PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI PELUANG UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
Oleh SARAH NURVENTIA E1R 011 045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016 i
ii
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Materi Peluang Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMKN 1 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 ABSTRAK Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 1 SMKN 1 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga mengakibatkan siswa terlihat tidak aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mengandung unsur kerjasama kelompok dan adanya permainan yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi Peluang siswa kelas X Akuntansi 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi melalui penerapan model kooperatif tipe TGT yang terdiri dari tahap penyampaian tujuan pembelajaran, penyajian materi, belajar dalam kelompok (teams), permainan akademik (games tournament), penghargaan kelompok, dan penutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada silus I adalah 42,5 dengan kategori aktif. Kemudian pada siklus II ratarata skor aktivitas siswa yaitu 52,5 dengan kategori sangat aktif. Sedangkan hasil evaluasi siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan kalsikal yang dicapai adalah 83,78% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,92. Hasil evaluasi siklus I ini dapat dikatakan meningkat dari sebelum melaksanakan penelitian, namun hasil ini belum mencapai ketuntasan klasikal yang ingin dicapai pada indikator keberhasilan. Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 89,19% dengan nilai rata-rata kelas 83,92. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada tiap siklus. Dengan melihat keseluruhan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembalajaran Kooperatif Tipe TGT pada materi peluang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci : Model pembelajaran Kooperatif tipe teams games tournament (TGT), aktivitas belajar, hasil belajar.
iii
IMPLEMENTATION OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) COOPERATIVE LEARNING MODEL ON PROBABILITY TOPICS TO ENHANCE STUDENTS’ ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT OF CLASS Xth ACCOUNTING 1 IN SMK NEGERI 1 MATARAM ACADEMIC YEAR 2014/2015 ABSTRACT Students’ activities and learning achievement of class X Accounting 1 in SMKN 1 Mataram in academic 2014/2015 are still low. This is because the learning model used by teacher less vatiatif which effect the students seem not active in learning process. One of the learning model which can enhance the students’ activity and learning achievement is cooperative learning model of teams games tournament (TGT) type. This cooperative learning type of TGT learning model contains elements of group work and game which can enhance students learning activity. This research aims to enhance students’ activity and learning achievement in the matery of probability in class X Accounting 1 SMKN 1 mataram inacadeic year 2014/2015 through the application of cooperative type of team game tournament (TGT) learning model. This research is a class action research which done in two cycles which consist of planning stage, action execution, observation and evaluation, and reflection of the application of cooperative type teams games tournament learning model which consist of delivering learning objective, presenting matery, learning in group (team), academic games (games tournament), group appreciation, and closing. The result of the research shows that the mean score of students activity in cycle I is 42,5 with active category. Then in cycle II the mean score o students’ activity is 52,5 with very active category. While the evaluation result in cycle I shows that the klasikal completeness reached 83,78% with the mean score of 73,92. The evaluation result of cycle I can be said increase than beore doing this research, but this result is still low and didn’t reach the target score of success indicator. While in cycle II the completeness of students’ learning achievement klasikally grained 89,19% with the mean score 83,92. The result shows that there is an enhanced of student activity and learning achievement in every cycle. From the whole result of the research, it can be concluded that the application of cooperative type of TGT learning model in the matery of probability can enhance students’ activity and learning achievement in class X Accounting 1 SMKN 1 Mataram in academic year 2014/2015. Keywords : Cooperative type of teams games tournament (TGT) learning model, learning activity, learning achievement.
iv
I.
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merupakan pendukung bagi keberadaan ilmu-ilmu lainnya. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan matematika. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu melibatkan matematika dalam berbagai aktivitas seperti berhitung, mengolah, dan menyajikan suatu data. Oleh sebab itu matematika sangat penting untuk dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Pentingnya peranan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari, seharusnya menjadikan matematika sebagai salah satu pelajaran yang menyenangkan dan digemari oleh siswa. Berdasarkan wawancara langsung peneliti terhadap sebagian siswa di SMK Negeri 1 Mataram, siswa-siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika identik dengan angka-angka atau variabel yang rumit dan susah untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan siswa kelas X Akuntansi 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika yang terlihat dari rendahnya ketuntasan klasikal mata pelajaran matematika semester ganjil pada kelas ini yang hanya mencapai 25,64 %, dengan kata lain terdapat 29 siswa yang tidak tuntas dari 39 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 didapatkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 1 tersebut disebabkan oleh rendahnya aktivitas siswa dalam belajar seperti: 1) siswa tidak mau bertanya tentang materi yang belum dipahami karena takut atau malu membuat kekeliruan yang ditunjukkan dengan kurangnya inisiatif siswa dalam bertanya, 2) tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 3) sebagian besar siswa tidak fokus di dalam pembelajaran yang terlihat dari rendahnya respon siswa dalam menanggapi penjelasan yang disampaikan oleh guru. Penguasaan konsep siswa terhadap materi ajar juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru matematika, diketahui bahwa penguasaan konsep siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2013/2014 terhadap materi matematika cukup rendah. Salah satu materi yang memiliki nilai rata-rata paling rendah di semua kelas X semester genap tahun pelajaran 2013/2014 adalah materi peluang dengan nilai rata-rata 67,64. Hal ini dikarenakan siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Sebagian besar siswa tidak bisa menyelesaikan soal-soal saat permasalahan yang 1
diberikan berbeda dengan apa yang sudah dijelaskan oleh guru meskipun masih dalam materi pembelajaran yang sama. Selain itu model pembelajaran yang digunakan guru juga kurang bervariasi, dimana model pembelajaran yang digunakan sepenuhnya tidak melibatkan siswa di dalam pembelajaran. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan sebagian besar siswa hanya mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, dan mengerjakan latihan soal. Dalam model pembelajaran seperti ini, interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru tergolong rendah, hanya sebagian kecil siswa yang merespon ketika guru memberikan pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Rendahnya interaksi antar siswa dan guru juga terjadi pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Pada kelas ini siswa hanya mendengar dan menerima penjelasan guru tanpa banyak bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Hal ini dapat menyebabkan nilai pada materi peluang kembali rendah. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada kelas ini adalah model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat terlibat aktif di dalam pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dapat melibatkan siswa untuk aktif di dalam pembelajaran dan membantu siswa memahami materi pelajaran melalui diskusi kelompok dan permainan akademik (games tournament). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini terdiri dari tahap penyampaian motivasi dan tujuan pembelajaran, penyajian materi, belajar dalam kelompok (teams), permainan akademik (games tournament), pemberian penghargaan, dan penutup. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menggunakan games tournament atau permainan akademik dimana siswa berlomba sebagai wakil kelompok mereka dengan anggota kelompok lain untuk mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat guru pada meja turnamen. Dalam permainan akademik ini siswa-siswa berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Siswa yang berperan sebagai pembaca soal bertugas untuk membacakan soal kepada pemain dan penantang. Kemudian pemain dan penantang mengerjakan soal sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Adanya permainan akademik ini mampu menumbuhkan rasa tanggung 2
jawab, saling menghargai, serta mendorong siswa untuk menguasai materi pembelajaran. Permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT ini menyebabkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan persaingan sehat. Selain itu guru memberikan penghargaan bagi kelompok siswa yang mengumpulkan skor terbanyak saat TGT berlangsung. Hal ini dapat meningkatkan antusias siswa sehingga siswa dapat menikmati pembelajaran. Dengan antusias belajar yang tinggi mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Oleh sebab itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diterapkan pada kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Materi Teams Games Tournament dirujuk dari [11], [17], materi penelitian tindakan kelas dirujuk dari [10], materi ketuntasan hasil belajar secara klasikal dirujuk dari [22], materi konsep permainan dirujuk dari [4], materi konsep penghargaan dirujuk dari [8].
II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksi tindakan melalui beberapa siklus yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam penelitian terdiri dari dua siklus dimana tahapan pada tiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tidakan, tahap observasi dan evaluasi, serta tahap refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Mataram, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas Akuntansi 1 Semester genap tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), dengan tahapan-tahapan yang dilalui dari masing-masing siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun jenis data yang diperoleh berasal dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa, data aktivitas mengajar guru, dan data hasil evaluasi belajar siswa. Data aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar 3
siswa dan lembar observasi aktivitas guru yang dilaksanakan pada tiap pertemuan pada saat tindakan kelas. Sedangkan data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes evaluasi kepada siswa di tiap akhir siklus. Ditentukan pula ketuntasan belajar klasikal dengan rumus
, dengan
adalah Persentase ketuntasan belajar,
Banyaknya siswa yang memproleh nilai lebih besar dari atau sama dengan 75, dan
adalah adalah
Banyaknya siswa yang mengikuti evaluasi. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa meningkat apabila aktivitas siswa minimal berkategori aktif setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT di tiap siklusnya dan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila persentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% atau minimal 85% dari jumlah seluruh siswa mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 75.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian siklus I dan siklus II diberikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Siklus Pertemuan Ke ke I
II
1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata
Aktivitas siswa Skor
Kategori
42 43 42,5 52 53 52,5
Aktif Aktif Aktif Sangat Aktif Sangat Aktif Sangat Aktif
Hasil Belajar Siswa Nilai Ketuntasan rata-rata Klasikal 73,92
83,78%
83,92
89,19%
Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada siklus I skor aktivitas siswa pada pertemuan pertama adalah 42 dengan kategori aktif dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 43 dengan kategori aktif. Sehingga rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I adalah 42,5 dengan kategori aktif. Hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk aktivitas belajar siswa yaitu minimal berkategori aktif. Aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I ini cukup tinggi dikarenakan sebagian besar siswa antusias dalam melakukan games tournament dimana siswa sudah menjalankan perannya dengan baik walaupun belum maksimal. Meskipun skor aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan dalam 4
penelitian ini, namun penelitian pada siklus I ini belum dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan persentase ketuntasan belajar secara klasikal siswa berada di bawah indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu minimal 85%. Pada siklus I ini, persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya mencapai 83,78%, dimana dari 37 orang siswa yang mengikuti tes evaluasi hanya 31 siswa yang mendapatkan nilai di atas 75 sedangkan 4 siswa lainnya tidak tuntas dikarenakan mendapat nilai di bawah 75. Rendahnya persentase ketuntasan belajar secara klasikal ini dikarenakan belum optimalnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I ini. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor guru maupun faktor siswa. Dari faktor siswa diantaranya siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini karena siswa baru pertama kali mengikuti pembelajaran seperti ini yang mengakibatkan waktu dalam mengerjakan soal latihan berupa game terasa terburu-buru. Selain itu masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal pada saat evaluasi. Interaksi siswa dengan guru juga masih kurang dalam hal mengungkapkan pendapatnya kepada guru, dan sedikitnya siswa yang mengeluarkan pendapat pada saat menyimpulkan materi pembelajaran. Penyebab lainnya adalah peran siswa dalam diskusi kelompok cukup rendah. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok, ada beberapa siswa yang tidak fokus pada pekerjaan kelompoknya. Sedangkan dari faktor guru yaitu guru kurang memanajemen waktu dengan baik terutama pada saat penempatan siswa dalam meja-meja turnamen. Selain itu saat melakukan evaluasi, guru tidak menginformasikan prosedur penilaian kepada siswa. Akibatnya beberapa siswa tidak menuliskan langkah penyelesaian dengan lengkap sehingga tidak mendapatkan skor maksimal. Sesuai dengan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II. Tindakan tersebut adalah penyempurnaan terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Perbaikan-perbaikan tersebut yaitu: guru tegas menegur siswa yang mengerjakan hal lain di luar matematika, guru memberi tanda ketukan pada meja untuk membatasi waktu game berlangsung, guru lebih aktif memantau aktivitas siswa selama proses pembelajaran terutama pada saat diskusi kelas, guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendorong siswa mengeluarkan pendapatnya selama proses
5
pembelajaran berlangsung, dan guru memberikan tambahan latihan soal kepada siswa berupa tugas pekerjaan rumah. Hasil penelitian siklus II menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama jumlah skor yang diperoleh adalah sebesar 52 dengan kategori sangat aktif dan pertemuan kedua memperoleh skor 53 dengan kategori sangat aktif. Sehingga rata-rata skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yaitu dari 42,5 meningkat menjadi 52,5 dengan kategori sangat aktif. Ini dikarenakan siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran dan mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini terlihat dari antusias siswa yang cukup tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Interaksi yang terjadi antara siswa dan guru juga sudah berjalan dengan baik, dimana siswa dapat menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bahkan sebagian siswa sudah dapat mengungkapkan pendapatnya kepada guru mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, kedisiplinan siswa dalam belajar juga merupakan faktor yang menyebabkan meningkatnya skor aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang selalu tertib mendengar penjelasan yang disampaikan guru dan sesekali bertanya mengenai apa yang belum dimengerti. Hal ini berdampak pada hasil evaluasi siswa. Hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Pada Tabel 1 terlihat bahwa ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 89,19% dari 83,78% pada siklus I dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II ini yaitu sebesar 83,92. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II dan indikator keberhasilan telah tercapai. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan siswa yang sudah memahami dengan baik materi yang diajarkan oleh guru. Selain itu, siswa juga sudah mampu menerapkan konsep peluang dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Penyebab lainnya adalah sudah optimalnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada siklus II ini. Meningkatnya hasil belajar siswa tersebut didukung oleh peran guru yang telah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai perencanaan yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I dan siklus II berada pada kategori sangat baik. 6
Hal ini menunjukkan bahwa keterlaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sudah berjalan sangat baik. Dimana guru telah menyesuaikan jalannya pembelajaran dengan perangkat pembelajaran yang telah dibuat dan menyesuaikan dengan sintaks pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini. Adapun sintaks dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini yaitu: 1) guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) guru menyampaikan materi pembelajaran, 3) siswa belajar dalam kelompok (Teams) dimana siswa dibagi ke dalam kelompok kooperatif yang heterogen untuk bekerjasama dalam menyelesaikan Lembar latihan Siswa (LLS), 4) siswa melakukan permainan akademik (games tournament) dimana guru memfasilitasi siswa untuk
bertanding
dan
mengumpulkan
skor
sebanyak-banyaknya
untuk
kelompok
kooperatifnya 5) guru memberikan hadiah sebagai penghargaan (reward) kepada kelompok terbaik 6) guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan pembelajaran sementara guru mengklarifikasi dan menambahkan hasil pendapat siswa. Meskipun guru telah melaksanakan proses mengajar dengan sangat baik, masih terdapat beberapa kekurangan yang terjadi. Adapun kekurangan-kekurangan tersebut antara lain, pada pertemuan pertama siklus I guru tidak memberikan batasan waktu dalam rotasi permainan, dan suara guru kadang tidak terdengar oleh siswa yang duduk di belakang. Namun kekurangankekurangan ini telah diperbaiki pada siklus II sehingga proses mengajar guru pada siklus II dapat dikatakan sudah maksimal. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, terlihat adanya perubahan positif dari siswa baik dari segi keaktifan maupun hasil belajarnya. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena dalam pembelajaran ini terdapat permainan sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Permainan merupakan proses yang menarik bagi siswa. Suasana yang menarik itu menyebabkan proses belajar mengajar menjadi lebih bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat dan dipahami. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT pada penelitian ini, terdapat permainan yang melibatkan semua siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dimana
siswa didorong agar
mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya untuk kelompok kooperatif mereka. Permainan 7
akademik atau games tournament yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kompetisi antar siswa. Adanya reward atau penghargaan pada model pembelajaran ini mampu mendorong siswa untuk aktif selama proses belajar mengajar. Penghargaan adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pembelajaran Kooperatif tipe TGT ini siswa semakin termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini secara optimal dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT secara optimal dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X Akuntansi 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2014/2015 pada materi Peluang. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II yaitu dari 42,5 dengan kategori aktif meningkat menjadi 52,5 dengan kategori sangat aktif. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT secara optimal dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 1 SMKN 1 Mataram tahun pelajaran 2014/2015 pada materi Peluang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari 83,78% meningkat menjadi 89,19% pada siklus II. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yaitu dari 73,92 pada siklus I dan meningkat menjadi 83,92 pada siklus II. 3. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini adalah: a. Penyampaian motivasi dan tujuan pembelajaran yang ingin diapai b. Penyajian materi. Pada fase ini guru menyampaikan materi ajar.
8
c. Belajar dalam kelompok (Teams). Pada fase ini siswa terbagi dalam beberapa kelompok yang heterogen untuk bekerjasama menyelesaikan Lembar Latihan Soal (LLS) yang diberikan oleh guru. d. Permainan akademik (Games Tournament). Pada fase ini setiap siswa akan bertanding dengan siswa lainnya yang memiliki kemampuan yang sama untuk bergabung pada meja-meja turnamen dan berkompetisi menjawab soal guna mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya bagi kelompok kooperatifnya. e. Penghargaan kelompok (reward). Penghargaan ini diberikan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi pada fase game tournament. f. Penututup. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya menyimpulkan pembelajaran. Sementara guru mengklarifikasi dan menambahkan hasil pendapat siswa. B. Saran Adapun saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru matematika kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Mataram diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai alternatif model pembelajaran yang efektif untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini diharapkan untuk mencoba menerapkan pada materi lain yang karakteristiknya sesuai dengan model pembelajaran tersebut. 3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan penelitan yang dilakukan peneliti yaitu: a. Mempersiapkan media pembelajaran dengan sebaik mungkin b. Pengelolaan kelas harus dilakukan sebaik mungkin c. Alokasi waktu dalam TGT diatur sebaik mungkin.
9
DATAR PUSTAKA [1] Aksin, Nur dan Anna Yuni. 2014. Matematika Pelajaran Wajib. Klaten: PT Intan Pariwara. [2]Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. [3] Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem Bandung: Bumi Aksara. [4] Herminarto dan Hamzah. 2003. Teori motivasi dan aplikasinya dalam penelitian. Gorontalo: Nurul Jannah. [5] Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. [6] Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: SUKA-Press UIN Kalijaga. [7] Irzani. 2009. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Media Grafindo Press. [8] Isjoni. 2010. Kooperatif Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. [9] Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta. Pustaka pelajar. [10] Kunandar. 2013. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: PT Raja Grafino Persada. [11] Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama [12] Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning: Mempraktikkan Kooperatif di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.. [13] Masrihani, Tuti dkk. 2008. Matematika Program Keahlian Akuntansi dan Penjualan untuk SMK. Jakarta: Erlangga. [14] Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. [15] Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. [16] Riyanto. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC. [17] Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [18] Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo. [19] Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 10
[20] Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, Riset dan praktik. Bandung: Nusa Media [21] Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. [22] Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. [23] Sujana, I Made. 2010. Workhsop Penelitian Tindakan Kelas. Lombok NTB: Arga Puji Press. [24] Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [25] Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. [26] Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
11