudah anak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan, anak menggunakan bahasa yang dikuasainya untuk memiliki dan memahami lingkungan. Jadi, bahasa mempunyai fungsi mempertanyakan. (6) Fungsi imajinasi. Dengan bahasa anak dapat menghindarkan diri dari kenyataan dan memasuki alam semesta yang dibangunnya sendiri. Bahasa mempunyai fungsi membiarkan untuk berpura-pura atau berpuitis. (7) Fungsi informatif. Anak dapat mengkomunikasikan informasi baru kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Oleh karena itu guru harus mengetahui berbagai bentuk dan langkahlangkah untuk mengem-bangkan kemampuan bahasa anak di kelompok A. Adapun hambatan yang sering ditemukan oleh guru dalam mengembangkan bahasa lisan yaitu kurangnya media dan metode pembelajaran yang inovatif untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga nilai perkembangan anak masih perlu dikembangkan secara optimal. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 Oktober 2014 di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan dan wawancara dengan kepala sekolah TK Kumara Jaya Ni Ketut Sudarmi. Pada tanggal 10 Oktober 2014 ditemukan bahwa kemampuan anak dalam berbahasa lisan belum berkembang secara optimal, dikarenakan guru kurang mengembangkan media dan metode pembelajaran yang inovatif untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga nilai perkembangan anak masih perlu dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dirancang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Tebak Kata berbantuan Media Kartu Bergambar untuk meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Kelompok A di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa TK A di TK Kumara Jaya Sesetan yang berjumlah 21 orang yang terdiri dari 14 laki-laki dan 7 perempuan. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tebak kata. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus dimana dalam penelitian ini menggunakan 2 siklus. Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data tentang perkembangan bahasa lisan anak. Untuk memperoleh data tersebut digunakan metode observasi dan wawancara. Menurut Agung (2012:61) menyatakan bahwa, “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu”. Sama halnya dengan pendapat Dimyati (2013:70) menyatakan bahwa, “bentuk pengambilan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur, dan mencatatnya”. Sedangkan menurut Syaodih (2010:5.3) menyatakan bahwa, “observasi adalah suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak”. Jadi observasi ialah teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat indera, dan data bisa direkam, dan dicatat untuk mengetahui data yang ingin diperoleh. metode selanjutnya ialah metode wawancara Menurut Agung (2012:62) “metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat”. Adapun menurut Syaodih (2010:5.6) menyatakan, wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan guru/pendamping untuk mendapatkan
informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun orang tua, dengan wawancara, guru/pendamping dapat menggali lebih jauh kondisi objektif anak. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan maka terlebih dahulu dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan. Dalam melakukan analisis data dalam penelitian ini ada dua tahapan yang dilalui yakni siklus satu (1) dan siklus dua (2). Masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yakni jika penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar dapat berjalan efektif dan efisien, maka perkembangan berbahasa lisan cenderung meningkat pada anak Kelompok A di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu empat kali pertemuan untuk melaksanaan tindakan dan melaksanakan penilaian terhadap perkembangan bahasa lisan anak kelompok A yang berjumlah 21 anak. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Data perkembangan bahasa lisan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, menghitung median, menghitung modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat melaksanakan pembelajaran perkembangan bahasa lisan melalui metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar diperoleh data sebagai berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Tabel 1.Tabel data Perkembangan Bahasa Lisan anak semester 2 di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Siklus I.
No
Kode Nama
Nilai
01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021
63 63 75 69 63 69 69 60 44 63 60 60 60 44 75 63 60 75 60 60 44
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Berdasarkan data tabel 1 dapat dianalisis melalui langkah-langkah yakni mencari Rentangan (R) dimana nilai R = 32. Karena rentangan (R) lebih besar dari 15 maka data diatas maka data diatas disusun
dalam tabel distribusi frekuensi bergolong. Banyak kelas (k) = 6 dan panjang kelas (p) = 6. Berdasarkan data tersebut diperoleh tabel distribusi frekuensi skor sebagai berikut.
Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi data perkembangan bahasa lisan anak kelompok A semester 2 TK Jaya Denpasar Selatan Siklus I. Kelas Interval (KI) 44 – 49 50 – 55 56 – 61 62 – 67 68 – 73 74 – 79 Jumlah
xi 60.5 52.5 58.5 64.5 70.5 76.5 -
F 3 7 5 3 3 21
Keterangan: KI : Kelas Interfal xi : Nilai tengah f : Frekuensi fk : Frekuensi kumulatif
Fk 3 3 10 15 18 21 -
fxi 139.5 409.5 322.5 211.5 229.5 1312.5
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Dari tabel 2 dapat diperoleh nilai ratarata (mean) yang diperoleh pada siklus I X = 62,5. Nilai modus pada siklus I diperoleh 60,18. Nilai median diperoleh 61,92. Rangkuman hasil analisis statistik deskriptif pada siklus I dapat dilihat pada grafik poligon sebagai berikut. 8 7 6 5 4 3 2 1 0 46.5
52.5
Mo= 60,18
58.5
64.5
70.5
76.5
Md=61,92
M= 62,5 Berdasarkan perhitungan dari gambar grafik poligon di atas menunjukkan bahwa Mo < Md < M (60,18 < 61,92 < 62,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus I merupakan kurva juling positif. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebaran data anak berada di bawah nilai rata-rata. Untuk menghitung tingkat perkembangan bahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria PAP skala
lima. Nilai M% pada siklus I yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 62,5% berada pada kriteria rendah. Dari hasil observasi yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan perkembangan bahasa lisan anak masih berada pada katagori rendah yakni: (1) anak belum berpengalaman dengan model pembelajaran yang diterapkan, (2) beberapa anak masih keliru dalam mencari pasangannya sehingga perlu dipandu. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah (1) menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, (2) mencotohkan berulang kali agar anak tidak keliru lagi. Dengan demikian masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu empat kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan untuk melaksanakan penilaian terhadap perkembangan bahasa lisan anak kelompok A yang berjumlah 21 anak. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Data anak pada perkembangan bahasa lisan disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean, median, modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat melaksanakan pembelajaran perkembangan bahasa lisan melalui metode tebak kata berbantuan media kartu gambar diperoleh data sebagai berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Tabel 3. Tabel data perkembangan bahasa lisan anak kelompok A semester 2 di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan siklus II.
No
Kode Nama
Nilai
01 02 03 04 05 06 07 08 09 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021
81 88 94 88 81 88 88 81 69 88 81 81 81 69 94 88 81 94 81 81 69
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Berdasarkan data tabel 3 dapat dianalisis melalui langkah-langkah yakni mencari Rentangan (R) dimana nilai R = 26. Karena rentangan (R) lebih besar dari 15 maka data diatas maka data diatas disusun
dalam tabel distribusi frekuensi bergolong. Banyak kelas (k) = 6 dan panjang kelas (p) = 5. Berdasarkan data tersebut diperoleh tabel distribusi frekuensi skor sebagai berikut.
Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi Data perkembangan bahasa lisan anak kelompok A semester 2 di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan siklus II. kelas Interfal (KI) 69 – 73 74 – 78 79 – 83 84 – 88 89 – 93 94 – 98 Jumlah
xi 71 76 81 86 91 96 -
F 3 7 8 3 21
Fk 3 3 10 18 18 21 -
Keterangan: KI : Kelas Interfal xi : Nilai tengah f : Frekuensi fk : Frekuensi kumulat
fxi 213 567 688 288 1756
Dari tabel 4 dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus II X = 83,62. Nilai modus pada siklus II diperoleh 83.63. Rangkuman hasil analisis statistik deskriptif pada siklus II dapat dilihat pada grafik polygon sebagai berikut. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 71
76
Md= 83,63 M= 83,62
81
86
91
96
Mo= 84,5
Berdasarkan perhitungan dari gambar grafik poligon diatas terlihat Mo > Md > M (84,05 > 83,63 > 83,62) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebaran data anak berada diatas nilai rata-rata. Nilai M% pada siklus II yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 83.62% berada pada kriteria tinggi. Melalui perbaikan proses pembelajaran siklus II telah terjadi adanya peningkatan pada perkembangan bahasa lisan anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. (1) Anak yang awalnya sedikit berbicara akhirnya berani mengutarakan pendapatnya, (2) anak yang awalnya belum dapat mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh guru akhirnya anak dapat mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh guru dengan baik, (3) senang dan semangat pada saat bermain tebak kata, dan (4) media kartu yang digunakan, dapat menambah wawasan anak. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode tebak kata
berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak berlangsung sesuai perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Ini berarti penelitian tindakan kelas ini cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode tebak kata dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak. Berdasarkan hasil analisis data menggambarkan bahwa dengan menerapkan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan diperoleh rata-rata persentase pada siklus I sebesar 62.5% dan rata-rata persentase pada siklus II sebesar 83.61%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase rata-rata anak dari siklus I ke siklus II sebesar 21,12%. Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar sehingga terjadi peningkatan perkembangan bahasa lisan anak secara efektif. Hal ini didukung oleh Nisak (2011:118) bahwa metode tebak kata dapat melatih para siswa agar lebih tenang, membuat para siswa lebih dewasa, melatih siswa agar lebih bertanggung jawab, dan menjadikan siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan. Dengan demikian perlu diterapkan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak secara berkelanjutan dan intensif. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar dapat menngkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok A di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan antara siklus I ke siklus II. Peningkatan rata-rata persentase perkembangan bahasa lisan anak berdasarkan siklus I 62,5% yang
berada pada kriteria rendah dan pada siklus II sebesar 83,62% yang berada pada kriteria tinggi yang telah mencapai criteria keberhasilan, dengan peningkatan yang diperoleh antara siklus I ke siklus II yaitu 21,12%. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam peneliti ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.(1)Kepada Kepala Sekolah, agar merekomendasikan kepada guru-guru untuk menerapkan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar karena dapat meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak. (2)Kepada guru, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan metode tebak kata berbantuan media kartu bergambar sebagai alternatif untuk meningkatkan perkembangan bahasa lisan anak kelompok A. (3)Kepada peneliti lain yang tertarik dengan penelitian ini dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Adi, poyo. (http://poyothp.blogspot.com/2012/11/modelpembelajaran-tebak-kata.html) Metode Pembelajaran Tebak Kata yang diakses pada tanggal 11 Oktober 2014. Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha. Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: Diva Pers. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Dimyati, Johni. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada PAUD. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Latif,
Mukhtar. 2013. Orientasi Pendidikan Anak Usia Jakarta: Kencana Group.
Baru Dini.
Munadi, Yuhadi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Nisak. Raisatun. 2011. Lebih dari 50 Game Kreatif untuk Aktivitas Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Pers. Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenadana Media Group. Syaodih, Ernawulan. 2010. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Yulianty, Rani. 2012. Permaimam yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Aksara.