1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA DAUR ULANG Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masih kurangnya perkembangan motorik anak khususnya dalam perkembangan motorik halus. Kondisi ini menstimulasi peneliti untuk melaksanakan penelitian mengenai pemanfaatan media daur ulang untuk mengembangkan motorik halus anak. tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) proses pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang dan (2) hasil yang dibuat anak melalui pemanfaatan media daur ulang. Penelitian ini dilaksanakan dengan desain PTK Elliot. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B4 TK Negeri Pembina Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung yang berjumlah 15 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen proses, instrumen produk, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pengembangan motorik halus anak dalam penelitian ini dilaksanakan melalui pemanfaatan media daur ulang yang dilakukan dengan tiga siklus dimana dalam setiap siklus terdapat peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase perolehan nilai tertinggi dengan indikator anak dapat menempel dengan tepat pada siklus 1 rata-rata mencapai 8,89%, siklus 2 ratarata mencapai 33,97% dan siklus 3 perkembangan anak rata-rata mencapai 55,55%. Indikator anak dapat menggunting sesuai pola pada siklus 1 rata-rata mencapai 8,88% pada siklus 2 rata-rata mencapai 24,76% dan perkembangan anak pada siklus 3 ratarata mencapai 62,22%. Sehingga tujuan pengembangan motorik halus anak berkembang dengan sangat baik.(2) Hasil produk yang dibuat anak mampu mengembangkan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari persentase perolehan nilai tertinggi dengan indikator produk yang dihasilkan anak memiliki kekhasan dengan produk yang sudah ada/hasil temannya pada siklus 1 rata-rata mencapai 8,89% siklus 2 rata-rata mencapai 33,97% dan perkembangan pada siklus 3 sangat meningkat, rata-rata sampai 53,33%. Indikator selanjutnya yaitu kerapihan dalam bentuk hasil karya, pada siklus 1 rata-rata mencapai 15,71% pada siklus 2 rata-rata mencapai 40,79% dan sangat berkembang pada siklus 3 rata-rata mencapai 62,22%. Berdasarkan pengembangan motorik halus anak yang ditujukan pada setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media daur ulang cukup efektif untuk mengembangkan motorik halus anak usia dini. Kata kunci : Motorik Halus, Media, Daur Ulang
1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 2 Mengembangkan Motorik HalusAanak Melalui Pemanfaatan Media Daur
DEVELOPING CHILDERN’S FINE MOTORIC SKILLS BY USING RECYCLING MEDIA Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT The background of this research was the lack of children’s development in motoric skills, especially the fine motoric skills. This condition stimulated the writer to carry out a research on using recycling media to develop children’s fine motoric skills. This research was objected to comprehend and describe (1) the process of children’s fine motoric skill development and (2) the children’s product by using recycling media. It employed the Classroom Action Research design by Elliot. The participant of this research was fifteen B4 students of public kinder garden in Cileunyi, Bandung Regency. This research employed mixed method: quantitative and qualitative research design. The data was collected by using process instrument, product instrument, observation, interview, field note and documentation. The findings showed that (1) the process of fine motoric skill development by using recycling media significantly increased in all three cycles. This was reflected in the percentage of the student’s highest achievement. In the first indicator (sticking something exactly), the average was 8.89% in cycle 1, 33.97% in cycle 2 and 55.55% in cycle 3. In the second indicator (cutting based on the pattern), the average was 8.88% in cycle 1, 24.76% in cycle 2 and 62.22% in cycle 3.So the students’ fine motoric skills developed well. In terms of students’ product (2), the findings revealed that the students were able to produce specific products. In the first indicator (producing specific product), the average was 8.89% in cycle 1, 33.97% in cycle 2 and 53.33% in cycle 3. In the second indicator (the neatness of the product), the average was 15.71% in cycle 1, 40.79% in cycle 2 and 62.22% in cycle 3. Based on the findings above, the writer concluded that the use of recycling media can effectively develop the students’ fine motoric skills, especially for the early child. Keywords: Fine motoric skills, Media, Recycling.
1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak 0-8 tahun secara menyeluruh mencakup semua aspek perkembangan anak, diantaranya aspek fisik motorik, bahasa, kognitif, sosialemosional, dan moral agama. Sedangkan pembinaan dilakukan melalui rangsangan yang tepat dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. maka tepatlah jika dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age). Dimana peluang potensi anak untuk dikembangkan sangat tepat dan akan berjalan dengan cepat. Oleh sebab itu, maka sebaiknya pendidikan anak usia dini jangan dipandang sebelah mata, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang akan ditempuh oleh anak selanjutnya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa anak usia dini memerlukan stimulus dan rangsangan untuk dapat mengembangkan semua aspek perkembangan dan pertumbuhan bagi anak usia dini. Beberapa aspek pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat dikembangkan oleh guru yaitu diantaranya 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
aspek moral dan nilai-nilai agama, bahasa, kognitif, sosial emosianal serta fisik motorik. Mengingat banyaknya aspek pertumbuhan dan perkembangan yang harus dimiliki oleh anak, maka rangsangan yang diberikan oleh guru harus tepat. Menurut Muhibbin (dalam Samsudi, 2008, hlm. 10) ‘Motorik diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan dan kegiatan yang, melibatkan otot-otot juga gerakannya’. Secara singkat,motorik dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik. Sehubungan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak dalam hal ini pendidik atau guru perlu berupaya membantu mengembangkan aspek jasmani anak, baik itu motorik halus maupun itu motorik kasar. Dalam perkembangan jasmani atau fisik setiap anak berbeda-beda ada yang dalam pertumbuhan fisiknya cepat tetapi ada pula yang mengalami keterlambatan. Pada masa kanak-kanak pertumbuhan tinggi badan dan berat badan cukup seimbang menuju pertumbuhan yang proporsional. Perkembangan motorik halus merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat erat hubungannya dengan perkembangan motorik anak. (dalam Permen 58 hlm.13) menyatakan bahwa: Pola perkembangan atau tingkat pencapaian anak usia lima sampai enam tahun yaitu; menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting dengan sesuai pola, menempel gambar dengan tepat, dan mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Dalam perkembangan anak usia dini biasanya kemampuan motorik kasarnya
Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 4 Mengembangkan Motorik HalusAanak Melalui Pemanfaatan Media Daur lebih dahulu berkembang dibandingkan dengan motorik halus anak. Hal ini terlihat ketika anak sudah bisa berjalan dengan menggunakan otot-otot kakinya kemudian anak baru mengontrol tangan dan jarijarinya untuk menggambar atau menggunting. Keterampilan motorik halus anak pada umumnya memerlukan jangka waktu yang cukup lama. Hal ini merupakan suatu proses bagi anak untuk mencapainya. Maka diperlukan identitas kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda, ada yang berjalan dengan cepat, ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan motorik halus anak, misalnya kurangnya kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sejak kecil dan pola asuh orang tua yang cenderung overprotektif dan kurang dalam memberikan fasilitas dan rangsangan belajar, tidak memberikan kebebasan pada anak untuk mengerjakan aktifitas sendiri sehingga anak terbiasa selalu ingin di bantu oleh orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam kenyataannya, di TK Pembina, kemampuan anak dalam mengembangkan motorik halusnya masih harus dikembangkan karena pada kenyataannya menunjukan bahwa kemampuan motorik halus yang ada pada diri anak sebagian besar masih rendah terutama dalam membuat sebuah karya yang dihasilkan oleh anak. Guru cenderung lebih menekankan pada perkembangan kognitif saja, yang dimana dalam setiap pembelajarannya guru hanya memberikan sebuah buku/majalah yang berisikan lembar kerja anak yang didalamnya anak akan belajar membaca dan menulis tanpa ada sebuah karya yang dibuat untuk memberikan pembelajaran yang menarik 1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
untuk anak dan terutama dapat mengembangkan motorik halus anak. Berdasarkan masalah yang ada, dapat diketahui bahwa rendahnya kemampuan motorik halus anak yang disebabkan oleh kurang menariknya media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Hal tersebut dapat terjadi karena media pembelajaran yang dipakai hanya terpaku pada buku ataupun majalah yang disediakan oleh pihak sekolah. Ketika pembelajaran sedang dilakukan oleh anak dengan media buku atau majalah yang disediakan oleh sekolah, anak terlihat kurang tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan. Bahkan ada anak yang memberikan berbagai alasan seperti berpura-pura sakit, dan berkata “malas” dengan kegiatan yang sedang dilakukan. Berbeda dengan ketika kegiatan pembelajaran dengan media selain buku atau majalah, dan anak bersama-sama membuat suatu hasil karya dari bahan bekas yang di daur ulang menjadi sebuah permainan. Anak lebih banyak bertanya tentang kegiatan yang akan dilakukan dan anak terlihat lebih antusias, terlebih ada anak yang sangat tidak sabar ingin mengikuti kegiatan tersebut. Setelah anak membuat hasil karya anak, anak langsung bertanya kepada guru, bahwa hasil karya tersebut boleh dibawa pulang untuk diperlihakan kepada orang tuanya. Hal tersebut menunjukan bahwa ada kebanggaan tersendiri ketika anak melakukan kegiatan seperti prakarya. Dengan hasil pengamatan tersebut, kegiatan yang dilakukan di TK Pembina dalam mengembangkan motorik halus anak sudah ada, tetapi sebagian besar hanya menekankan pada kemampuan kognitif yaitu membaca, menulis dan berhitung. Oleh karena itu, perlu ada upaya pengembangan proses lebih melalui penyediaan atau penyiapan barang bekas yang dapat di daur ulang oleh anak menjadi
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
media pembelajaran. Dengan media tersebut anak dapat menciptakan suatu hasil karya atau produk baru dari barang bekas yang di daur ulang oleh anak juga dapat menjadi stimulus pada anak untuk mengembangkan motorik halus yang dimiliki oleh anak. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang di TK Pembina? 2. Bagaimana hasil yang dibuat anak melalui pemanfaatan media daur ulang di TK Pembina? Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu: 1. Untuk mengetahui proses pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang di TK Pembina. 2. Untuk mengetahui hasil yang dibuat anak melalui pemanfaatan media daur ulang di TK Pembina. Anak usia dini yaitu anak yang sedang pesat pertumbuhan dan perkembangannya baik itu fisik dan psikis. Menurut Sujiono (2009, hlm.6) mengungkapkan “Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya”. Kemudian menurut Yusuf & Sugandhi (2011, hlm.1) mengungkapkan bahwa “Anak usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan masa selanjutnya”. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan anak yang sangat pesat pertumbuhannya dan perkembangannya, segala perkembangan baik itu fisik dan fisikis menyangkut perkembangan psikologis, kognitif, emosi, sosial dan moral yang akan mempengaruhi kehidupan anak selanjutnya. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung pada anak usia dini adalah perkembangan dalam motoriknya, menurut Sujiono,dkk (2009, hlm 1.3) Menjelaskan 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
bahwa ”Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik bisa disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh”. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Hurlock (1993, hlm. 150) mengemukakan “Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi” Motorik halus merupakan suatu kegiatan yang menggunakan otot-otot kecil yang perlu adannya koordinasi antara mata dan jari- jari tangan, Menurut Depdiknas (2008, hlm 10) Mengemukakan bahwa: Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot – otot kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon, dan spidol serta melipat. Media merupakan alat bantu yang dapat menyampaikan suatu ide, gagasan atau pendapat seseorang baik itu berupa materi, manusia atau kondisi agar sesuatu yang ingin disampaikan dari penyampai kepada penerima yang dituju dapat tercapai. Menurut Gerlach & Eli dalam latif, et.al (2013, hlm. 151) ‘media adalah bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap’. Menurut Dzamarah dan Zain (2010, hlm.122) ada dua fungsi media yaitu “Media sebagai alat bantu dan Media sebagai sumber belajar”. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 6 Mengembangkan Motorik HalusAanak Melalui Pemanfaatan Media Daur dalam sebuah pembelajaran, suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melancarkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Triaji (2013, hlm. 3) menyatakan bahwa: Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Sampah/barang bekas dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti daun, bangkai binatang, dan kertas. Sedangkan sampah anorganik pada umumnya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.Sampah organik pada umumnya mudah dihancurkan dan dibusukan oleh mikroorganisme di dalam tanah, sedangkan sampah anorganik tidak mudah dihancurkan sehingga menurunkan kualitas tanah. Salah satu kelebihan dari media daur ulang yaitu dengan daur ulang berarti kita ikut serta dalam usaha menyelamatkan lingkungan khususnya di indonesia, karena dengan media daur ulang berarti kita dapat mengurangi produksi berbagai bahanbahan baru. METODE Penelitian ini akan dilakukan di TK Pembina yang terletak di Jalan Cibiru Raya Km 17 Desa Cibiru Wetan KecamatanCileunyi Kabupaten Bandung. pada siswa kelas B, dengan jumlah siswa15 orang dengan jumlah laki-laki 6 orangdan siswa perempuan 9 orang. 1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Elliot. Desain penelitian ini, tidak seperti desain penelitian model lain yang menyarankan bahwa satu siklus hanya terdiri atas satu tindakan. Dalam desain penelitian model Elliot, dalam pelaksanannya satu siklus terdiri atas beberapa tindakan. Desain penelitian ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan peneliti, yakni mengenai mengembangkan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang. Instrumen penelitian yang akan digunakan pada saat penelitian yang meliputi: penilaian proses, penilaian produk, wawancara, dokumentasi, catatan lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data kualitatif bersumber dari lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan, analisis data kuantitatif di dapat dari proses anak dan hasil produk anak selama mengikuti proses pembelajaran dan penelitian. Data yang telah diperoleh diklasifikasikan, dianalisis, kemudian disimpulkan. Data yang bersifat kualitatif, dideskripsikan. Dalam menganalisis data kuantitatif, peneliti menggunakan statistik deskriptif untuk menentukan rata-rata. Rumus yang digunakan yaitu: Rata-rata = Jumlah skor yang diperoleh oleh anak Jumlah anak
Kemudian, hasil rata-rata yang telah didapatkan tersebut dipersentasekan. Selanjutnya, untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang menggabungkan beberapa teknik data yang bersumber dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang didapat kemudian dibandingkan satu sama lain yang saling
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
berkaitan. Proses membandingkan tersebut adalah untuk mengecek derajat kebenaran dari masing-masing sumber data. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN Penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga siklus, dalam setiap siklus terdapat tiga tindakan. Pada setiap hasil tindakan yang telah dilaksanakan, semuanya dideskripsikan pelaksanaan kegiatannya dari kegiatan awal hingga akhir, dianalisis kemudian direfleksi pada setiap siklusnya untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap siklus yang telah dilaksanakan. Rincian dari setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut: 1. Siklus 1 Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari tiga tindakan. Tema yang digunakan adalah tanah airku dengan sub tema pahlawan. Pada tindakan 1 anak diperkenalkan terlebih dahulu dengan media daur ulang, dengan media yang digunakan yaitu dus bekas dan uang mainan bekas, untuk membuat uang mainan. Sementara itu pada tindakan 2, anak mulai diajak untuk membuat wayang mainan dari stick ice cream bekas secara bersamaan, untuk mengembangkan motorik halus anak dengan tahap kesulitan yang diberikan masih mudah. Selanjutnya pada tindakan 3 anak membuat sendok boneka dengan sendok plastik bekas dan kertas kado bekas. Tingkat kesulitan yang diberikanpun dengan pola yang diberikan sedikit membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang baik. Kegiatan awal diisi dengan bernyanyi, berdo’a, permainan hingga bercakap-cakap dan pengulangan kegiatan sebelumnya terlebih dahulu. Kegiatan inti diisi dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media daur ulang yang telah dipaparkan sebelumnya. Kegiatan istirahat diisi dengan makan bersama dan bermain. Kegiatan penutup diisi dengan melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap dengan anak mengenai kegiatan yang telah 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
dilakukan pada hari itu. Berdasarkan kegiatan daur ulang peningkatan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang yang telah dilakukan, temuan yang ditemukan pada siklus I yaitu anak belum bisa menggunting gambar, anak kebingungan dengan apa yang dibuatnya, seorang anak tidak menyelesaikan media yang dibuat, anak kesulitan dengan pola yang diberikan. Berdasarkan temuan-temuan yang telah ditemukan peneliti pada siklus I, peneliti memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi. Peneliti harus menjelaskan langkah-langkah kegiatan, guru harus lebih jelas penyampaiannya dan memperhatikan pemilihan media pembelajaran, selalu memberikan motivasi kepada semua anak terutama kepada anak yang belum terbiasa melakukan kegiatan daur ulang dan media/bahan yang disediakan harus sesuai dengan kemampuan anak. 2. Siklus II Tema yang digunakan pada siklus II masih sama yakni tanah airku. Namun subtema yang diberikan pada tiap tindakan berbeda. Tindakan 1 subtemanya yakni Presiden dan Wakil Presiden, Alat musik (saron) dan Kehidupan di desa. Pengembangan motorik halus yang ingin ditingkatkan masih dengan perkembangan motorik halus anak dalam menempel dan menggunting. Media daur ulang yang mendukung yakni dus bekas dan stick ice cream bekas untuk membuat bingkai foto presiden dan wakil presiden. Sementara itu pada tindakan 2 subtema yang disajikan yakni alat musik (saron). Pada tindakan ini menekankan agar anak dapat menempel stick ice cream dengan tepat. Dengan media yang digunakan stick ice cream bekas, karet bekas, tusuk gigi bekas, dan styrofoam bekas. Pada tindakan 3 subtemanya adalah Kehidupan di desa. Pada tindakan ini anak diajak untuk membuat pot bunga dengan menggunakan gelas plastik bekas dan kertas lipat bekas.
Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 8 Mengembangkan Motorik HalusAanak Melalui Pemanfaatan Media Daur Kegiatan awal diisi dengan bernyanyi, berdo’a, permainan hingga bercakap-cakap dan pengulangan kegiatan sebelumnya terlebih dahulu. Kegiatan inti diisi dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media daur ulang yang telah dipaparkan sebelumnya. Kegiatan istirahat diisi dengan makan bersama dan bermain. Kegiatan penutup diisi dengan melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap dengan anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu. Kegiatan penutup diisi dengan melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap dengan anak mengenai kegiatan bermain yang telah dilakukan. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, temuan yang ditemukan pada siklus II yaitu, anak masih membutuhkan bantuan untuk menggunting sesuai pola, anak berebut dengan kegiatan daur ulang tersebut, anak mengalami kesulitan dengan media yang terlalu kecil, anak masih kesulitan untuk menempel dengan tepat. Berdasarkan temuan pada siklus II, perbaikan untuk siklus selanjutnya yakni guru dapat memberikan rangsangan stimulus dan motivasi kepada anak harus lebih ditingkatkan lagi, ketika suasana kelas tidak kondusif, guru dapat memberikan sesuatu yang menarik, seperti tepuk ataupun nyanyian yang baru bagi anak dan dalam memberikan media kepada anak harus tepat. 3. Siklus III Tema yang digunakan pada siklus III adalah tanah airku. Pada tindakan 1 subtema kehidupan kota. Pada tindakan ini anak diajak untuk membuat koper dengan menggunakan kotak makanan bekas, dan kertas lipat bekas. Tingkat kesulitan yang diberikan yaitu dengan menempel kotak tersebut dan menggunting pola yang diberikan sedikit rumit untuk anak. Sementara itu pada tindakan 2 tema yang disajikan yakni rumah adat. Dimana pada tindakan ini anak bekerjasama untuk membuat rumah adat jawabarat dengan 1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
menggunakan media stick ice cream bekas, dus bekas, styrofoam bekas, dan kertas lipat. Tingkat kesulitan yang diberikan yaitu anak dapat menempel stick ice crean dengan dus dan menggunting pola bagian rumah. Selanjutnya pada tindakan 3 tema yang diangkat yaitu tarian daerah. Anak akan membuat rok untuk menari dengan menggunakan media keresek bekas, dan tali rapia bekas. Tingkat kesulitan semakin rumit yaitu anak menggunting pola yang ada pada keresek dan menempel tali rapia pada keresek dengan double tape. Kegiatan awal diisi dengan bernyanyi, berdo’a, permainan hingga bercakap-cakap dan pengulangan kegiatan sebelumnya terlebih dahulu. Kegiatan inti diisi dengan proses pembelajaran dengan menggunakan media daur ulang yang telah dipaparkan sebelumnya. Kegiatan istirahat diisi dengan makan bersama dan bermain. Kegiatan penutup diisi dengan melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap dengan anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu. Kegiatan penutup diisi dengan melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap dengan anak mengenai kegiatan bermain yang telah dilakukan. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang, temuan yang ditemukan pada siklus III yaitu kelas kurang kondusif karena anak mencari tutup dus makanan yang akan digunakan, berebut stick ice cream yang digunakan, media keresek yang digunakan terlalu mudah robek. Berdasarkan temuan-temuan pada siklus III, dapat disimpulkan bahwa anakanak telah mampu mengikuti kegiatan yang diberikan untuk mengembangkan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang B. PEMBAHASAN Secara keseluruhan, penilaian proses dan penilaian produk atau hasil
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
pengembangan motorik halus anak mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Temuan berupa kekurangankekurangan pada proses pelaksanaan pembelajaran di setiap siklus, diperbaiki pada siklus berikutnya agar tujuan pembelajaran pengembangan dapat tercapai secara maksimal dan optimal. Jika pada siklus I guru belum mampu mendapatkan respon dengan baik serta media daur ulang yang dipergunakan kurang menarik bagi anak, guru memperbaiki keadaan tersebut pada siklus II dan III agar pengembangan motorik halus anak berkembang dengan baik. Media pembelajaran yang diberikan kepada anak adalah salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Semakin menarik media yang digunakan, semakin anak bergairah dalam belajar. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyadi (2009, hlm. 53) memaparkan bahwa yang dimaksud “Alat Permainan Edukatif (APE) adalah segala bentuk permainan yang dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan anak”. Penggunaan media daur ulang dalam proses pengembangan motorik halus anak di TKN Pembina mampu mengembangkan motorik halus anak pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, media daur ulang yang dihadirkan oleh guru dapat memberikan stimulasi pada anak sehingga anak lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan agar dapat mencapai tujuan pengembangan yang diharapkan adalah pengkondisian anak. Guru harus mampu membuat suasana kelas menjadi lebih kondusif, agar materi yang disampaikan kepada anak mampu terserap dengan optimal oleh anak. Media daur ulang yang telah disajikan mampu mengembangkan kemampuan anak dari siklus ke siklus. Berikut ini merupakan proses pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang dari siklus 1 sampai 3 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
Gambar 1 Proses pengembangan motorik halus anak melalui pemanfaatan media daur ulang dari siklus 1 sampai 3 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
62,22% 55,55% 33,97% 24,76% 8,89% 8,88% Siklu s1
Siklu s2
Siklu s3
Indikator 1 8,89% 33,97% 55,55% Indikator 2 8,88% 24,76% 62,22%
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan motorik halus anak kelompok B pada TK Negeri Pembina dalam prosesnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan gambar diatas bahwa pada siklus 1 dengan indikator anak mampu menempel dengan tepat 8,89% pada siklus 2 perkembangan hingga mencapai 33,97% dan pada siklus 3 perkembangan anak mencapai 55,55%. Sedangkan pada indikator anak mampu menggunting sesuai dengan pola, pencapaian anak sebesar 8,88% pada siklus 1, pada siklus 2 mencapai 24,76% dan pada siklus 3 perkembangan anak mencapai 62,22%. Dari kedua indikator tersebut, anak mampu menempel dengan tepat dari siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 3 mengalami peningkatan yang sangat baik. Selanjutnya peningkatan hasil produk yang dibuat oleh anak dapat dilihat dengan gambar dibawah ini.
Ajeng Nurazizah, Umar1, Susilowati2 10 Mengembangkan Motorik HalusAanak Melalui Pemanfaatan Media Daur Gambar 2. Hasil produk yang dibuatanakmelalui pemanfaatan media daur ulang 70,00% 62,22% 53,33% 60,00% 50,00% 40,79% 33,97% 40,00% 30,00% 15,71% 20,00% 8,89% 10,00% 0,00% Siklu Siklu Siklu s1 s2 s3 Indikator 1 8,89% 33,97% 53,33% Indikator 2 15,71% 40,79% 62,22%
Berdasarkan gambaran hasil produk yang dibuat anak melalui pemanfaatan media daur ulang di atas, perkembangan motorik halus anak pada hasilnya mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar di atas bahwa pada siklus 1 dengan indikator produk yang dihasilkan anak memiliki kekhasan dengan produk yang sudah ada/hasil temannya anak berkembang 8,89%, pada siklus 2 perkembangan anak mencapai 33,97%, dan pada siklus 3 hingga mencapai 53,33%. Sedangkan pada indikator kerapihan dalam bentuk hasil karya, pada siklus pertama mencapai 15,71%, pada siklus 2 mencapai 40,79% dan pada siklus ke-3 perkembangan anak hingga mencapai 62,22%. Jadi dapat diasumsikan bahwa penelitian ini telah berhasil dengan adanya peningkatan pengembangan motorik halus anak dilihat dari produk atau hasil yang dibuat oleh anak pada TKN Pembina Kelompok B. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari penilaian proses serta penilaian produk kemampuan motorik halus anak melalui media daur ulang mengalami pengembangan pada setiap siklusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa media daur ulang dapat dijadikan salah satu media pembelajaran yang cocok dan tepat untuk digunakan sebagai sarana 1
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis
pengembangan motorik halus pada anak usia dini khususnya anak kelas TK B. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media daur ulang mampu mengembangkan motorik halus anak usia TK B. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase perolehan nilai tertinggi dengan indikator anak dapat menempel dengan tepat pada siklus 1 ratarata mencapai 8,89%, siklus 2 rata-rata mencapai 33,97% dan siklus 3 perkembangan anak rata-rata mencapai 55,55%. Indikator anak dapat menggunting sesuai pola pada siklus 1 rata-rata mencapai 8,88% pada siklus 2 rata-rata mencapai 24,76% dan perkembangan anak pada siklus 3 rata-rata mencapai 62,22%. Sehingga tujuan pengembangan motorik halus anak berkembang dengan sangat baik. Juga Hasil produk yang dibuat anak mampu mengembangkan motorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari persentase perolehan nilai tertinggi dengan indikator produk yang dihasilkan anak memiliki kekhasan dengan produk yang sudah ada/hasil temannya pada siklus 1 rata-rata mencapai 8,89% siklus 2 rata-rata mencapai 33,97% dan perkembangan pada siklus 3 sangat meningkat, rata-rata sampai 53,33%. Indikator selanjutnya yaitu kerapihan dalam bentuk hasil karya, pada siklus 1 rata-rata mencapai 15,71% pada siklus 2 rata-rata mencapai 40,79% dan sangat berkembang pada siklus 3 rata-rata mencapai 62,22%. Berdasarkan pengembangan motorik halus anak yang ditujukan pada setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media daur ulang cukup efektif untuk mengembangkan motorik halus anak usia dini.
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas.(2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak-Kanak. Jakarta Djamarah,S.B. dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak (jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa: Meitasari Muslichah Zarkasih. Latif, M et al. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media. Samsudin. (2008). Pembelajaran motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Lentera PRENADA MEDIA GROUP. Sujiono, Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Mancana Jaya Cemerlang. Suyadi. (2009). Permainan Edukatif Yang Mencerdaskan. Jogjakarta: Power Books (Ihdina). Triaji, A. (2006). Daur Ulang Kertas. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Yusuf,
1
S & Sugandhi. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
penulis penanggung jawab penanggung jawab
2 penulis