e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN MEDIA PUZZLE DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF 1
Ni Komang Evi Yudiasmini, 2A. A. Gede Agung, 3Putu Rahayu Ujianti ¹3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ²Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Permasalahan yang terjadi di TK Pra Widya Dharma Satra adalah masih rendahnya perkembangan kognitif anak. Ini terlihat dari rerata perkembangan kognitif anak pada semester I tahun pelajaran 2013/2014yaitu sebesar53,25% yang berada pada kategori rendah.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan subjek sebanyak 12 orang. Data penelitian tentang perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi.Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangansetelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media puzzle.Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persen perkembangan kognitif anak pada siklus I sebesar 59,37% yang berada pada kategori rendah, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 83,81% yang berada pada kategori tinggi.Ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 24,44%.
Katakunci:kooperatifTeams Games Tournament (TGT),puzzle, perkembangan kognitif Abstract The learning problem in TK Pra Widya Dharma Satra was the low cognitive development of the children. It could be shown by the percentage of cognitive development at the first semester in the academic year 2013/2014, that was, 53,25% as the low one. This study is a classroom action-based research which was carried out in two cycles the subjects of this research are twelve students. The data on the cognitive development in knowing introduction numbers were collected by observation method. The data in this reasearch were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis methods. The result of data analysis shows that there is a cognitive development in knowing introduction number after the application of Teams Games Tournament (TGT) Cooperative Learning by using puzzle.It can be seen by the average percent of children's cognitive development in the first cycle was 59.37 % which is exist in the low category. While in the second cycle, it increased to 83.81 % which is exist in the high category. It showed there was increasing from cycle I into the cycle II was 24.44%. Keywords:Teams Games Tournament (TGT), Cooperative learning,puzzle,cognitive development.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan poses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009) tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. PAUD pada hakikatnya merupakan pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Setiap tahap perkembangan anak usia dini memiliki ciri atau tugas perkembangan tertentu yang dapat dijadikan standar atau perkiraan tentang hal-hal yang harus dikuasai anak pada tahap tertentu. Tugas perkembangan menyangkut berbagai dimensi perkembangan anak, yaitu aspek motorik, sosial emosi, disiplin, intelektual, dan bahasa. Perkembangan anak usia dini saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar aspek/ ranah fisik, sosial, emosional dan kognitif. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usia dan perkembangannya, salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan kognitif. Piaget (dalam Sujiono, 2007:2.6) berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, masuk dalam perkembangan berpikir praoperasional konkret pada saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain yang berada di sekitarnya.
Menurut Hurlock (dalam Sujiono, 2007:2.6) berpendapat bahwa pada usia 34 sampai 5-6 tahun, untuk membuat anak kecil mengerti agama, konsep keagamaan diajarkan dalam bahasa sehari-hari dan dengan contoh dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian konsep-konsep menjadi konkret dan realitis. Selanjutnya Piaget (dalam Suparno, 2001:24) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seseorang anak menjadi empat tahap: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasi konkret (8-11 tahun), (4) tahap operasi formal (11 tahun ke atas). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya.Tahap praoperasi diwarnai dengan mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa.Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas.Tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif.Jadi perkembangan kognitif anak usia dini adalah berada pada tahap praoperasional, pada usia 2 – 7 tahun yang merupakan perwujudan dari kemampuan indra atau potensi aktivitas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Aspek perkembangan kognitif yang akan diukur dalam penelitian ini adalah pengenalan lambang bilangan. Pengenalan lambang bilangan di TK bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Secara khusus, dengan media puzzle anak dapat bermain sambil mengenal lambang bilangan. Pengenalan lambang bilangan di TK bertujuan agar anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak, untuk dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan memiliki kreatifitas serta imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan. Berdasarkan hasil observasi awal, pembelajaran di TK Pra Widya Dharma Satra pada kelompok A memiliki kendala yaitu masih rendahnya tingkat perkembangan peserta didik, khususnya dalam perkembangan kognitif. Hal ini didukung oleh hasil observasi dan wawancara (interview) dengan guru kelas kelompok A pada tanggal 25 Januari 2014, bahwa hambatan yang sering ditemui guru dalam pembelajaran membilang dan menyebutkan lambang bilangan adalah kurangnya konsentrasi anak saat pembelajaran berlangsung, sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan kurangnya media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi melalui pengumpulan nilai raport yang berupa narasi diperoleh hasil analisis data kegiatan pembelajaran dalam perkembangan kognitif anak masih sangat rendah dengan persentase PAP (Penilaian Acuan Patokan) 53,25%. (Sumber: buku narasi guru TK Pra Widya Dharma Satra, semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014).Sehingga perkembangan anak masih tergolong sangat rendah yaitu dari 12 orang anak 3 orang diantaranya mendapat nilai bintang satu (*) yang termasuk kategori belum berkembang, hal ini terlihat ketika melaksanakan kegiatan pengenalan bilangan anak masih diam artinya anak tidak mampu menyebutkan atau mengenal lambang bilangan yang ditunjukkan.Kemudian 4 orang mendapat nilai bintang dua (**) yang termasuk kategori mulai berkembang, artinya dalam mengenal lambang bilangan anak sudah mampu mengenal 1-5 macam angka saja dan anak masih dibimbing oleh guru.Dan 5 orang lainnya mendapat nilai bintang tiga (***) artinya anak sudah mampu mengenal lambang bilangan, namun belum ada yang mendapat nilai bintang empat (****) yang termasuk kategori anak mampu mengenal lambang bilangan dengan sangat baik.Sehingga data tersebut menunjukkan
bahwa perkembangan kognitif anak TK Pra Widya Dharma Satra perlu ditingkatkan. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan solusi alternatif dalam mengatasi beberapa permasalahan tersebut. Salah satunya dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) melalui media Puzzle. Melalui permainan Puzzle guru dapat mengamati sejauh mana motivasi belajar anak dan peningkatan perkembangan kognitif anak khususnya meningkatkan konsentrasi dalam mengenal lambang bilangan. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).Pembelajaran kooperatif (cooperativelearning) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Model pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012). Selanjutnya Menurut Rohman (dalam Marhaeni, 2013:139) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antarsiswa, dan evaluasi proses kelompok. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada perilaku yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menekankan peserta didik untuk bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) kelompok yang heterogen dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.Menurut Wartono (dalam Marhaeni, 2013:154) menjelaskan bahwa “TGT merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka”. Berdasarkan pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan , jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Komponen utama dalam penerapan model kooperatif tipe TGT terdiri dari Penyajian kelas, Kelompok ( team ), game, turnamen, dan Penghargaan kelompok (team recognise). Pembelajaran kooperatif juga harus didukung oleh langkah-langkah dan keterampilan yang melengkapinya.Penerapan yang dilakukan dalam pembelajaran kooperatif TGT untuk anak TK yaitu sebagai berikut. (1) Menyampaikan metode yang akan digunakan yaitu metode kooperatif tipe TGT serta media puzzle dan tema yang digunakan saat proses pembelajaran berlangsung, (2) membagi anak menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat orang anak yang harus menyusun potongan-potongan puzzle menjadi bentuk utuh, (3) memulai game yang sudah disiapkan, game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sederhana, masing-masing kelompok mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda, (4) mengamati masing-masing kelompok dalam menyusun potongan-potongan puzzle, (5) merangkum hasil kegiatan anak dan menilai perkembangan kemampuan anak dalam menyusun potongan-potongan puzzle, (6) mengumumkan dan memberikan penghargaan pada kelompok yang terbaik dalam menyelesaikan/menyusun potonganpotongan puzzle menjadi bentuk utuh.
Selain model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT), media pembelajaran juga berperan penting meningkatkan motivasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan pembelajaran (massage) kepada penerima pesan (communicant), yaitu siswa/anak. Menurut Heinich, Molenda dan Russell (dalam Zaman, 2008:4.4) menjelaskan bahwa media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediumyang secara harafiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan penyalur pesan antara guru dan anak. Media pembelajaran dapat membantu anak dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.Pada penelitian ini digunakan media yaitu Puzzle. Puzzle merupakan bagian dari alat permainan edukatif yang dapat terpisahkan dalam pembelajaran di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi anak. Menurut Sugianto (dalam Zaman, 2008:6.3)Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Oleh karena itu lambat laun, mental anak juga terbiasa untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Fungsi Puzzle yaitu: (1) mengenalkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan, (2) melatih analisis-sintesa atau menguraikan dan menyatukan kembali pada bentuk semula, (3) melatih motorik halus. Ciri-ciri Puzzle yaitu bagai berikut. (1) Merupakan kepingan yang terdiri dari 2-3 bahkan 4-6 potongan yang terbuat dari kayu, gabus atau karton yang di dalamnya terdapat teka-teki gambar yang harus
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dirangkai utuh kembali, (2) Terbuat dari bahan-bahan yag mudah dibongkar pasang, (3) Gambar-gambar yang terbentuk menunjukkan proses metemorfosis gambar tertentu, (4) Kepingan puzzle akan semakin banyak disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)berbantuan media puzzleuntuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif pada Anak Kelompok A Semester II di TK Pra Widya Dharma satra Tahun Pelajaran 2013/2014. Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut.Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)berbantuan media puzzledapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada anak kelompok A semester II di TK Pra Widya Dharma Satra Tahun Pelajaran 2013/2014? Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.Untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)berbantuan media puzzle pada anak kelompok A semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaraan di kelas secara lebih professional”. Menurut Hopkin (dalam Muslich, 2009:8) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kematangan rasional dari tindakantindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Selanjutnya Menurut Wina Sanjaya (2009: 26) PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Berdasarkan definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa pengertian dari PTK adalah suatu penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan sikap mawas diri serta bersifat situasional dan kontekstual. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan kesiklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/evaluasi dan refleksi. Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut. Perencanaan SIKLUS I
Refleksi
METODE Penelitian ini dilaksanakan di TK Pra Widya Dharma Satra pada Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada anak kelompok A. Subjek penelitian ini sebanyak 12 orang anak dengan 5 orang anak lakilaki dan 7 orang anak perempuan. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan bahwa: “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
Pelaksanaa
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaa
Pengamatan ?
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk 2012:16)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan kegiatan, Menyamankan persepsi dengan guru mengenai penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)berbantuan media puzzle, menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan RKH. Menyiapkan media puzzleyang di gunakan sesuai dengan tema yang diajarkan. Menyusun instrumen penelitian yaitu format penilaian observasi. Untuk mengumpulkan data tentang kemampuan kognitif anak digunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak pada proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Agung (2012:61) menyatakan bahwa, “Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang objek tertentu”. Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data
tentang perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media puzzle. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.Setiap kegiatan yang diobservasi dikatagorikan kedalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, 1) bintang ( ) belum berkembang, 2) bintang ( ) mulai berkembang, 3) bintang ( ) berkembang sesuai harapan, dan 4) bintang ( ) berkembang sangat baik. Berikut ini kisi-kisi instrument penelitian penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)berbantuan media puzzle untuk meningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan.
Tabel 01. Kisi-kisi Instrument perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan Variabel Indikator 1. Memasangkan benda berdasarkan bentuk, warna, ukuran Perkembangan 2. Mengelompokkan benda 3 dimensi (benda-benda sebenarnya) kognitif dalam yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat) mengenal lambang 3. Membilang (mengenal lambang bilangan, dengan benda-benda bilangan samapi 5) 4. Menunjuk lambang bilangan1-5 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58, 2009) Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini di gunakan yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Buku Metodologi Penelitian dinyatakan bahwa “Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumusrumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek atau variabel
tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Tabel 02 Pedoman Konversi SkalaLima tentang Perkembangan Kognitif dalam pengenalan lambang bilangan Kriteria Perkembangan Kognitif dalam Pengenalan Lambang Bilangan 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan perkembangan Berdasarkan perhitungan dari grafik kognitif dalam mengenalbilangan pada polygon diatas terlihat Mo=Me<M anak kelompok A di TK Pra Widya Dharma (9=9<9,5), sehingga dapat disimpulkan Satra. sebaran data hasil perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada HASIL DAN PEMBAHASAN siklus I merupakan kurve juling positif. Penelitian tindakan kelas ini Dengan demikian dapat diinterpretasikan dilaksanakan pada anak kelompok A bahwa skor perkembangan kognitif dalam Semester II di TK Pra Widya Dharma Satra mengenal lambang bilangan pada anak dengan jumlah anak sebanyak 12 orang. kelompok A semester II di TK Pra Widya Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama Dharma Satra Tahun Pelajaran 2013/2014 dua bulan yaitu dari tanggal 3 Maret sampai cenderung rendah. 30 April 2014.Penelitian ini dilaksanakan Berdasarkan rata-rata persentase, nilai dalam dua siklus dimana masing-masing M% pada siklus I sebesar 59,37% yang siklus terdiri dari tiga belas kali pertemuan dikonversikan ke dalam PAP skala lima, yakni 8 kali pertemuan untuk kegiatan seperti yang terlihat pada tabel 02 berada pembelajaran (memberikan tindakan) dan 5 pada tingkat penguasaan 55-64% yang kali pertemuan untuk penilaian (evaluasi). berarti bahwa perkembangan kognitif dalam Data yang dikumpulkan yaitu penerapan mengenal lambang bilangan pada anak model pembelajaran Teams Games berada pada kriteria rendah. Tournament (TGT) berbantuan media Adapun kendala-kendala yang dihadapi puzzle untuk meningkatkan perkembangan peneliti saat penerapan siklus I adalah kognitif dalam mengenal lambang bilangan. sebagai berikut. Pada pertemuan awal, Data yang diperoleh tersebut dianalisis Siswa belum mampu memasangkan puzzle dengan menggunakan metode yang telah sesuai dengan gambarnya dan belum ditetapkan sebelumnya.Hasil analisisnya mampu mencoba sendiri dalam memasang dipaparkan sebagai berikut. potongan puzzle, Masih banyak siswa yang kurang fokus dan belum mampu mengikuti perintah yang telah diberikan secara lisan, 5 Siswa belum mampu mengelompokkan 4 potongan-potongan puzzle sesuai dengan 3 bentuknya, warnanya dan menyebutkan 2 jumlah kepingan puzzle yang di perlihatkan. 1 Adapun solusi yang bisa dilakukan 0 untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut.a) Menjelaskan 8 9 10 11 12 Skor (X) kembali model pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan, dalam hal ini model Grafik 1. Data Perkembangan Kognitif pembelajaran kooperatif tipe Teams Games dalam mengenal lambang Tournament (TGT), hal ini bertujuan agar bilangan pada anak Pra Widya anak lebih memahami model pembelajaran Dharma Satra pada Siklus I kooperatif tipe Teams Games Tournament
frekuensi (f)
Persentase
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
frekuensi (f)
(TGT) tersebut sehingga anak mampu lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan, b) Menjelaskan bahan dan media yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran serta meragakan cara penggunakan media tersebut sehingga anak mengerti dan memahami bahan tersebut. Pada perteman selanjutnya yaitu pada siklus ke-2, menambahkan media puzzle serta puzzle yang dipakai berisi berbagai macam potongan gambar, potongan angka, sehingga lebih menarik minat anak dalam menyusun puzzle tersebut, c) Membimbing dan mendampingi anak dalam melaksanakan kegiatan, agar anak bisa terfokus dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan. Siklus II dilakukan sama seperti siklus I. Data perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada penelitian siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menghitung Modus (Mo), Median (Me) dan Mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima. 5 4 3 2 1 0 12
13
14
15
16
Skor (X) Grafik 2. Data Perkembangan Kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak TK Pra Widya Dharma Satra pada Siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (12<13<13,41), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada Siklus II merupakan kurva juling positif. Nilai M% = 83,81% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 02 berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa perkembangan kognitif anak berada pada kriteria tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II
adalah sebagai berikut.Secara garis besar interaktisi proses pembelajaran berjalan sesuai dengan program yang direncanakan dan dapat menarik minat anak dalam belajar, sehingga kemampuan kognitif pada anak dengan menggunakan media puzzle dapat tercapai sesuai yang diharapkan, Bimbingan dan pendekatan yang dilakukan memberikan motivasi kepada anak agar mereka merasa diperhatikan atas segala kebutuhan maupun kekurangan yang dimiliki anak, Anak yang awalnya kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi aktif. Secara umum pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) telah berjalan dengan efektif dan baik. Hal ini terlihat ada peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 59,37% siklus I meningkat ke siklus II menjadi sebesar 83,81%. Dari adanya peningkatan rata-rata presentase (M%) peningkatan kemampuan kognitif dari siklus I dan siklus II, sehingga penelitian PTK ini cukup sampai di siklus II dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikut. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media puzzle dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak dapat diuraiakan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam pengenalan lambang bilangan pada kelompok A semester II di TK Pra Widya Dharma Satra pada siklus I sebesar 59,37% dan rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak kelompok A semester II di TK Pra Widya Dharma Satra pada siklus II sebesar 83,81%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24,44%.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Peningkatan kemampuan kognitif diakibatkan karena adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), dengan media puzzleyang dapat merangsang anakuntuk mencapai tujuan keberhasilan pada kemampuan kognitifnya. Menurut Wartono (dalam Marhaeni, 2013:154) menjelaskan bahwa TGT merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Implementasi tournament pada penelitian ini yaitu diadakannya perlombaan dalam bermain menyusun kepingankepingan puzzle menjadi bentuk semula. Dalam perlombaan menyusun media puzzle anak-anak diharapkan saling bekerjasama dengan anggota kelompokknya untuk menyelesaikan menyusun puzzle tersebut, dengan demikian kelompok yang lebih pertama menyelesaikan media puzzle tersebut akan menjadi pemenangnya. Dalam penerapan tournament berbantuan media puzzle, kecepatan waktu yang sangat berperan penting karena waktu yang akan menentukan siapa atau kelompok mana yang akan menjadi pemenangnya. Menurut Heinich, Molenda dan Russell (dalam Zaman, 2008:4.4) menjelaskan bahwa media merupakan saluran komunikasi. Media memiliki peranan penting di TK, karenan anak masih masuk dalam perkembangan berpikir pra operasional konkrit. Suatu hal atu tema yang ingin dibicarakan kepada anak menggunakan benda nyata atau miniatur dari benda tersebut untuk memudahkan anak mengetahui hal tersebut. Salah satunya melalui media puzzle pada suatu proses pembelajaran. Keunggulan media puzzle pada penelitian ini yaitu anak mengenal bentukbentuk yang tidak beraturan dan gambargambar yang terdapat pada puzzle dapat menarik minat siswa dalam merangkainya. Media puzzle dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk merangsang perkembangan kognitif anak khususnya dalam pengenalan lambang bilangan. Penggunaan media puzzle dapat mengekplorasi pengetahuan anak tentang suatu tema yang sedang diajarkan,
misalnya pada media puzzle binatang. Anak-anak dapat mengamati jumlah kaki binatang, jumlah gambarnya dan sebagainya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam penelitian ini dibantu dengan media puzzle. Puzzle dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk merangsang perkembangan kognitif anak khususnya dalam mengenal lambang bilangan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) berbantuan media puzzle dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak TK pada kelompok A semester II di TK Pra Widya Dharma Satra tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan kognitif pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan kognitif sebesar 59,37% yang berada pada katagori rendah menjadi sebesar 83,81% yang berada pada katagori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24,44%. Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.Disarankan kepada guru-guru yang mengajar di TK agar selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Anak Usia Dini agar dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan minat anak untuk belajar, Kepada Kepala Sekolah TK, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang model pembelajaran dan media belajar yang tepat digunakan pada proses pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien, inovatif dan menyenangkan, Kepada para peneliti lainnya agar mengadakan penelitian lebih lanjut masalah pemanfaatan strategi belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) dengan mengembangkan variabel lain.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) DAFTAR RUJUKAN Agung,
2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.
Arikunto Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Marhaeni, 2013. Landasan dan Inovasi Pembelajaran. (tidak diterbitkan) Program Pascasarjana. Singaraja: Undiksha. Mansur Muslic. 2009. Melaksanakan PTK itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: Sinar Grafika Offset. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jeans Piaget. Yogyakarta: Kenisus. Sujiono, dkk. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Zaman, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: sUniversitas Terbuka.