e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BCCT BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK KUMARA JAYA Sayu Kade Eka Puspita1, I Ketut Ardana2, I Komang Ngurah Wiyasa3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] 3
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan Bahasa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Beyond Centre and Circle Time (BCCT) berbantuan media Audiovisual pada anak kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan 2 siklus tindakan. Subjek penelitian adalah 13 orang anak kelompok B3 semester 2 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Data penelitian tentang perkembangan bahasa dikumpulkan menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan instrumen lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan pada siklus I sebesar 59.3% yang berada pada kriteria rendah mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83.26% tergolong kriteria tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan bahasa dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT mencapai 23.96%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Kata-kata kunci: BCCT, audiovisual, perkembangan bahasa.
Abstract This research aimed to increase of development languange by means of implementation of learning Beyond Centre And Circle Times (BCCT) helped media audiovisual in group B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan 2014/2015 school years. This research is classroom action research (CAR) conducted two cycles of action. Subjects were 13 children in group B3 the second semester of TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Data collected research on development languange using the methods of observation and interviews with the observation sheet instruments. Data were analyzed using descriptive statistical analysis methods, methods of qualitative and descriptive analysis of quantitative descriptive analysis. The results of the data showed on cycle one of 59.3% who are at low category and the second cycle of 83.26% who are at high category. So there was an increase from cycle one to the second cycle of 23,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) 93%.Therefore it can be concluded that implementation of BCCT can improve languange in group B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Key words: BCCT, audiovisual, languange development.
PENDAHULUAN Pembelajaran kooperatiff tipe BCCT menciptakan suasana kelas yang cenderung bersifat teachercentered sehingga anak di kelas cenderung menjadi pasif. Pada pembelajaran ini anak tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana cara belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri, padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Masalah tersebut banyak dijumpai dalam kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu anak untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Berkembangnya pembelajaran inovatif merupakan suatu tolak ukur bahwa pembelajaran konvensional mulai ditinggalkan. Pembelajaran inovatif dirancang untuk membantu anak memahami teori atau konsepkonsep melalui pengalaman belajar. Belajar akan lebih bermakna jika dialami oleh anak secara langsung tentang apa saja yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya. Dalam pembelajaran khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), guru harus mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata pada anak. Usia dini merupakan masa emas (golden age) pada perkembangan anak, karena pada masa ini semua potensi yang dimiliki sangatlah sensitif bagi perkembangan pada anak. Menurut Dewantara, (dalam Yuliani, 2009:
127) menyatakan tentang pendidikan yaitu sebagai berikut. Ing Ngarso Sing Tulodo, artinya jika pendidikan berada didepan wajib diberikan kepada anak usia dini, tidak perlu banyak nasehat, petuah dan ceramah. Ing Madya Mangun Karso, artinya jika pendidik berada ditengah-tengah harus lebih banyak membangun atau membangkitkan kemampuan sehingga anak mempunyai kesempatan untuk mencoba berbuat sendiri. Anak usia dini sudah dapat mengerjakan, namun lebih tepat setelah taman kanak-kanak teladan pendidik masih diperlukan.Tut Wuri Handayani, artinya jika pendidik dibelakang wajib memberi dorongan dan memantau agar anak mampu bekerja sendiri.Jadi Pendidikan untuk anak usia dini merupakan pendidikan yang harus diutamakan dan paling penting sehingga diperhatikan tahap perkembangan maupun pertumbuhan anak, dan model pembelajarannnya harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sebab program-program pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebagai fasilitator yaitu memberikan fasilitas bagi anak agar anak mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, baik secara fisik, moral agama, socialemosional, kognitif terutama bahasa. Menurut Bromley, 1992 (dalam Nubiana, 2009) menyatakan pengertian bahasa, yaitu. Sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbolsimbol visual maupun verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengarkan. Anak dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara sesuai sesuai dengan kemampuan berfikirnya. Sedangkan menurut John W. Santrock, (2008: 67), menyatakan bahasa yaitu Bentuk komunikasi, entah itu tulisan, tertulis atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol. Jadi dari pandangan kedua tokoh diatas dapat disimpulkan bahasa adalah media untuk berkomunikasi untuk menyampaiakan pesan, baik secara lisan maupun dengan tertulis. Berdasarkan hasil observasi pada bulan Oktober 2014 di TK Kumara Jaya dan wawancara dengan Ni Nengah Sudarmi, S. Pd, AUD ditemukan bahwa kemampuan anak dalam berbahasa masih sangat rendah dengan rata-rata perkembangan mencapai tingkat 45,24% dan menurut Agung (2011), pencapaian tersebut masih berada pada katagori sangat rendah. Oleh karena itu, metode pembelajaran Beyond Center and Circles Time (BCCT) sangat dianjurkan bagi pendidikan anak usia dini, sebab metode BCCT merupakan metode yang membuat anak mampu aktif untuk membangun pengetahuan melalui pengalamannya sendiri. BCCT adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik. Penerapan metode BCCT ini sangat tepat diterapkan di Indonesia karena memiliki kekayaan suku dan budaya, sehingga dapat dieksplorasi oleh anak secara langsung. Salah satu keunggulan metode ini adalah anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada di lingkungannya untuk melatih kemampuan bahasa anak, sehingga
seorang pendidik harus mampu memanfaatkan seluruh potensi lingkungan untuk pembelajaran anak. Metode ini juga memandang bermain sebagai media yang tepat dan satu-satunya media pembelajaran anak karena disamping menyenangkan, bermain dalam konsep pendidikan dapat dijadikan media untuk berfikir aktif dan kreatif. Sehingga meningkatkan kemampuan anak baik secara intelektual, emosional maupun sosialnya sehingga anak akan mampu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Didalam melatih bahasa anak, guru seringkali menggunakan model pembelajaran yang monoton dan kurang menarik perhatian anak. Untuk itu guru dituntut untuk memberikan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), rencana Kegiatan Semester (RKS) serta membuat media pembelajaran untuk di implementasikan pada siswa. Untuk mengatasi masalah ini, melalui pembelajaran kooperatif yang mengaplikasikan teknik-teknik kelas praktis dan dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswanya belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam meningkatkan perkembangan bahasa siswa usia 56 tahun adalah dengan tipe pembalajaran BCCT berbantuan media audiovisual. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diadakan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe BCCT Berbantuan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada Anak Kempok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014 /2015”. Maka dari itu perlu diberikan model dan media belajar baru untuk meningkatkan perkembangan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) bahasa anak, yang bersifat children centre. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, kurikulum, dan lain-lain” Joyce (dalam Trianto, 2007:5). Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sabagai satu kelompok atau saatu tim. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang disusun untuk mengembangkan kerjasama dan interaksi antar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, saling membelajarkan menggunakan keterampilan sosial kelompok dan mengevaluasi kelompok. Pembelajaran kooperatif (cooperarative learning) adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham kontruktivis. Menurut Coburn dan Derry (dalam Isjoni, 2012), mengatakan bahwa “konstruktuvisme adalah cabang daripada kogtivisme”. Menurut McBrien & Brandt (dalam Isjoni, 2012) mengungkapkan bahwa “kontruktivisme adalah satu pendekatan pengajaran berdasarkan pada penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar”. Kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami meteri pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Sunal dan Hans (dalam Isjoni, 2012) mengemukakan “Cooperative Learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama dalam peroses pembelajaran”. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni, 2012) menyatakan cooperative learning adalah sebagai berikut. Suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 3 dan 4 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran ini telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk malakukan kerja sama dalam kegiatan-kegitan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh temen sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa lainya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Tiga konsep sentral pembelajaran kooperatif yaitu: a) penghargaan kelompok, b) pertanggung jawaban individu, c) kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan cara membagi anak menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakn tugas ataupun mendiskusikan materi pelajaran. Dengan kata lain: Suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 3 dan 4 orang. Dalam proses belajar-mengajar ini
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) guru dituntut untuk berbagi informasi yang diketahui kepada siswanya. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainya sabagai satu kelompok atau saatu tim. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang disusun untuk mengembangkan kerjasama dan interaksi antar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Yuliani (2009:216) menyatakan, pendekatan BCCT dikenal dengan pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) di Indonesia. BCCT adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan PAUD dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dengan media visual. Media ini bisa disebut media pandang dengar, dengan menggunakan media ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal dan peran guru beralih menjadi fasilitator belajar saja. Misal televisi/video pendidikan dan sebagainya, menurut Yuliani, (2009). Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2006:124) media audiovisual adalah media mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Sedangkan Arsyad (2011:30) menyatakan “Pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapanya melalui pandangan dan pendekatan serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa”. Menurut Yusuf dan Sugandhi, (2013:62) mengungkap-kan bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini mencangkup semua cara untuk berkomunikasi, dimanana pikiran dan perasaandinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar atau lukisan. Melalui bahasa, setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengtahuan, dan nilai-nilai moral atau agama. Suarni, (2011:84) mengungkapkan secara singkat bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi, setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan orang-orang sekitarnya. Sejak bayi manusia telah berkomunikasi dengan dunia lain. Tangis pada saat kelahiran mempunyai arti bahwa disamping menunjukan gejala kehidupan juga merupakan cara bayi itu berkomunikasi dengan sekitar. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak dan suara untuk menyampaikan isi pikiran pada orang lain. Dengan demikian dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai isi pikiran dan penerima pikiran tersebut. Dalam percakapan atau berdialog di pihak-pihak itu saling berganti fungsinya antara penerima dan penyampai pikiran. Masa usia dini merupakan masa emas atau masa golden age. Pada masa ini merupakan masa anak tumbuh dan berkembang sangat pesat terutama perkembangan bahasa anak. Untuk mengoptimalkan perkembangan kemampuan bahasa anak perlu adanya peranan lingkungan yang mendukungnya. Taman KanakKanak (TK) merupakan salah satu tempat yang mampu mengembangkan perkembangan kemampuan bahasa anak. Perkembangan kemampuan bahasa anak di TK dapat dilakukan melalui berbagai cara. Peran guru, fasilitas, sarana dan prasarana juga dapat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) mempengaruhi perkembangan kemampuan bahasa anak. Salah satunya, penggunaan model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran anak perlu diperhatikan, ini bertujuan agar dalam proses pembelajaran berjalan lancar. Jadi berdasarkan kajian teori dari pendapat yang telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT berbantuan media audiovisual akan mampu meningkatkan bahasa anak. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak, pemakaian media audiovisual mempertajam pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pembelajaran kooperatif tipe BCCT memberikan kesempatan yang sangat luas kepada siswa untuk aktif membentuk pemahamanya sendiri tentang materi yang diterapkan, siswa dapat dengan bebas mengekspresikan keinginanya namun tetap dalam batasan-batasan yang ditetapkan oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif tipe BCCT ini siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan tipe pembelajaran ini lebih menekankan pada proses pembelajaran bukan hanya untuk mendapatkan hasil semata. Dengan mengutamakan bekerjasama dalam kelompok anak dapat lebih mudah dan cepat memahami materi pembelajaran. Sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa pastinya akan meningkat. Disamping model pembelajaran yang tepat, pemilihan media juga berperan dalam meningkatkan perkembangan bahasa anak. Keberadaan media audiovisual sebagai penunjang tercapainya tujuan pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dibahas. Semakin menarik dan semakin dekat dengan kehidupan
siswa akan menimbulkan kesan bahwa materi yang akan dipelajari berguna bagi kehidupan sehari-hari dan tentunya menarik untuk dipelajari. Pemilihan media yang nyata atau kongkret akan sangat membantu siswa dalam membentuk persepsinya dalam sebuah materi. Penerapan model pembelajaran BCCT sudah ditemukan keberhasilanya. Keberhasilan itu ditemukan oleh Wasis Aminulloh (2009) dengan judul “Penerapan Metode Beyond Center and Cirles Time (BCCT) Untuk Perkembangan Anak Usia Dini Di Playgroup Plus Alfakar Banguasih Kec. Waru Sidoarjo. Hasil penelitianya menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran dengan metode Metode Beyond Center And Cirles Time (BCCT) dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nova Indriti yang berjudul “Penerapan Pendekatan BCCT Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Siswa Kelompok A Paud Terpadu Nurul Dzikri”. Model pembelajaran ini, memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan partisipasi dan berinteraksi dengan orang lain. Setelah melakukan pendekatan dengan metode BCCT anak menunjukan peningkatanya dalam hal bersosialiasasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe BCCT Berbantuan Media Audiovisual Untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa pada Anak Kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Berdasarkan landasan teori yang telah ditemukan, dapat dibuat kerangka berpikir tentang perbedaan hasil pembelajaran bahasa sebelumnya yang masih kurang dan sesudah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) diterapkan akan mendapatkan hasil tinggi. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT berbantuan media Audiovisual untuk meningkatkan perkembangan bahasa. Dari kegiatan yang anak-anak lakukan melalui melihat dan mendengar diharapkan anak lebih cepat dan lebih tertarik untuk belajar untuk meningkatkan kemampuan bahasanya. Model pembelajaran kooperatif tipe BCCT berbantuan media Audiovisual untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Pembelajaran bahasa di TK memerlukan kiat atau metode tertentu agar materi lebih mudah dipahami anak. Hal ini berarti bahwa apabila pembelajaran bahasa diajarkan dengan cara yang tepat, maka akan menjadi suatu pembelajaran yang menarik. Peningkatan bahasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat menggali potensi anak untuk dapat berpikir kritis, bebas mengembangkan ide dan pendapat serta memberi pengalaman langsung yang bersifat mengkostruksi pengetahuan. Pembelajaran kooperatif tipe BCCT dan media audiovisual akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi hasil daripada sebelumnya. Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe BCCT berbantuan media audiovisual dilaksanakan dengan efektif maka dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. METODE Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bahasa saat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe BCCT. Subjek dalam
penelitian ini adalah anak-anak kelompok B3 TK Kumara Jaya sebanyak 13 orang yang terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas (Agung, 2010:2). Sementara itu, menurut Lewinc (dalam Arifin, 2012:96) menyebutkan PTK merupakan cara guru dalam mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Dengan demikian PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Dalam menyusun PTK diperlukan model (rancangan). Model ini dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Langkah-langkah dalam penelitian ini ada lima tahapan dimana tahap pertama merupakan refleksi awal yaitu kegiatan penjajagan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan melakukan pemokusan masalah. Tahap kedua merupakan perencanaan yaitu menyamakan persepsi dengan model pembelajaran, menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, menyiapkan instrumen penilaian. Tahap ketiga merupakan tindakan yaitu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dipersiapkan. Tahap keempat merupakan observasi yaitu mengamati anak sewaktu mengikuti pelajaran, selain melakukan observasi pada tahap ini juga melakukan evaluasi. Tahap kelima merupakan refleksi yaitu mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Variabel bebas : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe BCCT berbantuan media audiovisual, 2) Variabel terikat : Kemampuan bahasa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode wawancara. Metode observasi merupakan cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional (Arifin, 2012:49). Lebih lanjut dijelaskan metode observasi merupakan suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu (Agung, 2012:61). Dengan demikian, metode observasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mendapatkan informasi melalui pengamatan secara langsung. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang bahasa anak. Metode wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai permasalahan penelitian kelas. Sementara itu, menurut Arifin (2012:54) menyebutkan wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan dan pencatatan data, informasi atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
sumber data. Lebih lanjut disebutkan metode wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya-jawab yang sistematis, dan hasil dari tanya-jawab ini akan dicatat atau direkam secara cermat. Dengan demikian, metode wawancara merupakan salah satu cara dalam mendapatkan informasi melalui tanya-jawab atau percakapan dengan sumber data. Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi sehingga mendapatkan data atau informasi yang lebih terperinci. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis desriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian, hasil dari analisa data secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mean, median, modus, dan grafik polygon. Analisis deskriptif kualitatif merupakan proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi sehingga mudah dipahami (Trianto, 2010:285). Analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis ke dalam bentuk angka-angka atau presentase (Agung, 2012:67). Sebagai tolak ukur dalam penelitian ini ditetapkan indikator keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan tersebut yaitu: 1) terjadinya peningkatan perkembangan bahasa sampai mencapai katagori tinggi, 2) secara klasikal perkembangan bahasa anak berkembang sesuai harapan mencapai 80%.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN Data perkembangan bahasa disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, menghitung median, menghitung modus, grafik poligon dan membandingkan rata-rata dengan model Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dimana persentase 90-100 menunjukan kreteria Sangat tinggi, 80-89 menunjukan kreteria Tinggi, 65-79 berada di kreteria Sedang, 55-64 berada di kreteria Rendah, dan 0-54 berada di kreteria Sangat rendah. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus I X = 59.3. Nilai modus pada siklus I diperoleh 55.5. Nilai median diperoleh 57.41 Untuk menghitung tingkat kemampuan kognitif anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Nilai M% pada siklus I yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 59.5% berada pada kriteria rendah. Nilai rata-rata (mean) yang diperoleh pada siklus II X = 83.26 Nilai modus pada siklus II diperoleh 89.1. Nilai median diperoleh 88.4. Nilai M% pada siklus II yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima adalah 83.26% berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan hasil analisis data menggambarkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT untuk meningkatkan perkembangan bahasa diperoleh rata-rata persentase pada siklus I sebesar 59.3% dan rata-rata persentase pada siklus II sebesar 83.26%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan presentase rata-rata anak dari siklus I ke siklus II sebesar 23.93%. Peningkatan ini terjadi karena diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe BCCT sehingga
terjadi peningkatan perkembangan bahasa secara efektif. Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT untuk meningkatkan perkembangan bahasa berlangsung sesuai perencanaan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Ini berarti penelitian tindakan kelas ini cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan perkembangan bahasa anak kelompok B3 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT sebesar 23.96%. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata presentase anak siklus I adalah 59.3% menjadi 83.26% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang dapat diajukan adalah Kepada Kepala Sekolah, agar merekomendasikan kepada guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif BCCT karena dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak. Kepada guru, dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe BCCT sebagai alternatif untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak kelompok B3. Kepada peneliti lain yang tertarik dengan penelitian ini dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015) mencoba menerapkan pada aspek bahasa yang lain. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Konvensional. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. ---------2011. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha. ---------2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arifin,
Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Cetakan Ke-2. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dhieni, Nurbiana dkk. 2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka. Djamarah dan Zain. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta Isjoni. 2012. Cooperative Learning “Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok”. Bandung:Penerbit Alfabeta. Santrock, Jhon. W. 2009. Psikologi Pendidikan. Dallas:University Of Texas. Suarni, Ni Ketut. 2011. Psikologi Perkembangan 1. Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha. Syamsu Yusuf L. N dan Nani M. Sugandhi. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Surabaya: Kencana. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara. Yuliani,
Nurani Sujiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Penerbit PT Indeks.