e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No. 1 – Tahun 2015)
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS BERBANTUAN MEDIA KOLASE UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS Made Ratnasari Dewi1, Ketut Pudjawan2, Mutiara Magta3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus anak setelah penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Kolase untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B3 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20 orang anak pada kelompok B3 semester II TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja tahun Pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan instrument pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan motorik halus setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase pada siklus I sebesar 52,50% dengan kriteria sangat rendah menjadi sebesar 83,43% pada siklus II yang ada pada kriteria tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan perkembangan motorik halus pada anak sebesar 30,93%. Kata-kata kunci: teams games tournament (TGT), media kolase, perkembangan motorik halus Abstract This research is aimed at finding out the improvement of students’ fine motor ability after the Implementation of cooperative learning of Teams Games Tournament (TGT) assisted Media Collage to increase students’ fine motor abilty on the second semester of B3 group students of TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja in academic year 2014/2015. This research was a classroom action research which has implemented in two cycles. The subject of this research was 20 children of the second semester of B3 group students of TK Kemala Bhayangkari on the academic year 2014/2015. The data of this research was obtained through observation method and the instrument used is the observation sheet. This research was analyzed by using descriptive statistic method and quantitative descriptive method. The result of the data analysis shown that there is an improvement towards students’ fine motor ability after the implementation of cooperative learning of Teams Games Tournament (TGT) assisted media collage in cycle I was 52,50% and considerate as very low improved to be 83,43% in the cycle II which is categorized as high. Thus, there was an improvement towards the children’fine motor progress about
30,93% Keywords: teams games tournament (TGT), media collage, fine motor progress
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN TK merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini dengan rentangan usia 4-6 tahun. Para pendidik di lembaga ini harus dapat memberikan layanan secara profesional kepada anak didiknya ke arah pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, agar anak didiknya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mempersiapkan diri mereka untuk memasuki pendidikan dasar. Program pendidikan fisik/motorik sangat penting bagi anak karena perkembangan fisik seorang anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Perkembangan fisik anak berjalan seiring dengan perkembangan motorik. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Menurut Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu pertama system syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; kedua otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; ketiga kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan keempat struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Pengembangan kemampuan psikomotorik merupakan suatu upaya mengembangkan kemampuan mengendalikan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, syaraf, dan otot. Gerak motorik anak terjadi di bawah kendali susunan saraf pusat. Kompetensi Motorik anak ialah melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, dan persiapan untuk
menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih keberanian; kelincahan, dan melatih keberanian; mengekspresikan diri dan berkreasi dengan mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni suatu karya seni. Kemampuan psikis adalah kemampuan untuk mendapatkan Informasi dan Energy di dalam alam semesta, Serta sebuah keahlian untuk menggunakannya. Untuk anda yang sudah begitu jenuh dengan sistem tradisi, kemungkinan besar anda akan berbakat dalam bidang ini, karena jiwa anda sudah mandiri dan tidak tergantung dengan keyakinan orang lain. Perkembangan motorik halus anak memiliki pengaruh terhadap perkembangan otak (kecerdasan) dan kepercayaan diri. nilai sikap, maupun keterampilan gerak itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak-Kanak bertujuan membantu mengembangkan kemampuan anak yang salah satunya adalah kemampuan motorik halus anak, TK harus dapat menyediakan sumber daya manusia (Pendidik) yang berkualitas dan sarana prasarana yang dapat mendukung tujuan pendidikan di TK. Menurut Mahendra (dalam Sumantri, 2005:143) menyatakan, keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan untuk mengontrol otototot kecil/halus untuk mencapai pelaksana keterampilan yang berhasil. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Motorik halus mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk. Perkembangan motorik ada dua, salah satunya adalah motorik halus. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Kecerdasan motorik halus anak berbedabeda. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Harapan tentang perkembangan keterampilan motorik halus mencakup gerakan-gerakan halus lengan dan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya : meniru bentuk, menggambar dengan benar, mewarnai dengan garisgaris, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, dan mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama 3 bulan pada saat peneliti melaksanakan kegiatan PPL REAL di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja di kelompok B3, diketahui bahwa perkembangan motorik halus anak belum berkembang secara optimal. Hal tersebut terlihat dari anak di kelompok B3 ini berjumlah 20 orang, dimana ada 6 anak belum mampu menggunting, 5 anak belum mampu meniru bentuk, 15 anak belum mampu menempel, 5 anak belum mampu kemampuan memegang dengan ibu jari dan telunjuk, 6 anak memegang pensil dengan benar, 5 anak meniru bentuk. Adapun keterampilan yang dituntut pada penelitian ini adalah keterampilan menempel. Hal tersebut dikarenakan media yang tersedia sangat terbatas, kurang relevan dengan tujuan pembelajaran khususnya dalam peningkatan perkembangan motorik halus anak, metode dan strategi guru belum bervariasi dalam proses pembelajaran serta masih kurangnya kreativitas guru dalam
penyediaan sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut. Mencermati uraian masalah tersebut di atas, di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 2 Singaraja di kelompok B3 terdapat keterampilan yang dituntut pada penelitian ini adalah keterampilan menempel. Hal tersebut dikarenakan media yang tersedia sangat terbatas, kurang relevan dengan tujuan pembelajaran khususnya dalam peningkatan perkembangan motorik halus anak, metode dan strategi guru belum bervariasi dalam proses pembelajaran serta masih kurangnya kreativitas guru dalam penyediaan sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut. Faktor-faktor penyebab rendahnya perkembangan anak karena kurangnya motivasi anak. Ini dapat dilihat dari kurangnya minat atau perhatian anak terhadap materi yang disampaikan guru, kurangnya media yang tersedia sangat terbatas dan kurang. Selama ini peneliti sebagai pendidik di Taman Kanak-kanak telah mencoba memberikan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, akan tetapi peneliti mendapat suatu permasalahan yaitu masih rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam menggerakkan jari tangan untuk kegiatan, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, melipat kertas, mengisi pola dengan cara menempelkan benda-benda kecil,dll Beberapa siswa masih terlihat bermainmain pada saat diajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan. Hartati (dalam Aisyah, 2008:1.4) yaitu karakteristik anak di usia dini masih memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Sehingga jika guru menjelaskan terlalu lama anak akan cepat bosan dan akan banyak bermainmain dalam proses pembelajaran. Masih ada banyak anak yang takut untuk ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru. Sering kali pembelajaran masih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) centered). Hal ini menjadikan anak malas untuk berpikir dan kemampuannya memecahkan masalah menjadi kurang optimal. anak kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Berdasarkan permasalahan di atas khususnya perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan khususnya motorik halus anak, agar mencapai perkembangan yang optimal. Alternatif pembelajaran yang bisa diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pembelajaran kooperatif TGT adalah salah satu tipe atau pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa serta melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ini siswa dituntut untuk saling kerjasama, aktif dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun kelompoknya, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan serta toleransi. Berdasarkan uraian di atas dan bertolak dari penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2014) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament berbantuan Media Kotak Pos Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak menyatakan bahwa kelebihan dari TGT yaitu mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan kebebasan dan keaktifan siswa meningkat, sehingga siswa menjadi senang dalam mengikuti pelajaran. Selain pembelajaran yang sangat penting sekali diterapkan untuk siswa, dimana aplikasi pembelajaran kooperatif dengan bantuan media kotak pos geometri ini juga akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Menurut Saco (dalam Rusman, 2010:224) dalam TGT siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok). Menurut Rusman (2010:240) Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Menurut Nur (2011:40) Teams Games Tournament (TGT) merupakan teknik yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Menurut Saco (dalam Trianto, 2007:224) menyatakan dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing”. Berdasarkan definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran kooperatif yang beranggotakan 4 sampai 6 orang untuk memperoleh skor bagi tim mereka masingmasing yang memiliki jenis kelamin, suku, dan ras berbeda. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Kolase Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B3 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Di TK Kemala Bhayngkari 2 Singaraja. METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan PTK adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas segera dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses atau program (program pembelajaran) yang
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) sedang berjalan. Menurut Wardani,dkk (2008:1.4) menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Peneliti berperan sebagai guru yaitu terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak kelompok B3 TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja yang berjumlah 20 anak. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Dalam PTK ini, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap rencana tindakan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengamatan, (4) tahap refleksi (Arikunto, 2012:16). Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut.
observasi. Hal ini dilakukan untuk mengamati jalannya proses pembelajaran selama tindakan diberikan. Dari pendapat di atas, metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data Perkembangan motorik halus dalam menempel biji-bijian selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data perkembangan motorik halus. Tabel 01 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus Anak. No. 1
2
3
4
Gambar 1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2012:16) Pengumpulkan data penelitian ini menggunakan observasi dengan instrumen
dalam metode lembar
Capaian Perkembangan Meniru bentuk
Menggambar sesuai gagasannya Menciptakan sesuatu dengan berbagai media
Indikator Meniru membuat garis tegak datar miring lengkung dan lingkaran Mengambar bebas dengan berbagai media Menciptakan bentuk dari kepingan geometri
Menempel gambar dengan tepat
Membuat gambar dengan tehnik kolase dengan memakai berbagai media (kertas, ampas kelapa bijibijian, kain, daun pisang, perca, dll) ( Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun, 2010) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan metode kooperatif dengan media kolase. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran terutama menempel kolase. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu (*), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (**), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga (***), dan anak berkembang sangat baik dengan tanda bintang empat (****). Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya akan dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini dapat menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Dalam Buku Metodologi Penelitian dinyatakan bahwa Metode analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me) dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum (Agung 2010:65). Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam (a) tabel distribusi frekuensi, (b) menghitung angka rata-rata atau mean (M), (c) menghitung modus (Mo), (d) menghitung median (Me), dan (e) menyajikan ke dalam grafik polygon. Metode analisis deskripsi kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya perkembangan kemampuan motorik halus anak dalam metode kolase menggunakan pedoman Konversi penilaian acuan patokan (PAP) skala lima.
Tabel 02 Pedoman Konversi (PAP) Skala Lima. Kreteria Perkembangan Persentase Motorik Halus Dalam Menempel Media Kolase 90-100 Sangat tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan april 2015 di kelompok B3 TK Kemala Bhayangkari 2 singaraja tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah subjek sebanyak 20 anak. Tema yang digunakan pada saat penelitian ini berlangsung adalah alam semesta dan tanah airku. Siklus I dan II terdiri dari sembilan kali pertemuan, dimana enam kali untuk latihan dan tiga kali untuk evaluasi penilaian kemampuan perkembangan motorik halus dengan media kolase. Data yang dikumpulkan adalah mengenai perkembangan motorik halus anak berbanatuan media kolase. Data yang dikumpulkan yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media kolase untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 2. Grafik Perkembangan Motorik Halus Anak pada Siklus I. Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) (6<8<8,4), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan motorik halus anak pada siklus I merupakan kurve juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung sangat rendah.
Gambar 3. Grafik Perkembangan Motorik Halus Anak pada Siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M (15,00>14,00>13,35), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor perkembangan motorik halus berbantuan media Kolase pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja pada anak kelompok B3 semester II tahun pelajaran 2014/2015 selama dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan perkembangan motorik halus berbantuan media Kolase setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat perkembangan motorik halus pada anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayngkari 2 Singaraja tergolong sangat rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat perkembangan motorik halus yang tinggi. Berdasarkan analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif
dan analisis statistik deskriptif kuantitatif diperoleh perkembangan motorik halus berbantuan media Kolase setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. dari 52,50% pada siklus I yang tergolong sangat rendah meningkat menjadi 83,43% pada siklus II yang tergolong tinggi. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah yang perkembangan motorik halus anak masih berada pada kriteria sangat rendah, hal ini disebabkan karena terdapat kendala-kendala sebagai berikut. Anak tidak mengerti dengan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yang diterapkan peneliti., Beberapa anak bermain-main pada saat diajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan., Hartati (dalam Aisyah, 2008:1.4) yaitu “karakteristik anak di usia dini masih memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek”. Sehingga jika guru menjelaskan terlalu lama anak akan cepat bosan dan akan banyak bermain-main dalam proses pembelajaran., Masih ada anak tidak mau duduk berkelompok dengan perempuan dan lakilaki. Dalam penelitian siklus 1 ke siklus II kemampuan perkembangan motorik halus anak mengalamai peningkatan dari kriteria sangat rendah pada siklus 1 dan ke kriteria tinggi pada siklus II. Hal ini disebabkan karena harapan tentang perkembangan motorik halus anak dalam keterampilan yang di tuntut pada penelitian ini adalah menempel media kolase. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif setelah anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja setelah belajar dengan kelompoknya, masing-masing anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Terjadinya interaksi antar kelompok dapat melatih anak menerima anggota yang memiliki jenis kelamin, suku, dan ras berbeda. Setelah tumbuh motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok maka kemampuan belajar akan
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) berkembang sehingga hasil belajar anak menjadi lebih baik. Dari beberapa kendala-kendala yang dihadapi untuk meningkatnya kemampuan motorik halus anak di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja, hal ini sesuai dengan pendapat menurut Lismadiana (2013:102) mengemukakan bahwa “perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak.” Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang dengan kematangan saraf dan otot anak, sehingga setiap gerakan sederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase dapat meningkatkan kreativitas anak, kemampuan motorik halus anak dan keterampilan anak. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan seseorang dalam berbagai gerakan tubuh yang membutuhkan pelemasan otot-otot halus dan berbagai aktivitas jari-jemari. Adapun keterampilan yang dituntut pada penelitian ini adalah keterampilan menempel. Pada penelitian ini keterampilan menempel yang dicapai adalah keterampilan menempelkan kacang hijau. Seiring dengan pendapat di atas bahwa bermain dapat meningkatkan keterampilan anak, maka melalui media kolase ini keterampilan menempel anak dapat ditingkatkan. Dalam media kolase guru dapat merangsang anak dengan cara memberikan stimulus berupa pertanyaanpertanyaan agar anak lebih aktif dan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri, memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan motorik halus anak dalam keterampilan menempel biji-bijian dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase.
Menurut Afriyanti (2012:25) “Permainan kolase adalah komposisi artistik yang menggunakan motorik halus anak dan merupakan bidang seni menggambar dengan menempelkan sesuatu pada suatu pola”. Menurut Suarjana (dalam Yuliana, 2012) mengemukakan “kelebihan dari tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu proses pembelajaran berlangsung dengan keaktifan dari siswa, mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan serta toleransi”. Jadi pembelajaran kooperatif tipe tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan perkembangan anak karena kelebihan dari pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) ini adalah anak dilatih untuk bersosialisasi dan menumbuhkan rasa toleransi terhadap lingkungan hidupnya. Menurut Wijana (2008:1.31) menyatakan pada proses pembelajaran guru harus menjelaskan kembali pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dan media yang dipakai dalam kegiatan dengan menyampaikan cara pembelajaran kooperatif dengan lebih menarik, menciptakan suasana lingkungan yang kondusif sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan perhatian anak-anak akan fokus ke depan kelas, dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan memberikan motivasi sertasemangat kepada anak untuk tidak takut ke depan kelas maka anak akan tertantang dan lebih semangat dalam melaksanakan perintah guru. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Media kolase Berdasarkan perbaikan serta menciptakan kegiatan pembelajaran yang dipaparkan pada refleksi siklus I, maka siklus II diperoleh adanya peningkatan terhadap anak yang mengalami perkembangan motorik halus anak yaitu dari 52,50% pada siklus I meningkat menjadi 83,43% pada siklus II yang
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) tergolong tinggi, yang berada pada tingkat penguasaan 80-89%.Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 30,93%. Dengan demikian, pada siklus II perkembangan motorik halus anak dikatakan berhasil sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada anak kelompok B3 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kemala Bhyangkari 2 Singaraja.
inovatif. Dan Kepada peneliti disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan perkembangan kognitif anak kelompok B3 TK Kemala Bhyangkari 2 Singaraja setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantuan media kolase sebesar 30,93%. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 52,50% yang berada pada kategori sangat rendah menjadi sebesar 83,43% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.
Afriyanti. 2012. “Meningkatkan Keterampilan Menempel Melalui Permainan Kolase Dari Bahan Alam Anak Tunagrahita Ringan”. Volume 1 No. 3.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Kusuma, ayu. (2014). “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournamentberbantuan Media Kotak Pos Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak”. Volume 2 No 1.
Saran Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Kepada guru disarankan lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode serta media pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak. Kepada siswa disarankan lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kepada kepala sekolah disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien dan
Latif, Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. Lismadiana. 2013. Peran Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Keolahragaan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen
e-journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD Sujiono, Nurani Yuliani, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.