e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA BALOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK K. Suprismayanti1, D. Putu Parmiti2, Didith Pramunditya Ambara3 1,3
Jurusan PG PAUD, 2 Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri kelompok B1 di Taman Kanakkanak Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah Kelompok B1 yang berjumlah 22 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode observasi serta analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh rata-rata persentase kemampuan kognitif anak melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Singaraja Siklus I sebesar 67,32% yang berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus II pencapaian kemampuan kognitif sebesar 83,91% yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan kemampuan kognitif anak menggunakan metode pemberian tugas berbantuan media balok dari siklus I menuju siklus II sebesar 16,59%. Dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B1 di Taman KanakKanak Negeri Pembina Singaraja. Kata kunci: anak usia dini, kemampuan kognitif, media balok, metode pemberian tugas. Abtract This research carried out to know the influence children cognitive skill of shape concept, color, size and pattern in B1 geometry group by using assembling task method with beam media in Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Singaraja in academic year 2014/2015. This study was classroom action research which was conducted in two cycles. The subject of the study was the students of B1 group which was about 22 students. The data collected through observation and the data was analyzed using descriptive statistics and descriptive quantitative method. The result of the study was the mean percentage of the first cycle of the students’ cognitive comprehension through the implementation of giving assignment method using beam as media in national kindergarten in Singaraja was 67.32% which was in the average category. Whereas, in second cycle, the cognitive comprehension reached 83,91% which was in the improved category. The improvement of students’ cognitive comprehension through the implementation of giving assignment method using beam as media from first cycle to second cycle was 16,59%. Therefore, it can be concluded that the implementation of giving assignment method using beam as media can improve the cognitive comprehension of the second semester students of B1 group in the academic year 2014/2015 in national kindergarten in Singaraja.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Keywords: early childhood, cognitive comprehension, beam media, giving assignment method.
PENDAHULUAN Taman Kanak-Kanak (TK) termasuk pendidikan usia dini, merupakan salah satu bentuk pendidikan jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat sampai enam tahun sebelum memasuki pendidikan dasar. Melalui pendidikan TK, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimiliki (kognitif, sosial, emosi dan fisik), memiliki dasar-dasar agama yang dianut, memiliki kebiasan-kebiasaan perilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan kemampuan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dapat ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah proses pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan kemampuan anak, sebagaimana diuraikan dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 bahwa “Tujuan pendidikan Taman KanakKanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup pertumbuhan dan kemampuan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian”. Untuk mencapai sasaran pendidikan pada tingkat TK sangat memerlukan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana, serta alat peraga atau bermain, perabot kelas, ruang kelas atau bermain, program pengembangan yang memadai, serta suasana pendidikan yang menunjang.Idealnya berbagai fasilitas, sarana dan prasarana tersebut harus tersedia secara lengkap agar penyelenggaraan pelayanan pendidikan bagi anak didik di Taman Kanak-kanak yang bersangkutan dapat benar-benar
berjalan dengan baik, sehingga pertumbuhan dan kemampuan kognitif anak didik dapat tercapai secara baik dan benar. Pendidikan TK adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan dan kemampuan anak secara menyeluruh yang menekankan pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Kemampuan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Demikian pentingnya kemampuan kognitif untuk merespon, memberikan perhatian dan minat belajar pada anak sehingga pendidik harus meningkatkan kemampuan kognitif anak secara optimal melalui metode pemberian tugas berbantuan media balok dengan mengenalkan bentuk-bentuk geometri. Djamarah (2006:43) menegaskan bahwa “metode pemberian tugas merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar anak melakukan tugas belajar untuk mengembangkan kreativitas anak, meningkatkan respon dan kemampuan kognitif anak. Respon anak dalam meningkatkan kemampuan kognitif dapat memberikan dampak yang positif dilihat dari minat anak dalam mengikuti proses kegiatan bermain balok. Menurut Nazilah (2013) menyatakan respon anak dalam pembelajaran dapat dikatagorikan sangat baik, karena sebagian besar anak menaruh perhatian dan minat belajar yang efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak antara lain anak menyusun balok dari yang kecil ke besar dan dari yang besar ke yang kecil. Pada kegiatan ini anak dapat membedakan besar kecil balok dengan cara membandingkan besarnya antar balok. Menurut Fathonah (2014) menegaskan bahwa, bermain dengan media balok dengan mengenal bentukbentuk geometri dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak”. Hal ini dapat dilihat pada anak yang mampu mengingat
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, segiempat dan persegi panjang. Anak juga dapat mengenal macammacam warna serta ukuran yang berbedabeda pada bentuk-bentuk geometri. Stimulasi kemampuan kognitif anak dapat dilakukan melalui bermain balok bentuk geometri. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak secara optimal melalui media balok. Sebagaimana uraian tersebut di atas, ditemui adanya kasus di TK Negeri Pembina Singaraja ditemukan beberapa permasalahan yaitu anak-anak belum mampu memahami tentang bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat dan persegipanjang), anak belum mampu membedakan ukuran (lebih panjang atau lebih pendek dan lebih besar atau lebih kecil). Oleh karena itu pendidik perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan anak, termasuk kemampuan kognitif. Penilaian pembelajaran di TK dilakukan dengan pemberian bintang yang dikualifikasi dalam empat tingkatan, dimulai dari bintang satu (*) artinya anak belum berkembang, bintang dua (**) artinya anak yang sudah mulai berkembang, bintang tiga (***) artinya anak yang sudah berkembang sesuai harapan dan bintang empat (****) artinya anak yang berkembang sangat baik. Hasil penilaian anak pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh hasil dari 22 anak pada kelompok B1 yang mendapatkan bintang satu (* belum berkembang) sebanyak 10 anak, bintang dua (** mulai berkembang) sebanyak 7 anak, bintang tiga (*** mulai berkembang sesuai harapan) sebanyak 5 anak. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri kelompok B1 di TK Negeri Pembina Singaraja perlu ditingkatkan. Kesulitan guru dalam menerapkan metode yang tepat adalah salah satu kendala dalam meningkatkan kemampuan kognitif
anak. Hal ini dipersulit dengan terbatasnya metode dan media yang dapat menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan tersebut, karena metode pemberian tugas dapat meningkatkan seluruh aspek pengembangan perilaku dan kemampuan dasar seorang anak perlu diberikan rangsangan, latihan dan kesempatan pada anak. Metode pemberian tugas sangat memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas, sehingga anak mampu memahami tugas yang diberikan guru. Menurut Sujiono (2007:77) menyatakan bahwa metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung dari guru, apa yang harus dikerjakan, sehingga anak dapat memahami tugasnya secara nyata agar dapat dilaksanakan secara tuntas, efektif dan efesien. Metode pemberian tugas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar agar anak memiliki hasil belajar yang lebih baik (Rani, 2013:46). Metode pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas. Disamping itu, anak juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif. Menurut Moeslichatoen (2004:187) “tujuan metode pemberian tugas adalah anak memperoleh pengalaman belajar dalam mengerjakan tugas dan dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik, serta meningkatkan keterampilan motorik, kognitif dan kreativitas anak”. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa tujuan metode pemberian tugas adalah untuk menumbuhkan proses belajar yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
eksploratif, mendorong perilaku kreatif, membiasakan berpikir komprehensif dan memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran. Metode pemberian tugas memiliki manfaat untuk meningkatkan cara belajar yang benar serta meningkatkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Moeslichatoen (2004:186) bahwa manfaat metode pemberian tugas adalah 1) metode pemberian tugas apabila dirancang dengan benar akan dapat meningkatkan cara belajar yang benar, 2) metode pemberian tugas yang secara tepat dan dirancang dengan seksama akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal, 3) metode pemberian tugas yang menggunakan bahan yang bervariasi dan sesuai dengan minat kebutuhan anak, maka akan dapat membangkitkan minat terhadap tugas yang diberikan. Uraian di atas menegaskan bahwa manfaat metode pemberian tugas yaitu akan meningkatkan cara belajar anak dalam pencapaian tujuan, dapat memotivasi anak untuk belajar mandiri, terampil dalam mengerjakan tugas serta menarik minat anak untuk mengerjakan tugas selanjutnya. Metode pemberian tugas juga memiliki kelebihan untuk menciptakan rasa percaya diri, mendorong belajar agar tidak bosan dan memupuk rasa tanggung jawab. Menurut Moeslichatoen (2004:121) bahwa metode pemberian tugas memiliki kelebihan antara lain dapat memupuk rasa percaya diri, dapat mendorong belajar sehingga tidak bosan belajar, membina tanggung jawab dan disiplin siswa, dapat mengembangkan kreativitas anak dan mengembangkan pola berpikir dan keterampilan anak. Metode pemberian tugas dapat memupuk rasa percaya diri, mendorong belajar agar tidak cepat bosan, membina tanggung jawab sebagai seorang siswa, serta kreatif dalam mengembangkan pola pikirnya. Menurut Soetomo (1993:161) menyatakan, kelebihan metode pemberian tugas adalah 1) dapat membangkitkan anak untuk lebih giat belajar apalagi tugas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
anak, 2) dapat memupuk rasa tanggung jawab anak , baik tanggung jawab kepada tugas yang diselesaikan maupun tanggung jawab kepada guru yang memberikan tugas, 3) dapat memupuk rasa percaya pada diri sendiri, dan 4) dapat mengembangkan pola pikir, keterampilan, maupun afektif anak yang berhubungan tugas yang diberikan padanya. Metode pemberian tugas dapat membangkitkan minat belajar anak, memupuk rasa tanggung jawab, memiliki rasa percaya diri, dan dapat mengembangkan pola pikir dan keterampilan pada anak. Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam menetapkan metode pemberian tugas kepada anak. Menurut Djamarah, dkk, (2006:97) menyatakan, langkah-langkah metode pemberian tugas (1) fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan (a) tujuan yang akan dicapai, (b) jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, (c) sesuai dengan kemampuan anak, (d) ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. (2) langkah pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan tugas dilakukan langkahlangkah yaitu (a) diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru, (b) diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja, (c) diusahakan/dikerjakan oleh anak sendiri, tidak menyuruh orang lain, (d) dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik, (3) fase mempertanggungjawabkan tugas. Hal yang harus diperhatikan pada fase ini yaitu (a) laporan siswa baik lisan ataupun tertulis dari apa yang telah dikerjakan, (b) ada tanya jawab atau diskusi kelas, (c) penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara yang lainnya. Langkah-langkah penerapan metode pemberian tugas yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak adalah sebagai berikut.1) mempersiapkan program
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
semester, peta konsep, rencana kegiatan mingguan, dan rencana kegiatan harian sesuai tema yang diajarkan, 2) mempersiapkan alat peraga atau media yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, 3) menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dan cara penggunaan media, 4) menyediakan bahan atau media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajarann, 5) mengamati proses kerja anak secara individu maupun kelompok, 6) merangkum hasil kegiatan anak dan mengevaluasi perkembangan kemampuan anak dalam lembar penilaian yang telah disediakan. Pelaksanaan metode pemberian tugas membutuhkan media yang tepat dan menyenangkan bagi anak. Media dapat membantu memperjelas bahan atau materi yang disampaikan oleh guru. Agar bahan atau materi yang di sampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh anak, maka diperlukan alat pengantar materi yang disebut media pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat merangsang dan mendorong kelancaran proses kegiatan pembelajaran anak baik di sekolah maupun di lingkungan rumah agar dapat berjalan dengan teratur, efektif dan menyenangkan, serta mendapat hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan anak. Sadiman (1984:24), berpendapat bahwa secara harafiah media adalah alat sebagai perantara atau pengantar. Media tersebut dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat anak sehingga terjadi proses belajar. Pada hakekatnya media bertujuan untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam merasakan, mendengarkan dan melihat. Dari pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, yang dapat mendukung proses belajar mengajar disekolah. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah media balok. Menurut
Mitchell (2005) bahwa media balok adalah potongan-potongan kayu yang polos dan yang dicat warna warni. Media balok sering digunakan anak-anak untuk bermain melalui berbagai bentuk geometri sehingga menghasilkan karya yang unik. Sukreni (2014) mengungkapkan bahwa Balok adalah bentuk-bentuk geometri (segitiga, persegi, lingkaran, persegi panjang) limas, kubus, berupa balok plastik kardus bekas maupun yang berasal dari kayu. Selanjutnya Mulyadi (2004:59) menjelaskan bahwa: media balok sebagai alat bermain balok merupakan jenis kegiatan yang sifatnya konstruktif, anak mampu membangun sesuatu dengan menggunakan balok-balok yang sudah disediakan. Kenneth Moyer dan B. Von Haller Gilner (2002:41) berpendapat bahwa membangun balok yang tidak berwarna (balok unit) merupakan faktor penting dalam pemilihan balok dan dapat meningkatkan kreativitas anak. Alexander (2005) permainan balok merupakan permainan yang menggunakan aktivitas otot besar dan permainan ini dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan, melatih keterampilan motorik halus, melatih anak dalam pemecahan masalah, permainan yang memberikan anak kebebasan berimajinasi, sehingga hal-hal baru dapat tercipta. Uraian ini menegaskan bahwa permainan balok dapat menuangkan ide-ide menjadi suatu bentuk sederhana dan dapat melatih keterampilan motorik anak. Menurut Sudono, dkk (2005:110) media balok sangat bermanfaat bagi anak untuk kemampuan kreativitas dan memperkaya pengetahuan. Berkaitan dengan kemampuan kognitif maka media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif yakni dengan penggunaan media balok. Bermain dengan media balok adalah kemampuan dalam mengkonstruksi struktur yang digunakan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
oleh anak untuk mengungkapkan ide-ide kreatif. Bermain balok merupakan kemampuan dalam kegiatan yang sifatnya konstruktif dengan membangun bangunan yang kompleks menggunakan balok unit yang dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan, melatih ketrampilan motorik halus, melatih anak dalam memecahkan masalah, permainan yang memberikan anak kebebasan berimajinasi, sehingga hal-hal baru dapat tercipta sebagai sebuah ide kreatif. Media balok bermanfaat dalam mengembangkan aspek kemampuan kognitif anak serta meningkatkan kreativitas anak dalam membangun bentuk dari balok. Latif, dkk (2013:128) menyatakan, manfaat media balok dalam kegiatan pembelajaran yaitu melatih kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar, mengembangkan konsep matematika dan geometri, anak mengenal bentuk lingkaran, silindris, segiempat, segitiga dan lainnya, anak bermain dengan cara menginterpretasikan apa yang pernah mereka lihat dengan menggunakan balok. Dapat ditegaskan bahwa media balok bermanfaat untuk melatih fisik motorik anak, mengembangkan bentuk geometri dan dapat mengekpresikan dengan menggunakan balok tersebut. Jika penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok dapat berjalan dengan efektif dan efesien dimana metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan menyenangkan, maka kemampuan kognitif anak bisa ditingkatkan. Dengan demikian dilakukan penelitian tindakan kelas untuk melihat pengaruh metode pemberian tugas berbantuan media balok untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak Kelas B1 di TK Negeri Pembina Singaraja. METODE Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 April sampai dengan 29 Mei 2015 pada anak kelompok B Semester II TK Negeri Pembina Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B1 semester
II berjumlah 22 orang yaitu 9 orang lakilaki dan 13 orang perempuan. Variabel dalam penelitian ada dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Pemberian Tugas dan Media Balok. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif. Data penelitian tentang kemampuan kognitif anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar format observasi. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai harapan, (****) berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, observasi, tindakan dan refleksi Arikunto (Risanti, 2013:31). Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pertama menyamakan persepsi metode dan media yang akan digunakan yaitu menggunakan metode pemberian tugas dengan menggunakan media balok, kedua menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM), ketiga menyususun rencana kegiatan harian (RKH), keempat menyiapkan media atau alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu media balok, kelima mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan media balok dan keenam menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman observasi tentang kemampuan kognitif anak. Langkah-langkah yang dilakukan guru pada pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. Pertama guru mengatur posisi duduk anak agar merasa nyaman. Posisi duduk anak diatur seperti mengikuti kegiatan pembelajaran secara klasikal dimana semua anak duduk dibawah beralaskan karpet dan guru berdiri di
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
depan anak-anak. Kedua menyiapkan media balok yang akan digunakan dalam pembelajaran. Ketiga guru mengenalkan bentuk dengan memperlihatkan balok satu persatu. Keempat guru menugaskan anak untuk mengelompokkan benda 3 dimensi yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat, persegi panjang). Keempat guru menugaskan anak untuk mengelompokkan bentuk geometri berdasarkan ciri-ciri tertentu (ukuran dan warna). Kelima guru menugaskan anak untuk menyusun bentuk geometri dari besar-kecil atau sebaliknya. Keenam guru menugaskan anak untuk menyusun bentuk geometri dari panjang-pendek atau sebaliknya. Ketujuh guru menugaskan anak untuk memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensi yang bentuknya sama (lingkaran-bola, segiempat-balok). Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan analisis data dari pelaksanaan yang mengacu pada kereteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian barulah ditentukan tindakan yang akan direncanakan selanjutnya dengan pemantapan tindakan atau revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, modus, dan median. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk
angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan kognitif anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 April sampai dengan 29 Mei 2015. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana siklus I dilakukan selama empat minggu dengan 20 kali pertemuan dan siklus II dilakukan selama 3 minggu dengan 15 kali pertemuan. Pada siklus I pertemuan pada minggu pertama sampai minggu ketiga dilakukan tindakan pembelajaran dan minggu keempat melaksanakan evaluasi atau penilaian. Sedangkan pada siklus II pertemuan pada minggu pertama sampai minggu kedua dilakukan tindakan pembelajaran dan minggu ketiga melaksanakan evaluasi atau penilaian. Data hasil belajar anak pada kemampuan kognitif disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok pada anak kelompok B1 di TK Negeri Pembina Singaraja diperoleh Modus (Mo) sebesar 64,90, Median (Me) sebesar 65,81 dan Mean (M) atau rata-rata persentase kemampuan kognitif anak pada siklus I sebesar 67,32%. Berikut adalah kemampuan kognitif anak pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan kognitif anak dapat meningkat. Peningkatan kemampuan kognitif anak dapat dilihat melalui grafik berikut.
7
7 6 5 4
7
3 2
6 5
1
4 3 2
0
0
53
Mo=64,90
60
67
74
81
88
M=67,32
Me=65,81 Grafik 1 Grafik kemampuan kognitif Siklus I kelompok B1 Semester II TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo < Me < M (64,90 < 65,81 < 67,32). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif anak pada siklus I cenderung rendah dan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 67,32%, apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 65-79 yang berarti bahwa hasil kemampuan kognitif anak pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kendala yang ditemukan tersebut menyebabkan hasil kemampuan kognitif anak kelompok B1 di TK Negeri Pembina Singaraja berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pembelajaran siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan
˚ ˚
1 0
o
0
68
75
82
89
M=83,91
96
103 X
Mo=85,82 Me=84,10
Gambar 2 Grafik kemampuan kognitif Siklus II kelompok B1 Semester II TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo > Me > M (85,82 > 84,10 > 83,91). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 83,91% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89 yang berarti bahwa hasil kemampuan kognitif pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri kelompok B1 semester II TK Negeri Pembina Singaraja sebesar 16,59% yaitu dari kategori sedang menjadi kategori tinggi. Keberhasilan dalam penelitian ini karena penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok memiliki keunggulan-keunggulan yaitu: (1) media balok dapat memberi gagasan dan menarik perhatian anak untuk
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
bereksplorasi, (2) guru dapat menguasai kelas dengan mudah walaupun anak dalam jumlah yang cukup besar apabila media balok dapat disampaikan mampu menarik perhatian anak, (3) bila guru dalam menjelaskan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok melalui area matematika berbentuk geometri dengan baik, maka dapat menimbulkan semangat, kesungguhan belajar dan merangsang anak untuk melakukan tugas dengan baik, (4) penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok ini lebih fleksibel karena bermain balok dapat diatur waktu dan cara bermain baloknya dengan menekankan materi pelajaran pada aspek-aspek yang penting saja pada indikator yang ditetapkan, (5) guru sangat menguasai proses dan prosedur bermain balok dengan area matematika berbentuk geometri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kegiatan bermain balok dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak setelah anak mendengarkan materi pelajaran di area matematika tentang geometri antara lain bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat, persegi panjang), warna dan ukuran, menyusun benda dari besar-kecil, menyusun benda dari panjang-pendek atau sebaliknya, memasangkan benda tiga dimensi yang bentuknya lingkaranbola, segiempat-balok. Dengan demikian kegiatan bermain balok dengan area matematika berbentuk geometri dapat meningkatkan aspek kemampuan kognitif anak. Menurut Latif, dkk (2013:130) bahwa manfaat media balok dalam kegiatan pembelajaran dapat: melatih kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar, mengembangkan konsep matematika dan geometri sehingga anak mengenal bentuk lingkaran, silindris, segiempat, segitiga dan lainnya, mengembangkan berpikir simbolik yaitu anak bermain dengan cara menginterpretasikan apa yang pernah mereka lihat dengan menggunakan balok.
Bermain dengan media balok dapat memusatkan perhatian anak terhadap suatu masalah dengan melatih kemampuan kognitif anak melalui kubus atau bentuk-bentuk geometri tentang panjang lingkaran, segitiga, segiempat, persegi panjang, menyusun benda dari besar-kecil, menyusun benda dari panjang-pendek atau sebaliknya, memasangkan benda tiga dimensi yang bentuknya lingkaran-bola, segiempatbalok. Menurut (Yusep, 2012: 58) menyatakan bahwa. manfaat media balok yaitu: Pertama, mengenalkan konsep dasar matematika dimana anak dapat menemukan konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dan keseimbangan. Kedua, merangsang kreativitas dan imajinasi anak dalam membangun sesuatu. Ketiga, melatih kesabaran dalam menyusun balok. Keempat, secara emosional, anak belajar berbagi dan mengembangkan rasa percaya diri anak. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri kelompok B1 semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Negeri Pembina Singaraja. SIMPULAN DAN SARAN Metode pemberian tugas berbantuan media balok dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Negeri Pembina Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan kognitif anak sebesar 67,32% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan kognitif anak sebesar 83,91% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi peningkatan kemampuan kognitif anak pada konsep bentuk, warna, ukuran dan pola pada geometri dari siklus I ke siklus II sebesar 16,59%.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah yaitu agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang khususnya media balok. Kepada guru kelas agar mengoptimalkan kegitan pembelajaran media balok dengan menggunakan berbagai jenis bentuk balok. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK khususnya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan menerapkan metode pemberian tugas dengan cara bermain balok agar lebih menarik perhatian anak. Keterbatasan waktu menjadi permasalahan sehingga penelitian ini tidak mencapai kreteria sangat berkembang. Kepada peneliti lain juga diharapkan agar bisa meneruskan penelitian ini sehingga mencapai hasil yang optimal.
DAFTAR RUJUKAN Agung, 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Alexander, Alat Permainan dan Bermain Balok: Masa Kritis Bagi Anak. http://www.com/profil php.id. Berm ain,diakses Senin, 27 Februari2005). Djamarah, S.B, Zain, A. 2006. Strategi belajar Mengajar Cetakan ke-2. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fathonah, 2014. Pengembangan Kemampuan Kognitif Mengenal Bentuk-Bentuk Geometri Melalui Bermain Dengan Media Balok TK Plosokerep 3 Kecamatan Karangmalang Sragen Tahun pelajaran 2013/2014. tersedia pada http://ejournal.FKIP universitas muhammadiyah Surakarta.ac.id/index.php/PAUD/
A53H111108 (diakses 15 maret 2015). Kenneth Moyer dan B. Von Haller Gilner, 2002. Metode PermainanPermainan Edukatif. Jogjakarta: Diva Press Latif, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran di Taman KanakKanak. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyadi, 2004, Media Pengajaran. Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Mitchell. 2005. Bermain Dan Permainan Anak. tersedia pada http://ejournal.undiksha.ac.id/ index.php/ JJPAUD/ article/ view/ 4221/ 3295 (diakses tanggal 25 Februari 2015). Nazilah, Peningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Penggunaan Media Balok pada Anak usia 4-5 Tahun. tersedia pada http://ejournal.FKIP Universitas Tanjungpura
[email protected] (diakses 20 April 2015). Permendiknas No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Rani
Febi W, Ni Nyoman. 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Bahan Bekas untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa di TK Pradnya Paramita. Tersedia pada http://ejoenal.undiksha.ac.id/index. php/JJPAUD/ Article/viewFile / 1050 / 915 (diakses tanggal 12 Maret 2015).
Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan Pengertian,
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No 1 Tahun 2015)
Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Soetomo, 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Cetakan ke-1. Surabaya: Usaha Nasional Sujiono,
dkk. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Sujiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukreni, 2014. Sumber Belajar dan Alat permainan Untuk Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: Gransindo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung. Yusep, 2012. Bermain dan Permainan Anak, Jakarta: Unverstas Terbuka.