e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
Ni Putu Ayu Rusdiani1, I Nyoman Wirya2, I Nyoman Jampel 3 1
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan (Teknologi Pendidikan) 3 Jurusan (Teknologi Pendidikan) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
e-mail:
[email protected], nyomanwirya2,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak setelah diterapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka di Kelompok B semester I TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak TK pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dikumpulkan dengan metode observasi. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskritiptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka pada siklus I sebesar 55% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82% tergolong pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan sebesar 27%. Kata-kata kunci : model pembelajaran Make A Match, media kartu angka, kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan Abstract This study aims to determine the improvement of cognitive ability in identifying insignia children after application of the model number Make a Match-assisted learning media card numbers in Group B first semester of kindergarten Tunas Harapan Gubug Tabanan District of academic year 2013/2014. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were kindergarten children in group B II Semester Academic Year 2013/2014. Research data on cognitive ability in identifying insignia numbers collected by the method of observation. The data were then analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative analysis methods deskritiptif. The results of the data analysis showed that an increase in cognitive abilities of children in recognizing the emblem with the application of the model number Make a Match-assisted learning media card number on the first cycle of 55% which is at the low category turns out to have increased in the second cycle to 82% belonging to the higher category. So an increase in cognitive ability in identifying insignia numbers by 27%. Key words: learning model Make A Match, media card numbers, cognitive ability in identifying insignia numbers
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan. Pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungannya. Dengan kata lain, orangtua maupun pendidik akan lebih mudah mengarahkan anak menjadi lebih baik. Perlakuan dan pendidikan di waktu kecil akan berpengaruh pada anak ketika dewasa nanti.Sebab, sejak awal hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang amat berharga, sederhana, dan bersih dari gambaran apapun. Jika seorang anak menerima ajaran atau kebiasaan baik, anak akan menjadi baik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 bahwa, pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Masa usia Taman Kanak-kanak merupakan kehidupan yang sangat aktif. Usia taman kanak-kanak yaitu 4-5 tahun menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya. Anak usia ini dapat dianalogikan dengan sepotong karet busa yang menyerap air sepenuhnya dengan tidak memperdulikan apakah air itu kotor atau bersih. Dalam buku perkembangan anak, ternyata anak usia 4 tahun memiliki kapasitas kecerdasan mencapai 50 persen, dan ketika memasuki usia 8 tahun bisa mencapai 80 persen. Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik dan optimal sampai usia tersebut harus di upayakan. Semakin banyak jumlah sel otak yang dimiliki, semakin besar kemungkinan anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang baik. Upaya penyempurnaan kurikulum 2004 telah menghasilkan Permendiknas No.58 Tahun 2009,yang memuat tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Untuk itu di jaman globalisasi ini pendidikan tentang anak usia dini betul betul diperhatikan. Kualitas pendidikan
patut ditingkatkan secara terpadu, sistematis, bertahap dan berkesinambungan. Guru sebagai ujung tombak dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan perlu ditingkatkan kemampuan potensialnya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat membantu terwujudnya perkembangan kemampuan intelektual yang optimal serta berkepribadian peserta didik. Pada kenyatannya sistem pendidikan di taman kanak-kanak belum bisa menerapkan sistim pendidikan yang berbeda pada setiap anak. Mendidik semua anak sama rata sama rasa dalam satu kelas. Banyak guru yang belum mampu membaca potensi setiap anak didiknya. Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu aspek agama dan moral, aspek fisik motorik kasar maupun halus, aspek kognitif, aspek social emosional dan aspek berbahasa. Meskipun di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan sudah mengembangkan aspek perkembangan anak, namun pada tahun pelajaran 2013/2014 terdapat satu aspek kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan masih sangat rendah. Hal ini terlihat pada instrument penilaian anak yang menunjukkan nilai rata-rata tingkat kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada tahun pelajaran 2013/2014 adalah 48,50%. Dari rata-rata persentase ini dikonversikan kedalam PAP skala lima bahwa angka rata-rata 48,50% berada pada tingkat penguasaan 0 – 54% yang berarati kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambing bilangan berada pada kriteria sangat rendah.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Menurut Sujiono, dkk (2008 : 3.3) kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak terlihat pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur disamping itu pengembangan kognitif juga merupakan salah satu pengembangan kemampuan dasar yang penting agar anak didik mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah dilaluinya dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Pemahaman mengenal lambang bilangan adalah dengan memperlihatkan pada kenyataan atau memberikan contoh yang nyata sehingga anak dapat menujukkan benda berdasarkan lambang bilangan, selain itu dapat mengembangkan pengetahuan membilang dengan menghitung dan membedakan jumlah mengenal bilangan berdasarkan lambang bilangan. Pemahaman tentang mengenal lambang bilangan perlu dikembangkan pada anak karena dapat membatu anak dalam berhitung dengan benar sebagai bekal untuk persiapan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukanlah penggunaan media atau alat untuk menunjang proses pembelajaran yang disampaikan melalui pesan yang efektif, efesien, dan bernilai praktis tanpa menghilangkan makna dan tujuan dari proses belajar mengajar dalam pengenalan mengenal lambang bilangan sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan pada anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling penting untuk anak karena pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling dasar dan langkah awal untuk menapak dunia pendidikan yang ikut menentukan anak didik mengikuti pendidikan dikemudian hari. Atas dasar inilah kita sebagai pendidik dalam upaya pemberian rangsangan pendidikan kepada anak perlu mengetahui karakteristik anak usia dini agar dapat mengembangkannya sesuai potensi yang mereka miliki. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2008) menyatakan bahwa, karakteristik anak usia dini antara lain : (1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, (2)
merupakan pribadi yang unik, (3) suka berfantasi dan berimajinasi, (4) masa paling potensial untuk belajar, (5) memiliki sikap egosentris, (6) memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, (7) merupakan bagian dari mahluk sosial. Pelaksanaan pembelajaran anak usia dini haruslah disesuaikan dengan dunianya yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan seluruh potensinya melalui kegiatan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan suatu alat atau media untuk menunjang atau membantu proses belajar mengajar dalam pengenalan mengenal lambang bilangan agar dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi anak. Hamalik, (1994 : 12) mengatakan “media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengaktifan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”. Salah satu media yang digunakan untuk mengenalkan mengenal lambang bilangan adalah dengan menggunakan media kartu angka dimana penggunaan kartu angka diharapkan dapat membantu anak untuk memahami dan mengenal lambang bilangan. Dalam menggunakan media kartu angka memerlukan suatu model yang tepat. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Make A Match. Model ini adalah satu model untuk memberikan pengalaman belajar untuk meingkatkan minat belajar dan memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Dengan menggunakan metode Make A Match akan mempermudah cara belajar anak sehingga anak akan dapat bereksplorasi dengan lingkungannya sehingga anak menjadi mudah untuk memahami mengenal lambang bilangan. Dengan model pembelajaran ini anak akan mempelajari mengenal lambang bilangan dalam suasana yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang menarik bagi anak dalam mempelajari mengenal lambang bilangan sehingga anak dapat mengingatnya dengan baik. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya pengembangan mengenal
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) lambang bilangan hanya sekedar pengetahuan yang tidak menarik bagi anak karena model penyajiannya kurang menarik minat anak. Guru hanya memberikan sedikt informasi tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk praktek langsung atau memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung pada kegiatan tersebut, sehingga pembelajaran tersebut terkesan menjenuhkan bagi anak. Media yang digunakan tidak menarik bagi anak sehingga anak kurang memahami mengenal yang diberikan oleh guru. Dan faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif anak ada dua yaitu faktor internal yang mecakup intelegensi, disiplin anak, minat anak dan konsentrasi anak yang kurang memperhatikan proses pembelajaran yang diberikan di sekolah. Selain faktor internal tersebut, terdapat juga faktor eksternal yang mencakup cara guru mengajar dan perhatian orang tua di rumah terhadap kemampuan anaknya. Dari penjelasan di atas maka dapat didefinisikan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Kemampuan mengenal lambang bilangan anak di kelompok B sangat rendah, (2) Penggunaan media yang masih seadanya, (3) Metode yang digunakan adalah metode yang lama, (4) Kurangnya perhatian orang tua terhadap aspek kemampuan anaknya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan satu tindakan agar pemahaman mengenal lambang bilangan dapat meningkat. Guru dapat memilih atau menggunakan media yang cocok untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan berjalan dengan baik juga menyenangkan bagi anak. Media kartu angka dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B yang masih sangat rendah sehingga guru sangat kesulitan dalam mengembangkan kemampuan mengenal lambang bilangan tersebut pada anak kelompok B. Menurut Munandar (Ahmad, 2011: 97) bahwa “kemampuan adalah merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan
sesuatu karena adanya kemampuan yang dimiliki”. Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Pengertian kognitif meliputi aspek-aspek kemauan yaitu bagaimana individu itu memperhatikan, mengamati, mengingat, dan memikirkan, menghafal serta bentuk-bentuk mental lainnya. Kognitif bukan merupakan suatu benda/ kekuatan yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku cepat lambatnya individu dalam memecahkan sesuatu yang dihadapi untuk memperoleh pengertian yang jelas. berabagai aspeknya. Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) (dalam Fawzia Aswin Hadis, 1996:49) disebutkan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”. Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Park, 1975) menyebutkan bahwa “Kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadiankejadian disekitar”. Depdiknas (2007:3) menyatakan bahwa, kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak secara ilmiah dengan tujuan agar anak mampu megolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternative pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Kemampuan kognitif bergelayut erat dengan kecerdasan logis matematis dan naturalis. Stimulasi kecerdasan logis matematis akan mendorong perkembangan kognitif, terutama dalam hal kemampuan berpikir logis, mengolah informasi, kapasitas berpikir, memorisasi, penalaran, akuisisi, konsep, klasifikasi, pemecahan masalah, dan pemusatan perhatian. Pengenalan lambang bilangan pada anak perlu diberikan sedini mungkin dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Dengan mengenalkan lambang bilangan diharapkan anak akan lebih mudah dalam memahami konsep matematika yang lainnya pada pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Pengenalan lambang bilangan pada anak akan merangsang kemampuan kognitifnya, sehingga anak dapat mengolah dan menggunakan lambang bilangan tersebut dalam kehidupan seharihari. Sebelum membahas mengenai lambang bilangan, maka perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian bilangan. Menurut Suparmo (1995) ”bilangan adalah satuan dalam sistem matematik yang dapat dioperasikan secara matematik”. Bilangan adalah suatu konsep dalam matematika yang dipergunakan untuk melakukan pencacahan dan pengukuran. Simbol atau lambang yang dipakai untuk mewakili sebuah bilangan dinamakan sebagai angka atau lambang bilangan. Konsep bilangan dalam matematika selama bertahun-tahun lamanya sudah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Lambang bilangan ”adalah lambang yang digunakan untuk menyatakan bilangan, lambang yang dimaksud adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9, lambang bilangan bilangan juga disebut dengan angka” (Suparmo 1995). Berdasarkan Permendiknas No 58 Tahun 2009 dalam standar perkembangan dalam aspek kemampuan kognitif dalam
memahami lambang bilangan. Pemahaman dalam mengenal lambang bilangan diuraikan sebagai berikut. membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 10, membilang dengan menunjuk benda sampai 10, membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda, meniru lambang bilangan 1-10, mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. Pada usia 4-5 tahun anak mulai belajar matematika sederhana. Misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan walaupun masih keliru urutannya, dan menguasai sejumlah kecil dari benda-benda yang ada disekitar anak. Kartu angka merupakan media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. “Kartu angka adalah kertas tebal, berbentuk persegi panjang, bujur sangkar, dan kotak yang berisi tanda atau lambang sebagai ganti bilangan” (Kamisa, 1997;285). Dalam Depdikbud (1997: 15) “pengertian kartu angka adalah kartu yang digunakan untuk mengetahui suatu angka dan benda. Dalam pengembangan kecerdasan majemuk, kartu angka dibuat salah satu sisi bertuliskan angkanya saja, sedangkan satu sisinya bergambarkan jumlah benda sesuai angka dari angka tersebut”.. Montessori (dalam Anggani Sudono, 22) menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang anak untuk menyenangi pelajarannya. Mayke (1995) menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Disinilah proses pembelajaran terjadi. Mereka mengambil keputusan, memilih, menetukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah dan mengerjakan secara tuntas. Bekerja sama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan berbagai cara termasuk melalui media kartu angka. Meskipun media kartu angka di TK tidak
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, juga kesiapan mental sosial dan emosional, tetapi kemampuan kognitif lebih dominan. Aktifitas bermain lebih santai dan menyenangkan dari pada aktifitas belajar lebih banyak mengandalkan otak identik dengan kejenuhan. Dengan bantuan media dalam mempelajari sesuatu anak tidak akan merasa sedang belajar. Sehingga mereka akan lebih merasa nyaman dalam mengikuti aktifitas yang ada. Permaianan kartu angka ini merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar yang sangat tepat untuk diterapkan, hal ini berkaitan dengan pengembangan kognitif pada anak melalui media kartu angka ini pemahaman anak terhadap pengenalan lambang bilangan menjadi jelas, bahkan media kartu angka ini dapat mempermudah guru dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan media kartu angka adalah dapat merangsang anak lebih cepat mengenal angka, membuat minat anak semakin menguat dalam mengenal lambang bilangan, merangsang kecerdasan dan ingatan anak, mampu mengembangkan kemampuan kognitif. Sedangkan kelemahan media kartu angka adalah, jika tidak dirawat dengan baik, media kartu angka akan mudah rusak dan hilang, memerlukan kreatifitas dari guru yang tinggi untuk memberikan inovasi dari media kartu angka sehingga tidak membosankan anak. Miftahul Huda (2011:113) menyatakan bahwa, teknik Make A Match adalah teknik mencari pasangan, anak digabung suruh mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Keunggulan tekhnik ini adalah anak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Model pembelajaran make a match dalam pembelajaranya anak mencari pasangan dari kartu yang dibagikan oleh guru di awal pembelajaran selanjutnya menggabungkan pertanyaan dengan jawaban sesuai atau sebaliknya. Model pembelajaran Cooperative Learning teknik Make A Match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada anak dalam proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu anak disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, anak yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Secara garis besar Make A Match adalah teknik belajar mencari pasangan, anak mencari pasangan sambil belajar. Dengan teknik ini diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, selain itu teknik yang terdapat didalamnya juga mendorong anak untuk semangat kerjasama. Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Make A Match berkelompok (Learning Community). Model ini dapat membangkitkan semangat anak dengan mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Pembagian kelompok dalam Make A Match ada dua kelompok yaitu kelompok pemegang masalah dan kelompok pemegang jawaban. Make A Match dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran dan pada semua tingkat pendidikan mulai dari TK sampai SMA. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Maret dan April 2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Kelompok B di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah anak Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Gubug tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 orang dengan 9 orang anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) kemampuan anak berbantuan media kartu angka dalam meningkatkan kemampuan Kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Gubug. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK), menurut Agung (2010:2) “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Menurut Suharsimi. A. (2007) menyatakan bahwa, ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada. dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu model pembelajaran Make A Macth dan media kartu angka variabel terikat yaitu kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada proses belajar mengajar. “Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau
mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu” (Agung, 2010:68). Pengamatan dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek yang ada pada diri anak yang berkaitan pada kegiatan pelaksanaan program dengan menggunakan instrumen penilaian berupa lembar observasi. Untuk itu, peneliti harus memiliki rincian yang jelas sesuai dengan Permendiknas No 58 Tahun 2009 Dalam mendapatkan sebuah data yang diinginkan dalam penelitian ini maka disusun kisi-kisi instrumen penilaian untuk memudahkan proses penelitian yang dilakukan. Dengan menggunakan kisi-kisi ini sebagai instrumen pengumpulan data, diperlukan juga lembar observasi untuk penilaian anak agar penlitian ini dapat berjalan dengan baik. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median (Md), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2011). Tingkatan kemampuan Kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut:
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima tentang Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Lambang Bilangan Kriteria Kemampuan Kognitif dalam Persentase Mengenal Lambang Bilangan Sangat tinggi 90-100 Tinggi 80-89 Sedang 65-79 Rendah 55-64 Sangat Rendah 0-54 Sumber:Agung (2010: 12) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan dengan jumlah siswa 20 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu 1 Maret 2014 sampai 30 April 2014. Data kemampuan kognitif anak disajikan dalam bentuk tabel, frekuenssi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan metode PAP skala lima. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus I terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi setelah melakukan pembelajaran, sedangkan pada siklus II terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi dilakukan setelah melakukan pembelajaran. Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajan Make a Match berbantuan media kartu angka. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang diterapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut. Siklus I dilaksanakan selama lima kali pertemuan, dan pada akhir pembelajaran langsung mengevaluasi hasil belajar dan memberikan penilaian kemampuan kognitif anak kelompok B yang berjumlah 20 orang. Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran
2013/2014 di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan pada Siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
Gambar 1. Kurve Poligon Siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Md < M (10,00 < 10,50 < 11,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match pada siklus I merupakan kurve juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan cenderung rendah. Hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat bebarapa masalah yang menyebabkan tingkat kemampuan kognitif
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka anak kelompok B pada TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan masih berada pada kriteria rendah, sedangkan dari hasil kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: siswa masih terlihat bingung dengan model pembelajaran Make A Match yang diterapkan oleh peneliti, siswa belum mampu bekerja secara mandiri, beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan, dan belum mengerti dengan media yang digunakan, banyak siswa yang kurang terfokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut : menjelaskan kembali model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bekerja secara mandiri dan meningkatkan pengetahuannya sehingga dalam pertemuan berikutnya siswa akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, menjelaskan media yang akan digunakan dalam kegiatan serta memperagakan cara kerja sehingga anak mengerti dan memahami media/alat peraga yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, membimbing dan mendampingi siswa dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi siswa agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan hasil yang ditunjukkan. Sedangkan Siklus II dilaksanakan selama lima kali pertemuan dan pada akhir pembelajaran langsung melakukan evaluasi. Pertemuan pertama sampai ke lima menerapkan RKH. Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B semester II di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014
pada Siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo = Me > M (18,00 = 18,00 > 16,40 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran datadata kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka pada siklus II merupakan kurve juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka pada anak-anak TK kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan berbantuan peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu angka pada anak TK kelompok B di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan. Adapun temuantemuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut : secara garis besar proses
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan anak meningkat dan sesuai dengan harapan, siswa yang awalnya sangat kurang aktif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran menjadi sangat aktif, dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak sudah meningkat yang awalnya rendah menjadi tinggi, peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada siswa apabila ada siswa yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B semester II di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan pada siklus I sebesar 55 % dan rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak dengan penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan pada siklus II sebesar 82 % ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 55 % (rendah) menjadi 82 % (tinggi). Terjadinya peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan pada saat penerapan model pembelajaran Make a Match berbantuan media kartu angka
yang menarik dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat peningkatan hasil pencapaian pembelajaran dalam kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak kelompok B Tahun Pelajaran 2013/2014 Di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Gubug Kecamatan Tabanan setelah menggunakan media kartu angka sebesar 27,00%. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase hasil pencapaian kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan anak pada siklus I sebesar 55,00% ada pada kategori rendah, menjadi sebesar 82,00% pada siklus II yang ada pada kategori tinggi. DAFTAR RUJUKAN Agung. 2010. ”Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Singaraja 27 September 2010. Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta ; Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Pedoman Evaluasi Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fawzia Aswin Hadis. 1996, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Guru. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung:Citra Aditya Bhakti.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta : PT Grasindo. Sugianto, Mayke. (1995). Bermain, Mainan dan Permainan.Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Suharsimi, Arikunto, dkk. (2007).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Suparmo. 1995. Matematika Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.