Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Bermain Bola Nikmah (09262785) Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Berdasarkan data dari RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati tentang bermain bola untuk meningkatkan bermain akan memerintah orang banyak yang belum mampu meningkatkan motorik kasar dengan baik. hanya anak yang memenuhi keberhasilan dalam berbahasa baru mencapai 40% dari 25 anak. Berarti masih ada 60% atau 15 anak yang belum mampu berbahasa melalui pemanfaatan media gambar bertema. Dengan demikian banyak anak yang belum mampu memenuhi keberhasilan dari kegiatan tersebut. Berdasarkan observasi diatas, kami akan mengadakan penelitian tindakan kelas agar anak dapat mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Dalam konteks di atas bahwa pemanfaatan media gambar bertema diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Sehingga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan anak. Sehingga anak menjadi lebih kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan. Peningkatan yang telah dicapai antar siklus menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran pada penguasaan anak Tentang kemampuan berbahasa melalui pemanfaatan media gambar bertema anak di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati adalah signifikan yakni keberhasilan semula pra siklus dan siklus I pada kisaran 60 %, dan meningkat lagi pada siklus II mencapai kisaran 70%. Dan pada siklus III keberhasilan anak mencapai 85% Ini menunjukkan bahwa pembelajaran di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati mengalami peningkatan yang sangat baik. Karena dari kelompok B semester gasal jumlah 20 anak yang mencapai keberhasilan meningkatkan motorik kasar mencapai 85%. Setelah dilaksanakannya penelitian di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati maka mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum penelitian dan sesudah penilitian mengalami peningkatan yang sangat baik. Hendaknya para guru RA mencoba menggunakan media gambar bertema yang menyenangkan agar anak tidak jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran. Kepada guru RA, diharapkan guru dapat memotivasi anak dalam belajar bahwa anak-anak dapat mencapai ketuntasan dalam belajar apabila mereka sungguh-sungguh memanfaatkan waktu belajar mereka sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang baik. Kepada guru RA, diharapkan melaksanakan evaluasi secara kontinu untuk mengetahui dengan segera anak mana yang sudah dapat mencapai ketuntasan dan anak mana yang belum mencapai ketuntasan sehingga guru dapat melaksanakan program remedial dengan segera bagi anak-anak yang tertinggal. Kata Kunci : motorik kasar, bermain bola, motivasi PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan pada masa kanak-kanak akan menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan pada masa-masa selanjutnya. Karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan semua aspek yang diperkirakan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan usia dini (prasekolah), sehingga pertumbuhan dan perkembangan baik fisik dan psikis dapat berkembang dengan baik. Pengembangan kreativitas sejak usia dini dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja. Sesungguhnya bakat kreativitas dimiliki oleh semua orang dan ditinjau dari segi pendidikan bahwa dengan upaya dan kerja sama yang baik dalam masyarakat dan orangtua, maka bakat kreativitas yang dimiliki anak dapat di gali dan dikembangkan sejak usia dini sehingga menghasilkan suatu potensi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan berfikir anak di usia dini dan masa depannya. 12
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Tetapi jika bakat kreativitas anak tidak di pupuk, bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan bisa menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Proses kegiatan belajar yang dilaksanakan di RA Minsyaul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati, mengenai kegiatan melambungkan bola dengan dua tangan, nilai motorik kasar anak dalam proses pembelajaran di sekolah kurang memuaskan. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi psikomotorik anak, karena aspek ini sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar anak. Pada suatu hari ada kegiatan pengembangan fisik motorik kasar yaitu kegiatan melambungkan bola dengan dua tangan. Sebelum kegiatan dimulai saya menjelaskan cara melambungkan bola yang benar, dengan mempraktekkan langsung didepan anak-anak. Dalam memberikan contoh tadi diberikan secara klasikal, tetapi anak-anak masih ada yang belum bisa melambungkan bola dengan benar dan masih minta bantuan guru. Berdasarkan data dari RA Minsya’ul Wathon
Grogolan Dukuhseti Pati tentang kegiatan
motorik kasar anak melalui kegiatan melambungkan bola dengan dua tangan hanya 10 anak yang memenuhi keberhasilan baru mencapai 50% dari 20 anak. Berarti ada 50% atau 10 anak yang belum mampu melambungkan bola dengan dua tangan. Dengan demikian banyak anak yang belum mampu memenuhi keberhasilan dari kegiatan tersebut. Berdasarkan observasi di atas, kami akan mengadakan penelitian tindakan kelas agar anak dapat mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Dalam konteks di atas bahwa melalui kegiatan melambungkan bola dengan dua tangan diharapkan dapat mempengaruhi proses belajar anak. Sehingga dapat meningkatkan motorik kasar anak. Sehingga anak menjadi lebih kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul " “Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Bermain Bola di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Motorik Kasar Kemampuan adalah mampu untuk bersikap, berpikir dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan motorik itu sendiri adalah semua gerakan yang dapat digerakkan oleh seluruh tubuh. Kemampuan motorik adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh sebagai suatu perwujudan dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau yang diketahui adan sudah dipelajari. Motorik Kasar adalah gerakan yang melibatkan semua tubuh yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu, gerakan motorik kasar terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Keterampilan motorik mulai berkembang, setelah diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang pensil, memegang sendok dan mengaduk. Keterampilan motorik halus lebih lama 13
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
pencapaiannya dari pada keterampilan motorik kasar karena ketrempilan motorik membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi oleh tubuh yang satu dengan yang lain. Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaian anak akan kemampuan motorik semakin berkembang dan maju pesat Pamadhi. Kegiatan Bermain Bola a. Permainan melambungkan bola Dalam satu kelas, anak dibagi menjadi dua barisan, masing-masing kurang lebih 10 anak dua buah bola berwarna-warni dipegang oleh masing-masing satu orang yang berada di barisan paling depan (nomor 1). Guru memberi aba-aba, kaki dibuka lebar, kedua tangan di atas kepala sambil memegang bola, bola lempar dengan dua tangan, ke nomor dua, diteruskan ke nomor 3, dan seterusnya sampai nomor yang terakhir, bola ditangkap dan dibawa lari ke garis yang paling depan dan langsung bola dilempar melambung sampai ke belakang, demikian seterusnya sampai barisan kembali seperti posisi semula. Siapa yang paling cepat kembali dari kedua barisan tersebut, itulah yang menang. b. Permainan menangkap bola Anak-anak berdiri mengelilingi guru yang memegang bakul berisi bola sebanyak anak-anak yang ada sambil meniup peluit atau mengatakan ”tangkap” guru menghamburkan bola-bola itu. Tiap anak-anak harus cepat-cepat mendapatkan sebuah bola, lalu anak-anak memenangkap bola dengan dua tangan memasukkan kembali kedalam bakul yang dipegang guru, siapa yang tedahulu memasukkan bola ke bakul dianggap sebagai pemenangnya. c. Permainan mengoper bola Dalam satu kelas, anak dibagi menjadi dua barisan, masing-masing kurang lebih 10 anak dua buah bola berwarna-warni dipegang oleh masing-masing satu orang yang berada di barisan paling depan. Guru memberi aba-aba, kaki dibuka lebar, kepala ditundukkan, bola digelindingkan kebelakang, ke nomor dua, diteruskan ke nomor 3, dan sererusnya sampai nomor yang terakhir, bola ditangkap dan dibawa lari ke garis yang paling depan dan lansung menggelinding bola sampai ke belakang, demikian seterusnya sampai barisan kembali seperti posisi semula. Siapa yang paling cepat kembali dari kedua barisan tersebut . itulah yang menang.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Jumlah keseluruhan peserta didik yang ada di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati adalah 45 peserta didik , yang terdiri dari
25 peserta didik kelas A, 20 peserta didik B.
Sedangkan subyek yang akan diteliti adalah peserta didik dengan jumlah peserta didik 20 kelas B di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati.
14
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati tahun pelajaran 2013/2014. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), atau dalam bahasa inggris sering disebut dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas terdapat 4 rangkaian antara lain; perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi yang selalu dilakukan tiap siklus. Penelitian tindakan kelas minimal dilakukan sebanyak 2 (dua) kali siklus mulai dari perencanaan sampai dengan refleksi. Tahapan tersebut diulang sampai terjadi peningkatan, dengan catatan bahwa perencanaan pada siklus sebelumnya, dan menunjukkan apa saja kelemahan siklus tersebut, kemudian penjelasan tentang bagaimana hasil tersebut akan diperbaiki (Suharsimi Arikunto, 2006 : 16). Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset diteruskan pada siklus ke dua, dan seterusnya, sampai penelitian merasa puas dan tercapai tujuannya. Tahap perencanaan yang dilakukan dapat berupa fase persiapan yakni mulai dari permintaan ijin penelitian di sekolah dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan agar mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Adapun pelaksanaan dilakukan untuk melakukan apa-apa yang telah direncanakan diawal. Observasi dilakukan untuk merekam semua tindakan atau kegiatan belajar mengajar, dan refleksi merupakan suatu usaha mengevaluasi proses sebelumnya untuk merevisi proses selanjutnya. Rencana Tindakan Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan ini diterapkan dalam upaya meningkatkan keberanian pada anak melalui kegiatan bermain bola di RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati tahun pelajaran 2013/2014 semester genap. tahapan dalam penelitian ini disusun melalui siklus penelitian. setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dirancang dalam empat tahap yaitu pra siklus, siklus I, siklus 2. pelaksanaan tiap tahap akan diambil 1 kelas dengan kolaborator guru RA Minsya’ul Wathon. Metode Pengumpulan Data Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada di lapangan atau lokasi penelitian. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Unjuk Kerja Unjuk kerja adalah "suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat dan kepribadian seorang individu" yaitu dengan melihat atau observasi kegiatan anak. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 940). Penggunaan ini di gunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola dengan mudah dapat diamati peneliti secara langsung, yaitu dengan mengukur tes anak RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati. 15
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
2. Interview Interview yaitu pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian (Sutrisno hadi, 2008 : 193) Hal ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola dengan mudah dapat diamati peneliti secara langsung, yaitu siswa RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati sebagai subyek peneliti. 3. Dokumentasi Dokumentasi dalam arti sempit adalah "kumpulan variabel dalam bentuk tulisan, sedang dalam arti luas meliputi monumen, artikel, foto tape dan sebagainya. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola dengan mudah dapat diamati peneliti secara langsung, yaitu siswa RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati sebagai subyek peneliti. 4. Metode observasi Metode observasi adalah "studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan"(Koentjara Ningrat, 157). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data peningkatan tentang peningkatan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola dengan mudah dapat diamati peneliti secara langsung, yaitu siswa RA Minsya’ul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati sebagai subyek peneliti.
HASIL PENELITIAN Siklus I a. Rencana Dalam proses pembelajaran Motorik anak RA Minsyatul Wathon Grogolan Dukuhseti Pati penulis merencanakan pembuatan rencana pembelajaran yang disusun secara sistematis. Pada rencana perbaikan pembelajaran siklus I, penulis memfokuskan pembelajaran pada kemampuan anak untuk berfikir aktif dan kreatif dalam pemahaman materi perbandingan dan skala penulis memfokuskan pada kemampuan anak untuk berfikir kreatif dalam kegiatan , bermain bola, dan . Dengan mengunakan model pembelajaran menggunakan berbagai kegiatan diharapkan anak dapat belajar dengan cepat dan efektif serta dengan teknik-teknik pembelajaran yang tepat, sehingga anak belajar dengan alami (natural). Dengan demikian hasil yang dicapai memenuhi SKBM (Standar Kelulusan Belajar Minimal). Untuk anak yang belum mencapai ketuntasan guru mengadakan perbaikan pembelajaran. Pada kegiatan perbaikan, guru membimbing anak dalam mengatasi kesulitan yang di hadapi, misalnya dengan cara belajar atau bisa juga guru mengoreksi/merefleksi cara belajarnya untuk memperbaiki cara menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan perbaikan guru juga membuat tujuan pembelajaran sesuatu dengan kesulitan yang dihadapi anak, juga dalam 16
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
pemilihan alat bantu disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Di samping itu memberikan dorongan anak supaya dapat berfikir aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal-soal latihan. b. Pelaksanaan Tindakan - Kegiatan Awal Guru memberi salam, berdoa dilanjutkan absensi siswa. Guru menyampaikan materi yang akan diberikan. - Kegiatan Inti. a. Guru menyiapkan anak dan peralatan yang dibutuhkan b. Guru mengajak anak melakukan pemanasan c. Guru menjelaskan kegiatan , bermain bola, dan dengan dua tangan d. Guru meminta anak untuk melakukan seperti contoh satu persatu e. Guru memberi pujian bagi anak yang mampu f. Guru memotivasi anak yang belum mampu - Kegiatan Penutup 1) Menyimpulkan hasil kerja anak. 2) Guru bertanya kepada anak tentang kegiatan tersebut 3) Dilanjutkan evaluasi secara individu dan tindak lanjut. Langkah yang ditempuh siklus 1 dan 2 hampir sama. c. Hasil Pengamatan Motorik kasar Anak Dari hasil pengamatan rekan sejawat dan menpertimbangkan saran dari supervisor, penulis perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran. Dalam melaksanakan perbaikan, mulai siklus I ternyata menunjukkan peningkatan, sebab anak yang mencapai ketuntasan sudah meningkat prosentasenya, sebelum PTK 40% setelah perbaikan menjadi 60%. Motorik kasar
anak melalui kegiatan , bermain bola, dan
terhadap dalam bidang
pengembangan kognitif. merupakan motivasi yang dapat mendorong anak untuk rajin belajar. Setelah penulis melaksanakan proses pembelajaran melalui kegiatan , bermain bola, dan dan melihat hasil yang dicapai yaitu dengan mengadakan tes akhir atau latihan akhirnya penulis tahu dan sadar bahwa proses pembelajaran benar-benar belum mencapai keberhasilan.
17
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Grafik 1. Motorik kasar Anak pada Pembelajaran Bermain Bola pada Siklus I 6050–
40%
40 –
20%
25%
20 –
15%
10 – 1–
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Keterangan : = Sangat Baik = Baik = Cukup = Kurang Jadi dari grafik di atas, hasil yang dicapai anak dalam latihan penulis menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siklus I benar-benar belum mencapai keberhasilan. d. Refleksi Berdasarkan hasil temuan dari rekan sejawat selaku pengamat yang di catat pada lembar obserivasi
dan pengarahan dari dosen pembimbing, maka penulis melaksanakan perbaikan
pembelajaran
dengan materi , bermain bola, dan . Penulis selalu merefleksi setiap akhir
pembelajaran, hal ini dimaksud untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki model pembelajaranya. Selama proses pembelajaran ditemukan beberapa hal yang perlu di ketahui : Model pembelajaran yang digunakan kurang diperhatikan guru. 1) Penyampaian materi kurang jelas. 2) Penggunaan alat peraga/media pembelajaran kurang. 3) Guru kurang membimbing anak dalam pembelajaran.
18
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Dari hasil temuan itu mengakibatkan anak kurang menguasai materi yang di berikan guru, sehingga hasil tes yang di berikan oleh guru tidak menuhi TPP (Tingkat Pencapaian Pengembangan) Maka perlu di adakan perbaikan pada siklus II. 1) Pembelajaran sudah menggunakan model pembelajaran yang sesuai rencana pembelajaran. 2) Adanya umpan balik dan penjelasan guru yang jelas sehingga menambah minat anak dalam mengikuti pelajaran, yang akhirnya anak mampu meningkatkan motorik kasar dengan baik dan benar. 3) Penyampaian proses pembelajaran dilakukan dengan mengunakan alat peraga yang sesuai. 4) Guru memotivasi anak dan membimbingnya. Namun demikian hasil dari evaluasi yang di berikan kepada anak, masih belum mencapai hasil yang maksimal atau mencapai ketuntasan. Maka perlu diadakan perbaikan siklus yang ke II. Siklus II a. Rencana. Pada pembelajaran siklus I, hasilnya belum maksimal, sehingga guru/penulis mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Untuk itu kegiatan yang dilakukan adalah : 1) Proses pembelajaran dengan kegiatan bermain bola supaya pembelajaran dapat tercapai. 2) Dalam penyampaian cara , bermain bola, dan dapat meningkatkan kreatifitas anak. 3) Guru membimbing dan memotifasi sisawa dalam menyimpulkan materi pelajaran. 4) Untuk mengetahui hasil akhir, anak disuruh latihan. Dalam pembelajaran siklus II ini, diharapkan anak dapat mencapai tingkat ketuntasan. Bila harapan tersebut tercapai guru tidak perlu mengadakan perbaikan lagi. Kalau ada anak yang belum tuntas diberi arahan dan bimbingan secara khusus. b. Pelaksanaan Tindakan - Kegiatan Awal Guru memberi salam, berdoa dilanjutkan absensi siswa. Guru menyampaikan materi yang akan diberikan. - Kegiatan Inti. a. Guru mengajak di ruangan yang kosong untuk berlatih , bermain bola b. Guru mengajak anak melakukan pemanasan c. Guru memberi contoh kegiatan , bermain bola, dan dengan dua tangan d. Guru meminta anak untuk melakukan seperti contoh satu persatu e. Guru memberi pujian bagi anak yang mampu f. Guru memotivasi anak yang belum mampu - Kegiatan Penutup 1) Menyimpulkan hasil kerja anak. 2) Guru bertanya kepada anak tentang kegiatan tersebut 3) Dilanjutkan evaluasi secara individu dan tindak lanjut. 19
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
c. Hasil Pengamatan Motorik kasar Anak melalui Kegiatan , bermain bola, Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini penulis merasakan sudah berhasil. Karena sudah ada peningkatan-peningkatan untuk memperbaiki kekurangan pelaksanaan pembelajaran di siklus I. Namun demikian penulis masih merasa belum mencapai yang maksimal. Hasil temuan rekan sejawat selaku pengamat yang dicatat dilembar obserivasi yang terjadi selama proses pembelajaran adalah : 1) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi, dan sudah mengunakan model pembelajaran yang sesuai. 2) Guru sudah cukup baik dalam membimbing dan memotifasi anak, sehingga anak lebih bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. 3) Penggunaan alat peraga sudah sesuai dan , bermain bola, dan . 4) Evaluasi yang diberikan hasilnya sudah cukup baik, banyak yang mencapai ketuntasan. Dari hasil pengamatan diatas, hasil yang dicapai anak sudah maksimal, karena anak yang mencapai TPP ada 85%. Grafik 2. Motorik kasar Anak pada Pembelajaran Bermain Bola pada Siklus II 6050–
40%
40 –
30%
20%
20 –
10%
10 – 1–
Sangat baik
Baik
Keterangan : = Sangat Baik = Baik = Cukup = Kurang 20
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Cukup
Kurang
Jadi dari tabel rekapitulasi di atas, hasil yang dicapai menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran siklus
anak dalam
latihan penulis
II benar-benar sudah mencapai
keberhasilan. d. Refleksi. Dengan memperhatikan hasil pembelajaran, penulis melakukan refleksi diri. Dengan harapan hasil yang sudah dicapai pada siklus II sebagai acuan dalam materi-materi pembelajaran yang lain. Ada beberapa hal yang masih harus diperhatikan, yaitu 1) Memberi motifasi atau dorongan pada anak agar percaya diri dalam memahami materi pembelajaran lebih ditingkatkan. 2) Dalam menggunakan
cara , bermain bola, dan
lebih ditentukan pada teknik-teknik
pembelajaran. 3) Dalam membimbing anak untuk memahami materi pelajaran semaksimal mungkin.
KESIMPULAN Dari hasil pelaksanaan
program perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan sebagai berikut : Ada peningkatan
motorik kasar anak melalui kegiatan bermain bola di RA Minsyatul
Wathon. Yakni melalui kegiatan bermain bola dalam pembelajaran di RA, motorik kasar anak menunjukkan peningkatan yang signifikan, ini terbukti yang semula pada pra siklus motorik kasar anak dalam mengikuti kegiatan bermain bola masih rendah. Tetapi setelah diadakan penelitian tindakan kelas mengalami peningkatan motorik kasar anak yang sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Arsyad, Azzhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Anitah Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta. UNS Press. Aqib Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. CV. Yrama Widya. Buku Panduan Pendidikan Tahun Akademik 2008/2009. IKIP Veteran Semarang Buku Panduan Penullisan Skripsi, 2011. IKIP Veteran Semarang. Diana. Modul Permainan Matematika Di Taman Kanak-kanak. Farida Lara, dkk. 2009. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta, Universitas Terbuka. http://ainamulyana.blogspot.com/2012
http://gudangmakalah.blogspot.com/2011/07 http://id.wikipedia.org/wiki/Bowling Kurikulum Taman Kanak-kanak 1986. 21
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Lilik Ervana 2011. Pengertian perkembangan. Penelitian PTK. IKIP Veteran Semarang Masitoh, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta.Universitas Terbuka Yuliani Sujiono, Yuliono. 2013. Metodologi Pembelajarn Intelektual. Paimun, dkk. 2012. Psikologi Perkembangan PPGI2271/2. Patmonodewo Soemiarti, 1995. Buku ajar Pendidikan Pra Sekolah. Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Poerwadarminto, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Siswoyo Dwi. dkk, 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY. Press TK, Diklat Guru, 2009. Standar PAUD Formal dan Non Formal. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.
22
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang