Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN MENGGUNAKAN BOLA Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A.1, Charlotte Ambat H.2 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] [email protected] ABSTRAK Perkembangan motorik pada anak sangat menujang terhadap optimalisasi tumbuh kembangnya. Permasalahan anak kelompok A2 TK Negeri Pembina disebabkan oleh beberapa faktor, yakni kurang berkembangnya motorik kasar anak, jenis permainan yang dilakukan anak adalah bermain bebas jadi anak tidak terarah untuk melakukan permainan. Dengan menerapkan permainan dengan menggunakan bola diharapkan mampu mengembangkan motorik kasar anak, maka melalui bermain anak akan mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan melalui permainan yang bervariatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas anak selama proses kegiatan bermain dan hasil peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain dengan menggunakan bola. Penelitian ini dilaksanakan dengan Metode Penelitian Tindakan Kelas desain John Elliot, melalui pengkajian bersiklus, yang terdiri dari empat tahapan yaitu: Perecanaan, Pelaksanaan, Analisis, Refleksi. Adapun kelas yang diteliti yaitu kelas A2 yang muridnya berjumlah 16 anak terdiri 9 anak perempuan, dan 7 anak laki-laki. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata dalam setiap siklusnya pada aktivitas bermain anak menunjukan bahwa 73,7% anak yang mampu mencapai aktivitas 1 yakni anak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan, 80,9% anak yang mampu mencapai aktivitas 2 artinya anak berani melakukan kegiatan bermain, dan sebesar 88,2% anak yang mampu mencapai aktivitas 3 yakni anak yang antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain. Kemampuan motorik kasar anak kelas A2 menunjukan bahwa pada pada indikator pertama presentase sebesar 83,1% artinya anak dapat melakukan gerakan melempar bola dengan terkoordinasi, terarah dan gesit. Indikator kedua mencapai presentase 80,6% yang artinya anak sudah mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan terkoordinasi, tepat dan cekat. Indikator ketiga mencapai 73,6% bahwa pekembangan akan dalam melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak. Kesimpulannya bahwa penerapan metode bermain dengan menggunakan bola berpengaruh terhadap peningkatkan kemampuan motorik kasar anak berkembang dan meningkat secara signifikan. Kata kunci : Motorik Kasar, Bermain, Media Bola
1 2
Penulis Penanggung Jawab 1 Penulis Penanggung Jawab 2
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola
2
ABSTRACT The developmental of child motoric is really bolster to optimalization their growth. The problem in goup A2 TK Negeri Pembina caused of many factors, they are large motor is not increase, students do many games that they want but the game is not directed. Games using ball expected that it can develop students large motor, it can be effected to the new learning experience and delight through variatif games. The aim of this research are to know the students activity in learning proccess through games and result of large motor enhancement through games using ball. This research use classroom action reserach in Elliot design, do in many stages they are planning, action, analysis and reflection. The subject of this research are 16 students in A2 class consist of 9 girls and 7 boys. It prove by average value in every cycle to do game activity shows 73.7% students able to reach activity 1, they focus to teacher’s instruction in the game, 80.9% students able to reach activity 2 it means that they do game’s activity, and 88.2% students able to reach activity 3 it means that they enthusiastic to following games. A2 Large motor in first indicator 83.1% shows that they can throw the ball coordinated, precise and nimble. Second indicator 80.6% shows that they can do movement caught the ball coordinated, precise and fixed. Third indicator 73.6% shows that development students to reflect the ball while moving. The conclusion is the application of method using ball effected to increase students large motor significantly. Keyword : Large Motor, Play, Ball Media. Yulianti (2009, hlm. 6) menguraikan bahwa anak usia dini adalah seorang individu yang sedang mengalami atau menjalani suatu proses perkembangan yang dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan manusia untuk selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentan usia 0-8 tahun, namun di negara indonesia anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0 sampai dengan 6 tahun. Nasional (Undang-Undang Dasar DEPDIKNAS 2004, hlm. 3) yang diuraikan pada pasal 1 ayat 14 berisikan bahwa. “Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan dalam bidang pendidikan anak yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan, fisik-motorik, sosial-emosional, bahasa dalam komunikasi, dan sesuai dengan keunikan serta tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”. Bahkan para
ahli menyebutnya sebagai golden age atau usia keemasan. Kondisi inilah yang kemudian harus dimanfaatkan oleh lingkungan untuk mengupayakan anak agar mampu bertumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, perkembangan anak usia dini merupakan pondasi atau dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian optimalisasi tumbuh kembang anak sejak dini perlu diupayakan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang optimalisasi tumbuh kembang anak adalah stimulasi pendidikan. Berbagai kebutuhan tersebut harus dipenuhi sejak anak lahir dan bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Dalam aplikasinya pemenuhan ini memerlukan upaya kerjasama antara lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan bahkan lingkungan sekolah anak yaitu lembaga Pendidikan
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dapat memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak, maka penyelanggaraan dalam pembelajaran senantiasa dipandu oleh sebuah kurikulum. Kurikulum yang berlaku dan dijadikan panduan saat ini adalah Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD. Salah satu standar dalam kurikulum ini adalah standar pencapaian perkembangan anak meliputi aspek perkembangan nilai-nilai moral agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Bertemali dengan aspek perkembangan fisik motorik pada anak usia dini pada dasarnya berkenaan dengan pertumbuhan struktur dan fungsi tubuh serta kemampuan gerak anak. Lingkup perkembangannya terdiri dari kesehatan fisik, motorik kasar, dan motorik halus. Motorik kasar pada anak Hal ini berkenaan dengan meningkatkan kecakapan anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan sehari hari seperti berjalan, berlari, bergerak melakukan kegiatan, dan bermain. Kemampuan motorik kasar yang baik akan sangat berpengaruh dan dijadikan modal dasar bagi pertumbuhan dan aspek perkembangan lainnya. Senada dengan pendapat Sujiono (2007, hlm. 1.13) “motorik kasar merupakan sebuah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh...”. Dengan demikian, Motori kasar pada dasarnya sebagai hal yang terpenting dalam melatih kemampuan anak melalui motorik kasar, kualiatas kondisi fisik yang matang dan kuat harus diupayakan pada setiap anak. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak antara lain dengan menyediakan iklim lingkungan yang menyenagkan yakni dengan menyediakan kegiatan yang bermacam seperti bermain, berolah raga, dan belajar disekolah. Berbagai upaya tersebut saling mempengaruhi satu sama
3
lain. Dengan demikian untuk menunjang kualitas mtorik kasar anak agar berkembang dengan baik memerlukan usaha keras dari lingkungan secara menyeluruh. Perkembangan motorik kasar merupakan kemampuan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan anggota tubuh. Pembiasaan melatih motorik kasar biasakan pada anak sejak dini yaitu melalui pembiasaan yang dilaksanakan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Di lembaga PAUD, hal ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dilalui anak dalam perkembangannya. Mengembangkan motorik kasar anak pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas yang sebagian besar menggunakan otot besar, gerak yang dihasilkan oleh setiap anak menjadi kemampuan gerakan dasar. Gerak yang dihasilkan oleh setiap anak menjadi kemampuan gerakan dasar. Gerak dasar menurut Samsudin (2008, hlm. 9) mengungkapkan gerakan dasar dibagi menjadi 3 kategori, yakni kemampuan gerak lokomotor, kemampuan gerak nonlokomotor dan kemampuan gerak manipulatif. Guru diharapkan dapat mengembangkan ketiga hal tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bermain merupakan hal yang dirsa sangat cocok dalam mengembangkan motorik kasar anak. Beberapa penjelasan mengenai bermain, Abidin (2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa bermain adalah sebagai aktivitas yang sangat menyenangkan dan mengasyikan bagi anak-anak tanpa harus ada paksaan sehingga dapat dinikmati dan membantu anak dalam mencapai perkembangan dan pertumbuhan baik secara fisik, psikologis, intelektual, sosial, moral, dan emosional anak. Bermain juga sebagai aktivitas pengasah kreativitas sekaligus sarana untuk mengembangkan berbagai dimensi perkembangan pada anak. Ketika anak melakukan kegiatan bermain memiliki keuntungan bagi anak, Andriana (2011,
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola hlm. 48) menjelaskan bahwa keuntungan untuk anak yang melakukan kegiatan bermain dapat: (1) Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot, dan organ-organ, (2) Anak belajar mengontrol diri, (3) berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya, (4) Meningkatkan daya kreatifitas, (5) Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya, dan (6) Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan. Proses kegiatan bermain anak, tentu dalam pelaksanaanya harus menggunakan media bermain atau alat bermain, alat pemainan yang tepat digunakan untuk anak usia 4-5 tahun adalah melalui bermain dan media pembelajran atau alat bantu berbentuk alat permainan yang beragam. Lebih jauh Leslie J, Bringgs (dalam Indriana, 2011, hlm. 15) media pembelajaran merupakan sebuah alat-alat yang berbentuk fisik yang digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran dalam pembelajaran media pembelajaran ini berbentuk buku pembelajaran, berupa video pembelajaran, alat permainan, dan lain sebagainya. Media bermain dengan menggunakan bola ini mampu mempasilitasi perkembangan motorik kasar anak, ketika anak dihadapkan pada tugas gerak yang memerlukan keterampilan manipulatif, sehingga semakin banyak kemampuan yang dibutuhkan untuk memperoleh keberhasilan dalam melakukan kegiatan bermain dengan media bola. Bermain sebagai sebuah metode pembelajaran perilaku hidup sehat dalam aplikasinya akan dipersiapkan dan dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah bermain. Adapun Moeslichatoen (2004) mengemukakan bahwa bermain terdiri 3 langkah utama antara lain tahap pra bermain, tahap bermain, dan tahap penutup. Tahap pra bermain merupakan tahap yang berisi segala persiapan yang dilakukan sebelum permainan dimulai, misalnya
4
penyediaan alat, pengantar mengenai bahan ajar yang akan disampaikan pada permainan, menyampaikan aturan main. Adapun tahap bermain merupakan kegiatan saat permainan itu berlangsung. Sedangkan tahap penutup merupakan kegiatan untuk menutup permainan seperti menggali aspek yang penting dari permainan dan mengevaluasi kegiatan bermain dengan bertanya pada pemain. Dengan demikian pembelajaran yang didesain melalui metode bermain diharapkan bermakna bagi anak dan secara langsung mampu membelajarkan untuk melatih kemampuan motorik kasar karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan. METODE Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Hal ini dilatarbelakangi masih rendahnya kemampuan motorik kasar pada anak. Khususnya pada gerakan dasar, penyebab hal tersebut karena permainan yang dilakukan anak adalah bermain bebas jadi anak tidak terarah, guru kurang memperhatikan proses kegiatan bermain diluar kelas, dengan tidak menyediakan permainan yang bervariatif, Penggunaan media dalam kegiatan bermain diluar kelas masih kurang. Berdasarkan hal tersebut, dalam aplikasinya penelitian ini memerlukan beberapa tindakan dalam setiap siklusnya. Menurut desain penelitian John Elliot penelitian dilaksanakan terdiri dari 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa di kelompok A TK Negeri Pembina yang terdiri dari 16 anak terdiri 9 anak perempuan, dan 7 anak laki-laki. TK Negeri Pembina ini beralamat di jalan Cibiru Raya Km 12 Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Definisi operasional yang sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola Lima aspek perkembangan pada anak harus terkembangkan dalan Perkembangannya, salah satunya adalah motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang dalam perkembangannya menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri anak. Kemampuan motorik kasar pada penelitian ini dapat diukur dengan indikator sebagai berikut: (1) Melakukan gerakan melempar bola, (2) Melakukan gerakan menangkap bola, dan (3) Melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak. Ketiga indikator tersebut setiap peningkatannya akan diukur menggunakan skoring rubrik dengan uraian sebagai berikut ‘*’ anak belum berkembang, ‘**’ anak mulai berkembang, ‘***’ anak berkembang baik, ‘****’ anak berkembang sesuai harapan. Dalam mengembangkan aspek tersebut peneliti memberikan solusi dalam memfasilitasinya yakni bermain merupakan suatu hal terpenting bagi anak yang mengembangkan seluruh aspek perkembangannya khususnya mengerakan anggota tubuh sehingga mengembangkan fisik motorik anak. Metode bermain dalam penelitian ini dengan menggunakan media bola merupakan suatu cara dalam memberikan kegiatan yang memunculkan gerak pada anggota tubuh sehingga menyenangkan bagi anak. Instrumen yang digunakan antara lain instrumen penilaian performa, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif, kualitatif, dan triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan perencanaan yaitu mempersiapkan berbagai perlengkapan penelitian. Hal-hal
5
yang dipersiapkan antara lain rencana pelaksanaan pempelajaran harian (RPPH), alat dan media pembelajaran, serta berbagai instrumen penelitian. Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 17, 19, dan 23 Maret 2015. Siklus II pada tanggal 25, 26, dan 31 Maret 2015. Siklus III pada tanggal 1, 2, dan 7 April 2015. Berdasarkan waktu tersebut, setiap siklus dilaksanakan selama 3 hari dengan setiap hari terdiri dari 1 tindakan. Setiap tindakan pada setiap siklus memiliki permainan menggunakan bola yang berbeda. Tindakan 1 berfokus pada kegiatan melakukan gerakan melempar bola dengan terkoordinasi, terarah dan gesit, 2 melakukan gerakan menangkap bola dengan terkoordinasi, tepat dan cekat, 3 melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak dengan kekuatan, terkoordinasi dan seimbang. Tindakan dilaksanakan dengan mengacu pada RPPH yang terdiri dari kegiatan awal, inti, bermain bebas, dan akhir. Adapun 3 indikator perilaku hidup sehat dibelajarkan pada kegiatan inti melalui permainan dengan menggunakan bola yang terdiri 3 langkah yakni tahap pra bermain, bermain, dan penutup. Tahap pra bermain diisi dengan kegiatan tanya jawab dan demontrasi aturan main dari permainan menggunakan bola yang akan dilaksanakan di aula sekolah. Adapun pada tahap bermain diisi dengan kegiatan anak mencoba melakukan setiap gerakan pada indikator yang didesain melalui aturan main dilengkapi dengan media pembelajaran atau alat permainan bola. Selain itu, pada tahap penutup diisi dengan kegiatan pemberian reward untuk memberikan penghargaan kepada anak yang telah berhasil berantusias dan besemangat. Ke-3 tahap bermain ini senantiasa dilaksanakan pada setiap siklus . Berbagai temuan esensial yang ditemukan pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui permainan menggunakan bola yang berbeda. Dalam
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola hal ini permainan dipandu peneliti yang didesain untuk mengaktifkan seluruh anak. Secara keseluruhan anak sudah dapat mengikuti setiap tahap yang dilaksanakan meskipun dalam aktivits kegiatan bermain dan hasilnya belum optimal. Pada proses permainan pada pelaksanaannya penelitian siklus ini anak masih belum bisa dikondisikan dengan baik, masih banyak anak yang bermainmain menyebabkan anak lain tidak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan. Siklus ini pengkondisian siswa belum optimal diantaranya pada tahap pra bermain masih ada anak yang bermain-main, anak belum bisa berbaris dengan rapih.. Pada dasarnya kondisi ini dipicu dengan pengkondisian guru yang belum maksimal. Akan tetapi nampaknya anak tertarik dengan permainan yang dilakukan dengan media bola yang berwarna dan berukuran besar. Lebih jauh pada tahap bermain di siklus I yang dilaksanakan dengan kegiatan bermain lempar tangkap bola dan bermain memasukan bola kedalam keranjang dilakukan secara klasikal nampak kurang efektif. Selain itu pada saat anak mempraktekkan kegiatan bermain klasikal ini juga berdampak pada kurangnya setiap anak mendapat bimbingan secara ekstra. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pembelajaran perilaku hidup sehat pada siklus II dilaksanakan mulai memberikan pengkondisian yang baik dan motivasi kepada anak, agar perkembangan motorik kasar berkembang dengan lebih baik lagi. Dalam bermain hal yang harus diperhatikan selain waktu, ruang untuk bermain, peraturan atau cara bermain dan alat bermain yang lebih berpengaruh adalah motivasi dan reward. Hal tersebut dikatakan oleh Andriana (2011, hlm. 48) reward merupakan memberikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah permaianan.
6
Permainan ini mampu menstimulasi anak untuk melakukan gerakan melempar bola, melakukan gerakan menangkap bola, melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan pada siklus sebelumnya, meskipun belum lengkap. Permainan yang dilaksanakan secara berkelompok mampu lebih mengaktifkan dan menstimulasi anak mengikuti aturan main. Dalam hal ini anak saling bekerjasama untuk menjadi tim terbaik. Berbagai hal yang harus dilakukan dalam permainan ini secara tidak langsung. Pada siklus III, peneliti melaksanakan permainan dengan melibatkan peralatan lainnya seperti keranjang, segitiga untuk rintangan zigzag, karena Montolalu (2008, hlm. 7.26) mengatakan peralatan bermain merupakan salah satu unsur yang menentukan berhasilnya aktivitas bermain. Atas pertimbangan materi diatas peneliti mencoba bermain dengan menggunakan peralatan bermain seperti keranjang yang berukuran besar dan berwarna yang dianggap menarik bagi anak. Aktivitas bermain anak pada tiga tindakan adalah bermain memasukan bola berukuran kecil kedalam kardus, bermain bola kecil yang dimasukan kedalam keranjang dengan melewati rintangan zigzag. Anak-anak dalam proses penelitian berlangsung terlihat senang dan anak sudah bisa dikondisikan sehingga peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas yang berjalan lancar dapat mendukung peningkatan anak dalam kemampuan motorik kasarnya Bertemali dengan pengembangan motorik kasar anak pada siklus III dilaksanakan melalui permainan secara berkelompok. Dalam hal ini setiap anak mencoba indikator melalui permainan yang dilaksanakan secara bekerjasama. Setiap anak dikelompokkan pada tim yang terdiri dari 6-7 siswa. Setiap siswa mencoba melakukan gerakan yang sudah
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola dicontohkan oleh guru, setiap anak miliki tanggung jawab untuk menjalankan peran masing-masing yang berdampak pada keberhasilan kelompok. Bagi kelompok yang mampu melakukan gerakan dan bermain dengan antusias dan mau mengikuti peraturan dalam bermain dengan benar maka diberi reward stik bergambar ikan. Hal ini nampaknya cukup menstimulasi anak untuk fokus dalam menjalankan peran masing-masing sehingga secara keseluruhan berbagai aktivitas yang dilakukan anak pada siklus ini berdampak pada tampaknya peningkatan motorik kasar anak berkembang secara optimal. Berdasarkan serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan, secara umum kemampuan anak dalam kemapuan motorik kasar khususnya gerakan dasar pada kegiatan melakukan gerakan melempar bola, melakukan gerakan menangkap bola, melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Peningkatan aktifitas bermain anak dalam meningkatkan motorik kasar dapat diketahui dari sajian gambar di bawah ini.
Grafik Rata-rata Penilaian Aktivitas Kegiatan Bermain dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak dari Siklus I, II dan III
7
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa aktivitas anak saat bermain ada siklus I, aktivitas pengembangan kemampuan motorik kasar menunjukan presentase 23,1% anak yang mencapai aktivitas 1 yaitu anak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan, kemudian 38,3% anak yang mencapai aktivitas 2 yaitu anak berani melakukan kegiatan bermain, dan anak yang mencapai aktivitas 3 sebesar 30,8% yaitu anak yang antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain. Pada siklus II, aktivitas motorik kasar anak dalam bermain menunjukan bahwa 38,4% anak yang mampu mencapai aktivitas 1, 52,5% anak yang mampu mencapai aktivitas 2, sedangkan 62,3% anak yang mampu mencapai aktivitas 3. Pada siklusIII, aktivitas bermain anak menunjukan bahwa 73,7% anak yang mampu mencapai aktivitas 1, 80,9% anak yang mampu mencapai aktivitas 2, dan sebesar 88,2% anak yang mampu mencapai aktivitas 3. Hal ini sejalan dengan motorik kasar yang ditunjukan anak yang cukup lengkap dan optimal. Kondisi ini terjadi karena anak terbiasa mencoba melakukan kegiatan bermain, dan mempraktekkan melalui permainan yang dilaksanakan. Sejalan dengan salah satu hukum belajar yang dikemukakan oleh Thorndike (dalam Halimah, 2010, hlm. 187) bahwa belajar memerlukan latihan. Dengan demikian semakin sering anak belajar melakukan cara yang sama maka semakin terasah pula pengetahuan, sikap, dan tindakan anak. Namun demikian bahwa latihan ini harus dikemas dengan kegiatan yang bervariasi. Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan variasi pembelajaran dengan menyajikan permainan menggunakan bola yang variatif. Peningkatan yang terjadi pada setiap siklus di atas, dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan pencapaian indikator. Perolehan skor rata-rata setiap indikator disajikan pada gambar di bawah ini.
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola
Grafik Rata-rata Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar anak Kelas A dalam Kegiatan Bermain dengan Menggunakan Bola dilihat dari Siklus I, II, dan III Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa perolehan skor pada indikator pertama dengan presentase 17,9% sedangkan pada indikator ke dua nilai presentase mencapai 15,4%, dan indikator ke tiga dengan presentase sebasar 15,4%. Pada siklus II indikator pertama mencapai presentase 48,1%, dan indikator kedua mencapai presentase 40,9%, kemudian indikator ke tiga mencapai 43,1%. Selanjutnya siklus ke III indikator pertama anak dapat melakukan gerakan melempar bola dengan terkoordinasi, terarah dan gesit presentase sebesar 83,1%, pada indikator kedua anak melakukan gerakan menangkap bola dengan presentase sebesar 80,6% yang artinya anak sudah mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan terkoordinasi, tepat dan cekat. Pada indikator ketiga dapat terlihat bahwa pekembangan akan dalam melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak berkembang dengan baik yakni mencapai 73,6%. Adapun indikator yang menunjukan perolehan skor yang paling meningkat adalah melakukan gerakan melempar bola dikarenakan gerakan melempar Sujiono (2007) melempar dilakukan sebagai keterampilan manipulatif yang mudah
8
dibandingkan dengan gerakan lainnya yang mengunakan satu atau dua tangan untuk melontarkan objek menjauh badan ke udara. Pada penelitian terlihat peningkatan yang signifikan terdapat pada indikator melempar bola. Sejalan dengan pendapat Abidin (2009) yang memandang bahwa bermain merupakan aktivitas menyenangkan sekaligus memiliki unsur pendidikan. Lebih jauh pelibatan bermain dengan menggunakan bola pun cukup berperan penting terhadap keberhasilan pembelajaran yakni mampu membimbing anak untuk dapat mengembangkan motorik kasar. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2013) dalam tesis dengan judul “Penerapan Metode Bermain Kreatif pada Outdoor Study untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar dan Kreatifitas Anak” yang dilaksanakan di TK Al-Hikmah Kec. Kiaracondong Bandung yang mengungkapkan bahwa bermain kreatif outdoor study dilakukan untuk memudahkan siswa meningkatkan kemampuan motorik kasar anak perlu melibatkan alat bantu atau media yang nyata atau konkret. SIMPULAN Simpulan disusun berdasarkan lembar aktivitas bermain anak dan penilaian performa yang dilakukan pada setiap tindakan dalam kegiatan bermain yang dilakukan oleh kelompok A2 di TK Negeri Pembina Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Aktivitas anak selama proses kegiatan bermain anak melalui bermain dengan menggunakan bola yang diterapkan oleh peneliti, ternyata efektif untuk peningkatan motorik kasar anak disetiap siklusnya. Pada siklus I, aktivitas pengembangan kemampuan motorik kasar menunjukan presentase 23,1% anak yang mencapai aktivitas 1 yaitu anak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan, kemudian 38,3% anak yang mencapai aktivitas 2 yaitu anak
Dellena Ulfiana, Robandi Roni M. A., Charlotte Ambat H., Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Menggunakan Bola berani melakukan kegiatan bermain, dan anak yang mencapai aktivitas 3 sebesar 30,8% yaitu anak yang antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain. Pada siklus II, aktivitas motorik kasar anak dalam bermain menunjukan bahwa 38,4% anak yang mampu mencapai aktivitas 1, 52,5% anak yang mampu mencapai aktivitas 2, sedangkan 62,3% anak yang mampu mencapai aktivitas 3. Pada siklusIII, aktivitas bermain anak menunjukan bahwa 73,7% anak yang mampu mencapai aktivitas 1, 80,9% anak yang mampu mencapai aktivitas 2, dan sebesar 88,2% anak yang mampu mencapai aktivitas 3. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas bermain anak sudah efektif dan dapat menunjang dalam proses kegiatan bermain untuk mengembangkan motoik kasar anak. Perkembangan motorik kasar anak melalui penerapan metode bermian dengan menggunakan bola mengalami perkembangan yang signifikan pada setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari pada siklus I indikator pertama dengan presentase 17,9% sedangkan pada indikator ke dua nilai presentase mencapai 15,4%, dan indikator ke tiga dengan presentase sebasar 15,4%. Pada siklus II indikator pertama mencapai presentase 48,1% , dan indikator kedua mencapai presentase 40,9%, kemudian indikator ke tiga mencapai 43,1%. Selanjutnya siklus ke III indikator pertama anak dapat melakukan gerakan melempar bola dengan terkoordinasi, terarah dan gesit presentase sebesar 83,1%, pada indikator kedua anak melakukan gerakan menangkap bola dengan presentase sebesar 80,6% yang artinya anak sudah mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan terkoordinasi, tepat dan cekat. Pada indikator ketiga dapat terlihat bahwa pekembangan akan dalam melakukan gerakan memantulkan bola sambil berjalan/bergerak berkembang dengan baik yakni mencapai 73,6%. Artinya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain dengan menggunakan bola untuk
9
dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak berkembang dan meningkat secara signifikan. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009). Bermain Pengantar bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) dalam Dimensi PAUD. Bandung: Rizky Press. Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Halimah, L. (2010). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rizki Press. Haryani, H. (2013). Penerapan Metode Bermain Kreatif pada Outdoor Study untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar dan Kreativitas Anak. (Tesis). Bandung : Tidak diterbitkan. Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta : DIVA Press. Moeslihatun, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Peneka Cipta. Montolalu, B. E. F. (2008). Bermain dan Permainan anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Rahyubi, H. (2014). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung : Nusa media. Sujiono, B. dkk. (2007). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono, N. Y. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Prenada Media Group. Undang-undang Republik Indonesia. (2004). Sistem Pendidikan Nasional. Balitbang.