e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM KEGIATAN MELIPAT BERBANTUAN MEDIA KERTAS DAUR ULANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS Nyoman Adi Budi Suasti¹, Anak Agung Gede Agung² , Didith Pramunditya Ambara³ 1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected] Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kemampuan motorik halus anak kelompok B Semester II di TK Kartika VII-3 Singaraja. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 16 anak, 13 anak masih belum berkembang dan 3 anak mulai berkembang, dan rata-rata M% yang diperoleh sebesar 29,5%. Jika dikonvermasikan ke dalam PAP skala lima kemampuan motorik halus anak berada pada kriteria sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan melipat setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan melipat pada siklus I sebesar 57,5% yang berada pada katagori sangat rendah dan siklus II menjadi sebesar 81,5% berada pada katagori tinggi. Setelah skor yang diperoleh pada siklus I ke siklus II maka diperoleh nilai gains skor sebesar 0,5 berada pada kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode demonstrasi dalam kegiatan melipat berbantuan media kertas daur ulang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Kata-kata kunci: metode kemampuan motorik halus.
demonstrasi, kegiatan
melipat, kertas daur ulang,
Abstract This research based on low fine motor ability in children group B in 2 semester academic year 2014/2015 in Kartika VII-3 kindergarten school of singaraja. Based on observations conducted on 16 children, there are 13 children who experience obstacles in the activities of folding and 3 children are quite good in folding activity. This research is aim to know the development of student’s fine motor abilities improved after applied the method of demonstration-assisted media paper. This research was a classroom action research which conducted in two cycles. The data collected were analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive. The result showed that an increase in the average scores of fine motor skills in children in group B after the applied methods used paper media-assisted demonstration on the first cycle of 57.5% which is in the category were then in the second cycle to 81.5% belong to the high category. While the value of the gains score from cycle to cycle I II of 0,5 in the medium category. Thus the application of demonstration method of paper media assisted to
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) increase fine motor ability students in class B in the second semester in the academic year of 2013/2014 in TK Kartika VII-3 Singaraja. Keywords : demonstrasi, the media paper, fine motor ability.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Pendidikan sangat berperan dalam membangun bangsa yang cerdas, damai dan demokratis. Dalam proses pendidikan peran orang dewasa sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang kaya akan rangsangan pendidikan. Orang dewasa yang dimaksud adalah orang tua, lingkungan dan pendidik. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Peran pendidik sangat memegang kunci suksesnya sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan suatu kegiatan secara sistematis dan berkesinambungan. Hastuti (2012:133), menyatakan “memberi stimulasi pada anak memang perlu terus menerus dilakukan, tapi jangan sampai orangtua memaksa anak melakukan apa yang diharapkan orangtua”. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Berdasarkan uraian diatas pendidikan anak usia dini merupakan
langkah awal yang tepat untuk menampak dunia pendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh. Gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Semakin banyaknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi. Perkembangan motorik halus merupakan salah satu perkembangan fisik yang harus dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik bagi anak agar dapat merangsang perkembangan otot-otot kecil anak, dengan cara memberi kegiatan menggunting, menempel, melipat, mewarnai, menggambar, menganyam, dll. Namun kegiatan tersebut harus dikemas semenarik mungkin agar dapat menarik minat anak untuk melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 16 anak, 13 anak masih belum berkembang dan 3 anak mulai berkembang, dan rata-rata M% yang diperoleh sebesar 29,5%. Jika dikonvermasikan ke dalam PAP skala lima kemampuan motorik halus anak berada pada kriteria sangat rendah, ketika guru mencontohkan didepan kelas anak terlihat tidak memperhatikan guru dan mereka asik ngobrol dengan teman sebangkunya. Dari hasil ini terlihat bahwa kurangnya semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan melipat, kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan melipat, dan kurangnya perhatian peserta didik saat mengikuti kegiatan melipat ketika guru sedang memberikan contoh didepan kelas. Anak tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru ketika disuruh
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) menirukan bentuk lipatan yang dicontohkan oleh guru sebelumnya. Kemampuan motorik halus anak yang masih rendah adalah dalam kegiatan melipat kertas, ketika anak diberikan kegiatan melipat kertas anak terlihat bosan dan tidak mau mengerjakan kegiatan tersebut. Pendidik/guru sangat berperan dalam memotivasi anak agar bersmangat belajar sehingga potensi anak dapat dikembangkan secara optimal dalam kegiatan belajar. Dari paparan hasil observasi yang telah dilakukan di TK Kartika VII-3 Singaraja seharusnya anak usia 5-6 tahun pada kelompok B dalam perkembangan motorik halus anak sudah mencapai tahapan perkembangan: “menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, mewarnai gambar sederhana, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat, melipat sederhana 1-7 lipatan”. (Permendiknas No.58: 2009). Dalam menjelaskan suatu materi pembelajaran pada anak seringkali tidak cukup kalau pendidik hanya menjelaskan secara lisan saja. Anak akan lebih mudah memahami apa yang pendidik ajarkan kalau diperlihatkan bagaimana langkahlangkah dalam pengerjaannya dan anak secara langsung menirukan apa yang sedang dicontohkan oleh pendidik, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Menurut Latif (2013:108), “metode pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan”. Merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan penyajian bahan yang menyeluruh dan sistematis untuk melakukan pendekatan terhadap peserta didik agar apa yang diajarkan mudah diterima oleh peserta didik. Adapun jenisjenis metode pembelajaran menurut Moeslichatoen (2004:24) yaitu: bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita, proyek, dan pemberian tugas.
Metode demonstrasi merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kepada peserta didik dengan cara menunjukkan secara langsung langkah-langkah dalam mengerjakan suatu kegiatan yang diberikan, melalui penglihatan, pendengaran, dan peniruan. Dengan demikian akan mempermudah peserta didik dalam penyerapan ilmu yang diberikan karena dengan cara melihat, mendengar, dan menirukan secara langsung kegiatan yang diberikan anak akan lebih mudah untuk memahami apa yang guru ajarkan pada anak, sehingga dalam mengerjakan kegiatan tersebut pendidik dapat melihat perkembangan motorik anak melalui proses pengerjaannya dari awal kegiatan ketika guru menunjukkan secara langsung kegiatan tersebut, dari proses pembuatan kegiatan tersebut dapat dilihat kemampuan motorik halus anak dalam melipat apakah sudah berkembang secara optimal atau belum berkembang. Subana (2010:111) meyatakan adapun keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa lebih terpusat pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan yang terjadi bila pelajaran ini diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh konkrit, kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama, siswa dapat 6 berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung serta dapat mengembangkan kecakapannya, dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit. Metode demonstrasi disamping memiliki keunggulan, memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan metode ini menurut Subana (2010:112) adalah alat yang terlalu kecil atau penempatannya yang kurang tepat menyebabkan demonstrasi tidak dapat dilihat oleh siswa, guru harus menjalankan kelangsungan demonstrasi dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh siswa, bila waktu sempit, demonstrasi akan berjalan putus-putus atau dijalankan tergesa-gesa sehingga hasilnya tidak memuaskan. Kegiatan melipat menurut Suaidah (2012:1-44), melipat kertas adalah sebuah
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) seni melipat, artinya, dengan bahan dasar kertas lipat ini, kreativitas seni ini dilakukan dan dikembangkan. Bila kemudian ada yang menggunakan bahan plastik, aluminium foil, kain, dan bahan-bahan selain kertas, hal tersebut merupakan perkembangan selanjutnya yang banyak dilakukan oleh para seniman. Adapun dasar-dasar mlipat menurut Sumanto (2004:100), pertama, gunakan jenis kertas yang secara khusus digunakan untuk melipat. Melipat juga dapat menggunakan kertas HVS, kertas Koran, kertas buku tulis, dan sejenisnya. Kedua, setiap model lipatan ada yang dibuat dari kertas berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang, dan segitiga. Ketiga, untuk memudahkan melipat berdasarkan gambar kerja (pola) kenalilah petunjuk dan langkahlangkah pembuatannya. Keempat, kualitas lipatan ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik melipat mulai dari awal sampai selesai. Selain kita harus mengetahui dasardasar melipat, kita juga haru mengetahui langkah-langkah kerja melakukan kegiatan melipat yaitu: a) tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran yang akan digunakan, b) tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar pola, c) tahap penyelesaian, yaitu melengkapi bagian-bagian tertentu pada hasil lipatan. Guru membagikan media kertas daur ulang pada anak pada saat akan memulai kegitian. Anak secara reflek menyalurkan tangannya untuk mengambil kertas daur ulang yang diberikan oleh guru, anak memperhatikan dengan bersungguhsungguh media kertas daur ulang karena media kertas daur ulang sangat jarang digunakan sebelumnya dalam kegiatan melipat, sehingga media kertas bekas dapat menarik minat anak untuk mengikuti kegiatan melipat. Dengan demikian anak akan merasa tertantang untuk membuat berbagai bentuk lipatan yang mereka inginkan nantinya. Kondisi ini harus tetap dipertahankan dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang diharapkan bisa tercapai.
Dalam proses pembelajaran dikelas, diperlukan media sebagai alat untuk menyampaikan pesan saat proses pembelajaran berlangsung. Latif (2013:151) menyatakan kata media berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pembawa pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Bahan bekas disebut juga sebagai limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi, baik pabrik maupun rumah tangga. Ada beberapa limbah yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan APE untuk anak. Limbah-limbah tersebut dapat terbuat dari kertas, plastic, kaleng, besi, dan lain sebagainya. Media kertas bekas merupakan media pemblajaran yang digunakan dalam kegiatan melipat. Kertas daur ulang yang didapat akan dijadikan bentuk segiempat terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada masing-masing anak. Dengan menggunakan media kertas daur ulang dalam kegiatan melipat akan menumbuhkan minat anak untuk mengikuti kegiatan melipat selain itu pembuatan media dari bahan bekas terbilang sangat murah, bahannya cenderung mudah didapat, mendukung program pengurangan sampah dengan demikian akan menumbuhkan rasa peduli anak terhadap lingkungan. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide atau gagasan sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerimanya, Santoso (Subana 2010:287). Jenis media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru disekolah yaitu: media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan anak atau media yang hanya dapat dilihat. Audio adalah media yang berkaitan dengan indra pendengaran. Audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual. Latif (2013:153). Manfaat media pembelajaran yaiutu: pesan yang disampaikan lebih jelas, mengatasi keterbatasan ruang, meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar. Media yang saya pilih untuk meningkatkan perkembangan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) motorik halus adalah kertas daur ulang, karena kertas daur ulang dapat digunakan untuk menunjang dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Selain itu media kertas daur ulang sangat mudah ditemukan, kertas daur ulang juga dapat meningkatkan rasa peduli anak pada lingkungan. Keterampilan motorik halus menurut sumantri (2005:143), keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencangkup pemanpaatan dengan alatalat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin mislnya mengetik, menjahit, dan lain-lain. Prinsipprinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus agar perkembangan kemampuan motorik halus agar perkembangan motorik halus anak adalah sebagai berikut. Pertama, berorientasi pada kebutuhan anak, dimana anak membutuhkan stimulasi secara tepat agar seluruh aspek perkembangan dapat dicapai secara optimal. Kedua, belajar sambil bermain, dalam memberikan stimulasi pada anak hendaknya menyenangkan bagi anak. Ketiga, kreatif dan inovatif, ini dapat dilakukan dalam memberikan kegiatankegiatan pada anak harus menarik minat anak. Keempat, pemilihan tema hendaknya dilakukan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak. Kelima, lingkungan kondusif hendaknya harus dicipatkan senyaman mungkin anak, agar anak merasa betah dan tidak bosan. Menurut Rosmala (2013:6), adapun tujuan pengembangan keterampilan motorik halus anak usia 0 sampai 6 tahun yaitu: agar anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis dan menggambar, anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktifitas
tangan, anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktifitas motorik halus. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dalam kegiatan melipat berbantuan berbantuan media kertas daur ualng pada anak kelompok B di TK Kartika VII-3 Singaraja. METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2013:2) PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Menurut Wardani (2007:2) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan di TK Kartika VII-3 pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 terhadap anak kelompok B. Subyek penelitian sebanyak 16 orang anak. Fokus penelitian adalah kemampuan motorik halus melalui penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Kartika VII-3 Singaraja. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Adapaun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dalam tahap perencanan tindakan yang dilaksanakan meliputi: menyusun peta konsep, menyusun rencana kegiatan (RKM), rencana kegiatan mingguan (RKH), mempersiapkan alat atau media yang digunakan yaitu media pohon bilangan, mempersiapkan instrument penilaian yaitu lembar observasi. Pada pelaksanaan tindakan guru/peneliti melaksanakan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan, kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pelmbelajaran sesuai
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) dengan rencana kegiatan harianyang telah dipersiapkan. Sedangkan pada observasi/evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan motorik halus pada anak. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah mengamati kemampuan motorik halus pada anak setelah diterapkannya metode demonstrasi berbantuan kertas bekas. Dan refleksi ini dilakukan untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan dampak tindakan dari berbagai kriteria. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 01. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Agung, 2014:141) Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi. metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu (Agung, 2012:68). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan anak dalam motorik halus. Instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut berupa lembar observasi. Pelaksanaan observasi melibatkan 5 indikator yang diamati dalam
mengukur kemampuan motorik halus anak. Indicator pertama meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan). Indikator kedua, membuat lingkaran, segitiga, bujursangkar dengan rapi. Indikator ketiga, menggabungkan 2 bentuk lipatan yang berbeda menjadi sebuah bentuk. Indikator keempat, membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, kain perca, dll. Indikator kelima, membuat mainan dengan teknik melipat, menggunting, dan menempel. Tabel 01. Kisi-kisi instrument kemampuan motorik halus Capaian Indikator Perkembangan 1. Anak mampu melipat kertas sederhana (1-7 lipatan) 2. Anak mampu membuat lingkaran, segitiga, dan bujursangkar dengan rapi. 3. Anak mampu menghubung 2 1. bentuk lipatan Perkembangan menjadi sebuah Motorik Halus bentuk 4. Anak mampu membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca, dll. 5. Anak mampu membuat mainan dengan teknik melipat, menggunting dan menempel (Permendiknas Nomor 58 Tahun, 2010) Indikator yang digunakan yaitu acuan penelitian di TK yang dinilai dengan skor: tanda bintang satu («) adalah nilai yang diberikan kepada anak yang menunjukkan kemampuannya belum berkembang dan belum bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan yang direncanakan guru, skor tanda bintang dua (««) adalah nilai yang diberikan kepada anak yang kemampuannya mulai berkembang dengan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) yang diharapkan dan direncanakan oleh guru, skor tanda bintang tiga («««) adalah nilai yang diberikan kepada anak yang menunjukkan kemampuannya berkembang sesuai harapan guru dan dapat menyelesaikan tugas sendiri, skor tanda bintang (««««) adalah nilai yang diberikan kepada anak yang anak yang kemampuannya berkembang sangat baik dan dapat menyelesaikan tugasnya sendiri. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Statistik Diskriptif dan Analisis Diskriptif Kuantitatif. Koyan (2012) Analisis Statistik Diskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Mean adalah rata-rata dari hasil belajar siswa. Modus adalah skor yang paling sering muncul. Untuk menghitung median yang datanya tunggal menggunakan skor yang mengandung frekuensi komulatif setengah N. Tabel 02. Pedoman (PAP) Skala Lima Presentase Kriteria Kemampuan Motorik Halus 90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 40-64 Rendah 0-36 Sangat Rendah (Agung, 2014: 118) Sedangkan metode Analisis diskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase keadaan suatu obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:76). Metode analisis deskriptif untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan melipat pada anak yang dikonversikan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kegiatan melipat yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan
metode demonstrasi dapat dilakukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen kedalamPAP skala lima dengan kreteria seperti pada tabel 02. Peningkatan kemampuan mototrik halus anak ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada pra-siklus, siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dihitung dengan rumus gains skor ternormalisasi sebagai berikut. Gn (Savinaenem & Scort, dalam Gading 2007) Keterangan: Gn = Gains skor Spost = Skor akhir Spre = Skor awal Smax = Skor maksimal ideal Tabel 03. Kriteria Peningkatan Kemampuan Motorik Halus dapat dilahat pada tabel sebagai berikut. Kriteria Peningkatan Gains Skor
Predikat
≥ 0,7
Tinggi
0,3 sd < 0,7
Sedang
< 0,3
Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan april sampai mei 2015 di kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja dengan jumlah subjek sebanyak 16 anak. Penelitian ini dilaksanakan Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan motorik halus dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media kertas bekas. Siklus I dilaksanakan mulai 13 April sampai 2 Mei 2015 selama lima belas kali pertemuan.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) Sedangkan siklus II dilaksanakan mulai 4 Mei 2015 sampai 18 Mei 2015 selama sepuluh kali pertemuan. Analisis siklus I menunjukkan hasil Modus (Mo)=10, Median (Me)=11, dan Mean (M)=11,25. Jika disajikan ke Grafik Polygon tampak pada gambar 02. 6f 5
4 3 2
1 0 9
10
11
12
13
14
15
X
Mo=10 Me= 11 M= 11,5
sehingga anak bingung saat mengikuti kegiatan melipat. Keaktifan anak masih kurang, terlihat hanya beberapa anak yang mau mengikuti kegiatan melipat. Ukuran kertas yang digunakan sebagai contoh didepan kelas. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas yaitu, pertama menjelaskan ulang langkah langkah metode demonstrasi, dan menyajikan kembalimedia yang dipakai dengan cara menyampaikan cara melakukan kegiatan melipat kertas. Kedua, menciptakan bentuk-bentuk lipatan yang barudan mudah ditiru oleh anakagar anak lebih tertarik. Ketiga, membimbing dengan baik anak yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuan anak kepada anak yang kurang aktif. Hasil analisis siklus II menunjukkan hasil Modus (Mo)=17, Median (Me)=15, dan Mean (M)=16,3. Jika disajikan ke Grafik Polygon tampak pada gambar 03.
Gambar 02. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (10< 11<11,25), dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan motorik halus pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian skor kemampuan motorik halus anak cenderung rendah. Nilai 57,5% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 4064 yang berarti bahwa tingkat kemampuan motorik halus anak di Kelompok B TK Kartika VII-3 Singaraja pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I terlihat masih adanya hambatan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Hasil pengamatan dan temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukkan terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan mototik halus pada anak masih berada pada kategori rendah. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I yaitu, penjelasan guru terlalu cepat,
M=16,3 Me=17 Mo=18 Gambar 03. Grafik Kemampuan Motorik Halus Siklus II Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas Mo > Me > M (17> 15> 16,3), dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan motorik halus pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian skor kemampuan motorik halus anak cenderung tinggi. Nilai 81% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) motorik halus anak di Kelompok B TK Kartika VII-3 Singaraja pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskiptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ratarata skor kemampuan motorik halus anak adalah 57,5% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 81,5%. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas berarti bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B Semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan motorik halus dapat diuraikan sebagai berikut. Sesuai analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif terhadap kemampuan motorik halus anak melalui penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang diperoleh rata-rata persentase kemampuan motorik halus pada siklus I sebesar 57,5% dan rata-rata persentase kemampuan kemampuan motorik halus pada siklus II sebesar 81,5% ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24%. Terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang dalam penelitian ini disebabkan rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru, sehingga anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan motorik halus. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus II dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun sebelumnya, sehingga kemampuan motorik halus anak dalam melipat kertas dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan harapan peneliti. Anak yang
awalnya masih kurang dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, setelah diberikan bimbingan dan motivasi dari guru, serta anak diberikan kesempatan untuk melihat langkah-langkah melipat secara langsung dan anak secara langsung menirukan cara melipat kertas, sehingga anak lebih mudah menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan baik. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang disediakan pihak sekolah, karena mendekati akhir semester tahun pelajaran 2014/2015. Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Kartika VII-3 Singaraja berakhir disiklus II. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Peningkatan rata-rata persentase perkembangan anak setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media kertas bekas pada siklus I sebesar 66,5% yang berarti berada pada katagori sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81% yang berada pada katagori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik halus pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24%. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut. Kepada para guru disarankan agar lebih meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan-kegiatan yang menarik agar anak merasa tertarik untuk mengikuti kegiatan yang sedang diberikan, seperti kegiatan melipat berbantuan media
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 –Tahun 2015) kertas bekas dengan penerapan metode demonstrasi. Kepada Kepala TK disarankan agar mampu memberikan pembinaan informasi tentang metode dan media pembelajaran yang menarik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak. Kepada peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak agar mencapai hasil yang optimal sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------,
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.
Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Tugu Publisher. Koyan, I. Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Latif, Mukhtar, dkk. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Group. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.
Subana, Sumarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud. Wardhani, IGAK. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.