EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH
NUZULIA MUFIDA S850908118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Tesis Diajukan oleh: NUZULIA MUFIDA S850908118 Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing: Pada tanggal: …………………..
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc, Ph.D.
Drs. Budi Usodo, M.Pd.
NIP. 19630826 198803 1 002
NIP. 19680517 199303 1 002
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si. NIP 19660225 199302 1 002
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX MTs NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Disusun oleh: NUZULIA MUFIDA S850908118 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji: Pada tanggal: …………………..
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Mardiyana, M.Si.
……………………
Sekretaris
: Dr. Riyadi, M.Si.
……………………
Anggota Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc., Ph.D. …………………… 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd.
……………………
Mengetahui Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D.
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP. 19570820 198503 1 004
NIP 19660225 199302 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
xv
ABSTRACT
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
5
C. Pembatasan Masalah
5
D. Perumusan Masalah
6
E.
Tujuan Penelitian
7
F.
Manfaat Penelitian
7
LANDASAN TEORI
9
A. Tinjauan Pustaka
9
1.
Pengertian Belajar
2.
Hakikat Matematika
10
3.
Pengertian Belajar Matematika
12
4.
Prestasi Belajar Matematika
14
iv
9
5.
Pendekatan Konstruktivisme
16
6.
Pembelajaran Kooperatif
17
7.
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
24
8.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe
9.
B
BAB III
27
Pembelajaran Konvensional
32
10. Gaya Belajar Siswa
33
Penelitian yang Relevan
38
C. Kerangka Berpikir
40
D. Hipotesis Penelitian
43
METODOLOGI PENELITIAN
44
A. Tempat Penelitian
44
B. Waktu Penelitian
44
C. Jenis Penelitian
45
D. Populasi dan Sampel
46
E.
F.
BAB IV
TGT
1.
Populasi
46
2.
Sampel
47
Teknik Pengumpulan Data
47
1.
Variabel Penelitian
47
2.
Metode Pengumpulan Data
49
3.
Instrumen Penelitian
50
Teknik Analisis Data
58
1.
Uji Keseimbangan
58
2.
Uji Prasyarat Analisis
59
3.
Pengujian Hipotesis Penelitian
62
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
71
A. Deskripsi Data
71
1.
Instrumen Tes Prestasi Belajar
71
2.
Instrumen Gaya Belajar
73
3.
Data Prestasi Belajar Matematika dan Gaya Belajar
74
v
BAB V
B. Uji Keseimbangan
77
C. Uji Prasyarat Analisis Data
78
1.
Uji Normalitas
78
2.
Uji Homogenitas
78
D. Hasil Analisis Uji Anava
79
E.
81
Pembahasan Hasil Analisis Data
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
84
A. Kesimpulan
84
B. Implikasi
85
C. Saran
86
DAFTAR PUSTAKA
88
LAMPIRAN
91
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1.
Penempatan siswa dalam tim dalam meja turnamen
Gambar 2.2.
Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa dalam satu meja turnamen
vii
26
31
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1.
Rancangan Penelitian
45
Tabel 3.2.
Tata Letak Data Penelitian
63
Tabel 3.3.
Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan
67
Tabel 4.1.
Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dan Skor Nilai Gaya Belajar Siswa
Tabel 4.2.
76
Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Dikelompokkan Berdasarkan Model Pembelajaran
Tabel 4.3.
76
Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Gaya Belajar Siswa
Tabel 4.4.
76
Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa
76
Tabel 4.5.
Rangkuman Uji Normalitas
78
Tabel 4.6.
Rangkuman Uji Homogenitas
78
Tabel 4.7.
Rangkuman Hasil Analisis Dua Jalan dengan Sel Tak
79
Sama Tabel 4.8.
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
viii
79
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Rencana Pembelajaran Model Kooperatif Tipe TGT
91
Lampiran 2.
Contoh Cara Membuat Kelompok Diskusi
143
Lampiran 3.
Contoh Daftar Kelompok
144
Lampiran 4.
Contoh Pembagian Kelompok pada Meja Turnamen
145
Lampiran 5.
Kisi-kisi Soal Uji Coba
146
Lampiran 6.
Soal Tes Uji Coba
148
Lampiran 7.
Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar
155
Lampiran 8.
Uji Coba Angket Gaya Belajar
158
Lampiran 9.
Uji Reliabilitas, Derajat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tes Uji Coba
163
Lampiran 10.
Uji Reliabilitas Angket
165
Lampiran 11.
Uji Konsistensi Internal Angket
171
Lampiran 12.
Uji Keseimbangan
174
Lampiran 13.
Kisi-Kisi Soal
177
Lampiran 14.
Soal Tes Prestasi Belajar
179
Lampiran 15.
Kisi-Kisi Penyusunan Angket Gaya Belajar Siswa
185
Lampiran 16.
Angket Gaya Belajar Siswa
188
Lampiran 17.
Lembar Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar
192
Lampiran 18.
Lembar Validasi Instrumen Angket Gaya Belajar
194
Lampiran 19.
Data Penelitian dan Deskripsi Data
200
Lampiran 20.
Uji Normalitas
208
Lampiran 21.
Uji Homogenitas
217
Lampiran 22.
Uji Hipotesis
219
Lampiran 23.
Tabel – Tabel
224
Lampiran 24.
Surat – Surat
230
ix
ABSTRAK Nuzulia Mufida, NIM. S850908118, Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX MTs Negeri Se Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010. Tesis, Surakarta, Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. (2) Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. (3) Manakah diantara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran konvensional yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah kelas IX semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang berada di Kabupaten Klaten. Sampel penelitian ini adalah kelompok eksperimen (TGT) terdiri dari MTs Negeri Klaten sebanyak 37 siswa, MTs Negeri Trucuk sebanyak 35 siswa dan MTs Negeri Mlinjon sebanyak 35 siswa, jumlah siswa kelompok eksperimen adalah 107. Sedangkan kelompok kontrol (konvensional) terdiri dari MTs Negeri Klaten sebanyak 37 siswa, MTs Negeri Trucuk sebanyak 34 siswa dan MTs Negeri Mlinjon sebanyak 38 siswa, jumlah siswa kelompok kontrol adalah 109. Jadi banyaknya sampel seluruhnya 216 siswa diperoleh dengan cara cluster random sampling cara undian. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket, dan tes. Analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil penelitian menunjukkan; (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis bahwa Fa = 17,541 > 3,84 = Ftab dengan rata-rata 52,916 pada siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan 45,224 rerata pada siswa yang dikenai pembelajaran konvensional; (2) gaya belajar siswa yang berbeda-beda tidak memberikan prestasi belajar yang berbeda pula, dengan hasil analisis Fb= 2,549 < 3,00 = Ftab; (3) tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dan penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa dengan hasil analisis Fab = 0,0216 < 3,00 = Ftab, yaitu siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing gaya belajar matematika (visual, auditorial maupun kinestetik).
x
ABSTRACT Nuzulia Mufida, NIM. S850908118, The experimentation of Cooperative Learning Model Teams-Games-Tournament type (TGT) on subject matter of Space Curve viewed from learning style of Class IX MTs in Klaten Region Period 2009/2010. Thesis, The Program of Mathematics Education, Post Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2010. This research aims to find out: (1) Whether cooperative learning model TGT'S types give the better achievement compared with conventional learning models. (2) Whether student learning style which variably give mathematics studying achievements that variably too. (3 ) Which cooperative learning model TGT'S type and conventional learning model that give better mathematics studying achievement on student with visual, auditorial, and kinesthetic learning style. This research is kind of quasi experimental research by 2 x 3 factor design. The population of this research is all students of class IX MTs Negeri in klaten in the first semester of 2009/2010 academic year. The sample of this research involves experimental group (TGT) which consists of 37 students of MTs N Klaten, 35 students of MTs N Trucuk, and 35 students of MTs N Mlinjon. So, there are 107 students for experimental group. Meanwhile, the control group (conventional) consists of 37 students of MTs N Klaten, 34 students of MTs N Trucuk, and 38 students of MTs N Mlinjon. So, there are 109 students for control group. Thus, the sample research constitutes 216 students by cluster random sampling by lottery. Data analysis is carried out by using two ways variance analysis of different cell. The Experimental result; (1) Purpose the cooperative learning model TGT'S types result the better achievement compared with by conventional learning, it pointed out by analysis count result that Fa = 17.541> 3.84 = Ftab with average 52.916 on student that hit by cooperative learning model TGT's type and 45.224 averages on student that hit by conventional learning; (2) students learned style which variably don't give studying achievement that variably too, with analysis result Fb = 2.549< 3.00 = Ftab ; (3) have no interactions among styled learned and learning model purpose to students learned achievement with yielding analisis Fab = 0.0216< 3.00 = Ftab. Its mean is student which given by learning with model cooperative learning TGT's type have the better studying achievement than student that given by good conventional learning model in common and also if viewed from each mathematics learning style (visual, auditorial and also kinesthetic).
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang pesat
sejalan dengan perkembangan zaman, karena itu diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai bobot dan mutu yang tinggi. Sumber daya manusia tersebut dapat dihasilkan melalui jalur pendidikan. Salah satunya dengan menekankan matematika sekolah yang diharapkan akan mempunyai kontribusi yang berarti bagi bangsa masa depan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sujono (1988:20) yang menyatakan bahwa dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna. Mutu pendidikan yang tinggi diyakini mampu membangun insan Indonesia yang beriman, cerdas dan kompetitif. Sementara itu mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Menurut Marpaung (2008:2) mutu pendidikan kita dari tahun ke tahun sejak 1975 sampai sekarang terkesan tidak meningkat, apalagi kalau dibandingkan dengan perkembangan di negara-negara lain termasuk beberapa negara tetangga yang dulu keadaannya relatif sama dengan Indonesia, seperti Korea Selatan, dan Malaysia. Indikator rendahnya mutu pendidikan di Indonesia diantaranya: prestasi wakil-wakil Indonesia pada even-even internasional seperti IMO (International xii
Mathematics Olympiad) tahun 2007 Indonesia ranking 52 dari 93 negara peserta, PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2006 Indonesia rangking 32 dari 33 negara dan prestasi dalam ujian nasional yaitu untuk mencapai skor 5,0 saja sangat sulit bagi banyak siswa dan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Sementara itu data yang dikeluarkan oleh IES (Institute of Education Sciences) tahun 2008, Indonesia menempati peringkat 36 dari 49 negara peserta TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2007 dengan nilai rata-rata 397. Prestasi ini lebih rendah jika dibandingkan negara Malaysia yang menempati peringkat 20 dengan nilai rata-rata 474. Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika. Hal ini menjadikan tantangan bagi setiap guru matematika untuk menyajikan model pembelajaran yang memudahkan siswa, menyenangkan, dan efektif bagi peningkatan hasil belajar matematika. Menurut Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2007:57) sejauh ini paradigma pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi oleh paradigma pembelajaran konvensional, yakni paradigma mengajar siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa. Sementara guru memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai pengetahuan,
xiii
sebagai satu-satunya sumber ilmu. Selama kegiatan pembelajaran, guru cenderung lebih mendominasi kegiatan pembelajaran, dan hampir tidak ada interaksi antar siswa. Kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan menulis dengan tekun, hanya sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Dengan kata lain siswa cenderung pasif. Selain itu dalam sistem pembelajaran konvensional siswa dipaksa untuk bekerja secara individu atau kompetitif tanpa ada banyak kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan sesama. Hal ini dapat menimbulkan sikap dan hubungan negatif dan dapat merusak motivasi siswa. Menurut Anita Lie (2008:11) perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Sejalan dengan Anita Lie, Terry Wood (1999:171) menyatakan bahwa beberapa peneliti seperti Confrey dan Labinowicz telah memperoleh pandangan yang membangun dan berpendapat bahwa siswa akan memahami matematika dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses pembelajaran
xiv
matematika. Sementara menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007) belajar kelompok/kerjasama dipercaya paling efektif karena murid dengan aktif terlibat dalam berbagi ide dan pekerjaan untuk melengkapi tugas akademis Belajar dengan kerja sama (cooperative learning) dapat dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, seperti dengan permainan atau game. Tipe pembelajaran kooperatif yang menggunakan permainan adalah pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa setelah belajar dalam kelompok diadakan turnamen akademik. Dalam turnamen tersebut siswa akan berkompetisi sebagai wakil-wakil dari kelompok mereka dengan anggota kelompok lainnya yang berkemampuan sama. Selain model pembelajaran, ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran, yaitu faktor yang berasal dari siswa. Setiap siswa mempunyai karakteristik gaya belajar yang berbeda. Menurut Melvin (2006:28) kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Sebagian siswa mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Sebagian siswa lain lebih suka belajar dengan terlibat langsung dalam kegiatan, seperti bekerja sama dalam kelompok.
xv
Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda, diharapkan membantu para guru dalam membimbing dan menyajikan model pembelajaran yang memudahkan siswa, menyenangkan dan efektif dalam peningkatan hasil belajar matematika.
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kurang tepatnya model pembelajaran matematika yang digunakan guru dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. 2. Penggunaan model pembelajaran matematika yang berbeda kemungkinan dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. 3. Adanya perbedaan gaya belajar siswa kemungkinan dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar matematika siswa. 4. Karena perbedaan gaya belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa penggunaan suatu model pembelajaran matematika tidak selalu cocok bagi semua siswa.
C.
Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang mungkin timbul, maka
penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:
xvi
1. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada nilai tes hasil belajar siswa MTs kelas IX dengan pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. 2. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. 3. Gaya belajar siswa pada penelitian ini merupakan cara yang dimiliki siswa untuk sukses belajar, yang dibatasi pada gaya belajar menurut Bobbi DePorter yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional? 2. Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula? 3. Diantara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik?
xvii
E.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui: 1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. 2. Apakah gaya belajar siswa yang berbeda-beda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. 3. Manakah di antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
F.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan untuk melihat model pembelajaran koooperatif sebagai suatu alternatif yang menarik dalam memecahkan beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperhatikan gaya belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
xviii
3. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran khususnya dalam topik bangun ruang sisi lengkung. 4. Sebagai bahan masukan bagi penelitian berikutnya.
xix
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian Belajar Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan
dan mendefinisikan makna belajar (learning). Namun, baik secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu (Abin Syamsuddin Makmun, 2001:157). Menurut Paul Suparno (1997:11), orang yang belajar itu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk membentuk pengetahuan. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Ciri-ciri belajar menurut Barr dan Tagg dalam Marpaung (2004:6) adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan itu ada di dalam pikiran orang yang sedang belajar dan dibentuk oleh pengalaman individual. xx
b. Pengetahuan dikonstruksi atau diciptakan. c. Belajar adalah suatu framework yang interaktif dan merupakan suatu ’nesting’ d. Sesuai dengan metafora ’mengendarai sepeda’ e. Belajar berorientasi pada dan dikontrol oleh siswa/mahasiswa. f. Yang dikehendaki adalah ’active’ learner bukan ’live’ teacher. g. Lingkungan belajar dan belajar itu sendiri bersifat kooperatif, kolaboratif, dan ’supportive’. h. Bakat dan kemampuan ’melimpah’. Dari uraian di atas maka pada penelitian ini belajar adalah perubahan proses mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
2.
Hakikat Matematika Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling
sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu menjadi akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lain yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar
xxi
(berpikir). Jadi secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar” (Erman dkk,2001:18). Menurut Paling (Mulyono Abdurrahman, 2003:252) ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masingmasing. Ada yang mengatakan bahwa matematika merupakan perhitungan yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan topiktopik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Lebih lanjut Paling mengatakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Sementara itu Herman Hudojo (1988:3) menyatakan matematika berhubungan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur, dan hubunganhubungannya diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Selanjutnya Herman Hudojo mengemukakan matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan. Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturanaturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis.
xxii
Dari pendapat-pendapat di atas maka pada penelitian ini
matematika
adalah suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan diberi simbol-simbol serta penalarannya deduktif sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia atau ilmu lainnya. 3.
Pengertian Belajar Matematika Robert M Gagne (Bell, 1981:108-109) mengungkapkan dalam belajar
matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain, kemampuan menyelidiki dan memecahkan matematika, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Objek langsung ialah fakta, keterampilan, konsep, dan aturan. 1. Fakta Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan, lambang sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. 2. Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya, membagi sebuah ruas garis menjadi dua buah ruas garis yang sama panjang, melakukan pembagian cara singkat, membagi bilangan dengan pecahan, menjumlahkan pecahan, membagi pecahan desimal.
xxiii
3. Konsep Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan noncontoh. Ambil contoh suatu konsep ialah garis lurus. Dengan adanya konsep itu memungkinkan kita memisahkan objek-objek; apakah objek itu garis lurus atau bukan. 4. Aturan Aturan adalah objek yang paling abstrak. Aturan ini dapat berupa sifat, dalil, dan teori. Contoh aturan ialah “dua segitiga sama dan sebangun bila dua sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen. Menurut Jerome Bruner (Erman dkk, 2001:44-48) dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Michael J. Lawson (2000:26) menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Sementara itu menurut Herman Hudojo (1988:6) seseorang dikatakan belajar matematika bila dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang
xxiv
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku berkaitan dengan matematika yang didapat dari usaha orang tersebut, dimana tingkah laku itu dapat diamati. Dengan demikian pada penelitian ini belajar matematika adalah proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan matematika dimana perlu diperhatikan objek-objek yang dipelajari dan penekanannya pada pemahaman konsep dan struktur-struktur. 4.
Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Sedangkan menurut Tirtonegoro (1984:43) selain adanya perubahan tingkah laku, keberhasilan dalam pembelajaran juga dapat dilihat dari prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa. Prestasi dapat diartikan sebagai penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu. Menurut
Sowell
(Depdiknas,
2001:32),
penilaian
prestasi
dapat
dipersingkat atau diperluas dalam bentuk pertanyaan terbuka (open-ended question) atau bentuk pilihan berganda (multiple choice). Dalam pengertian lebih luas, penilain prestasi dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah, tugas analisis, atau bentuk tugas-tugas lain yang
xxv
memungkinkan
siswa
untuk
mendemonstrasikan
kemampuannya
dalam
memenuhi tujuan dan outcome tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah segala sesuatu yang mempengaruhi proses pembelajaran. Menurut Slameto (2003), proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: a. Faktor jasmaniah yaitu kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c. Faktor kelelahan. 2. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi: a. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.
xxvi
Berdasarkan uraian di atas pada penelitian ini prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui nilai tes hasil belajar pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
5.
Pendekatan Kontruktivisme Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham kontruktivis. Konstruktivisme adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Menurut Sushkin (Isjoni, 2009:32) dalam
teori konstruktivisme,
penekanan diberikan kepada siswa lebih daripada guru. Ini disebabkan siswalah yang berinteraksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru itu siswa membina sendiri konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah. Oleh karena itu, pembelajaran secara konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru berperanan sebagai fasilitator yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah.
xxvii
Prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran menurut Driver dan Bell (Isjoni, 2009:34) yaitu: (a) hasil pembelajaran tidak hanya tergantung dari pengalaman pembelajaran di ruangan kelas, tetapi tergantung pula pada pengetahuan siswa sebelumnya, (b) pembelajaran adalah mengkonstruksi konsepkonsep, (c) mengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam diri siswa, (d) konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang selanjutnya konsep tersebut diterima atau ditolak, (e) siswalah yang sesungguhnya paling bertanggung jawab terhadap cara dan hasil pembelajaran mereka, dan (f) adanya semacam pola terhadap konsep-konsep yang dikontruksi pelajar dalam struktur kognitifnya. Dalam membentuk kepahaman siswa, pembelajaran secara cooperative learning dapat digunakan untuk siswa paham tentang sesuatu konsep dan ide yang lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Proses mengingat akan lebih bermakna setelah memahami sesuatu konsep, siswa akan dapat mengingat lebih lama konsep tersebut, karena mereka terlibat secara aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru.
6.
Pembelajaran Kooperatif Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & Johnson (Isjoni, 2009:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke
xxviii
dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Anita Lie (2008:12) menyatakan bahwa sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur di sebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 sampai 6 orang saja. Sedangkan menurut Slavin (2008:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif diharapkan siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Beberapa ciri dari cooperative learning (Isjoni, 2009:20) adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-
xxix
keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Ada dua teori dalam pembelajaran kooperatif yang dapat menjelaskan keunggulan pembelajaran kooperatif, yaitu teori motivasi dan teori kognitif (Slavin, 2008:34). 1. Teori motivasi Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar, karena motivasi belajar tidak hanya mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam belajar tetapi dapat juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu. Teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur di mana para siswa bekerja. Deutsch (Slavin, 2008:34) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan, yaitu: a. Kooperatif, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap anggota untuk memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. b. Kompetitif, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap anggota menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya. c. Individualistik, yaitu usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Ditinjau dari teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika mereka bisa berhasil. Oleh karena itu, untuk
xxx
mencapai tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan
kelompok
menciptakan
struktur
yang didasarkan penghargaan
pada kinerja kelompok
interpersonal
dimana
anggota
kelompok akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian dan dorongan) dalam merespon usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok. 2. Teori kognitif Menurut Slavin (2008:36), teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak). Terdapat dua kategori dalam teori kognitif, yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif. a. Teori perkembangan Asumsi dasar dari teori perkembangan adalah bahwa interaksi diantara para siswa pada setiap kegiatan/tugas-tugas yang sesuai dapat meningkatkan penguasaan konsep mereka. Vygotsey (Slavin, 2008:36) mendefinisikan wilayah perkembangan paling dekat sebagai “jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level perkembangan
potensial
seperti
yang
ditentukan
melalui
penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau
xxxi
dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu”. Kegiatan kolaboratif di antara anak-anak yang usianya sebaya lebih suka belajar di dalam wilayah perkembangan paling dekat satu sama lain. Perilaku yang diperlihatkan di dalam kelompok kolaborasi lebih berkembang daripada yang dapat mereka tunjukkan sebagai individu. Sementara menurut Piaget (Slavin, 2008:37), pengetahuan tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol (seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Banyak penganut paham Piaget menyerukan untuk meningkatkan penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah. Karena interaksi di antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai materi pelajaran, konflik kognitif akan timbul, alasan yang kurang pas juga akan keluar, dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul. b. Teori elaborasi kognitif Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif,
xxxii
atau elaborasi dari materi (Slavin, 2008:38). Sebagai contoh, menulis
rangkuman
atau
ringkasan
dari
pelajaran
yang
disampaikan guru adalah pelajaran tambahan yang lebih baik daripada sekedar menyalin catatan, karena rangkuman atau ringkasan menuntut para siswa untuk mengatur kembali materinya dan memilih bagian yang penting dari pelajaran tersebut. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi pembicara dan pendengar, antara pembicara dan pendengar akan lebih banyak belajar. Roger dan David dalam Anita lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu: (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok. Pada dasarnya metode cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al (Isjoni, 2009:27), yaitu: 1. Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam
xxxiii
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang metode ini telah menunjukkan, metode struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain metode cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3. Pengembangan keterampilan Sosial Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi.
Keterampilan-
keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Dari uraian di atas maka pada penelitian ini pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran yang di dalam pelaksanaan siswa dibentuk tim kelompok-kelompok kecil yang merupakan percampuran menurut latar
xxxiv
belakang yang berbeda serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu masalah melalui aktif mengemukakan pendapat, mendengarkan kelompok lain, dan menerima perbedaan pendapat.
7.
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Teams-Games-Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh
Davids DeVries dan Keith Edwards (Slavin, 2008:13). Dalam pembelajaran koperatif tipe TGT terdapat lima komponen yaitu: presentasi kelas, tim, game/permainan, turnamen/ pertandingan dan penghargaan tim. 1. Presentasi kelas. Presentasi kelas/penyajian materi digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran secara langsung dan klasikal. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memberi motivasi
pada siswa,
menyajikan materi pokok pelajaran, serta memantau pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. 2. Tim Tim terdiri dari empat sampai enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. Pada kegiatan kelompok ini siswa mempelajari materi yang telah disajikan, sekaligus membantu teman sekelompok yang belum
xxxv
menguasai materi tersebut. Kemudian siswa mengerjakan lembar kegiatan yang diberikan guru. Lembar kegiatan itu harus dikerjakan dengan berdiskusi di dalam kelompok. Jika ada pertanyaan yang belum dijawab di dalam kelompok maka dapat ditanyakan kepada guru. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tekanannya adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya dalam meningkatkan kemampuan akademik. Selain itu tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang seimbang/sama terhadap setiap anggota tim, sehingga timbul rasa dihargai dan adanya penerimaan siswa dalam timnya. 3. Game/permainan Game/permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi pada presentasi kelas dan pelaksanaan kegiatan kelompok/tim. Permainan ini dirancang untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa. Permainan dilakukan oleh tiga atau empat siswa yang berkemampuan setara/sama dan masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kelengkapan permainan biasanya berupa pertanyaan atau soal dan kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor. Siswa yang mendapat giliran mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor yang terambil dan berusaha menjawab pertanyaan.
xxxvi
4. Turnamen/pertandingan Turnamen adalah sebuah struktur di mana permainan berlangsung. Turnamen biasanya dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit setelah guru memberikan presentasi kelas/penyajian materi dan setiap tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan siswa. Dalam turnamen ini tiga atau empat siswa yang setara dan mewakili tim yang berbeda bersaing dalam menjawab soal. Persaingan yang setara ini memungkinkan
siswa
dari
semua
tingkatan
kemampuan
awal
menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Ilustrasi hubungan antara tim yang anggotanya heterogen dan meja turnamen dengan anggota yang homogen adalah sebagai berikut. Contoh penempatan siswa dalam tim dalam meja turnamen TEAM A A-1
A-2
Tinggi
Meja Turnamen
Meja Turnamen
1
B-1
Tinggi
B-2
Sedang
Sedang
2
B-3
B-4
A-3
A-4
Sedang Rendah
Meja Turnamen
Meja Turnamen
3
4
C-1
Sedang Rendah
Tinggi
TEAM B
C-2
Sedang
C-3
C-4
Sedang Rendah
TEAM C
Gambar 2.1. Penempatan siswa dalam tim dalam meja turnamen
xxxvii
Gambar di atas mengilustrasikan penempatan siswa pada meja turnamen berdasarkan ranking nilai prestasi awal pada setiap tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan nilai prestasi awal tertinggi dalam tim dan sebagai meja tertinggi tingkatannya dibanding meja 2. Meja turnamen 2 lebih tinggi tingkatannya dari meja turnamen 3. Sedangkan meja turnamen 4 sebagai meja turnamen yang terendah tingkatannya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada skor mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya dari meja 4 ke meja 3), skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesunguhnya. 5. Penghargaan Tim Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.
8.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Langkah-langkah yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut:
xxxviii
1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 siswa secara heterogen. Langkah yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim adalah sebagai berikut: a. Merangking prestasi siswa Informasi tentang kemampuan siswa dapat diperoleh dari skor ratarata nilai siswa pada tes sebelumnya atau raport siswa sebelumnya. Siswa diurutkan dengan merangking dari yang berkemampuan tinggi ke kemampuan rendah. Jika sulit merangking dengat tepat dapat digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk pendapat sendiri dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat. b. Menentukan banyak tim Pedoman yang dapat digunakan dalam menentukan anggota tim adalah dengan memperhatikan banyak siswa di dalam kelas dan banyaknya anggota setiap tim. c. Penyusunan anggota tim Penyusunan anggota tim didasarkan pada daftar siswa yang sudah diurutkan prestasinya. Diupayakan setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan yang heterogen yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sehingga antara tim yang satu dengan tim yang lain rata-rata kemampuannya seimbang 2. Guru menyampaikan materi atau bahan pelajaran kepada siswa. Kegiatan pokok pada langkah ini adalah guru mempresentasikan pelajaran dalam kelas secara langsung atau diskusi antara siswa dan guru.
xxxix
3. Dengan menggunakan lembar kerja siswa tiap kelompok belajar bersama mendiskusikan materi yang telah dibahas guru. Selama belajar kelompok siswa berada dalam timnya, tugas anggota tim adalah menguasai materi yang diberikan guru, mengerjakan soal-soal yang ada pada lembar kerja dan membantu teman satu tim untuk menguasai materi tersebut. Beberapa prinsip yang perlu dipahami siswa dalam belajar kelompok adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah kelompok dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. b. Siswa dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya kelompok tersebut menjadi tanggung jawab bersama kelompok. c. Siswa dalam kelompok harus berdiskusi satu sama lain untuk menemukan kesimpulan/jawaban suatu masalah. 4. Guru memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan dari masing-masing kelompok 5. Turnamen akademik. Dalam turnamen akademik diperlukan perangkat pembelajaran yaitu kelengkapan turnamen yang berisi: a. Satu lembar pertanyaan bernomor. b. Satu lembar kunci jawaban bernomor.
xl
c. Satu set kartu bernomor. d. Satu lembar pencatat skor Pada awal permainan turnamen diumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. Nomor peringkat meja turnamen diganti dengan nama/huruf, sehingga siswa tidak tahu mana meja yang tinggi dan mana meja yang rendah tingkatannya. Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa dalam satu meja turnamen adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2.
Bagan dari putaran permainan dengan tiga siswa dalam satu meja turnamen
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Pembaca pertama mengocok kartu bernomor dan mengambil kertas yang teratas, kemudian mencari soal yang sesuai dan membacanya dengan keras serta mencoba menjawabnya. Pembaca yang tidak yakin dengan jawabannya diperbolehkan menebak tanpa dikenai sanksi.
xli
Jika isi permainan berupa soal, maka semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan soal tersebut sehingga mereka akan siap menantang, setelah pembaca memberikan jawabannya. Penantang pertama mempunyai kesempatan untuk menantang dengan memberi jawaban berbeda atau melewatinya. Jika penantang pertama lewat dan penantang kedua mempunyai jawaban yang berbeda, maka penantang kedua boleh memberikan tantangan atau melewatinya. Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka penantang kedua mencocokkan jawabannya pada kunci jawaban yang sesuai dan membacanya keras-keras. Pemain yang menjawab dengan benar dapat menyimpan kartu tersebut. Jika penantang pertama dan kedua memberi jawaban salah, maka mereka mendapat sanksi yaitu harus mengembalikan kartu yang dimenangkan sebelumnya. Jika tidak ada yang menjawab dengan benar, maka kartu dikembalikan pada tempatnya. Untuk putaran berikutnya, semua pemain pindah posisi, yaitu penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang pertama, dan pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut seperti yang telah ditentukan oleh guru sampai waktu habis atau jika kartunya habis. Apabila permainan sudah berakhir, para pemain mencatat jumlah kartu yang telah mereka menangkan pada lembar pencatat skor dalam game 1. Jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai waktu habis dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor.
xlii
6. Penghargaan Tim/Kelompok Setelah turnamen selesai, siswa menghitung rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen.
9.
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran matematika konvensional merupakan pembelajaran yang
sering diterapkan oleh sebagian
besar guru matematika di sekolah. Proses
pembelajaran yang berlangsung pada umumnya didominasi oleh guru, siswa dijadikan obyek pembelajaran. Guru berusaha memberikan informasi sebanyakbanyaknya, sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk merenungkan apa yang diberikan guru, dan yang penting bagi mereka adalah dapat menyelesaikan soal-soal berdasarkan contoh-contoh yang telah diberikan. Pembelajaran konvensional umumnya dilaksanakan secara klasikal. Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang diselingi tanya jawab, serta pemberian pekerjaan rumah. Pada pembelajaran konvensional, biasanya menitikberatkan pembelajaran yang menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru kepada siswa, dan siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Menurut Soedjadi (2001) dalam Joko Bekti Haryono (2005:37) pembelajaran di sekolah-sekolah kita selama ini terpateri kebiasaan dengan urutan
xliii
sajian pelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/definisi/teorema, (2) diberikan contoh soal dan (3) diberikan latihan soal. Dalam pembelajaran konvensional lebih menuntut keaktifan guru daripada siswa. Guru berperan lebih dominan dan siswa cenderung pasif. Sehingga peluang siswa untuk mengemukakan dan membahas suatu pandangan atau pendapat kurang. Selain itu siswa tidak mendapatkan kesempatan yang cukup dalam mengembangkan
kreativitasnya.
Hal
ini
bertentangan
dengan
paham
konstruktivisme yang mendasari pembelajaraan kooperatif.
10.
Gaya Belajar Siswa Menurut Sardiman (2001:93) mengajar itu harus memperhatikan gaya
belajar atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi atau menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Selanjutnya dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa. Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki dalam terjemahan Alwiyah Abdurrahman (2000) gaya belajar siswa adalah suatu cara yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat merasakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada orang yang mudah menyerap dan memproses pelajaran melalui mendengarkan informasi dari guru. Ada pula orang orang yang lebih mudah belajar dengan cara membaca buku dan memperhatikan ilustrasi/bagan yang terdapat di dalam buku. Dan ada orang yang
xliv
menyerap pelajaran dengan cara mencoba atau dengan interaksi kelompok. Menurut Blackman dkk (1982) bagi sebagian siswa gaya pembelajar akan menyumbangkan keberhasilan di sekolah tetapi bagi sebagian lainnya malah bisa membawa kemunduran. Tidak ada gaya belajar yang paling benar dan paling baik. Semua gaya belajar akan sesuai jika pembelajar mengenali gaya belajar yang paling cocok untuk dirinya. Dari uraian di atas maka pada penelitian ini gaya belajar adalah cara yang dimiliki siswa untuk sukses belajar Selanjutnya gaya belajar yang dominan dimiliki siswa dibagi menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. 1. Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual adalah cara mudah untuk belajar dengan melihat yaitu mengandalkan penglihatan. Menurut Irvine Clarke III dkk dalam Journal of Marketing Education (2006) pelajar visual terbaik ingat apa yang mereka lihat, seperti gambar, diagram, flow chart, garis waktu, film, dan demonstrasi. Pelajar ingat verbal terbaik di kata-kata lisan, seperti ceramah dan presentasi. Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciriciri siswa dengan gaya belajar visual diantaranya: (1) rapi dan teratur, (2) berbicara dengan cepat, (3) perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, (4) teliti terhadap detail, (5) mementingkan penampilan, dalam hal berpakaian maupun presentasi, (6) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran penulis, (7) lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada didengar, (8) lebih mudah mengingat dengan asosiasi visual, (9) biasanya tidak terganggu dengan keributan,
xlv
(10) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya, (11) pembaca cepat dan tekun, (12) lebih suka membaca daripada dibacakan, (13) membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, (14) mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, (15) lupa menyampaikan pesan verbal, (16) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, (17) lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato, (18) lebih suka seni daripada musik, (19) mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata, dan (20) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan banyak menggunakan simbol dan gambar dalam catatan. Dalam matematika, tabel dan grafik dapat mempermudah dan memperdalam pemahaman. Siswa dengan gaya belajar visual sangat baik mulai belajar dengan gambaran keseluruhan kemudian baru yang detail-detail. 2. Gaya Belajar Auditorial Gaya belajar auditorial adalah cara mudah untuk belajar dengan mendengarkan yaitu mengandalkan pendengaran. Selanjutnya Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciri-ciri siswa dengan gaya belajar auditorial diantaranya: (1) suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, (2) mudah terganggu oleh keributan, (3) menggerakkan bibir dan
xlvi
mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, (4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (5) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara dengan mudah, (6) merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, (6) berbicara dalam irama berpola, (7) biasanya pembicara yang fasih, (8) lebih suka seni suara, (9) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, (10) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar, (11) mempunyai masalahmasalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, (12) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, (13) lebih suka lisan daripada membaca komik dan (14) meminta orang lain untuk mengatakan caranya ketika merangkai sesuatu. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan pelajaran, contoh, dan cerita serta mengulang informasi. Para siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka merekam pada kaset daripada mencatat, untuk didengarkan secara berulang-ulang. Jika guru melihat siswa dengan gaya belajar auditorial mengalami kesulitan dengan suatu konsep, siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka dibantu dengan berbicara dengan diri sendiri untuk memahaminya. 3. Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinestetik adalah cara mudah untuk belajar dengan bergerak, bekerja dan menyentuh yaitu mengandalkan praktik gerakan tubuh.
xlvii
Selanjutnya Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2000) menjelaskan ciri-ciri siswa dengan gaya belajar kinestetik adalah (1) suka berbicara dengan perlahan, (2) menanggapi perhatian fisik, (3) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, (4) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain, (5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, (6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui manipulasi dan praktik, (7) menghafal dengan cara berjalan dan melihat, (8) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, (9) banyak menggunakan isyarat tubuh, (10) tidak dapat duduk diam dalam waktu lama, (11) tidak mudah mengingat secara geografi kecuali jika siswa kinestetik memang telah berada di tempat itu, (12) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, (13) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot yang mencerminkan aksi gerakan tubuh saat membaca, (14) kemungkinan tulisannya jelek, (15) ingin melakukan segala sesuatu, dan (16) menyukai permainan yang menyibukkan. Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai terapan dan suka belajar melalui gerakan. Selain itu siswa paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan untuk setiap fakta. Banyak siswa kinestetik menjauhkan diri dari bangku waktu belajar. Menurut Melvin L. Siberman pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit. Berapa banyak yang dapat ditangkap siswa tentunya bergantung pada cara mereka mendengarkan dan berkonsentrasi.
xlviii
Ketika pemberian pelajaran ditambahkan media visual, ingatan akan meningkat dari 14 hingga 38 persen. B.
Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuning Tyas Wulandari (2007) yang berjudul “Eksperimentasi Metode Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada pokok Bahasan Peluang Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Negeri I Donorojo Tahun Pelajaran 2006/2007”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan prestasi matematika antara siswa yang mengikuti pelajaran dengan metode CTL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional, terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar dan tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dengan gaya belajar siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas peningkatan prestasi belajar matematika yang ditinjau dari gaya belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah perlakuan. Pada penelitian tersebut perlakuannya dengan metode CTL, sedangkan pada penelitian ini perlakunnya pada metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Penelitian yang dilakukan Dewi Susilowati (2004) yang berjudul “Pengaruh
Metode
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Teams-Games-
Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SLTP Negeri Se Kecamatan Sukoharjo”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe
xlix
TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa, dan tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Persamaaan dengan penelitian tersebut pada perlakuannya yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pada subyeknya yaitu siswa SMP/MTs. Sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan matematika dan tinjauannya. Pada penelitian tersebut pokok bahasannya jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium ditinjau dari motivasi belajar siswa, sedangkan pada penelitian ini pokok bahasannya bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari gaya belajar siswa. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Hindarso (2009) yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Pokok Rumus-Rumus Trigonometri ditinjau dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah secara umum penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, secara umum aktivitas belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada
l
perlakuannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan perbedaannya pada subyek, pokok bahasan dan tinjauanya. C.
Kerangka Berpikir Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa menunjukkan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran dan faktor dalam diri yaitu gaya belajar siswa. Pada penelitian ini dijabarkan kaitan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa, yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Kaitan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat sampai enam siswa dengan kemampuan yang berbeda, belajar dalam satu kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran, setelah guru menyampaikan pelajaran. Kemudian diadakan game/permainan dan turnamen untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu, diharapkan siswa akan merasa
li
mudah di dalam belajar matematika, karena mereka saling berdiskusi dan saling berinteraksi. Sehingga diduga perolehan dalam bentuk prestasi belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional yang terdiri dari ceramah dan tanya jawab, di mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran konvensional ini terbatas hanya pada mendengarkan, menulis dengan tenang, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, dan menaggapi pendapat siswa lain. 2. Kaitan perbedaan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Selain model pembelajaran, gaya belajar siswa merupakan salah satu faktor
yang
meningkatkan
dapat
berpengaruh
kualitas
terhadap
pembelajaran,
prestasi
guru
harus
siswa.
Untuk
memperhatikan
karakteristik gaya belajar siswa. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih
senang
belajar
dengan
melihat
atau
membaca
daripada
mendengarkan, biasanya mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan penjelasan
dari
guru
daripada
membaca,
mereka
mengandalkan
kemampuan mendengar dan mengingat. Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik suka belajar melalui gerakan, cenderung tidak suka mendengarkan ceramah, dan lebih bisa belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Selama pelajaran, mereka mungkin saja gelisah jika tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu Dari uraian di atas diduga siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi
lii
belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik. 3. Kaitan model pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Model pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Karena perbedaan gaya belajar siswa maka ada kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika tidak selalu cocok untuk semua siswa. Suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik, dan sebaliknya. Siswa dengan gaya belajar kinestetik bisa belajar terutama jika terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran matematika
seperti
belajar
kelompok.
Sehingga
diduga
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi lebih baik baik pada siswa dengan gaya belajar kinestetik daripada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual. Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual lebih suka membaca dan siswa dengan gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan seperti ceramah. Sehingga diduga model pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar lebih baik pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual daripada siswa dengan gaya belajar kinestetik .
liii
D.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar matematika dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 2. Gaya belajar auditorial memberikan prestasi belajar matematika dalam pokok
bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik dibandingkan
dengan gaya belajar visual dan kinestetik. 3. Pada siswa dengan gaya belajar kinestetik yang mendapatkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, memberikan prestasi belajar matematika dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung lebih baik dibandingkan
dengan
yang mendapatkan
penerapan
pembelajaran
konvensional. Sedangkan pada siswa dengan gaya belajar auditorial dan visual
yang
mendapatkan
penerapan
pembelajaran
konvensional
memberikan prestasi lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
liv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Se Kabupaten Klaten kelas IX
semester I tahun pelajaran 2009/2010.
B.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan semester gasal tahun pelajaran 2009/2010 pada
bulan Juli – Desember 2009, dengan tahap-tahap sebagai berikut: a. Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin tempat penelitian direncanakan berlangsung pada bulan Maret sampai Juli 2009. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi uji coba instrumen yang kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dan pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2009 c. Tahap penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan pembuatan laporan penelitian yang dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2009.
lv
C.
Jenis Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Alasan digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai yang
dikemukakan
Budiyono
(2003:82-83),
bahwa
tujuan
penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan / atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Langkah dalam penelitian ini adalah dengan cara mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebas yang dimaksud adalah model pembelajaran dan gaya belajar siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan teknik analisis varian (ANAVA). Rancangan yang digunakan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Faktor B Gaya Belajar (B) Faktor A Model Pembelajaran
Visual (b1)
Audiorial (b2)
Kinestetik (b3)
1. TGT (a1)
(ab11)
(ab12)
(ab13)
2. Konvensional (a2)
(ab21)
(ab22)
(ab23)
lvi
Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri dari enam sel. Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Model pembelajaran (A) dan gaya belajar (B). Indek a1 menunjuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan a2 menunjukkan pembelajaran konvensional. Indek b1, b2, dan b3 menunjukkan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Indek ab11 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar visual diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ab12 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, ab13 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
ab21 menunjukkan kelompok siswa yang
mempunyai gaya belajar visual diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional, ab22 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional, ab23 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
D.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi Populasi adalah kumpulan objek yang lengkap yang akan dijadikan objek
penelitian, dan memiliki sifat-sifat (karakteristik) yang sama. (M. Cholik Adnawan dan Sugiyono, 2006: 48). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di Kabupaten Klaten tahun
lvii
pelajaran 2009/2010. Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri di Kabupaten Klaten adalah 11 MTs.
2.
Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik cluster random sampling. Menurut Budiyono (2003:37) sampling random kluster adalah sampling random yang dikenakan berturut-turut terhadap sub-sub populasi. Sub-sub populasi ini disebut kluster. Pada pengambilan sampel dengan cara ini, kluster-kluster yang ada dianggap homogen. Pada penelitian ini, dari 11 Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri dipilih secara acak 3 MTs yang akan dijadikan tempat penelitian. Selanjutnya pada tiap-tiap MTs yang terpilih, secara acak / melalui pengundian dipilih dua kelas untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kontrol, yaitu siswa kelas IX B pada MTs Negeri Klaten, siswa kelas IX E pada MTs Negeri Mlinjon, dan kelas IX B pada MTs Negeri Trucuk sebagai kelompok eksperimen, serta siswa kelas IX D pada MTs Negeri Klaten, siswa kelas IX B pada MTs Negeri Mlinjon, dan siswa kelas IX C MTs Negeri Trucuk sebagai kelompok kontrol.
E.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu
variabel terikat yaitu:
lviii
1. Variabel bebas a. Model Pembelajaran -
Definisi
operasional:
model
pembelajaran
adalah
cara
membelajarkan pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (a1) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional (a2) pada kelas kontrol. -
Indikator: berupa langkah-langkah dari masing-masing model pembelajaran.
-
Skala pengukuran: nominal
-
Simbol: A
b. Gaya Belajar -
Definisi operasional : gaya belajar adalah cara yang dimiliki siswa untuk sukses belajar yang dapat diketahui melalui angket gaya belajar.
-
Indikator : skor hasil angket.
-
Skala pengukuran : nominal
-
Simbol : B
2. Variabel Terikat -
Definisi Operasional: Prestasi belajar siswa adalah hasil tes belajar siswa yang dicapai berdasarkan tes hasil belajar pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
lix
-
Indikator:
Nilai
tes
prestasi
setelah
memperoleh
perlakuan/pembelajaran.
2.
-
Skala pengukuran: Interval.
-
Simbol : AB
Metode Pengumpulan data Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ada
tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes. 1. Metode Dokumentasi Menurut
Budiyono
(2003:54)
metode
dokumentasi
adalah
cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada. Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui data nilai prestasi awal siswa dan juga untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Pada penelitian ini, data nilai prestasi siswa diambil dari
nilai hasil
Ulangan Umum Bersama (UUB) Semester genap kelas VIII. 2. Metode Angket Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, atau sumber data dan jawaban diberikan pula secara tertulis. Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gaya belajar siswa. Butir pertanyaan angket mengacu pada gaya
lx
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Diberikan 5 pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Pemberian skor dilakukan dengan cara nilai 5 untuk jawaban sangat sering, nilai 4 untuk jawaban sering, nilai 3 untuk jawaban kadangkadang, nilai 2 untuk jawaban jarang, dan nilai 1 untuk jawaban tidak pernah. Kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dari jumlah skor tertinggi untuk masing-masing gaya belajar siswa yang diperoleh dari jawaban siswa. Jika terdapat gaya belajar siswa yang memiliki dua skor atau lebih yang sama, maka kecenderungan gaya belajar siswa ditentukan dengan melihat dari jumlah jawaban selalu, atau sering yang lebih banyak yang dijawab oleh siswa. 3. Metode Tes Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian. Tes dalam penelitian ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi materi-materi pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Tes tersebut berupa tes objektif/ pilihan ganda sebanyak tiga puluh butir soal untuk prestasi belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Setiap soal obyektif tersedia empat alternatif jawaban. 3.
Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes untuk
prestasi belajar matematika dan angket untuk mengetahui gaya belajar siswa.
lxi
Sebelum digunakan, instrumen tes dan angket terlebih dahulu diujicobakan di MTs Muhammadiyah Trucuk untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba, dilakukan analisis butur soal tes dan angket sebagai berikut: 1. Tes Prestasi Belajar Matematika Tujuan diadakan tes pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pembelajaran bangun ruang sisi lengkung. Untuk mendapatkan data yang akurat maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Prosedur penyusunan instrumen tes prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya. b. Membuat kisi-kisi soal. c. Menyusul soal tes. d. Menelaah soal tes Sebelum instrumen tes dipergunakan, instrumen tes perlu di uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. a. Uji Validitas Isi Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah isi tes sudah sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Agar
lxii
tes hasil belajar mempunyai validitas isi, perlu diperhatikan hal-hal berikut (Budiyono, 2003:58): -
Bahan uji harus dapat mengukur seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai baik ditinjau dari materi maupun proses belajar.
-
Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang diajarkan.
-
Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak diajarkan untuk menjawab pertanyaan tes dengan benar.
Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi yang tinggi, biasanya penilaian dilakukan oleh para pakar (experts judgment). Dalam hal ini, para pakar menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisikisi telah mewakili isi yang akan diukur. Langkah selanjutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan. b. Uji Reliabilitas Tes prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian adalah tes obyektif. yaitu untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan jawaban salah diberi skor 0. Untuk itu digunakan rumus KuderRichardson dengan KR-20 untuk menghitung tingkat reliabilitas yakni:
lxiii
2 æ n öæç st - å p i q i r11 = ç ÷ 2 st è n - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
dengan : r11
: indeks reliabilitas instrumen
n
: banyaknya butir instrumen
st 2
: variansi total
pi
: proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar : pada butir ke-i
qi = 1 - pi, i = 1, 2, ..., n (Budiyono, 2003:69) Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0, 70 (r11 > 0, 70). c. Daya Pembeda Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal digunakan rumus:
D=
Ba - Bb 1 2 N
Keterangan : D
: indeks daya pembeda untuk butir ke-i
Ba
: 27 % responsi betul kelompok atas (pandai)
Bb
: 27 % responsi betul kelompok bawah (bodoh)
lxiv
N
: Jumlah kelompok atas dan kelompok bawah (Joesmani, 1988: 120)
Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. d. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus: P=
B Js
dengan : P
: Indeks kesukaran
B
: Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js
: Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2005:208)
Pada penelitian ini soal dianggap baik jika 0, 30 £ P < 0, 70. 2. Angket Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa. Sebelum angket disusun oleh peneliti, terlebih dahulu dibuat kisikisinya. Instrumen angket sebelum digunakan perlu diuji validitas, konsistensi internal butir angket, dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
lxv
a. Uji Validitas Menurut Budiyono (2003:58) suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada penelitian ini uji validitas dimaksudkan untuk menguji apakah angket tersebut mampu mempresentasikan validitas seluruh isi hal yang akan diukur. Untuk analisis validitas angket harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: -
Pertanyaan harus representatif ditinjau dari materi yang akan dikaji.
-
Titik berat pertanyaan harus sesuai dengan tujuan
-
Tidak terdapat pertanyaan yang mempunyai makna ganda..
-
Tidak diperlukan pengetahuan yang tidak atau belum diketahui untuk menjawab pertanyaan.
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan validitas isi soal angket dinilai validitasnya oleh pakar atau validator. Validator angket yang digunakan pada penelitian ini adalah ahli psikologi yang berkompeten pada gaya belajar siswa. b. Konsistensi Internal Menurut Budiyono (2003:65) konsistensi internal pada angket menunjukkan adanya korelasi positif antara skor masing-masing butir angket tersebut, sehingga butir-butir tersebut mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
lxvi
Untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
rxy =
(nå X
nå XY - (å X )(å Y ) 2
)(
- (å X ) nå Y 2 - (å Y ) 2
2
)
dengan : rxy
: indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n
: cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor untuk butir ke-i
Y
: skor total ( dari subyek uji coba) (Budiyono, 2003: 65)
Butir ke-i dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika mempunyai indeks konsistensi internal yang lebih besar dari 0,3. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. c. Reliabilitas Menurut Budiyono (2003:65), suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Anava Hoyt, yaitu sebagai berikut :
lxvii
rxx ' = 1 -
Se 2 Ss 2
dengan : (å X 2 ) (å Y 2 ) (å i) 2 + åi k n nk = (n - 1)(k - 1) 2
Se
2
dan
Ss
2
(å X 2 ) (å i) 2 k nk = n -1
Keterangan: Se2
: varians error
Ss2
: varians antar subjek
i
: skor seorang subjek pada satu aitem, yaitu skor
X
: jumlah skor seorang subjek pada seluruh aitem,
aitem
yaitu skor tes Y
: jumlah skor seluruh subjek dalam satu aitem
k
: banyaknya aitem
n
: banyaknya subjek (Saifuddin Azwar, 2008 : 93)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 (rxx2 > 0,70).
lxviii
F.
Teknik Analisis Data
1.
Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Untuk mengetahuai uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t. Sedangkan prasyarat uji-t adalah sub-sub populasi yang berdistribusi normal dan sub-sub populasi tersebut mempunyai variansi yang sama (homogen). Prosedur uji-t adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok berasal dari populasi yang berkemampuan awal sama) H1 : µ1
≠
µ2 (kedua kelompok tidak berasal dari populasi yang
berkemampuan awal sama) 2. Taraf signifikansi : α = 0,05 3. Statistik uji t=
(X sp
1
- X2)
1 1 + n1 n 2
~ t (n 1 + n 2 - 2)
dengan : t
: t hitung
X 1 : rata-rata dari sampel kelompok eksperimen X 2 : rata-rata dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
lxix
n2 : ukuran sampel kelompok eksperimen sp2 : Variansi gabungan : sp2 =
(n1 - 1) s12 + (n2 - 1) s22 n1 + n2 - 2
4. Daerah Kritik DK = { t|t < -t α/2, v atau t > t α/2, v} 5. Keputusan uji H0 ditolak jika t Î DK 6. Kesimpulan Kedua kelompok memiliki nilai rataan yang berbeda jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004:151)
2.
Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari distribusi normal atau tidak. Karena data tidak dalam frekuensi data bergolong maka digunakan metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal b. Statistik Uji L = Maks |F(zi) – S(zi)| dengan :
lxx
F(zi) = P(Z≤zi) ; Z ~ N(0,1) zi
: skor
(Xi - X ) s
zi =
s
standar
: standar deviasi
S(zi) : proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi Xi
:
skor aitem
c. Taraf Signifikansi : α = 0,05 d. Daerah Kritik (DK) DK = { L| L > L α ; n } e. Keputusan Uji H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik f. Kesimpulan Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 ditolak. (Budiyono, 2004:170-171) 2. Uji Homogenitas Variansi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan prosedur uji sebagai berikut: a. Hipotesis H0 : σ12 = σ 22 = … = σ k2 (variansi populasi homogen/sama)
lxxi
H1 : Tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) b. Taraf signifikansi : α = 0,05 c. Stastistik uji χ2 =
(
2,203 f log RKG - å f j log s 2j c
)
dengan : k
: banyaknya sampel
N
: banyaknya seluruh nilai
nj
: ukuran sampel ke-j
fj = nj – 1 : derajat kebebasan untuk sj2 ; j = 1, 2, …, k f = N – k : derajat kebebasan untuk RKG c=1+
1 æç 1 1 ö÷ ; å 3(k - 1) çè f j f ÷ø
RKG =
å SS i ; å fi
RKG : rataan kuadrat galat
(å X ) -
2
SS j = å X j
2
j
nj
d. Daerah Kritik DK = { χ2 | χ > χ 2 (α, k-1) } e. Keputusan Uji H0 ditolak jika χ2 Î DK f. Kesimpulan Sampel berasal dari populasi yang homogen jika H0 diterima (Budiyono, 2004:176-177)
lxxii
3.
Pengujian Hipotesis Penelitian Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, dengan model sebagai berikut: X ijk = m + a i + b j + (ab ) ij + e ijk
dengan :
X ijk
= data ( nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
ai
= efek baris ke-i pada variabel terikat
bj
= efek kolom ke-j pada variabel terikat
(ab )ij
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
e ijk
= deviasi data Xijk berdistribusi
terhadap rataan populasinya (µij ) yang
normal rataan 0.
i
= 1, 2, ..., p;
p = banyaknya baris = 2;
j
= 1, 2, ..., q; q = banyaknya kolom = 3;
k
= 1, 2 ,..., n;
n = banyaknya data amatan pada setiap sel (Budiyono, 2004:228)
Untuk Notasi dan Tata Letak adalak sebagai berikut :
lxxiii
Tabel 3.2. Tata Letak Data Penelitian B Gaya Belajar A
a1 a2
b1
b2
b3
ab11 ab21
ab12 ab22
ab13 ab23
Keterangan : A : Model Pembelajaran B : Gaya Belajar a1 : Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT a2 : Model Pembelajaran Konvensional b1 : Gaya Belajar Visual b2 : Gaya Belajar Auditorial b3 : Gaya Belajar Kinestetik Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan jalan sel tak sama, yaitu : 1. Hipotesis H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p (tidak ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat) H1A
: paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara baris terhadap variabel terikat)
H0B
: βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, ..., q (tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)
lxxiv
H1B
: paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat)
H0AB
: (ab )ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., q (tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB
: paling sedikit ada satu (ab )ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat) (Budiyono, 2004:211)
2. Komputasi a. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut: nij
= ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j) = banyaknya data amatan pada sel ij = frekuensi sel ij = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
nh
pq 1 å i , j n ij
N = å n ij = banyaknya seluruh data amatan i, j
SS ij = å X ijk2 k
æ ö ç å X ijk ÷ k ø -è nij
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij = rataan pada sel ij.
AB ij
A i = å AB ij = jumlah rataan pada baris ke-i i
lxxv
B j = å ABij = jumlah rataan pada kolom ke-j j
G = å ABij = jumlah rataan semua sel i, j
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:
(1) = G
2
pq
(4) = å j
(2) = å SS ij ;
;
i, j
B 2j p
2
(3) = å A i i
q
;
(5) = å (AB)ij 2
;
i, j
b. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu: JKA = n h { (3) – (1) }; JKG JKB
= (2);
= n h { (4) – (1) }; JKT = JKA+JKB+JKAB+JKG;
JKAB = n h { (1) + (5) – (3) – (4) } dengan: JKA = jumlah kuadrat baris JKB = jumlah kuadrat kolom JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat JKT
= jumlah kuadrat total
lxxvi
c. Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAb = (p – 1) (q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1 d. Rataan kuadrat RKA =
JKA dkA
RKAB =
RKB =
JKB dkB
RKG =
JKAB dkAB
JKG dkG
3. Statistik Uji a. Untuk H0A adalah Fa =
RKA yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq. b. Untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel RKG
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq. c. Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari RKG
variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N – pq. 4. Taraf Signifikansi α = 0,05 5. Daerah Kritik
lxxvii
a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq } b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq } c. Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq} 6. Keputusan Uji H0 ditolak jika Fhitung terletak di daerah kritik. 7. Rangkuman Analisis Tabel 3.3. Rangkuman Analisis Variasi Dua Jalan Sumber
JK
dk
RK
JKA p–1 RKA Baris (A) JKB q–1 RKB Kolom (B) Interaksi (AB) JKAB (p – 1) (q – 1) RKAB JKG N – pq RKG Galat (G) JKT N–1 Total
Fhit Ftabel Fa Fb Fab -
Ftabel Ftabel Ftabel -
(Budiyono, 2004: 229-233) 8. Uji Komparasi Ganda Untuk uji lanjut pasca anava, digunakan metode Scheffe' untuk anava dua jalan. Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut. -
Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
-
Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
-
Menentukan taraf signifikansi α = 0,05.
-
Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut. a. Komparasi rataan antar baris Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar baris adalah:
lxxviii
Fi.- j. =
(X
i.
- X j.
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è i. n j. ø
dengan: Fi.- j.
: nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
X i.
: rataan pada baris ke-i
X j.
: rataan pada baris ke-j
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan : analisis variansi n i.
: ukuran sampel baris ke-i
n j.
: ukuran sampel baris ke-j
Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F > (p – 1)Fα; p – 1, N – pq } b. Komparasi rataan antar kolom Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah: F.i -. j =
(X
.i
- X.j
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è .i n . j ø
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq}. Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan antar kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi ganda rataan antar baris hanya dengan mengganti baris menjadi kolom. c. Komparasi rataan antarsel pada kolom yang sama
lxxix
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah sebagai berikut. Fij- kj =
(X
ij
- X kj
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij n kj ø
dengan: Fij - kj
: nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan : rataan pada sel kj
X ij
: rataan pada sel ij
X kj
: rataan pada sel kj
RKG
: rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan : analisis variansi
n ij
: ukuran sel ij
n kj
: ukuran sel kj
Daerah Kritik untuk uji itu ialah: DK = {F|F>(pq–1)Fα; pq – 1, N – pq} d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah sebagai berikut. Fij-ik =
(X
ij
- X ik
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è ij n ik ø
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK={F|F>(pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}.
lxxx
-
Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.
-
Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada. (Budiyono, 2004:214-215)
lxxxi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Berikut ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di MTs
N Trucuk, MTs N Klaten dan MTs N Mlinjon kelas IX semester I tahun ajaran 2009/2010. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes prestasi belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dan angket gaya belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan penelaahan instrumen dengan mengujicobakan terlebih dahulu kemudian dilakukan analisis. Adapun hasil penelaahan dan analisis instrumen adalah sebagai berikut: 1.
Instrumen Tes Prestasi Belajar 1. Validitas isi Sebelum diujicobakan, instrumen tes prestasi belajar matematika terlebih dahulu diuji validasi isi oleh validator untuk mengetahui apakah isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang diukur. Uji validasi pada tes prestasi belajar dilakukan oleh dua orang validator yaitu Sayidah,S.Ag,Dip.Ed yang merupakan pengurus MGMP Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Klaten dan pembuat soal try out UAN K3M Kabupaten Klaten, dan Drs. Muh Syahruddin Nur guru senior MTs N Mlinjon. Berdasarkan uji validasi isi lxxxii
yang dilakukan oleh validator diperoleh hasil bahwa semua item soal pada instrumen tes prestasi belajar adalah valid. (lihat pada Lampiran 17) 2. Reliabilitas Uji reliabilitas pada instrumen tes prestasi belajar matematika digunakan rumus dari Kuder-Ricardson yang biasa disebut dengan rumus KR-20. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap soal tes prestasi yang terdiri dari 30 butir soal yang diujicobakan menunjukkan bahwa soal tes tersebut memiliki indeks reliabilitas r11= 0,78 yang berarti instrumen tes prestasi belajar matematika reliabel. (lihat pada Lampiran 9) 3. Daya Pembeda Uji daya pembeda dilakukan berdasarkan rumus dari Joesmani. Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butirbutir tersebut dengan skor totalnya. Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,30 maka butir soal tersebut tidak dipakai. Dari 30 butir soal tes prestasi belajar yang mempunyai indeks daya pembeda kurang dari 0,30 ada 5 butir soal yaitu nomor 1, 6, 12, 23, dan 28. Sehingga ada 25 butir soal yang dipakai. (lihat pada Lampiran 9) 4. Tingkat Kesukaran Uji tingkat kesukaran digunakan rumus dari Suharsimi Arikunto. Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah soal 30 butir diperoleh sebanyak 4 soal dengan tingkat kesukaran tinggi, 25 soal dengan tingkat kesukaran sedang, dan 1 soal dengan tingkat kesukaran rendah (lihat pada lampiran 9)
lxxxiii
Berdasarkan hasil uji coba di atas, dari 30 butir soal yang diujicobakan ada 5 butir soal yang tidak dapat dipakai karena indeks daya beda < 0,3 (harus dibuang) yaitu nomor 1, 6, 12, 23 dan 28, p ≥ 0,30 (tingkat kesukarannya tinggi) yaitu nomor 1, 12, 23, 28, dan p > 0,70 (tingkat kesukarannya terlalu mudah) yaitu nomor 6. Jadi butir soal nomor : 1, 6, 12, 23 dan 25 tidak dipakai untuk tes prestasi belajar matematika. Sehingga instrumen prestasi belajar siswa terdiri dari 25 butir soal. (lihat pada Lampiran 13).
2.
Instrumen Gaya Belajar 1. Validasi Isi Uji validasi isi pada angket gaya belajar siswa dilakukan oleh dua orang validator yaitu guru BK MTs N Mlinjon Wiwik Arfiatun S.Pd dan guru BK MTs N Trucuk Suratmi, S.Pd. Berdasarkan uji validasi isi yang dilakukan oleh validator, dari 20 butir soal angket gaya belajar visual semuanya valid, untuk 20 butir soal angket gaya auditorial 1 soal invalid dan untuk 20 butir soal angket gaya belajar kinestetik 1 invalid. (lihat pada Lampiran 18) 2. Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas pada instrumen angket gaya belajar digunakan rumus dari Hoyt. Dari 20 butir soal angket gaya belajar visual diperoleh hasil perhitungan rxx’ = 0,807 yang berarti bahwa instrumen angket gaya belajar visual baik, dari 20 butir soal angket gaya belajar auditorial diperoleh hasil perhitungan rxx’ = 0,846 yang berarti bahwa instrumen angket gaya
lxxxiv
belajar auditorial baik dan dari 20 butir soal angket gaya belajar kinestetik diperoleh hasil perhitungan rxx’ = 0,724 yang berarti bahwa instrumen angket gaya belajar kinestetik adalah baik. (lihat pada Lampiran 10) 3. Konsistensi Internal Uji konsistensi internal angket gaya belajar digunakan rumus produk momen dari Karl Pearson. Uji konsistensi internal dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah semua butir soal memiliki kecenderungan yang sama. Dari hasil perhitungan diperoleh pada instrumen gaya belajar visual terdapat 6 butir soal rxy < 0,3 yaitu nomor 3, 4, 11, 16, 17 dan 19, pada instrumen gaya belajar auditorial 6 butir soal rxy < 0,3 yaitu nomor1, 6, 13, 16, 17 dan 20 dan pada instrumen gaya belajar kinestetik 6 butir soal rxy < 0,3 yaitu nomor 2, 3, 7, 8, 19, dan 20. (lihat pada Lampiran 11) Dari analisis butir soal instrumen di atas dapat disimpulkan banyaknya butir soal untuk masing-masing gaya belajar adalah 14 soal. (lihat pada Lampiran 15)
3.
Data Prestasi Belajar Matematika dan Gaya Belajar Sebelum menyajikan hasil analisis data maka terlebih dahulu disajikan
diskripsi data. Diskripsi data digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang hasil penelitian. Dalam penelitian ini diskripsi data yang akan disajikan adalah diskripsi data tentang prestasi prestasi belajar matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung secara keseluruhan dan skor angket gaya belajar siswa, diskripsi data tentang prestasi belajar matematika pada materi bangun
lxxxv
ruang sisi lengkung berdasarkan model pembelajaran, diskripsi data tentang prestasi belajar matematika berdasarkan gaya belajar siswa, dan diskripsi data tentang prestasi belajar matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung berdasarkan pembelajaran dan gaya belajar siswa. (lihat pada Lampiran 19) Prestasi belajar matematika berdasarkan model pembelajaran yang digunakan dikelompokkan menjadi dua, yaitu prestasi belajar matematika untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional. Prestasi matematika berdasarkan gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu prestasi belajar matematika pada gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Sedangkan prestasi belajar matematika yang dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran dan gaya belajar dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu prestasi belajar matematika untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelompok gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik serta prestasi belajar matematika untuk pembelajaran konvensional pada gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Untuk mengetahui rangkuman diskripsi data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Tabel 4.1. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung dan Skor Nilai Gaya Belajar Siswa Variabel
N
Mean
St Deviasi
Median
Minimum
Maksimum
Prestasi
216
48,977
13.623
48
16
84
Gaya Belajar
216
46.685
4,810
46
31
60
lxxxvi
Tabel 4.1 menunjukkan dari jumlah 216 siswa diperoleh rata-rata untuk nilai prestasi sebesar 48,977. Sedangkan untuk skor gaya belajar dari 216 siswa diperoleh rata-rata 46, 685. Tabel 4.2. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Dikelompokkan Berdasarkan Model Pembelajaran Variabel
Model Kooperatif
Prestasi
tipe TGT Konvensional
N
St
Mean
Deviasi
Median Minimum Maksimum
107 52,916
12,948
52
24
84
109 45,224
13,248
40
16
80
Tabel 4.2 menunjukkan dari kelompok eksperimen (pembelajaran kooperatif tipe TGT) sebanyak 107 diperoleh nilai rata-rata 52,916 dan kelompok kontrol (pembelajaran konvensional) sebanyak 109 diperoleh nilai rata-rata 45,224.
Tabel 4.3. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Gaya Belajar Siswa Variabel
Gaya Belajar Visual
Prestasi
N
Mean
St Deviasi
Median Minimum Maksimum
100 50,230
13,672
52
24
84
Auditorial
67
48,262
13,262
48
20
80
Kinestetik
49
52,122
15,157
56
16
76
Tabel 4.3 menunjukkan dari 216 siswa diperoleh gaya belajar visual sebanyak 100 siswa dengan skor rata-rata 50,230, gaya belajar auditorial sebanyak 67 siswa dengan skor rata-rata 48,262 dan gaya belajar kinestetik 49 siswa dengan skor rata-rata 52,122.
lxxxvii
Tabel 4.4. Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Berdasarkan Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Variabel
Model
Kooperatif tipe TGT Prestasi Konvensi-onal
Gaya
N
Mean
Visual
52
53,885
Auditorial
37
Kinestetik
St
Median
Minimum
Maksimum
13,048
54
24
84
52,216
12,856
48
24
80
18
57,333
12,943
56
36
76
Visual
48
46,271
13,349
42
24
80
Auditorial
30
43,600
12,356
40
20
64
Kinestetik
31
49,097
15,713
48
16
72
Belajar
Deviasi
Tabel 4.4 menunjukkan dari 107 kelompok eksperimen diperoleh siswa dengan gaya belajar visual sebanyak 52 siswa, gaya belajar auditorial 37 siswa dan gaya belajar kinestetik 18 siswa. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh siswa dengan gaya belajar visual sebanyak 48 siswa, gaya belajar auditorial 30 siswa dan gaya belajar kinestetik 31 siswa.
B.
Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Pada uji keseimbangan ini, data diambil dari nilai Ulangan Semester Genap kelas delapan. Dari kelompok eksperimen yang terdiri dari 107 siswa diperoleh nilai rerata 45,944 dengan variansi 208,487. Sedangkan pada kelompok kontrol, terdiri dari 109 siswa dengan rerata 44,560 dan variansi 174,205. Uji keseimbanagn keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji-t. Dari hasil pengujian terhadap data diperoleh tobs = -0,7357 dengan daerah kritik DK = { t | t < -1,960 atau t > 1,960 } yang lxxxviii
berarti bahwa tobs bukan anggota dari daerah kritik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan awal dari kedua kelompok sama. (lihat pada Lampiran 12).
C.
Uji Prasyarat Analisis Data
1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan metode Lilliefors dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.5. Rangkuman Uji Normalitas Sumber
n
Lobs
Ltab
Keputusan
Kesimpulan
Uji 107
0,0767
0,0857
Ho diterima
Normal
Konvensional
109
0,0739
0,0857
Ho diterima
Normal
Visual
100
0,0765
0,0886
Ho diterima
Normal
Auditorial
67
0,0911
0,1082
Ho diterima
Normal
Kinestetik
49
0,1202
0,1266
Ho diterima
Normal
Kooperatif tipe TGT
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa Lobs bukan anggota daerah kritik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. (lihat pada Lampiran 20)
2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini
lxxxix
menggunakan uji Barttlet. Rangkuman hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut: Tabel. 4.6. Rangkuman Uji Homogenitas Sumber Model
k
2 c obs
c 02, 05;k -1
Keputusan uji
Kesimpulan
2
1,2502
3,841
Ho diterima
Homogen
3
-39,6556
5,991
Ho diterima
Homogen
Pembelajaran Gaya Belajar
2 Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa c obs bukan anggota daerah kritik sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. (lihat pada Lampiran 21).
D.
Hasil Analisis Uji Anava Prosedur uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi
dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Pengujian hipotesis pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas yaitu model pembelajaran dan gaya belajar siswa serta interaksi antara variabel-variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya, yaitu prestasi belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Tampilan hasil pengolahan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Rangkuman hasil analisis dua jalan dengan sel tak sama tersebut disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 berikut:
xc
Tabel 4.7. Rangkuman hasil analisis dua jalan dengan sel tak sama B A Model Pembelajaran kooperatif Tipe TGT (a1) Pembelajaran Konvensional (a2)
C =
n ∑X Mean ∑X2 C SS n ∑X Mean ∑X2 C SS
Gaya Belajar Siswa Visual (b1) Auditorial (b2) Kinestetik (b3) 52 37 18 2802 1932 1032 53.88462 52.21622 57.33333 159668 106832 62016 150984.7 100881.7 59168 8683.308 5950.27 2848 48 30 31 2221 1308 1524 46.27083 43.6 49.16129 111143 61456 82512 102767.5 57028.8 74921.81 8375.479 4427.2 7590.194
(å X ) 2 n
; SS = ∑X2 - C
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Sumber Model
JK
dK
RK
Fobs
Ftab
Keputusan
3163,666
1
3163,666
17,5414
3,84
Ho diolak
919,4632
2
459,7316
2,5490
3,00
Ho diterima
7,8006
2
3,90032
0,0216
3,00
Ho diterima
37874,451
210
180,3545
-
-
41965,3808
215
-
-
-
Pembelajaran (A) Gaya Belajar Siswa (B) Interaksi (AB) Galat (G) Total
-
Berdasarkan hasil analisis variansi pada tabel rangkuman analisis variansi di atas tampak bahwa: 1. Pada efek utama A (model pembelajaran), harga statistik uji Fa = 17,5414 > F(0,05;1; 210) = 3,84 maka H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa penerapan
xci
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional mempunyai pengaruh berbeda terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung siswa kelas IX MTs Negeri se Kabupaten Klaten. 2. Pada efek utama B (gaya belajar) harga statistik uji Fb = 2,5490 < F(0,05;2; 210)
= 3,00 maka H0B diterima. Hal ini berarti bahwa gaya belajar tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika 3. Pada efek utama AB (model pembelajaran dan gaya belajar), harga statistik uji Fab = 0,0216 < F(0,05;1;210) = 3,00 maka H0AB diterima. Hal ini berarti
bahwa
tidak
terdapat
interaksi
antara
penerapan
model
pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. (lihat pada Lampiran 17).
E.
Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama A (model pembelajaran) diperoleh Fa = 17,5414 > F(0,05;1; 210) =
3,84, maka H0A ditolak, yang berarti bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional mempunyai pengaruh berbeda terhadap prestasi belajar matematika. Karena H0A menunjukkan telah ditolak dan variabel jenis pada model pembelajaran hanya terdiri dari dua nilai yaitu kooperatif tipe TGT dan konvensional maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar
xcii
antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dengan melihat rerata nilai prestasi belajar kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebesar 52,9159 dan kelompok siswa yang belajar pembelajaran konvesional sebesar 45,2243, berarti bahwa prestasi siswa yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai rerata yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan rataan prestasi siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif tipe TGT akan menghasilkan prestasi yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional atau model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. 2. Hipotesis Kedua Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama B (gaya belajar siswa) diperoleh Fb = 2,5490 < F(0,05;2; 210) = 3,00 maka H0B diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rataan prestasi siswa yang signifikan antara ketiganya. Tidak adanya perbedaan prestasi antara ketiga gaya belajar dimungkinkan karena siswa sudah pernah mendapatkan materi bangun ruang seperti kerucut, tabung
dan
bola di
tingkat
Sekolah
Dasar,
sehingga
dimungkinkan siswa dengan berbagai gaya belajar mempunyai prestasi
xciii
yang tidak jauh berbeda dan juga menurut landasan teori bahwa tidak ada gaya belajar yang paling benar dan paling baik antara ketiganya. 3. Hipotesis Ketiga Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek interaksi AB (model pembelajaran dan gaya belajar siswa) diperoleh Fab = 0,0216 < F(0,05;1;210) = 3,00, sehingga H0AB diterima yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran (kooperatif tipe TGT dan konvensional) dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing gaya belajar siswa (visual, auditorial, maupun kinestetik). Dengan memperhatikan kesimpulan pada hipotesis pertama dan karena tidak ada interaksi maka dengan melihat rataan marginalnya bahwa x 21 = 46,2708 < 53,8846 = x11 (pada gaya belajar visual), x22 = 43,6 < 52,2162 = x12 (gaya belajar auditorial) dan x23 = 49,1613 < 57,3333 = x13 (gaya belajar kinestetik), maka dapat dikatakan bahwa prestasi siswa yang dikenai perlakukan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang dikenai perlakuan model pembelajaran konvensional baik pada siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, maupun kinestetik.
xciv
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. 2. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tidak memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda-beda pula. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada masing-masing gaya belajar siswa yaitu gaya belajar visual, auditorial maupun kinestetik.
xcv
B.
Implikasi Berdasarkan landasan teori serta mengacu pada hasil penelitian, maka
implikasi yang dapat disampaikan adalah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan model pembelajaran matematika pada pokok bahasan tersebut khususnya dan pada pokok bahasan lain pada umumnya. Karena dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dimungkinkan siswa aktif dalam belajar, saling membantu, saling berdiskusi dan diadakan permainan. Meskipun perbedaan gaya belajar tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru sebaiknya tetap memperhatikan gaya belajar siswa dengan memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya bagi pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat menentukan model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien yang sesuai dengan pokok bahasan pembelajaran dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mungkin ikut mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
xcvi
C.
Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk materi bangun ruang sisi lengkung dan materi lainnya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dengan mempersiapkan sarana pembelajaran kooperatif tipe TGT secara baik. 2. Bagi Peneliti yang lain a. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk materi yang berbeda. b. Menyelidiki lebih mendalam efek perbedaan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa. 3. Bagi Pengambil Kebijakan a. Kepada Kepala Madrasah Tsanawiyah khususnya di wilayah kabupaten Klaten, agar menekankan kepada setiap guru agar selalu aktif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, seperti
menggunakan
model
pembelajaran
disesuikan dengan pokok bahasannya.
xcvii
yang
bervariasi
b. Kepada Kepala Departemen Agama Kabupaten Klaten, khususnya MAPENDAIS agar mengadakan pelatihan dan diklat tentang model pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
xcviii
LAMPIRAN 1:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2.1) PERTEMUAN 1
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Pokok bahasan
: SMP : Matematika : IX / 1 (satu) : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL)
Standar Kompetensi
:2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
: 2.1 Mengidentifikasikan unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola.
Indikator
:2.1.1 Menyebutkan unsur-unsur: jari-jari, diameter, tinggi,
Alokasi Waktu
A.
sisi alas dari tabung, kerucut dan bola.
: 2 x 40 menit
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur jari-jari, diameter, tinggi, sisi alas dari abung, kerucut, dan bola.
B.
Materi Ajar I.
Tabung Tabung merupakan bangun ruang sisi lengkung yang alas dan tutupnya berupa lingkaran.
C
tutup
D
xcix A A
B
t
Selimut
alas Unsur-unsur tabung antara lain: 1. Alas tabung
= bidang lingkaran O (bawah)
2. Tutup tabung
= bidang lingkaran P (atas)
3. Selimut tabung
=
bidang
lengkung
berbentuk
persegi
panjang 4. Jari-jari tabung (r)
= OA = OB = PC = PD
5. Diameter tabung (d)
= AB = CD
6. Tinggi tabung
= OP =AD = BC
II. Kerucut Kerucut merupakan bangun ruang sisi lengkung yang menyerupai limas dengan alasnya berupa lingkaran T
Garis pelukis t
s
A
Selimut kerucut alas
B
Unsur-unsur kerucut antara lain: 1. Alas kerucut
= bidang lingkaran O (alas)
2. Selimut kerucut
= bidang lengkung berbentuk juring
3. Jari-jari kerucut (r)
= OA = OB
4. Diameter (d)
= AB
5. Tinggi kerucut (t)
= OT
c
6. Garis pelukis (s)
= TA = TB
III. Bola Bola merupakan bangun ruang sisi lengkung yang terjadi dari tumpukan empat buah lingkaran. Keempat lingkaran itu dinamakan kulit tabung.
A
O
B sisi
Unsur-unsur bola antara lain 1. Jari-jari bola = garis OA = OB = OC 2. Diameter bola (d) = AB 3. Bola mempunyai satu sisi lengkung
C.
Model Pembelajaran Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
D.
Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E.
Sumber Belajar Buku paket matematika kelas IX M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Erlangga
F.
Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar Pertemuan Pertama
ci
1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa) 2. Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
Mendengarkan informasi dari guru
2.
Kegiatan inti No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: mengingat kembali tentang bangun ruang sisi lengkung dan menyebutkan unsur-unsur tabung, kerucut dan bola 2
Membagikan lembar kerja peserta didik untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
3. Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok
Aktivitas Siswa Memperhatikan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
TGT langkah 3
Mengikuti diskusi kelas
TGT langkah 4
4 Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh. - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk
cii
TGT langkah 5
-
-
-
-
3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2. Memberikan pekerjaan rumah untuk mendalami materi yang
menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Mencatat tugas yang akan dikerjakan di
ciii
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
akan dibahas pada pertemuan berikutnya. G.
Penilaian Tehnik Bentuk Tes
rumah
: Kuis (Kelompok dan Turnamen) : Uraian
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1 (Tugas Kelompok) 1.
Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang termasuk tabung!
2.
Apa yang kamu ketahui tentang tabung?
3.
Gambarlah sebuah tabung dan tunjukkan jari-jari, diameter, dan tingginya!
4.
Berupa apakah alas tabung?
5.
Berupa apakah tutup tabung?
6.
Berupa apakah selimut tabung?
7.
Berapa banyak bidang sisi tabung?
8.
Sebutkan benda-benda di sekitarmu yang termasuk kerucut!
9.
Apa yang kamu ketahui tentang kerucut?
10.
Gambarlah sebuah kerucut dan tunjukkan jari-jari, diameter, tinggi kerucut, dan garis pelukisnya?
11.
Berupa apakah alas kerucut?
12.
Berupa apakah selimut kerucut?
13.
Berapa banyak bidang sisi kerucut?
14.
Berapa banyak rusuk kerucut?
15.
Sebutkan benda – benda di sekitarmu yang termasuk bola.
16.
Apa yang kamu ketahui tentang bola?
17.
Gambarlah sebuah bola dan tunjukkan jari-jarinya.
18.
Berupa apakah bidang bola?
19.
Berapa banyak rusuk bola?
20.
Berapa banyak bidang bola?
SOAL TURNAMEN 1 civ
1.
Berupa apakah bidang alas tabung ?
2.
Tulislah ruas garis yang menyatakan garis pelukis pada gambar di bawah ! T
P
R
3.
Berupa apakah selimut tabung ?
4.
Berupa banyak rusuk tabung ?
5.
A
B
Tulislah ruas garis yang menyatakan diameter alas tabung pada gambar di samping!
D
C
6.
Berupa apakah selimut kerucut?
7.
Berupa apakah alas kerucut ?
8.
Berapa banyak bidang sisi kerucut ?
9.
Berapa banyak rusuk kerucut ?
10.
Berapa banyak titik sudut tabung ?
Disebut apakah ruas garis OC? 11.
A
B
12.
Berapa banyak rusuk bola ?
13.
Berapa banyak titik bola ?
14.
Berapa banyak bidang sudut bola ?
15.
Berupa apakah tutup tabung ?
cv
Kunci Jawaban 1. Bidang lingkaran 2.
Garis TR
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bidang lengkung berbentuk persegi panjang 2 rusuk Garis AB atau garis CD Bidang lengkung berbentuk jaring Bidang lingkaran 2 sisi Sebuah rusuk / satu rusuk Tidak mempunyai Jari-jari bola Tidak mempunyai Tidak mempunyai Satu buah Bidang lingkaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2.2) PERTEMUAN 2, 3, 4, DAN 5
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
: SMP : Matematika
cvi
Kelas / Semester Pokok bahasan Standar Kompetensi
: IX / 1 (satu) : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) :2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
: 2.2
Menghitung luas selimut dan volume tabung,
kerucut, dan bola Indikator
: 2.2.1 Menghitung luas selimut tabung, kerucut, dan bola 2.2.2 Menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola bila diketahui luasnya 2.2.3 Menghitung volume tabung, kerucut, dan bola 2.2.4 Menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola bila
Alokasi Waktu A.
diketahui
: 8 x 40 menit
Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menghitung luas tabung, kerucut, dan bola. 2. Siswa dapat menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola bila diketahui luasnya. 3. Siswa dapat menghitung volume tabung, kerucut, dan bola. 4. Siswa dapat menghitung unsure-unsur tabung, kerucut, dan bola bila diketahui volumenya.
B.
Materi Ajar I.
Luas tabung, kerucut, dan bola (i). Luas tabung Perhatikan gambar berikut:
tutup selimut 2πr
cvii
alas Jarring-jaring tabung
tabung
Berdasarkan gambar jarring-jaring tabung di atas diperoleh keterangan sebagai berikut: (a). Luas alas
= luas tutup = luas lingkaran = πr2
(b). Luas selimut tabung
= keliling alas x tinggi = 2πr x t = 2πrt
(c). Luas tabung/permukaan tabung = luas alas + luas selimut + luas tutup = 2πr + 2πrt + πr2 = 2πr (r + t) (d). Luas tabung tanpa tutup
= luas alas + luas selimut = 2πr + 2πrt = πr (r + 2t)
(ii) Luas Kerucut
Garis pelukis s Selimut kerucut 2πr Keliling lingkaran alas Alas kerucut kerucut
Jaring-jaring kerucut
Dari gambar jaring-jaring kerucut di atas diperoleh keterangan sebagai berikut: (a). Panjang garis pelukis s =
cviii
(b). Luas alas = luas lingkaran = πr2 (c). Luas selimut kerucut = πrs (d). Luas kerucut/permukaan kerucut = luas alas + luas selimut = πr2 + πrs = πr (r + s)
(iii) Luas Bola Perhatikan gambar berikut:
Luas selimut tabung = 2πr x t = 2πr x 2r = 4πr2
t= d
d = 2r Pada gambar di atas sebuah bola menempati sebuah tabung yang diameter dan tinggi tabung sama tepat dengan diameter bola, maka luas bola itu sama dengan luas selimut tabung, sehingga diperoleh: (a). Luas bola/permukaan bola = 4πr2 (b). Luas belahan bola = x 4πr2 = 2πr2
II.
©. Luas belahan bola padat = Luas lingkaran + Luas setengah bola = πr2 + 2πr2 = 3πr2 Volume tabung, kerucut, dan bola (i). Volume tabung
= luas alas x tinggi = πr2t
(ii). Volume kerucut
= x volume tabung = πr2t
(iii). Volume bola
C.
= πr3
Model Pembelajaran Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
cix
D.
Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E.
Sumber Belajar Buku Paket matematika kelas IX M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Erlangga
F.
Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Kedua 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa)
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: menghitung luas tabung, kerucut, dan bola
Mendengarkan informasi dari guru
Aktivitas Siswa Memperhatikan
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
2
Membagikan lembar kerja peserta didik-2 untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
TGT langkah 3
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi
Mengikuti diskusi kelas
TGT langkah 4
cx
jawaban/kesimpulan kelompok
4
Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh. - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. - Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
cxi
TGT langkah 5
3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2. Memberikan pekerjaan rumah (lembar kerja peserta didik 2 nomor 3, 6 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2 (Tugas Kelompok)
1.
Sebuah tabung dengan panjang jari-jari alas 14 cm dan tinggi tabung 30 cm. Hitung dan lengkapilah titik-titik di bawah ini (π =
)!
a. Keliling alas = 2πr = … x … x … = b. Luas alas = … c. Luas selimut tabung = … d. Luas tabung = … e. Luas tabung tanpa tutup = …
2.
Diketahui sebuah tabung memiliki diameter 6 cm dan tinggi 9 cm, hitunglah: a. Luas selimut tabung. b. Luas permukaan tabung, dan c. Luas permukaan tabung tanpa tutup.
Jawab:
cxii
Diketahui: d = … → r = … t =… π = .. a. Luas selimut tabung = …
(rumus)
=… x… x … x… =… Jadi, luas selimut tabung adalah … b. Luas permukaan tabung = …
(rumus)
=…x … x…x(…+… ) = … x … = … Jadi, luas permukaan tabung adalah … c. Luas permukaan tabung tanpa tutup = . . . =...
(rumus)
x…x(…+ …x… )
= … x…
=…
Jadi, luas permukaan tabung tanpa tutup adalah … 3.
Sebuah tabung tanpa tutup, jari-jari alas 10 cm. Hitunglah luas permukaan tabung tersebut! (
4.
= 3,14 )
Sebuah kerucut berjari-jari 10 cm dan tinggi kerucut 24 cm. Hitunglah dan lengkapilah titik-titik di bawah ini! a. Keliling alas
= 2πr = . . .
b. Panjang garis pelukis = . . . c. Luas alas
= . . .
d. Luas selimut kerucut = . . . e. Luas kerucut 5.
= . . .
Hitunglah luas permukaan kerucut dengan jari-jari alas 7 cm dan panjang garis pelukis 12 cm (π =
)!
Jawab: Diketahui: r = . . . s= ... Luas permukaan kerucut = . . .
(rumus)
cxiii
= . . .x . . . x ( … + . . . ) = . . . x . . . = . . . Jadi, luas permukaan kerucut adalah . . . 6.
Luas alas kerucut adalah 154 cm2 dan panjang garis pelukisnya 18 cm. Hitunglah luas selimut kerucut!
7.
Hitunglah luas permukaan bola yang berjari-jari 14 cm! Jawab: Diketahui: r = . . . Luas permukaan bola = . . . = …
(rumus)
x … x …
= … Jadi luas permukaan bola adalah … 8.
Belahan bola padat mempunyai diameter 20 cm. Hitunglah luas belahan bola padat tersebut! Jawab: Diketahui: d = … → r = … Luas belahan bola padat = …
(rumus)
=… x … x … = … Jadi luas belahan bola padat adalah …
9.
Apabila luas permukaan tiga buah bola yang masing-masing berjari-jari 10 m, 20 m, dan 30 m adalah L1, L2, dan L3, tentukan perbandingan L1 : L2 : L3! SOAL TURNAMEN 2
1.
Sebuah tabung memiliki jari-jari 7cm dan tinggi 10 cm. Hitunglah luas selimut tabung tersebut!
2.
Jari-jari alas sebuah tabung tanpa tutup 10 cm dan tinggi tabung 20 cm. Hitunglah luas tabung tersebut! (π = 3,14)
cxiv
3.
Hitunglah luas permukaan tabung di samping! 7 Cm 6 Cm
4.
Diameter alas suatu kerucut 12 cm dan panjang garis pelukisnya 10 cm. Hitunglah luas selimut kerucut tersebut!
5.
Hitunglah luas kerucut di samping! 12 cm 6 Cm
6.
Keliling alas sebuah kerucut 132 cm. Jika panjang garis pelukisnya 50 cm, hitunglah luas kerucut tersebut!
7.
Suatu bola memiliki diameter 14 cm. Apabila pendekatan nilai π =
,
hitunglah luas permukaan bola tersebut! 8.
Hitunglah luas belahan bola padat jika mempunyai jari-jari 20 cm dan π = 3,14.
9.
Ada dua buah bola yang masing-masing berjari-jari r1 dan permukaan dua bola tersebut adalah L1 dan r1
:
r2. Luas
r2 = 1 : 3, tentukan
perbandingan L1 dan L2. 10.
Keliling alas sebuah tabung adalah 62,8 cm dan tingginya 50 cm. Hitunglah luas selimut tabung tersebut!
Kunci Jawaban 1.
440 cm2
2.
1570 cm2
3.
489,84 cm2
4.
188,4 cm2
cxv
5.
418 cm2
6.
4686 cm2
7.
616 cm2
8.
3768 cm2
9.
1:9
10.
3140 cm2
Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa)
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan
2.
Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya.
Memperhatikan dan menanggapi
3.
Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Mendengarkan informasi dari guru
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: menghitung unsur-unsur
Aktivitas Siswa Memperhatikan
cxvi
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
tabung, kerucut, dan bola jika diketahui luasnya 2.
Membagikan Lembar kerja pesera didik 3 untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
TGT langkah 3
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti diskusi kelas
TGT langkah 4
4.
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa
cxvii
TGT langkah 5
telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh 3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2.
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 3 nomor 7, 8 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Waktu 10 menit
Keterangan TGT langkah 6
Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 3 (Tugas Kelompok) 1.
Luas selimut tabung adalah 314 cm2. Jika jari-jari alas tabung 5 cm dan π = 3,14, hitunglah tinggi tabung! Jawab: Diketahui: Luas selimut tabung = … r =… π=… Luas selimut tabung = …
(rumus)
… = … x …x… x … t =
= ...
Jadi, tinggi tabung adalah . . .
cxviii
2.
Luas permukaan sebuah kerucut 282,86 cm2. Jika jari-jari kerucut 5 cm, hitunglah panjang garis pelukisnya! Jawab:
Luas permukaan kerucut = . . . r = ...
Luas permukaan kerucut = . . . ...
= ...
...
= ...
...
=
(rumus)
s = ... Jadi panjang garis pelukis adalah . . . 3.
Hitunglah jari-jari bola yang mempunyai luas permukaan 154 cm2! Jawab: Diketahui:Luas permukaan bola = 154 cm2 Luas permukaan bola = . . .
(rumus)
...= ...x ... x r2 = r = r = ... Jadi jari-jari bola adalah . . . 4.
Diketahui luas sebuah tabung 1188 cm2. Apabila tinggi tabung 20 cm, hitunglah diameter alas tabung!
Jawab: Diketahui:Luas tabung = . . . t Luas tabung = . . .
= ... (rumus)
. . . = ... . . . = ... . . . = ... . . . = ...
cxix
r
= ...
d
= ...
Jadi diameter tabung adalah . . . 5.
Jika luas permukaan suatu bola 2.464 cm2, hitunglah diameter bola itu! Jawab: Diketahui:Luas permukaan bola = 2.464 cm2 Luas permukaan bola = . . .
(rumus)
...= ...x ... x r2 = r =
6.
r = ... d = ... Jadi diameter bola adalah . . . Luas selimut kerucut 264 cm2. Jika jari-jari alas kerucut 6 cm. hitunglah tinggi kerucut! Jawab: Diketahui : Luas selimut kerucut = . . . r = ... Luas selimut kerucut = . . . ...
(rumus)
= ... s = s = ... t = = = ...
Jadi tinggi kerucut adalah . . . 7.
Jika luas permukaan tabung 1.760 cm2 dan jari-jari alasnya 14 cm, hitunglah tinggi tabung!
8.
Luas selimut kerucut yang panjang garis pelukisnya 13 adalah 204,10 cm2. Hitunglah panjang jari-jari lingkaran alas kerucut!
cxx
9.
Luas permukaan suatu belahan bola padat 942 cm2. Hitunglah diameternya (π = 3,14)! SOAL TURNAMEN 3
1.
Hitunglah jari-jari bola yang mempunyai luas permukaan 616 cm2. (π =
2.
Luas selimut kerucut 264 cm2. Jika jari-jari alas kerucut 6 cm, hitunglah panjang garis pelukisnya. (π =
3.
)
)
Luas selimut tabung 176 cm2. Jika tinggi tabung 8 cm, hitunglah jarijarinya. (π =
)
4.
Hitunglah diameter bola yang memiliki luas permukaan 1256 cm2 (π = 3,14)
5.
Diketahui luas selimut kerucut adalah 550 cm2 dan jari-jari alasnya 7 cm. Hitunglah panjang garis pelukisnya.
6.
Luas permukaan sebuah tabung tertutup adalah 528 cm3 dan jari-jari tabung 14 cm. Dengan π =
7.
hitunglah jari-jari tabung.
Diketahui luas permukaan bola 5.024 cm2 Hitunglah diameter bola itu (π = 3,14).
8.
Luas selimut tabung 616 cm2. Jika diketahui tingginya 28 cm, hitunglah diameter alasnya (π = 3,14).
9.
Luas sisi sebuah kerucut 125,6 cm2 dan jari-jari alasnya 5 cm. Hitunglah panjang garis pelukisnya (π = 3,14).
10.
Jika luas permukaan tabung 1.760 cm2 dan jari-jari alasnya 14 cm, hitunglah tingginya.
Kunci Jawaban 1.
7 cm
2.
14 cm
3.
3,5 cm
4.
20 cm
5.
25 cm
6.
7 cm
cxxi
7.
40 cm
8.
7 cm
9.
3 cm
10. 6 cm Pertemuan Keempat 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa)
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan
Waktu 10 menit
Keterangan Kelompok sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
2. Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya.
Memperhatikan dan menanggapi
Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Mendengarkan informasi dari guru
3.
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: menghitung volume tabung, kerucut, dan bola.
Aktivitas Siswa Memperhatikan
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
2.
Membagikan Lembar kerja pesera didik 4 untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
TGT langkah 3
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok
Mengikuti diskusi kelas
TGT langkah 4
4.
Meminta siswa untuk
TGT
cxxii
mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. - Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
cxxiii
langkah 5
3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2.
Memberikan pekerjaan rumah (Lembar kerja peserta didik 4 nomor 3, 6 dan 9) untuk mendalami materi yang telah dibahas
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
Mencatat tugas yang akan dikerjakan di rumah
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 4 (Tugas Kelompok) 1. Tentukan volume tabung yang jari-jari alasnya 10 cm dan tingginya 25 cm. Diketahui: r = . . . t= ... Volume tabung = . . .
(rumus)
= . . .x . . . x . . . = . . . Jadi, volume tabung adalah . . . 2. Hitunglah volume kaleng kopi kopi
pada gambar di samping!
Jawab: Diketahui: d = . . . t= ... Volume tabung = . . .
(rumus)
= . . .x . . . x . . . x . . . = . . . cxxiv
Jadi, volume kaleng kopi adalah . . . 3. Diketahui sebuah tabung (tanpa tulip) berisi susu, jari-jari tabung itu 10 dm dan luas seluruhnya 1.884 dm2. Tentukan volume tabung tersebut.
4. Hitunglah volume kerucut yang deameternya 14cm dan tingginya 30 cm. Jawab: Diketahui d = . . . à r = t=... Volume kerucut = . . .
(rumus)
= ... = ... Jadi volume kerucut adalah . . .
5. Sebuah kerucut beralaskan lingkaran dengan jari-jari 8 cm jika panjang garis pelukis pada kerucut 10 cm, hitunglah volume kerucut tersebut.
Jawab : Diketahui :
r=... s=...
t= = = t=... volume kerucut =. . . . . (rumus) =. . . . . =. . . . . Jadi volume kerucut adalah . . . 6. Jika tinggi dua buah kerucut mempunyai rasio 1:4 dan rasio jari-jari alasnya 4:1, tentukan rasio dari volume kedua kerucut itu.
cxxv
7. Hitunglah volume bola yang deameternya 42 cm ! jawab : diketahui : d = . . . à r = . . . volume bola = . . .
(rumus)
= . . . = . . . Jadi volume bola adalah. . . 8.
Luas permukaan suatu bola adalah 2.464 cm2. Hitunglah volume bola tersebut (
)
Jawab : Diketahui : luas permukaan bola = . . . Luas permukaan bola = . . . . .(rumus) =. . . . r2 = r = r =.... Volume bola = . . .
(rumus)
= . . . = . . . Jadi volume bola adalah . . .
9.
Gambar di samping menunjukkan benda yang terbentuk dari gabungan kerucut dan belahan bola. Hitunglah volumenya (π = 3,14)!
cxxvi
SOAL TURNAMEN 4
1.
Hitunglah volume bola yang berdiameter 42 cm.
2.
Sebuah kerucut dengan tinggi 10 cm dan jari-jari alas 2 cm. hitunglah volume kerucut itu. (π = 3,14)
3.
Sebuah kerucut beralaskan lingkaran dengan diameter 16 cm. Apabila panjang garis pelukis pada kerucut 10 cm, hitunglah volume kerucut itu.
4.
Keliling alas sebuah tabung 88 cm dan tingginya 20 cm. Hitunglah volume tabung tersebut dengan π =
.
5.
Diketahui luas permukaan suatu bola 144 π cm2. Hitunglah volume bola itu.
6.
Hitunglah volume kerucut yang memiliki jari-jari 7 cm dan panjang garis pelukis 25 cm. (π =
7.
)
Tiga bola bervolume V1, V2, dan V3 dengan jari-jari 1 m, 2 m, dan 3 m. Tentukan perbandingan volumenya.
8.
Panjang jari-jari alas sebuah kerucut 5 cm dan panjang garis pelukisnya 13 cm. Untuk π = 3,14, hitunglah volume kerucut tersebut!
9.
Hitunglah volume tabung di samping! 12 Cm
10. Jika diameter sebuah tabung adalah 14 cm dan tingginya 3 cm, hitunglah volumenya.
Kunci Jawaban 1.
38808 cm3
2.
41,87 cm3
cxxvii
3.
401,92 cm3
4.
12320 cm3
5.
904,32 cm3
6.
183,3 cm3
7.
1 : 8 : 27
8.
314 cm3
9.
602,88 cm3
10.
1848 cm3
Pertemuan Kelima 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 45 siswa)
2.
Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya
3.
Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: menghitung unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
Memperhatikan dan memberikan tanggapan Mendengarkan informasi dari guru
Aktivitas Siswa Memperhatikan
cxxviii
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
jika diketahui volumenya. 2.
Membagikan Lembar kerja pesera didik 5 untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
TGT langkah 3
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok
Mengikuti diskusi kelas
TGT langkah 4
4.
Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa
cxxix
TGT langkah 5
telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. - Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh 3.
Penutup
No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2.
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
Memberikan pekerjaan rumah Mencatat tugas (Lembar kerja peserta didik 5 yang akan nomor 3, 6 dan 9) untuk dikerjakan di rumah mendalami materi yang telah dibahas LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 5 (Tugas Kelompok)
1. Hitunglah jari-jari tabung yang volumenya 47,1 cm3 dan tingginya 1,5 cm dengan π = 3,14. Jawab: Diketahui: V = . . . t= . . . Volume tabung = . . . . .
.
(rumus)
= . . . r2 = r = = .
.
. cxxx
Jadi jari-jari tabung adalah . . . 2. Volume sebuah tabung 46,2 liter. Jika diameternya 7 dm, berapakah tinggi tabung tersebut? Jawab: Diketahui: V = . t= .
. . .
.
Volume tabung = .
.
.
.
.
.
.
.
= .
(rumus)
t= = . . . Jadi tinggi tabung tersebut adalah . . 3. Apabila dua buah tabung mempunyai perbandingan volume V2 : V1 = 4:3, tentukan perbandingan jari – jarinya ( r2 : r1) 4. Diketahui jari-jari alas sebuah kerucut 8 cm. Apabila kerucut itu mempunyai volume 640π cm3, hitunglah tinggi kerucut itu! Jawab: Diketahui: r = .
. .
V=.
.
.
Volume kerucut = .
.
.
.
.
(rumus)
. = . . . t
=
Jadi tinggi kerucut adalah . . . 5. Volume sebuah kerucut 8.316 cm3 dan tingginya 18 cm. Hitunglah panjang jari-jari alas kerucut itu dengan π =
!
Jawab: Diketahui: V = . . . t = . . . Volume kerucut = . . .
(rumus)
. . . = . . .
cxxxi
r2 = . . . r = = . . . Jadi panjang jari-jari alas kerucut adalah . . . 6. Volume sebuah kerucut adalah 314 cm3. Apabila jari-jari alasnya 5 cm, hitunglah luas permukaan kerucut tersebut (π = 3,14) 7. Hitunglah panjang jari-jari bola yang volumenya 904,32 cm3 dengan π = 3,14 ! Jawab: Diketahui: V = . . . = . . . Volume bola = . . .
(rumus)
. . .= . . . = . . . r3 = r= = . . . Jadi panjang jari-jari bola adalah . . . 8. Volume suatu bola 36π cm3. Hitunglah luas permukaan bola tersebut! Jawab: Diketahui: V = . . . Volume bola = . . .
(rumus)
. . .= . . . = . . . r3 = r= = . . . Luas permukaan bola = . . . = .
(rumus)
. .
Jadi permukaan bola adalah . . .
cxxxii
9. Jika rasio volume dari dua bola adalah 1 : 8, maka tentukan rasio dari luas permukaan bola itu!
SOAL TURNAMEN 5 1.
Tinggi sebuah kerucut 7 cm dan volumenya 66 cm3. Hitunglah panjang jarijari alas kerucut.
2.
Volume suatu tabung 18.840 cm3. Jika tinggi tabung 15 cm, hitunglah panjang jari-jari alas tabung itu dengan π = 3,14.
3.
Volume suatu kerucut 8.316 cm3 dan panjang jari-jarinya 21 cm. Hitunglah tinggi kerucut dengan π =
4.
Volume suatu tabung 628 cm3 dan tingginya 8 cm. Dengan π = 3,14 tentukan diameter alas tabung tersebut.
5.
Hitunglah tinggi suatu kaleng silinder yang berisi penuh zat cair sebanyak 785 cm3 dan berdiameter 10 cm (π = 3,14).
6.
Volume sebuah kerucut adalah 314 cm3. Jika jari-jari alasnya 5 cm dan π = 3,14 maka hitunglah panjang garis pelukisnya.
7.
Tentukan jari-jari suatu bola yang bervolume 288π cm3.
8.
Hitunglah tinggi suatu wadah yang berbentuk kerucut yang berisi 602,88 cm3 air, apabila diameternya 24 cm (π = 3,14).
9.
Volume suatu bola 38.808 cm3. Hitunglah diameternya (π =
10.
Volume sebuah silinder 352 cm3, tinggi silinder 7 cm. Apabila π = hitunglah panjang jari-jari silinder.
Kunci jawaban 1.
3 cm
2.
20 cm
3.
18 cm
4.
10 cm
5.
10 cm
6.
13 cm
cxxxiii
). maka
7.
6 cm
8.
4 cm
9.
21 cm
10.
4 cm
G. Penilaian Tehnik Bentuk Tes
: Kuis (Kelompok dan Turnamen) : Uraian
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 2.3) PERTEMUAN 6 DAN 7
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Pokok bahasan Standar Kompetensi
: SMP : Matematika : IX / 1 (satu) : Bangun Ruang Sisi Lengkung (BRSL) : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar
: 2.3
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola.
Indikator
: 2.3.1 Menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola.
Alokasi Waktu
A.
: 4 x 40 menit
Tujuan Pembelajaran
cxxxiv
Siswa dapat menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola.
B.
Materi Pelajaran Soal-soal yang berkaitan dengan tabung, kerucut, dan bola.
C.
Model Pembelajaran Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT
D.
Metode Pembelajaran Diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan
E.
Sumber Belajar Buku paket matematika M. Cholik. A dan Sugiyono, 2007. Matematika untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta:Erlangga
F.
Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Keenam 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa)
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompokyang telah ditentukan
2. Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya
Memperhatikan dan memberikan tanggapan
Memotivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Mendengarkan informasi dari guru
3.
2. Kegiatan inti
cxxxv
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
No Aktivitas Guru 1. Menjelaskan materi: menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas tabung, kerucut, dan bola 2.
Aktivitas Siswa Memperhatikan
Membagikan Lembar kerja pesera didik 6 untuk dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok
Mengikuti diskusi kelas
4.
Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain
cxxxvi
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
TGT langkah 3
TGT langkah 4
TGT langkah 5
(penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. - Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh 3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2.
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
Memberikan pekerjaan rumah Mencatat tugas yang (Lembar kerja peserta didik 6 akan dikerjakan di nomor 5) untuk mendalami rumah materi yang telah dibahas
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 6 (Tugas Kelompok) 1. Gambar disamping menunjukkan kap lampu dengan panjang jari-jari lingkaran atas 5cm dan jari-jari lingkaran bawah 10 cm. hitunglah luas bahan yang digunakan untuk membuat kap lampu tersebut! 2. Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda yang dibentuk dari belahan bola, tabung, dan kerucut. Hitunglah luas permukaan benda itu dengan π=3,14!
6 cm
10 cm cxxxvii
4 cm
3. Bola udara berbentuk bola terbuat dari bahan elastis. Hitunglah luas bahan yang diperlukan untuk membuat balon udara tersebut jika diameaternya 10 m dangan π =3,14!
4. Sebuah tempat es krim berbentuk kerucut terbuat dari kertas berdiameter alas 10 cm. Bila tinggi kerucut tersebut 12 cm, hitunglah luas kertas yang digunakan untuk membuat tempat es krim tersebut!
5. Sebuah tabung berisi bola yang menyinggung pad sisi alas, sisi atas, dan pada selimut tabung. Jika diketahui luas bola 616 cm2 dan π =
maka hitunglah
luas selimut tabung tersebut!
SOAL TURNAMEN 6 1.
Kubah sebuah masjid berbentuk setengah bola dengan diameter 14 cm. Hitunglah luas permukaan kubah itu.
2.
Sebuah tangki berbentuk tabung tertutup, berisi solar 471 liter dengan jarijari alas tangki 50 cm. Hitunglah luas permukaan tangki tersebut.
3.
Akan dibuat sebuah topi berbentuk kerucut dari karton. Tinggi topi kerucut 15 cm jari-jari alas 8 cm. Hitunglah luas karton yang diperlukan untuk membuat topi tersebut.
4.
Sebuah bola besar berdiameter 15 cm akan diisi penuh dengan bola-bola kecil berjari-jari 3 cm. Berapa banyak bola kecil yang diperlukan untuk memenuhi bola besar tersebut?
5.
Nina membuat tandon air berbentuk tabung tanpa tutup. Tinggi tandon 0,5 m dan volumenya 770 liter. Ternyata biaya yang dikeluarkan berdasarkan luas bahan yang digunakan. Berapa luas bahan untuk membuat tandon air itu?
Kunci Jawaban 1. 616 cm2
cxxxviii
2. 34.540 cm2 3. 628 cm2 4. 25 bola 5. 374 dm2 Pertemuan Ketujuh 1. Pendahuluan No Aktivitas Guru 1. Pembagian kelompok yang heterogen (beranggotakan 4-5 siswa)
Aktivitas Siswa Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan
2.
Membahas pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya
Memperhatikan dan memberikan tanggapan
3.
Memotivasi apabila materi ini dikuasai siswa dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan penggunaannya.
Mendengarkan informasi dari guru
2. Kegiatan inti No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Menjelaskan materi: Memperhatikan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume tabung, kerucut, dan bola 2.
Membagikan Lembar kerja pesera didik 6 untuk
Siswa mengerjakan soal yang diberikan
cxxxix
Waktu Keterangan 10 Kelompok menit sudah dibentuk sebelumnya TGT langkah 1
Waktu Keterangan 60 TGT menit langkah 2
TGT langkah 3
dikerjakan oleh masingmasing kelompok dan memantau kerja kelompok dan memberikan motivasi, sekaligus melatih ketrampilan kooperatif
guru secara kelompok dan mendiskusikan jawaban soal yang dikerjakan pada teman satu kelompok
3.
Memimpin diskusi kelas untuk memvalidasi jawaban/kesimpulan kelompok
Mengikuti diskusi kelas
4.
Meminta siswa untuk mengirimkan anggota turnamen sesuai dengan kompetensinya - Guru mengumumkan penempatan meja bagi setiap siswa. - Guru mendampingi dan mengontrol jalannya turnamen
Mengikuti turnamen dan mencatat skor yang diperoleh - Setiap siswa menempati meja turnamen yang telah ditetapkan guru. - Para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama, yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi - Pembaca mengambil kartu bernomor, mencari soal yang sesuai dengan kartu yang terambil, membaca soal dengan keras dan mencoba menjawab soal. - Siswa lain (penantang) ikut mencoba menjawab soal - Jika setiap siswa telah menjawab, menantang atau lewat, maka jawaban
cxl
TGT langkah 4
TGT langkah 5
dicocokkan pada kunci jawaban yang sesuai. - Jika permainan sudah berakhir, para siswa mencatat skor yang diperoleh
3. Penutup No Aktivitas Guru 1. Memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan nilai rata-rata perhitungan yang mereka peroleh dari hasil turnamen 2.
Aktivitas Siswa Menghitung skor rata-rata yang diperoleh dalam satu kelompok
Waktu Keterangan 10 TGT menit langkah 6
Memberikan pekerjaan rumah Mencatat tugas yang (Lembar kerja peserta didik 7 akan dikerjakan di nomor 4) untuk mendalami rumah materi yang telah dibahas
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 7 (Kerja Kelompok) 1. Sebuah lilin berbentuk tabung dengan diameter 15 cm dan tinggi 20 cm. Berapa lamakah lilin tersebut akan terbakar habis jika 1 cm3 lilin akan habis terbakar selama 4 menit? 2. Sebuah bola logam dimasukkan ke dalam tabung yang berisi air sehingga permukaan air di dalam tabung menjadi naik. Hitunglah tinggi air yang naik jika diameter bola = 3 cm dan diameter tabung = 5 cm! 3. Sebuah bandul logam terdiri dari gabungan sebuah kerucut dan sebuah bola yang berjari-jari 3 cm, dan tinggi kerucut 12 cm. alas kerucut berimpit dengan belahan bola. Jika berat 1 cm3 logam adalah 8 gram, tentukan berat bandul logam tersebut dengan π = 3,14! cxli
4. Balon udara berbentuk bola berdiameter 30 m diisi gas helium, sehingga dapat membawa penumpang naik ke udara. Berapa m3 volume gas helium dalam balon tersebut? 5. Sebuah penampung air berbentuk tabung dengan diameter alas 84 cm dan tinggi 1,5 m. Penampung air itu diisi menggunakan mesin air yang kecepatan aliran airnya rata-rata 10 liter permenit. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk mengisi penampung air tersebut sampai penuh?
SOAL TURNAMEN 7
1.
Balon udara berbentuk bola berjari-jari 15 m diisi gas helium, sehingga dapat membawa penumpang naik ke udara. Berapa m3 volume gas helium dalam balon tersebut?
2.
Sebuah lilin berbentuk tabung dengan diameter 5 cm dan tinggi 14 cm. Berapa lamakah lilin tersebut akan terbakar habis jika 1 cm3 lilin akan habis terbakar selama 3 menit?
3.
Sebuah logam berbentuk balok dimasukkan ke dalam tabung yang berisi air. Jika balok itu berukuran 11 cm x 7 cm x 5 cm dan diameter alas tabung 28 cm, hitunglah tinggi air yang naik!
4.
Sebuah tandon air berbentuk tabung mempunyai jari-jari 21 cm dan tinggi 1 m. Tandon air itu diisi menggunakan mesin air yang kecepatan aliran airnya rata-rata 10 liter permenit. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk mengisi tandon tersebut sampai penuh?
5.
Sebuah bandul logam yang merupakan gabungan dari sebuah kerucut dan setengah bola yang berjari-jari 7 cm, dan tinggi kerucut 20 cm. Alas kerucut berimpit dengan belahan bola. Jika berat 1 cm3 logam adalah 8 gram, tentukan berat bandul logam tersebut!
Kunci Jawaban 1.
14.130 m3
2.
91,7 menit
cxlii
3.
0,625 cm
4.
13,86 menit
5.
19.712 gram
G.
Penilaian Tehnik Bentuk tes
: Kuis (Kelompok dan Turnamen) : Uraian
cxliii
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Anita Lie. 2008. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Ayuning Tyas Wulandari (2007). Eksperimentasi Metode Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) Pada Pokok Bahasan Peluang Ditinjau dari Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMP Negri 1 Donorojo Tahun Pembelajaran 2006/2007. Surakarta : Tesis Pascasarjana UNS Bell, Frederick. H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School) Second Edition Duboque. Lowa : Wn. C Brown Company Publishers Blacman Derek etc. al. 1982. Cognitive Styles and Learning Disabilities. Journal of Leaning Disabilities volume 21, number 5, page 106-115. Bobbi DePorter & Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Penerjemah : Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Sari Meutia Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : Sebelas Maret Universitas Press Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press Depdiknas. 2001. Belajar dan Mengajar Kontekstual. Jakarta Dewi Susilowati. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament (TGT) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SLTP Negeri Se Kecamatan Sukoharjo. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS Effandi Zakaria and Zanaton Iksan. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, volume 3, number 1, page 35-39.
cxliv
Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-UPI Herman Hudoyo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Hindarso. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Pokok Rumus-Rumus Trigonometri ditinjau dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Kota Surakarta. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS Irvine Clarke III, Theresia B. Flaherty and Michael Yankey. 2006. Teaching the Visual Learner: The Use of Visual Summaries in Marketing Education. Journal of Marketing Education, volume 28, Number.3, page 218-226. Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta. Joko Bekti Haryono. 2005. Pembelajaran Matematika Realistik Pokok Bahasan Relasi dan Pemetaan pada Siswa kelas II SMP Negeri di Sukoharjo. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS Joesmani. 1988. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pengajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Marpaung. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika (kumpulan makalah). FKIP Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Marpaung. 2008. Mengembangkan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di Universitas Ganesha, Singaraja Bali, 21 Juni 2008. M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2006. Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga. Melvin. L Sill Berman. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Secara Aktif. Bandung: Nusamedia Michael J. Lawson. 2000. Knowledge Connectedness in Geometry Problem Solving. Journal for Research in Mathematics Education Volume 31, Number 1, page 26-43
cxlv
Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2007. Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melath Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta :Ar-Ruzz Media. Mulyono Abdurrahman. 2003 Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Depdikbud DIKTI M. Nur. 1987. Pengantar Teori Tes. IKIP Surabaya Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Paul Suparno.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Slavin E. Robert. 2008. Cooperative Learning : Tesis, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta : Bumi Aksara Syaifuddin Azwar. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Terry Wood. 1999. Creating a Context for Argument in Mathematics Class. Journal for Research in Mathematics Education Volume 30, Number 2, page 171-179 Tirtonegoro. S. 1984. Anak Super Normal dan Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.
cxlvi