Elin Lindayani 2 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif Anak usia dini sedang mengalami masa emas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini anak begitu peka dalam menerima pengaruh dan rangsangan dari lingkungannya. Hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua dan guru di sekolah untuk memberikan rangsangan edukatif seoptimal mungkin kepada anak, dalam mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan pada masa emas ini adalah kemampuan motorik halus. Motorik halus merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan fisik atau jasmani. Motorik halus memiliki peranan penting dalam melatih kecakapan hidup serta kemandirian anak, seperti belajar mencuci tangan sendiri, menyisir rambut dan lainnya. Kecakapan hidup bagi anak usia dini adalah keterampilan dasar yang perlu dimiliki anak dalam mengurus/menolong dirinya sendiri (Kemendiknas, 2013, hlm. 24.) Menurut Sujiono (2012, hlm. 90) “mengembangkan keterampilan hidup melalui pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya”. Anak yang terampil motorik halusnya akan mempunyai kepercayaan diri serta kesiapan belajar yang lebih baik dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan pemberian rangsangan motorik halus pada anak usia dini, diharapkan aspek perkembangan motorik halus dapat mencapai keselarasan dalam perkembangannya dan tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat diwujudkan dengan baik Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Anak usia dini mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembangannya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia nol sampai enam tahun yang mempunyai ciri-ciri yang khas yang tidak sama dengan tahapan usia lainnya. Ia bukanlah sosok orang dewasa dalam ukuran mini baik fisik dan psikisnya. Namun ia harus dipahami sebagai sosok anak yang sedang berada dalam masa tumbuh dan berkembang. Begitu fundamentalnya pendidikan anak usia dini, sehingga dapat menentukan keberhasilan perkembangan anak di masa depan. Dampak stimulasi pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini akan permanen dan menetap sepanjang kehidupan anak. Keberhasilan pemberian rangsangan pendidikan pada tahap ini akan menentukan pembentukan kualitas manusia Indonesia pada masa yang akan datang. MOTORIK HALUS Keterampilan motorik halus dan motorik kasar merupakan unsur esensial dari perkembangan motorik. Sementara motorik itu sendiri merujuk pada segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan badan dan gerakan anggota badan. Perkembangan motorik dapat diartikan “sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh”. (BPSDMPKPMP, 2014, hlm.350). Perkembangan motorik berhubungan erat dengan perkembangan mental intelektual anak. Hal ini karena anak yang kondisi fisik/motoriknya terlatih akan mempunyai kesempatan mengeksplorasi lingkungan lebih besar dari pada anak yang kurang terlatih, sehingga apabila anak dapat mengeksplorasi lingkungannya, anak dapat mengenal dan memahami lingkungan sekitarnya dengan baik. Tentu saja pemahaman lingkungan inilah yang berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kognitif anak.
Elin Lindayani 3 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif Kemampuan motorik secara umum terdiri dari dua macam yaitu gross motor skills atau yang biasa kita sebut motorik kasar dan fine motor skills atau istilah lainnya adalah motorik halus. Dalam gerakan motorik kasar diperlukan tenaga yang cukup besar dan gerakannya sendiri dilakukan oleh otot-otot besar. Menurut Sujiono “gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat”. (2011, hlm. 1.14). Untuk melakukan gerakan motorik halus tenaga yang dibutuhkan tidak sebesar dalam melakukan gerakan motorik kasar, tetapi dibutuhkan kerja sama mata dan anggota badan yaitu tangan dan jari. Contoh gerakan motorik halus adalah gerakan memegang, menggenggam, menjepit benda dengan ibu jari dan telunjuk, mengaduk minuman, dan lain-lain. BERMAIN KREATIF Bermain merupakan dunia anak-anak. Anak akan berkembang seiring kegiatan bermain yang dilakukannya sepanjang kehidupan anak. Bermain sangat berharga bagi anak. Piaget dan Curtis dalam Abidin (2009, hlm. 28) menyatakan bahwa „bermain memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya‟. Berdasarkan pendapat di atas esensi dari kegiatan bermain adalah kegiatannya dapat menyenangkan anak, bermain bebas dan bergerak bebas tanpa aturan tertentu. Sujiono berpendapat, “bermain kreatif adalah kegiatan bermain yang memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu bentuk kreativitas yang unik”. (2011, hlm. 219).
Bermain kreatif adalah inti dari model pembelajaran bermain kreatif dengan pendekatan konstruktivis. Pada model pembelajaran ini anak akan belajar membangun pengetahuannya sendiri, “anak belajar dengan baik melalui pembelajaran yang aktif (active learning), pengalaman langsung, interaksi dengan orang dewasa, kejadian dan ide-ide”. (BPSDM-PMP, 2014, hlm.289). Beberapa ahli membagi dan membedakan bermain berdasarkan kriteria tertentu. Terdapat beberapa kasifikasi dalam bermain, Joan dan Utami mengidentifikasi bermain dari jenisnya, yaitu bermain eksploratif, konstruktif, destruktif dan kreatif. (Yus, 2013, hlm.136). Permainan kreatif merujuk pada paparan Lopes dalam Sujiono (2012, hlm. 147) dapat diklasifikasikan dalam: a. kreasi terhadap objek (object creation) b. gerakan kreatif (cretive movement) c. Permainan drama kreatif (creative dramatic play) d. Cerita bersambung (continuing story) dan e. Pertanyaan kreatif (creative questioning). Dapat disimpulkan, bermain kreatif adalah kegiatan bermain dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berkreasi sedemikian rupa, terciptanya inisiatif, ide, gagasan yang muncul dari dalam diri anak, dengan menggunakan media yang tersedia di lingkungan sekitar. METODE Desain Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Dalam praktek pembelajaran di lapangan, ternyata masih terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan prakteknya, sehingga diperlukan sarana untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Hal ini menjadi landasan mengapa penelitian ini dilakukan. Menurut Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) “merupakan pencermatan
Elin Lindayani 4 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. (2009, hlm.3). Sedangkan menurut pendapat Suharjono Penelitian tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran (2009, hlm. 60). Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah upaya untuk meneliti atau mencermati kegiatan pembelajaran di kelas berupa tindakan tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki praktek pembelajaran. Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh John Elliot. Peneliti menggunakan model ini karena penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa siklus dengan beberapa tindakan (Abidin, 2011, hlm. 238) Partisipan penelitian ini adalah anak kelompok A yang berusia 4-5 tahun yang berjumlah 27 orang anak. Terdiri dari 13 anak perempuan dan 14 anak laki-laki. Waktu pelaksanaan penelitian adalah semester 2 tahun pelajaran 2014-2015. Tempat pelaksanaan penelitian adalah TK Khas Masjid Agung Garut yang berlokasi di Jalan Kabupaten No 17 Kelurahan Paminggir Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman penilaian, kamera foto dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. 1. Analisis data kualitatif menganalisis proses yang terjadi selama
2.
melaksanakan tindakan penelitian kemudian menyusun data secara sistematis. Analisis ini dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian. Analisis data kuantitatif Data kuantitatif atau hasil belajar siswa dapat dianalisis secara deskriptif dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistika deskriptif misalnya untuk mencari rerata, persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain (Kunandar, 2012, hlm.128).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 tindakan yang merupakan jumlah tindakan minimal pada PTK model Elliot. Dalam setiap pelaksanaan tindakan, peneliti menekankan pada proses bermain kreatif. Proses pembelajaran melalui bermain kreatif diawali dengan penetapan tujuan dan jenis kegiatan bermain yang akan dilakukan anak, menyediakan media yang diperlukan dalam kegiatan bermain kreatif, menjelaskan langkah-langkah yang harus dikerjakan anak ketika bermain kreatif, pelaksanaan bermain kreatif, mengobservasi proses dan hasil kegiatan bermain kreatif. Dalam bermain kreatif anak menggunakan jari-jemarinya untuk mengeksplorasi bahan dan media yang akan digunakan untuk kegiatan bermainnya. Anak menggunting, menempel, memasangkan, melepaskan, merekat, menjiplak, dan melukis. Semua media yang digunakan belum pernah dicoba anak sebelumnya, sehingga anak mempunyai rasa penasaran dan semangat lebih ketika melaksanakan tugas yang diberikan. HASIL PENELITIAN
Elin Lindayani 5 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif Pada awal penelitian, yaitu siklus I tindakan 1, indikator yang diniai adalah mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit (menggunting). Pada tindakan ke-1, kegiatannya adalah bermain membaca buku cerita buatan sendiri. Sebelum membaca cerita, terlebih dulu anak diajak membuat buku cerita. Anak menggunting majalah bekas yang di dalamnya terdapat cerita bergambar. Setelah selesai, gambar hasil guntingan anak ditempel pada kertas. Anak ditugaskan membacanya setelah selesai ditempel. Setelah selesai dibaca anak, guru menyatukan lembaran kertas tersebut menjadi buku cerita yang dapat dibaca anak pada saat bermain. Hasil pengamatan menunjukkan, anak yang mendapat skor 3 (), yaitu dapat memenuhi tiga subindikator, yaitu dapat menunjukkan kontrol, dapat menunjukkan gerakan terkoordinasi, dan dapat menggunting dengan akurat pada indikator kemampuan mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit/menggunting hanya mencapai 30%. Skor rata-rata kemampuan motorik halus anak hanya 2,1. Pada tindakan ke-2 Anak bermain membuat bilangan dengan gambar alat-alat komunikasi. Anak ditugaskan menggunting gambar alat-alat komunikasi. Kemudian anak memainkan gambar tersebut dengan cara menempel dan melepas pada papan flanel. Anak lebih tekun dalam menggunting sehingga anak yang dapat mencapai skor 3 dalam indikator mengkoordinasikan mata dan tangan meningkat menjadi 90%. Ratarata skor kemampuan motorik halus anak mencapai 2,9. Pada siklus II, indikator yang ditetapkan adalah anak mampu menjiplak bentuk. Pada tindakan ke-1 anak bermain mengurutkan bendera. Anak ditugaskan menjiplak bentuk persegi panjang untuk
dibuat bendera. Setelah selesai, anak bermain mengurutkan bendera berdasarkan panjang dan pendek tiangnya. Hasil pengamatan pada proses kegiatan, anak yang dapat memenuhi tiga subindikator yaitu dapat menunjukkan kontrol, menunjukkan gerakan terkoordinasi dan dapat menjiplak dengan akurat, pada indikator ke-2 mencapai 76%. Skor rata-rata kemampuan motorik halus anak 2,76. Kegiatan bermain pada tindakan ke-2 anak bermain boneka kertas. Anak ditugaskan menjiplak pakaian adat yang sesuai dengan boneka. Setelah selesai menjiplak pakaian adat, anak bercerita dengan boneka tersebut melanjutkan cerita guru atau bercerita sendiri sesuai imajinasi anak. Hasil pengamatan menunjukkan, anak yang dapat mencapai indikator ke-2 dengan memenuhi ketiga subindikator yang ditetapkan mencapai 92%. Skor rata-rata kemampuan anak mencapai 2,92. Pada siklus III, tindakan ke-1 anak akan bermain warna untuk membuat lukisan jari abstrak (fingerpainting), setelah selesai melukis anak diminta untuk menceritakan lukisan yang dibuatnya. Anak yang dapat mencapai indikator yang ditetapkan yaitu dapat mengekspresikan diri melalui karya seni mencapai 80%. Skor rata-rata kemampuan anak 2,8. Pada tindakan ke-2 anak bermain warna membuat lukisan jari yang bertema pemandangan. Anak diajak menuangkan ide ke dalam bentuk lukisan jari dengan mencampur warna. Setelah selesai anak diminta untuk mengamati hasil lukisan temannya dan memberikan pendapatnya. Semua anak dapat mencapai indikator yang ditetapkan yaitu dapat mengekspresikan diri melalui karya seni atau mencapai 100%. Skor rata-rata anak dalam indikator ke-3 mencapai skor 3. PEMBAHASAN
Elin Lindayani 6 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif Bermain kreatif yang telah dilakukan pada siklus I adalah kreasi terhadap objek yaitu berupa pembelajaran di mana anak melakukan kreasi tertentu terhadap suatu objek atau media dan bahan yang telah disediakan yaitu majalah bekas, kertas, gunting, dan lem. Kreasi yang dibuat pada tindakan 1 adalah buku cerita, dan tindakan ke-2 adalah gambar alat-alat komunikasi. Dalam tindakan ke-1, proses pembelajaran masih memiliki kendala. Belum semua anak aktif dalam kegiatan. Sebagian anak terlihat tergesa-gesa dalam menyelesaikan tugasnya, karena ingin segera mengikuti temannya yang selesai lebih dulu, sehingga anak tidak dapat menggunting dengan akurat dan hasil guntingan tidak rapi. Anak yang telah selesai menggunting buku cerita, ada yang masih bingung ketika diajak membacakannya. Ketika melakukan wawancara, sebagian besar anak merasa senang dapat membuat sendiri buku ceritanya, namun masih ada anak yang tidak merespon. Namun anak memiliki kebanggaan tersendiri atas hasil karya yang telah dibuatnya. Pada tindakan ke-1 ini perkembangan motorik halus anak belum berkembang secara optimal. Kemampuan anak mengkoordinasikan gerakan mata dan tangan masih rendah. Padahal pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan oleh anak. Menurut pendapat Solehudin dalam Sutini „pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai keterampilan dasar akademik, seperti untuk belajar menggambar dan menulis‟(2013, hlm.7) Bermain kreatif pada siklus II menggabungkan antara kreasi terhadap objek dan cerita bersambung. Kreasi terhadap objek melalui kegiatan menjiplak bentuk menjadi bendera. Kegiatan menjiplak ini membutuhkan konsentrasi, ketelitian, kontrol dan koordinasi antara mata dan tangan. Kegiatan bermain kreatif pada tindakan ke-1
adalah bermain mengurutkan bendera berdasarkan pendek dan panjang tiangnya Sebelum bermain mengurutkan bendera anak diajak membuat bendera dengan menjiplak bentuk persegi panjang. Masih ada beberapa anak yang belum dapat menjiplak dengan akurat. Kegiatan bermain kreatif pada tindakan ke-2 adalah cerita bersambung menggunakan boneka kertas dengan terlebih dulu menjiplak pakaian adat yang sesuai dengan boneka. Alat tulis yang digunakan anak dalam menjiplak adalah spidol warna warni. Anak senang dengan penggunaan spidol yang berwarna-warni. Melihat antusias anak yang tinggi ketika menjiplak pakaian adat, anak dapat lebih santai, dan terlihat menyukai kegiatan tersebut. Kegiatan menjiplak pakaian adat ini dapat menunjukkan peningkatan kemampuan anak dalam menjiplak dengan akurat. Anak dapat menunjukkan antusias dan semangat dalam kegiatan ini. Hurlock dalam BPSDMP-PMP (2014, hlm. 363) menyatakan bahwa usia prasekolah merupakan masa yang paling ideal untuk mengembangkan keterampilan motorik halus, karena pada usia ini tubuh anak lebih lentur, anak belum memiliki banyak keterampilan dan tanggung jawab, sehingga anak bersedia mengulangi tindakan yang sangat memungkinkan mereka untuk banyak mencoba, anakpun lebih berani untuk mencoba. Bermain kreatif yang ditetapkan pada siklus III adalah bermain warna membuat lukisan abstrak dan lukisan bertema. Indikator yang ditetapkan pada siklus III ini adalah anak mampu mengekspresikan diri dengan berkarya seni melalui fingerpainting. Kegiatan ini dipilih karena umumnya anak menyukai kegiatan yang bersifat eksploratif yaitu bermain warna dengan cat air membuat lukisan jari. Hasil lukisan menunjukkan kreativitas anak dalam ide membentuk objek
Elin Lindayani 7 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif dan membuat campuran warna. Kegiatan bermain kreatif pada tindakan ke-1 guru mengajak anak berkreasi membuat lukisan abstrak dengan mencampurkan seluruh warna dasar. Tampak anak begitu senang melihat perubahan-perubahan warna yang berhasil dibuatnya. Anak semakin bersemangat mencampur warna demi warna sesuai keinginan dan imajinasi anak. Kelenturan jari anak tampak pada kegiatan melukis ini. Anak ditugaskan menceritakan hasil lukisannya, anak dapat menceritakan hasil lukisannya dengan bangga. Pada tindakan 2, kegiatan bermain warna membuat lukisan jari dengan tema pemandangan di desa. Kegiatan ini merupakan pengembangan dari tindakan 1, setelah anak mengetahui perubahan warna yang telah dibuat, anak dapat memilih campuran warna tersebut untuk lukisan pemandangannya. Tampak ekspresi anak dalam kegiatan melukis ini. Anak dapat mengeluarkan ide-idenya kemudian menuangkannya dalam bentuk lukisan. Semua anak dapat mengekspresikan diri melalui lukisan yang dibuatnya. Anak saling bertukar pendapat mengenai lukisan temannya, semua anak mengatakan lukisan temannya bagus, dan senang dengan hasil lukisan yang telah dibuat. Konsep belajar menurut Frederick Wilhelm Froebel seperti yang dikutip Soejono dalam Sujiono (2012, hlm. 109) „akan menjadi lebih efektif melalui bermain dan lebih dititikberatkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar dan motorik halus‟. Melalui bermain kreatif pembelajaran motorik halus dapat dilaksanakan dengan gembira oleh anak tanpa beban, sehingga hasil perkembangan motorik halus dapat berkembang dengan optimal. Adapun diantara tahapan pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun menurut Permendiknas 58 dalam Depdiknas, (2010, hlm. 12-13) yaitu
membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan dan lingkaran, menjiplak bentuk, mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit, melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media dan mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media, sudah tercapai dengan baik. Motorik halus merupakan bagian dari perkembangan fisik. Pentingnya mengembangkan kemampuan fisik motorik anak usia dini, karena kemampuan tersebut berhubungan dengan kecerdasan anak. Seperti dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Rachmawati (2010, hlm.22) yang memaparkan 8 aspek kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Melalui bermain kreatif guru berupaya meningkatkan potensi kecerdasan tersebut secara terpadu, tidak hanya kecerdasan fisik atau motorik halus anak saja tapi mencakup kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan linguistik, spasial, dan logika matematika. Selain itu melalui kegiatan bermain kreatif diharapkan anak akan mengikuti pembelajaran dengan rasa senang dan gembira. Hal tersebut merupakan kekuatan bagi anak agar dapat belajar dalam rasa nyaman. Dalam suasana nyaman perkembangan anak akan optimal. Menurut Mayke dalam Triharso, proses pembelajaran melalui bermain, mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat, dan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerja sama dengan teman, dan mengalami berbagai macam perasaan (2013, hlm. 3).
Elin Lindayani 8 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif Proses inilah yang telah dilalui oleh anak-anak kelompok A dalam bermain kreatif sehingga perkembangan motorik halus mereka menjadi optimal. Berdasarkan hasil catatan lapangan dan wawancara dengan anak, pada proses kegiatan bermain, anak selalu menunjukkan antusias dan semangat yang tinggi. Hal ini karena anak memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap kegiatan yang akan dilakukan karena anak belum pernah melakukan kegiatan tersebut sebelumnya. Pada awal tindakan beberapa anak tampak tergesa-gesa dalam menyelesaikan tugasnya karena ingin cepat bermain bergabung bersama temannya, masih sulit bekerja sama dan bergiliran dalam bermain, namun pada tindakan selanjutnya anak dapat konsisten dalam berkonsentrasi sampai karyanya selesai dengan baik. Anak senang dan bangga dapat membuat hasil karya dan memainkannya. Dalam kaitan ini, Rose and Nochol dalam Daryanto (2012, hlm.113) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan dapat dilihat dari lingkungan tanpa stres yang membuat anak rileks, senang, anak dapat bermain dengan menggunakan semua panca inderanya yang memungkinkan kedua belahan otak kiri dan otak kanan berkembang secara seimbang. Selain itu kesesuaian pembelajaran dengan bakat, minat dan kebutuhan anak akan mendukung perkembangan emosional yang positif seperti rasa percaya diri, senang bekerja sama dan menumbuhkan sikap kreatif dengan membiasakan anak mengungkapkan perasaan selama mengikuti pembelajaran dalam suasana yang santai. Menurut Tegano dalam Sujiono (2011, hlm.8.4) potensi kreatif anak dapat dilihat dari dua aspek, yaitu karakteristik kognitif dan kepribadian. Karakter kognitif yang mencerminkan kreativitas adalah kemampuan berfantasi, kemampuan berfikir
divergen, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity),dalam berbagai hal, dan mampu berfikir metaforik. Sedangkan karakteristik kepribadian yang mencerminkan kreativitas menurut Tegano dalam Sujiono (2011, hlm.8.4) anak mempunyai karakter kreatif, yaitu anak cepat beradaptasi dengan lingkungannya, mempunyai daya tahan tinggi terhadap stres atau tidak mudah menyerah dan senang terlibat dalam kegiatan. Selain itu anak menyukai tantangan, pengalaman baru, berani mengambil keputusan dengan resiko serta memiliki motivasi yang tinggi dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan. Ketika anak bermain boneka kertas, anak sedang mengembangkan kemampuan fantasinya, berfikir divergen dan rasa ingin tahu berkembang ketika anak memadukan bermacam warna, mencoba gagasan dalam melukis dan anak mengembangkan kemampuan berfikir metaforik ketika menjiplak kertas menjadi bendera. Kepribadian kreatif anak tampak pada saat anak terlibat dalam kegiatan, anak tidak cepat merasa bosan untuk mencoba, dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Anak juga memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya Pengembangan kemampuan motorik halus yang telah dilaksanakan merupakan penerapan pandangan Froebel dalam Sujiono (2012, hlm. 109) diantaranya adalah pengalaman belajar yang diperoleh anak hendaknya dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan. Selain itu harus ada variasi dalam kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Menurut Piaget dalam Kristanto (2014, 46) “anak terlahir dengan kemampuan refleks, dan pada akhirnya anak mampu
Elin Lindayani 9 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif mengontrol gerakannya. Melalui bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi gerak terkoordinasi”. Kemampuan gerakan motorik berkembang ketika proses bermain itu terjadi. Dengan demikian kemampuan motorik halus dapat dikembangkan melalui bermain kreatif yang dapat dirancang oleh guru. KESIMPULAN Mengacu pada tujuan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan yaitu untuk mendeskripsikan proses dan hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain kreatif dapat dibuat simpulan sebagai berikut: 1. Proses perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain kreatif tampak meningkat pada setiap siklusnya. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas, antusias, semangat dan ketekunan anak pada saat proses pelaksanaan pembelajaran. Anak dapat menyimak dan mengikuti instruksi guru dengan baik, dan lebih percaya diri ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Anak juga tampak senang dan bangga dapat membuat hasil karya serta dapat bermain dengan hasil karyanya. 2. Hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui bermain kreatif tampak meningkat pada setiap tindakan. Anak dapat menunjukkan kontrol motorik halus yang baik, dapat menunjukkan gerakan terkoordinasi dengan baik, dapat menunjukkan akurasi/ketepatan dengan baik, dan dapat mengekspresikan diri melalui lukisan jari dengan baik. Dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, disarankan: a. Bagi guru dan peneliti berikutnya, yang berminat melakukan penelitian hendaknya dapat meningkatkan atau
menemukan metode baru yang lebih baik dari metode yang telah ada dan telah diteliti sebelumnya. b. Bagi kepala sekolah dan pembina pendidikan agar memberikan dukungan diterapkannya metode yang baru terhadap sistem pendidikan agar dapat terus berinovasi untuk kemajuan pendidikan anak usia dini, salah satunya bermain kreatif. Adapun rekomendasi dalam bermain kreatif adalah sebagai berikut: a. Menetapkan tujuan dan jenis kegiatan bermain kreatif yang akan dilakukan anak. b. Menyediakan media yang diperlukan dalam bermain kreatif. c. Menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan anak ketika bermain kreatif d. Pelaksanaan bermain kreatif. e. Mengobservasi proses dan hasil perkembangan anak melalui bermain kreatif. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009). Bermain pengantar bagi penerapan pendekatan Beyond centers and circle time (BCCT) dalam dimensi PAUD. Bandung: Rizqi Press Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press Arikunto, S., Suhardjono, Supardi. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara BPSDMP-PMP. (2014). Pendidikan anak usia dini. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Jakarta
Elin Lindayani 10 Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain Kreatif
Daryanto, dkk. (2012) Konsep pembelajaran kreatif. Yogyakarta: Gava Media
Triharso, A. (2013). Permainan kreatif & edukatif untuk anak usia dini. Yogyakarta: Andi
Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Salinan kurikulum taman kanak-kanak. Jakarta
Yus, A. (2013). Penilaian perkembangan belajar anak taman kanak-kanak. Jakarta: Kencana
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2013). Petunjuk teknis penyelenggaraan taman kanak-kanak. Jakarta. Kristianto, C. dkk (2014) Bermain di alam terbuka mempengaruhi perkembangan fisik motorik anak usia dini. Dalam Mahasiswa SPS PAUD UPI Bandung 2014. M. Agustin (Editor), Bermain dan pekembangan anak (hlm.45-48). Bandung: Rizqi Kunandar. (2012). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta: Rajawali Pers Rachmawati, Y, dkk. (2010). Strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sujiono, B, dkk. (2011). pengembangan fisik. Universitas Terbuka
Metode Jakarta:
Sujiono, Y.N. (2012). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT Indeks Sutini, A. (2013). Meningkatkan keterampilan motorik anak usia dini melalui permainan tradisional. Cakrawala Dini : Jurnal pendidikan anak usia dini,4 (2), hlm. 67-77