e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN KOLASE BERBANTUAN MEDIA ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK Komang Ayu Sugiartini Pramita Dewi1, I Wyn. Darsana2, IB.Surya Manuaba3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan kolase untuk meningkatkan kemampuan motorik halus kelompok B semester II PAUD Kumara Loka Denpasar. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang anak kelompok B 5 PAUD Kumara Loka Denpasar. Data kemampuan motorik halus dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian kemampuan motorik halus sebesar 44,2% dengan kategori sangat rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian kemampuan motorik halus sebesar 81,5% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan kolase berbantuan media alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B semester II PAUD Kumara Loka Denpasar. Kata-kata kunci: metode pemberian tugas, kolase, media alam, motorik halus.
Abstract This study aims to determine the increase in the motor skills abilities of children through the implementation the method of administration tasks through collage assisted natural media to improve motor skills abilities of group B second semester Early Childhood Kumara Loka. This research is Classroom Action Research. The subjects in this study were 15 children Early Childhood group B5 Kumara Loka Denpasar. Data were collected with motor skills abilities using non-test methods observation. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis of quantitative techniques. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle known to the achievement of motor skills abilities by 44.2 % with a very low category. While in the second cycle of fine motor skills attainment 81.5 % with high category. It can be concluded that by applying the method of administration tasks through assisted natural media collages can improve motor skills abilities of children in group B the second semester of early childhood Kumara Loka Denpasar. Keywords: method of administration tasks, natural media ,collage, motor skills
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapat kan pembinaan yang baik sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mentalnya, dan tentunya akan berdampak pada pening katan prestasi belajar, etos kerja dan produktivitas. Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitas di masa depan. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu upaya-upaya pengem bangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan bermain. Bagi orang dewasa, bermain masih sering diartikan sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu. Padahal, sesungguhnya itu adalah sarana terbaik bagi seorang anak untuk belajar secara aktif dan menyenangkan. (Anita,2005:61) “bermain adalah sarana paling tepat untuk menumbuhkan pola berpikir kritis dan kreatif”. Melalui bermain anak dapat memperoleh kesem patan untuk berkreasi, bereksplorasi, menemu kan, dan mengekspresikan perasaannya. Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar. Anak usia dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkem bangan unik, karena proses perkem bangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersamaan dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Dimasa peka, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Artinya, golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerda san anak sebanyak-banyaknya.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Aisyah, 2008:1.3) menyatakan bahwa: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertum buhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan (Aisyah,2008:1.3), menga takan bahwa “anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD”. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingku ngan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempa tan kepadanya untuk menge tahui dan memahami pengalaman belajar yang di perolehnya dari lingkungan. PAUD men dasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal sela ma masa usia dini memiliki dampak ter hadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Agar anak mencapai per kembangan yang optimal maka media sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak, dalam hal ini media alam yang akan di gunakan dalam media mengajar tersebut bahannya diambil dari lingkungan kehidupan siswa, sehingga bahan tersebut merupakan bahan yang mudah didapatkan seperti daun pisang, biji-bijian, dan batu-batuan. Penerapan metode pemberian tugas akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan dapat mening katkan perkembangan motorik halus anak dengan kegiatan pembelajaran kolase. Pembuatan kolase merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak untuk meningkatkan perkem bangan motorik halus anak, sehingga
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dengan kegiatan membuat kolase anakanak dapat melatih kesabaran, ketelitian, kejelian, kebersamaan, dan terutama melatih koordinasi gerak tangan. Koordi nasi gerak tangan anak perlu dilatih agar gerakan tangan anak terbiasa dengan hal-hal baik. Apabila dilihat dari fisiknya, kerajinan kolase ditinjau dari seni rupa tidak banyak kita temukan mengenai ungkapan ekspresinya. Bahkan pengerjaan kolase lebih mengutamakan keterampilan fisik tentang kerja yang membutuhkan keteliti an, kesabaran, kejelian dan paling utama ketrampilan. Berdasarkan pengamatan di kelas dalam kegiatan kolase anak-anak usia dini sebagian besar mengalami kesulitan, dan anak-anak merasa bosan dengan kegiatan kolase, sehingga hasil pembuatan kolase pun tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya anak-anak usia dini menyukai sesuatu yang indah dan menarik. Oleh sebab itu agar anak-anak menyukai kegiatan kolase dan tidak kesulitan dalam pembuatan kolase, pendidik harus dapat menyediakan bahan -bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase, yaitu bahan yang disukai anak-anak. Bahan yang diguna kan untuk membuat kolase di sekolah disesuaikan dengan tingkat perkemba ngan anak. Untuk mewujudkan hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan kemampuan anak dan sesuai dengan tujuan pembe lajaran dibutuhkan seorang guru yang profesional yang dapat menguasai materi pembelajaran dan mengerti karak teristik serta perkembangan anak. Dengan metode yang tepat dan media yang di sukai anak juga diharapkan dapat mening katkan hasil belajar anak dalam kegiatan kolase. Dengan demikian sudah sangat memungkinkan untuk para guru khusus nya guru TK agar lebih kreatif dalam mengkemas suatu kegiatan mengi ngat kemampuan dasar dalam pemben tukan perilaku sangat penting dikaitakan dengan perkembangan kemampuan anak. Dimana kegiatan yang disampaikan oleh guru untuk anak-anak diharapkan agar dilaksanakan secara kreatif dan inovatif (sesuatu yang menarik).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di PAUD Kumara Loka Denpasar, bahwa hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kolase adalah, 1) kegiatan pembelajaran dalam kolase yang berlangsung masih belum memenuhi peningkatan perkembangan kemampuan motorik halus, sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat perkembangan anak. 2) sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. 3) kurangnya media yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Penerapan Metode Pem berian Tugas Melalui Kegiatan Kolase Berbantuan Media Alam Untuk Meningkat kan Kemampuan Motorik Halus Kelom pok B Semester II PAUD Kumara Loka Denpasar. Metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesem patan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang disiapkan oleh guru. Menurut (Roestiyah,1998:132) menga takan “teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama me lakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menja di lebih terintegrasi” sedangkan menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993 :62)mengemukakan bahwa “dengan menggunakan metode pemberi an tugas diharapkan dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang benar sehingga pembelajaran berlangsung dan memban tunya mengingat kembali dengan mudah berba gai pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari”. Jadi metode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar yang berupa suatu pemberian tugas oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Tugas itu diberikan untuk memberi kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melak sanakan dari awal sampai tuntas. Tugas
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) yang diberikan kepada anak dapat secara perorangan atau kelompok. Pemberian tugas itu harus jelas dan penentuan batas yang tepat yang diberikan benar-benar nyata. Pemberian penentuan batasan tugas merupakan pra syarat yang sangat penting yang harus dapat perhatian guru TK. Banyak anak yang mengalami kesulitan untuk memperoleh kemajuan belajar karena tidak menentunya batas tugas yang diberikan guru yang harus diselesaikan. Siswa harus mendapat kejelasan mengapa ia harus mengerjakan tugas itu. Anak harus tahu apa yang menjadi tujuan dari tugas yang diberikan guru. Kejelasan penentuan batas tugas yang harus diselesaikan anak akan memperkecil kemungkinan anak mem buang-buang waktu dan tenaga untuk suatu kegiatan yang tidak membutuhkan hasil dan tidak bermakna bagi anak. Jadi agar batas tugas itu dapat dipahami anak ada beberapa faktor berpengaruh dalam penentuan batas tugas bagi anak TK antara lain : 1) Tugas itu harus cukup jelas rinciannya agar tugas tidak mem bingungkan. 2) Tugas yang diberikan guru harus jelas kaitannya dengan hal-hal konkret yang dihadapi anak sehari-hari. 3) Pemberian tugas secara lisan harus singkat tetapi rinci agar tiap anak memahami tugas yang harus diselesai kan. 4) Pemberian tugas kepada anak TK hendaknya memperhatikan pengemba ngan aspek-aspek pribadi anak. (Moesli chatoen, 2004 : 181). Metode pemberian tugas merupa kan salah satu metode untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat mening katkan cara belajar yang lebih baik dan memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Pemberian tugas merupa kan tahap yang paling penting dalam mengajar. Karena dengan pemberian tugas itu guru TK memperoleh umpan balik tentang kualitas hasil belajar anak. Hasil pemberian tugas yang diberikan secara cepat dan menjadi kemampuan pra syarat anak untuk memperoleh penga laman belajar yang lebih luas, tinggi dan kompleks (Moeslichatoen,2004:184).Pem berian tugas bila diran cang secara tepat dan proposional akan dapat meningkat kan bagaimana cara belajar yang benar.
Dalam melaksanakan tugas itu anak dibimbing menyelesaikan tugas untuk memperoleh pemantapan penguasaan, memperbaiki kesalahan cara belajar. Dengan demikian, dampak pemberian tugas merupakan penyempur naan cara belajar yang sudah dikuasai. Melalui pemberian tugas anak semakin terampil mengerjakan, semakin lancar, semakin pasti, semakin terarah ke pencapaian tujuan. Pemberian tugas yang diberikan secara teratur, berkala, dan ajeg akan menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif yang pada gilirannya dapat memotivasi anak untuk belajar sendiri, berlatih sendiri, mempelajari kembali sendiri. Pemberian tugas secara tepat dan dirancang secara seksama dapat meng hasilkan prestasi belajar optimal. Prestasi belajar optimal akan menjadi landasan yang kuat dalam memasuki kegiatan belajar lebih lanjut, yang merupakan peningkatan penguasaan kemampuan yang sudah dimiliki itu. Bila pemberian tugas itu menggunakan bahan yang bervariasi, dan sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, maka memberikan arti yang besar bagi anak TK tersebut. Penggunaan materi secara bervariasi itu banyak alternatifnya antara lain, menggunakan bahan yang sama dengan cara yang berbeda-beda, atau mengguna kan bahan yang memang betul-betul baru. Alternatif-alternatif tersebut dapat membangkitkan minat anak terhadap tugas yang akan diberikan berikutnya. Setiap akan menerima tugas dari guru anak menunggu penuh rasa ingin tahu, penuh semangat dan siap untuk menger jakan. (Moeslichatoen, 2004 : 185). Bila pemberian tugas kepada anak dengan memperhitungkan waktu dan kesempatan yang tersedia, maka pembe rian tugas itu merupakan pengalaman belajar yang dapat dirasakan manfaatnya bagi anak. Banyak waktu yang diperlukan untuk menger jakan tugas itu tidak sama. Penerapan metode pemberian tugas dalam proses pengajaran, umumnya dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan yang telah diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang representatif untuk kegiatan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) belajarnya. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti daftar pertanyaan mengenai suatu pokok bahasan tertentu, suatu perintah yang harus dibahas melalui diskusi atau perlu dicari uraiannya dalam buku pelajaran yang lain. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, mengumpulkan sesuatu, mem buat sesuatu, mengadakan observasi, eksperimen dan berbagai bentuk tugas lainnya. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Perlu dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat diharapkan agar setelah mem berikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada pertemuan berikut nya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model pengajaran seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajarnya. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihanlatihan selama mengerjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda- beda pada saat menghadapi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan penge tahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemam puan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar yang eksploratif, mendorong prilaku kreatif, membiasakan berpikir
komprehensif, dan memupuk kemandiri an dalam proses pembelajaran. Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar untuk memban dingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan pengetahuan dan menam bah penga laman berharga bagi siswa. Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas (Roestiyah, 1998:135) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut: (1). Merumus kan tujuan khusus dari tugas yang diberikan, (2). Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan. Perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti. Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru hendak nya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas seringkali diterjemahkan oleh sebagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa. Akan tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di tempattempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas. Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, disekolah, di perpustakaan, dan tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok. Penguasaan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan kelompok,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penguasaan yang diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan. Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senan tiasa diharapkan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa. Berbicara tentang kelebihan metode pemberian tugas Sumantri (dalam Seminar, 2012:13) mengatakan bahwa, Kebaikan metode pemberian tugas ada lah: 1)membuat peserta didik aktif belajar, 2) merangsang peserta didik bela jar lebih baik, 3) dapat mengembangkan kemandirian peserta didik, 4) membuat pelajar lebih bergairah, 5) membina tang gung jawab dan disiplin peserta didik, 6) mengembangkan kreativitas dan kemam puan peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahan adalah barang yang hendak dijadi kan barang yang berkreasi. Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Poerwadarminta (1993 :56) mengungkapkan bahwa: “bahan adalah barang yang akan dijadikan ba rang lain. Dengan kata lain bahan yang diperoleh akan dibuat sesuatu yang lain menjadi lebih indah dan bermakna.” Misal kan saja seperti: karet diolah menjadi ban,kertas bekas yang digunakan menja di gambar kolase dan sebagainya. Sumanto (2006:94) menyatakan bahwa: “bahan kolase bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa atau bekas dan sebagainya. Misalnya kertas koran, kertas kalender, kertas berwarna, kain perca, benang, kapas, plastik, sendok eskrim, serutan kayu, serutan pensil, kulit batang pisang kering, kerang, elemen elekronik, sedotan minuman, tutup botol dan sebagainya”. Selanjutnya bahan kolase dapat dike lompokkan menjadi: bahan-bahan alam (daun,ranting, bunga kering, kerang, batu-batuan),bahan-bahan olahan (plastik ,serat sintetis,logam,karet), bahan-bahan bekas (majalah bekas, tutup botol, bungkus permen atau coklat). Berdasar kan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahan-bahan yang dapat dijadikan seba gai bahan membuat gambar dengan teknik kolase antara lain: bahan alam (kulit batang pisang kering, daun, ranting dan bunga kering, kerang, batu batuan), bahan olahan (kertas berwarna, kain perca, benang, kapas, plastik sendok es krim, sedotan minuman, logam, karet), ba han bekas (kertas koran, kalender bekas, majalah bekas, tutup botol, bungkus makanan). Sedangkan untuk bahan-bahan yang tidak memakan biaya yang dapat dijadikan sebagai bahan membuat gambar dengan teknik kolase antara lain: kertas bekas, daun kering, kulit, kain perca, biji-bijian, bekas potongan kaca, serutan kayu, unsur kelapa, bekas potong an logam, bekas potongan keramik, dan sebagainya. Perkembangan gerak moto rik halus adalah meningkatnya pengkoor dinasian gerak tubuh yang meli batkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengem bangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menem pel, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nursalam (2005: 65) perkembangan motorik halus adalah “Kemampu an anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibat kan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.” Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membu tuhkan koordinasi mata dan tangan dan tangan yang cer mat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia PAUD, antara lain adalah anak mulai bisa menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu sendiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat di lakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh atau bagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari kemam puan motorik halus pada anak belajar
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan perge langan tangan agar lentur dan anak dan anak belajar bekreasi, seperti menggun ting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Faktor-faktor yang membantu mening katkan motorik anak yang dapat di lakukan oleh guru: 1). Menyediakan pera latan atau lingkungan yang memung kinkan anak melatih keterampilan motorik nya, 2). Setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu keterampilan, 3). Aktivitas fisik anak bervariasi yaitu, aktivitas fisik untuk ber main dan bergembira sambil mengge rakan anggota tubuh. Aktivitas fisik anak dapat mencapai kemampuan yang di harapkan sesuai dengan perkembangan nya. Adapun fungsi perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007:41) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus yaitu : 1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. 2) Melalui keterampi lan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpenness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupanya. 3) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas, (2007: 13), sebagai berikut : 1) Memberikan kebebasan untuk ber ekspresi pada anak. 2) Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk berkreatif, 3) Memberikan bimbingan kepada anak untuk menen tukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media, 4) Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang da pat merusak keberanian dan perkemba ngan anak, 5) Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf per
kembangannya, 6) Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang menyenangkan pada anak, 7) Melaku kan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan. METODE Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B PAUD Kumara Loka Denpasar. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B sebanyak 15 orang yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 10 anak perempuan pada semester II di PAUD Kumara Loka Denpasar. Objek yang ditangani dalampenelitian ini adalah perkembangan motorik halus pada anak PAUD Kumara Loka Denpasar pada semester II dalam kegiatan pembelajaran kolase. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2012:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembela jaran di kelas secara lebih professional”. Adapun pengertian dari Suyanto (dalam Seminar, 2012:38) mengemukakan bahwa: PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkat kan mutu pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari di lapangan atau di kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis yang dilaku kan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara praktis sebagai perbaikan pembelajaran saat ini. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research ). Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah penelitian tindakan kolaboratif. PTK kolaboratif merupakan penelitian
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) yang tidak hanya dilakukan oleh seseorang saja tetapi bekerjasama dan melibatkan berbagai pihak sebagai peneliti guru TK kelompok B dan kepala sekolah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih berarti yakni peningkatan proses dan hasil. Desain atau model penelitian yang digunakan (PTK) ini adalah PTK model Kurt Lewin, didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari 4 tahapan pokok yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara ber siklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) tindakan/observasi dan (4) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif. Analisis deskripsi dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat perkembangan motorik halus anak kelompok B semester II dengan menerap kan metode pemberi an tugas melalui kegiatan kolase ber bantuan media alam. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan motorik halus pada kegiatan kolase yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Nilai ratarata yang didapat pada siklus I sebesar 44,2%. Untuk menentukan tingkat motorik halus anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 0-54% yang berada pada kriteria sangat rendah. Data tabel distribusi kemampuan motorik halus pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
5 4 3 2 1 0 33
39
45
51
57
Mo = 38,48 Md = 43,6
M = 44,2
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon sebelumnya terlihat hasil analisis dari siklus I belum mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok B PAUD Kumara Loka Denpasar pada siklus I ini belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 81,5. Untuk menentukan tingkat motorik halus anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 80-89% yang berada pada kriteria tinggi. Data tabel distribusi kemampuan motorik halus pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 7 6 5 4 3 2 1 0 65
73
81
M = 81,5 Mo = 82,06 Md = 84,86
89
97
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat hasil analisis dari siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan tingkat keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus anak kelom pok B PAUD Kumara Loka Denpasar pada siklus II tuntas. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas dan media alam ternyata dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan motorik halus anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemam puan motorik halus anak kelompok B semester II di PAUD Kumara Loka Denpasar pada siklus I sebesar 44,2 % dan rata-rata persentase kemampuan motorik halus pada anak kelompok B semester II di PAUD Kumara Loka Denpasar pada siklus II sebesar 81,5 %, ini menunjukkan adanya peningkatan rata -rata presentase sebesar 37,3 % dengan kategori tinggi. Peningkatan ini mencer minkan bahwa penerapan metode pem berian tugas dalam proses kegiatan pem belajaran perlu dilanjutkan dalam pembe lajaran selanjutnya. Penerapan metode pemberian tugas dilakukan dalam beberapa proses kegia tan pembelajaran yang dapat mening katkan kemampuan motorik halus anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembe lajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab dengan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendu kung dalam pelaksanaan penelitian ini, metode pemberian tugas merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak belajar dengan cara mandiri melalui kegiatan kolase sehingga guru bisa menilai kemampuan anak tersebut. Penerapan metode pemberian tugas dalam penelitian ini dibantu dengan media alam. Media ini akan merangsang kemampuan motorik halus anak dalam
hal mengenal aneka bahan kolase yang berasal dari alam, sehingga kemampuan motorik halus anak akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut berarti bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas dan media alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B semester II PAUD Kumara Loka Denpasar, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Aisyah, Siti, 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Basuki Wibawa. Farida Mukti. 1993. Media Pengajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Ke budayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pem binaan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kurikulum 2004 Standar Komperensi. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Moeslichatoen R, 2004. Metode Pengajaran Di Taman KanakKanak, Jakarta: PT Rineka Cipta. Mudjito,AK.2007.Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif. Jakarta: Diroktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Poerwadarminta.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka Roestiyah N.K.1998. Teknik Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali. Seminar,Tuti. 2012. Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media sederhana untuk mening katkan kreativitas menganyam dan perkembangan kognitif anak kelompok B TK Widya Sesana Sangsit kecamatan Sawan kabu paten buleleng.Skripsi (tidak diterbitkan).Singaraja: UNDIKSHA Sumanto,2006.Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan dan Refleksi Dosen dan Guru. Makalah Disajikan pada Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang mendidik di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Singaraja Yus, Anita. 2005. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.