e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA KONKRET MELALUI KEGIATAN KOLASE UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS Ni Wayan Misiyanti1, Desak Putu Parmiti2, I Nyoman Wirya1 1 Jurusan Pendidikan Guru PAUD 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas ilmu pendidikan Universitas pendidikan ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected] [email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Peningkatan perkembangan motorik halus anak setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase pada anak kelompok B semester II TK Weda Purana Singaraja dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media konkret. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 20 orang anak pada kelompok B semester II TK Weda Purana Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase pada siklus I sebesar 70,50 % yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,50% tergolong pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan perkembangan motorik halus pada anak sebesar 12,00%. Kata-kata kunci: kolase, metode demonstrasi, media konkret, perkembangan motorik halus. Abstract This research is aimed at finding out the improvement of students’ fine motor ability after the implementation of Demonstration Method Assisted by Concrete Medium through the Collage Activity specifically on the second semester of B group students of TK Weda Purana Singaraja. This research was a classroom action research which has implemented in two cycles. The subject of this research was 20 children of the second semester of B group students of TK Weda Purana Singaraja on the academic year of 2013/2014. The data of this research which was about the progress of children’ fine motor was obtained through the observation method by using an instrument called observation form. The obtained data of this research was analyzed by using descriptive statistic method and quantitative descriptive method. The result of the data analysis shown that there is an improvement towards students’ fine motor ability after the implementation of Demonstration Method Assisted by Concrete Medium through the Collage Activity in the cycle 1 which was 70.50 % and considerate as average improved to be 82.50% in the cycle 2 which is categorized as high. Thus, there is an improvement towards the children’ fine motor progress about 12.00%. Key words: collage, demonstration method, concrete medium, fine motor progress
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan Anak didik Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukkan kepada anak didik sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (Permendiknas No. 58 Tahun 2009). Melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak didik memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Permendiknas No. 58 Tahun 2009). Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun (Permendiknas No. 58 Tahun 2009). Pada usia tersebut dikatakan bahwa anak mengalami masa peka atau golden age yaitu masa dimana terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang berikan oleh lingkungan di sekitar anak. Sehingga pada masa itu diharapkan agar seluruh aspek perkembangan anak dapat berkembang dengan baik. Pada usia tersebut dikatakan bahwa anak mengalami masa peka atau golden age yaitu masa dimana terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulus yang berikan oleh lingkungan di sekitar anak. Maka dari itu pada masa tersebut merupakan peletak dasar pertama dalam mengembangkan seluruh potensi anak dan aspek perkembangan anak seperti aspek perkembangan Nilai Moral dan Agama, aspek perkembangan Fisik/Motorik, aspek perkembangan Kognitif, aspek perkembangan Bahasa, aspek perkembangan Sosial Emosional. Sehingga seluruh potensi serta aspek perkembangan anak tersebut hendaknya dapat berkembang sangat baik pada usia Taman Kanak-kanak (TK). Setelah dilakukan observasi di dua TK yaitu TK A dan TK Weda Purana Singaraja, maka ditemukan salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di TK Weda Purana kelompok B adalah masih rendahnya tingkat perkembangan peserta didik, khususnya dalam perkembangan
motorik halus. Menurut data hasil belajar anak pada aspek perkembangan motorik halus didukung oleh hasil wawancara dengan guru kelas dapat dilihat dari 10 orang anak di kelompo B, 6 orang anak mendapatkan bintang 2. Setelah dilakukan identifikasi tentang permasalahan pada aspek perkembangan motorik halus anak maka ditemukan bahwa guru kurang maksimal dalam menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan perkembangan motorik halus siswa. Kreativitas siswa masih kurang karena guru kurang memanfaatkan media konkret yang ada di sekitar anak. Siswa merasa jenuh karena kegiatan guru yang dilakukan dalam pembelajaran kurang bervariasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak tersebut, antara lain: model pembelajaran yang di gunakan oleh guru, lingkungan peserta didik, metode yang digunakan oleh guru, kegiatan yang dilaksanakan saat menyampaikan pembelajaran, alat peraga atau media yang di pergunakan. Dari faktor-faktor yang disebutkan diatas, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkat pencapaian perkembangan anak adalah metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru. Suarni (2009:79) berpendapat bahwa motorik halus adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot halus, seperti: mencontoh bentuk, Kolase bebas, menggunting, melipat kertas, menjiplak, menjahit sederhana, melukis dengan jari, dan sebagainya. Menurut Mudjito (dalam Yulia, 2013) karakter perkembangan motorik halus anak yang paling utama adalah sebagai pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia belajar bagaimana
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menggunakan jemari dan dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil. Untuk kelompok usia 5-6 tahun dalam lingkup perkembangan motorik halus terdapat beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang harus dipenuhi meliputi kegiatan menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Untuk dapat membantu meningkatkan perkembangan motorik halus anak maka perlu dipergunakan metode yang tepat. Metode demonstrasi adalah salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus. Menurut Isjoni (2010) metode demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak dapat mengenal langkahlangkah pelaksanaan. Sanjaya Wina (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada anak tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran anak hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Pada umumnya setiap metode pembelajaran bertujuan untuk membantu melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sejalan dengan hal tersebut tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi menurut Roestiyah adalah untuk memperjelas pengertian konsep, dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu (dalam Sukerti, 2013). Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi bukan metode yang dapat
diimplementasikan dalam proses belajar mengajar secara independen. Menurut Djamarah dan Aswan Zain (dalam Kembar, 2013) menyebutkan bahwa tujuan penerapan metode demonstrasi menurut adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponenkomponen yang membentuk sesuatu, membandingkan sesuatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Melalui metode demonstrasi penerimaan anak terhadap pelajaran akan lebih berkesan, karena anak akan dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama demonstrasi berlangsung (dalam Kembar, 2013). Untuk membantu pelaksanaan suatu metode demonstrasi maka diperlukan bantuan dari media yang sesuai sehingga dapat memperlancar pula proses pembelajaran. Menurut Sadiman Arief S dkk media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sadiman menyatakan kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne dalam Sadiman, dkk, (2005) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dengan menggunakan media konkret diharapkan dapat membantu meningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan kolase. Hamalik dalam Risanti Nita (2013) menyatakan media konkret dalam konteks pendidikan adalah benda yang dapat menjadi perantara menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada anak yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. Gagne menyebutkan tentang 7 macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar (dalam Sadiman, dkk, 2005:23).
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Sementara itu ahli lain yaitu Briggs menyatakan 13 jenis media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar (dalam Sadiman, dkk, 2005:23). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jeni-jenis media pembelajaran yaitu, Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran, Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, Media Audio-Visual disebut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Minat anak dalam belajar juga dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang inovatif dan tidak monoton. Maka dari itu kegiatan kolase merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan untuk membantu perkembangan motorik halus anak. menurut Sumanto (2005), kolase berasal dari bahasa perancis collage yang berarti merekat. Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan tekhnik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu”. Bahan yang digunakan untuk berkreasi kolase tidak hanya terbatas seperti halnya bahan pembuatan mozaik dan montase namun bisa menggunakan aneka jenis bahan alam dan buatan secara bebas baik dilihat dari bentuk, ukuran, maupun jenisnya. Bahan kolase bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa/bekas dan sebagainya. Sujiono, dkk (2008) menyebutkan bahwa motorik halus gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Menurut Hurlock (dalam Yulia, 2013) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik sebagian kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan
motorik, yakni sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan. Semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak. Kondisi pralahir yang menyenangkan terutama gizi mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pascalahir juga berpengaruh. Kelahiran yang sukar apabila ada kerusakan otak akan memperlambat perkembangan motorik. Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan akan mempercepat perkembangan motorik. Anak yang IQ tinggi perkembangannya lebih cepat dibanding IQ normal atau di bawah normal. Adanya rangsangan, dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik. Rangsangan dan dorongan dari orang tua, kecendrungan anak yang lahir pertama lebih baik daripada anak yang lahir kedua. Serta kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik, cacat fisik akan memperlambat perkembangan motorik. Jadi, ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus pada anak, salah satunya adalah pemberian rangsangan dorongan dan kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkan motorik halusnya. Sehingga penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase dapat memberikan rangsangan dan kesempatan kepada anak kelompok B TK Weda Purana Singaraja untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak. METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Wardani menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat (dalam Agung, 2012). Aryana (dalam Yulia, 2013) Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan guru dalam mengajar dan ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) kualitas pembelajaran serta untuk memperbaiki pengajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK Weda Purana Singaraja. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Weda Purana Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di TK Weda Purana Singaraja pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 10 orang
dengan 4 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus namun tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan siklus berikutnya jika tidak memenuhi target yang telah ditentukan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun gambar alur pelaksanaanpenelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
1. Perencanaan 4. Refleksi
SIKLUS I
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan 1. Perencanaan 4. Refleksi
SIKLUS II
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
?
Gambar 1 Alur Pelaksanaan Tindakan Menurut Arikunto (dalam Risanti Nita, 2013) Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah menyamakan apersepsi dengan guru kelas dan membuat perencanaan dengan menyusun persiapan mengajar berupa Peta Konsep, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH). Serta membuat lembar kerja anak, menyiapkan media yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan dan membuat lembar penilaian. Pada proses selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan yaitu penerapan indikator yang telah direncanakan, yaitu pertemuan pertama menerapkan indikator menggambar bebas dengan berbagai media, pertemuan kedua menerapkan indikator mewarnai bentuk gambar sederhana, pertemuan ketiga menerapkan indikator membuat mainan dengan tekhnik menempel, pertemuan keempat menerapkan indikator membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, kain dan kapas, pertemuan kelima menerapkan
indikator membuat gambar dengan tekhnik kolase dengan memakai berbagai media sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah dibuat. Tahap pengamatan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah dengan mengobservasi kegiatan yang dilaksanakan kemudian melakukan evaluasi. Tahap terakhir adalah tahap refleksi yaitu pengkajian hasil penelitian terhadap pelaksanaan tersebut, untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kemampuan motorik halus anak setelah digunanakan media konkret dalam metode demonstrasi. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang meliputi variabel bebas yaitu metode demonstrasi dan media konkret, variabel terikat yaitu perkembangan motorik halus. Metode penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) metode observasi. Menurut Agung (2012) metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu, dengan kata lain observasi merupakan pengamatan yang dilajuakan secara langsung dan alamiah untuk mendapatkan data dalam berbagai situasi dan kejadian yang dilakukan. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu satu bintang (yaitu satu bintang (*) belum berkembang (BB), dua bintang (**) mulai berkembang (MB), tiga bintang (***) berkembang sesuai harapan (BSH) dan empat bintang (****) berkembang sangat baik (BSB).
Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012). Metode analisis deskriftif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan motorik halus anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah berupa lembar panduan observasi. Untuk mendapatkan data yang diinginkan maka disusunlah kisi-kisi instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase yang berada di bawah ini.
Tabel 1. Instrumen Penelitian Perkembangan Motorik halus Anak TK melalui kegiatan kolase No Variabel Indikator 1.
Perkembangan Perkembangan Motorik Halus
1. Menggambar bebas dengan berbagai media 2. Mewarnai bentuk gambar sederhana 3. Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, kain dan kapas 4. Membuat mainan dengan tekhnik menempel 5. Membuat gambar dengan tekhnik kolase dengan memakai berbagai media
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam perkembangan motorik halus anak kelompok B TK Weda Purana Singaraja. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan motorik halus setelah diterapkannya metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase pada anak kelompok B TK Weda Purana Singaraja. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2014 sampai dengan 3 Mei 2014 pada anak kelompok B Semester II TK Weda Purana
Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan ke dalam dua siklus, yaitu siklus I dilaksanakan pada 3 Maret sampai 3 April dan siklus II dari 4 April sampai 3 Mei. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi dan media konkrit ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yakni siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan yang diulang tiga kali masing-masing pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian setelah melakukan pembelajaran. Pada siklus II terdiri lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan yang diulang tiga kali masing-masing pertemuan untuk
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai perkembangan motorik halus anak dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif bahwa dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase diperoleh rata-rata hasil perkembangan motorik halus anak pada siklus I sebesar 70,50%. Data tabel distribusi perkembangan motorik halus pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 4 3 2 1 0 12
13
14
15
16
Mo= 13 Me= 14
M= 14,1
Gambar 1 Grafik tentang Perkembangan Motorik Halus pada siklus I. Berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada grafik polygon bahwa Mo<Me<M (13<14<14,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan motorik halus pada siklus I merupakan kurve juring positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus cenderung sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I perkembangan motorik halus menunjukkan hasil pada kriteria sedang, tetapi hasil tersebut masih perlu untuk ditingkatkan pada siklus II untuk pencapai kriteria keberhasilan pelaksanaan penelitian. Adapun kendala-kendala yang dihadapi saat penerapan siklus I antara lain: anak masih belum mampu bekerja secara mandiri, beberapa anak kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, dan belum mengerti dengan tahap pelaksanaan kegiatan kolase, karakter dari siwa yang beraneka ragam, terutama adanya anak yang hiperaktif membuat anak lain menjadi tidak fokus dan suasana kelas menjadi agak gaduh pada saat proses pembelajaran berlangsung. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah membimbing dan memberi contoh kepada anak agar dapat mengerjakan tugasnya secara mandiri dengan bantuan dari guru kelas, sehingga anak dapat terbiasa untuk mengerjakan tugasnya sampai selesai secara mandiri, menjelaskan kembali tahap kegiatan kolase kemudian memberi contoh secara langsung yaitu menggunakan metode demonstrasi untuk menarik minat anak belajar, media konkrit yang dipergunakan dalam kegiatan kolase divariasikan dengan berbagai warna agar dapat lebih menarik minat anak untuk mengikuti pembelajaran khususnya dalam kegiatan kolase, membimbing dan mendampingi anak secara lebih intens dalam dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan penguatan berupa bintang. Data tabel distribusi perkembangan motorik halus pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 4 3 2 1 0 13
14
15
16
17
18
19
M=16,5 Me=17 Mo= 18 Gambar 2 Grafik tentang Perkembangan Motorik Halus pada siklus I.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Sedangkan rata-rata perkembangan motorik halus anak pada siklus II sebesar 82,50% yang dapat dilihat pada grafik polygon bahwa Mo>Me>M (18>17>16,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan motorik halus pada siklus II merupakan kurve juring negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus cenderung tinggi. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II perkembangan motorik halus sudah tampak mengalami peningkatan. Adapun temuantemuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan, sehingga perkembangan motorik halus anak dapat meningkat dan sesuai harapan, anak yang awalnya kurang kreatif menjadi lebih kreatif dan mampu mempergunakan media yang
ada di sekitar anak dengan baik, anak lebih tertarik mengikuti pembelajaran setelah ditunjang dengan menggunakan media konkrit dalam kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan kolase, anak yang kurang memahami kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan diberikan bimbingan yang lebih intens sehingga anak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Secara umum proses pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak berjalan dengan baik hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata perkembangan motorik halus anak pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang positif terhadap perkembangan motorik halus anak sehingga penelitian ini cukup dilaksanakan sampai siklus II karena sehubungan dengan hal tersebut ada keterbatasan waktu baik dari pihak sekolah aupun dari pihak peneliti.
Tabel 2 Data Statistik Siklus I ke Siklus II Siklus I Siklus II 5 7 13 18 14 17 14,1 16,5 70,50% 82,50% kurang kreatif menjadi lebih kreatif karena Berdasarkan hasil analisis statistik penggunaan media konkret seperti kertas deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif bekas, serbuk kayu dan biji-bijian diperoleh rata-rata persentase divariasikan dengan menarik sehingga kreatifitas anak dapat terangsang. Anak perkembangan motorik halus anak pada dapat lebih tertarik mengikuti pembelajaran siklus I sebesar 70,50% yang berada pada karena media konkret yang divariasikan kategori sedang dan rata-rata persentase dengan menarik kemudian dilaksanakan ke perkembangan motorik halus anak pada dalam kegiatan yang menarik pula dan siklus II sebesar 82,50% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya tidak monoton, sehingga dengan kegiatan kolase anak tidak merasa bosan dan lebih peningkatan rata-rata persentase tertarik untuk mengikuti pembelajaran. perkembangan motorik halus pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 12,0% dan Karena kolase belum efektif digunakan berada pada kategori tinggi. Secara umum pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, maka pada awal penerapan masih ada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan anak yang kurang mengerti tentang media konkret dapat berjalan sesuai pelaksanaan kegiatan kolase, maka dari itu guru menjelaskan kembali tentang rencana dan dapat memperoleh pelaksanaan kegiatan kolase dan peningkatan pada aspek perkembangan motorik halus anak. Anak yang awalnya mendampingi anak hingga anak dapat Data Statistik Rentangan Modus Median Mean Rata-rata persen
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) melaksanakan kegiatan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut, capaian perkembangan yang dicapai pada aspek perkembangan motorik halus setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret melalui kegiatan kolase pada anak adalah (1) Menggambar sesuai gagasannya (2) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail, (3) Menciptakan sesuatu dengan berbagai media, (4) Bereksplorasi dengan berbagai media, (5) Menempel gambar dengan tepat. Capaian perkembangan tersebut sesuai dengan indikator yang ingin dicapai pada penelitian ini yang sudah dibahas pada bab tiga. Terjadinya peningkatan perkembangan motorik halus pada anak, dalam penelitian tindakan kelas ini, tidak lepas dari peranan metode demonstrasi yang dibantu oleh media konkrit. Metode demonstrasi pada hakekatnya dapat dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman seccara kata-kata atau kalimat). Dengan menggunakan metode demonstrasi anak lebih mudah memahami apa yang dipelajari sehingga proses pengajaran lebih menarik dan anak dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri (Djamarah & Aswan Zain, 2002). Penggunaan metode demonstrasi agar mampu meningkatkan perkembangan motorik halus anak, memerlukan media konkrit agar dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak secara optimal. Media konkrit dapat menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran karena media tersebut divariasikan sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan penjelasan disertai dengan contoh dan menggunakan media yang nyata atau konkret sehingga anak didik tidak berfikir abstrak dan lebih mudah memahami suatu materi pembelajaran. Oleh sebab itu media konkret sangat cocok diterapkan untuk menunjang pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Hamalik (1994) yang menyatakan media konkret dalam konteks
pendidikan adalah benda yang dapat menjadi perantara menyampaikan pesan pembelajaran dari guru kepada anak yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya (Risanti, 2013). Kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih optimal jika metode dan media yang telah disiapkan dilaksanakan ke dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan tidak monoton, oleh sebab itu kegiatan pembelajaran yang dipilih dalam penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkret untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah kegiatan kolase. Menurut Sumanto (2005) kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan tekhnik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahanbahan tertentu. Media konkret yang diperoleh dari sekitar anak seperti daun kering , pasir, dan serbuk kayu sangat sesuai dipergunakan dalam kegiatan kolase. Menurut Sumanto kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan tekhnik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahanbahan tertentu. Pada hakekatnya media konkrit dapat membantu pelaksanaan dari metode demonstrasi secara efektif sehingga dapat meningkatkan perkembangan motoik halus pada anak kelompok B di TK Weda Purana Singaraja walaupun peningkatannya baru sampai kriteria tinggi karena adanya keterbatasan waktu baik dari pihak sekolah maupun peneliti, sehingga sehubungan dengan hal tersebut maka disarankan kepada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini hingga mencapai kriteri sangat tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media konkrit dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada siswa kelompok B di TK Weda Purana Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan motorik halus pada siswa sebesar 70,50% menjadi sebesar 82,50% ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 12,0% dan berada pada kategori tinggi. Sehubungan dengan hasil penelitian saran-saran yang perlu disampaikan dalam penelitian ini yaitu kepada kepada kepala sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas siswa dan perkembangan kemampuan siswa. Saran yang kedua kepada guru, dalam proses pembelajaran diharapkan mengunakan metode demonstrasi berbantuan media konkrit sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil perkembangan motorik halus siswa dan dapat mencapai kriteria sangat tinggi. Serta kepada peneliti lain, agar meneliti permasalahan yang diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini secara lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kriteria tinggi menjadi sangat tinggi. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja. Departemen pendidikan nasional. Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 58 tahun 2009. Tentang standar pendidikan anak usia dini. Jakarta: jendral manajemen pendidikan dasar dan menengah direktorat Pembina TK dan SD. Djamarah, & Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Renika Cipta. Isjoni, 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.
Risanti, Ni Made Nita, 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Konkrit Melalui Kegiatan Finger Painting Untuk Meningkatkan Perkembangan Social Emosional Anak TK Ganesha Denpasar Selatan Pada Kelompok A SEMESTER II Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sadiman. Arief S, Dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Suarni,
Ketut. 2009. Psikologi Perkembangan I. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sujiono, dkk. 2008. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Depdiknas Yulia, Ni Kadek Hari. 2013. Penerapan Model Ppembelajaran Explicit Instructon Melalui Kegiatan Bermain Warna Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Pada Anak Kelompok Bermain Gayatri Denpasar Utara. Skripsi. (tidak diterbitkan) Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Sukerti,
Ni Made. 2013. “Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Daun Pisang untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Di Tk Kusuma Dharma Tukad Mungga Kecamatan/Kabupaten Bulleng”. Skripsi. (tidak diterbitkan).
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Kembar,
Ni Made. 2013. “Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Moral Yang Berkarakter Pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 Di Tk Kumara Banyuseri”. Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.